Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Forest Management Unit (FMU) is an area of forest land in site level that managed to meet sustainable
forest management in a long term plan. One or more forest functions (conservation, protection and production)
can be included in an FMU, but the FMU will be classified by its dominant forest function. KPH has been
established in several provinces, but a few them has not yet operational. Institutional aspects such as policy and
organization are having problem in the implementation of FMU.
The objective of the study are : (1) to analyze the implementation of norms, standards, procedures and
criteria (NSPC) of FMU and (2) to analyze the organization's policies in the management of FMU. The study was
held at the Dampelas Tinombo FMU in Central Sulawesi; Way Terusan FMU, and Batu Tegi FMU in Lampung
Province. In policy analysis used a retrospective method model, while in organizational structure analysis
used qualitative descriptive method.
The results showed that the policy about FMU NSPC has been implemented by each FMU in research
location. It can be seen from the master plan of "forest management planning and forest governance". This study
examines the FMU organization through the current organizational structure. There are similarities in the
organizational structure of FMU indicated through the division of labor, authority, span of control and division
of the department. However, there are differences in the classification of departmentalizing types. The differences
are caused by differences in local conditions, as well as the potential for each policy in research location. Form of
organizational FMU at the site study has a characteristics "functional organizational structure". The positives of
this organization type will continue to adapt to their environment in order to keep growing towards the vision
and mission that have been made. If there is a policy changes, organizations need to change the internal of
organization, for example by adjusting its organizational structure. Form of FMU Organizational as Regional
Technical Implementation Unit, FMU can accommodate the interests of the goverment through
departmentalizing based on NSPC criteria approach. Coordination among stakeholders through funding has
done, either by the central or local governments. For better management of the FMU it is recommended : (1)
Derivatives policy is required on the tasks and role of FMU in detail, to fasilitate implementation and
management, and (2) Prefaring the conditions of FMU organizations to make adaptation if there is a policy
change related to FMU organization. In terms of funding, the central government should allocate funds through
related technical unit until FMU can operate independently and the rules about capabilities and mobilization
of human resources are needed.
214
Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .
Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari
ABSTRAK
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan kawasan hutan di tingkat tapak yang dikelola
untuk memenuhi pengelolaan hutan lestari dalam rencana jangka panjang. Satu atau lebih fungsi hutan
(konservasi, lindung dan produksi) dapat dimasukkan dalam suatu KPH, tetapi KPH diklasifisikan
berdasarkan fungsi hutan yang dominan. KPH telah ditetapkan di beberapa provinsi, tetapi ada yang
belum operasional. Aspek kelembagaan seperti kebijakan dan organisasi merupakan kendala dalam
pelaksanaan KPH.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji implementasi Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
(NSPK) pengelolaan KPH dan (2) mengkaji kebijakan organisasi dalam pengelolaan KPH. Kegiatan ini
dilaksanakan di KPH Dampelas Tinombo di Sulawesi Tengah serta KPH Way Terusan dan KPH Batu
Tegi di Provinsi Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis retrospektif, sedangkan
untuk mengkaji struktur organisasi menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan NSPK pengelolaan KPH telah diimplementasikan
oleh masing-masing KPH. Hal ini dapat dilihat dari adanya master plan mengenai ”perencanaan
pengelolaan hutan dan tata hutan”. Terdapat kesamaan dalam struktur organisasi KPH yang ditunjukkan
melalui pembagian kerja, wewenang, rentang kendali dan departemenisasi. Namun, terdapat perbedaan
yaitu pengelompokkan jenis departemenisasi. Perbedaan ini disebabkan oleh : perbedaan kondisi daerah,
potensi kawasan serta kebijakan setiap daerah. Bentuk organisasi KPH pada lokasi penelitian memiliki
karakteristik ”struktur organisasi fungsional”. Organisasi tipe ini akan senantiasa beradaptasi dengan
lingkungannya agar tetap berkembang menuju visi dan misi yang telah dibuat. Apabila terdapat
perubahan kebijakan, organisasi perlu mengubah internal organisasi, misalnya dengan menyesuaikan
struktur organisasinya. Dengan bentuk struktur organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), KPH
dapat mengakomodasi kepentingan pusat melalui departementalisasi dengan pendekatan kriteria dalam
NSPK. Koordinasi dalam hal pendanaan telah mulai dilakukan, baik dengan pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Saran studi ini meliputi : (1) Perlunya kebijakan turunan, mengenai tugas dan peran
KPH secara rinci untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan (2) Perlu penyiapan
kondisi pemungkin dalam organisasi apabila terdapat perubahan kebijakan terkait organisasi KPH.
