You are on page 1of 10

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI

DUSUN WONOKROMO II PLERET BANTUL DAERAH ISTIMEWA


YOGYAKARTA TAHUN 2013 1

Titi Sari Siswoyo Putri2, Rina Suparyanti3


ti.sasiswoyoputri@yahoo.com

ABSTRACT

Balance nutritional intake of food has an important role in the process of physical growth
and intelligence. The result of nutritional status monitoring in Bantul, it fluctuates annually. The
nutritional status in Pleret showed 160 children under five 1.23% malnourished, 16.63%
malnutrition and 8.75 excess of nutrition. The purpose of this study is to determine the
correlation between diet and nutritional status of children aged 1-5 years in Wonokromo II
village, Pleret, Bantul in 2013.
This research was correlation quantitative survey research with cross sectional time
approach. The data collecting instrument used questionnaire filled by respondents , and had
passed for the validity and reliability test. The sampling technique used purposive sampling for
56 respondents. The statistical data analysis used Spearman Rank.
The results showed the significant value of Spearman Rank correlation coefficient (0.000
with (p) = 0.000 <0.05) between diet of children with the nutritional status of children aged 1-5
years in Wonokromo II village, Bantul, Yogyakarta. In conclusion, there is a significant
correlation between the diet and nutritional status of children aged 1-5 years in Wonokromo II
village, Pleret, Bantul Yogyakarta in 2013. As suggestion, the mothers in the Wonokromo II
village, Pleret, Bantul , should give more attention to their children, especially about giving
nutrition properly to support children growth.

Keywords : diet, nutritional status, children under five

PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan nasional pada sangat menghambat pertumbuhan fisik,
hakekatnya diarahkan untuk meningkatkan mental maupun kemampuan berpikir yang
kualitas hidup dan sumber daya manusia ( pada akhirnya akan menurunkan
SDM ). Berkaitan dengan hal tersebut, produktivitas kerja. Balita hidup penderita
ditetapkannya perbaikan status gizi gizi buruk dapat mengalami penurunan
merupakan salah satu prioritas kecerdasan (IQ) hingga 10 persen. Keadaan
pembangunan kesehatan Tahun 2010 – 2014 ini memberikan petunjuk bahwa pada
(Minarto, 2010). hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan
Salah satu permasalahan kesehatan di berdampak pada menurunnya kualitas
Indonesia adalah kematian anak usia bawah sumber daya manusia (Samsul, 2011).
lima tahun (balita). Status gizi buruk pada Masalah gizi kurang pada umumnya
balita dapat menimbulkan pengaruh yang disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya

1
Judul Karya Tulis Ilmiah
2
Mahasiswa STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta Program Studi D III Kebidanan
3
Dosen STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
persediaan pangan, kurang baiknya kualitas yang terendah di Provinsi Daerah Istimewa
lingkungan (sanitasi), kurangnya Yogyakarta dan tertinggi di Provinsi
pengetahuan masyrakat tentang masalah Gorontalo.
gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan Menurut Dinas Kesehatan Yogyakarta
adaya daerah miskin gizi (Almatsier,2009). Tahun 2012 yang dikutip melalui
Badan kesehatan dunia (WHO) www.tribun.com dari sekitar 20.000 balita
memperkirakan bahwa 54 persen kematian yang ada di Yogyakarta, kasus penederita
anak disebabkan oleh keadaan gizi yang gizi buruk mencapai 0,98 %. Prosentase ini
buruk. Sementara masalah gizi di Indonesia menedekati ambang batas 1 % yang ditolerir
mengakibatkan lebih dari 80 persen secara nasional. Hasil pemantauan status
kematian anak (WHO, 2011). gizi balita di Kabupaten Bantul pada tahun
Masalah lain dalam bidang gizi yaitu 2008 dilaporkan terdapat 0 ,53% balita gizi
meningkatnya prevalensi balita gemuk. Saat buruk (0,44% laki-laki dan 0,56%
ini terdapat 14,2 % anak balita kategori perempuan), sedangkan tahun 2009 terdapat
gemuk, lebih tinggi dari anak balita kategori kasus balita gizi buruk 0,35%. Hal ini berarti
kurus yaitu 13,3 %. Bahkan pada usia kasus gizi buruk di Kabupaten Bantul tahun
dewasa kegemukan makin meningkat 2009 lebih rendah dibandingkan tahun
mencapai 21,7 %. Fenomena inilah yang sebelumnya. Pada tahun 2010 balita gizi
dinamakan Beban Ganda Masalah Gizi. buruknya meningkat dibandingkan tahun
Kekurangan gizi pada anak dapat sebelumnya, tetapi tahun 2011 balita gizi
menyebabkan pertumbuhan fisik dan otak buruknya menurun dibandingkan tahun
tidak optimal, anak akan menjadi kurus dan 2010. Pada tahun 2011 kecamatan dengan
sangat pendek. Sementara itu, kelebihan gizi kasus gizi buruk tertinggi adalah Kecamatan
juga tidak baik bagi anak karena memicu Sanden sebesar 1%, sedang kasus gizi
munculnya berbagai penyakit degeneratif buruknya terendah adalah Kecamatan
seperti diabetes mellitus, hipertensi, Kasihan sebesar 0,15% dan yang gizi
hiperkolesterol dan penyakit jantung ( buruknya fluktuatif naik turun adalah
Anonim, 2008). Kecamatan Pajangan (Dinkes Kabupaten
Prevalensi balita gizi buruk Bantul, 2010).
