You are on page 1of 16

Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq Saripta Wijimulawiani/Pusat Pertumbuhan Ekonomi.

… |1

ISSN (Print) : 1412‐7601


ISSN (Online) : 2654‐8712
Volume 4, No.2 September 2018
http://www.ekonobis.unram.ac.id
EKONOBI

Pusat Pertumbuhan Ekonomi Dan Kontribusinya Pada


Pengembangan Daerah Pendukung Di Lombok Timur NTB.

Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq. Saripta Wijimulawiani.


Universitas Mataram

ARTICLE INFO Received : 22 Juni 2018; Accepted: 29 Juli 2018; Published: September 2018
Keywords : ABSTRACT : Each region has the authority to determine its regional activity center to
Hinterland, the spread accelerate its development. After determining and executing of the regional activity
effect, Central Regional center, it is then important to assess whether the plan is according to expectations.
Activities. Therefore, the main aim of this study is to evaluate the role of the regional activity
center of Selong Subdistrict in East Lombok on its supporting area (Hinterland).The
research uses descriptive method with reference to the criteria of analysis regions
Central Regional Activities and the index of gravity and Williamson index. The results
showed that Selong has met most of the criteria as Central Regional Activities in East
Lombok. Three factors (of 4 factors) the benchmark has been able to fulfill that is a
factor of Transportation, Economy and Education. While the health factors remain
unaddressed due to the absence Hospital with type B. Geographically, districts most
powerful interactions with Selong District of Sukamulia, followed Labuhan Haji and
weakest interaction District of East Sakra. Selong city generally has a positive effect
(spread effect) against local supporters. Measured by Williamson Index, the average
value below 0.5 where the District Sukamulia with a value of 0.25 has the strongest
effect, while the District of Sakra relatively weak with an index of 0.31. With these
results, to maintain and preserve the existence as Central Regional Activities Selong,
East Lombok local governments need to continue to improve supporting facilities,
especially health facility.
Kata Kunci : ABSTRAK : Setiap daerah mempunyai kewenangan menentukan pusat kegiatan
Daerah pendukung, wilayahnya untuk mempercepat pembangunannya. Setelah penetapan dan
pengaruh positif, pusat pelaksanaannya, maka menjadi penting untuk menilai apakah rencana tersebut sudah
kegiatan wilayah. sesuai dengan harapan. Untuk itu tujuan utama dari kajian ini adalah mengevaluasi
peran pusat kegiatan wilayah Kecamatan Selong Lombok Timur terhadap daerah
pendukungnya (Hinterland). Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan analisis
mengacu pada kriteria daerah pusat kegiatan wilayah dan indeks gravitasi serta Indeks
Williamson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Selong telah memenuhi sebagian
besar kriteria sebagai pusat kegiatan wilayah di Lombok Timur. Tiga faktor (dari 4
faktor) yang menjadi tolok ukur sudah mampu dipenuhi yaitu faktor perhubungan,
perekonomian, dan pendidikan. Sedangkan faktor kesehatan masih belum terpenuhi
karena belum adanya rumah sakit dengan tipe B. Secara geografis, kecamatan paling
kuat interaksinya dengan Selong adalah Kecamatan Sukamulia, disusul Labuhan Haji
dan interaksi paling lemah adalah Kecamatan Sakra Timur. Karena itu secara umum
Kecamatan Selong telah memberikan efek positif (spread effect) terhadap daerah
pendukungnya. Diukur dari Indeks Williamson, nilai rata‐ratanya di bawah 0,5 di mana
Kecamatan Sukamulia memiliki nilai 0,25 sehingga efeknya paling kuat, sedangkan
Kecamatan Sakra relatif lemah dengan indeks 0,31. Dengan hasil tersebut, untuk
menjaga dan mempertahankan eksistensi Selong sebagai Pusat Kegiatan Wilayah,
Pemerintah Daerah Lombok Timur perlu terus meningkatkan fasilitas‐fasilitas
pendukung, terutama fasilitas kesehatan.
Corresponding Author :
Alamat : Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Jln. Majapahit No.
62 Mataram.
e‐mail: Hailuddin@unram.ac.id

2018, EKONOBIS All right reserved


2| Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq Saripta Wijimulawiani/Pusat Pertumbuhan Ekonomi.…

PENDAHULUAN (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah


Provinsi (RTRWP), dan Rencana Tata Ruang
Latar Belakang
Wilayah Kabupaten (RTRWK). Perbedaan
Pembangunan wilayah merupakan proses
utama dari jenis perencanaan tersebut adalah
dalam mengelola sumber daya yang ada
pada perbedaan kegiatan utama yang
dengan tujuan menciptakan lapangan
terdapat pada wilayah perencanaan. Pada
pekerjaan yang akan mendorong
perencanaan keseluruhan wilayah ada
pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.
kegiatan perkotaan dan ada kegiatan non
Tentu tujuan akhirnya adalah terciptanya
perkotaan dengan fokus utama menciptakan
kesejahteraan masyarakat, yang memenuhi
hubungan yang serasi antara kota dengan
aspek pemerataan (equalization),
wilayah belakangnya. Pada perencanaan
pertumbuhan (growth), dan proses
wilayah kota, kegiatan utama adalah kegiatan
berkelanjutan (sustainability). Untuk
perkotaan dan pemukiman sehingga yang
mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah
menjadi fokus perhatian adalah keserasian
dan masyarakat harus bekerja sama dalam
hubungan antara berbagai kegiatan di dalam
penggunaan sumber daya yang ada dan
kota untuk melayani kebutuhan masyarakat
mampu menaksir potensi yang dimiliki
perkotaan itu sendiri plus kebutuhan
daerah. Oleh karena itu daerah harus mampu
masyarakat yang datang dari luar kota.
mengidentifikasi sektor potensial yang
Kebijakan pembangunan perkotaan
dimiliki, kemudian menganalisisnya untuk
harus diikuti oleh pembangunan infrastruktur,
membuat sektor tersebut memiliki nilai
transportasi, komunikasi, dan kelembagaan
tambah bagi pembangunan daerah.
sosial yang secara alami dapat meningkatkan
Pembangunan daerah tidak lepas dari
daya tarik investasi. Implikasinya terhadap
pengembangan tata ruang suatu wilayah.
kegiatan ekonomi yang terjadi di masyarakat
Keterkaitan keduanya menunjukkan bahwa
adalah bagaimana hasil produksi dari pusat‐
perencanaan penataan ruang berkedudukan
pusat pertumbuhan tersebut, dapat dipakai
strategis untuk melandasi tahap‐tahap
untuk melaksanakan kegiatan ekonomi yang
berikutnya. Untuk itulah, perencanaan
berada di daerah sekitar pusat pertumbuhan
penataan ruang perlu dilaksanakan secara
(hinterland), sedangkan sisi lainnya adalah
cermat untuk memperoleh hasil yang optimal.
produksi hasil daerah hinterland tersebut juga
Perencanaan tata ruang wilayah pada
dipakai untuk kegiatan ekonomi yang ada di
dasarnya adalah menetapkan bagian–bagian
pusat pertumbuhan. Kondisi ini akan
wilayah (zona) yang diatur penggunaannya
menciptakan hubungan timbal balik yang
(jelas peruntukannya) dan ada bagian–bagian
akan menjadi akselerator bagi pertumbuhan
wilayah yang kurang/tidak diatur
perekonomian daerah.
penggunannya. Bagi wilayah yang tidak diatur
Secara geografis, pusat pertumbuhan
penggunaannya maka pemanfaatannya
merupakan lokasi yang banyak memiliki
diserahkan kepada mekanisme pasar. Intinya
fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi
perencanaan pemanfaatan ruang wilayah
pusat daya tarik (pole of attraction), yang
harus memberikan kemakmuran yang
menyebabkan berbagai macam usaha tertarik
sebesar‐besarnya kepada masyarakat baik
untuk berlokasi di daerah tersebut dan
dalam jangka pendek maupun jangka panjang
masyarakat senang datang memanfaatkan
termasuk menunjang daya pertahanan dan
fasilitas yang ada di kota tersebut, walaupun
terciptannya keamanan. Sedangkan cakupan
kemungkinan tidak ada interaksi antara
perencanaan ruang wilayah itu sendiri dibagi
usaha‐usaha tersebut (Tarigan, 2005). Setiap
ke dalam dua kategori, yaitu perencanaan
pusat pertumbuhan memiliki daerah belakang
yang mencakup keseluruhan wilayah
atau wilayah pengaruhnya. Makin besar suatu
perkotaan dan non perkotaan (wilayah
kota, makin beragam fasilitas yang disediakan
belakang) dan perencanaan yang khusus
sehingga makin luas wilayah pengaruhnya.
untuk wilayah perkotaan.
Suatu kota yang besar selain memiliki daerah
Perencanaan tata ruang yang
belakang yang berupa daerah pertanian, juga
menyangkut keseluruhan wilayah misalnya
beberapa kota kecil.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq Saripta Wijimulawiani/Pusat Pertumbuhan Ekonomi.… |3

