You are on page 1of 10

Jurnal Darul Azhar Vol 6, No.

1 Agustus 2018 – Januari 2019, Hal : 59 - 68

STATUS GIZI DAN RIWAYAT ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING


(Nutrition Status And Extrusive Assembly With Stunting)

Ressy Murwintanti Saputri, Erike Yunicha Viridula


Email: yunichasabdana@gmail.com

ABSTRACT

Stunting is condition of failure to thrive in toddler due to malnutrition chronic, so


that the child is too short. One of the caises of stunting that is not given breast milk
exclusively for 6 months. The purpose of this research is to know the relationship of
nutritional status and a history of exclusive breastfeeding with the incidence of stunting in
kindergarten Dharma Wanita 1 Purwokerto Ngadiluwih subdistrict Kediri regency. The
desaign of this research is correlational anaalytic. A population of 36 toddler with a sample
of 36 toddler by using a sampling technique total sampling. The instrument used scale, height
gauge, table z-score, KIA book and checlist. A statistical test using spearman rank and
multiple linear regression.
The result showed that almost the entire toddler persuant to nutritional status BB/U
have a good nutritional status (94,4%), persuant to nutritional status BB/TB almost all
children have normal nutrition status (88,9%), almost half the children experiencing stunting
(86,1%) and almost half of children had a story of non-exclusive breastfeeding.
The result of study wasSpreaman Rank ρ-value nutritional status (BB/U) 0,006, ρ
value nutritional status (BB/TB) 0,11, ρ value history of exclusive breastfeeding 0,005 and on
the multiple linear regression test showed significant which means that there is a relationship
of nutritional status and a history of exclusive breastfeeding with the incidence of stunting in
kindergarten Dharma Wanita 1 Purwokerto Ngadiluwih Kediri. History of exclusive
breastfeeding 0,367 times influence the incidence of stunting. Expected to increase the intake
of nutrients so that the growth and development to toddler be good.

Keywords : Nutritional Status, Stunting, Toddler

PENDAHULUAN menjadi balita gizi kurang (stunting) dan


Stunting merupakan retardasi berlanjut ke usia anak sekolah dengan
pertumbuhan linier dengan deficit dalam berbagai konsekuensinya (Putra, 2016).
panjang atau tinggi badan sebesar -2 Z-score Balita yang tidak diberikan ASI Eksklusif
atau lebih menurut buku rujukan dan MP-ASI yang kurang optimal terbatas
pertumbuhan World Health pada kuantitas dan kualitasmaka akan
Organization/National Center for Health menyebabkan stunting karena tidak
Statistics (WHO/NCHS). Stunting tercukupinya nutrisi (Lainua, 2015).
disebabkan oleh kumulasi episode stress Di Indonesia pravelensi stunting secara
yang sudah berlangsung lama (misalnya nasional pada tahun 2013 sebanyak 37,2%,
infeksi dan asupan makanan yang buruk), terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010
yang kemudian tidak terimbangi oleh catch yaitu sebanyak 35,6% dan tahun 2007
up growth (kejar tumbuh). Wanita usia subur sebanyak 36,8% (Riskesdas 2013). Di
(WUS) dan ibu hamil yang mengalami Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016
kekurangan energy kronis (KEK) akan kejadian stunting berada di bawah angka
melahirkan bayi dengan berat badan lahir nasional yaitu 26,1% yakni terjadi
rendah (BBLR). BBLR ini akan berlanjut peningkatan dibandingkan pada tahun 2015
1
59
Jurnal Darul Azhar Vol 6, No.1 Agustus 2018 – Januari 2019, Hal : 59 - 68

