You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekurangan energi dan protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan
kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak
13,0% berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk (Kemenkes, 2011). KEP
merupakan kondisi patologis yang terjadi karena kekurangan energi dan protein sebagai hasil
dari tidak adekuat dan kualitas diet protein yang sering terjadi berhubungan dengan infeksi
(Amrit, 2012). Gizi buruk didefinisikan sebagai kekurangan berat badan yang sangat berat ( < 70
% BB/PB atau < -3 Z-score ) dan atau edema (Schubl, 20101). Dua keadaan klinis nutrisi yang
berat yang termasuk dalam KEP adalah marasmus dan kwashiorkor (Amrit, 2012).
Nutrisi dikenal sebagai pilar dasar untuk perkembangan sosial dan ekonomi. Nutrisi yang
adekuat penting pada anak usia dini untuk memastikan pertumbuhan yang sehat, pembentukan
organ yang tepat dan fungsi, sistem kekebalan yang kuat dan perkembangan neurologis dan
kognitif. Kurangnya gizi pada anak berdampak pada fungsi kognitif dan memberikan kontribusi
kepada kemiskinan (Vijaykumar, 2013). Gizi kurang dan gizi buruk merupakan penyebab
kematian sekitar 55% anak di bawah usia lima tahun di seluruh dunia (Setyowati, 2012).Masalah
gizi masih terus menjadi topik yang kontroversial di hampir setiap aspekterutama berkaitan
dengan klasifikasi dan patogenesis. Penyebabnya adalah penyajian masalah gizi yang masih
bervariasi dalam kandungan gizi dari makanan, prevalensi penyakit, variabilitas host, dan waktu
terjadinya.
Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi buruk dan faktor tersebut saling
berkaitan.Secara langsung penyebab terjadinya gizi buruk yaitu anak kurang mendapat asupan
gizi seimbang dalam waktu cukup lama dan anak menderita penyakit infeksi.Anak yang sakit,
asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan
penyerapan akibat penyakit infeksi.Secara tidak langsung penyebab terjadinya gizi buruk yaitu
tidak cukupnya persediaan pangan di rumah tangga, pola asuh kurang memadai, dan sanitasi /
kesehatan lingkungan kurang baik, serta akses pelayanan kesehatan terbatas.Akar masalah
tersebut berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kemiskinan
keluarga (Krawinkel, 2005).
Berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2013, Provinsi Jawa Timur merupakan daerah
dengan temuan kasus gizi buruk terbanyak bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Kemenkes RI mencatat dari tahun 2010 hingga tahun 2013 kasus kekurangan gizi di Jawa Timur
mengalami peningkatan dari 17,1% (4,8% gizi buruk dan 12,3% gizi kurang) menjadi 19,1%
(4,9% gizi buruk dan 14,2% gizi kurang).
Data di Kota Madiun sendiri, selama 5 tahun terakhir menunjukkan bahwa Kota Madiun
belum bersih dari kasus gizi buruk. Data Dinas Kesehatan Kota Madiun mencatat pada tahun
2009 ditemukan sebanyak 43 Balita menderita gizi buruk. Pada tahun 2010 sebanyak 43 kasus,
selanjutnya pada tahun 2011 masih terdapat 22 kasus, tahun 2012 terdapat 26 kasus dan tahun
2013 tercatat 12 kasus gizi buruk (Dinkes, 2013). Dari data yang didapat di Puskesmas Patihan
tercatat pada tahun 2013 ditemukan sebanyak 4 balita yang menderita gizi buruk. Pada tahun
2014 terdapat 4 balita dan tahun 2015 terdapat 5 balita (Puskesmas Patihan, 2016).
Hasil pemantauan yang dilakukan di Kelurahan Patihan wilayah kerja Puskesmas
Patihan, menemukan bahwa dari beberapa balita penderita kekurangan gizi yang mendapatkan
PMT di wilayah tersebut, masih belum menunjukkan perubahan status gizi yang meningkat
secara signifikan. Selama pemberian PMT-P proses tumbuh kembang anak anak dengan gizi
kurang juga cenderung tertinggal sesuai dengan usianya.
