You are on page 1of 8

JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA


PUTRI
Pujiati1, Arneliwati2, Siti Rahmalia3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: Pujiati220@yahoo.com
Abstract

Perfect body was a dream of all adolescents girl so many girl done a strict diet with bad eating behaviour.
Wrong way that they used can decrease their nutritional status. Adolescent eating behaviour who wasnt
think about nutritional made adolescents more likely to eat fast food, so will changed adolescent eating
behaviour became good or bad behaviour. The aim of this study was to know correlate between adolescent
girl eating behaviour and nutritional status in RW 5 Kelurahan Cinta Raja Kecamatan Sail, Pekanbaru City.
62 samples with purposive sampling technique. Univariate and bivariate analysis was conducted to analize
the data. Data was analyzed using frequency distribution table and chi square test. Statistic showed p value
(0,331). which means there is correlation between adolescent girl eating behaviour and nutritional status
and was suggested for the family who had adolescent girl to control their eating behaviour and for the
healthcare provider was suggested to increased health education about eating behaviour.

Keywords: adolescent girl, eating behaviour, nutritional status

PENDAHULUAN penuh kepada orang tua menuju keadaan yang


Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 relatif lebih mandiri. Perubahan fisik ditandai
diantara 6 penduduk dunia adalah remaja. dengan pertumbuhan badan yang pesat dan
Sebanyak 85% diantaranya hidup di negara matangnya organ reproduksi. Perubahan-
berkembang. Indonesia, jumlah remaja dan perubahan yang terjadi pada remaja
kaum muda berkembang sangat cepat. Antara cenderung akan menimbulkan berbagai
tahun 1970 dan 2000, kelompok umur 15-24 permasalahan dan perubahan perilaku di
jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 kehidupan remaja. Salah satu bentuk
juta atau 18% menjadi 21% dari total jumlah perubahan perilaku pada masa remaja adalah
populasi penduduk indonesia (Kusriman, perubahan perilaku makan baik mengarah
2011). keperilaku makanan yang sehat ataupun
Berdasarkan data yang didapatkan dari cenderung mengarah kepada perilaku makan
Badan Koordinasi Keluarga Berencana yang tidak sehat (Proverawati, 2010).
Nasional (BKKBN, 2013), pada bulan Juli Perilaku makan baik adalah perilaku
2013 jumlah remaja Indonesia yang berusia konsumsi makan sehari-hari yang sesuai
10 sampai 24 tahun mencapai 64 juta jiwa. dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk
Provinsi Riau, terdapat beberapa kota yang hidup sehat dan produktif. keseimbangan gizi
salah satunya kota Pekanbaru yang memiliki dapat dicapai setiap orang maka harus
jumlah remaja rentang usia 10 sampai 24 mengonsumsi minimal satu jenis bahan
tahun paling banyak dibandingkan dengan makanan dari tiap golongan bahan makanan
kota lainnya, yaitu berjumlah 282.026 jiwa yaitu karbohidrat, protein hewani dan nabati,
(BPS, 2015). sayuran, buah dan susu atau sering kita sebut
Remaja (adolescence) merupakan dengan pola makan empat sehat lima
masa dimana terjadi transisi masa kanak- sempurna (Bobak, 2005).
kanak menuju dewasa, biasanya antara 13 Perilaku makan tidak baik adalah
sampai 20 tahun (Potter & Perry, 2010). Pada kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak
masa ini individu mengalami perkembangan memberi semua zat-zat gizi esensial seperti
fisik, psikologi dan pola identifikasi dari karbohidrat, lemak dan protein yang
anak-anak menjadi dewasa. Peralihan terjadi dibutuhkan dalam metabolisme tubuh.
dari ketergantungan sosial dan ekonomi yang Perilaku makan tidak baik seperti makan yang