merupakan indikator Millenium Dalam Undang – Undang No 36
Development Goals (MDGs) yang harus Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 117 ,
dicapai disuatu daerah (kabupaten/kota) khususnya bab VIII tentang gizi, tercantum
pada tahun 2015, yaitu terjadinya penurunan bahwa pemerintah sangat diharapkan turut
prevalensi balita gizi buruk menjadi 3,6 serta berperan aktif dan dituntut untuk
persen atau kekurangan gizi pada anak meningkatkan perbaikan gizi di masyarakat,
balita menjadi 15,5 persen (Bappenas, serta memperhatikan keseimbangan dan
2010). Pencapaian target MDGs belum ketersediaan masalah pangan dan gizi
maksimal dan belum merata di setiap masyarakat (Purwanta, 2010). Usaha lain
provinsi. Besarnya prevalensi balita gizi yang dilakukan yaitu dengan pengembangan
buruk di Indonesia antar provinsi cukup pojok gizi (POZI) atau klinik gizi puskesmas
beragam. Berdasarkan data riset kesehatan di selenggarakan oleh puskesmas dalam
dasar (Riskesdas) 2010, secara nasional rangka mengoptimalkan pelayanan gizi, baik
prevalensi balita gizi buruk sebesar 4,9 kualitas maupun kuantitasnya dengan
persen dan kekurangan gizi 17,9 persen. memberikan pengarahan dan penyuluhan
Rentang prevalensi BBLR (per 100) di kepada pengunjung/pasien klinik gizi untuk
Indonesia adalah 1,4 sampai 11,2, dimana dapat memecahkan masalah kesehatan
mengenai gizi yang sedang dihadapi tahun di dusun Wonokromo II Bantul
(Depkes RI, 2007). Yogyakarta.
Dalam Al-Qur’an juga dicantumkan
dalam QS.Al-A’raf:31, yang berbunyi : METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskripsi korelasi dengan
menggunakan pendekatan waktu cross
sectional yaitu penelitian untuk mempelajari
Artinya : dinamika korelasi dengan cara pendekatan,
“ Makan dan minumlah dan jangan observasi atau pengumpulan data pada suatu
berlebih-lebihan, Allah tidak senang kepada saat. Tiap subyek penelitian hanya
orang yang berlebih-lebihan”. diobservasi sekali saja, dan pengukuran
dilakukan terhadap status karakter atau
Karena makan yang berlebihan dapat subyek pada pemerikasaan. Tetapi hal ini
mengakibatkan kelebihan gizi yang tidak tidak berati bahwa semua subyek penelitian
baik bagi anak karena memicu munculnya diamati pada waktu yang sama (Notoatmojo,
berbagai penyakit degeneratif seperti 2010). Tujuan penelitian ini dilakukan untuk
diabetes mellitus, hipertensi, hiperkolesterol mngetahui hubungan pola makan balita
dan penyakit jantung. dengan status gizi pada balita usia 1-5 tahun
Berdasarkan data yang diperoleh dari di Dusun Wonokromo Pleret Bantul.