Pemerintah pusat mengalokasikan dana melalui UPT terkait sampai KPH mandiri dan perlu aturan
tentang kapabilitas dan mobilisasi SDM.
215
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234
penting dalam operasional suatu organisasi Dampelas Tinombo dan Kabupaten Lampung
KPH yaitu bentuk dan struktur organisasi Tengah yaitu KPHP Reg 47 Way Terusan dan
KPH dan peraturan pendukung serta KPHL Batu Tegi. Alasan pemilihan lokasi
implementasinya (Suryandari et al, 2009). didasarkan pada perbedaan kemajuan
Pasal 3 Peraturan Menteri Kehutanan No. perkembangan organisasi untuk melihat
6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, sejauh mana implementasi terkait NSPK
Prosedur dan Kriteria (NSPK) dijelaskan pengelolaan KPH. Dampelas Tinombo adalah
bahwa tugas dan fungsi KPH adalah KPHP lintas Kabupaten yaitu Kabupaten
menyelenggarakan pengelolaan hutan Donggala dan Kabupaten Parigi Montong
(penyusunan rencana, pemanfaatan hutan, dengan bentuk organisasi UPTD Dinas
penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan Kehutanan Provinsi yang hingga saat ini sudah
reklamasi, perlindungan dan konservasi operasional. Register 47 Way Terusan adalah
hutan). NSPK yang dimaksud adalah semua KPHP Kabupaten dengan bentuk organisasi
ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah UPTD Dinas Kehutanan Kabupaten dan
pusat yang dapat dijadikan pegangan oleh hingga saat ini belum operasional. Sedangkan
Pemerintah Daerah untuk menjalankan Batu Tegi adalah KPHL lintas Kabupaten di
desentralisasi kewenangannya terutama dalam bawah tanggung jawab Dinas Kehutanan
pengelolaan kawasan hutan. Permasalahan Provinsi, hingga saat ini baru penunjukan
yang dihadapi saat ini oleh beberapa KPH yang belum ditetapkan.
sudah ditetapkan adalah 1) Kurangnya
kesiapan di masing-masing daerah terutama B. Pengumpulan Data
dalam pendanaan 2) Belum disepakatinya
Metode pengumpulan data dilakukan
bentuk organisasi KPH dan 3) Kurangnya
melalui pengumpulan data sekunder dan
ketersediaan sumber daya manusia.
wawancara dengan para pengambil kebijakan
Diharapkan dengan peraturan ini sudah
di setiap lokasi KPH yang diteliti baik berupa
mengakomodasi NSPK dan dapat dijadikan
data primer maupun sekunder. Teknik
pendekatan untuk melihat sejauh mana
sampling yang digunakan adalah purposive
pelaksanaan pengelolaan hutan, tugas dan
sampling di mana sampel diambil dengan
fungsi KPH serta peran pemerintah pusat
maksud atau tujuan tertentu. Seseorang yang
dalam pengembangan KPH. Dalam tulisan ini
mewakili para pihak tertentu diambil sebagai
disajikan hasil penelitian implementasi aturan
sampel karena dianggap orang tersebut
mengenai Norma, Standar, Prosedur dan
memiliki informasi yang diperlukan bagi
Kriteria (NSPK) dalam Pengelolaan KPH dan
penelitian. Responden dalam penelitian ini
kebijakan organisasi dalam pengelolaan KPH
meliputi: (1) UPT pusat seperti BPKH,
serta persepsi para pihak dalam pengelolaan
BPDAS, BP2HP, (2) Dinas Kehutanan
hutan dengan ditetapkannya suatu unit
provinsi, (3) Dinas Kehutanan kabupaten, (4)
manajemen KPH.
KPH, (5) Bappeda provinsi/kabupaten, (6)
Masyarakat dalam kawasan KPH dan para
pihak lain yang terkait dengan kegiatan KPH.