Kota kecil biasanya berbentuk sekaligus sebagai ibu kota Kabupaten.


kecamatan yang ada pada tiap kota atau Berdasarkan Perda NTB No 3 Tahun 2010
kabupaten yang memiliki potensi untuk tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan. (RTRWP) Tahun 2009‐2029 (Pemprov. NTB,
Selain itu kecamatan tidak memiliki daerah 2010), Kecamatan Selong telah ditetapkan
yang terlalu luas, sehingga fungsi pusat sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW),
pertumbuhan diharapkan dapat dirasakan dengan kawasan perkotaannya yang berfungsi
oleh daerah di sekitarnya. Di kecamatan juga untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
terjadi kegiatan‐kegiatan ekonomi, baik itu beberapa kabupaten lainnya.
primer, sekunder maupun tersier. Dengan Kriteria suatu Pusat Kegiatan Wilayah
fasilitas yang tersedia untuk melakukan (PKW) antara lain : (1) kawasan perkotaan
kegiatan‐kegiatan tersebut, diharapkan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
kecamatan yang ada dapat lebih maju jika kedua kegiatan ekspor impor yang
ditetapkan sebagai pusat pertumbuhan. mendukung Pusat Kegiatan Nasional (PKN);
Di sisi lain peran pusat pertumbuhan (2) kawasan perkotaan yang berfungsi atau
tidak hanya memiliki dampak positif, tetapi berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
juga bisa negatif. Kondisi demikian akan dan jasa yang melayani skala provinsi atau
terjadi jika perkembangan ekonomi beberapa kabupaten; dan (3) kawasan
diserahkan pada mekanisme pasar di mana perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
terdapat pemusatan kegiatan ekonomi di sebagai simpul transportasi yang melayani
daerah‐daerah tertentu. Pemusatan kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten,
ekonomi di suatu daerah bisa mempunyai (Pemprov. NTB, 2010).
pengaruh yang merugikan (backwash effects) Selong sebagai ibu kota kabupaten
bagi daerah‐daerah lain, dikarenakan tenaga sekaligus sebagai salah satu kecamatan yang
kerja yang ada, modal, perdagangan akan ada di Lombok Timur merupakan wilayah
pindah ke daerah yang menjadi pusat pusat pertumbuhan dan juga pusat kegiatan
kegiatan ekonomi tersebut. Namun di sisi lain pembangunan daerah. Kecamatan ini
ada juga keuntungan bagi daerah‐daerah di berbatasan langsung dengan beberapa
sekitar di mana ekspansi ekonomi terjadi, kecamatan sekitarnya seperti Kecamatan
misalnya terjualnya hasil produksi daerah, Sukamulia, Suralaga, Sakra, Sakra Timur, dan
adanya kesempatan kerja baru, dan Kecamatan Labuhan Haji, sebagai kecamatan
sebagainya. Pengaruh yang menguntungkan pendukung (hinterland) dan sekaligus sebagai
karena adanya ekspansi ekonomi suatu mitra kerja pembangunan wilayah.
daerah ke daerah sekitarnya dinamakan Dengan posisi sebagai ibu kota
spread effects (Adisasmita, 2005). kabupaten, tentu Selong memiliki
Jika unsur spread effects ini lebih perkembangan yang lebih baik dalam bidang
besar dibandingkan dengan backwash effects sarana dan prasarana pembangunan, sumber
tentu tidak menjadi masalah. Namun pada daya manusia, perekonomian, hiburan, dan
beberapa daerah miskin, spread effects yang lain‐lainnya. Kelebihan‐kelebihan tersebut,
terjadi jauh lebih kecil daripada backwash semuanya tentu akan memberi dampak yang
effects‐nya sehingga secara keseluruhan langsung maupun tidak langsung terhadap
ekspansi daerah kaya akan memperlambat daerah sekitarnya terutama
pembangunan daerah miskin. Akibatnya bisa wilayah/kecamatan terdekatnya/pendukung.
diduga bahwa jurang kesejahteraan antara Namun dampak‐dampak demikian biasanya
kedua daerah tersebut akan semakin melebar tidak selamanya bersifat positif (spread
(Arsyad, 2000). effects), adakalanya membawa pengaruh
Kabupaten Lombok Timur sebagai negatif (backwash effects). Hal ini disebabkan
bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat interaksi penduduk antar‐wilayah yang
memiliki beberapa kecamatan yang mampu intensif, yang pada akhirnya akan
mendorong pembangunan daerahnya. berkontribusi terhadap pertumbuhan
Kecamatan Selong merupakan pusat ekonomi regional suatu daerah. Namun
perekonomian dan pemerintahan dan demikian pengaruh tersebut sangat
4| Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq Saripta Wijimulawiani/Pusat Pertumbuhan Ekonomi.…
tergantung bagaimana penduduk yang ada di dapat diklasfikasikan menjadi 4 kelompok,
wilayah tersebut, apakah bekerja secara yaitu;
efisien atau tidak. (Widarjono dalam Mauleny, 1. Wilayah‐wilayah yang berpendapatan per
2015). kapita rendah dan kurang berkembang
Dengan gambaran tersebut atau low per capita income and stagnant
permasalahan dari kajian ini adalah, apakah regions (LS).
Kecamatan Selong sudah tepat sebagai pusat 2. Wilayah‐wilayah yang berpendapatan per
pertumbuhan sesuai kriteria yang ditetapkan kapita tinggi tetapi kurang berkembang
(Perda NTB No 3 Tahun 2010 tentang Rencana atau high per capita income and stagnant
Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Tahun regions (HS).
2009‐2029. Selain itu, apakah yang menjadi 3. Wilayah‐wilayah yang berpendapatan per
daya tarik Kecamatan Selong terhadap daerah kapita rendah tetapi berkembang atau low
lain di sekitarnya, serta apakah Kecamatan per capita income and growth regions (LG).
Selong sebagai pusat pertumbuhan 4. Wilayah‐wilayah yang berpendapatan per
berkontribusi bersifat spread effects atau kapita tinggi dan berkembang atau high
backwash effects terhadap daerah sekitarnya. per capita income and growth regions
Dengan dasar itulah penelitian ini menjadi (HG). (Adisasmita, 2008).
semakin bermakna untuk dikaji lebih Klasifikasi di atas dapat digunakan
mendalam. untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
Terkait dengan hal tersebut, kajian ini mobilitas internal sumber daya penduduk,
bertujuan untuk menganalisis dan modal, dan faktor‐faktor produksi lainnya.
mengetahui kesesuaian Kecamatan Selong Demikian pula arus perdagangan
sebagai pusat pertumbuhan yang telah antarwilayah, apakah akan memberikan
ditetapkan. Selain itu untuk mengetahui apa manfaat atau sebaliknya akan menimbulkan
yang menjadi daya tarik kecamatan ini hambatan dalam pertumbuhan wilayah, baik
sebagai pusat pertumbuhan terhadap daerah di wilayah asal maupun di wilayah tujuan.
lain di sekitarnya. Di samping itu untuk Salah satu pusat wilayah yang dapat
mengetahui perannya sebagai pusat berkontribusi dalam pertumbuhan wilayah
pertumbuhan wilayah, apakah sudah mampu lainnya adalah kota. Perkembangan kota
berkontribusi positif (spread effects) atau sangat berkorelasi dengan perkembangan
negatif (backwash effects) pada daerah infrastruktur dan fasilitas yang ada (Kuncoro,
pendukungnya. 2012). Hal ini mengingat kota merupakan
wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi,
KAJIAN PUSTAKA yang sebagian lahannya terbangun, dan
perekonomiannya bersifat non pertanian. Di
a. Pusat Wilayah samping itu kota mempunyai, (a) jumlah
Pada dasarnya pembagian wilayah penduduk yang relatif besar daripada wilayah
berdasarkan pusat wilayah pinggiran sekitarnya, (b) mempunyai kepadatan
(centre‐periphery). Meskipun ini penduduk yang relatif tinggi dibanding
merupakan klasifikasi dasar, tetapi dapat wilayah sekitarnya, (c) mempunyai proporsi
dianggap sangat kasar sebagai kerangka jumlah penduduk yang bekerja di sektor non‐
kebijakan yang bermanfaat untuk pertanian lebih tinggi dari wilayah sekitarnya,
pengembangan wilayah. Richardson (d) merupakan pusat kegiatan ekonomi yang
(dalam W. Suprihatin dan Hailuddin, 2016), menghubungkan kegiatan pertanian wilayah
membuat klasifikasi berdasarkan tingkat sekitarnya dan tempat pemrosesan serta
kemakmuran dan kemampuan pemasaran bahan baku bagi industri (Gulo,
berkembang masing‐masing wilayah. 2015).
Tingkat kemakmuran dinyatakan dengan b. Pusat Pertumbuhan (Growth Pole)
pendapatan regional per kapita, dan Pusat pertumbuhan (growth pole) mula‐
kemampuan berkembang dicerminkan mula dikemukakan oleh Perroux (1955),
oleh laju pertumbuhan pembangunan. seorang ekonom Prancis. Pemikiran ini
Berdasarkan kriteria tersebut, wilayah muncul sebagai reaksi terhadap
Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq Saripta Wijimulawiani/Pusat Pertumbuhan Ekonomi.… |5

