You are on page 1of 12

HUBUNGAN PERSEPSI IBU DAN PARTISIPASI BALITA KE POSYANDU

DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 36-59 BULAN


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

DHINA SEPTRIA WAHYUNINGTYAS


J 310 110 070

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015
HUBUNGAN PERSEPSI IBU DAN PARTISIPASI BALITA KE POSYANDU
DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 36-59 BULAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA

Dhina Septria Wahyuningtyas J310110070


Pembimbing : 1. Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes
2. Luluk Ria Rakhma, S.Gz., M.Gizi

Program Studi Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162
Email : dhinaseptriaw.93@gmail.com

ABSTRACT

Stunting is linear growth delay. Among other affecting factors are mother
perception and toddlers participation in integrated health service center. The
mothers’ perception will affect their behavior to bring their toddlers in integrated
health service center, so that toddlers nutritional status height-for-age (TB/U) will
be observed. To assess correlations mothers’ perception and toddler participation
in integrated health service center with the incidence of stunting of toddlers at
the age of 36-59 months at primary health center of Gilingan Surakarta.
Quantitative research used cross-sectional design within 47 respondents who
were selected through simple random sampling technique. Perception data were
obtained through the interview, while toddlers participation is noted from
integrated health service center data cadre and health care card (KMS). The
analysis used both pearson product moment statistical test and rank spearman.
The perception of most mother in integrated health service center is good (83%).
Good participation of toddlers is 83%. Non-stunting toddlers is 76,6%. Mother of
middle perception in integrated health service center in whose non-stunting
toddlers is higher 87.5% compared to mother who has good perception which
only 74,4%. Toddlers of good participation has higher non-stunting nutritional
status (79.5%) compared to toddlers of not good participation. There are no
correlation mothers’ perception in integrated health service center and the
incidence of stunting (p=0,644). There are no correlation toddler participation in
integrated health service center and the incidence of stunting (p=0,183). There
are no correlation mothers’ perception and toddler participation in integrated
health service center with the incidence of stunting of toddlers at the age of 36-59
months in primary health center of Gilingan Surakarta.
Stunting merupakan keterlambatan pertumbuhan linear. Faktor yang
mempengaruhi antara lain persepsi ibu dan partisipasi balita ke posyandu.
Persepsi ibu akan mempengaruhi perilaku ibu untuk membawa balita ke
posyandu, sehingga status gizi balita (TB/U) akan terpantau.Mengetahui
hubungan persepsi ibu dan partisipasi balita ke posyandu dengan kejadian
stunting pada balita usia 36-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gilingan
Surakarta.Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional dengan
jumlah responden 47 orang yang diperoleh dengan teknik simple random
sampling. Data persepsi di dapatkan melalui wawancara sedangkan partisipasi
balitadi dapatkan dari data kader posyandu dan KMS. Analisis menggunakan uji
statistic pearson product moment dan rank spearman.Sebagian besar persepsi

1
ibu ke posyandu yaitu baik (83%). Partisipasi balita baik sebesar 83%. Jumlah
balita tidak stunting sebesar 76,6%. Ibu dengan persepsi ke posyandu sedang
memiliki balita tidak stunting lebih tinggi yaitu 87,5% dibanding dengan ibu yang
memiliki persepsi baik hanya 74,4%. Balita dengan partisipasi baik memiliki
status gizi tidak stunting lebih tinggi (79,5%) dibanding dengan balita yang
memilki partisipasi yang tidak baik. Tidak ada hubungan persepsi ibu ke
posyandu dengan kejadian stunting (p=0,644). Tidak ada hubungan partisipasi
balita ke posyandu dengan kejadian stunting (p=0,183).Tidak ada hubungan
persepsi ibu dan partisipasi balita ke posyandu dengan kejadian stunting pada
balita usia 36-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

