You are on page 1of 9

PENGELOLAAN TAMAN MARGASATWA DAN BUDAYA KINANTAN

KOTA BUKITTINGGI DALAM UPAYA MENUJU


BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Oleh :
Dwi Astuti Purnama Sari
(e-mail: dwi_assizt@yahoo.com)
Pembimbing : Dr. Febri Yuliani, S.Sos, M.Si

Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Riau
Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru
28293 Telp/Fax. 0761-63277

Abstract

Management of the zoo is very important, considering zoo is an asset that


must be preserved. The zoo should be managed independently, so it can be
arrenged well. Bukittinggi has the oldest zoo in Indonesia, it is Taman
Margasatwa and Budaya Kinantan (TMSBK). Currently, TMSBK is managed by
Development Culture and Tourism in Bukittinggi and has a status a Conservation
$JHQF\ $FFRUGLQJ WR 706%. OHDGHU¶V WDUJHW 706%. VKRXOG KDYH EHHQ %DGDQ
Layanan Umum Daerah, considering it has been eight years into a Conservation
Agency. According to directly observation, the problem is the management of
TMSBK is not optimal. The purpose of this research is to knowing how the
management of Taman Margasatwa and Budaya Kinantan and to knowing
obstacle factor in the management of Taman Margasatwa and Budaya Kinantan
in effort towards Badan Layanan Umum Daerah.
The theory used is management by George R. Terry starting from
planning, organizing, actuating and controlling. This research uses a qualitative
descriptive method. In collecting the data researcher uses the method of
observation, interview and documentation.
The result of this research gets conclution that management by
Departement Culture and Tourism in Bukittinggi is not optimal. There is still a
shortage, especially in organizing and controlling by Departement Culture and
Tourism in Bukittinggi. And then, obstacle factor in the management of Taman
Margasatwa and Budaya Kinantan in effort towards Badan Layanan Umum
Daerah, it is human resources, evaluation, permission from local leaders and
visitors.

Keywords: Management, Badan Layanan Umum Daerah

PENDAHULUAN Pemerintah. Namun seiring dengan


Perencanaan pembangunan gerakan reformasi yang bergulir di
dan seluruh agenda pembangunan
sebelumnya ditentukan oleh Indonesia pada pertengahan tahun
1998, Pemerintah dituntut untuk