yaitu 17,6 % (Dinkes Provinsi Jatim, 2016). Stunting dapat memberikan dampak bagi
Sedangkan data pada tahun 2016 di Kota kelangsungan hidup anak, bisa terjadi
Kediri yaitu pada tahun 2015 dari 22,6 terjadi dampak mikro maupun makro. Pada dampak
peningkatan menjadi 26,7% pada tahun 2016 mikro akan terjadi peningkatan mortalitas
yang mengalami stunting. Di Kabupaten dan morbiditas, menurunnya perkembangan
Kediri pada tahun 2015 yaitu 14,0% terjadi kognitif, motorik dan bahasa. Sedangkan
peningkatan menjadi 29,4% (Kemenkes RI, dampak makro yang meliputi berupa
2017). Data di TK Dharma Wanita 1 perawakan yang pendek, peningkatan resiko
Purwokerto Kecamatan Ngadiluwih obesitas, penurunan kesehatan reproduksi,
Kabupaten Kediri yang dilakukan penurunan prestasi belajar dan penurunan
pengukuran setiap 6 bulan sekali pada bulan kapasitas kerja (WHO, 2013).
oktober 2017 didapatkan hasil bahwa dari 60 Upaya perbaikan harus meliputi upaya
balita terdapat 36 balita atau sekitar 60% untuk mencegah dan mengurangi gangguan.
anak balita mengalami stunting dan 24 atau Upaya untuk balita pendek difokuskan pada
sekitar 40% tidak stunting hal ini terjadi kelompok 1.000 hari pertama kehidupan
peningkatan pada pengukuran sebelumnya (HPK), yaitu ibu hamil, ibu menyusui dan
pada bulan april 2017 dari 60 anak balita anak 0-23 bulan karena penaggulangan balita
terdapat 30balita atau sekitar 50% balita yang pendek paling efektif dilakukan 1.000 HPK.
mengalami stunting dan 30 balita atau sekitar Upaya tersebut meliputi memperbaiki gizi
50 balita yang tidak mengalami stunting. dan kesehatan ibu hamil, melakukan IMD,
Pada studi pendahuluan pada bulan pemberian ASI eksklusif dan memperikan
November 2017 di TK Dharma Wanita 1 MP-ASI yang sesuai pada bayi, memantau
Purwokerto Kecamatan Ngadiluwih pertumbuhan balita serta menerapkan
Kabupaten Kediri dengan melakukan perilaku hidup sehat (Infodatin, 2016).
wawancara pada 15 orang ibu balita,
didapatkan hasil bahwa 6 balita atau sekitar METODE PENELITIAN
40% balita tidak mengalami stunting dan Penelitian analitik korelasional.
balita yang mengalami stunting sebanyak 9 Penelitian dilakukan di TK Dharma Wanita 1
balita atau 60%, hal ini disebabkan karena Perwokerto Kecamatan Ngadiluwih
rata-rata balita tidak diberikan ASI eksklusif Kabupaten Kediri pada bulan Januari 2018.
saat bayi usia 0-6 bulan. Dalam penelitian ini terdapat variabel
Stunting dapat dipengaruhi oleh independen yaitu status gizi dan riwayat ASI
beberapa faktor seperti nutrisi yang kurang eksklusif, serta variabel dependen yaitu
pada saat hamil, BBLR, kurangnya asupan kejadian stunting. Sampel dalam penelitian
nutrisi pada masa balita, penyakit yang ini yaitu 36balita usia 3-5 tahun di TK
diderita selama masa balita dan tidak Dharma Wanita 1 yang ditentukan dengan
diberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI teknik total sampling. Instrumen dalam
Eksklusif salah satu faktor yang berkaitan penelitian yaitu menggunakan checklist, tabel
dengan pertumbuhan anak. ASI Z score dan buku KIA. Data penelitian
menyebabkan pertumbuhan dan dianalisis dengan menggunakanSpearman
perkambangan balita menjadi baik, balita Rank untuk analisis bivariat dan uji linier
yang mendapatkan ASI akan memiliki berganda untuk analisis multivariat.
tumbuh kembang yang baik (Sunarsih, 2012).
Stunting lebih banyak ditemukan pada anak HASIL DAN PEMBAHASAN
yang tidak diberikan ASI eksklusif. ASI Data umum dan data khusus dalam
sebagai anti infeksi sehingga dapat penelitian, masing-masing akan dijelaskan
menurunkan resiko kejadian stunting secara lengkap sebagai berikut.
(Indrawati, 2016). 1. Data Umum Responden
60
Jurnal Darul Azhar Vol 6, No.1 Agustus 2018 – Januari 2019, Hal : 59 - 68

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden responden berumur 20 – 35 tahun


Variabel N = 36 (%) (63,3%), Pendidikan Menengah (SMP
Umur dan SMA atau sederajat) (66,7%), Tidak
< 20 tahun 4 11,1 bekerja/IRT (58,3%), penghasilan
20 – 35 tahun 21 58,3
< 35 tahun 11 30,6 <Rp.1.576.120/bulan (47,2%), LILA
Pendidikan 23,5 cm (63,9%), TB 145-160 cm
Dasar (SD) 2 5,6 (77,8%), Kenaikan BB 5-12 kg (69,4%),
Menengah (SMP dan 24 66,7 Umur balita 3-5 tahun (100%), jenis
SMA atau sederajat) kelamin balita Perempuan (58,3%),
Tinggi 10 27,8
(Akademi/Perguruan
Riwayat Imunisasi Dasar Lengkap
Tinggi) (94,4%), Riwayat Penyakit Infeksi Balita
Pekerjaan Diare (50,0%).
Tidak bekerja 21 58,3 2. Data Khusus RespondenBerdasarkan
Buruh 3 8,3 Status Gizi (BB/U)
Petani 1 2,8
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Wiraswasta 5 13,9
PNS 3 8,3 Pengetahuan Responden Berdasarkan
Dan Lain-lain 3 8,3 Status Gizi (BB/U)
Penghasilan Status Gizi N (%)
<Rp.1.576.120/bulan 17 47,2 Lebih 0 0
Rp.1.576.120/bulan 11 30,6 Baik 34 94,4
> Rp.1.576.120/bulan 8 22,2 Cukup 2 5,6
LILA Kurang 0 0
<23,5cm 8 22,2 Jumlah 36 100,0
23,5 cm 23 63,9
>23,5 cm 5 13,9 Berdasarkan tabel 2 dapat
Tinggi Badan disimpulkan bahwa bahwa hampir
<145cm 4 11,1
seluruh responden balita sebanyak 34
145-160 cm 28 77,8
>160 cm 4 11,1 orang memiliki status gizi baik (94,4%).
Kenaikan Berat 3. Data Responden Berdasarkan Status Gizi
Badan (BB/TB)
<5kg 10 27,8 Tabel 3. Distribusi Frekuensi
5-12 kg 25 69,4 Pengetahuan Responden Berdasarkan
>12 kg 1 2,8
Umur Balita
Status Gizi (BB/TB)
<3 tahun 0 0 Status Gizi N (%)
3-5 tahun 36 100 Sangat Kurus 0 0
>5 tahun 0 0 Kurus 1 2,8
Jenis Kelamin Normal 32 88.9
Gemuk 3 8,3
Laki-Laki 15 41,7
Perempuan 21 58,3 Jumlah 36 100,0
Riwayat Imunisasi
Dasar Berdasarkan tabel 3 dapat
Lengkap 34 94,4 disimpulkan bahwa hampir seluruh
Tidak Lengkap 2 5,6 responden balita sebanyak 32 orang
Riwayat Penyakit memiliki status gizi normal (88,9%).
Infeksi
Diare 18 50,0
4. Data Responden Berdasarkan Riwayat
ISPA 2 5,6 Pemberian ASI Eksklusif
Tidak Pernah 16 44,4 Tabel 4 Karakteristik Responden
Berdasarkan Riwayat Pemberian ASI
Berdasarkan tabel 1 dapat Eksklusif
disimpulkan bahwa sebagian besar
61
Jurnal Darul Azhar Vol 6, No.1 Agustus 2018 – Januari 2019, Hal : 59 - 68

