You are on page 1of 20

EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH,

PRO-POOR, AND PRO-HUMAN DEVELOPMENT”


1
DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Rustan A.

Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III LAN


Jl. HM. Ardan (Ring Road III) Samarinda.
(Email: rustanamarullah8@gmail.com)

Abstract
Development and public policy are two things that can not be separated.
Among various choices of public policy instruments, local governments
have to cope with difficult tasks in order to bring equitable regional
development and prosperity to society. This paper aims to evaluate the
performance of local governments in East Kalimantan Province through
the variables of economic growth, poverty alleviation and
unemployment, and the quality of human resources. Governments'
capacity to manage these indicators indicates the achievement in
regional development. By using rank analysis, it can be seen the strength
and the weaknesses each regency/ city in order to accelerating socio-
economic development in East Kalimantan. The analysis showed that on
average, the regions that have superior performance in pro-growth, pro-
poor, and pro-human development policy are Balikpapan City and Paser
Regency; while Tana Tidung Regency gets the lowest rank and need to
accelerate the social-economic development in its region rapidly.
However, in each development indicators that are used in this article
also showed that there are city/ regency that experience the highest rank
and the lowest rank. Thus, the findings demonstrate that particular city/
regency in east Kalimantan Province has better-quality in specific
development policy, and it can be replicated to other regions
(specifically for least development region)

Keywords: Development Policy, Economic Growth, Poverty and


Unemployment Rate, HDI.

Intisari

Pembangunan dan kebijakan publik merupakan kondisi yang tidak dapat


dipisahkan. Upaya menghadirkan kemakmuran bagi masyarakat
melalui pembangunan daerah yang merata dengan tatakelola yang baik
adalah tugas berat yang dijalankan oleh pemerintah daerah diantara
berbagai pilihan instrument kebijakan publik. Tulisan ini mencoba untuk

1
Naskah diterima 17 November 2011, revisi kesatu 4 Maret 2012

100 Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

melihat kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota di wilayah


Kalimantan Timur melalui pendekatan kebijakan pencapaian
pertumbuhan ekonomi; penurunan angka kemiskinan dan
pengangguran; serta peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Kemampuan pemerintah daerah mengelola indikator-indikator tersebut
dapat mencerminkan keberhasilan pembangunan daerah. Dengan
menggunakan analisis ranking, dapat diketahui keunggulan dan
kelemahan masing-masing kabupaten/ kota dalam peningkatan
pembangunan sosial-ekonomi di Kalimantan Timur. Hasil analisis
menunjukkan bahwa secara rata-rata daerah yang memiliki kinerja pro-
growth, pro-poor, dan pro-human development terbaik di Provinsi
Kalimantan Timur adalah Kota Balikpapan dan Kabupaten Paser.
Sedangkan daerah yang memerlukan akselerasi kebijakan
pembangunan sosial-ekonomi daerahnya adalah Kabupaten Tana
Tidung. Meskipun demikian, dalam setiap elemen kebijakan
pembangunan tersebut, terdapat daerah dengan peringkat tertinggi dan
daerah dengan peringkat terendah. Temuan ini menunjukkan bahwa
Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan Timur memiliki keunggulan
pada kebijakan pembangunan tertentu, sehingga upaya replikasi
kebijakan pada daerah yang masih tertinggal layak untuk diterapkan.

Kata kunci : Kebijakan Pembangunan Daerah, Pertumbuhan Ekonomi,


Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran, IPM

1. Pendahuluan (development in regional) yang hanya


Impian untuk memajukan mengedepankan peningkatan ekonomi
kesejahteraan umum dan makro. Melejitkan pertumbuhan
mencerdaskan kehidupan bangsa dapat ekonomi makro daerah memang
dicapai melalui usaha-usaha merupakan elemen penting yang
pembangunan yang terencana dan menunjang pembangunan, namun
terarah. Pembangunan pun dapat terkadang upaya tersebut tidak
diartikan sebagai bentuk perhatian menimbulkan efek penetesan (trickle
pemerintah terhadap upaya perbaikan down effect) yang signifikan dengan
kondisi masyarakat dan sebagai bentuk kesejahteraan masyarakat, apalagi jika
pertanggungjawaban atas amanah/ berkaca pada daerah yang kaya dengan
kepercayaan yang telah diberikan. sektor pertambangan sebagai tulang
Selain itu, stimulasi pembangunan punggungnya namun masyarakatnya
terus didorong guna menjadi daerah tetap berkesusahan. Atas dasar
yang lebih maju dan superior tersebut, pembangunan secara
dibandingkan daerah lain. Namun multidimensional adalah pilihan cerdas
demikian, seringkali terjadi kesalahan yang perlu didorong.
dalam penentuan kebijakan Dalam menggerakkan roda
pembangunan, dimana seharusnya pembangunan secara
yang dilakukan adalah pembangunan multidimensional, secara mendasar
daerah (regional development) dalam perlu melibatkan tiga komponen utama
arti seluruh entitas, dan bukan dalam yaitu private sektor, masyarakat, dan
artian pembangunan di daerah pemerintah (dengan instrumen

Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012 101


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

kebijakan publik yang ada) sebagai titik tekan dari tatakelola itu sendiri
aktor utama. Sebab pemerintah (Teddy Lesmana, 2007), yaitu:
memiliki fungsi ekslusive yang tidak 1. Kalangan pertama, yaitu kalangan
dimiliki komponen lainnya yaitu fungsi yang memfokuskan definisi tata
regulasi, alokasi, distribusi, pelayanan, kelola terkait dengan rezim politik
dan pemberdayaan masyarakat
yang berlaku yakni yang
(Mariana, dkk., 2010). Konsepsi yang
dikenal dengan istilah good berhubungan dengan kontestasi dan
governance ini memang sudah sangat proses politik, kebebasan sipil dan
awam diketahui, namun politik, dan legitimasi pemerintah.
implementasinya kurang mampu Dari perspektif ini demokrasi, hak
terpadukan dengan baik. Banyak fakta azasi manusia, partisipasi dan
yang menunjukkan bahwa ruang bagi kebebasan pers adalah elemen yang
pemerintah dan swasta lebih menonjol penting.
dibandingkan ruang bagi masyarakat.
Oleh karenanya, pemaknaan yang utuh 2. K a l a n g a n k e d u a , y a n g
akan tata kelola daerah yang baik dalam menitikberatkan pada pengelolaan
kerangka seharusnya (das Sollen) ekonomi (economic management).
menurut konsep good governance Definisi governance dalam konteks
perlu diperkuat, sehingga mampu ini difokuskan kepada pelaksanaan
mendongkrak performa daerah yang baik terhadap tata kelola
seluruhnya. sumberdaya ekonomi dan sosial
Kolaborasi antara
yang dilakukan pemerintah.
pembangunan dan konsep good-
governance dalam pembangunan Menurut perspektif ini, pengelolaan
daerah penting untuk diperhatikan agar ekonomi yang reliable memerlukan
tercipta pemerintahan dan administrasi dukungan dari birokrasi yang
publik yang mampu bekerja secara efisien dan didasarkan pada proses
efisien, yakni mampu memenuhi pembuatan keputusan yang
kebutuhan rakyat. Keterkaitan antara transparan, partisipatif, dan
pembangunan dan good-governance akuntabel. Oleh karenanya, tata
juga pernah disinggung oleh Koffi
kelola yang baik dipandang akan
Annan (mantan Sekretaris Jenderal
PBB) dengan mengatakan “good meningkatkan pelayanan dan
governance is perhaps the single most penyediaan fasilitas publik dan
important factors in eradicating manajemen ekonomi yang efektif
poverty and promoting development. guna menghindari penundaan
Without it, no amount of funding, no dalam pelaksanaan tugas
short-term economic miracle will set pemerintah, penyimpangan dan
the developing world on the path to
korupsi serta distorsi-distorsi
prosperity”. Meskipun demikian,
perspektif mengenai tatakelola lainnya.
pemerintahan (governance) cukup 3. K a l a n g a n k e t i g a , y a n g
beragam, setidaknya terdapat 3 (tiga) menekankan pengertian tata-kelola
pandangan yang berbeda mengenai pada substansi kebijakan ekonomi