1345
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

tidak teratur baik waktu ataupun jenis penurunan status gizi bila tidak dilakukan
makanan, diet penurunan berat badan, binge dengan benar. Dimana asupan energi dan zat
eating, kebiasaan makan pada malam hari gizi kurang dari angka kecukupan gizi (AKG)
dapat merusak kesehatan dan keseejahteraan yang sudah dianjurkan (Sayogo, 2011).
psikologis individu (Sarintohe & Prawitasari, Status gizi adalah suatu ukuran
2006). mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat
Adapun faktor internal yang dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan
mempengaruhi perilaku makan adalah faktor penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh.
fisik dan faktor psikologis. Sedangkan faktor- (Almatsier, 2010). Hampir 50% remaja tidak
faktor eksternal yang mempengaruhi erilau sarapan setiap paginya. Penelitian lain
makan adalah budaya, ekonomi, norma sosial, membuktikan masih banyak remaja (89%)
pengetahuan, dan media ataupun periklanan. yang meyakini kalau sarapan memang
Khususnya pada remaja puteri mulai berfikir penting, namun mereka yang sarapan secara
dan lebih sensitif terhadap perubahan ukuran, teratur hanya 60% (Daniel, 1997 dalam
bentuk tubuh dan penampilan. Faktor Devirahma, 2012). Menurut penasehat
psikologis yang mempengaruhi perilaku kesehatan dasar 2013, prevalensi kurus pada
makan seseorang adalah ketidak puasan citra remaja umur 16-18 tahun secara nasional
tubuh yang negatif menunjukkan harga diri sebesar 9,4% (1,9% sangat kurus dan 7,5%
yang rendah dan menjadi salah perubahan kurus) dan prevalensi gemuk pada remaja
perilaku kehidupan modern antara lain umur 16-18 tahun sebanyak 7,3% yang terdiri
konsumsi makanan tinggi kalori, tinggi dari 5,7% gemuk dan 1,6% obesitas. Provinsi
lemak, tinggi kolesterol, tinggi garam, rendah dengan prevalensi gemuk tertinggi adalah
serat atau mengkonsumsi makanan cepat saji DKI Jakarta (4,2%) dan terendah adalah
yang saat ini banyak sekali ditawarkan kepada Sulawesi Barat (0,6%). Sulawesi Utara
masyarakat. Remaja merupakan kelompok termasuk dalam 15 provinsi dengan
yang rentan terhadap perubahan fisik ini prevalensi sangat gemuk. (Sayogo, 2011).
sering kali memiliki pola perilaku makan Kelompok umur 13-15 tahun penilaian
yang tidak sehat. Ini terlihat pada perilaku status gizi berdasarkan IMT, prevalensi
remaja yang selalu dianggap benar oleh nasional kurus pada remaja umur 13-15 tahun
remaja itu sendiri seperti melakukan diet yang adalah 11,1% terdiri dari 3,3% sangat kurus
ketat, mengurangi asupan makanan dengan dan 7,8% kurus. Prevalensi sangat kurus
melewatkan makan pagi, dan menahan rasa terlihat paling rendah di Bangka Belitung
lapar. Ini dilakukan agar remaja tetap (1,4%) dan paling tinggi di Nusa Tenggara
memiliki tubuh langsing, dan takut untuk Timur (9,2%). Sedangkan di NTB mencapai
menjadi gemuk (Barasi, 2007). 15,0%. Prevalensi kurus pada remaja umur
Seiring dengan peningkatan populasi 16-18 tahun secara nasional sebesar 9,4%
remaja di Indonesia, masalah gizi remaja (1,9% sangat kusur dan 7,5% kurus). Remaja
perlu mendapatkan perhatian khusus karena usia 15-19 tahun resiko kekurangan energi
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kronik pada tahun 2007 30,9% dan pada
perkembangan tubuh serta dampaknya pada tahun 2012 naik menjadi 46,6%. Data ini
masalah gizi dewasa (Pudjiadi, 2005). Remaja menunjukkan bahwa banyak remaja Indonesia
memiliki pandangan tersendiri mengenai dan hususnya di NTB yang mengalami
tubuhnya (Body image) yang sering kali salah masalah gizi (Riskesdas RI, 2013).
(Notoadmojo, 2010). Sebagian besar remaja Berdasarkan hasil penelitian yang
putri tubuh ideal merupakan impian dan untuk dilakukan di Kabupaten Maros pada siswa
mendapatkan impian tersebut, biasanya SMU PGRI diperoleh data yang menunjukkan
banyak remaja puteri yang melakukan diet bahwa asupan energi kurang sebanyak 46,0%,
ketat dan menyebabkan remaja kurang asupan energi baik sebanyak 52,2%, dan
mendapatkan makanan seimbang dan bergizi, asupan energi lebih sebanyak 1,8%. Untuk
mengkonsumsi minuman obat atau obat asupan karbohidratnya diperoleh data 43,4%
pelangsing, minum jamu dan sebagainya. yang kurang, 54,9% yang baik, dan 1,8%
Upaya tersebut dapat berakibat pada yang lebih. Asupan lemak yang kurang
1346
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