puskesmas I Pleret Bantul tahun 2012
didapatkan hasil jumlah balita 160 HASIL DAN PEMBAHASAN
diantaranya menderita gizi buruk 1,25%, 1. Gambaran Umum Lokasi
gizi kurang 15,63%, dan 8,75%anak Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
menderita gizi lebih. Juli 2013 di dusun Wonkromo II Pleret
Berdasarkan studi pendahuluan di Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Di
posyandu Anggrek dan Cempaka dusun Dusun Wonokromo II Pleret Bantul ini
Wonokromo II, Pleret Bantul tanggal 31 setiap bulan diadakan kegiatan Posyandu
Desember tahun 2012 terdapat 56 balita setiap bulannya pada minggu kedua, dalam
25% diantaranya menderita gizi kurang dan kegiatan Posyandu ini dapat memantau dan
7,14% anak menderita gizi lebih. Dari hasil membantu ibu untuk mengatasi masalah
wawancara tanggal 1 Desember 2012 pada balita khususnya tentang status gizi
dengan lima keluarga balita didapatkan hasil dengan pemberian PMT dan kegiatan KIE
4 anak frekuensi makan dalam satu hari bisa yang dilakukan oleh para kader posyandu.
kurang dari tiga kali dan ibu memberikan Sedangkan dari Puskesmas melakukan
makan dengan lauk atau sayur seadanya kunjungan Posyandu setiap 4 bulan sekali
bahkan kadang-kadang anak makan hanya untuk memantau perkembangan status gizi
dengan sayur atau lauk saja yaitu makan di dusun Wonokromo II Pleret Bantul.
hanya dengan tempe goreng saja dengan 3 Dari hasil wawancara pada tanggal 1
anak status gizi baik dan 1 anak gizi kurang. Desember 2012 dengan lima keluarga balita
hasil 1 anak didapatkan anak makan dua didapatkan hasil 4 anak frekuensi makan
sampai tiga kali dalam sehari dan minum dalam satu hari bisa kurang dari tiga kali dan
susu bisa lebih dari tiga kali dalam satu hari ibu memberikan makan dengan lauk atau
dengan status gizi lebih, maka dari itu kami sayur seadanya bahkan kadang-kadang anak
tertarik untuk meneliti hubungan pola makan hanya dengan sayur atau lauk saja
makan dengan status gizi balita usia 1-5 yaitu makan hanya dengan tempe goreng
saja dengan 3 anak status gizi baik dan 1 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 sebesar 18
anak gizi kurang. Hasil 1 anak didapatkan responden (60,00%) dan pendapatan
anak makan dua sampai tiga kali dalam terkecil berkisar > Rp 1.000.000,00
sehari dan minum susu bisa lebih dari tiga sebesar 5 responden (16,67%).
kali dalam satu hari dengan status gizi lebih. c) Karakteristik Berdasarkan Umur
Populasi penelitian ini adalah seluruh Ibu
ibu yang mempunyai anak balita 1-5 tahun, Tabel 3 Karakterisik Responden
tidak mengikutsertakan balita yang sakit. Menurut Umur Ibu
Pengambilan sample menggunakan teknik No Umur F %
non probality purposive sampling dan 1 < 24 3 10,00%
didapatkan sebanyak 30 responden. 2 24 – 30 14 46,67%
2. Karakteristik Responden 3 > 30 13 43,33%
a) Karakteristik Responden Jumlah 30 100,00%
Berdasarkan Pendidikan Sumber : Sumber Data Fix
Tabel 1 Karakteristik Responden
Berdasarkan Pendidikan Tabel 3 menunjukan umur responden
No Pendidikan F % berdasarkan umur ibu paling banyak
1 SD 6 20,00% adalah usia 24- 30 tahun sebanyak 14
2 SMP 6 20,00% responden (46,67%) dan paling sedikit
3 SMA 14 46,67% umur < 24 tahun yaitu sebanyak 3
4 DI 1 3,33% responden (10,00%).
5 SI 3 10,00% d) Karakteristik Responden
Jumlah 30 100,00% Berdasarkan Umur Anak
Sumber : Sumber Data (Fix) Tabel 4 Karakteristik Responden
Berdasarkan Umur Anak
Tabel 1 menunjukan bahwa responden No Umur F %
terbanyak adalah pendidikan SMA, yaitu Anak
14 responden (46,67%) dan paling sedikit 1 1-3 th 23 77,67%
responden berpendidikan DI yaitu 1 2 <5 7 23,33%
responden (3,33%). tahun
Jumlah 30 100%
b) Karakteristik Responden Sumber : Sumber Data (Fix)
Berdasarkan Pendapatan
Tabel 2 Karakteristik Responden Tabel 4 diatas menunjukan bahwa
Berdasarkan Pendapatan eluarga jumlah responden sebagian besar
No Pendapatan F % berumur 1- 3 tahun, yaitu 23 responden
Rp 200.000,00 - (77,67%).