pandangan para ekonom pada waktu itu tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
(Casel dan Schumpeter dalam Sjafrizal, (RTRWP) Tahun 2009‐2029 (Pemprov. NTB,
2012) yang mengungkapkan bahwa 2010), yang menetapkan Pusat Kegiatan
transfer pertumbuhan antar‐wilayah Wilayah, dengan ketentuan memiliki standar
umumnya berjalan lancar, sehingga sarana sebagai berikut :
perkembangan penduduk, produksi, dan 1. Perhubungan : Bandara Pusat Penyebaran
kapital tidaklah selalu proporsional antar‐ Tersier dan/atau Pelabuhan Regional/
waktu. Namun kenyataannya transfer Pengumpan Primer dan/atau Terminal
pertumbuhan ekonomi antar‐daerah Penumpang Tipe‐B.
umumnya tidaklah lancar, tetapi 2. Ekonomi : Pasar Induk Regional, Perbankan
cenderung terkonsentrasi pada daerah‐ Regional atau Nasional.
daerah tertentu yang mempunyai 3. Kesehatan : Rumah Sakit Umum Tipe‐B.
keuntungan‐keuntungan lokasi. 4. Pendidikan:Perguruan Tinggi minimal
Dari hal tersebut terlihat ada empat setingkat D‐3.
karakteristik utama sebuah pusat Dengan melihat peran dan posisi strategis
pertumbuhan yaitu: (a) Adanya sekelompok pusat pertumbuhan sebagai sarana dan
kegiatan ekonomi terkonsentrasi pada suatu strategi pembangunan wilayah, di mana
lokasi tertentu; (b) Konsentrasi kegiatan pembangunan industri merupakan ciri utama
ekonomi tersebut mampu mendorong untuk menciptakan kutub pertumbuhan,
pertumbuhan ekonomi yang dinamis dalam maka pusat pertumbuhan akan sangat
perekonomian; (c) Terdapat keterkaitan input menentukan gerak kemajuan pembangunan
dan output yang kuat antara sesama kegiatan ekonomi maupun sosial daerah sekitarnya.
ekonomi pada pusat tersebut, dan; (d) Dalam Perkembangan pusat pertumbuhan beserta
kelompok kegiatan ekonomi tersebut daerah kotanya dapat mempunyai pengaruh
terdapat sebuah industri induk yang timbal balik terhadap wilayah belakangnya
mendorong pengembangan kegiatan ekonomi (hinterland). Pengaruh ini bisa bersifat
pada pusat tersebut (Sjafrizal, 2012). menguntungkan (spread effects) maupun
Dari aspek lain pusat pertumbuhan merugikan (backwash effects) bagi
(growth pole) dapat dilihat secara fungsional perkembangan wilayah secara keseluruhan.
dan geografis. Secara fungsional, pusat c. Hinterland
pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi Hinterland (daerah belakang) dalam hal ini
kelompok usaha atau cabang industri yang mempunyai pengertian: 1)The land directly
karena sifat hubungannya memiliki unsur‐ adjacent to and inland from a coast; 2) A
unsur kedinamisan sehingga mampu region serve by aport city and its facilities;
menstimulasi kehidupan ekonomi (baik ke 3) A region remote from urban areas: back
dalam/ke luar). Secara geografis, merupakan country (Oxford University dalam Thandi,
suatu lokasi yang memiliki fasilitas dan 2010). Jadi yang dimaksud dengan
kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik hinterland adalah daerah belakang suatu
(pole of attraction), yang menyebabkan pelabuhan, di mana luasnya relatif dan
berbagai macam usaha tertarik untuk tidak mengenal batas administratif suatu
berlokasi di kota itu dan masyarakat sering daerah, provinsi atau batas suatu negara
datang memanfaatkan fasilitas yang ada tergantung kepada ada atau tidaknya
tersebut, walaupun kemungkinannya tidak pelabuhan yang berdekatan dengan
ada interaksi antara usaha‐usaha tersebut daerah tersebut. Di samping itu jaringan
(Tarigan, 2005). lalu lintas perhubungan darat : jalan raya,
Sejalan dengan ketentuan di atas, di kereta api, dan lalu lintas sungai
setiap daerah juga sudah menetapkan pusat‐ memegang peranan penting pula untuk
pusat pertumbuhannya yang disebut Pusat daerah belakang tersebut.
Kegiatan Wilayah (PKW) yang biasanya diatur Hinterland tentu memiliki interaksi yang
dengan Peraturan Daerah (Perda). Demikian kuat dengan pusat pertumbuhan (growth
juga dengan Pemerintah Propinsi NTB telah pole) yang biasanya wilayah perkotaan. Hal
menetapkan Perda NTB No.3 Tahun 2010 ini terkait dengan gerak laju pertumbuhan
6| Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq Saripta Wijimulawiani/Pusat Pertumbuhan Ekonomi.…
sektor ekonomi terutama sektor yang heterogen dan materialistik dibandingkan
memiliki peranan dominan, di mana hal ini dengan daerah belakangnya.
akan berpengaruh terhadap Di samping itu sebagai suatu wadah interaksi
perkembangan jumlah penduduk disertai masyarakat, kota memiliki unsur–unsur
dengan mobilitasnya yang semakin pendukung antaranya adalah :
meningkat, sehingga perkembangan a. Unsur‐unsur fisis, yaitu topografi dan
jumlah penduduk tersebut akan kesuburan tanah serta iklim yang cocok
menyebabkan terjadinya perubahan untuk tempat tinggal.
terhadap hirarki dan fungsi kota. Adanya b. Unsur‐unsur ekonomi, yaitu fasilitas‐
peningkatan hirarki serta pengembangan fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan
fungsi kota memberikan implikasi terhadap primer warga kota.
kebutuhan prasarana dan sarana c. Unsur‐unsur sosial, yang dapat
perkotaan untuk mendukungnya. menimbulkan keserasian, ketenangan
Beberapa fungsi kota sebagai bagian dari hidup warga kota.
hinterland antaranya, a) Kota utama, yang d. Unsur‐unsur kultural, seni, dan
berperan sebagai pusat‐pusat pertumbuhan, kebudayaan memberikan semangat dan
dan b) Kota kedua, yang melayani wilayah sub gairah hidup kota.
regional dan menjembatani antara kota‐kota e. Unsur teknologi, semakin pesat
utama dan kota‐kota kecil, (Purnamaningsih, perkembangan teknologi maka semakin
2009). pesat pula perkembangan kota.
d. Teori Lokasi dan Model Gravitasi Setiap kota memiliki unsur fisis,
Teori lokasi merupakan teori dasar yang ekonomi, sosial, dan kultur yang berbeda.
sangat penting dalam analisa spasial di Perbedaan ini dibentuk oleh interaksi
mana tata ruang dan lokasi kegiatan masyarakat dan lingkungan tempat tinggal.
ekonomi merupakan unsur utama. Teori Sumber daya alam yang ada menjadi
lokasi memberikan kerangka analisa yang penopang kelangsungan hidup masyarakat
baik dan sistematis mengenai pemilihan setempat. Sama halnya dengan karakteristik
lokasi kegiatan ekonomi dan sosial serta yang dimiliki oleh suatu kota.
analisa interaksi antarwilayah atau Selanjutnya dalam geografi, interaksi
antarkota. Teori ini menjadi penting dalam diartikan sebagai interaksi geografis antar‐
analisa ekonomi karena pemilihan lokasi satu wilayah dengan wilayah lain. Begitu juga
yang baik akan dapat memberikan halnya dengan kota satu dengan kota lainnya.
penghematan yang sangat besar untuk Semakin banyak perbedaan yang ada maka
ongkos angkut sehingga mendorong peluang menciptakan interaksi antara
terjadinya efisiensi baik dalam bidang keduanya makin besar.
produksi maupun pemasaran. Sedangkan Permodelan yang dapat digunakan
interaksi antar‐wilayah akan dapat pula dalam melakukan analisis terhadap pola
memengaruhi perkembangan bisnis yang interaksi atau keterkaitan antar‐daerah atau
pada gilirannya akan dapat pula antar‐bagian wilayah dengan wilayah lainnya
mendorong pertumbuhan ekonomi adalah Model Gravitasi. Penerapan model ini
wilayah bersangkutan (Sjafrizal, 2012). dalam bidang analisis perencanaan kota
Sebagai kesatuan wilayah, kota adalah dengan anggapan dasar bahwa faktor
merupakan suatu sistem jaringan aglomerasi penduduk, pemusatan kegiatan
kehidupan manusia yang ditandai dengan atau potensi sumber daya alam yang dimiliki,
kepadatan penduduk yang tinggi dengan mempunyai daya tarik yang dapat
strata sosial ekonomi yang heterogen dan dianalogikan sebagai daya tarik menarik
coraknya yang materialistik atau sebagai antara 2 (dua) kutub magnet.
bentang budaya yang ditimbulkan oleh Namun ada kelemahan penerapan
unsur‐unsur alami dan non‐alami dengan model ini dalam analisis wilayah, terutama
gejala‐gejala pemusatan penduduk yang terletak pada variabel yang digunakan sebagai
cukup besar dengan corak kehidupan yang alat ukur, di mana dalam fisika variabel yang
digunakan, yaitu molekul suatu zat
Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq Saripta Wijimulawiani/Pusat Pertumbuhan Ekonomi.… |7

