Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Development and public policy are two things that can not be separated.
Among various choices of public policy instruments, local governments
have to cope with difficult tasks in order to bring equitable regional
development and prosperity to society. This paper aims to evaluate the
performance of local governments in East Kalimantan Province through
the variables of economic growth, poverty alleviation and
unemployment, and the quality of human resources. Governments'
capacity to manage these indicators indicates the achievement in
regional development. By using rank analysis, it can be seen the strength
and the weaknesses each regency/ city in order to accelerating socio-
economic development in East Kalimantan. The analysis showed that on
average, the regions that have superior performance in pro-growth, pro-
poor, and pro-human development policy are Balikpapan City and Paser
Regency; while Tana Tidung Regency gets the lowest rank and need to
accelerate the social-economic development in its region rapidly.
However, in each development indicators that are used in this article
also showed that there are city/ regency that experience the highest rank
and the lowest rank. Thus, the findings demonstrate that particular city/
regency in east Kalimantan Province has better-quality in specific
development policy, and it can be replicated to other regions
(specifically for least development region)
Intisari
1
Naskah diterima 17 November 2011, revisi kesatu 4 Maret 2012
Rustan A.
Rustan A.
kebijakan publik yang ada) sebagai titik tekan dari tatakelola itu sendiri
aktor utama. Sebab pemerintah (Teddy Lesmana, 2007), yaitu:
memiliki fungsi ekslusive yang tidak 1. Kalangan pertama, yaitu kalangan
dimiliki komponen lainnya yaitu fungsi yang memfokuskan definisi tata
regulasi, alokasi, distribusi, pelayanan, kelola terkait dengan rezim politik
dan pemberdayaan masyarakat
yang berlaku yakni yang
(Mariana, dkk., 2010). Konsepsi yang
dikenal dengan istilah good berhubungan dengan kontestasi dan
governance ini memang sudah sangat proses politik, kebebasan sipil dan
awam diketahui, namun politik, dan legitimasi pemerintah.
implementasinya kurang mampu Dari perspektif ini demokrasi, hak
terpadukan dengan baik. Banyak fakta azasi manusia, partisipasi dan
yang menunjukkan bahwa ruang bagi kebebasan pers adalah elemen yang
pemerintah dan swasta lebih menonjol penting.
dibandingkan ruang bagi masyarakat.
Oleh karenanya, pemaknaan yang utuh 2. K a l a n g a n k e d u a , y a n g
akan tata kelola daerah yang baik dalam menitikberatkan pada pengelolaan
kerangka seharusnya (das Sollen) ekonomi (economic management).
menurut konsep good governance Definisi governance dalam konteks
perlu diperkuat, sehingga mampu ini difokuskan kepada pelaksanaan
mendongkrak performa daerah yang baik terhadap tata kelola
seluruhnya. sumberdaya ekonomi dan sosial
Kolaborasi antara
yang dilakukan pemerintah.
pembangunan dan konsep good-
governance dalam pembangunan Menurut perspektif ini, pengelolaan
daerah penting untuk diperhatikan agar ekonomi yang reliable memerlukan
tercipta pemerintahan dan administrasi dukungan dari birokrasi yang
publik yang mampu bekerja secara efisien dan didasarkan pada proses
efisien, yakni mampu memenuhi pembuatan keputusan yang
kebutuhan rakyat. Keterkaitan antara transparan, partisipatif, dan
pembangunan dan good-governance akuntabel. Oleh karenanya, tata
juga pernah disinggung oleh Koffi
kelola yang baik dipandang akan
Annan (mantan Sekretaris Jenderal
PBB) dengan mengatakan “good meningkatkan pelayanan dan
governance is perhaps the single most penyediaan fasilitas publik dan
important factors in eradicating manajemen ekonomi yang efektif
poverty and promoting development. guna menghindari penundaan
Without it, no amount of funding, no dalam pelaksanaan tugas
short-term economic miracle will set pemerintah, penyimpangan dan
the developing world on the path to
korupsi serta distorsi-distorsi
prosperity”. Meskipun demikian,
perspektif mengenai tatakelola lainnya.
pemerintahan (governance) cukup 3. K a l a n g a n k e t i g a , y a n g
beragam, setidaknya terdapat 3 (tiga) menekankan pengertian tata-kelola
pandangan yang berbeda mengenai pada substansi kebijakan ekonomi
Rustan A.