sebanyak 44,2%, baik sebanyak 55,8%, dan sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat
yang lebih sebanyak 0,0%. Sedangkan untuk menjawab pertanyaan dari penelitian yang
asupan proteinnya, diperoleh data 48,0% yang dilakukan. Alat ukur terdiri dari 2 bagian,
kurang, 53,1% yang baik, dan 0,9% yang bagian pertama mengenai kuisioner perilaku
berlebihan. Adapun persentase asupan makan dan bagian kedua dengan IMT tentang
vitamin C dan zat besi (FE) yang kurang yaitu status gizi. Berdasarkan uji validitas dan uji
sebanyak 99,1% dan 97,3% (Fanny et.al, reliabilitas pada kedua instrumen penelitian
2010). Penelitian yang dilakukan oleh ini dilakukan pada 20 orang responden remaja
Susilowati (2010) yang meneliti 100 gizi putri di Masjid Raya Pekanbaru. Hasil uji
remaja puteri di Jakarta menunjukkan 1,7% validitas pada kuesioner perilaku makan
remaja puteri yang sangat kurus, 5,0% remaja terdiri dari 15 pertanyaan, didapatkan hasil
puteri yang kurus, 9,7% remaja puteri yang nilai r hitung yang 0,444 yaitu terdapat 4
gizi lebih dan 2,7% yang kegemukan. pertanyaan yang tidak valid dilakukan
Berdasarkan uraian diatas, maka pengeluaran item pertanyaan dengan
rumusan masalah pada penelitian ini adalah mempertimbangkan isi dari tiap item
Apakah ada hubungan antara perilaku makan pertanyaan. Semua item pertanyaan yang
dengan status gizi pada remaja putri?. dikeluarkan tidak mempengaruhi tujuan
penelitian yang dicapai. Hasilnya untuk r hasil
TUJUAN PENELITIAN (alpha cronbach) yaitu 0,869.
Penelitian ini bertujuan untuk Setelah mendapatkan responden yang
mengetahui hubungan antara perilaku makan sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian
pada remaja putri dengan status gizi pada peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian
remaja putri. dan meminta kesediaan responden untuk
menjadi subjek penelitian dengan
MANFAAT PENELITIAN menandatangani informed consent sebagai
Hasil penelitian diharapkan menjadi kesediaan menjadi responden. Selanjutnya
sebagai sumber informasi bagi dunia peneliti menjelaskan tentang prosedur
keperawatan dan dapat dijadikan sebagai pengisian kuesioner dan membantu responden
suatu informasi dalam pengembangan ilmu untuk mengisi kuesioner. Setelah pengisian
keperawatan khususnya dibidang kesehatan kuesioner selesai peneliti memeriksa kembali
remaja putri. jawaban responden, jika masih ada jawaban
Bagi remaja dapat meningkatkan responden yang belum lengkap, maka peneliti
pengetahuan remaja putri mengenai perilaku meminta responden untuk melengkapinya.
makan yang baik dengan status gizi yang Setelah proses pengumpulan data selesai,
seimbang. peneliti melakukan analisa dengan
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menggunkan uji statistik yang sesuai dengan
dapat dijadikan acuan dan informasi data. Selanjutnya diakhiri dengan penyusunan
tambahan terutama tentang hubungan perilaku laporan hasil penelitian dan penyajian hasil
makan dengan status gizi pada remaja putri. penelitian.
Penelitian ini dilakukan analisa
METODOLOGI PENELITIAN univariat dan bivariat. Analisa univariat untuk
Penelitian ini menggunakan desain mengidentifikasi variabel karakteristik
penelitian deskriptif korelasi dengan demografi responden (umur) dan variabel
pendekatan cross sectional. Penelitian perilaku makan dan status gizi. Analisa
dilakukan di RW 5 Kel.Cinta Raja Kec.Sail bivariat menggunakan uji statistik Chi Square
Kota Pekanbaru dengan jumlah sampel untuk mengetahui hubungan antara perilaku
sebanyak 62 responden dengan tekhnik makan dengan status gizi pada remaja putri
pengambilan sampel menggunakan purposive dengan nilai p value 0,05.
sampling. Alat ukur untuk pengumpulan data
yang dipakai pada penelitian ini adalah HASIL PENELITIAN
kuisioner dan IMT dengan Z Score. Kuisioner Berdasarkan penelitian didapatkan hasil
pada penelitian ini, sudah dapat dibuat sebagai berikut:
1347
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