II. METODE PENELITIAN
Dari masing-masing para pihak diambil dua
sampai tiga responden yang paling berkepen-
A. Lokasi Penelitian
tingan/terkait dan mengerti permasalahan
Kegiatan penelitian ini dilakukan di organisasi KPH. Adapun jenis data yang
Provinsi Sulawesi Tengah yaitu KPHP Model dikumpulkan, sumber data dan metode
216
Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .
Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari
217
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234
Pengelolaan KPH
i
m
p
Kebijakan
l
e
Pusat Daerah
m
e
n
t Pengelolaan KPH Struktur & Susunan
a Organisasi
s
Norma
i Pembagian kerja
Standar
Departementalisasi
Prosedur
Rentang kendali
Kriteria Wewenang
D. Analisis Data
III. HASIL PENELITIAN
NSPK pengelolaan KPH dianalisis dengan
analisis retrospektif, yaitu model analisis Landasan hukum tentang NSPK penge-
kebijakan yang kajiannya mengarah kepada lolaan KPH adalah Peraturan Menteri
akibat-akibat kebijakan setelah suatu kebi- Kehutanan No.6/Menhut-II/2010 yang
jakan diimplementasikan (Dunn, 1991). Salah mengatur tentang (1) Tugas dan fungsi KPHP
satunya untuk melihat bagaimana konse- dan KPHL, (2) Tata hutan dan perencanaan
kuensinya terhadap para pihak terkait setelah hutan, (3) Pemanfaatan hutan, (4) Penggunaan
suatu kebijakan ditetapkan dan adakah kawasan hutan, (5) Rehabilitasi dan reklamasi
kebijakan-kebijakan baru yang muncul dan hutan, (6) Perlindungan hutan dan (7)
implementatif di lapangan dan mengevaluasi Pembinaan, pengendalian dan pengawasan.
hasil implementasi aturan NSPK yang ada. Selanjutnya implementasi NSPK pada
Untuk mengkaji struktur dan susunan beberapa KPH dibahas sebagai berikut.
organisasi KPH menggunakan analisis
218
Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .
Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari
A. Implementasi Norma, Standar, Prose- kan karena ketidaksiapan KPH dari aspek
dur dan Kriteria Pengelolaan KPH pendanaan dan ketersediaaan SDM.
Pengurusan hutan dilakukan bersama-
2. Tata hutan dan rencana pengelolaan
sama baik oleh pemerintah pusat maupun
hutan
pemerintah daerah dalam menyelenggarakan
fungsi administrasi pengurusan hutan seperti Sebagaimana tertuang dalam Permenhut
perencanaan, pengelolaan, pengawasan, No 6/Menhut-II/2010 tentang NSPK BAB III
penyuluhan, penelitian dan pengembangan pasal 4 dijabarkan bahwa kegiatan tata hutan
dan pendidikan dan latihan. Melalui organisasi terdiri dari inventarisasi hutan, pembagian
KPH sebagian tugas pengurusan hutan akan kedalam blok, pembagian petak, tata batas
diserahkan, dimana organisasi KPH me- dalam wilayah KPH serta pemetaan. Sejauh
nyelenggarakan fungsi manajemen atau mana kegiatan tersebut telah direalisasikan
pengelolaan. oleh masing-masing KPH Model adalah seperti
berikut.
1. Tugas dan fungsi KPH
a. KPHP Way Terusan, Kabupaten
Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa tugas dan
Lampung Tengah
fungsi KPH adalah menyelenggarakan
pengelolaan hutan meliputi tata hutan dan Penetapan KPHP Model Way Terusan di
penyusunan rencana pengelolaan hutan, Kabupaten Lampung Tengah adalah melalui
pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan SK Menteri Kehutanan Nomor SK.794/
hutan, rehabilitasi dan reklamasi, perlin- Menhut-II/2009 tanggal 7 Desember 2009
dungan dan konservasi hutan, menjabarkan seluas ± 12.500 ha. Kawasan Hutan Produksi
kebijakan kehutanan nasional, provinsi dan ini telah terokupasi oleh masyarakat perambah
kabupaten serta membuka peluang investasi yang datang dari berbagai daerah bahkan dari
kehutanan. luar provinsi. Di dalam Kawasan ini juga ada
Peran kelembagaan dalam NSPK dijabar- Satuan Pemukiman (SP) transmigrasi seluas
kan tentang pembagian peran pusat/ daerah 350 ha. Kawasan yang telah digarap oleh
dengan organisasi KPH. Pemerintah pusat masyarakat untuk pemukiman dan perla-
menyusun pedoman pelaksanaan tata hutan dangan menggambarkan bahwa kondisinya
sedangkan pemerintah daerah (Dinas tidak mendukung kelestarian fungsi kawasan
provinsi/kabupaten) melakukan fungsi hutan.
