Professional Documents
Culture Documents
Perfect body was a dream of all adolescents girl so many girl done a strict diet with bad eating behaviour.
Wrong way that they used can decrease their nutritional status. Adolescent eating behaviour who wasnt
think about nutritional made adolescents more likely to eat fast food, so will changed adolescent eating
behaviour became good or bad behaviour. The aim of this study was to know correlate between adolescent
girl eating behaviour and nutritional status in RW 5 Kelurahan Cinta Raja Kecamatan Sail, Pekanbaru City.
62 samples with purposive sampling technique. Univariate and bivariate analysis was conducted to analize
the data. Data was analyzed using frequency distribution table and chi square test. Statistic showed p value
(0,331). which means there is correlation between adolescent girl eating behaviour and nutritional status
and was suggested for the family who had adolescent girl to control their eating behaviour and for the
healthcare provider was suggested to increased health education about eating behaviour.
1345
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
tidak teratur baik waktu ataupun jenis penurunan status gizi bila tidak dilakukan
makanan, diet penurunan berat badan, binge dengan benar. Dimana asupan energi dan zat
eating, kebiasaan makan pada malam hari gizi kurang dari angka kecukupan gizi (AKG)
dapat merusak kesehatan dan keseejahteraan yang sudah dianjurkan (Sayogo, 2011).
psikologis individu (Sarintohe & Prawitasari, Status gizi adalah suatu ukuran
2006). mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat
Adapun faktor internal yang dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan
mempengaruhi perilaku makan adalah faktor penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh.
fisik dan faktor psikologis. Sedangkan faktor- (Almatsier, 2010). Hampir 50% remaja tidak
faktor eksternal yang mempengaruhi erilau sarapan setiap paginya. Penelitian lain
makan adalah budaya, ekonomi, norma sosial, membuktikan masih banyak remaja (89%)
pengetahuan, dan media ataupun periklanan. yang meyakini kalau sarapan memang
Khususnya pada remaja puteri mulai berfikir penting, namun mereka yang sarapan secara
dan lebih sensitif terhadap perubahan ukuran, teratur hanya 60% (Daniel, 1997 dalam
bentuk tubuh dan penampilan. Faktor Devirahma, 2012). Menurut penasehat
psikologis yang mempengaruhi perilaku kesehatan dasar 2013, prevalensi kurus pada
makan seseorang adalah ketidak puasan citra remaja umur 16-18 tahun secara nasional
tubuh yang negatif menunjukkan harga diri sebesar 9,4% (1,9% sangat kurus dan 7,5%
yang rendah dan menjadi salah perubahan kurus) dan prevalensi gemuk pada remaja
perilaku kehidupan modern antara lain umur 16-18 tahun sebanyak 7,3% yang terdiri
konsumsi makanan tinggi kalori, tinggi dari 5,7% gemuk dan 1,6% obesitas. Provinsi
lemak, tinggi kolesterol, tinggi garam, rendah dengan prevalensi gemuk tertinggi adalah
serat atau mengkonsumsi makanan cepat saji DKI Jakarta (4,2%) dan terendah adalah
yang saat ini banyak sekali ditawarkan kepada Sulawesi Barat (0,6%). Sulawesi Utara
masyarakat. Remaja merupakan kelompok termasuk dalam 15 provinsi dengan
yang rentan terhadap perubahan fisik ini prevalensi sangat gemuk. (Sayogo, 2011).
sering kali memiliki pola perilaku makan Kelompok umur 13-15 tahun penilaian
yang tidak sehat. Ini terlihat pada perilaku status gizi berdasarkan IMT, prevalensi
remaja yang selalu dianggap benar oleh nasional kurus pada remaja umur 13-15 tahun
remaja itu sendiri seperti melakukan diet yang adalah 11,1% terdiri dari 3,3% sangat kurus
ketat, mengurangi asupan makanan dengan dan 7,8% kurus. Prevalensi sangat kurus
melewatkan makan pagi, dan menahan rasa terlihat paling rendah di Bangka Belitung
lapar. Ini dilakukan agar remaja tetap (1,4%) dan paling tinggi di Nusa Tenggara
memiliki tubuh langsing, dan takut untuk Timur (9,2%). Sedangkan di NTB mencapai
menjadi gemuk (Barasi, 2007). 15,0%. Prevalensi kurus pada remaja umur
Seiring dengan peningkatan populasi 16-18 tahun secara nasional sebesar 9,4%
remaja di Indonesia, masalah gizi remaja (1,9% sangat kusur dan 7,5% kurus). Remaja
perlu mendapatkan perhatian khusus karena usia 15-19 tahun resiko kekurangan energi
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kronik pada tahun 2007 30,9% dan pada
perkembangan tubuh serta dampaknya pada tahun 2012 naik menjadi 46,6%. Data ini
masalah gizi dewasa (Pudjiadi, 2005). Remaja menunjukkan bahwa banyak remaja Indonesia
memiliki pandangan tersendiri mengenai dan hususnya di NTB yang mengalami
tubuhnya (Body image) yang sering kali salah masalah gizi (Riskesdas RI, 2013).