102 Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

untuk mengatasi masalah-masalah kebijakan Pro-Growth, Pro-Poor, and


pembangunan yang dihadapi suatu Pro-Human Development dalam
negara. Dari perspektif ini, kualitas tulisan ini menjadi penting untuk
tata-kelola direfleksikan dalam dibahas.
Sebagai bahan perbandingan,
kapasitas pemerintah untuk
beberapa penelitian sebelumnya telah
merancang, memformulasikan dan mencoba menganalisis development-
mengimplementasikan kebijakan gap antara suatu wilayah dengan
yang tepat. Hal ini bergantung wilayah lainnya dan faktor-faktor
kepada tujuan khusus penyebabnya diantaranya Hall (2007)
pembangunan yaitu pertumbuhan yang mengklasifikasikan negara
ekonomi, pengurangan kemiskinan, berdasarkan kapasitas sumber daya
manusia dan kapasitas keuangan ke
pengurangan ketimpangan
dalam empat kategori yaitu, lagging,
ekonomi, dan juga bergantung low, developing, dan progressive;
kepada konteks politik, budaya dan Brodjonegoro (1999) dalam Tambunan
sejarah serta kapasitas para (2001) yang mengaitkan PDRB
penyelenggara negara. perkapita dan IPM antarProvinsi, serta
hasil kajian dari Yayasan Indonesia
Atas dasar pandangan di atas, Forum (2000) yang menemukan
tulisan ini berusaha untuk adanya korelasi positif antara daerah
mengkhususkan penggalian yang kaya sumberdaya alam (SDA)
pandangan kalangan ketiga atas dan atau sumberdaya manusia (SDM)
pengelolaan pemerintahan daerah, dengan peranan PAD di dalam APBD.
yakni penilaian atas kinerja kebijakan Berbeda dengan penelitian-penelitian
pemerintah daerah dalam mengatasi tersebut, dalam tulisan ini metode
masalah –masalah pembangunan analisis yang digunakan adalah analisis
khususnya pada upaya peningkatan peringkat/ ranking (rank analysis),
pertumbuhan ekonomi daerah, yang merupakan metode non-
pengurangan kemiskinan dan angka kuantitatif dengan mengurutkan nilai
pengangguran, dan peningkatan data dari yang tertinggi hingga
kualitas manusia. Terkait dengan hal terendah, sehingga dapat diketahui
ini, Menteri Dalam Negeri, Gamawan tinggi atau rendahnya pencapaian
Fauzi (2011) mengatakan bahwa saat Kabupaten/ Kota atas suatu indikator.
ini pelaporan keuangan daerah kurang Berdasarkan hasil pemeringkatan
efisien dan akan lebih baik jika tersebut dapat disusun saran-saran
disederhanakan ke dalam tiga aspek kebijakan yang diharapkan dapat
saja. Ketiga aspek tersebut adalah menjadi acuan bagi perumusan
pertumbuhan ekonomi, penyediaan kebijakan dimasa mendatang serta
lapangan kerja, dan penurunan angka menjadi bahan bagi penelitian lanjutan
kemiskinan yang diyakini sudah bisa yang lebih komprehensif.
mewakili kinerja penyelenggaraan
pemerintahan secara keseluruhan.
Dengan demikian, penilaian atas aspek
yang dapat direfleksikan dengan

Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012 103


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

2. Pembangunan Daerah dan pertumbuhan yang negatif


Konsepsi Pro-Growth, Pro-Poor, mencerminkan kelesuan ekonomi
and Pro-Human Development daerah dan turunnya output secara
Pembangunan daerah tetap agregat (BPS, 2011).
menjadi isu menarik untuk Pertumbuhan ekonomi
didiskusikan, desentralisasi disertai menjadi sangat penting dan lajunya
globalisasi telah merubah struktur dan harus jauh lebih besar daripada laju
cara daerah bekerja, yang kemudian pertumbuhan penduduk agar
menghadapkan daerah pada posisi peningkatan pendapatan masyarakat
penting dalam mewujudkan perkapita dapat tercapai (Tambunan,
kesejahteraan masyarakat. Peran 2001). Sejalan dengan hal tersebut,
daerah sangat penting dikarenakan Perpres No. 5 Tahun 2010 tentang
daerah mampu membuat kebijakan RPJM tahun 2010-2014 menegaskan
yang lebih spasial dibandingkan bahwa strategi pro growth
pemerintah pusat yang lebih bersifat mengupayakan terjadinya percepatan
makro. Selain itu, keputusan di tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang
daerah dapat di atur dengan lebih baik, disertai dengan perbaikan distribusi
terutama yang menyangkut pemerataan pendapatan (growth with equity).
pembangunan dalam wilayah, Percepatan laju pertumbuhan ini akan
penetapan sektor unggulan, berdampak melebar pada terciptanya
penyerasian keterkaitan antar sektor, iklim investasi yang kondusif; yang
pemenuhan kebutuhan pangan juga ditandai dengan makin banyaknya
wilayah, dan kelestarian lingkungan kesempatan kerja yang tercipta,
hidup (Tarigan, 2005). sehingga semakin banyak masyarakat
Pondasi dasar dari yang dapat dilepaskan dari perangkap
pembangunan daerah adalah kemiskinan, serta memperkuat
pembangunan ekonomi. Dalam RPJM perekonomian untuk menghadapi
2010-2014 secara eksplisit juga berbagai goncangan (shock) dari luar.
mengindikasikan bahwa pembangunan Adapun kemiskinan tetap
ekonomi adalah salah satu aspek yang dianggap sebagai “musuh”
akan mewujudkan kesejahteraan pembangunan. Kemiskinan
masyarakat. Umumnya perencanaan diidentifikasikan sebagai refleksi
pembangunan ekonomi berorientasi rendahnya kualitas sumberdaya
pada masalah pertumbuhan ekonomi, manusia yang berujung pada
yaitu peningkatan agregat output atau pengangguran di usia produktif. Juga
PDRB. Produk Domestik Regional menunjukkan rendahnya kemampuan
Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai daya beli masyarakat, dan
tambah yang dihasilkan oleh seluruh menunjukkan rendahnya kemampuan
unit usaha dalam suatu negara tertentu, pemerintah untuk meningkatkan
atau merupakan jumlah nilai barang derajat kesejahteraan warganya (Gazi,
dan jasa akhir yang dihasilkan oleh 2007; Mehmood, 2010). Keberhasilan
seluruh unit ekonomi. Pertumbuhan penanggulangan kemiskinan selain
yang positif menunjukkan kinerja merupakan hasil dari pengaruh laju
perekonomian yang kondusif, tangguh pertumbuhan ekonomi yang relatif
dan berkembang, sedangkan tinggi juga perlu didukung oleh