mempunyai sifat yang homogen, namun tidak proses yang sedang berlangsung dan
demikian halnya dengan unsur pembentuk pengaruh dari suatu fenomena (Sugiyono,
kota, misalnya penduduk. Meski demikian, hal 2012). Oleh karena itu secara mendalam akan
ini telah dikembangkan, yaitu dengan tidak mengkaji berbagai hal yang terkait interaksi
hanya memasukan variabel massa saja, tetapi antara pusat pertumbuhan wilayah di Lombok
juga gejala sosial sebagai faktor pembobot. Timur (Selong) dengan daerah pendukungnya.
Perbedaan karakteristik antara dua Interaksi ini tentu dalam berbagai aspek
kota atau dua wilayah akan menyebabkan kegiatan, baik ekonomi, sosial, budaya, dan
terjadinya keterkaitan di antara kedua kota sumber daya masyarakat lainnya.
atau kedua wilayah tersebut. Intensitas Lokasi kajian adalah Kabupaten
keterkaitan yang terjadi akan sangat Lombok Timur, di mana ibu kotanya
ditentukan oleh tipe keterkaitan yang berlaku (Kecamatan Selong) telah ditetapkan sebagai
di antara kedua kota atau wilayah tersebut. salah satu pusat pertumbuhan wilayah di
Intensitas keterkaitan ini salah satunya Lombok Timur. Kecamatan ini berbatasan
berdampak interaksi yang terjadi antara dua langsung dengan 5 (lima) kecamatan
kota tersebut. Karakteristik kota yang saling pendukungnya, seperti Kecamatan Sukamulia,
bertolak belakang di antara keduanya Suralaga, Sakra, Sakra Timur, dan Labuhan
mengakibatkan tingginya intensitas Haji. Jarak masing‐masing kota kecamatan
keterkaitan. pendukung ke pusat perumbuhan wilayah
Interaksi wilayah (Spatial Interaction) (Selong) bervariasi antara 4 km sampai
adalah hubungan timbal balik yang saling dengan 18 km.
memengaruhi antara dua wilayah atau lebih, Jenis data yang digunakan adalah data
yang dapat melahirkan gejala, kenampakan, kuantitatif, yaitu data PDRB, pendapatan per
dan permasalahan baru baik secara langsung kapita, data geografis, jumlah penduduk, jarak
maupun tidak langsung. Interaksi ini berupa antar‐wilayah, data pendidikan,
perilaku dari pihak‐pihak yang bersangkutan perekonomian, sarana transportasi, sarana
melalui kontak langsung atau melalui media. kesehatan, dan lain‐lain. Sumber datanya
Interaksi ini juga bisa menimbulkan adalah dari Badan Pusat Statistik (BPS)
ketimpangan antar‐wilayah dalam Provinsi NTB, BPS dan Badan Perencanaan
pembangunannya. Jeffrey G. Williamson Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
(1966) menunjukkan formulasi cara mengukur Lombok Timur, dan sumber data on‐line.
tingkat ketimpangan pembangunan antar‐ Sedangkan pengumpulannya dilakukan
wilayah (Kuncoro, 2003). Berbeda dengan Gini dengan observasi langsung, dengan mengkaji
Ratio yang lazim digunakan dalam mengukur dan membaca, mengumpulkan, mencatat
distribusi pendapatan antar‐golongan data‐data, informasi, dan keterangan.
masyarakat. Williamson Index menggunakan Sementara data yang dikumpulkan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per merupakan data hasil olahan dari sumber‐
kapita sebagai data dasar. Alasannya jelas sumber di atas.
karena yang diperbandingkan adalah tingkat A. Variabel Pendukung
pembangunan antar‐wilayah dan bukan Berdasarkan kebutuhan analisis, maka
tingkat distribusi pendapatan antar‐kelompok variabel‐variabel yang diidentifkasi yang
masyarakat. menjadi tolok ukur suatu Pusat Kegiatan
Wilayah adalah:
METODE PENELITIAN 1. Perhubungan
Dalam hal ini merupakan segala hal yang
Kajian ini berdasarkan pada penelitian berkaitan dengan lalu lintas dan
deskriptif kuantitatif, yang intinya telekomunikasi (jalan, pelayaran,
mempelajari masalah‐masalah dalam penerbangan, dan pos). Standar
masyarakat, serta tata cara yang berlaku infrastruktur minimal untuk Pusat
dalam masyarakat serta situasi‐situasi Kegiatan Wilayah bidang ini adalah
tertentu, termasuk tentang hubungan ketersediaan sarana‐sarana seperti:
kegiatan, sikap, pandangan, serta proses‐ bandara, dan/atau pelabuhan regional,
8| Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq Saripta Wijimulawiani/Pusat Pertumbuhan Ekonomi.…
dan/atau terminal penumpang dengan suatu wilayah dalam jangka waktu
kualifikasi/tipe B. tertentu. PDRB yang digunakan dalam
2. Perekonomian penelitian ini adalah PDRB atas dasar
Untuk faktor perekonomian adalah harga konstan tahun 2010 dalam satuan
segala hal yang berkaitan dengan juta rupiah.
produksi, distribusi, dan konsumsi barang 8. Pendapatan Per Kapita
dan jasa. Standar infrastruktur minimal Merupakan pendapatan rata‐rata
untuk sarana penunjang kegiatan penduduk suatu daerah pada periode
pekonomian ini adalah keberadaan pasar tertentu. Pendapatan per kapita dihitung
induk regional, dan perbankan regional dengan cara membagi jumlah PDRB
dan/atau nasional. suatu daerah dengan jumlah penduduk
3. Kesehatan daerah tersebut. Satuan variabel
Dalam bidang kesehatan, acuannya pendapatan per kapita adalah juta
adalah segala hal yang berkaitan dengan rupiah.
keadaan dan kesejahteraan badan, jiwa,
dan sosial setiap orang. Oleh karena itu ANALISIS DATA
dalam penelitian ini, tolok ukur bidang
kesehatan yang dipakai yaitu 1. Faktor Perhubungan, Ekonomi, Kesehatan,
ketersediaan/keberadaan rumah sakit dan Pendidikan
umum (RSU) dengan standar minimal Untuk faktor perhubungan, ekonomi,
kualifikasi/tipe‐B. kesehatan, dan pendidikan dianalisis
4. Pendidikan dengan menggunakan metode kuantitatif
Pendidikan adalah segala hal yang deskriptif, dengan mengkaji dan
berkaitan dengan proses pembelajaran, menggambarkan berbagai sarana dan
pengetahuan, keterampilan, dan prasarana pendukung yang tersedia sesuai
kebiasaan penduduk. Tolok ukurnya dengan standar yang ditetapkan dalam
berkaitan dengan fasilitas penunjang Peraturan Daerah Provinsi NTB No.3 Tahun
pendidikan yang dimiliki oleh suatu 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
daerah. Standar infrastruktur minimal Provinsi (RTRWP) Tahun 2009‐2029.
bidang pendidikan ini adalah keberadaan 2. Model Gravitasi
perguruan tinggi setingkat Diploma‐3 di Model ini untuk menganalisis perencanaan
daerah analisis. kota yang menganggap bahwa faktor
5. Jarak Antar‐wilayah aglomerasi penduduk, pemusatan kegiatan
Jarak adalah panjang garis dari suatu titik atau potensi sumber daya alam yang
ke titik lainnya. Sehingga dalam dimiliki, mempunyai daya tarik yang dapat
penelitian ini jarak yang dimaksud adalah dianalogikan sebagai daya tarik menarik
panjang garis titik dari Kecamatan Selong antara 2(dua) kutub magnet. Kuat
ke kecamatan lain di lemahnya tingkat interaksi antara dua
sekitarnya/pendukung yang menjadi daerah akan terlihat dari tinggi rendahnya
kajian. Satuan yang dipakai dari variabel angka indeks gravitasi daerah tersebut.
jarak disini adalah kilometer (km). Formulasi model Gravitasi (Daryanto dan
6. Penduduk Hafizrianda, 2010) ini adalah:
Penduduk adalah seluruh orang yang
berdomisili di wilayah geografis selama 6 Tij PixPj ..........................................(1)
bulan atau lebih dan atau mereka yang = Dij2
berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi Di mana:
bertujuan untuk menetap di daerah Tij = pergerakan penduduk tempat i
penelitian dengan satuan orang/jiwa. ke tempat j
7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pi = jumlah penduduk di tempat i
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pj = jumlah penduduk di tempat j
merupakan jumlah nilai tambah yang Dij = jarak antara tempat i – tempat j
timbul dari semua unit produksi di dalam 3. Indeks Williamson
Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq Saripta Wijimulawiani/Pusat Pertumbuhan Ekonomi.… |9