Riwayat Pemberian ASI N (%) 7. Tabulasi Silang Hubungan status gizi


Eksklusif BB/TB dengan kejadian stunting
ASI Eksklusif 14 38,9
Tabel 7 Tabulasi silang hubungan status
Non ASI Eksklusif 22 61,1
Jumlah 36 100,0 gizi BB/TB dengan Kejadian
Berdasarkan Tabel 4 diinterprestasikan Stunting
Kejadian Stunting
bahwa sebagian besar responden balita Severely
sebanyak 22 orang memiliki riwayat BB/TB Stunting Normal ∑
Stunting
Non ASI eksklusif (61,1%). N(%) N(%) N(%)
Kurus 0 (0) 1 (2,8) 0 (0) 1 (2,8)
5. Data Responden Berdasarkan Kejadian Normal 3 (8,3) 29 0 (0) 32
Stunting (80,6) (88,9)
Tabel 5 Karakteristik Responden Gemuk 2 (5,6) 1 (2,8) 0 (0) 3 (8,3)
Sangat 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Berdasarkan Kejadian Stunting Kurus
Kejadian Stunting N (%) Jumlah 5 (13,9) 31 0 (0) 36
Severely Stunting 5 13,9 (86,1) (100)
Stunting 31 86,1 p value = 0,010 α = 0,05 r = 0,425
Normal 0 0 Berdasarkan tabel 7 hasil tabulasi silang
Jumlah 36 100,0
di atas di analis dengan uji spearman
Berdasarkan Tabel 5diinterprestasikan
rank
bahwa hampir seluruh responden
dengan tingkat kemaknaan ɑ = 0,05 di
sebanyak 31 orang dalam kategori
dapatkan hasil ρ value = 0,010 sehingga
stunting (86,1%).
ρ < ɑ yang artinya ada hubungan antara
6. Tabulasi Silang Hubungan status gizi
status gizi (BB/TB) dengan kejadian
BB/U dengan kejadian stunting
stunting. Diperoleh nilai r =0,425 yang
Tabel6. Tabulasi silang hubungan status
artinya kekuatan hubungan antara status
gizi BB/U dengan Kejadian Stunting
Kejadian Stunting
gizi (BB/TB) dengan kejadian stunting
Severely memiliki kekuatan sedang.
BB/U Stunting Normal ∑
Stunting 8. Tabulasi Silang Hubungan riwayat ASI
N(%) N(%) N(%) Eksklusif dengan kejadian stunting
Gizi Lebih 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Gizi Baik 4 (11,1) 30 0 (0) 34 Tabel 8 Tabulasi silang hubungan
(83,3) (94,4) Riwayat ASI Eksklusif dengan
Gizi 1 (2,8) 1 (2,8) 0 (0) 2 (5,6) Kejadian Stunting
Kurang
Kejadian Stunting
Gizi 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Riwayat Severely
Buruk Stunting Normal ∑
ASI Eks Stunting
Jumlah 5 (13,9) 31 0 (0) 36 N(%) N(%) N(%)
(86,1) (100)
ASI Eks 2 (5,6) 20 0 (0) 22
p value = 0,003 α = 0,05 r = 0,476 (55,6) (61,1)
Non ASI 3 (8,3) 11 0 (0) 14
Berdasarkan tabel 6 hasil tabulasi silang Eks (30,6) (38,9)
di atas di analis dengan uji spearman Jumlah 5 (13,9) 31 0 (0) 36
(86,1) (100)
rank dengan tingkat kemaknaan ɑ = 0,05 p value = 0,004 α = 0,05 r = 0,463
di dapatkan hasil ρ value = 0,003 Berdasarkan tabel 8 hasiltabulasi silang
sehingga ρ < ɑ yang artinya ada di atas di analis dengan uji spearman
hubungan antara ststus gizi (BB/U) rank
dengan kejadian stunting. Diperoleh nilai dengan tingkat kemaknaan ɑ = 0,05 di
r =0,476 yang artinya kekuatan dapatkan hasil ρ value = 0,004 sehingga
hubungan antara status gizi (BB/U) ρ < ɑ yang artinya ada hubungan antara
dengan kejadian stunting memiliki riwayat ASI eksklusif dengan kejadian
kekuatan sedang. stunting. Diperoleh nilai r =0,463 yang