104 Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

berbagai program intervensi dari daerahnya. Peningkatan pembangunan


pemerintah yang merupakan bagian yang signifikan, akan melejitkan daya
dari pemenuhan hak dasar rakyat, yang saing dan persaingan antar daerah.
terus dilakukan untuk memberikan Oleh karena itu, dituntut kemampuan
akses yang lebih luas kepada kelompok pemerintah daerah untuk
masyarakat yang berpenghasilan melaksanakan kebijakan Pro-Growth,
rendah agar juga dapat menikmati laju P r o - P o o r, d a n P r o - H u m a n
percepatan pertumbuhan ekonomi Development yang lebih optimal,
(Perpres No. 5 Tahun 2010). inovatif, dan berkelanjutan.
Terkait upaya untuk keluar dari
jurang kemiskinan yang kian dalam 3. Mengenal Pembangunan di
(anti-poverty policy), pembangunan Provinsi Kalimantan Timur
kualitas human capital juga hal pokok Pemerintah Provinsi
yang menentukan keberhasilan Kalimantan Timur dalam upaya
pembangunan daerah. Peningkatan menindaklanjuti Inpres No. 3 Tahun
Sumber Daya Manusia (SDM) yang 2010 tentang Program Pembangunan
handal menjadi solusi dan salah satu yang Berkeadilan, telah menyusun 10
modal utama dalam proses agenda prioritas pembangunan di
pembangunan dewasa ini. Upaya wilayah Provinsi Kalimantan Timur
peningkatan kualitas SDM, yang dalam dengan menekankan pada
skala lebih luas disebut sebagai kesejahteraan dan menajamkan
pembangunan manusia mutlak terus keterkaitan sasaran pada akhir tahun
dilakukan oleh pemerintah, seperti 2013, yakni mengatasi pengangguran,
perbaikan derajat kesehatan, tingkat pembangunan infrastruktur
pengetahuan dan keterampilan perekonomian, perhatian terhadap
penduduk, serta kemampuan daya beli pendidikan, penanganan banjir,
di masyarakat (BPS, 2011). Kualitas pemberdayaan ekonomi rakyat,
human capital ini dapat tergambarkan peningkatan daya beli masyarakat,
melalui besarnya Indeks Pembangunan penyelesaian krisis listrik, kemandirian
Manusia (IPM), yang merupakan salah pangan, pembangunan kawasan
satu indikator sosial untuk mengukur perbatasan, dan pertumbuhan ekonomi
kesejangan pembangunan antardaerah. yang tinggi.
secara hipotesis dapat dikatakan bahwa Selain itu, Pemerintah Provinsi
semakin baik pembangunan di suatu Kalimantan Timur telah menyusun
wilayah, maka semakin tinggi IPM agenda kebijakan pembangunan yang
daerah tersebut (Tambunan, 2001). siap untuk dilaksanakan secara
Faktor lain yang juga bersama-sama oleh seluruh Pemerintah
mendukung implementasi kebijakan Kabupaten/ Kota, yaitu :
pembangunan daerah adalah otonomi 1. Pembangunan dan perbaikan jalan
daerah. Otonomi daerah telah untuk menggerakan ekonomi
menciptakan ruang gerak yang cukup rakyat.
luas bagi pemerintah daerah untuk
2. Revitalisasi pertanian, perikanan,
melaksanakan berbagai rencana aksi
dalam rangka peningkatan dan kelautan.
pembangunan dan kesejahteraan di 3. Perbaikan listrik dan program satu

Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012 105


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

genset satu desa. kualitas sumberdaya manusia (Indeks


4. Penyediaan akses sekolah gratis, Pembangunan Manusia (IPM) yang
bantuan buku, perbaikan gedung dicapai oleh masing-masing
sekolah, beasiswa bagi Mahasiswa kabupaten/ kota.
Selain kebijakan-kebijakan
Kalimantan Timur, pembangunan
pembangunan tersebut, Pemerintah
asrama mahasiswa dan tambahan Kabupaten/ Kota di Kalimantan Timur
penghasilan guru pendidikan dasar juga melakukan berbagai inovasi dan
dan menengah baik negeri maupun terobosan lainnya dalam rangka
swasta (termasuk guru bantu dan percepatan dan perluasan
honorer) sebesar 20%. pembangunan di daerahnya,
5. Pelayanan kesehatan gratis, diantaranya : Bekerjasama dengan
program 1 puskesmas dua dokter swasta untuk melaksanakan pelatihan-
pelatihan kewirausahaan bagi
dan peningkatan pelayanan masyarakat; Peningkatan produksi
posyandu untuk kesejahteraan ibu, sektor pertanian, peternakan,
anak dan lansia. perikanan, dan perkebunan;
6. Penyerapan 300.000 tenaga kerja Pengembangan kawasan industri,
melalui pengadaan dan Pembentukan Dewan Ekonomi Daerah
pengembangan UKM melalui (DED); juga Menggalakkan promosi
bantuan tanpa agunan. potensi daerah kepada investor dari
dalam maupun luar negeri. Rangkaian
7. Bantuan pengadaan dan penyediaan
upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
air bersih di tingkat desa/kelurahan. Provinsi dan Kabupaten/ Kota melalui
8. Bantuan khusus bagi masyarakat agenda kebijakan pembangunan
adat dan perbatasan. tersebut sudah mengarah pada
9. Bantuan untuk tempat ibadah bagi dukungan pencapaian ketiga aspek
semua agama. yang dibahas dalam tulisan ini; dan
10.Menciptakan aparatur pemerintah diharapkan dapat menggambarkan
yang bersih, bebas dari korupsi, optimalisasi kinerja penyelenggaraan
pemerintahan di Kalimantan Timur.
kolusi, dan nepotisme.
4. Analisis Pertumbuhan Ekonomi
Agenda-agenda tersebut Regional
selanjutnya ditransformasi oleh Salah satu misi Provinsi
Pemerintah Kabupaten/ Kota melalui
Kalimantan Timur adalah mewujudkan
berbagai program dan kegiatan struktur ekonomi yang berdaya saing
pengentasan kemiskinan, pengurangan
dan pro kerakyatan dengan konsep
pengangguran, peningkatan iklim
pembangunan berkelanjutan. Struktur
investasi, peningkatan daya saing, kinerja ekonomi daerah yang baik
pendidikan dan kesehatan. yang dapat
tercermin pada pertumbuhan PDRB
dinilai hasilnya melalui pendekatan dan pertumbuhan PDRB perkapita
analisis ranking dari PDRB, yang terus meningkat. Berdasarkan
pengurangan angka kemiskinan dan
data terakhir yang diperoleh, berikut
pengangguran, dan peningkatan

106 Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

disajikan perbandingan peringkat Kabupaten/ Kota di wilayah


pertumbuhan PDRB seluruh Kalimantan Timur.

Gambar 1. Analisis Peringkat Pertumbuhan Ekonomi PDRB Atas Dasar Harga


Konstan 2000 Kabupaten/ Kota Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2007-2010
(Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2011 (setelah diolah)