1. Analisa univariat Hasil analisis univariat menunjukan


Tabel 1 usia remaja putri adalah 15-18 tahun
Distribusi karakteristik responden (51,6%). Masa remaja adalah jalan panjang
Karakteristik Responden N % yang menjembatani periode kehidupan
Umur anak dan dewasa, yang rentan dalam artian
12-15 tahun 15 23,4
fisik, psikis, sosial, dan gizi. Kebutuhan
15-18 tahun 32 50,1
18-21 tahun 15 23,4 energi dan nutrisi remaja dipengaruhi oleh
Jumlah 62 100 usia reproduksi, tingkat aktivitas dan status
Perilaku Makan nutrisi. Nutrisi yang dibutuhkan sedikit
Baik 25 39,1 lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan
Tidak Baik 37 60,9 pertumbuhan remaja tersebut. Remaja
Jumlah 62 100
Status Gizi
yang berasal dari sosial ekonomi rendah,
Kurus 11 17,7 sumber makanan yang adekuat tidak
Normal 51 82,3 terpenuhi, dan mempunyai risiko defisiensi
Jumlah 62 100 zat besi sebelum hamil. Pemberian
tambahan energi diberikan kepada remaja
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas dengan berat badan rendah. Penambahan
umur remaja putri 15-18 tahun yaitu 32 energi didapatkan biasanya dengan
responden (51,6%). Perilaku makan meningkatkan nafsu makan, akan tetapi
responden mayoritas tidak baik yaitu seorang remaja sering terlalu
sebanyak 37 (60,9%). Status gizi responden memperhatikan penambahan berat
mayoritas normal yaitu sebanyak 51 badannya. Seorang remaja dapat
responden (82,3%). mengalami peningkatan risiko defisiensi
2. Analisa bivariat zat besi, karena kebutuhan yang meningkat
Tabel 2 sehubungan dengan pertumbuhan.
Hubungan perilaku makan dengan status gizi Remaja mempunyai karakteristik
Status Gizi mulai mencoba atau mengembangkan
Perilaku
Patuh Tidak Total kemandirian dan menentukan batasan-
Patuh p value batasan atau norma. Dimasa inilah variasi
Makan
N % n % N % individu mudah dikenali seperti pada
Baik 3 12 22 88 25 100 pertumbuhan dan perkembangan, pola
Tidak 8 22 29 78 37 100 aktivitas, kebutuhan zat gizi,
0,331
Baik
Jumlah 60 83,3 12 16,7 72 100
perkembangan kepribadian serta asupan
Tabel 2 diatas diketahui makannya. Laju pertumbuhan anak laki-
bahwaresponden dengan status gizi kurus laki dan perempuan hampir sama cepatnya
yang mengalami perilaku makan baik sampai pada usia 9 tahun. Kemudian
sebanyak 3 responden (12%) dan status gizi antara 10-24 tahun pertumbuhan anak
normal yang mengalami perilaku makan baik perempuan mengalami percepatan lebih
sebanyak 22 responden (88%), sedangkan dahulu karena tubuhnya memerlukan
responden dengan status gizi kurus yang persiapan menjelang usia reproduksi,
mengalami perilaku makan tidak baik sementara pria baru menyusul 2 tahun
sebanyak 8 responden (22%) dan status gizi kemudian. Puncak pertambahan berat
normal yang mengalami perilaku makan tidak badan dan tinggi badan pada perempuan
baik sebanyak 29 (78%). Hasil p value pada perempuan tercapai usia 12,9 dan
dengan hasil 0,331 tidak adanya hubungan 12,1 tahun, semnetara laki-laki 14,3 dan
antara perilaku makan dengan status gizi. 14,1 tahun. Selain itu pada remaja biasanya
sering muncul permasalahan mengenai
PEMBAHASAN asupan makan terutama tidak terbiasa
1. Data demografi remaja putri sarapan dengan berbagai alasan, misalnya
A. Umur takut terlambat sekolah. Hal seperti ini
dapat mengganggu konsentrasi dan daya