PENDAHULUAN seseorang terhadap sesuatu setelah


Menurut Allen dan Gillespie mendapatkan pengetahuan baik
(2001), pemantauan pertumbuhan secara langsung maupun tidak
balita sangat penting dilakukan langsung. Persepsi mengenai
untuk mengetahui ada atau tidak posyandu merupakan faktor yang
hambatan pertumbuhan (growth sangat dibutuhkan untuk
faltering) sejak dini sebagai contoh membangun perilaku atau sikap
yaitu stunting. Stunting yang terjadi positif tentang pentingnya
pada masa anak dapat berdampak pemanfaatan posyandu.
pada peningkatan angka kematian, Terbangunnya perilaku atau sikap
kemampuan kognitif dan tersebut dapat meningkatkan
perkembangan motorik yang rendah partisipasi dalam pemanfaatan
serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak posyandu.
seimbang. Hal ini juga berdampak Riskesdas 2013 menjelaskan
pada terhambatnya peningkatkan mengenai partisipasi yang dilihat
kualitas SDM. dari pemantauan pertumbuhan balita
Prevalensi balita stunting di yang dilakukan setiap bulan
Indonesia masih tergolong tinggi. menunjukkan bahwa persentase
Berdasarkan Riskesdas (2013), balita umur 6-59 bulan yang tidak
perkembangan prevalensi balita pernah ditimbang dalam enam bulan
pendek (stunting) di seluruh propinsi terakhir cenderung meningkat dari
di Indonesia masih diatas 20% atau 25,5% (2007), 23,8% (2010) menjadi
tepatnya 35,6%. Propinsi Jawa 34,3% (2013). Partisipasi ibu untuk
Tengah memiliki prevalensi balita membawa balita ke posyandu
stunting dan severely stunting biasanya terjadi di awal tahun
sebesar 24,5%, sedangkan di dimana balita belum memiliki
Daerah Istimewa Yogyakarta aktivitas sekolah.
sebesar 28,5%. Berdasarkan Berdasarkan data survey
Riskesdas (2010), peningkatan pendahuluan yang dilakukan pada
prevalensi stunting tersebut dapat tanggal 22 Juni 2014 di wilayah kerja
dipengaruhi oleh beberapa faktor Puskesmas Gilingan Surakarta
yaitu perilaku hidup sehat, didapatkan bahwa prevalensi balita
pelayanan kesehatan dasar, pola pendek dan sangat pendek pada
asuh, kemiskinan, persepsi ibu tahun 2013 sebesar 16,6%. Data
terhadap posyandu dan tingkat persepsi yang diperoleh dari
partisipasi masyarakat dalam wawancara 15 responden dapat
kegiatan posyandu. disimpulkan bahwa 86,67% ibu
Persepsi itu sendiri dapat balita yang berdomisili di wilayah
diartikan sebagai cara pandang kerja Puskesmas Gilingan yang