(Notoadmojo, 2010). Sebagian besar remaja Berdasarkan hasil penelitian yang
putri tubuh ideal merupakan impian dan untuk dilakukan di Kabupaten Maros pada siswa
mendapatkan impian tersebut, biasanya SMU PGRI diperoleh data yang menunjukkan
banyak remaja puteri yang melakukan diet bahwa asupan energi kurang sebanyak 46,0%,
ketat dan menyebabkan remaja kurang asupan energi baik sebanyak 52,2%, dan
mendapatkan makanan seimbang dan bergizi, asupan energi lebih sebanyak 1,8%. Untuk
mengkonsumsi minuman obat atau obat asupan karbohidratnya diperoleh data 43,4%
pelangsing, minum jamu dan sebagainya. yang kurang, 54,9% yang baik, dan 1,8%
Upaya tersebut dapat berakibat pada yang lebih. Asupan lemak yang kurang
1346
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
sebanyak 44,2%, baik sebanyak 55,8%, dan sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat
yang lebih sebanyak 0,0%. Sedangkan untuk menjawab pertanyaan dari penelitian yang
asupan proteinnya, diperoleh data 48,0% yang dilakukan. Alat ukur terdiri dari 2 bagian,
kurang, 53,1% yang baik, dan 0,9% yang bagian pertama mengenai kuisioner perilaku
berlebihan. Adapun persentase asupan makan dan bagian kedua dengan IMT tentang
vitamin C dan zat besi (FE) yang kurang yaitu status gizi. Berdasarkan uji validitas dan uji
sebanyak 99,1% dan 97,3% (Fanny et.al, reliabilitas pada kedua instrumen penelitian
2010). Penelitian yang dilakukan oleh ini dilakukan pada 20 orang responden remaja
Susilowati (2010) yang meneliti 100 gizi putri di Masjid Raya Pekanbaru. Hasil uji
remaja puteri di Jakarta menunjukkan 1,7% validitas pada kuesioner perilaku makan
remaja puteri yang sangat kurus, 5,0% remaja terdiri dari 15 pertanyaan, didapatkan hasil
puteri yang kurus, 9,7% remaja puteri yang nilai r hitung yang 0,444 yaitu terdapat 4
gizi lebih dan 2,7% yang kegemukan. pertanyaan yang tidak valid dilakukan
Berdasarkan uraian diatas, maka pengeluaran item pertanyaan dengan
rumusan masalah pada penelitian ini adalah mempertimbangkan isi dari tiap item
Apakah ada hubungan antara perilaku makan pertanyaan. Semua item pertanyaan yang
dengan status gizi pada remaja putri?. dikeluarkan tidak mempengaruhi tujuan
penelitian yang dicapai. Hasilnya untuk r hasil
TUJUAN PENELITIAN (alpha cronbach) yaitu 0,869.
Penelitian ini bertujuan untuk Setelah mendapatkan responden yang
mengetahui hubungan antara perilaku makan sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian
pada remaja putri dengan status gizi pada peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian
remaja putri. dan meminta kesediaan responden untuk
menjadi subjek penelitian dengan
MANFAAT PENELITIAN menandatangani informed consent sebagai
Hasil penelitian diharapkan menjadi kesediaan menjadi responden. Selanjutnya
sebagai sumber informasi bagi dunia peneliti menjelaskan tentang prosedur
keperawatan dan dapat dijadikan sebagai pengisian kuesioner dan membantu responden
suatu informasi dalam pengembangan ilmu untuk mengisi kuesioner. Setelah pengisian
keperawatan khususnya dibidang kesehatan kuesioner selesai peneliti memeriksa kembali
remaja putri. jawaban responden, jika masih ada jawaban
Bagi remaja dapat meningkatkan responden yang belum lengkap, maka peneliti
pengetahuan remaja putri mengenai perilaku meminta responden untuk melengkapinya.
makan yang baik dengan status gizi yang Setelah proses pengumpulan data selesai,
seimbang. peneliti melakukan analisa dengan
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menggunkan uji statistik yang sesuai dengan
dapat dijadikan acuan dan informasi data. Selanjutnya diakhiri dengan penyusunan
tambahan terutama tentang hubungan perilaku laporan hasil penelitian dan penyajian hasil
makan dengan status gizi pada remaja putri. penelitian.