Rustan A.
Rustan A.
Rustan A.
Rustan A.
Rustan A.
Rustan A.
Rustan A.
Rustan A.
Rustan A.
efek sebar ekonomi yang besar bagi simpan pinjam guna permodalan
aktivitas ekonomi lokal, dan agar dengan mekanisme sistem syari'ah
efek sebar ekonomi ini besar, atau bagi hasil. Dengan berdirinya
keberadaan non-base sector (seperti BUMDes, masalah permodalan
sektor jasa, trade and restaurant, yang kerap menjadi permasalahan
serta public utilities ) harus masyarakat dalam pengelolaan
diperbanyak sehingga aliran usaha, dapat diatasi dengan
transaksi ekonomi akibat meminjam kepada BUMDes yang
keberadaan base sektor mampu di luncurkan di setiap kecamatan
meningkatkan pendapatan yang ada di Kabupaten Banjar.
masyarakat/ sektor lainnya Dalam pengelolaannya, BUMDes
ditingkat regional. Dengan berbeda dengan usaha berbasis
demikian, kasus-kasus akibat kerakyatan lainnya, hal tersebut
ketimpangan pendapatan didasari dengan sistem
antarsektor dapat diminimalisir. pengelolaannya langsung dikelola
Untuk mendukung oleh masyarakat dengan koordinasi
ketersediaan non-base sektor pada penuh dari pemerintah kabupaten
ekonomi daerah, penulis sebagai pembuat kebijakan serta
menyarankan pemerintah daerah pihak kecamatan yang bertugas
agar mendorong pemberdayaan sebagai monitoring. Pembentukan
usaha kecil, mikro, dan menengah BUMDes juga adalah langkah
serta koperasi. Memberikan konkrit untuk memberikan sebuah
dukungan dengan penyediaan kepastian usaha bagi pelaku
kredit usaha dengan bunga ringan perekonomian di Kabupaten Banjar
yang terkontrol dan mudah, serta melalui metode penerapan standar
memberikan kemudahan harga terendah, serta dengan adanya
pengurusan perijinan bagi investor BUMDes diharapkan peran kuat
untuk menanamkan modalnya di dari para tengkulak (broker) dapat
daerahnya. diminimalisir (Pemkab Banjar,
Kebijakan untuk 2009).
menggiatkan ekonomi kerakyatan Kebijakan lain yang
dapat dimulai dengan mereplikasi diperlukan adalah penguatan
pembentukan Badan Usaha Milik belanja pembangunan infrastruktur
Desa (BUMDes) seperti yang telah dasar atau belanja modal yang
diterapkan dan berhasil di dipahami untuk membiayai
Kabupaten Banjar, Provinsi kesejahteraan masyarakat dan
Kalimantan Selatan. BUMDes mampu menggerakkan
merupakan sebuah badan usaha perekonomian masyarakat, serta
milik desa di bawah koordinasi dari peningkatan kualitas hidup
pemerintah daerah yang bergerak masyarakat. Dari analisis penulis,
pada usaha yang disesuaikan Penguatan belanja modal ini telah
dengan potensi masyarakat cukup dipahami oleh Pemerintah
setempat, seperti pada sektor Kabupaten/ Kota di Kalimantan
perikanan, pertanian, perkebunan Timur, meskipun masih terdapat
termasuk juga usaha yang bersifat beberapa kabupaten/ kota yang
Rustan A.
Rustan A.
2
Program Mamangun Mahaga Lewu yang dikembangkan dengan sukses di Provinsi Kalimantan Tengah ini telah
menjadi benchmark bagi percepatan pembangunan daerah tertinggal secara nasional (Bappenas mencatatkan
terdapat 183 kabupaten di Indonesia yang diklasifikasikan sebagai daerah tertinggal pada akhir 2009), dan sebagai
salah satu best practice kepemerintahan daerah, Program Mamangun Mahaga Lewu ini juga telah berhasil
mendapatkan penghargaan “Meretas Ketertinggalan Award” dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Rustan A.
Rustan A.
Rustan A.
Rustan A.
Rustan A.