2
tepatnya di kelurahan Gilingan Data partisipasi diperoleh dari
memiliki persepsi terhadap catatan kader posyandu dan KMS
posyandu yang tidak mendukung balita yang dikategorikan baik
mengenai konsep posyandu. apabila ≥ 8 kali jumlah kehadiran
Hal ini menyebabkan tingkat dan tidak baik apabila < 8 kali jumlah
partisipasi balita yang rendah. Data kehadiran (Depkes, 2004).
partisipasi yang diukur dari data Data antropometri TB/U
sekunder (D/S) tahun 2013 sebesar diperoleh dari pengukuran
71,65% sehingga dapat disimpulkan antropometri secara langsung.
bahwa masyarakat belum Antropometri TB/U dikategorikan
memanfaatkan posyandu sebagai stunting apabila nilai z-score <-2 SD
pusat pelayanan kesehatan tingkat dan <-3 SD dan tidak stunting
desa dengan semestinya. apabila nilai z-score>-2 SD.
Pengolahan dan analisis data
METODE PENELITIAN menggunakan program komputer
Penelitian ini menggunakan yaitu software SPSS 17 for windows.
penelitian obsevasional dengan Mengetahui hubungan persepsi ibu
pendekatan cross sectional. dengan kejadian stunting
Penelitian ini dilaksanakan pada menggunakan analisis pearson
bulan Maret 2015, sedangkan lokasi product momen, sedangkan untuk
penelitian dilaksanakan di wilayah hubungan partisipasi balita dengan
kerja Puskesmas Gilingan kejadian stunting menggunakan
Surakarta. Populasi dalam penelitian analisis rank spearman.
ini adalah balita usia 36-59bulan
yaitu sebanyak 683 balita. HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik pengambilan sampel Puskesmas Gilingan
dalam penelitian ini menggunakan merupakan salah satu dari 17
sistem simple random sampling. Puskesmas yang berada di wilayah
Kriteria inklusi yaitu Ibu yang dapat Surakarta. Letaknya yang berada di
berkomunikasi secara verbal, dapat sebelah utara Kota Surakarta
membaca dan menulis, berdomisili dengan wilayah kerja di Kecamatan
atau tinggal menetap di wilayah Banjarsari dan lebih tepatnya berada
kerja Puskesmas Gilingan di alamat Bibis Wetan RT 03 / XIX,
Surakarta, bersedia menjadi Gilingan, Banjarsari. Wilayah kerja
responden penelitian, ibu yang Puskesmas Gilingan memiliki 32
memiliki balita usia 36-59 bulan, posyandu dengan jumlah balita 1620
balita usia 36-59 bulan yang memiliki balita. Balita usia 36-59 bulan yang
Kartu Menuju Sehat (KMS). tersebar diseluruh posyandu
Data dalam penelitian ini sebanyak 683 balita.
meliputi data primer dan data Wilayah Puskesmas
sekunder. Data primer yaitu identitas Gilingan termasuk dalam salah satu
responden dan persepsi ibu ke wilayah dengan balita stuntingyang
posyandu. Data sekunder meliputi cukup tinggi yaitu 16,6% pada tahun
data partisipasi balita ke posyandu 2013. Jumlah partisipasi balita ke
dan jumlah kejadian stunting. posyandu di wilayah tersebut masih
Data persepsi diperoleh dari tergolong rendah yaitu 71,65%. Data
wawancara secara langsung yang peran serta masyarakat dalam
dikategorikan kurang yang upaya peningkatan derajat
dikategorikan kurang ≤ 24,99, kesehatan tahun 2015 di dapatkan
sedang 25-63,99 dan baik ≥ 64. bahwa jumlah kader posyandu yang

3
dilatih sebanyak 128 orang, akan jumlah kader yang sudah dilatih
tetapi yang aktif melebihi dari yang hanya sekitar 47,9% dari seluruh
sudah dilatih yaitu 267 orang. Jadi, jumlah kader yang aktif.
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Ibu Balita
Tabel 1.
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kondisi Ibu Balita
Variabel Frekuensi Persentase ( % )
Usia ibu
35-40 th 11 23,4
<35 th 27 57,4
>40 th 9 19,1
Pendidikan ibu
SD 6 12,8
SLTP 9 19,1
SLTA 23 48,9
Tamat PT 9 19,1
Pekerjaan ibu
Guru 1 2,1
Karyawan swasta / pabrik 11 23,4
Pedagang 9 19,1
Ibu rumah tangga 26 55,3

Tabel 1 menunjukkan bahwa yaitu sebesar 48,9% dengan


sebagian besar usia ibu yang pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
menjadi responden yaitu < 35 tahun (IRT) 55,3%. Menurut Nikmawati, et
sebanyak 57,4%. Menurut al (2008), pendidikan ini akan
Notoatmodjo (2003), usia ibu diatas mempengaruhi status pekerjaan dari
30 tahun akan mempengaruhi ibu dan pendapatan keluarga yang
pengetahuan sehingga semakin akan berdampak pada
bertambah pengetahuan akan perkembangan sosial ekonomi,
sesuai dengan pengalaman yang sehingga semakin tinggi tingkat
sudah dijalani dan tingkat pendidikan pendidikan ibu maka akan
yang dimiliki. Berdasarkan data mempengaruhi tingkat pekerjaan
pendidikan terakhir ibu mayoritas ibu ibu.
memiliki pendidikan terakhir SLTA

4
b. Karakteristik Balita
Tabel 2.
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kondisi Balita
Variabel Frekuensi Persentase ( % )
Umur balita
≤48 bulan 29 61,7
≥49 bulan 18 38,3
Jenis kelamin
Laki-laki 30 63,8
Perempuan 17 36,2
Status Gizi BB/U
Baik 38 80,9
Kurang 5 10,6
Buruk 1 2,1
Lebih 3 6,4
Status Gizi BB/TB
Gemuk 3 6,4
Normal 41 87,2
Kurus 2 4,3
Sangat Kurus 1 2,1