Indeks ini dipakai untuk mengukur Sedangkan kriteria nilai indeks ini adalah:
perbandingkan tingkat pembangunan bila Vw mendekati 1 berarti daerah itu
antar‐wilayah. Artinya apakah daerah sangat timpang dan bila Vw mendekati nol
pusat pertumbuhan mampu memberikan berarti sangat merata.
peranan terhadap daerah sekitarnya atau
terjadi sebaliknya. HASIL DAN PEMBAHASAN
Formulasi Indeks Williamson (Kuncoro,
2003), adalah sebagai berikut: 1. Gambaran Umum Lombok Timur
Kabupaten Lombok Timur sebagai
√(yi–y)2(fi⁄n) salah satu kabupaten di Propinsi Nusa
Vw = acuannya; 0 <
y Tenggara Barat memiliki luas wilayah
Vw<…..................................................(2) keseluruhan 2.679,88 km², dengan luas
daratan 1.605,55 km² (59,91 persen) dan
Di mana:
lautan 1.074,33 km² (40,09 persen).
Vw = Indeks Williamson
Kabupaten ini terdiri dari 20 kecamatan
yi = PDRB per kapita daerah
dengan 245 desa/kelurahan. Kecamatan
y = PDRB per kapita rata‐rata seluruh
Aikmel merupakan kecamatan dengan jumlah
daerah
desa terbanyak yaitu 24 desa dan Kecamatan
fi = Jumlah penduduk daerah i
Sembalun memiliki jumlah desa paling sedikit
n = Jumlah penduduk seluruh daerah
yaitu 6 desa (BPS Lombok Timur, 2016).
Subskrip w digunakan karena formulasi
Posisi Kabupaten Lombok Timur di
yang dipakai adalah secara tertimbang
Pulau Lombok berdasarkan wilayah
(weighted) agar indeks tersebut menjadi
kecamatan masing‐masing terlihat dalam
lebih stabil dan dapat dibandingkan
gambar sebagai berikut.
dengan negara atau daerah lainnya.

Gambar 1. Peta Wilayah Lombok Timur Per Kecamatan Tahun 2016.