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 1


melakukan perombakan sistem dengan potensi wisata lainnya.
penyelenggaraan pemerintahan yang Tentunya hal ini dapat membuat
dulunya bersifat sentralistik menuju kelestarian TMSBK terjaga dengan
desentralisasi. Salah satu kebijakan baik. Pelestarian yang baik sejalan
yang kemudian diterapkan adalah dengan pengelolaan yang baik juga.
dengan menerapkan sistem otonomi Dalam hal pengelolaan yang
daerah dimana daerah diberikan berperan aktif dan bertanggung
pelimpahan kewenangan untuk jawab adalah Dinas Kebudayaan dan
mengurus, menata dan mengatur Pariwisata Kota Bukittinggi.
daerahnya dengan asumsi bahwa Pengelolaan terhadap
daerah lebih mengetahui atau TMSBK dapat dilakukan melalui dua
memahami potensi, kebutuhan dan tahap, yaitu pengelolaan fisik dan
segala permasalahan yang ada di non fisik. Pengelolaan fisik adalah
daerah yang bersangkutan serta pengelolaan terhadap fisik bangunan
dalam rangka percepatan pelayanan TMSBK. Sedangkan pengelolaan
kepada masyarakat dan menyerap non fisik adalah pengelolaan yang
aspirasi masyarakat setempat. berkaitan dengan perencanaan,
Dengan berlakunya Undang- pengorganisasian, pengarahan dan
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pengawasan.
Pemerintahan Daerah mengenai Pengelolaan terhadap
pelimpahan wewenang Pemerintah TMSBK belum optimal. Hal ini
kepada Pemerintah Daerah sebagai dapat dilihat dari dua faktor yaitu,
daerah otonom yang memberikan faktor internal seperti terbatasnya
wewenang terhadap daerah. Hal ini sarana dan prasarana, masih
dilakukan dengan memberikan rendahnya sumber daya manusia
kesempatan seluas-luasnya kepada serta lahan yang semakin sempit
pemerintahan kabupaten/kota untuk akibat berkembangnya pemukiman
dapat menyusun dan memanfaatkan penduduk di sekitar TMSBK dan
sumber daya yang terdapat di faktor eksternal seperti kurangnya
wilayah administrasinya serta kepedulian masyarakat terhadap arti
menyusun kebijakan dalam dan fungsi dari TMSBK serta masih
penerapannya termasuk dalam sedikit pihak-pihak luar yang mau
pengelolaan pembangunan menjalin kerjasama dengan TMSBK.
kepariwisataan sebagai salah satu Belum optimalnya
sektor pembangunan. pengelolaan TMSBK disebabkan
Pemerintah Kota Bukittinggi juga oleh belum memadainya sumber
yang telah menerapkan kebijakan daya manusia yang dimiliki seperti
otonomi daerah mempunyai para ahli dan struktur lainnya.
wewenang untuk mengelola seluruh Adanya perbedaan antara jumlah
potensi yang ada, seperti potensi satwa dan pegawai menyebabkan
wisata. Dari keseluruhan potensi pengelola TMSBK belum bisa
wisata yang dimiliki Kota mengelola taman satwa ini secara
Bukittinggi, Taman Margasatwa dan optimal. Perbedaan jumlah ini dapat
Budaya Kinantan (TMSBK) menjadi diatasi dengan menjadikan TMSBK
salah satu wisata unggulan. Hal ini sebagai Badan Layanan Umum
dapat dilihat dari jumlah pengunjung Daerah (BLUD). BLUD adalah
dan hasil penjualan karcis TMSBK Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang meningkat dibandingkan (SKPD) atau Unit Kerja pada SKPD

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 2


di lingkungan pemerintah daerah khusus dalam pengelolaannya.
yang dibentuk untuk memberikan Namun hingga saat ini usaha yang
pelayanan kepada masyarakat berupa telah dilakukan Dinas Kebudayaan
penyidiaan barang dan/atau jasa yang dan Pariwisata Bidang TMSBK
dijual tanpa mengutamakan mencari belum bisa meningkatkan status
keuntungan dan dalam melakukan taman satwa tersebut menjadi
kegiatannya didasarkan pada prinsip BLUD.
efisiensi dan produktivitas. Berdasarkan fenomena diatas
Dalam Permendagri No. 61 maka peneliti tertarik untuk mengkaji
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis bagaimana pengelolaan TMSBK
Pengelolaan Keuangan Badan Kota Bukittinggi dalam upaya
Layanan Umum daerah disebutkan menuju BLUD. Harapan peneliti
bahwa BLUD memiliki Pola nantinya hasil penelitian ini dapat
Pengelolaan Keuangan yang menjadi acuan bagi Dinas
diterapkan pada SKPD atau unit Kebudayaan dan Pariwisata Kota
kerja dengan diberikan fleksibelitas, Bukittinggi dalam mengoptimalkan
yaitu berupa keleluasaan untuk pengelolaan TMSBK sehingga
menerapkan praktik-praktik bisnis TMSBK dapat menjadi BLUD.
yang sehat untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam TINJUAN PUSTAKA
rangka memajukan kesejahteraan 1.1 Pengelolaan
umum dan mencerdaskan kehidupan Pengelolaan merupakan suatu
bangsa, sebagai pengecualian dari aktivitas yang sistematis yang saling
ketentuan pengelolaan keuangan bersusulan agar tercapai tujuan,
daerah pada umumnya. Dengan kata Siswanto (2005:21).
lain, pendapatan BLUD yang berasal Pengelolaan umumnya
dari jasa layanan dapat digunakan dikaitkan dengan aktivitas
langsung untuk membiayai perencanaan, pengorganisasian,
kegiatannya, sehingga tidak masuk pengendalian, penempatan,
kas daerah terlebih dahulu. pengarahan, komunikasi dan
Jika sebuah lembaga ingin pengambilan keputusan yang
meningkatkan statusnya menjadi dilakukan oleh setiap organisasi
BLUD, lembaga tersebut harus dengan tujuan untuk
menerapkan Pola Pengelolaan mengkoordinasikan berbagai sumber
Keuangan BLUD (PPK-BLUD). daya yang dimiliki oleh organisasi
Namun untuk menerapkan PPK- sehingga akan dihasilkan produk atau
BLUD terdapat beberapa persyaratan jasa secara efisien, Sobri (2009:1-2).
yang harus dipenuhi oleh SKPD atau Dari uraian diatas dapat
unit kerja, yaitu persyaratan disimpulkan bahwa yang dimaksud
substantif, persyaratan teknis dan dengan pengelolaan adalah suatu
persyaratan administratif. rangkaian kegiatan yang berintikan
Dalam hal ini Dinas perencanaan, pengorganisasian,
Kebudayaan dan Pariwisata Bidang pergerakkan dan pengawasan yang
TMSBK sudah berupaya memenuhi bertujuan menggali dan
persyaratan untuk menerapkan PPK- memanfaatkan sumber daya alam
BLUD, seperti pada tahun 2010 dan yang dimiliki secara efektif untuk
2012 TMSBK diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi yang
menjadi BLUD dengan dibentuk tim telah ditentukan.