1348
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

tanggap saat mengikuti pelajaran di status kesehatan dan zat gizi


sekolah (Waryana, 2010). (Notoatmodjo, 2005).

B. Perilaku Makan C. Status Gizi

Berdasarkan hasil penelelitian Hasil penelitian yang telah


menunjukkan bahwa sebagian besar dilakukan menunjukkan bahwa sebagian
responden yang perilaku makannya baik besar responden status gizinya kurus yaitu
yaitu sebanyak 25 responden (39,1%) sebanyak 11 responden (17,7%) sedangkan
sedangkan yang perilaku makannya yang status gizinya tergolong normal
tergolong tidak baik 37 responden sebanyak 51 responden (82,3%).
(60,9%). Hal ini disebabkan karena pola Seseorang memerlukan sejumlah zat gizi
perilaku makan yang tidak teratur. untuk dapat hidup sehat serta dapat
Remaja yang merupakan kelompok mempertahankan kesehatannya (Almasier,
yang rentan terhadap perubahan fisik ini 2009). Zat gizi yang diperoleh melalui
seringkali memiliki pola perilaku makan konsumsi pangan harus sesuai dan cukup
yang tidak sehat. Ini terlihat pada perilaku bagi kebutuhan tubuh (Almasier, 2011).
remaja yang selalu dianggap benar oleh Konsumsi energi dan zat gizi dipengaruhi
remaja itu sendiri seperti melakukan diet oleh umur, berat badan, tinggi badan, pola
yang ketat, mengurangi asupan makanan dan kebiasaan makan, serta pendapatan.
dengan melewatkan makan pagi, dan Energi dibutuhkan oleh tubuh untuk
menahan rasa lapar. Ini dilakukan agar mempertahankan hidup, menunjang
remaja tetap memiliki tubuh langsing, dan pertumbuhan, dan melakukan aktivitas
takut untuk menjadi gemuk. Menurut fisik (Kartosapoetra & Marsetyo, 2005).
Barasi (2007), ketidakseimbangan antara Energi dalam tubuh manusia dapat
asupan dan keluaran energi akan timbul karena adanya pembakaran
mengakibatkan pertambahan berat badan karbohidrat, protein, dan lemak. Sehingga
sehingga terjadi perubahan bentuk tubuh manusia membutuhkan zat-zat makanan
yang awalnya kurus menjadi gemuk atau yang cukup untuk memenuhi kecukupan
sebaliknya. energinya (Departemen Gizi dan
Pada umumnya remaja putri Kesehatan Masyarakat, 2010). Pada
mempunyai pola dan kebiasaan makan dasarnya status gizi seseorang ditentukan
yang homogen dimana asupan energi dan berdasarkan konsumsi gizi dan kemampuan
zat gizi kurang dari angka kecukupan gizi tubuh dalam menggunakan zat-zat gizi
(AKG) yang sudah dianjurkan. Hal ini juga tersebut. Status gizi normal menunjukkan
terlihat bahwa hampir separuh remaja putri bahwa kualitas dan kuantitas makanan yang
mempunyai berat badan rendah dan tinggi telah memenuhi kebutuhan tubuh. Seseorang
badan yang kurus, serta sepertiga dari yang berada di bawah ukuran berat badan
mereka kurus, yang menunjukkan adanya normal memiliki risiko terhadap penyakit
hambatan pertumbuhan (Sayogo, 2011). infeksi, sedangkan seseorang yang berada di
Perilaku makan merupakan suatu atas ukuran normal memiliki risiko tinggi
penyakit degeneratif. Oleh karena itu,
respon perilaku yang berhubungan dengan
diharapkan lebih memperhatikan asupan
makanan yang dikonsumsi mencakup jenis
makanan yang dikonsumsi. Sebaiknya
makanan, jumlah dan waktu memilih jenis makanan yang sehat dan
mengkonsumsi makanan. Faktor yang bergizi sehingga dapat memenuhi kebutuhan
mempengaruhi perilaku makan secara gizi seseorang (Amsi & Muhajiran, 2011).
langsung adalah faktor individu dan faktor Konsumsi makanan berpengaruh
lingkungan. Faktor tersebut akan terhadap status gizi seseorang. Status gizi
memperlihatkan gaya hidup seseorang baik atau status gizi optimal terjadi terjadi
yang ditunjukkan dengan perilaku makan bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi
yang pada akhirnya berpengaruh terhadap yang digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik,
1349
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