Berdasarkan gambar di atas yang kondusif pada daerah tersebut,


terlihat bahwa dalam kurun waktu selanjutnya tingginya investasi akan
2007-2010 Kabupaten Paser memberikan trickle-down effect pada
menempati peringkat tertinggi dengan penciptaan lapangan kerja dan
menampilkan tingkat pertumbuhan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
ekonomi yang sangat tinggi dengan Adapun peringkat pertumbuhan
rata-rata pertumbuhan mencapai ekonomi terendah dicapai oleh Kota
11.3%, yang mencerminkan iklim Bontang dengan rata-rata pertumbuhan
investasi di daerah tersebut cukup -2.5%, diikuti oleh Kabupaten Kutai
menggeliat. Pertumbuhan ekonomi Kartanegara dengan rata-rata
yang cukup tinggi juga ditunjukkan pertumbuhan 1.6%. Penurunan
oleh Kabupaten Malinau dan pertumbuhan ekonomi ini diakibatkan
Kabupaten Tarakan dengan menduduki besarnya pengaruh minyak, gas, dan
peringkat pertumbuhan ekonomi batubara pada perekonomian kedua
tertinggi kedua dan ketiga dengan rata- daerah tersebut, sehingga menjadikan
rata pertumbuhan 9.4% dan 6.6%. pertumbuhan ekonominya cukup
Tingginya pertumbuhan ekonomi akan rentan jika terjadi penurunan kontribusi
memberikan multiplier effect ke sektor- pada sektor penggalian dan
sektor non-base yang menyokong pertambangan tersebut.
aktivitas ekonomi utama. Disamping Ukuran lain yang digunakan
itu, juga menunjukkan keberhasilan untuk mengukur keberhasilan
pemerintah daerah dalam menstimulasi pembangunan ekonomi (pro-growth)
seluruh komponen ekonomi untuk adalah pertumbuhan PDRB perkapita.
meningkatkan pertumbuhannya. PDRB perkapita dinilai mampu
Tingginya angka pertumbuhan menunjukkan kemampuan daerah
ekonomi akan mencerminkan untuk meningkatkan outputnya lebih
kemudahan dan iklim berinvestasi tinggi dari pertumbuhan penduduknya,

Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012 107


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

serta penilaian atas sebaran output yang Kabupaten/ Kota di Provinsi


dihasilkan perpenduduk dalam daerah Kalimantan Timur pada rentang waktu
tersebut. Berikut disajikan 2007-2010.
pertumbuhan PDRB perkapita menurut
Tabel 1. Pertumbuhan PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan 2000
Berdasarkan Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2007-2010
Pertumbuhan PDRB Perkapita (%) Rank Analysis
Kabupaten/ Kota
2007-2008 2008-2009 2009-2010 2007-2008 2008-2009 2009-2010
Paser 3.27 3.91 13.50 5 4 1
Kutai Barat 4.86 4.94 4.33 3 3 5
Kutai Kartanegara 0.82 -1.67 0.40 10 13 12
Kutai Timur -6.18 -0.05 3.93 14 10 7
Berau 0.73 6.12 4.05 11 1 6
Malinau 2.45 3.71 8.53 6 5 2
Bulungan 6.54 1.08 2.18 2 7 11
Nunukan -1.64 -1.47 0.33 12 12 13
PPU 2.33 0.90 4.81 7 8 4
Tana Tidung -1.76 -3.98 -1.97 13 14 14
Balikpapan 6.85 5.55 5.84 1 2 3
Samarinda 1.49 1.21 3.13 8 6 10
Tarakan 1.36 -0.05 3.36 9 9 8
Bontang 3.29 -1.00 3.33 4 11 9
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2011 (setelah diolah)

Ditinjau dari pertumbuhan yang ada di Kalimantan Timur.


PDRB perkapita, dalam kurun waktu Adapun daerah-daerah yang
2007-2010 terjadi pergeseran peringkat mengalami kecenderungan penurunan
yang cukup signifikan. Terdapat peringkat diantaranya adalah
daerah-daerah yang mampu Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten
mendongkrak pertumbuhan PDRB Bulungan, Kabupaten Nunukan,
perkapitanya secara positif setiap Kabupaten Tana Tidung, dan Kota
tahunnya seperti yang terjadi pada Balikpapan. Kecenderungan
Kabupaten Paser, Kabupaten Kutai penurunan pertumbuhan PDRB
Timur, dan Kabupaten Malinau. perkapita tentunya kurang
Peningkatan peringkat ketiga daerah menguntungkan bagi daerah, sebab
tersebut menunjukkan kemampuan kondisi ini menggambarkan dispersi
menerapkan kebijakan pembangunan output daerah yang semakin mengecil.
ekonomi lebih baik dibandingkan Oleh karenanya, dibutuhkan dukungan
daerah lainnya. Jika di analisis lebih kebijakan pengembangan ekonomi
lanjut, hal ini juga mengindikasikan daerah yang lebih ekspansif guna
adanya upaya ketiga daerah tersebut meningkatkan pendapatan perkapita
untuk mengejar ketertinggalan regional.
daerahnya terhadap Kota-Kota besar