pembinaan, pengawasan, pengendalian dan Implementasi NSPK pengelolaaan KPH
koordinasi dalam pelaksanaan pengelolaan dapat diketahui dari rencana maupun realisasi
hutan. Pemerintah pusat melalui Unit kegiatan pengelolaan KPH model yang dipilih.
Pelaksana Teknis (UPT) dapat melakukan Kegiatan pembangunan KPHP Way Terusan
fungsi supervisi, pendampingan dan fasilitasi meliputi areal seluas 12.500 ha; yang terbagi
pelaksanaaan pengelolaan hutan. Dari 3 KPH menjadi areal perlindungan/rawa 5.000 ha dan
Model yang menjadi obyek penelitian hanya 2 pemanfaatan/darat 7.500 ha yang terdiri dari
KPH yang sudah melaksanakan tugas dan pemanfaatan areal sekitar pemukiman 400 ha
fungsi yaitu menyelenggarakan pengelolaan dan tegalan seluas 7.100 ha. Adapun kegiatan
hutan melalui tata hutan dan penyusunan tata hutan yang telah dilakukan pada
rencana pengelolaan hutan, sementara pengelolaan KPHP Way Terusan Register 47
pengelolaan hutan lainnya belum direalisasi- adalah seperti pada Tabel 2.
219
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234
Dari Tabel 2 terlihat bahwa KPHP Way Satgas Percepatan Pengelolaan KPHP Reg 47
Terusan sudah melaksanakan beberapa Way Terusan, Konsultasi Publik Penyusunan
kegiatan tata hutan dalam pengelolaan KPH, Rencana Pengelolaan KPHP, Pelatihan
hal ini mencerminkan bahwa kebijakan NSPK Penanganan Manajemen Konflik utamanya
sudah dipahami dan diimplementasikan masalah tenurial. Dari uraian ini terlihat
walaupun masih dalam tahap perencanaan. bahwa hanya 3 kegiatan yang sudah dilakukan
Kawasan hutan seluas 7.100 ha yang akan oleh KPH Way Terusan, sementara untuk tata
dikembangkan dengan program HTR dan batas dan pemetaan baru dilakukan tata batas
HKM melalui pola polikultur dengan fokus luar sedangkan tata batas di dalam kawasan
pada spesies cepat tumbuh yaitu sengon belum dilakukan. Peran UPT Pusat dalam tata
(Paraserianthes falcatria) yang dikombinasi batas wilayah adalah supervisi dan fasilitasi.
dengan jabon (Anthocephalus cadamba) dan
akasia (Acacia mangium) dengan daur 7 tahun b. KPH Dampelas Tinombo Sulawesi
dan sistem pertanaman yang akan diterapkan Tengah
adalah agroforestri termasuk silvopastura KPHP model ini ditetapkan berdasarkan
dengan maksud untuk meningkatkan aktivitas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.
petani, meningkatkan pendapatan dan 792/MENHUT-II/2009 tanggal 7 Desember
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya 2009 yang melintasi dua Kabupaten yaitu
alam yang ada. Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan dan Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah serta
melibatkan beberapa pihak terkait (BPKH II administrasi pengelolaan kawasan hutannya
Palembang, Dishutbun Kabupaten, UNILA, oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan
IPH Provinsi, ICRAF, Dishut Provinsi) Kabupaten Donggala dan Dinas Kehutanan
antara lain: Pembinaan Kelompok Pengelola dan Perkebunan Kabupaten Parigi Moutong.
Hutan, Pengukuran kembali dan Tata Batas Luas kawasan hutan KPHP Model Dampelas
Definitif Reg 47 Way Terusan, Pembentukan
220
Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .
Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari
c. KPHL Batu Tegi, Kabupaten Lampung tersebut terdapat Bendungan Batu Tegi yang
Barat bermanfaat untuk PLTA dan pengairan sawah.