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 3


1.2 Manajemen actuating and controlling performed
Manajemen berasal dari kata to determine and accomplish stated
to manage yang berrati mengantur objectives by use of human being and
(mengelola), Wilujeng (2007:2). RWKHU UHVRXUFHV´, artinya manajemen
Manajemen adalah ilmu dan adalah suatu proses yang khas yang
seni mengatur proses pemanfaatan terdiri dari tindakan-tindakan
sumber daya manusia dan sumber- perencanaan, pengorganisasian,
sumber lainnya secara efektif dan pengarahan dan pengawasan yang
efisien untuk mencapai tujuan dilakukan untuk menentukan serta
tertentu, Melayu S.P Hasibuan dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah
Marnis (2008:3). ditentukan melalui pemanfaatan
Manajemen adalah suatu sumber daya manusia dan sumber-
proses atau kerangka kerja yang sumber lain.
melibatkan bimbingan dan Menurut James A. F. Stoner
pengarahan suatu kelompok orang- dalam Handoko (2001:8),
orang ke arah tujuan-tujuan manajemen adalah perencanaan,
operasional atau maksud-maksud pengorganisasian, pengarahan dan
yang nyata, Brantas (2009:4). pengawasan usaha-usaha para
Atmosudirjo (2004:56), anggota organisasi dan penggunaan
menyatakan bahwa manajemen sumber daya-sumber daya organisasi
adalah menyelenggarakan sesuatu lainnya agar mencapai tujuan
dengan menggerakkan orang-orang, organisasi yang telah ditetapkan.
uang, mesin-mesin dan alat-alat Manajemen merupakan
sesuai dengan kebutuhan. aktivitas yang mencakup
Manajemen adalah ilmu dan perencanaan adalah proses penentuan
seni untuk melakukan tindakan guna tujuan dan pedoman pelaksanaan
mencapai tujuan dengan dengan memilih yang tebaik dari
mengakumulasikan pengetahuan alternatif-alternatif yang ada.
yang sistematika atau kesatuan Pengorganisasian adalah suatu proses
pengetahuan yang terorganisir, penentuan pengelompokkan dan
Siswanto (2006:7). pengaturan bermacam-macam
Manajemen merupakan aktivitas yang diperlukan untuk
fungsi untuk mencapai sesuatu mencapai tujuan. Pengarahan adalah
melalui kegiatan orang lain dan mengarahkan semua bawahan agar
mengawasi usaha-usaha individu mau bekerja sama dan bekerja efektif
untuk mencapai tujuan bersama, untuk mencapai tujuan. Pengendalian
Haiman dalam Manullang (2001:3). dan pengawasan adalah proses
Adapun menurut Kasim pengaturan berbagai faktor dalam
(2005:5), pemanfaatan utama suatu perusahaan agar sesuai dengan
manajemen adalah untuk mengelola ketetapan-ketetapan dalam rencana,
program kerja melalui proses Hasibuan (2004:41).
perencanaan, pengawasan atau 1.3 Pariwisata
pelaksanaan, atau pelaksanaan ulang Pariwisata adalah salah satu
agar tujuan program tersebut dapat jenis industri baru yang mampu
tercapai. menghasilkan pertumbuhan ekonomi
Terry (2006:4) berpendapat, yang cepat dalam menyediakan
³PDQDJHPHQW LV D GLVWLQFW SURFHVV lapangan kerja, peningkatan
consisting of planning, organizing, penghasilan, standar hidup serta