62
Jurnal Darul Azhar Vol 6, No.1 Agustus 2018 – Januari 2019, Hal : 59 - 68

artinya kekuatan hubungan antara hampir seluruh balita sejumlah 32 balita


riwayat ASI eksklusif dengan kejadian (88,9%) memiliki status normal.
stunting memiliki kekuatan sedang. Dalam penelitian ini hampir seluruh
9. Hubungan status gizi dan riwayat ASI balita yang berstatus gizi baik cenderung
Eksklusif dengan kejadian stunting mengalami status gizi normal yaitu (86,1%).
Tabel 9 Hubungan status gizi dan Balita yang memiliki gizi baik dan normal
riwayat ASI Eksklusif dengan kejadian hampir setengahnya memiliki ibu berumur
stunting 20-35 tahun (44,4%), sebagian besar
Variabel Stunting memiliki pendidikan terakhir menengah
Signifikan OR Keterangan (SMP atau SMA/sederajat) (55,6%), hampir
BB/U 0,006 0,133 Signifikan
setengahnya tidak bekerja (47,2%), hampir
BB/TB 0,011 0,050 Signifikan
setengahnya memeiliki penghasilan
Riwayat 0,005 0,367 Signifikan <Rp.1.576.120/bulan, dan hampir setengah
ASI Eks balita mengalami riwayat penyakit infeksi
α = 0,05 diare (44,4%).
Berdasarkan pada tabel 9 diatas dapat Dalam penelitian ini ibu berada di umur
diinterprestasikan hasil uji statistik yang matang dan berpendidikan menengah
dengan meggunakan program SPSS di dimana dengan usia matang serta pola pikir
dapatkan bahwa variabel status gizi yang baik akan mudah menerima dan
(BB/U) signifikan terhadap kejadian menyerap dalam memperoleh pengetahuan
stunting nilai ρ value 0,006 < ɑ = 0,05, tentang gizi, akan tetapi ibu yang tidak
pada variabel status gizi (BB/TB) bekerja akan kurang tentang pengetahuan
signifikan terhadap kejadian stunting gizi balita dibandingkan dengan ibu yang
nilai ρ value 0,011 < ɑ = 0,05, dan bekerja. Penghasilan keluarga dengan ibu
variabel riwayat ASI Eksklusif yang bekerja cenderung lebih tinggi
signifikan terhadap kejadian stunting dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
nilai ρ value Penghasilan keluarga yang rendah akan
0,005 < ɑ = 0,05, yang artinya terdapat berpengaruh pada mutu makanan yang di
hubungan status gizi dan riwayat ASI konsumsi keluarga. Apabila mutu makanan
eksklusif dengan kejadian stunting. rendah maka nutrisi yang di serap balita pun
Dilihat dari nilai exp(B)/OR hubungan rendah, sehingga balita mudah terinfeksi
status gizi (BB/U) dengan kejadian penyakit seperti diare. Apabila balita sering
stunting mempengaruhi sebesar 0,133 terkena diare maka akan terjadi penurunan
kali lipat, hubungan status gizi (BB/TB) berat badan sehingga akan mempengaruhi
dengan kejadian stunting mempengaruhi status gizinya.
sebesar 0,050 kali lipat, dan hubungan 2. Riwayat ASI Eksklusif
riwayat ASI eksklusif dengan Kejadian Berdasarkan tabel 4 sebagian besar balita
Stunting mempengaruhi sebesar 0,367 sejumlah yaitu 22 orang (61,1%) memiliki
kali lipat. riwayat non ASI eksklusif dan hampir
setengah responden sejumlah 14 orang
PEMBAHASAN (38,9%) memiliki riwayat ASI eksklusif.
1. Status Gizi Balita (BB/U dan BB/TB) Berdasarkan tabel 1 diinterprestasikan
Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil bahwa sebagian besar (58,3%) ibu balita
bahwa status gizi (BB/U) hampir seluruh berumur 20-35 tahun, sebagian besar (66,7%)
balita sejumlah 34 balita (94,4%) memiliki berpendidikan menengah (SMP dan SMA
status gizi baik sedangkan berdasarkan tabel atau sederajat) dan sebagian besar (58,3%)
3 didapatkan hasil bahwa status gizi (BB/TB) ibu tidak bekerja. Menurut Adriani (2014)
Umur akan sangat berpengaruh terhadap
63
Jurnal Darul Azhar Vol 6, No.1 Agustus 2018 – Januari 2019, Hal : 59 - 68