108 Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

Hal yang perlu dipahami popularitas pemerintah (terutama


adalah PDRB yang tinggi belum kepala daerah). Namun sebaliknya,
sepenuhnya mencerminkan tingkat ketidakmampuan dalam mengurangi
kesejahteraan masyarakatnya secara angka kemiskinan akan menjadi
utuh, sebab belum tentu PDRB yang “santapan empuk” bagi lawan-lawan
tinggi tersebut dirasakan secara merata politik dan masyarakat. Oleh
oleh masyarakat (equally), sehingga karenanya, pemerintah daerah
diperlukan penilaian keberhasilan pada berupaya mengakselerasi pertumbuhan
dimensi yang lain seperti tingkat ekonomi daerahnya dengan harapan
kemiskinan dan pengangguran, serta akan menimbulkan efek sebar (spread
kualitas sumberdaya manusianya. effect) pada meningkatnya kesempatan
kerja dan turunnya angka kemiskinan.
5. Analisis Kinerja Pengurangan Meskipun pertumbuhan ekonomi
Tingkat Kemiskinan dan adalah syarat penting (necessary)
Pengangguran Daerah dalam penurunan kemiskinan, namun
Pengentasan kemiskinan hal ini belum cukup (sufficient) jika
selalu menjadi “kendaraan” dan bahan tidak diikuti oleh distribusi dan
politik yang cukup menarik simpati penyebarannya secara merata. Berikut
publik, sehingga begitu gencar disajikan peringkat kinerja
dideklarasikan. Sukses dalam menekan pengurangan tingkat kemiskinan dan
jumlah penduduk miskin dan angka pengangguran terbuka Kabupaten/
pengangguran akan meningkatkan Kota di Provinsi Kalimantan Timur.
Tabel 2. Persentase Penduduk Miskin dan Pengangguran Terbuka
Berdasarkan Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan Timur
Penduduk Tingkat
Peringkat Pengangguran Peringkat
Miskin
No Kabupaten/ Kota Terbuka
2009 2010 2008 2009 2010
2009 2010 2008 2009 2010
% % % % %
1 Paser 10.11 9.49 7 9 7.76 7.64 6.82 9 12 13
2 Kutai Barat 8.97 9.9 9 8 6.83 7.37 7.97 10 13 11
3 Kutai Kartanegara 8.03 8.69 10 10 9.82 11.38 11.53 8 5 5
4 Kutai Timur 11.88 11.39 5 5 5.09 14.59 12.71 13 2 2
5 Berau 5.9 6.6 12 12 10.07 9.37 9.33 7 9 8
6 Malinau 16.55 15.31 1 1 6.5 5.29 3.88 11 14 14
7 Bulungan 15.96 14.58 2 2 6.38 8.42 9.12 12 11 10
8 Nunukan 13.47 12.45 4 4 13.17 9.43 7.67 3 8 12
9 PPU 11.38 10.47 6 6 10.74 10.87 9.78 6 6 6
10 Tana Tidung 15.42 13.89 3 3 - 13.89 12.03 - 3 3
11 Balikpapan 3.58 4.07 14 14 16.06 13.7 11.76 2 4 4
12 Samarinda 4.84 5.21 13 13 12.31 10.19 9.22 5 7 9
13 Tarakan 9.65 10.23 8 7 12.42 9.11 9.45 4 10 7
14 Bontang 6.66 6.67 11 11 16.32 14.66 12.77 1 1 1
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2011 (setelah diolah)

Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012 109


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

Persentase penduduk miskin besar. Kondisi ini mengindikasikan


terbanyak terdapat di Kabupaten adanya pergerakan arus pencari kerja
Malinau dengan persentase mencapai ke daerah-daerah dengan jumlah
16.55 % dan 15.31%, yang kemudian penduduk miskin rendah, yang
diikuti oleh Kabupaten Bulungan dianggap memiliki ketersediaan dan
diperingkat kedua. Sedangkan kesempatan lapangan kerja yang lebih
persentase penduduk miskin terendah luas dibandingkan daerah lain, namun
dipegang oleh Kota Balikpapan dan dikarenakan para pencari kerja tersebut
Kota Samarinda. Secara umum, terlihat tidak memiliki kemampuan yang
bahwa tingkat kemiskinan di tingkat dipersyaratkan/ memadai, sehingga
Kabupaten/ Kota masih berada diatas hanya menambah jumlah
persentase Provinsi Kalimantan Timur pengangguran pada daerah-daerah
(7.86 % di tahun 2009, dan 8 % di tahun tersebut.
2010), terkecuali pada Kota
Balikpapan, Kota Samarinda, 6. Analisis Kinerja Peningkatan
Kabupaten Berau, dan Kota Bontang Nilai Indeks Pembangunan
yang memiliki persentase penduduk Manusia (IPM) Regional
miskin lebih kecil. Bukti ini Peningkatan Sumber Daya
menunjukkan bahwa kemiskinan Manusia (SDM) yang handal menjadi
masih menjadi persoalan besar dan solusi dan salah satu modal utama
membutuhkan perhatian yang serius dalam proses pembangunan. Upaya
dalam penanganannya. peningkatan kualitas SDM, yang dalam
Dari sisi tingkat pengangguran skala lebih luas disebut sebagai
terbuka, terlihat bahwa Kota Bontang pembangunan manusia, mutlak terus
menempati peringkat pertama dengan dilakukan oleh pemerintah daerah,
tingkat pengangguran tertinggi, diikuti seperti perbaikan derajat kesehatan,
Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten tingkat pengetahuan dan keterampilan
Ta n a T i d u n g . Te r l i h a t j u g a penduduk, serta kemampuan daya beli
kecenderungan pada wilayah-wilayah di masyarakat (BPS, 2011). Berikut
dengan tingkat penduduk miskin yang ditampilkan kinerja perkembangan
rendah, memiliki tingkat IPM Kabupaten/ Kota di Provinsi
pengangguran terbuka yang relatif Kalimantan Timur.