1 7 23,33%
499.000,00 e) Karakteristik Jenis Kelamin Anak
Rp 500.000,00 – Tabel 5 Karakteristik Respoden
2 18 60,00%
1.000.000,00 Berdasarkan Jenis Kelamin
3 >Rp 1.000.000,00 5 16,67% No JK F %
Jumlah 30 100,00% 1 Laki-laki 16 53,33%
Sumber : Sumber Data (Fix) 2 Perempuan 14 46,67%
Jumlah 30 100,00%
Tabel 2 diatas menunjukan pendapatan Sumber : Sumber Data (Fix)
responden terbesar berkisar Rp
Tabel 5 diatas sebagian besar pengetahuan merupakan faktor yang
respoden berjenis kelamin laki-laki mendahului atau motivasi untuk perilaku.
sebesar 16 responden (53,33%) dan jenis Beliau menggolongkan pendidikan
kelamin perempuan sebesar 14 responden seseorang menjadi pendidikan tinggi dan
( 46,67%). rendah. Pendidikan seseorang dikatakan
tinggi jika tamatan SMA/sederajat dan
3. Hasil Penelitian jenjang Perguruan Tinggi sedangkan
a) Pola Makan Balita dalam pendidikan rendah tamatan SD
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Pola atau tidak sekolah. Ibu yang
Makan Balita Usia 1-5 Tahun di berpendidikan rendah akan
Dusun Wonokromo Pleret Bantul mempengaruhi pengetahuan tentang gizi
Tahun 2013 seperti dalam pemilihan makanan.
No Pola F % Pendapatan keluarga responden
makan sebagian besar responden memiliki
1 Baik 24 80,00% tingkat pendapatan berkisar Rp
2 Cukup 6 20,00% 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 sebanyak
3 Kurang 0 0,00% 18 responden (60,00%) artinya hampir
Jumlah 30 100% separuh berpenghasilan cukup. Apabila
Sumber : Sumber Data (Fix) pendapatan rendah maka makanan yang
Secara umum hasil penelitian dikonsumsi tidak mempertimbangkan
menunjukan bahwa mayoritas ibu di nilai gizi, tetapi nilai materi lebih menjadi
Dusun Wonokromo Pleret Bantul tahun pertimbangan. Pendapatan rendah
2013 membiasakan pola makan kepada mempengaruhi jumlah makanan yang
balitanya termasuk dalam kategori baik dikonsumsi keluarga dan meningkatkan
sebanyak 24 responden (80,0%). Hal ini kemungkinan kerkenanya penyakit
menunjukan bahwa para ibu balita telah infeksi sehingga status gizinya rendah,
menyadari pentingnya asupan gizi dan hal ini sejalan dengan teori
energi untuk kebutuhan anaknya yang Sulistyonongsih (2011), keadaan
telah diwujudkan dengan pemilihan ekonomi keluarga yang kurang mampu
makanan yang sesuai dengan kondisi merupakan faktor yang kurang
balitanya. Hasil penelitian ini sejalan mendukung bagi pertumbuhan dan
dengan penelitian dari Savitri (2011) perkembangan anak balita. Hal ini
yang menyatakan bahwa pola makan disebabkan karena tingkat pendapatan
balita dipengaruhi oleh perilaku ibu. keluarga sangat berpengaruh terhadap
Berdasarkan data yang didapat saat konsumsi pangan kaluarga.
penelitian, sebagian besar responden Hasi peneilitian menunjukan umur
berpendidikan SMA sebanyak 14 responden berdasarkan umur ibu paling
responden (46,67%) artinya hampir banyak adalah usia usia 24- 30 tahun
separuh ibu-ibu yang memiliki sebanyak 14 responden (46,67%) dan
pengetahuan tinggi . Hal ini sejalan paling sedikit umur < 24 tahun yaitu
dengan teori (Notoadmojo, 2007) yang sebanyak 3 responden (10,00%), Usia
mengatakan bahwa makin tinggi tingkat akan mempengaruhi kemampuan atau
pendidikan seseorang akan makin tinggi pengalaman yang dimiliki orang tua
pula intelektualnya. Pendidikan dalam pemberian nutrisi anak balita. Hal
merupakan hal penting utnuk ini sejalan dengan penelitian dari Gabriel
meningkatkan pengetahuan karena (2008) yaitu orang tua muda, terutama
ibu, cenderung kurang pengetahuan dan Artinya :
pengalaman dalam merawat anak Maka makanlah yang halal lagi baik
sehingga mereka umumnya merawat anak dari rezeki yang telah diberikan Allah
didasarkan pada pengalaman orang tua kepadamu; dan syukurilah ni’mat Allah,
terdahulu. Selain itu, faktor usia muda jika kamu hanya kepada-Nya saja
juga cenderung menjadikan seorang ibu menyembah
akan lebih memperhatikan .