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 4


menstimulasi sektor-sektor lebih banyak diarahkan dan
produktivitas lainnya, Pendit ditekankan dalam rangka untuk
(2006:4). mengambil langkah-langkah
Pariwisata adalah kegiatan penyelenggaraan beberapa kegiatan
atau aktivitas yang dilaksanakan yang antara lain meliputi:
untuk sementara waktu dalam rangka 1. Meningkatkan pemahaman
menambah wawasan bidang sosial seluruh lapisan masyarakat
kemasyarakatan, sistem perilaku dari tentang manfaat pariwisata
manusia itu sendiri dengan berbagai dalam pembangunan.
dorongan kepentingan sesuai dengan 2. Meningkatkan citra dan mutu
budaya yang berbeda-beda yang pelayanan pariwisata nasional.
berhubungan dengan upaya 3. Meningkatkan penyelenggaraan
kesenangan, termasuk pengusaha promosi pariwisata Indonesia di
objek dan daya tarik wisata serta luar negeri.
usaha lain yang terkait di bidang 4. Memberi pengarahan dan
tersebut, Wardiyanto (2011:46). petunjuk dalam pengembangan
Menurut Mathiseon dan Wall kepariwisataan dalam ruang
dalam Pitana (2005:3) pariwisata lingkup nasional.
mencakup 3 elemen: 5. Mengadakan koordinasi dengan
1. A dynamic element, yaitu travel departemen terkait, lembaga-
ke suatu destinasi wisata. lembaga pemerintah, pemerintah
2. A static element, yaitu singgah di daerah, pihak swasta nasional
daerah tujuan. dan organisasi masyarakat untuk
3. A consequential element, yaitu menyerasikan langkah dalam
akibat dari dua hal diatas perencanaan dan pengembangan
(khususnya pada masyarakat pariwisata di Indonesia.
lokal) yang meliputi dampak
ekonomi, sosial dan fisik dari METODE PENELITIAN
adanya kontak dengan Analisis data yang penulis
wisatawan. gunakan adalah metode deskriptif
Tindakan pemerintah dalam kualitatif, dengan pengambilan data
bidang pariwisata menurut Wahab primer dan data skunder melalui
(1975:183) yaitu: wawancara, observasi dan
1. Promosi dan pengembangan dokumentasi. data-data yang
pariwisata secara sistematis. diperoleh akan di bahas secara
2. Mengawasi standar dan ualitas menyeluruh dengan dibandingkan
jasa-jasa wisata baik melalui konsep teori-teori yang mendukung
organisasi pariwisata nasional pembahasan terhadap permasalahan
maupun departemen-departemen dalam penelitian ini.
yang lain.
3. Tanggung jawab menyeluruh PEMBAHASAN DAN HASIL
mengenai pendidikan dan latihan PENELITIAN
dalam semua bidang industri A. Pengelolaan Taman
pariwisata mungkin disisi lain Margasatwa dan Budaya
menjadi perhatian pemerintah Kinantan (TMSBK) Kota
yang penting. Bukittinggi
Menurut Yoeti (2008:91), Manajemen adalah suatu
pada dasarnya kebijakan tersebut rangkaian pekerjaan atau usaha yang