daya tangkap sehingga pengetahuan kenaikan berat badan selama hamil 5-12kg
diperolehnya akan semakin baik. Umur (61,1%), sebagian besar ibu memiliki tinggi
dengan rentan 20-35 tahun merupakan usia badan 145-160 cm (69,4%), hampir seluruh
yang produktif dengan tingkat kematangan balita yang memiliki riwayat imunisasi dasar
yang dimiliki seseorang akan lebih matang lengkap (80,5%), dan hampir setengah balita
dalam berfikir dan bertindak. yang memiliki riwayat penyakit infeksi yaitu
Dari penelitian ini usia, pendidikan dan diare (44,4%).
pekerjaan ibu mempengaruhi pemberian ASI Dalam penelitian ini penghasilan
eksklusif pada bayi. Ibu yang berada di usia keluarga dapat mempengaruhi status gizi
matang dan memiliki pendidikan tinggi pada balita maupun ibu. Keluarga yang
memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi berpenghasilan tinggi akan membeli
serta memiliki pola pikir yang baik yang makanan yang sesuai dengan gizi seimbang.
akan mudah untuk menerima informasi Sehingga akan tercukupi kebutuhan
apapun sehingga dapat mengetahui informasi nutrisinya. Ibu dengan penghasilan keluarga
yang penting untuk meningkatkan gizi balita. yang kurang kemungkinan besar memiliki
Ibu yang memiliki pola pikir baik di usia LILA <23,5 cm karena asupan nutrisi tidak
matang akan mudah dalam menyerap tercukupi, jika dibiarkan akan mempengaruhi
informasi dari berbagai sumber selain dari kenaikan berat badan selama hamil. Apabila
pendidikan formal seperti dari petugas ibu tidak mengalami kenaikan berat badan
kesehatan, guru dll. Selain itu ibu yang tidak yang artinya mengalami gizi kurang maka
bekerja akan kurang mendapatkan informasi akan berdampak pada bayi yang dikandung
yang banyak tentang ASI eksklusif karena karena asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh
akan sibuk dengan tugas rumah tangga janin tidak tercukupi, sehingga bayi bisa lahir
dibandingan ibu yang bekerja yang banyak dengan berat badan rendah dan bisa berlanjut
waktu dan kesempatan untuk memperoleh sampai balita. Selain itu status gizi ibu yang
informasi dengan berinteraksi dengan buruk yang bisa menyebabkan berat badan
lingkungan kerjanya. rendah juga menyebabkan tinggi badan tidak
3. Kejadian Stunting sesuai umur. Faktor lain selain gizi yang
Berdasarkan tabel 5 hampir seluruh buruk tinggi badan ibu yang merupakan salah
balita sejumlah 31 orang (86,1%) mengalami satu faktor genetik, dimana ibu yang
stunting dan sebagian kecil sejumlah 5 orang memiliki tinggi badan pendek akan
(13,9%) mengalami severely stunted. mewariskan pada balita.
Di dalam TNPK (2017) menyatakan Selain itu riwayat imunisasi dasar juga
bahwa stunting merupakan kondisi gagal mempengaruhi terjadinya stunting karena
tumbuh pada balita dari kekurangan gizi bila imunisasi dasar tidak lengkap akan
kronis sehingga anak terlalu pendek untuk menyebabkan infeksi. Apabila balita
usianya. Stunting terjadi karena kurangnya terinfeksi penyakit tertentu, balita akan sulit
gizi dalam waktu yang lama. Banyak faktor makan sehingga asupan gizi kurang, jika
yang mempengaruhi stunting yang jika anak asupan gizi kurang akan menghambat
mengalami stunting akan berdampak pada pertumbuhan balita dan mempengaruhi status
perkembangan kognitif dan intelektualnya. gizi balita tersebut. Selain penyakit tertentu
Berdasarkan tabel 5 hampir seluruh yang dapat dicegah dengan imunisasi yang
balita (86,1%) mengalami stunting. Balita dapat menyebabkan stunting dan menganggu
yang stunting hampir setengahnya memiliki status gizi, terdapat pula penyakit infeksi
orang tua dengan penghasilan lainnya seperi diare dan ISPA yang dapat
<Rp.1.576.120/bulan (38,9%), sebagian berdampak pada status gizi. Hal ini juga
besar ibu memiliki LILA sebelum hamil 23,5 dijelaskan pada penelitian yang dilakukan
cm (55,6%), sebagian besar ibu mengalami oleh Martini (2016) bahwa balita yang tidak
64
Jurnal Darul Azhar Vol 6, No.1 Agustus 2018 – Januari 2019, Hal : 59 - 68