Tabel 2 menunjukkan (2010), status gizi balita tergantung


bahwa sebagian besar responden pada faktor keluarga dan
balita memiliki usia ≤ 48 bulan lingkungan. Status gizi balita akan
sebesar 61,7% dengan jenis kelamin baik apabila orang tua dapat
laki-laki yaitu 63,8%. Usia tersebut memberikan contoh hidup sehat
dibagi atas dasar usia berdasarkan dengan mengkonsumsi makanan
angka kecukupan gizi tahun 2013 dengan gizi seimbang dan bisa
(Kemenkes, 2013). Responden mengontrol setiap makanan yang
balita mayoritas memiliki status gizi dikonsumsi balita. Kebiasaan makan
normal apabila dilihat dari berat makanan yang sehat dan bergizi
badan berdasarkan tinggi badan seimbang maka akan menjaga
yaitu sebesar 87,2%. Menurut Shan status gizi balita tetap baik

c. Distribusi Persepsi ibu, Partisipasi balita dan Kejadian stunting


Tabel 3.
Distribusi Persepsi Ibu Balita ke Posyandu, Partisipasi Balita ke Posyandu dan
Kejadian Stunting
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Persepsi Ibu
Sedang 8 17,0
Baik 39 83,0
Partisipasi Balita
Baik 39 83,0
Tidak baik 8 17,0
Kejadian Stunting
Stunting 11 23,4
Tidak stunting 36 76,6

Sebagian besar ibu balita untuk datang ke posyandu. Distribusi


memiliki persepsi ke posyandu baik karakteristik statistik deskriptif
yaitu 83%. Persepsi tersebut dapat berdasarkan persepsi ibu dapat
mempengaruhi partisipasi balita dilihat pada Tabel 4.

5
Tabel 4.
Karakteristik Statistik Deskriptif Berdasarkan Persepsi Ibu
Statistik Deskriptif Skor Persepsi
Mean 69,5632
Standar Deviasi 9,87399
Nilai Minimum 43,84
Nilai Maksimum 103,22

Mean atau rata-rata skor Data partisipasi balita diatas


persepsi ibu balita 69,5632 yang yang menunjukkan bahwa sebagian
berarti bahwa ibu balita memiliki besar partisipasi balita sudah baik
persepsi yang baik dengan yaitu 83%, sedangkan 17%
keberadaan posyandu. Nilai partisipasi balita tidak baik.
minimum dari skor persepsi ibu ke Partisipasi tidak baik ini selain dapat
posyandu menunjukkan angka 43,84 dipengaruhi dari persepsi ibu, juga
yang berarti tidak mendukung dapat dipengaruhi oleh aktifitas
dengan adanya posyandu, sekolah balita yang memang sudah
sedangkan nilai maksimum dari skor memasuki usia sekolah.
persepsi ibu diatas menunjukkan Distribusi deskriptif dari
angka 103,22 yang berarti bahwa partisipasi balita ke posyandu dapat
ibu memiliki persepsi yang baik dilihat pada Tabel 5.
dengan keberadaan posyandu.

Tabel 5.
Karakteristik Statistik Deskriptif Berdasarkan Partisipasi Balita
Statistik Deskriptif Partisipasi Balita
Mean 9.5957
Standar Deviasi 2.79487
Nilai Minimum 0
Nilai Maksimum 12

Mean atau rata-rata dikatakan baik apabila kehadiran


partisipasi balita berdasarkan Tabel balita ≥ 8 kali dalam 1 tahun,
5 termasuk dalam kategori baik yaitu begitupun sebaliknya partisipasi
dengan angka 9,5957. Nilai dikatakan tidak baik apabila jumlah
minimum dari partisipasi balita yaitu kehadiran balita < 8 kali dalam 1
0 yang berarti tidak baik, sedangkan tahun (Depkes, 2004).
nilai maksimum dari partisipasi balita Distribusi statistik deskriptif
pada penelitian ini merupakan 12 untuk kejadian stunting yang dilihat
yang menunjukkan bahwa angka dari status gizi berdasarkan TB/U
tersebut baik. Partisipasi balita dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.
Karakteristik Statistik Deskriptif Berdasarkan Nilai TB/U
Statistik Deskriptif Nilai TB/U
Mean -1.1745
Standar Deviasi 1.07786
Nilai Minimum -3.71
Nilai Maksimum 0.83