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 5


dilakukan sekolompok orang untuk Penempatan pegawai (staffing)
melakukan serangkaian kerja dalam TMSBK yang tepat sesuai dengan
mencapai tujuan tertentu. Untuk bidangnya akan membuat proses
dapat melaksanakan pengelolaan pengelolaan berjalan dengan baik,
TMSBK, dibutuhkan adanya dikarenakan pegawai yang
pengelolaan. Pengelolaan TMSBK ditempatkan memahami tugas yang
ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu akan dikerjakan.
pengelolaan fisik dan non fisik. Koordinasi berfungsi untuk
Pengelolaan fisik merupakan menjamin kelancaran prosedur kerja
pengelolaan terhadap fisik bangunan dari beberapa satuan kerja yang
TMSBK dan fasilitas pendukung merupakan komponen atau bagian
lainnya. Sedangkan pengelolaan non dari organisasi secara keseluruhan,
fisik diantaranya: yang masing-masing menjalankan
1. Perencanaan (planning) sebagian dari tugas dan fungsi
Perencanaan merupakan sebagai akibat dari sosialisasi dan
kegiatan untuk menetapkan tujuan fungsionalisasi. Dengan koordinasi
yang akan dicapai beserta cara-cara dimaksudkan agar tercapai kesatuan
untuk mencapai tujuan tersebut. tindakan dalam usaha mencapai
Upaya yang dilakukan dalam tujuan organisasi secara menyeluruh,
perencanaan adalah merencanakan mencegah adanya kesimpangsiuran
program yang dapat memberikan atau pertentangan, kekembaran,
pengembangan bagi TMSBK dan tumpang tindih (overlapping),
meningkatkan pengelolaan yang baik kesenjangan dalam pelaksanaan
bagi TMSBK sehingga menarik tugas pekerjaan serta meningkatkan
minat wisatawan baik yang berskala efisiensi. Untuk pencapaian tujuan
nasional maupun internasional. TMSBK yang maksimal rapat
2. Pengorganisasian (organizing) koordinasi perlu diadakan secara
Pengorganisasian merupakan berkelanjutan karena didalam rapat
keseluruhan proses pengelompokkan tersebut ide-ide atau gagasan dapat
orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tersampaikan.
wewenang dan tanggung jawab 3. Pengarahan (actuating)
sedemikian rupa sehingga Pengarahan merupakan suatu
membentuk suatu wadah (organisasi) kegiatan memimpin, memilih dan
yang dapat digerakkan sebagai suatu memberikan arahan dan penilaian
kesatuan dalam rangka pencapaian terhadap para pekerja sehingga
tujuan. Pengorganisasian yang mereka akan bekerja secara baik
optimal merupakan suatu integritas untuk mencapai rencana. Pengarahan
dari hal-hal yang mempengaruhi dalam pengelolaan TMSBK meliputi
keberhasilan suatu organisasi pemberian arahan dari pimpinan
mencapai tujuannya. Secara garis kepada seluruh perangkat untuk
besar penempatan pegawai (staffing) mengatur segala kegiatan dan tugas
dan koordinasi merupakan poin yang berkaitan dengan pengelolaan
penting dalam pembentukan kinerja TMSBK.
pegawai. 4. Pengawasan (controlling)
Dimulai dari penerimaan Pengawasan pada hakekatnya
tenaga kerja berdasarkan kompetensi, merupakan tindakan membandingkan
sehingga pelaksanaan tugas dan hasil antara hasil dalam kenyataan
yang optimal dapat dicapai. (dassein) dengan hasil yang