kepentingannya sendiri daripada Yang dapat dianalisis bahwa dalam
kepentingan anaknya, sehingga kuantitas islam dianjurkan makan makanan yang
dan kualitas perawatan kurang terpenuhi. halal dan mensyukuri atas rizki yang
Sebaliknya, ibu yang lebih berumur diberikan oleh Allah untuk keperluan
pertumbuhan badan dan pembinaan
cenderung akan menerima perannya
kesehatan..
denga sepenuh hati.
Kategori baik pada pola makan balita
sangat tergantung terhadap ibunya karena b) Status Gizi Balita Usia 1-5 tahun
balita merupakan konsumen pasif dan Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi
para ibu di dusun Wonokromo Pleret Status Gizi Balita Usia 1-5 Tahun
Bantul tahun 2013 tidak memaksakan di Dusun Wonokromo Pleret
balitanya terhadap jenis makanan yang Bantul Tahun 2013
tidak disukai oleh balitanya, hal ini No Status Gizi F %
sejalan dengan teori Sulistyoningsih 1 Gizi Lebih 0 0%
(2011) yang menyatakan bahwa pada usia 2 Gizi Baik 26 86,67%
1-3 tahun bersifat konsumen pasif, yaitu 3 Gizi Kurang 4 13,33%
makananya tergantung apa yang 4 Gizi Buruk 0 0%
diberikan ibu, sehingga peranan ibu Jumlah 30 100%
dalam menentukan makanan menu Sumber : Sumber Data (Fix)
makanan yang bergizi, lengkap dan
seimbang sangat besar. Pada usia 2 tahun Berdasarkan hasil penelitian jumlah
anak mulai disapih dan pada masa ini rasa responden sebagian besar berumur besar
ingin tahu anak sangat tinggi sehingga berumur 1- 3 tahun, yaitu 23 responden
ibu memilki kesempatan untuk (77,67%), dimana anak tumbuh dan
memperkenalkan berbagai jenis makanan berkembang dengan pesat dan golongan
yang beraneka ragam dalam rasa, warna, ini sangat rawan terhadap berbagai
tekstur sedini mungkin. Kategori pada macam penyakit seperti rawan gizi hal
pola makan juga dilihat dari Pada saat ini ini sejalan dengan pendapat Almatsier (
pertumbuhan dan perkembangan otak 2009) yaitu Anak umur 1 sampai 4
masih berlangsung sehingga kebutuhan tahun merupakan periode ketika tumbuh
nutrisi sangat penting bagi anak, apalagi dengan cepat sehingga kebutuhan anak
pada masa ini sangat rentan terhadap dan zat-zat gizi meningkat. Periode ini
penyakit kurang gizi. Hal ini sesuai rawan pada masalah gizi, penyakit
dengan Qur’an Surat An Nahl ayat 114 infeksi, dan tekanan emosi dan stress.
yaitu Keadaan kurang gizi dihubungan
dengan kurang energi protein dan
kekurangan vit A.
Jenis kelamin sebagian besar
respoden balita berjenis kelamin laki-
laki sebesar 16 responden (53,33%) dan
jenis kelamin perempuan sebesar 14 Apabila cara pemberian dan syarat
responden ( 46,67%) yang berpengaruh pemberian makananan terhadap
dengan status gizi hal ini sejalan dengan balitanya benar akan mengakibatkan
pendapat Arisman (2004) Kebutuhan status gizi balita baik, hal ini sejalan
zat gizi pada anak laki-laki berbeda dengan pendapat dari Khosman (2006)
dengan anak perempuan dan biasanya yang menyatakan bahwa semakin tinggi
lebih tinggi karena anak laki-laki frekuensi konsumsi makan, maka
memliki aktivitas fisik yang lebih tinggi peluang terpenuhinya kecukupan gizi
bahwa anak laki-laki biasanya semakin besar.