Sumber : BPS. Lombok Timur, 2016

Berdasarkan gambar tersebut, luas wilayah Kecamatan Sambelia memiliki wilayah paling
masing‐masing kecamatan bervariasi. luas yaitu 15,27 persen (245,22 km²) dari luas
10| Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq Saripta Wijimulawiani/Pusat Pertumbuhan Ekonomi.
Lombok Timur, disusul oleh Kecamatan dengan 27,9 persen, disusul sektor
Sembalun dengan 13,52 persen, Jerowaru pedagangan dengan 15,9 persen, konstruksi
8,89 persen, Pringgabaya 8,48 persen, 11,5 persen, dan sisanya 17,4 persen dari
Pringgasela 8,36 persen, dan yang paling kecil sektor lainnya (gambar 2). Sedangkan 9 sektor
luas wilayahnya adalah Kecamatan Sukamulia di luar sektor di atas, relatif belum
dengan 0,90 persen (14,49 km²). Sedangkan berkembang dengan kontribusi cukup kecil
Kecamatan Selong sendiri luasnya sekitar antaranya sektor pengadaan listrik dan gas
31,68 km² (1,97 persen). (0,09 persen), jasa perusahaan (0,11 persen),
Dari sisi jumlah penduduk, Lombok dan 7 sektor lain. Kalau dilihat dari laju
Timur memiliki penduduk 1.164.018 jiwa (laki‐ pertumbuhan, sektor jasa keuangan dan
laki 537.152 jiwa/46,56 persen dan asuransi dengan pertumbuhan tertinggi 8,47
perempuan 616.621 jiwa/53,44 persen) persen, disusul sektor perdagangan 7,67
dengan tingkat kepadatan rata‐rata 725 persen; pengadaan listrik dan gas 7,58 persen,
jiwa/km². Di sisi lain kepadatan penduduk transportasi dan pergudangan 6,86 persen
antar‐kecamatan juga cukup bervariasi. serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial 6,43
Kecamatan Masbagik merupakan kecamatan persen. Sedangkan sektor yang paling kecil
terpadat dengan kepadatan rata‐rata 2.985 tingkat pertumbuhannya adalah sektor
jiwa/km², menyusul Kecamatan Selong pertanian (1,79 persen) meskipun
dengan 2.814 jiwa/km², dan Kecamatan kontribusinya pada PDRB paling besar (27,9
Sembalun merupakan kecamatan dengan persen). Namun secara rata‐rata
densitas penduduk paling kecil, 90 jiwa/km². pertumbuhan ekonomi Lombok Timur selama
Struktur ekonomi Kabupaten Lombok 2015 masih relatif baik yaitu sebesar 4,93
Timur masih didominasi oleh 8 sektor (dengan persen (BPS Lombok Timur, 2016).
porsi total 82,6 persen), di mana sektor
pertanian memberikan kontribusi paling besar

Gambar 2. Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Perekonomian Lombok Timur Tahun 2016

Sumber : BPS. Lombok Timur, 2016


15.9
2. Kriteria Pusat Pertumbuhan yang dimiliki Pusat Kegiatan Wilayah baik
Pertanian
Wilayah a). Perhubungan 27.9berupa terminal bus, pelabuhan laut, dan atau
Tolok ukur faktor perhubungan yang Pertambangsalah satu
bandara. Selong sudah memenuhi
dimaksud dalam hal ini adalah dari sarana yang dipersyaratkan
an Industri tersebut
ketersediaan fasilitas perhubungan yaitu terminal bus antarkota.
Adm. Pem. Dengan
11.5 demikian, dari faktor ini Selong sebagai pusat
Jasa
Pendidikan

5.4 Konstruksi
5.9
Perdagagang
7.9 8.1 an
Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq Saripta Wijimulawiani/Pusat Pertumbuhan Ekonomi.… |11

pertumbuhan telah memenuhi kriteria saat ini masih berstatus rumah sakit
sebagai Pusat Kegiatan Wilayah, karena salah dengan kualifikasi/tipe C.
satu syarat telah dipenuhi yaitu memiliki d). Pendidikan
terminal tipe‐B. Meskipun untuk fasilitas lain Dari aspek ini, Selong telah memiliki
seperti pelabuhan laut dan bandar udara lembaga pendidikan yang lengkap mulai
belum ada. Hal ini tentu karena akses Selong tingkat Taman Kanak‐Kanak, sampai
ke Bandara Internasional Lombok yang pendidikan tinggi yang dikelola swasta
berlokasi di Lombok Tengah relatif mudah dan maupun pemerintah. Khusus untuk
dekat. Demikian juga untuk pelabuhan laut pendidikan tinggi Lombok Timur memiliki
yang cukup dekat ke Labuhan Haji dengan 11 perguruan tinggi (4 di antaranya ada di
jarak sekitar 7 km. Selong) dengan 33 jurusan/program studi,
b). Perekonomian baik tingkat Diploma‐3 dan Strata‐1.
Tolok ukur yang digunakan dalam bidang Keseluruhan pendidikan tinggi tersebut
ekonomi adalah ketersediaan fasilitas yang sepenuhnya dikelola oleh lembaga swasta.
menjadi standar infrastruktur minimal Dengan keberadaan lembaga pendidikan
yang harus dimiliki oleh Pusat Kegiatan ini, Kecamatan Selong dari aspek
Wilayah. Dua fasilitas ekonomi yang pendidikan ini sudah memenuhi syarat
menjadi acuan penilaian dalam hal ini sebagai Pusat Kegiatan Wilayah, karena
adalah keberadaan Pasar Induk Regional, sudah memenuhi standar dengan
serta perbankan regional dan atau keberadaan perguruan tinggi ini. Keadaan
nasional. Di Selong sendiri telah ada 1 ini tentunya akan mampu meningkatkan
pasar regional yang didukung oleh 5 pasar kualitas pendidikan penduduk di Selong
tradisional, 7 mini market, dan 1.542 toko maupun daerah lain di sekitarnya
kelontong (BPS NTB, 2016). Sedangkan dari (hinterland) yang pada akhirnya akan
aspek ekonomi lainnya yang mesti meningkatkan pembangunan ekonomi di
dipenuhi adalah ketersediaan lembaga Lombok Timur.
perbankan nasional maupun regional. 3. Interaksi Kecamatan Selong Terhadap
Dalam hal ini juga telah memenuhi syarat Daerah Pendukung.
karena sudah ada 15 unit bank (11 bank a).Daya Tarik Selong Secara Gravitasi
konvensional, 3 bank syariah, dan BPR) Sebagai Pusat Pertumbuhan.
yang beroperasi, antaranya Bank BNI, BRI, Secara gravitasi hubungan antara daerah
Mandiri, BTN, BPD, Danamon, dan lain‐lain. yang satu dengan daerah lain
c). Kesehatan diumpamakan dengan hubungan antara
Kabupaten Lombok Timur memiliki jumlah massa‐massa wilayah yang mempunyai
sarana dan prasarana kesehatan yang daya tarik sehingga terjadi interaksi.
cukup lengkap mulai Posyandu, Poskesdes, Semakin besar fungsi suatu daerah untuk
Puskesmas sampai tersedianya Rumah daerah lainnya maka akan makin kuat
Sakit Umum Daerah (RSUD). Sarana dan hubungan kedua daerah tersebut. Tempat‐
prasarana kesehatan tersebut tersebar tempat yang sarananya lebih lengkap akan
hampir merata di semua kecamatan dan memiliki daya tarik yang lebih kuat
desa. Di Selong sendiri terdapat 3 unit dibandingkan daerah yang lain. Model
Rumah Sakit Umum, 3 unit Puskesmas, dan Gravitasi akan bisa menggambarkan
5 Puskesmas Pembantu. Oleh karena itu hubungan tersebut, dengan menggunakan
secara kuantitas, sarana kesehatan yang variabel jarak antarwilayah dan interaksi
dimiliki Selong sudah cukup memadai. penduduknya. Karena seperti diketahui
Meskipun demikian dari aspek ini Selong bahwa pertumbuhan penduduk
belum memenuhi kriteria sebagai pusat berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan, karena belum tersedianya pertumbuhan ekonomi, (Sheridan dalam
sarana rumah sakit dengan kualifikasi/tipe Ivon, KN. dkk., 2016). Gambaran jumlah
B. Rumah Sakit Umum Daerah dr. penduduk dan jarak masing‐masing
Soedjono sebagai rumah sakit terbesar kecamatan pendukung ke Selong terlihat
di Selong, dalam tabel berikut.
12| Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq Saripta Wijimulawiani/Pusat Pertumbuhan Ekonomi.
Tabel 1 jarak kecamatan selong dan kecamatan pendukung di Lombok
Timur
No Kecamatan Jumlah Penduduk Jarak ke Selong
1 Sukamulia 31.581 4
2 Suralaga 53.343 9
3 Sakra 55.290 12
4 Sakra Timur 42.920 18
5 Labuhan Haji 55.474 7
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Timur.