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 6


diinginkan (das sollen). Hal ini orang yang kompeten dalam bidang
disebabkan karena antara kedua hal pengelolaan.
tersebut sering terjadi penyimpangan. 2. Evaluasi
Maka tugas pengawasan adalah Evaluasi adalah penilaian
melakukan koreksi atas yang sistematis, pemberian nilai,
penyimpangan-penyimpangan atribut, apresiasi, dan pengenalan
tersebut. Pengawasan dilakukan permasalahan yang ditemukan.
dengan tujuan untuk memperbaiki Evaluasi digunakan untuk membantu
kesalahan yang terjadi pada memilih dan merancang kegiatan
pengelolaan TMSBK dan kemudian yang akan datang. Evaluasi pada
membuat perencanaan baru untuk dasarnya merupakan kajian yang
pencapaian tujuan dan sasaran. merupakan kegiatan mencari faktor-
B. Faktor-faktor Penghambat faktor penyebab timbulnya
Pengelolaan Taman permasalahan, bukan hanya sekedar
Margasatwa dan Budaya gejala yang tampak pada permukaan.
Kinantan (TMSBK) dalam Evaluasi pada TMSBK seharusnya
Upaya Menuju Badan dilakukan secara rutin sehingga
Layanan Umum Daerah kesalahan-kesalahan yang telah
1. Sumber Daya Manusia terjadi sebelumnya terulang kembali.
Sumber daya manusia 3. Izin Kepala Daerah
merupakan salah satu faktor yang Izin dari Kepala Daerah
sangat mempengaruhi pelaksanaan sangat penting bagi suatu lembaga
pengelolaan TMSBK, maksudnya yang ingin meningkatkan statusnya
dilihat dari tingkat kemampuan, menjadi Badan Layanan Umum
pengetahuan dan keaslian yang Daerah (BLUD) dengan menerapkan
dimiliki dalam melaksanakan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD
pekerjaan ataupun kegiatan lainnya, (PPK-BLUD). Untuk mendapatkan
baik secara prosedur, sistem, proses izin tersebut suatu lembaga harus
dan teknis dalam organisasi. mengajukan surat permohonan untuk
Dalam hal ini petugas menerapkan PPK-BLUD
dituntut untuk memiliki kemampuan, sebagaimana yang tertulis pada
pengetahuan dan keahlian yang Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
cukup untuk dapat melaksanakan 61 Tahun 2007 tentang Pedoman
pekerjaan, bukan hanya pengalaman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
sumber daya manusia yang Layanan Umum Daerah pasal 18.
diperlukan, namun kemampuan, 4. Karakter Pemanfaat
pengetahuan dan keahlian yang (pengunjung)
dimiliki sumber daya manusia juga Yang dimaksud dengan
modal dalam membantu pelaksanaan karakter pemanfaat adalah
tugasnya. Kualitas dan jumlah pengetahuan pengunjung dan
petugas pengelola adalah salah satu keikutsertaan atau kepedulian
modal utama untuk melakukan pengunjung dalam pengelolaan
pengelolaan, hal ini merupakan kunci TMSBK demi pelestarian taman
keberhasilan yang mana kualitas dan satwa itu sendiri. Partisipasi
jumlah petugas pengelolaan yaitu pengunjung dapat berupa kesadaran
mampu melakukan pengelolaan pengunjung dalam menjaga dan
dengan baik, tahu benar standar yang melestarikan taman satwa serta
telah ditentukan dan tentunya orang- pentingnya taman satwa.