Penetapan KPHL Model Batutegi di Bendungan ini dikelola oleh pemerintah
Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten daerah kabupaten bekerja sama dengan
Lampung Tengah dan Kabupaten Tanggamus Perusahaan Air Minum Daerah. Perlu
sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan dilakukan rehabilitasi terhadap tegakan pohon
Nomor SK.650/Menhut-II/2010 tanggal 22 yang berada disekitar bendungan, karena
November 2010 seluas ± 58.162 ha, yang dikhawatirkan akan mengurangi debit air
seluruhnya merupakan hutan lindung. bendungan. Dalam KPH ini juga terdapat
Pembentukan kelembagaan berupa Unit tanaman masyarakat seperti kopi dan coklat,
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) KPH Dinas karena mayoritas mata pencaharian masya-
kehutanan Provinsi Lampung. Sebagian besar rakat adalah petani. Masyarakat memiliki
fungsi pada kawasan KPH Batu Tegi adalah ketergantungan yang tinggi terhadap hutan,
kawasan hutan lindung. Hingga saat ini masih sehingga pemberdayaan masyarakat dalam
belum terdapat kegiatan atau operasional perencanaan pengelolaan KPH sangatlah
program pada KPH Batu Tegi. Pada KPH dibutuhkan.
221
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234
222
Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .
Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari
223
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234
Tabel 4. Lanjutan
Table 4. Continued
KPH Dampelas
Tinombo/ KPH Way Terusan/ KPH Batu Tegi/
No Substansi/Substancies
DampelasTinombo Way Terusan FMU Batu Tegi FMU
FMU
B Pemanfaatan Hutan
1 Mekanisme perijinan - - - -
pemanfaatan hutan
2 Pemanfaatan kawasan hutan, jasa - - - -
lingkungan, pemanfaatan dan
pemungutan hasil hutan kayu
dan bukan kayu;
3 Mekanisme pemantauan - - - -
pemanfaatan hutan
C Penggunaan Hutan
1 Ijin pinjam pakai kawasan dalam √ - √ -
KPH
2 Koordinasi antara pemberi ijin √ - √ -
dengan KPH
D Rehabilitasi dan reklamasi
Reboisasi; pemeliharaan dan √ - √ - √
pengayaan tanaman dan
penerapan teknik KTA
E Perlindungan Hutan
Peraturan tentang prinsip-prinsip √ - √ - √
perlindungan hutan dalam
mencegah dan membatasi
kerusakan hutan
mempertahankan dan menjaga
hak negara, masyarakat atas
kawasan hutan, hasil hutan,
investasi serta lembaga yang
berhubungan dengan
pengelolaan hutan
Pada Tabel 4 terlihat bahwa, ketiga KPH inventarisasi difokuskan pada penggunaan
telah menyusun tata hutan dan perencanaan lahan untuk pemukiman, eks HTI, ada
pengelolaan hutan yang merupakan tahap tidaknya pemegang ijin dalam kawasan,
pertama dalam peraturan kebijakan tentang masalah sosek masyarakat dan inventarisasi
NSPK pengelolaan KPH. Kegiatan yang telah vegetasi untuk mengetahui potensi yang
dilakukan pada tahap tata hutan dan rencana terdapat dalam kawasan KPH. Kegiatan tata
pengelolaan hutan adalah inventarisasi potensi batas KPH belum dilakukan, yang ada adalah
kawasan hutan dan pembuatan Rencana tata batas luar kawasan KPH yang dilakukan
Pengelolaan Jangka Panjang, Operasionalitas berkoordinasi dengan UPT Pusat yang terkait
KPH ini telah dimulai pada tahun 2009 yang Dirjen Planologi. Sedangkan peta wilayah
meliputi kegiatan sosialisasi KPH dan didasarkan pada peta penunjukkan wilayah
inventarisasi dalam kawasan KPH. Kegiatan pengelolaan berdasarkan SK Menhut.
224
Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .
Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari
Walaupun UPTD KPH Way Terusan telah III.16/2009 tanggal 14 Desember 2009
terbentuk, akan tetapi kegiatan KPH belum sejumlah 16 unit KPH dengan luas kawasan
dapat dilakukan karena belum memiliki Satker 542.705 ha. Sedangkan berdasarkan SK
sendiri untuk masalah pendanaan dalam Menhut 58/Manhut-II/2010 terdapat pene-
pengelolaan KPH. Berdasarkan rencana tapan 16 unit KPH dengan luas 518.913 ha. Ada
pengelolaan yang telah disusun oleh KPH Way tiga unit KPH lintas kabupaten yang menjadi
terusan telah sesuai dengan NSPK baik kewenangan provinsi dalam pengelolaannya
kegiatan tata hutan dan rencana pengelolaan yaitu KPHL Batu Tegi, KPHP Gedong Wani,
hingga perlindungan hutan. Akan tetapi sejauh dan KPH Muara Duo. KPH Way Terusan
ini belum terdapat realisasi kegiatan penge-
merupakan KPH Model yang ditetapkan
lolaan hutan. Berbeda dengan KPHP Model
berdasarkan SK Menhut Nomor 794/Menhut-
Dampelas Tinombo sudah selangkah lebih
maju karena KPH ini sudah mempunyai II/2008.Upaya Pemerintah Kabupaten
Satker dimana pada tahun 2010 sudah Lampung Tengah dalam melaksanakan
melakukan kegiatan inventarisasi dan peng- pembangunan bidang Kehutanan dan Perke-
ukuran tata batas dalam kawasan KPH. bunan agar lebih baik, terarah serta terencana
Dari pembahasan di atas diketahui bahwa secara berkesinambungan sampai pada tingkat
implementasi NSPK pengelolaan KPH hanya unit/wilayah pengelolaan terkecil, maka
terbatas pada pelaksanaan kebijakan pusat, dibentuklah organisasi/lembaga yang disebut
belum ada petunjuk yang secara teknis Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), dalam
mengatur untuk kegiatan tata hutan dan bentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
perencanaan pengelolaan, pemanfaatan hutan, (KPHP) sesuai Peraturan Bupati Lampung
penggunaan hutan, rehabilitasi dan reklamasi Tengah Nomor : 10 Tahun 2008. UPTD
dan perlindungan hutan. Hal ini akan mem- KPHP mempunyai tugas pokok menyeleng-
permudah organisasi KPH dalam melaksana- garakan penyiapan rencana pengelolaan,
kan tahapan-tahapan dalam kegiatan penge- pemeliharaan, penanaman, pengolahan,
lolaan KPH. pemasaran hasil hutan, penanaman kembali
kawasan hutan dan melakukan koordinasi
B. Struktur dan Susunan Organisasi dengan Camat di wilayah kerjanya. Struktur
Pengelolaan KPH organisasi UPTD-KPHP Reg. 47 sesuai
1. Struktur organisasi UPTD KPH Way Peraturan Bupati Lampung Tengah No : 10
Terusan Tahun 2008 adalah seperti Gambar 4.
Pembentukan KPH di provinsi Lampung
berdasarkan SK Gubernur No 522/4577/
Kepala UPTD
225
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234
Jabatan kepala UPTD adalah eselon IVa jabatan pada struktur organisasi adalah seperti
dan Kepala sub tata usaha eselon IVb. Adapun Tabel 5.
usulan rincian tugas masing-masing sesuai
226
Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .
Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari
Kepala UPTD
UPTD ini memiliki tugas yaitu melak- a. Perencanaan, pembinaan, pemanfaatan dan
sanakan teknis operasional pengelolaan daerah perlindungan KPHL Batu Tegi.
tangkapan air (catchment area) Waduk Batu b. Pengelolaan sarana dan prasana daerah
Tegi yang meliputi kawasan hutan Way Waya tangkapan air Waduk Batu Tegi.
Register 22, kawasan hutan lindung Bukit c. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan
Rindingan Register 32 dan sebagian kawasan rumah tangga kantor.
hutan lindung Kota Agung Utara Register 39. Adapun usulan rincian tugas masing-
Sedangkan fungsi UPTD adalah : masing sesuai jabatan pada struktur organisasi
adalah seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Tugas pokok KPHL Batu Tegi
Table 6. Batu Tegi PFMU tasks
No Jabatan (Position) Uraian tugas (Job description)
1 Kepala UPTD Memimpin, mengendalikan & mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pokok
sesuai kebijaksanaan yg ditetapkan kepala dinas kehutananprovinsi
Lampung
2 Sub bagian tata usaha Ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan kantor UPTD
3 Seksi rencana teknik - Penyusunan program
dan evaluasi - Rencana teknik
- Evaluasi hasil kegiatan
4 Seksi bina hutan - Pembinaan hutan
- Pembinaan masyarakat/lembaga masy sekitar hutan
- Kerjasama dengan stakeholder lain
227
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234
522.21/47.52/PTGH tgl 16 Juni 2008. Usulan tentang Penetapan KPHP Model Dampelas
dari Dinas Kehutanan Provinsi ditindaklanjuti Tinombo Kabupaten. Donggala dan
dengan : Kabupaten. Parigi Moutong Provinsi
a. Keputusan Menteri Kehutanan No. SK Sulteng.