mendapatkan prioritas yang lebih tinggi c) Hubungan Pola Makan Balita Dengan
dalam hal makanan dibandingkan anak Status Gizi Balita Usia 1-5 tahun di
perempuan. Dusun Wonokromo Pleret Bantul
Hasil penelitian menunjukan bahwa Untuk mengetahui hubungan antara
dari 30 responden, mayoritas responden pola makan dengan status gizi balita usia
memiliki status gizi balita baik 1-5 tahun di DusunWonokromo Pleret
sebanyak 26 responden (86,7,0%) dan Bantul terlebih dahulu dihitung tabulasi
status gizi balita kurang sebayak 4 silang antara kategori tingkat pola makan
responden (13,3%). Hal ini menunjukan dengan kategori status gizi balita yang
bahwa balita di dusun Wonokromo disajikan dalam tabel dibawah ini.
Pleret Bantul tahun 2013 tidak Tabel 4.8 Hubungan pola makan
kekurangan asupan gizi dan energi dari balita dengan status gizi balita usia 1-
ibunya yang dibuktikan dengan berat 5 tahun di DusunWonokromo II
badan dari balita tersebut mayoritas Pleret Bantul tahun 2013
termasuk dalam katerogi baik.
Sedangkan balita yang memilki status
gizi kurang kemungkinan karena
kondisi balita tersebut yang sering sakit
sehingga tidak nafsu makan dalam
mengkonsumsi asupan gizi yang
diberikan oleh ibunya. Hal ini sejalan
dengan pendapat Pudjiaji (2006) yang
menyatakan bahawa infeksi berat dapat
memperjelek keadaan gizi melalui Sumber : Sumber Data (Fix)
gangguan masukan makanan dan Tabel 4.8 diatas menunjukan bahwa
meningginya kehilangan zat-zat mayoritas responden mempunyai pola
ensensial tubuh. Sebaliknya mal nutrisi makan baik dengan status gizi baik
walaupun ringan berpengaruh negatif sebanyak 23 responden (76,7%) diikuti
pada daya tahan tubuh terhadap oleh responden yang mempunyai pola
pertumbuhan seperti menurunnya berat makan cukup dengan status gizi balita baik
badan yang disebabkan oleh hilangnya sebanyak 3 responden (3,3%), responden
nafsu makan sehingga masukan (intake) yang memilki pola makan baik dengan
zat gizi dan energi kurang dari status gizi balita kurang sebanyak 1
kebutuhannya. responden (10,0%), responden yang
Status gizi balita baik bisa dikatakan memiliki pola makan cukup dengan status
bisa disebabkan oleh cara pemberian gizi kurang sebanyak 3 respoden (10,0%).
dan syarat-syarat pemberian makanan. Pengujian selanjutnya untuk
mengetahui hubungan antara pola makan
balita dengan status gizi balita usia 1-5 oleh Ariswidiyati (2011) bahwa kekurangan
tahun di Dusun Wonokromo II Pleret energi berasal dari makanan, menyebabkan
Bantul tahun 2013 dilakaukan analisa seorang kekurangan tenaga untuk bergerak,
dengan progam spss versi 17.0 dengan bekerja dan melakukan aktivitas. Orang
rumus korelasi Spearman Rank dengan menjadi malas, lemah dan produktivitasnya
nilai korelasi Spearman Rank yaitu sebesar menurun. Sedangkan kekurangan jumlah
0.904 dengan sig yaitu 0,000. Hal ini energi yang dibutuhkan untuk bekerjanya
menunjukan bahwa nilai p< 0,05 berati organ-organ dalam tubuh, peredaran darah,
bahwa terdapat hubungan yang signifikan pertumbuhan badan.
antara kebiasaan makan balita dengan Mayoritas responden di Dusun
status gizi balita usia 1-5 tahun di dusun Wonokromo Pleret Bantul Tahun 2013
Wonokromo Pleret Bantul Tahun 2013 mempunyai pola makan baik dengan
Hasil penelitian menunjukan bahwa status gizi baik sebanyak 26 responden
terdapat hubungan antara pola makan dan tidak ada terdapat responden yang
balita dengan status gizi balita usia 1-5 mempunyai kebiasaan makan cukup yang
tahun di dusun Wonokromo Pleret Bantul berstatus gizi buruk. Hal ini menunjukan
tahun 2013 ditunjukan dengan nilai bahwa para ibu di Dusun Wonokromo
korelasi Spearman Rank sebesar 0,904 Pleret Bantul tahun 2013 mengutamakan
dengan sig yaitu 0,000 nilai p < 0,05 status gizi balitanya yang diwujudkan
sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila dengan memberikan jenis makanan yang
pola makan maka status gizi balita baik, sesuai, cara, frekuensi dan pemberian yang
demikian pula sebaliknya apabila benar serta pola pemberian makan yang
kebiasaan makan balita yang kurang maka tepat.