mendapatkan imunisasi12,69 kali berisiko Balita yang memiliki status gizi baik dan
mengalami infeksi yaitu diare, dibandingakn normal belum tentu tidak mengalami
demgan balita yang mendapatkan imunisasi. stunting, hal ini disebabkan karena stunting
4. Status Gizi Balita (BB/U dan BB/TB) juga dipengaruhi oleh asupan gizi yang di
dengan Kejadian Stunting dapatkan balita. Walaupun dalam segi berat
Berdasarkan tabel 6 dari hasil statistik badan ada penambahan, berarti gizi yang
pada SPSS dengan analis dengan uji diperoleh sudah baik, akan tetapi tinggi
spearman rank dengan tingkat kemaknaan ɑ badan belum tentu setiap bulan bertambah,
= 0,05 di dapatkan hasil ρ value = 0,003 karena banyak faktor yang mempengaruhi
sehingga ρ < ɑ yang artinya ada hubungan stunting selain status gizi balita pada saat ini.
antara status gizi (BB/U) dengan kejadian Dalam penelitian ini status gizi hanya
stunting, Diperoleh nilai r =0,476 yang menyumbang 5% terjadinya stunting, yang
artinya kekuatan hubungan antara status gizi lainnya terdapat faktor lain. Balita yang
(BB/U) dengan kejadian stunting memiliki stunting rata-rata mengalami penyakit infeksi
kekuatan sedang. diare yang berulang sehingga akan
Dilihat dari nilai OR hubungan status menganggu tubuh kembang. Selain itu
gizi (BB/U) sebesar 0,133 kali lipat ekonomi yang rendah juga terdapat dalam
mempengaruhi kejadian stunting. Sedangkan penelitian ini dikarenakan ibu memberikan
berdasarkan tabel 7 dari hasil analis dengan makanan tidak sesuai dengan kebutuhan
uji spearman rank dengan tingkat kemaknaan balita.
ɑ = 0,05 di dapatkan hasil ρ value = 0,010 5. Riwayat ASI Eksklusif dengan Kejadian
sehingga ρ < ɑ yang artinya ada hubungan Stunting
antara status gizi (BB/TB) dengan kejadian Berdasarkan tabel 7 dari hasil uji SPSS
stunting. Diperoleh nilai r =0,426 yang yang di analis dengan uji spearman rank
artinya kekuatan hubungan antara status gizi dengan tingkat kemaknaan ɑ = 0,05 di
(BB/TB) dengan kejadian stunting memiliki dapatkan hasil ρ value = 0,004 (ρ <ɑ)
kekuatan sedang. Dilihat dari nilai OR sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang
hubungan status gizi (BB/TB) sebesar 0,050 artinya ada hubungan antara riwayat ASI
kali lipat mempengaruhi kejadian stunting, Eksklusif dengan kejadian stunting.
yang artinya sebanyak 5% status gizi Diperoleh nilai r =0,463 yang artinya
menyumbang terjadinya stunting. kekuatan hubungan riwayat ASI eksklusif
Menurut Adriani (2014) status gizi dengan kejadian stunting di TK Dharma
merupakan seberapa jauh perhatian manusia Wanita 1 Purwokerto Kecamatan Ngadiluwih
terhadap kecukupan gizi bagi tubuh, yang Kabupaten Kediri memiliki kekuatan sedang.
dapat diukur melalui berat badan menurut Dilihat dari nilai exp(B)/OR hubungan
umur dan berat badan menurut tinggi badan. riwayat ASI Eksklusif dengan kejadian
Status gizi bisa mempengaruhi stunting, hal stunting mempengaruhi sebesar 0,367 kali
ini karena stunting merupakan masalah gizi lipat, yang artinya 36,7% penyebab stunting
yang terjadi dalam jangka waktu yang cukup adalah tidak diberikan ASI eksklusif. Hasil
lama. Kecukupan gizi sangat penting bagi penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
balita, dimana seluruh pertumbuhan dan yang dilakukan oleh Indrawati (2015) bahwa
balita erat kaitannya dengan masukan terdapat hubungan antara ASI eksklusif
makanan yang memadai. Sedangkan pada dengan kejadian stunting pada balita 2-3
penelitian yang dilakukan oleh Welasasih tahun dengan ρ vaalue 0,000.
(2013) menyatakan bahwa baik atau Menurut Setyaningrum (2016) bahwa
buruknya status gizi balita tergantung dengan periode emas anak berlangsung pada saat
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi. anak dalam kandungan hingga usia dini 0-6
tahun. Pada masa ini balita mengalami
65
Jurnal Darul Azhar Vol 6, No.1 Agustus 2018 – Januari 2019, Hal : 59 - 68