Penelitian ini dilakukan analisa
METODOLOGI PENELITIAN univariat dan bivariat. Analisa univariat untuk
Penelitian ini menggunakan desain mengidentifikasi variabel karakteristik
penelitian deskriptif korelasi dengan demografi responden (umur) dan variabel
pendekatan cross sectional. Penelitian perilaku makan dan status gizi. Analisa
dilakukan di RW 5 Kel.Cinta Raja Kec.Sail bivariat menggunakan uji statistik Chi Square
Kota Pekanbaru dengan jumlah sampel untuk mengetahui hubungan antara perilaku
sebanyak 62 responden dengan tekhnik makan dengan status gizi pada remaja putri
pengambilan sampel menggunakan purposive dengan nilai p value 0,05.
sampling. Alat ukur untuk pengumpulan data
yang dipakai pada penelitian ini adalah HASIL PENELITIAN
kuisioner dan IMT dengan Z Score. Kuisioner Berdasarkan penelitian didapatkan hasil
pada penelitian ini, sudah dapat dibuat sebagai berikut:
1347
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1348
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
perkembangan otak, kemampuan kerja dan Menurut Masdewi, Mazarina dan Teti
kesehatan secara umum pada tingkat (2011) perilaku makan berpengaruh secara
setinggi mungkin. Status gizi kurang signifikan terhadap status gizi remaja putri,
terjadi bila tubuh mengalami kekurangan hal ini menunjukkan bahwa perilaku
satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status makan yang baik, maka asupan zat gizi
gizi merupakan gambaran secara makro yang dibutuhkan oleh tubuh akan terpenuhi
akan zat gizi tubuh kita, termasuk salah sehingga status gizi remaja putri menjadi
satunya adalah zat besi. Dimana bila status lebih baik.
gizi tidak normal dikhawatirkan status zat
besi dalam tubuh juga tidak baik.
Masalah gizi pada remaja yang PENUTUP
terjadi karena kebiasaan makan yang salah, Kesimpulan
antara lain obesitas, kurang gizi kronis, dan Hasil penelitian tentang hubungan
kekurangan zat gizi mikro seperti anemia perilaku makan dengan status gizi pada
gizi. Menurut Poltekes Depkes (2010), hal remaja putri yang dilaksanakan pada bulan
ini disebabkan pada masa remaja bukan juni dapat diambil kesimpulan bahwa
lagi seorang anak dan juga bukan seorang karakteristik remaja putri di RW 5
dewasa. Masa ini merupakan masa Kelurahan Cinta Raja Kecamatan Sail Kota
strategis karena memberi waktu kepada Pekanbaru umumnya yang berusia 15-18
remaja untuk membentuk gaya hidup dan tahun (51,6%).
menentukan pola perilaku, nilai-nilai, dan Dari hasil penelitian ini,
sifat-sifat yang sesuai dengan yang perilaku makan remaja putri di RW 5
diinginkan. Kelurahan Cinta Raja Kecamatan Sail Kota
Berdasarkan hasil penelitian dari Pekanbaru yang mengalami perilaku
Herlina (2013) kategori status gizi siswi makan baik sebanyak 25 responden
SMA Batik 1 surakarta dikelompokkan (39,1%) sedangkan perilaku makan yang
menjadi 3 kategori yaitu kurang, normal, tidak baik 37 responden (60,9%). Status
dan lebih. Brdasarkan hasil SPSS bahwa gizi remaja putri yang tergolong normal
sebagian besar sampel memiliki status gizi sebanyak 51 responden (82,3%) sedangkan
normal yaitu 37 siswi (55,2%) sedangkan yang tergolong kurus sebanyak 11
sampel yang memiliki status gizi kurang responden (17,7%). Hasil analisa bivariat
yaitu 12 siswi (17,9%) daan untuk status remaja putri yang mengalami perilaku
gizi lebih yaitu 18 siswi (26,8%). Beberapa makan tidak baik dengan gizi normal
sampel megalami status gizi kurang hal ini sebanyak 29 responden (78%), berdasarkan
mungkin disebabkan karena sikap sampel hasil uji statistik dengan derajat
yang terlau menbatasi porsi makan. kemaknaan alpha =0,05 diperoleh hasil p
value 0,331 yang berarti tidak ada
B. Hubungan Perilaku makan Dengan Status hubungan antara perilaku makan dengan
Gizi status gizi pada remaja putri.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara perilaku Saran
makan dengan status gizi. Hal ini dilihat Bagi Keperawatan Sebagai sumber
dari responden pada kelompok yang informasi dalam pengembangan ilmu
mempunyai perilaku makan tidak baik, Keperawatan khususnya dibidang
karena sebagian besar mempunyai status kesehatan remaja.
gizi normal. Menurut Muhji (2003) yang Bagi remaja diharapkan para
mengatakan bahwa asupan energi yang remaja khususnya remaja putri
kurang karena perilaku makan yang tidak mengkonsumsi beraneka ragam makanan
baik dari kebutuhan akan berpotensi dengan pola makan yang teratur agar
terjadinya penurunan status gizi. kekurangan zat gizi pada jenis makanan
yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari
makanan yang lainnya, dan dapat di
1350
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1351
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015