status gizi juga semakin buruk. Hal ini
menunjukan bahwa status gizi balita SIMPULAN DAN SARAN
dipengaruhi oleh pola makan yang ada di 1. Simpulan
dusun Wonokromo Pleret Bantul tahun Berdasarkan analisis data yang telah
2013. Status gizi dikatakan baik bila dilakukan, maka kesimpulan yang
terdapat keseimbangan dan keserasian diperoleh adalah sebagai berikut :
antara fisik dan mental, terdapat a. Pola makan pada balita usia 1-5
keterkaitan yang erat antara tingkat tahun di dusun Wonokromo Pleret
transportasi penyimpangan, metabolisme Bantul Tahun 2013 sebagian besar (
dan pengeluaran zat-zat yang tidak 80,0%) memilki kebiasaan makan
digunakan untuk mempertahankan baik dan sebanyak ( 20,0%) memiliki
keadaan gizi dengan konsumsi makan. kebiasaan makan cukup.
Hasil penelitian diatas mendukung teori b. Status gizi balita usia 1-5 tahun di
Supariasa (2009) yang menyatakan bahwa Dusun Wonokromo Pleret Bantul
balita yang mengalami kekurangan gizi tahun 2013 sebagian besar ( 86,7%)
dapat dipastikan pertumbuhan akan dengan status gizi baik dan
terhambat dan tidak akan mengikuti potensi sebanyak (13,3%) dengan status gizi
genetik yang optimal. Bagi pertumbuhan balita kurang.
balita yang penting tentunya pemberian c. Ada hubungan yang signifikan ( )
makanan yang kualitas dan kuantitasnya adalah 0,000) signifikan (p < 0,05)
baik hingga balita dapat tumbuh normal, antara kebiasaan makan balita
tidak terlalu kurus akan tetapi juga tidak dengan status gizi usia 1-5 tahun di
kegemukan, hingga tetap sehat. Diperkuat dusun Wonokromo Pleret Bantul
Tahun 2013 yang ditunjukan dengan Anonim. 2006. Tinjauan Penatalaksanaan
nilai korelasi spearman rank sebesar Gizi Buruk Pada Balita Oleh Tenaga
0,904. Kesehatan di Puskesmas
2. Saran .http://search.4shared.com/postDownl
1. Bagi ibu-ibu yang mepunyai anak oad/
balita usia 1-5 tahun 2oaooCR/Tinjauan_penatalaksanaan_
Kebiasan makan dapat gizi_.html,[diakses tanggal 2 januari
mempengaruhi status gizi balita 2013].
diharapkan kepada ibu-ibu yang . 2008. Gizi Buruk Sebabkan 3,5
mempunyai anak balita memberikan Juta Kematian Anak per Tahun.
perhatian lebih terhadap balitanya http://kesehatan.kompas.com/read/200
khususnya dalam hal pemberiaan 8/01/17/17511399/Gizi.Buruk.Sebabk
makan yang dapat dilakukan dengan an.3.5.Juta.Kemati
menambah informasi yang an.Anak.per.Tahun, [diakses pada
berhubungan dengan gizi dan energi tanggal 17 Desember 2012].
untuk balita. . 2011. Mengatasi Akar Masalah
2. Bagi kader Posyandu Dusun Gizi.
Wonokromo II Pleret Bantul http://kesehatan.kompasiana.com/
Hasil penelitian dapat diakses 1 juli 2013.
digunakan sebagai bahan . 2013. Kejutan Cerita Cerdas.
pertimbangan dalam membantu http://www.ibudanbalita.com [diakses
pelayanan kesehatan masyarakat tanggal 10 Mei 2013]
yang lebih baik melalui kegiatan KIE Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian,
mengenai pola makan yang Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
mempengaruhi status gizi balita 1-5 Rineka Cipta.
tahun. Arisman. 2004. Gizi dalam Daur
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi.