perkembangan otak, kemampuan kerja dan Menurut Masdewi, Mazarina dan Teti
kesehatan secara umum pada tingkat (2011) perilaku makan berpengaruh secara
setinggi mungkin. Status gizi kurang signifikan terhadap status gizi remaja putri,
terjadi bila tubuh mengalami kekurangan hal ini menunjukkan bahwa perilaku
satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status makan yang baik, maka asupan zat gizi
gizi merupakan gambaran secara makro yang dibutuhkan oleh tubuh akan terpenuhi
akan zat gizi tubuh kita, termasuk salah sehingga status gizi remaja putri menjadi
satunya adalah zat besi. Dimana bila status lebih baik.
gizi tidak normal dikhawatirkan status zat
besi dalam tubuh juga tidak baik.
Masalah gizi pada remaja yang PENUTUP
terjadi karena kebiasaan makan yang salah, Kesimpulan
antara lain obesitas, kurang gizi kronis, dan Hasil penelitian tentang hubungan
kekurangan zat gizi mikro seperti anemia perilaku makan dengan status gizi pada
gizi. Menurut Poltekes Depkes (2010), hal remaja putri yang dilaksanakan pada bulan
ini disebabkan pada masa remaja bukan juni dapat diambil kesimpulan bahwa
lagi seorang anak dan juga bukan seorang karakteristik remaja putri di RW 5
dewasa. Masa ini merupakan masa Kelurahan Cinta Raja Kecamatan Sail Kota
strategis karena memberi waktu kepada Pekanbaru umumnya yang berusia 15-18
remaja untuk membentuk gaya hidup dan tahun (51,6%).
menentukan pola perilaku, nilai-nilai, dan Dari hasil penelitian ini,
sifat-sifat yang sesuai dengan yang perilaku makan remaja putri di RW 5
diinginkan. Kelurahan Cinta Raja Kecamatan Sail Kota
Berdasarkan hasil penelitian dari Pekanbaru yang mengalami perilaku
Herlina (2013) kategori status gizi siswi makan baik sebanyak 25 responden
SMA Batik 1 surakarta dikelompokkan (39,1%) sedangkan perilaku makan yang
menjadi 3 kategori yaitu kurang, normal, tidak baik 37 responden (60,9%). Status
dan lebih. Brdasarkan hasil SPSS bahwa gizi remaja putri yang tergolong normal
sebagian besar sampel memiliki status gizi sebanyak 51 responden (82,3%) sedangkan
normal yaitu 37 siswi (55,2%) sedangkan yang tergolong kurus sebanyak 11
sampel yang memiliki status gizi kurang responden (17,7%). Hasil analisa bivariat
yaitu 12 siswi (17,9%) daan untuk status remaja putri yang mengalami perilaku
gizi lebih yaitu 18 siswi (26,8%). Beberapa makan tidak baik dengan gizi normal
sampel megalami status gizi kurang hal ini sebanyak 29 responden (78%), berdasarkan
mungkin disebabkan karena sikap sampel hasil uji statistik dengan derajat
yang terlau menbatasi porsi makan. kemaknaan alpha =0,05 diperoleh hasil p
value 0,331 yang berarti tidak ada
B. Hubungan Perilaku makan Dengan Status hubungan antara perilaku makan dengan
Gizi status gizi pada remaja putri.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara perilaku Saran
makan dengan status gizi. Hal ini dilihat Bagi Keperawatan Sebagai sumber
dari responden pada kelompok yang informasi dalam pengembangan ilmu
mempunyai perilaku makan tidak baik, Keperawatan khususnya dibidang
karena sebagian besar mempunyai status kesehatan remaja.
gizi normal. Menurut Muhji (2003) yang Bagi remaja diharapkan para
mengatakan bahwa asupan energi yang remaja khususnya remaja putri
kurang karena perilaku makan yang tidak mengkonsumsi beraneka ragam makanan
baik dari kebutuhan akan berpotensi dengan pola makan yang teratur agar
terjadinya penurunan status gizi. kekurangan zat gizi pada jenis makanan
yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari
makanan yang lainnya, dan dapat di
1350
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