6
Rata-rata nilai TB/U dari Data kejadian balita
Tabel 6 diatas termasuk dalam stuntingyang terdapat pada Tabel 3
kategori status gizi normal yaitu - menunjukkan prevalensi balita
1.1745 yang berarti nilai TB/U stuntingsebesar 23.4%, sedangkan
menurut z-score > -2 SD. Nilai balita tidak stunting sebesar 76.6%.
minimum dari data penelitian TB/U Hasil tersebut menunjukkan bahwa
tersebut merupakan -3,71 yang balita stunting di wilayah kerja
berarti masuk dalam kategori Puskesmas Gilingan termasuk
stunting yaitu > -3 SD, sedangkan dalam kategori rendah. Data
untuk nilai maksimum terletak pada tersebut bahkan naik dari data tahun
kategori status gizi normal dengan 2014 yaitu sebesar 15,8%. Kenaikan
angka 0,83. Status gizi balita dapat diperkirakan sebesar 7,6%.
berdasarkan TB / U dapat Berdasarkan Riskesdas 2013, target
mengindikasikan bahwa balita pemerintah untuk balita stunting
termasuk dalam kondisi normal atau yaitu dibawah 20%.
stunting.

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Persepsi Ibu Balita ke Posyandu dengan Kejadian Stunting
Tabel 7.
Hubungan Persepsi Ibu ke Posyandu dengan Kejadian Stunting
Kejadian Stunting
Total
Variabel Stunting Tidak Stunting Nilai p
N % N % N %
Persepsi ibu
Sedang 1 12,5 7 87,5 4 100 0,644
Baik 10 25,6 29 74,4 43 100

Tabel 7 diatas dapat status gizi balita di masa lampau


disimpulkan bahwa ibu dengan dengan melihat persepsi ibu pada
persepsi ke posyandu sedang saat itu juga. Peneliti tidak
memiliki balita tidak stunting lebih mengetahui persepsi ibu dimasa
tinggi yaitu 87,5% dibanding dengan lampau, sehingga hal ini dapat
ibu yang memiliki persepsi baik mempengaruhi hasil penelitian.
hanya 74,4%. Hal ini dapat diartikan Jarak antara pemenuhan status gizi
bahwa belum tentu ibu dengan masa lampau hingga penelitian
persepsi baik memiliki balita yang dilakukan dapat terjadi berbagai
tidak stunting, begitupun sebaliknya kejadian sehingga dapat
belum tentu juga ibu dengan mempengarui persepsi ibu itu
persepsi yang sedang keposyandu sendiri. Dibandingkan dengan
memiliki balita stunting. Berdasarkan hubungan persepsi ibu ke posyandu
nilai p yang menunjukkan 0,644 dengan BB/U atau BB/TB juga
berarti Ho diterima sehingga memiliki hasil yang sama yaitu tidak
disimpulkan bahwa tidak ada memiliki hubungan yang bermakna.
hubungan antara persepsi ibu ke Hasil tersebut tidak sejalan
posyandu dengan kejadian stunting. dengan penelitian Dewi (2010) yang
Mekanisme tidak adanya menyatakan bahwa ada hubungan
hubungan ini dapat disebabkan antara persepsi ibu dengan
karena perbedaan waktu penelitian kecukupan gizi balita. Hal tersebut
dengan yang diteliti. Peneliti meneliti dapat terjadi karena persepsi ini
stunting yang berarti akan melihat akan mempengaruhi perilaku dari

7
seseorang sehingga pemenuhan semakin baik persepsi ibu terhadap
kecukupan gizi dapat terpenuhi. pelayanan kesehatan maka akan
Secara mekanisme, persepsi ini semakin positif juga perilaku ibu
akan berdampak langsung pada untuk memenuhi kecukupan gizi
perilaku seseorang, sehingga balita.

b. Hubungan Partisipasi Balita ke Posyandu dengan Kejadian Stunting


Tabel 8.
Hubungan Partisipasi Balita ke Posyandu dengan Kejadian Stunting
Kejadian Stunting
Total
Variabel Stunting Tidak Stunting Nilai p
N % N % N %
Partisipasi balita
Baik 8 20,5 31 79,5 39 100 0,183
Tidak baik 3 37,5 5 62,5 8 100