Berdasarkan data di atas dapat dihitung yaitu Kecamatan Sukamulia, Suralaga, Sakra,
besarnya nilai daya tarik Kecamatan Selong Sakra Timur, dan Labuhan Haji. Hasil
terhadap daerah di sekitarnya, dengan Model perhitungan Model Gravitasi antar 5
Gravitasi. Secara geografis terdapat 5 Kecamatan pendukung dengan Kecamatan
kecamatan pendukung Kecamatan Selong Selong seperti terlihat dalam tabel berikut.

Tabel 2. Nilai Indeks Gravitasi Kecamatan Selong Terhadap Kecamatan Pendukung Tahun 2016.
No Interaksi Antar‐kota Nilai Indeks
1 Selong – Sukamulia 173.555.359
2 Selong – Suralaga 57.906.131
3 Selong – Sakra 33.761.072
4 Selong – Sakra Timur 11.647.879
5 Selong – Labuhan Haji 99.546.395
Sumber: Data diolah.

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa mengenai perilaku yang saling memengaruhi
Kecamatan Selong memiliki daya tarik yang antar‐kawasan yaitu daerah yang dipengaruhi
kuat terhadap daerah belakangnya terutama dan daerah yang memengaruhi. Demikian
daerah yang mempunyai jarak cukup dekat. juga sarana dan prasarana yang ada di pusat‐
Jarak antar‐wilayah merupakan salah satu pusat pertumbuhan dapat dimanfaatkan
faktor yang memengaruhi angka indeks penduduk daerah pendukung, sehingga pusat
gravitasi. Semakin dekat jarak tempuh antara pertumbuhan mempunyai peranan dalam
pusat pertumbuhan dengan wilayah penyediaan pelayanan bagi daerah belakang.
hinterland‐nya maka semakin tinggi angka Karena itu dalam kegiatan transaksi dan
indeks gravitasi yang dihasilkan sehingga konsumsi antar keduanya akan saling
tingkat interaksi yang dihasilkan akan semakin mendukung, mengingat konsumsi yang
kuat. dilakukan oleh satu orang dalam
Daerah hinterland yang interaksinya (daya perekonomian akan menjadi pendapatan
tarik) paling kuat dengan pusat pertumbuhan untuk orang lain pada perekonomian yang
adalah Kecamatan Sukamulia dengan nilai sama (Keynes dalam Amaliah, 2015). Dengan
indeks gravitasi sebesar 173.555.359, disusul dasar tersebut Kecamatan Selong memiliki
Labuhan Haji dengan fasilitas‐fasilitas yang diperlukan oleh daerah
indeks 99.546.395, sedangkan interaksi pendukungnya dan juga sarana dan
terendah adalah Kecamatan Sakra Timur prasarananya lebih lengkap dibandingkan
dengan indeks gravitasi 11.647.879. Hal ini daerah pendukung. Oleh karena itu ditinjau
karena Kecamatan Sakra Timur memiliki jarak dari segi perilaku kawasan menggambarkan
paling jauh sebagai daerah pendukung pusat tingginya peranan pusat pertumbuhan yang
pertumbuhan dibandingkan kecamatan memengaruhi dan dipengaruhi.
lainnya. Interaksi yang tinggi antara pusat b). Kontribusi Kecamatan Selong Sebagai
pertumbuhan dengan daerah sekitarnya Pusat Pertumbuhan Wilayah.
(pendukung) memberikan gambaran Untuk melihat peranan Kecamatan Selong
bagi pembangunan ekonomi wilayah dapat
Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq Saripta Wijimulawiani/Pusat Pertumbuhan Ekonomi.… |13

dilihat dari tingkat ketimpangan effect terhadap daerah pendukung. Untuk


pendapatan antara pusat pertumbuhan mengukur keadaan tersebut dapat dilihat
dengan daerah pendukung. Kesenjangan dari nilai Indeks Williamson, dengan dasar
pendapatan merupakan salah satu perhitungan nilai PDRB perkapita dan
indikator tentang efektif atau tidaknya jumlah penduduk, seperti terlihat dalam
pusat pertumbuhan akan memberikan tabel berikut.
pengaruh spread effect atau backwash

Tabel 3. PDRB dan Jumlah Penduduk Kecamatan Selong dan Kecamatan


Pendukung Tahun 2016.
No Kecamatan PDRB Jumlah Penduduk
1 Sukamulia 307.932,55 31.581
2 Suralaga 520.124,31 53.343
3 Sakra 539.108,66 55.290
4 Sakra Timur 418.494,19 42.920
5 Labuhan Haji 540.902,76 55.474
6 Selong 857.357,31 87.929
7 Lombok Timur 11.249.937,00 1.153.773
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Timur.
sebaliknya, apabila hasil yang diperoleh
Berdasarkan besaran nilai PDRB dan jumlah mendekati 1 maka ketimpangannya semakin
penduduk pada tahun yang sama di atas, besar. Dari perhitungan yang dilakukan
maka dapat dihitung nilai Indeks Williamson diperoleh nilai Indeks Williamson pada daerah
masing‐masing kecamatan pendukung. Nilai pusat pertumbuhan (Kecamatan Selong) dan
Indeks Williamson berada pada kisaran 0 kecamatan pendukung/sekitarnya seperti
sampai 1, apabila hasil yang diperoleh terlihat pada tabel berikut.
mendekati 0 maka ketimpangan pendapatan
antar‐daerah semakin kecil, begitu juga