Masih ada maupun berulangnya kasus kekurangan gizi menunjukkan bahwa pelaksanaan
PMT-P anak balita bukan berarti berjalan tanpa menemui masalah. Diperlukan adanya
pengkajian ulang terhadap pelaksanaan program PMT-P yang nantinya dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk perbaikan pelaksanaan program PMT-P pada masa yang akan datang. Oleh
karena itu untuk mengukur keberhasilan program PMT-P anak balita diperlukan adanya evaluasi
terhadap program yang dilengkapi dengan suatu panduan dalam bentuk petunjuk teknis dari
Departemen Kesehatan. (Isir, 2011).
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan Monitoring dan
Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) pada Balita Kurang Gizi
di Kelurahan Patihan Wilayah Kerja Puskesmas Patihan

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana tingkat keberhasilan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P)
pada balita S penderita gizi kurang dengan gangguan tumbuh kembang di Kelurahan Patihan
wilayah kerja Puskesmas Patihan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Pemberian Makanan
Tambahan Pemulihan (PMT-P) pada balita s penderita gizi kurang dengan gangguan tumbuh
kembang di wilayah kerja Puskesmas Patihan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan antara kurang gizi dengan gangguan tumbuh kembang pada balita
di Kelurahan Patihan wilayah kerja Puskesmas Patihan.
2. Mengetahui ketepatan sasaran Program PMT-P di Kelurahan Patihan wilayah kerja
Puskesmas Patihan.
3. Mengetahui faktor resiko terjadinya kejadian kurang gizi pada balita S yang mendapatkan
Program PMT-P di Kelurahan Patihan wilayah kerja Puskesmas Patihan.
4. Mengevaluasi input (tenaga, dana, sarana, bahan dan metode) dalam pelaksanaan
program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) pada balita kurang gizi S di
Kelurahan Patihan wilayah kerja Puskesmas Patihan.
5. Mengevaluasi proses (perencanaan, pergerakan dan pelaksanaan serta pengawasan dan
penilaian) dalam program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) pada
balita kurang gizi S di Kelurahan Patihan wilayah kerja Puskesmas Patihan.
6. Mengevaluasi output (jumlah anak balita kurang gizi) dalam pelaksanaan program
Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) pada balita kurang gizi S di
Kelurahan Patihan wilayah kerja Puskesmas Patihan.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Instansi Kesehatan
Dapat menjadi masukan bagi Puskesmas Patihan dalam perbaikan program upaya
pemantauan PMT-P anak balita gizi kurang di Kelurahan Patihan wilayah kerja Puskesmas
Patihan, sehingga dalam jangka panjang diharapkan dapat menurunkan angka kejadian balita
kurang gizi di Kelurahan Patihan wilayah kerja Puskesmas Patihan.
1.4.2 Manfaat Akademik
Sebagai acuan bagi pembaca yang akan melakukan penelitian selanjutnya. Selain itu juga
bermanfaat untuk melatih kemandirian dokter dalam mengidentifikasi dan mencari pemecahan
masalah yang terjadi di masyarakat serta mengimplementasikan ilmu yang telah didapat ke
dalam kehidupan sosial khususnya bagi dokter Internship.
1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat
1. Sebagai informasi untuk meningkatkan tingkat kepedulian masyarakat tentang tingginya
angka kejadian balita kurang gizi di Kelurahan Patihan wilayah kerja Puskesmas Patihan,
sehingga diharapkan masyarakat berpartisipasi dalam menurunkan angka kejadian balita
kurang gizi melalui pemberian makanan gizi seimbang.
2. Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan terhadap ibu balita tentang cara pemberian
PMT-Pemulihan yang benar dan makanan seimbang.
3. Sebagai dorongan terhadap masyarakat untuk lebih aktif dalam kegiatan posyandu di
Kelurahan Patihan wilayah kerja Puskesmas Patihan sehingga dapat lebih dini dalam
menjaring kasus balita kurang gizi sebelum jatuh dalam kondisi komplikasi yang lebih
serius.
4. Sebagai informasi kepada masyarakat tentang deteksi awal gangguan tumbuh kembang
pada balita.

You might also like