Tabel 8 dapat disimpulkan Selain penyuluhan


bahwa balita dengan partisipasi baik pemanfaatan dalam hal Pemberian
memiliki status gizi tidak stunting Makanan Tambahan (PMT) dan
lebih tinggi (79,5%) dibanding vitamin A juga dapat mempengaruhi
dengan balita yang memilki status gizi balita. Diharapkan
partisipasi yang tidak baik. Hal ini semakin sering ibu membawa balita
dapat diartikan bahwa balita yang ke posyandu maka ibu akan
rajin hadir ke posyandu akan semakin kaya akan menu makanan
memiliki status gizi tidak stunting, tambahan yang akan diberikan
begitupun sebaliknya balita dengan kepada balita sehingga hal tersebut
partisipasi yang tidak baik akan mempengaruhi sikap dan
kemungkinan besar memiliki status perilaku ibu dalam memberikan
gizi stunting. Nilai p diatas makanan kepada balita. Vitamin A
menunjukkan bahwa tidak ada juga akan mempengaruhi status gizi
hubungan antara persepsi ibu ke balita karena dengan diberikan
posyandu dengan kejadian stunting. vitamin A ini diharapkan tidak
Tidak adanya hubungan adanya rabun senja dini atau rabun
antara partisipasi balita ke posyandu senja yang terjadi pada saat balita,
dengan kejadian stunting tersebut selain itu juga perthanan tubuh
dikarenakan pemanfaatan posyandu dapat terjaga. Program posyandu
yang kurang maksimal, seperti diatas yang kurang dimanfaatkan
penyuluhan yang kurang maksimal oleh ibu balita sehingga dapat
sehingga tidak dapat mempengaruhi mempengaruhi status gizi balita. Ibu
status gizi balita. Penyuluhan yang balita melewatkan informasi yang
ada di posyandu seharusnya dapat telah disediakan oleh posyandu
dilakukan setiap bulannya sesuai yang akan berdampak pada status
dengan adanya jadwal posyandu. gizi balita di masa depan.
Penyuluhan ini diharapkan dapat Dijelaskan pula dalam
menambah pengetahuan ibu tentang penelitian Rarastiti (2013)
gizi balita sehingga dapat menunjukkan bahwa tidak ada
mempengaruhi perilaku ibu balita hubungan antara frekuensi balita ke
untuk memantau gizi balita, posyandu dengan status gizi balita.
sehingga partisipasi balita untuk Hasil penelitian ini juga sejalan
selalu hadir ke posyandu juga dengan penelitian yang dilakukan
meningkat. oleh Kurniasih (2005), tidak ada