Peneliti selanjutnya dapat Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
melakukan penelitian lebih lanjut Ariswidayati. 2011. Balita Buruk di
dengan menggali informasi dari Indonesia.
responden melalui wawancara atau http://ariswidayati.pdpersi.com/
observasi langsung sehingga diakses tanggal 5 september 2012.
memperoleh data yang akurat Gabriel dan sulistyowati T,F. Hubungan
tentang hubungan pola makan Tingkat Pendidikan Ibu dan Tingkat
dengan status gizi balita serta Pendapatan Keluarga dengan Status
pengendalian variabel pengganggu Gizi Anak Prasekolah dan Sekolah
agar lebih diperketat. Dasar di Kecamatan Godean. http://
www.jurnal.ac.id, diakses tanggal 6
DAFTAR PUSTAKA Mei 2013
Al-Qur’an dan terjemahnya. Q.S Al-Nahl : BPPK.2010. Riset Kesehatan Dasar
114 (RISKESDAS). Kementrian Kesehatan
. Q.S Al-A’raf : Republik Indenesia. 2010
31 Depkes RI. (2007). Profile Kesehatan
Almatsier. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Indonesia Tahun 2006 .Jakarta:
Cetakan kedelapan. Jakarta : PT SUN Departemen Kesehatan Indonesia. Pdf
file.Diunduh tanggal 28 Desember 2012 dar i Sediatotama, D.A. 2008. Ilmu Gizi Jilid 1.
http://www.depkes.go.id/downloads/. Jakarta : Dian Rakyat
Depdiknas. 2001. Kamus Besar Indonesia. Setiawan, A. dan Saryono. 2010.
Jakarta : Balai Pustaka Metodologi Penelitian Kebidanan.
Depkes RI. 2008. Sistem Kewaspadaan Dini Nuha Medika
(SKD) KLB-Gizi Buruk. Jakarta : : Jakarta
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Simarmata, D., 2009. Kajian Ketersediaan
Muaris H. 2006. Resep: Lauk Bergizi Untuk Pangan Rumah Tangga, Status Ekonomi
Anak Balita.Jakarta: Gramedia Keluarga, Pengetahuan Gizi Ibu dengan
Mufidah, D. 2007. Hubungan Pola Makan Status Gizi Anak Balita di Wilayah
Dengan Kejadian Anemia Pada Kerja Puskesmas Melati Kecamatan
Remaja Putri Umur 13-17 Tahun di Perbaungan Tahun 2009. Skripsi,
SLTP Negeri 02 Sempor Kebumen. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Yogyakarta : STIKes ‘Aisyiyah Universitas Sumatera Utara, Medan.
Yogyakarta Soekirman. 2006. Hidup Sehat Gizi
Moehji, S. 2005. Pemeliharaan Gizi Bayi Seimbang Dalam Siklus Kesehatan
dan Balita. Jakara: Bhratara. Manusia. Jakarta : Primamedia
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Pustaka
Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan
Jakarta : Salemba Medika Gizi. Bogor : Bumi Aksara
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan . 2005. Perencanaan Pangan Dan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Gizi. Jakarta : PT Bumi Aksara
Cipta Sunardi dan Tutik, 2002, Makanan Balita
. Metodologi Penelitian. Untuk Tumbuh Sehat Dan Cerdas.
Jakarta : Rineka Cipta Jakarta : PT Gravindo Pustaka Utama
Pudjiadi, S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Sulistyoningsih H. 2011. Gizi untuk
Anak. Jakarta : Gaya Baru Jakarta Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Purwanta . 2010,’ Tinjauan Yuridis Graha
Pembangunan Gizi dalam Undang – Ilmu.
Undang Kesehatan Lama dan Baru Supariasa, I.D.N. 2009 . Penilaian Status
‘,Warta Kesmas, edisi.18/2010, pp 19- Gizi. Jakarta : EGC.
20) Sugiyono. 2005. Metode Penelitian
Savitri, E.S. 2008. Gizi Balita. Malang: UIN Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Press. Bandung
Savitri. 2011. Hubungan Antara Tingkat Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta
Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi : Graha Ilmu.
Balita di Kulon Progo Tahun 2011. WHO, (2011). Kesehatan Keluarga dan
Yogyakarta : STIKes ‘Aisyiyah Masyarakat. http://www.who.or.id/.
Yogyakarta Diakses pada tanggal 17 Desember
Samsul. 2011. Dampak Gizi Buruk Bagi 2011
Anak-Anak Penerus Bangsa. Yasril, H.S.K. 2009. Teknik Sampling
http://samsuljoker.blogspot.com/. Untuk Penelitian Kesehatan.
Diakses pada tanggal 10 November Yogyakarta : Graha Ilmu
2011

You might also like