jadikan sumber pengetahuan remaja Arisman. (2006). Gizi dalam Daur


mengenai perilaku makan yang baik dan Kehidupan. Jakarta : EGC.
status gizi yang seimbang. Aryani, N. (2010). Mengukur status gizi
Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan dengan indeks masa tubuh.
masukan bagi mahasiswa/i yang akan Jakarta: Salemba Medika.
melakukan penelitian yang bersifat Barasi, M. E. ( 2007). Hubungan asupan
melanjutkan. Hasil penelitian ini diharapkan makan dan faktor lain. Jakarta:
mampu membangkitkan minat peneliti erlangga.
selanjutnya dengan penelitian dampak dari Bobak. (2005). Perilaku makan sehat.
perilaku makan tidak baik pada remaja putri. Jakarta: salemba medika
BPS. (2015). Jumlah remaja di indonesia.
1 Pekanbaru: BKKBN.
Pujiati: Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia. Brown, J. E. et al. (2005). Nutrition trought
2
Arneliwati: Dosen Bidang Keilmuan the life cycle 2nd edition.
Keperawatan Komunitas Program Studi Ilmu Depkes RI. (2008). Profil Kesehatan
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia. Indonesia. Jakarta.
3 Devirahma (2012). Asupan gisi dan status
Siti Rahmalia: Dosen Bidang Keilmuan
Keperawatan Medikal Bedah Program Studi gizi. Jakarta: Graha ilmu.
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Efendi &Makhfudli, (2009), Keperawatan
Indonesia. kesehatan komunitas teori dan
DAFTAR PUSTAKA praktik dalam keperawatan.
Adriani, M. & Wirjatmadi, B. (2012). Jakarta:Salemba Medika.
Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Irianto, K. (2008). Dasar-dasar ilmu gizi.
Kencana PrenadaMedia Grup. Jakarta: EGC.
Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekatri, M. Kartosapoetra & Marsetyo (2005). Zat gizi
(2011). Gizi seimbang dalam daur seimbang sesuai kebutuhan gizi.
kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Jakarta: Salemba medika.
Pustaka Utama. Kurnia, W. (2008). Teen body image.
Amsi & Muhajirin (2011). Gizi dan makanan Diperoleh tanggal 11 januari dari
sehat. Jakarta: Salemba medika. Http://www.Media
Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Indonesia.com/Media perempuan/
Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya. indeks.Php/read2015/02/11/1248/
Almatsier. S (2009). Prinsip dasar ilmu gizi. Teen-body-image.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kurnianingsih, Yulianti. (2009). Hubungan
Amsi, Muhajirin. (2011). Hubungan Pola factor individu dan lingkungan
Makan dengan status Hemoglobin terhadap diet penurunan berat
pada mahasiswi angkatan 2010 badan pada remaja putri di 4
Fakultas Kesehatan Masyarakat SMA terpilih di Depok tahun
Universitas Hasanuddin Makassar. 2009. Skripsi FKM UI, Depok.
Andriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Peran Kusmiran, E. (2011). Pertumbuhan dan
gizi dalam siklus kehidupan. Jakarta: perkembangan jumlah remaja.
Kencana Prenada Media Group. Bandung: STIKES Rajawali.
Kusmiran, E. (2010). Kesehatan
Anwar, Z. & Raisa, A. (2010). Hubungan reproduksi remaja dan wanita.
Antara Body Image dan Perilaku Diet Bandung: STIKES Rajawali.
Pada Remaja Putri. Diperoleh tanggal Luchiana. (2011). Mengatur makan dengan
25 Januari dari repository. usu.ac.id/ pola yang sehat. diunduh pada 10
bitstream/ 123456789/1/ 10E00103. februaridarihttp://www.lucianasut
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu anto.com.
Pendekatan Praktek Edisi Revisi. Notoatmodjo, S. (2005). Metode Penelitian
Jakarta: Rieneka Cipta. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