pertumbuhan dan perkembangan secara pesat 6. Hubungan Status Gizi (BB/U dan
tertutama kecerdasan otak sehingga BB/TB) dan Riwayat ASI Eksklusif
pemenuhan gizi harus terpenuhi, gizi pada dengan Kejadian Stunting
bayi salah satunya yaitu ASI Eksklusif dan Berdasarkan tabel 9 hasil uji statistik
MP-ASI. dengan meggunakan program SPSS di
Menurut Mellyasari (2014) Pemberian dapatkan bahwa variabel status gizi (BB/U)
ASI sangat penting pada usia sampai 6 bulan signifikan terhadap kejadian stunting (TB/U)
karena ASI mengandung mineral dan enzim nilai ρ value 0,006 < ɑ = 0,05, pada variabel
untuk pencegahan infeksi dan antibodi yang status gizi (BB/TB) signifikan terhadap
lebih efektif dibandingakn dengan susu kejadian stunting (TB/U) nilai ρ value 0,011
formula, hal ini karena selain sebagai nutrisi < ɑ = 0,05, dan variabel riwayat ASI
yang ideal komposisi ASI juga disesuaikan Eksklusif signifikan terhadap kejadian
dengan kebutuhan bayi. stunting (TB/U) nilai ρ value 0,005 <ɑ = 0,05
Menurut Nurwanti (2014) selain ASI yang artinya terdapat hubungan status gizi
eksklusif, pemberian pertama kali MP-ASI, dan riwayat ASI eksklusif dengan kejadian
kualitas serta kuantitas yang rendah dalam stunting, karena H0 di tolak H1 diterima,
pemberian MP-ASI akan menyebabkan dengan nilai OR status gizi (BB/U) dengan
stunting, hal ini sejalan pada penelitian yang kejadian stunting 0,133 kali, status gizi
dilakukan oleh Khasanah (2016) bahwa (BB/TB) dengan kejadian stunting 0,050 kali,
pemberian pertama kali MP-ASI 2,867 kali riwayat ASI ekksklusif dengan kejadian
menyebabkan stunting. Sedangkan pada stunting 0,367 kali mempengaruhi stunting.
penelitian Hadju (2014) dijelaskan bahwa ibu Sedangkan pada penelitian yang
yang menyusui atau memberi makan, cara dilakukan oleh Rahmawati (2018)
makan yang sehat, dan pemberian makanan menunjukkan bahwa ada hubungan antara
yang begizi mempengaruhi terjadinya tingkat konsumsi energi dan protein dengan
stunting. Selain MP-ASI pemberian susu kejadian stunting dengan ρ value 0,012, yang
formula juga menjadi penyebab stunting, hal artinya balita yang mendapatkan asupan
ini dijelaskan pada penelitian Mediana energi yang baik akan memiliki status gizi
(2016) bahwa bayi yang mendapatkan susu yang baik dan normal. Pada penelitian yang
formula 2,190 kali beresiko mengalami dilakukan Johan (2015) tentang riwayat ASI
stunting. eksklusif dengan kejadian stunting
Dalam penelitian ini balita yang tidak menunjukkan bahwa balita yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif rata-rata mendapatkan ASI eksklusif resiko 3,7 kali
mengalami stunting, hal ini dikarenakan lebih besar terjadinya stunting dibandingkan
balita tidak mendapatkan gizi yang optimal balita yang mendapatkan ASI eksklusif.
dari ASI. Balita yang mendapatkan ASI akan Menurut Kusumawati (2014) balita
tetapi juga diberikan susu formula, air putih merupakan masa dimana perlu mendapatkan
atau makanan lain juga akan mempengaruhi perhatian serius dari orang tua, karena
terjadinya stunting karena ASI mengandung kekurangan gizi pada masa ini akan
banyak nutrisi seperti kalsium yang lebih menyebabkan kerusakan yang irreversible
baik dari susu formula yang bisa (tidak dapat dipulihkan). Ukuran tubuh yang
mempengaruhi tinggi badan balita dan pendek merupakan salah satu indikator
mencegah balita mengalami stunting. Balita kekurangan gizi yang berkepanjangan pada
yang mengalami stunting rata-rata balita. Kekurangan gizi yang lebih fatal akan
emndapatkan MP-ASI sebelum usia 6 bulan berdampak pada perkembangan otak. Status
dan mendapatkan susu formula, sehingga gizi pada masa lalu seperti tidak diberikan
mempengaruhi tumbuh kembangnya. ASI Eksklusif, MP-ASI yang kurang

66
Jurnal Darul Azhar Vol 6, No.1 Agustus 2018 – Januari 2019, Hal : 59 - 68

optimal, terjadi penyakit infeksi berulang 2. Berdasarkan status gizi BB/TB hampir
bisa menyebabkan stunting. seluruh balita di TK Dharma Wanita 1
Menurut Anshori (2013) pertumbuhan Purwokerto Kecamatan Ngadiluwih
dan perkembangan pada masa bayi Kabupaten Kediri memiliki status normal
memerlukan masukan zat gizi yang seimbang yaitu sebanyak 32 balita (88,9%)
dan relatif besar. Balita yang tidak mendapat 3. Hampir setengah balita di TK Dharma
ASI eksklusif beresiko lebih tinggi Wanita 1 Purwokerto Kecamatan
kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk Ngadiluwih Kabupaten Kediri memiliki
proses pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan riwayat non ASI eksklusif yaitu sebanyak
akan mengakibatkan terjadinya stunting. 22 balita (61,1%)
Status gizi balita selain dilihat dari hasil 4. Hampir seluruh balita di TK Dharma
pengukuran BB/TB dan BB/U, juga diihat Wanita 1 Purwokerto Kecamatan
dari riwayat status gizi masa lampau, Ngadiluwih Kabupaten Kediri memiliki
contohnya pemberian ASI eksklusif. Balita kategori stunting yaitu sebanyak 31 balita
yang memiliki gizi baik dan normal belum (86,1%)
tentu mempunyai tinggi badan sesuai 5. Ada hubungan status gizi BB/U dengan
umurnya. Hal ini disebabkan balita yang kejadian stunting di TK Dharma Wanita 1
tidak mendapatkan ASI eksklusif dan Purwokerto Kecamatan Ngadiluwih
mendapatkan makanan dan minuman lain Kabupaten Kediri Tahun 2018
selain ASI seperti susu formula, air putih dll, 6. Ada hubungan riwayat ASI eksklusif
akan lebih banyak mengalami stunting. ASI dengan kejadian stunting di TK Dharma
mengandung kalsium lebih banyak untuk Wanita 1 Purwokerto Kecamatan
pertumbuhan balita yang optimal, jika balita Ngadiluwih Kabupaten Kediri Tahun
tidak mendapatkannya maka balita akan 2018
mengalami stunting, apabila terus berlanjut 7. Ada hubungan status gizi dan riwayat ASI
maka akan memengaruhi perkembangan dan eksklusif dengan kejadian stunting di TK
pertumbuhan balita. Hal ini disebabkan ASI Dharma Wanita 1 Purwokerto Kecamatan
mengandung nutrisi yang sangat baik untuk Ngadiluwih Kabupaten Kediri Tahun
kekebalan balita, jika ASIyang diberikan 2018
kurang maka akan menyebabkan mudah
terjadinya infeksi, jika balita sering infeksi SARAN
maka akan menyebabkan stunting yang 1. Bagi Responden
merupakan faktor penyebabnya. Balita yang Disarankan kepada ibu balita untuk
tidak diberikan ASI eksklusif akan mudah meningkatkan status gizi balita sehingga
terkena penyakit infeksi, maka balita akan bisa meningkatkan SDM di kemudian hari
mengalami perubahan ststus gizi dari gizi agar tumbuh kembang balita tidak
baik bisa menjadi gizi kurang bahkan gizi terganggu.
buruk. 2. Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan mengenai faktor-
KESIMPULAN faktor yang mempengaruhi stunting
Berdasarkan hasil penelitian sehingga dapat mengimplementasikan
didapatkan kesimpulan sebagai berikut: pemenuhan nutrisi pada balita dalam
1. Berdasarkan status gizi BB/U hampir mengoptimalkan pertumbuhan dan
seluruh balita di TK Dharma Wanita 1 perkembangan pada balita untuk
Purwokerto Kecamatan Ngadiluwih mencegah kejadian stunting.
Kabupaten Kediri memiliki status gizi 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
baik yaitu sebanyak 34 balita (94,4%). Peneliti memberikan kesempatan pada
calon peneliti yang tertarik pada pokok
67
Jurnal Darul Azhar Vol 6, No.1 Agustus 2018 – Januari 2019, Hal : 59 - 68