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 7


kurang. Sedangkan kurangnya
KESIMPULAN evaluasi dari pimpinan membuat
Berdasarkan hasil penelitian pegawai belum merasa memiliki
tersebut maka dapat diambil tanggung jawab terhadap tugas.
kesimpulan sebagai berikut: Kurangnya evaluasi dari
1. Upaya pengelolaan TMSBK pimpinan membuat kesalahan
oleh Dinas Kebudayaan dan yang telah terjadi sebelumnya
Pariwisata Kota Bukittinggi kembali terulang. Selain itu
masih belum optimal. Hal ini Kepala Daerah juga belum
dilihat dari proses pengelolaan memberikan izin untuk TMSBK
baik fisik maupun non fisik yang meningkatkan statusnya menjadi
masih belum terlaksana. Untuk BLUD, hal ini dikarenakan
pengelolaan non fisik seperti masih adanya masalah
penyusunan perencanaan profesionalitas kerja dan
program pengembangan TMSBK dirasa belum mampu
TMSBK sudah cukup baik, untuk mandiri. Kurangnya
namun dalam implementasinya kepedulian karkater pemanfaat
terkendala dnegan aturan-aturan (pengunjung) dalam memahami
yang ada. dalam penempatan pentingnya menjaga dan
pegawai, pengelola TMSBK melestarikan tamn satwa juga
belum menerapkan asas memberikan dampak terhadap
pengisian jabatan yaitu The proses pengelolaan TMSBK.
Right Man in The Right Place an
The Right Man on The Right Job
(penempatan orang-orang yang DAFTAR PUSTAKA.
tepat pada tempat yang tepat dan Atmosudirjo, Prajudi. 2004.
penempatan orang-orang yang Manajemen Sumber Daya
tepat pada pekerjaan yang tepat). Manusia dalam Perspektif
Untuk pengarahan dalam Global. Bandung: PT. Intan
pengelolaan TMSBK sudah Perkasa
berjalan sebagaimana mestinya, Brantas. 2009. Mengenal Manajemen
hanya saja terkendala dengan Organisasi. Jakarta: Yudistira
kemampuan pegawai dalam Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen
memahami arahan dari Personalia dan Sumber Daya
pimpinan. Sedangkan dalam manusia, Edisi Kedua.
pengawasan belum optimal. Hal Yogyakarta: BPFE
ini dikarenakan pengawasan Hasibuan, S.P Melayu. 2004.
yang dilakukan hanya pada saat Manajemen Dasar Pengertian
tertentu, tidak dilakukan secara dan Masalah. Jakarta: PT.
rutin dan berkelanjutan. Bumi Aksara
2. Tidak memadainya jumlah Kasim, Iskandar. 2005. Dasar-dasar
pegawai menjadi salah satu Manajemen. Jakarta: PT.
faktor yang sangat Gramedia
mempengaruhi pelaksanaan Manullang. 2001. Manajemen
pengelolaan TMSBK. Personalia Edisi 3.
Pengetahuan dan pemahaman Yogyakarta: BPFE
tentang pengelolaan dan
kesejahteraan satwa juga masih

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 8


Marnis. 2008. Pengantar
Manajemen. Pekanbaru: Unri
Press
Pendit, Nyoman. 2006. Ilmu
Pariwisata Sebuah Pengantar
Perdana. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita
Pitana, I Gede. 2005. Sosiologi
Pariwisata. Denpansar:
penerbit Andi
Siswanto, H. B. 2005. Manajemen
Tenaga Kerja Indonesia
Pendekatan Administratif dan
Operasional. Jakarta: Bumi
Aksara
. 2006. Pengantar
Manajemen. Jakarta: Bumi
Aksara
Terry, George R. 2006. Asas-asas
Manajemen. Bandung: PT.
ALUMNI
Wahab, Saleh. 1975. Manajemen
Kepariwisataan. Jakarta:
Pradnya Paramita
Wardiyanto. 2011. Perencanaan dan
Pengembangan. Bandung: PT.
Lubuk Agung
Wilujeng, Sri. 2007. Pengantar
Manajemen. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Yoeti, Oka A. 2008. Perencanaan
dan Pengembangan Pariwisata.
Jakarta: Pradnya Paramita

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 9

You might also like