79/Menhut-II/2010 tanggal 10 Pebruari Organisasi KPHP Model merupakan
2010 tentang Penetapan Wilayah KPHL UPTD Dinas Kehutanan Provinsi yang
dan KPHP Provinsi Sulawesi Tengah. dibentuk dengan Peraturan Gubernur
b. Keputusan Menteri Kehutanan No. Sulawesi Tengah No. 5 Tahun 2009. dengan
792/Kpts-II/2009 tanggal 7 Desember 2009 struktur seperti Gambar 6.
228
Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .
Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari
Adapun visinya adalah (1) Membangun dan Berdasarkan visi dan misi yang terdapat
mengembangkan sistem pengelolaan dan dalam KPH, struktur organisasi yang
pemanfaatan aneka fungsi hutan di KPH ditetapkan berdasarkan Peraturan Gubernur
model Dampelas-Tinombo yang meliputi; No. 5/2009 dirasa masih kurang memadai.
lindung, produksi kayu, non-kayu dan jasa Menurut pendapat pihak KPH, perlu
lingkungan dan (2) Mengoptimalkan manfaat ditambahkan 1 kepala seksi yaitu kepala seksi
hutan sebagai lingkungan sosial, budaya dan kerjasama dan investasi seperti terlihat pada
ekonomi yang seimbang dan lestari. Dari Gambar 7, karena untuk mengoptimalkan
bentuk struktur organisasi pada beberapa pengelolaan hutan secara menyeluruh
model KPH tersebut dapat disimpulkan bahwa diperlukan kerjasama dengan pihak-pihak lain
bentuk organisasi yang digunakan adalah yang terkait. Selain itu, KPH memang
organisasi fungsional di mana kekuasaan diharapkan untuk bisa mandiri dalam arti
pimpinan dilimpahkan kepada satuan di dapat mengelola hutannya dengan pendanaan
bawahnya dalam satuan bidang pekerjaan dari pihak ketiga sehingga dapat menarik
tertentu. Setiap kepala dari satuan mempunyai investasi dari luar dengan tanpa mengabaikan
kekuasaan untuk memerintah dan mengawasi kelestarian hutan yang ada.
semua pejabat bawahan sepanjang mengenai
bidangnya.
Kepala KPH
Untuk melihat struktur organisasi telah dalam NSPK pengelolaan KPH seperti terlihat
mengakomodasi kepentingan pusat, dapat pada Tabel 8.
diketahui dengan pendekatan kriteria-kriteria
229
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234
230
Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .
Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari
231
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234
Tabel 10. Permasalahan dan persepsi para pihak terhadap pembangunan KPH
Table 10. Problems and perception of the parties of FMU contruction
KPH Dampelas
KPH Way Terusan KPH Batu Tegi (Batu Tegi
No Aspek (Aspect) Tinombo (Dampelas
(Way Terusan FMU) FMU)
Tinombo FMU)
A Permasalahan
1 Kebijakan Pemanfaatan hutan tidak Dinamika Perpu yang Perbedaan persepsi
sesuai fungsinya cepat antar Kab
Tumpang tindih dengan mobilisasi sumber HL mrpk cost center,
Transmigrasi . dana lambat dan kurang
kontribusinya dalam
PAD
2 Kelembagaan Struktur organisasi Keterbatasan SDM Melibatkan sektor lain
belum sempurna baik dalam jumlah sehingga perlu koordinasi
Belum ada aturan maupun kualitas intensif
tentang organisasi lemahnya kapasitas
kelembagaan
3 Sosial/ Belum ada sapras Konflik kepentingan
Lingkungan Ketergantungan masya- antar pihak
rakat terhadap hutan tinggi.