Tabel 4. Hasil Indeks Williamson Kecamatan Selong dan Pendukungnya di Lombok


Timur Tahun 2016.
No Kecamatan Indeks Williamson
1 Sukamulia 0,25
2 Suralaga 0,26
3 Sakra 0,31
4 Sakra Timur 0,29
5 Labuhan Haji 0,28
6 Selong 0,26
Total 0,27
Sumber: Data diolah.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa effect yang kuat terhadap kecamatan
kecamatan kajian memiliki hasil Indeks pendukung tersebut. Hal itu didukung pula
Williamson rata‐rata mendekati 0, ini berarti oleh jarak yang dekat antara Kecamatan
pertumbuhan ekonomi antar‐daerah tersebut Selong dengan Kecamatan Sukamulia. Disusul
relatif merata. Kecamatan Sukamulia yang kemudian oleh Kecamatan Suralaga, Labuhan
merupakan kecamatan yang memiliki Haji, Sakra Timur, dan Kecamatan Sakra.
interaksi terkuat dengan indeks sebesar 0,25, Namun secara umum dengan nilai Indeks
dan merupakan nilai terendah di antara Williamson yang rata‐rata rendah (0,27)
kecamatan pendukung lainnya. Ini artinya menggambarkan bahwa Kecamatan Selong
Kecamatan Selong telah memberikan spread mampu memberikan spread effect yang baik
14| Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq Saripta Wijimulawiani/Pusat Pertumbuhan Ekonomi.
terhadap wilayah pendukungnya. Dengan baik. Secara umum Kecamatan Selong telah
pengaruh tersebut akan menciptakan memberikan efek positif (spread effect)
pertumbuhan regional yang baik bagi daerah, terhadap kecamatan sekitarnya (daerah
sebagaimana diungkapkan Glasson (dalam pendukung). Hal ini diukur dari Indeks
Permatacita, 2012), bahwa pertumbuhan Williamson, yang nilainya rata‐rata di bawah
regional dapat terjadi sebagai akibat dari 0,5 (mendekati 0). Kecamatan yang memiliki
penentu‐penentu endogen ataupun eksogen, nilai Indeks Williamson yang cukup baik
yaitu faktor‐faktor yang terdapat di dalam adalah Kecamatan Sukamulia dengan nilai
daerah yang bersangkutan maupun faktor‐ sebesar 0,25 sedangkan Kecamatan Sakra
faktor di luar daerah, atau kombinasi termasuk paling lemah dengan nilai indeks
keduanya. 0,31. Dengan hasil tersebut Kecamatan Selong
telah mampu memberikan spread effect yang
KESIMPULAN DAN SARAN baik terhadap daerah pendukung (daerah
sekitarnya), karena memang pembangunan
Kesimpulan ekonomi di kecamatan‐kecamatan tersebut
Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan cukup merata dan dirasakan manfaatnya.
bahwa mengacu pada standar infrastruktur Dari analisis di atas diketahui bahwa
yang tersedia, kota Selong telah memenuhi Kecamatan Sukamulia memiliki indeks
sebagian besar kriteria sebagai Pusat Kegiatan gravitasi maupun Indeks Williamson rata‐rata
Wilayah (PKW) di Kabupaten Lombok Timur. lebih baik dari kecamatan pendukung lainnya.
Kondisi ini dapat dilihat dari 4 (empat) kriteria Dengan posisi strategis tersebut
yang dijadikan tolok ukur, 3 (tiga) di antaranya perkembangan ekonomi dan sosial
telah dipenuhi. Tiga faktor dimaksud yang masyarakat Sukamulia menjadi lebih baik
telah dicapai adalah faktor ; perhubungan, dibanding kecamatan lainnya. Oleh karena itu
perekonomian, dan pendidikan. Sedangkan tidak heran kalau Kecamatan Sukamulia relatif
faktor kesehatan tidak memenuhi syarat lebih banyak memiliki keuntungan dari
karena belum adanya rumah sakit dengan kemajuan yang dicapai Kota Selong.
klasifikasi/tipe B.
Selanjutnya secara geografis Saran
kecamatan yang paling kuat interaksinya Sebagai ibu kota kabupaten, Selong tentu
dengan Kecamatan Selong sebagai pusat harus terus berbenah dan meningkatkan
pertumbuhan (diukur dengan nilai indeks pembangunannya dalam semua aspek.
gravitasi) adalah Kecamatan Sukamulia, Dengan demikian wilayah‐wilayah pendukung
disusul oleh Kecamatan Labuhan Haji, sekitarnya akan terpacu dan terimbas dengan
Suralaga, Sakra, dan interaksi terendah adalah kondisi tersebut. Di samping itu, Selong harus
Kecamatan Sakra Timur. Kuat lemahnya tetap menjaga dan mempertahankan
interaksi tersebut berhubungan erat dengan eksistensinya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah.
jauh dekatnya jarak pusat pertumbuhan Untuk itu menjadi tugas pemerintah daerah
dengan wilayah pendukungnya. Gambaran ini agar terus meningkatkan fasilitas‐fasilitas
memang dapat dibuktikan dengan makin pendukungnya, terutama di bidang kesehatan
maraknya kegiatan pembangunan yang dan bidang lainnya untuk menjadikan Selong
menunjukkan daya dukung kecamatan yang semakin kuat posisinya sebagai Pusat
terdekat seperti Sukamulia terhadap Selong. Kegiatan Wilayah dan kota yang makin maju.
Beberapa dampak langsung antaranya Demikian juga kegiatan‐kegiatan
kelancaran dan varian transportasi, dalam sektor perekonomian dan
pembangunan perumahan, pangkalan BBM perdagangan, sinergitas transportasi antara
(SPBU), gudang aset beberapa kantor/dinas pusat pertumbuhan (Selong) dengan daerah
yang ada di Selong, intensitas mobilitas pendukungnya tetap dipertahankan dan
sumber daya manusia, dan lainnya. makin ditingkatkan, sehingga roda
Demikian juga dari aspek pengaruh perekonomian daerah lancar dan berkembang
kemajuan pembangunan Selong terhadap dangan baik. Akses antara pusat
daerah sekitarnya menunjukkan prospek yang pertumbuhan dengan daerah pendukung
Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq Saripta Wijimulawiani/Pusat Pertumbuhan Ekonomi.… |15

makin diperluas dan diperlancar sehingga efek dapat menjangkau kecamatan lain di luar
positif (spread effect) pusat pertumbuhan wilayah pendukung untuk berkembang secara
terhadap wilayah pendukung akan makin merata di wilayah Lombok Timur. Dengan
besar dan mampu mendorong sektor‐sektor demikian beban pembangunan Selong sebagai
ekonomi lain yang belum berkembang selama ibu kota kabupaten bisa terbagi kepada
ini untuk tumbuh. Demikian juga perlu daerah sekitarnya.
membentuk pusat pertumbuhan baru agar perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. (2005). Dasar‐Dasar Ekonomi Wilayah, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Adisasmita, Rahardjo. (2008). Pengembangan Wilayah Konsep Dan Teori, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arsyad, Lincolin. (2000). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Yogyakarta:
BPFE‐UGM.

Amaliah, Sri Laily. (2015). Pengaruh Belanja Daerah Terhadap Kemiskinan dan Indeks Pembangunan
Manusia di Propinsi Nusa Tenggara Barat 2007‐2012. Tesis. Magister Ilmu Ekonomi
Universitas Mataram.

Badan Pusat Statistik, (2016). Statistik Daerah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016. Diperoleh
Bulan September 2016, dari https://lomboktimurkab.bps.go.id/.

Badan Pusat Statistik, (2016). Statistik Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat 2016, Diperoleh Bulan
Februari 2017, dari http://ntb.bps.go.id/index.php/publikasi/ index?Publikasi.

Daryanto dan Hafizrianda (2010). Model‐model Kuantitatif untuk Perencanaan Pembangunan


Ekonomi Daerah, Bogor: IPB Press.

Gulo, Yarman. (2015). Identifikasi Pusat‐Pusat Pertumbuhan Dan Wilayah Pendukungnya Dalam
pengembangan Wilayah Kabupaten Nias. Jurnal Widyariset, 18(1), 65‐77.

Ivon, KN. dkk. (2016). Pengaruh Investasi, Pendidikan, Pertumbuhan Penduduk, dan Ekspor
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi 24 Negara Asia Periode 2005‐2013. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis FEB Universitas Surabaya, 20 (2), 85‐94.

Kuncoro, Mudrajad. (2003). Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan,


Yogyakarta: UPP YKPN.

Kuncoro, Mudrajad. (2012). Perencanaan Daerah : Bagaimana Membangun Ekonomi Lokal,


Kota, dan Kawasan, Jakarta: Salemba Empat.

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. (2010). Peraturan Daerah NTB No. 3 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Tahun 2009‐2029, diperoleh Bulan Maret
2017, dari http://jdih.ntbprov.go.id/ ?q=content/perda‐no‐3‐tahun‐2010.
16| Hailuddin, Luluk Fadliyanti, Bq Saripta Wijimulawiani/Pusat Pertumbuhan Ekonomi.
Permatacita, Fitriah. (2012). Analisis Sumber‐sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan
Wilayah di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis. Magister Ilmu Ekonomi Universitas Mataram.

Purnamaningsih, Nining. (2009). Analisis Integrasi Wilayah Secara Ekonomi Dan Spacial Di Kediri,
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Kediri, 5(2), 84‐98.

Suprihatin, W. dan Hailuddin. (2016). Potensi Pengembangan Sade Sebagai Desa Wisata Lombok.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis FEB Universitas Surabaya, 20 (2), 71‐84.

Sjafrizal. (2012). Ekonomi Wilayah Dan Perkotaan, Jakarta: Grafindo.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
Bandung: Alfabeta.

Tarigan. (2005). Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Thandi A. Nzama. (2010). Challenges of Suistainable Rural Tourism Development in Kwazulu‐Natal.


Journal Humaniora & Social, 2(1), 44‐53.

You might also like