1351
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Sastroasmoro & Ismael, S. (2010). Teknik


kesehatan dan ilmu perilaku. Pengambilan Sampel. Jakarta: Rineka
Jakarta: Rineka Cipta. Cipta.
Nurihsan, A. J., & Agustin, M. (2013). Sayogo, S. (2006). Gizi Remaja Putri.
Dinamika perkembangan anak Fakultas kedokteran Universitas Riau.
dan remaja: Tinjauan psikologi, Sayogo, S. (2011). asupan energi dan zat gizi
pendidikan, dan bimbingan. kurang dari angka kecukupan gizi
Bandung: PT. Ravika Aditama. remaja putri. Jakarta: FK UI
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Setiadi. (2007). Konsep dan Penelitian Riset
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Keperawatan: Pedoman skripsi, Tesis, Setiadi. (2013). Konsep dan praktek
dan Instrumen Penelitian penulisan riset keperawatan edisi 2.
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Yokyakarta: Graha ilmu.
Salemba Medika. Soetjiningsih. (2007). Konsep Remaja.
Nursalam. (2009). Konsep dan penerapan Diperoleh tanggal 13 januari dari
metodologi penelitian ilmu eprints. undip. acid/16036/7.pdf.
keperawatan: Pedoman skripsi, tesis Susilowati. (2010). Faktor yang
dan instrumen penelitian keperawatan. mempengaruhi anemia pada remaja di
Jakarta: Salemba Medika. SMAN 2 Semarang. Diperoleh tanggal
11 Desember dari http://repository.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan usu.ac.id/ bitstream/ F123456789/
Metodologi Penelitian Ilmu 16616/4/ Chapter/20II. Pdf.
Keperawatan. Jakarta: Salemba Soegianto, dkk. (2007). Asupan energi dan
Medika. status gizi remaja. Jakarta: EGC.
Permatasari, D. (2009). Body image pada Waryana. (2010). Gizi dalam daur kehidupan.
remaja pelaku diet. Diperoleh tanggal Jakarta: EGC.
11 Desember dari http:// dyahsari Worthington, B. S., & Williams, S.R. (2009).
05.com//01/ Body -image-pada- Nutrition Throughout the Life Cycle.
remaja-pelaku-diet. Pdf. United States:
Proverawati, A. (2010). Permasalahan dan Maple Vail Book.
perubahan perilaku di kehidupan WHO, (2009). Adolencent Health and
remaja. Yogyakarta: Nuha medika. Development. Diperoleh tanggal 10
Proverawati, A. (2010). Obesitas dan Januaridarihttp://wwwsearo.who.intF
gangguan perilaku makan remaja. N/Section1245 4980.html.
Yogyakarta: Nuha Medika. Yuniastuti, A. (2008). Penilaian standar
Pudjiadi, S. (2005). Masalah gizi pada kecukupan gizi berpedoman pada
remaja. Jakarta: FKM UI. angka kebutuhan. Jakarta: Graha Ilmu.
Riskesdas, (2013). Prevalensi status gizi
remaja. Jakarta.
Purwaningrum, L. (2009). Perilaku makan
pada remaja putri. Jakarta: Jurnal UI.
Riskesdas, (2013). Prevalensi status gizi
remaja. Jakarta.
Santjaka, Aris. (2011). Statistik untuk
penelitian kesehatan. Yogyakarta:
Nuha medika.
Sarintohe, Prawitasari. (2006). Perilaku
makan tidak sehat. Jakarta: Rineka Cipta.
Sarwono & Sarlito, W. (2011). Psikologi
remaja edisi 10. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
1352

You might also like