8
hubungan antara partisipasi ibu DAFTAR PUSTAKA
menimbang balitanya ke posyandu
dan status kerja ibu dengan status Allen, LH and Gillespie, SR. 2001.
gizi balita. Hasil penelitian ini juga What Works? A Review of
sejalan dengan penelitian Lestari, et The Efficacy and
al (2012) menjelaskan bahwa tidak Effectiveness of Nutrition
ada hubungan antara partisipasi Interventions. ADB. Manila.
balita ke posyandu dengan
pengukuran status gizi BB/U. Badan Litbangkes. 2008. Riset
Penelitian ini tidak sejalan dengan Kesehatan Dasar (Riskesdas
penelitian yang dilakukan oleh 2007). Depkes RI. Jakarta.
Kenney, et al (2012) yang
menjelaskan bahwa partisipasi ibu Badan Litbangkes. 2010. Riset
dan balita ke pelayanan kesehatan Kesehatan Dasar (Riskesdas
memiliki hubungan yang berbanding 2010). Depkes RI. Jakarta.
lurus. Badan Litbangkes. 2013. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas
KESIMPULAN 2013). Depkes RI. Jakarta.
Sebagian besar persepsi ibu
ke posyandu yaitu tidak mendukung Departemen Kesehatan RI. 2004.
sebesar 91,5%, sedangkan Sistem Kesehatan
partisipasi balita ke posyandu baik Nasional2004. Direktorat
atau > 8 kali datang ke posyandu Bina Gizi Masyarakat.
sebesar 83% dengan mayoritas Jakarta.
balita memiliki status gizi tidak
stunting sebesar 76,6%. Dewi, IC. 2010. Hubungan
Tidak ada hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan
persepsi ibu ke posyandu dengan Persepsi Ibu dengan
kejadian stunting pada balita usia 36 Pemenuhan Kecukupan Gizi
– 59 bulan yang dibuktikan nilai p = Balita. Tesis. Program Studi
0,644. Pasca Sarjana Kedokteran
Tidak ada hubungan antara Keluarga Minat Utama
partisipasi balita ke posyandu Pendidikan Profesi
dengan kejadian stunting pada balita Kesehatan Universitas
usia 36 – 59 bulan yang dibuktikan Sebelas Maret Surakarta
nilai p = 0,183. diaskes pada tanggal 17 Mei
2015 dari
SARAN 175951711201109131.pdf.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan maka disarankan Notoatmodjo. 2003. Pendidikan Dan
untukmeningkatkan pemanfaatan Perilaku Kesehatan. Rineka
posyandu terutama fungsi dari Cipta. Jakarta.
penyuluhan agar ibu balita paham
Kementerian Kesehatan RI. 2013.
akan fungsi dari penyuluhan tersebut
Angka Kecukupan Gizi 2013
dan meneliti faktor – faktor yang
(AKG 2013). Kemenkes RI.
berpengaruh terhadap persepsi ibu
Jakarta.
ke posyandu sehingga dapat
http://www.depkes.go.id
mempengaruhi status gizi TB/U,
BB/U dan BB/TB.

9
Kenney, GM., Lynch, V., Huntress, Lestari, P., Syamsianah, A., dan
M., Haley, J., dan Anderson, Mufnaety. 2012. Hubungan
N. 2012. Medicaid / CHIP Tingkat Kehadiran Balita di
Participation Among Children Posyandu dengan Hasil
and Parents. Timely Analysis Pengukuran Antropometri
of Immediate Health Policy Balita di Posyandu Balitaku
Issues. Urban Institute. Sayang Rw.04 Kelurahan
Robert Wood Johnson Jangli Kecamatan
Foundation diakses pada Tembalang Kota Semarang.
tanggal 21 Mei 2015 dari Jurnal. Program Studi Gizi
412719-Medicaid-CHIP- Fakultas Ilmu Keperawatan
Participation-Among- dan Kesehatan Unimus
Children-and-Parents.pdf diakses pada tanggal 8
Januari 2015 dari
Kurniasih, AI. 2005. Faktor-Faktor http://jurnal.unimus.ac.id.
yang Berhubungan dengan
Status Gizi Kurang pada Rarastiti, CN. 2013. Hubungan
Batita Usia 12-36 Bulan. Karakteristik Ibu, Frekuensi
Skripsi. Program Studi Ilmu Kehadiran Anak Ke
Gizi Fakultas Kedokteran Posyandu, Asupan Energi
Universitas Diponegoro. dan Protein dengan Status
Semarang.Nikmawati, Ellis Gizi Anak Usia 1-2 Tahun.
E., Kusharto, C. M., Skripsi. Program Studi Ilmu
Khomsan, A., Sukandar, D Gizi Fakultas Kedokteran
dan Atmawikarta, A. 2008. Universitas Diponegoro.
Intervensi Pendidikan Gizi Semarang.
Bagi Ibu Balita Dan Kader
Posyandu Untuk Shan, X. 2010. Influence of Parents’
Meningkatkan PSK Child-feeding Practices on
(Pengetahuan Sikap Dan Child’s Weight Status among
Keterampilan) Serta Status Chinese Adolescents in
Gizi Balita. Jurnal. Program Beijing, China (Doctoral
Studi Tata Boga Jurusan dissertation, Southern Illinois
Pendidikan Kesejahteraan University Carbondale).
Keluarga Fakultas Diakses 13 Mei 2015 dari
Pendidikan Teknologi dan ehs.siu.edu/her/_common/do
Kejuruan (FPTK) Universitas cuments/dissertation/disserta
Pendidikan Indonesia (UPI). tions/joy-shan-
dissertation.pdf

10

You might also like