bahasan tentang status gizi dan riwayat pada Anak usia 2-5 Tahun.
ASI eksklusif dengan kejadian stunting Universitas Diponegoro
untuk lebih mengembangkan hasil Mellyasari, Friska. (2014). Faktor Resiko
penelitian dengan meneliti faktor-faktor Kejadian Stunting. Journal of
lain penyebab stunting. NutrisionCollage, (3).No 2
Bersumber dari :
DAFTAR PUSTAKA <http//ejournalsl.undip.ac.id/index.ph
Anshori, H. (2013). Faktor Resiko Kejadian p/jnc> [diakses pada tanggal 30
Stunting Pada Anak Usia 12-24 Oktober 2017].
Bulan. Universitas Diponegoro Putra, Onetusfifsi. (2016). Pengaruh Bblr
Ariani, Putri. (2014). Aplikasi Metodologi Terhadap Kejadian Stunting Pada
Penelitian Kebidanan dan Kesehatan Anak Usia 12 – 60 Bulan. Universitas
Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Andalas.
Medika. Rahmawati, Hanik (2018). Hubungan
Dinas Kesehatan Provinsi Jatim. (2016). Tingkat Konsumsi Energi dan Protein
Profil Kesehatan Jawa Timur. Anak Balita dan Perilaku Keluarga
Bersumber dari: <http:// Sadar Gizi (KADARZI) dengan
www.dinkes.jatimprov.go.id> Kejadian Stunting. Universitas
[Diakses pada tanggal 27 oktober Muhammadiyah Surakarta
2017]. Riset Kesehatan Dasar, (2013). Laporan
Hadju, Veni (2014). Hubungan Pola Asuh Riskesdas 2013. Besumber dari;
dengan Kejadian Stunting pada Anak <http//www.depkes.go.id>.[diakses
Usia 6-23 Bulan. Politeknik pada tanggal 27 oktober 2017].
Kesehatan Kemenkes Makasar. Setiyaningrum, Erna. (2016). Tumbuh
Indrawati, Sri. (2015). Hubungan Pemberian Kembang Anak usia 0-8 Tahun.
Asi Esklusif Dengan Kejadian Surabaya.
Stunting Pada Anak Usia 2-3 Tahun.
Universitas Asiyiyah Jogjakarta. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kementrian Kesehatan. (2016). Profil Kemiskinan. (2017). 100
Kesehatan Indonesia. Bersumber Kabupaten/Kota Prioritas untuk
dari;<http://www.depkes.go.id>. Intervensi Anak Kerdil (Stunting).
[diakses pada tanggal 28 oktober Bersumber
2017]. dari:<http//www.tnp2k.go.id>
Khasannah, Dwi Puji. (2016). Waktu [diakses tanggal 27 oktober 2017].
Pemberian Makanan Pendamping Welasasih, Bayu Dwi. (2013). Beberapa
ASI (MPASI) Berhubungan dengan Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Stunting anak usia 6-23 Status Gizi Balita Stunting.
bulan. Jurnal Gizi dan Dietetik Universitas Airlangga Surabaya
Indonesia, (2).No 2 Bersumber dari World Health Organization. (2017). Double
:<http//ejournal.almaata.ac.id/index.p duty actions for ending malnutrition
hp/IJND> [diakses pada 14Februari within a decade. Bersumber dari;
2018]. <http://www.Who.Int/Pmnch/Topics/
Kusumawati, Erna. (2014). Ilmu Gizi untuk Maternal/Unicef> [diakses tanggal
Keperawatan & Gizi Kesehatan. pada 27 oktober 2017].
Yogyakarta: Nuha Medika.
Mediana, Sherly. (2016). Hubungan Jumlah
Konsumsi Susu Formula
StandarTerhadap Kejadian Stunting
68

You might also like