Masalah Land Tenure
Perambah hutan
B Persepsi para pihak tentang pembangunan KPH
Program KPH yang dibangun oleh pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi laju kerusakan
hutan, dapat membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan hutan yang lebih terencana dan terarah
hingga ke unit wilayah terkecil. Keberadaan hutan baik sebagai fungsi produksi (kayu/non kayu)
maupun sebagai fungsi lindung/penyangga kehidupan bagi masyarakat sekitar hutan dan masyarakat
pada umumnya harus dipertahankan. Diharapkan melalui KPH ini konflik yang terjadi terutama
dalam hal penguasaan lahan dapat diatasi, disamping itu kebijakan yang dikeluarkan oleh pusat
hendaknya memperhatikan kondisi wilayah dan biofisik serta kesiapan daerah (SDM, pendanaan).
Sumber (Source ): Data primer setelah diolah ( Primer Data Process)
232
Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .
Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari
233
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234
kriteria tersebut, sedangkan KPH Batu Tegi Biro Perencanaan dan Keuangan. 2007.
masih perlu penyempurnaan dalam usaha Pembiayaan Dalam Operasional Kesatuan
menuju visi dan misi organisasi dalam Pengelolaan Hutan. Sekretariat Jenderal
kegiatan pemanfaatan dan penggunaan Departemen Kehutanan. Jakarta.
hutan serta rehabilitasi hutan.
Departemen Kehutanan. 2007. Kesatuan
5. Pengelolaan hutan bagi KPH dengan
Pengelolaan Hutan dan Upaya Mitigasi
struktur organisasi yang sesuai dengan
terhadap Perubahan Iklim Global. Tidak
kondisi kawasan sudah dapat operasional
diterbitkan.
dengan memperhatikan ketentuan yang ada
dalam NSPK mulai dari perencanaan hingga Dunn, William N. 1991. Public Policy
pengamanan kawasan terutama untuk KPH Analysis. Englewood Cliffs, PrenticeHall,
Dampelas dan KPH Way Terusan, New Jersey.
sementara untuk KPHL Batu Tegi perlu ada
Effendi, Agus. 2010. Perkembangan Pem-
penyesuaian struktur organisasi.
bangunan KPH Model Unit V Dampelas
Tinombo Sulawesi Tengah. Dinas
B. Rekomendasi
Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah.
1. Sebaiknya organisasi KPH tidak diseragam- Palu.
kan untuk semua daerah tapi sesuai dengan
Gibson, JL; JM. Ivancevich, dan JH Donnely.
karakteristik daerah.
1997. Organisasi : Perilaku, Struktur dan
2. Masih diperlukan Permenhut yang memuat
Proses. Binarupa Aksara. Jakarta.
tugas dan peran KPH secara detail mulai
dari rencana pengelolaan, pemanfaatan, Noor, A. 2004. Diklat dalam Perencanaan :
penggunaan dan rehabilitasi kawasan hutan Manajemen Organisasi , tanggal 7
untuk mempermudah KPH dalam September 2004. Universitas Islam
melaksanakan kegiatan pengelolaan secara Bandung.
menyeluruh.
Suryandari EY.dan I Alviya. 2009. Kajian
3. Perlu tindakan preventif apabila terdapat
konsepsi KPHP dalam konteks
perubahan-perubahan kebijakan terkait
desentralisasi. Laporan tidak diterbitkan.
organisasi KPH, misalnya dalam hal
Puslitsosek, Bogor.
pendanaan, seyogyanya pemerintah pusat
mengalokasikan dana melalui UPT terkait Suryono, A. 2010. Bahan kuliah tentang
sampai KPH mandiri dan perlu aturan Organisasi. Universitas Brawijaya Malang.
tentang kapabilitas dan mobilisasi SDM.
Sutarto. 2006. Dasar-dasar Organisasi. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Sugardiman, RA. 2010. Indonesia's National
Carbon Accounting System. Makalah
Anonim. 2009. Dinas Kehutanan Lampung. dalam “Sosialisasi National Carbon
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Accounting System“ tanggal 24 Maret
UPTD KPHP Reg 47 Way Terusan. 2010. Dirjen Planologi, Kementerian
Kehutanan. Bogor.
_______. 2010 Rancang Bangun KPH P Model
Dampelas Tinombo Sulawesi Tengah.
234