Gambar 2. Peringkat Indeks Pembangunan Manusia berdasarkan Kabupaten/ Kota


di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2008-2010
(Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2011 (setelah diolah)

110 Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

Berdasarkan tabel peringkat sumberdaya manusianya; rendahnya


diatas, secara umum terlihat bahwa peringkat IPM daerah ini ternyata
tidak terjadi perubahan struktur berbanding terbalik dengan pencapaian
peringkat Kabupaten/ Kota menurut pertumbuhan ekonominya yang cukup
nilai IPM yang dimiliki dalam rentang tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang
waktu tahun 2008 hingga tahun 2010. tinggi, secara konseptual akan
Sehingga, dapat diindikasikan bahwa memberikan dampak linear pada
perhatian dan kebijakan pemerintah peningkatan pembangunan manusia
daerah terkait peningkatan nilai IPM (human capital), namun ternyata tidak
tidak banyak berubah. Oleh karenanya, terbukti di daerah ini.
diperlukan terobosan-terobosan Dibandingkan dengan nilai
kebijakan yang substansial sehingga IPM Provinsi Kalimantan Timur yang
mampu mengubah struktur peringkat mencapai 75.56 di tahun 2010, seluruh
ini, dan untuk kemudian mengejar 4 Kabupaten yang ada (10 Kabupaten)
(empat) Kota maju di Provinsi masih menunjukkan nilai di bawah
Kalimantan Timur yang memiliki nilai level IPM Provinsi Kalimantan Timur.
IPM tertinggi. Kota Balikpapan Kenyataan ini menunjukkan masih
memiliki nilai IPM tertinggi dan masih belum berhasilnya upaya-upaya
menduduki peringkat pertama dalam Pemerintah Kabupaten dalam
kurun waktu 2008-2010, yang meningkat kualitas penduduknya.
mencerminkan tingginya
pembangunan sumberdaya manusia di 7. Upaya Peningkatan Performa
Kota tersebut. Nilai IPM tersebut Pembangunan Daerah
ditunjang oleh prestasi pada komponen a) Percepatan Pertumbuhan ekonomi
pendidikan (rata-rata lama bersekolah) (Pro-Growth)
dan pengeluaran perkapita Pertumbuhan ekonomi
penduduknya. Peringkat IPM tertinggi secara substansial dipengaruhi oleh
kedua diraih oleh Kota Samarinda yang kegiatan perdagangan dan investasi.
nilai indeksnya ditunjang oleh Terkait penciptaan aktivitas
tingginya pengeluaran perkapita ekonomi yang optimal, pemerintah
penduduknya dan angka melek huruf, daerah perlu memperbanyak/
dan peringkat ketiga adalah Kota memfasilitasi penyediaan sektor-
Bontang yang sebagian besar nilai sektor non-base, yaitu sektor-sektor
indeksnya ditunjang oleh komponen penyokong aktivitas ekonomi yang
pendidikan (angka melek huruf), dan tidak berorientasi ekspor. Hal ini
kesehatan (angka harapan hidup). penting mengingat base sector atau
Adapun peringkat terendah sektor unggulan daerah, seperti
adalah Kabupaten Tana Tidung yang sektor penggalian dan
merupakan daerah pemekaran baru, penambangan berorientasi pada
yang masih membutuhkan akselerasi/ ekspor dan efek ekonomis bagi
percepatan pembangunan. Terendah aktivitas ekonomi lainnya cukup
kedua adalah Kabupaten Kutai Timur kecil. Penting untuk diketahui, base
yang dikenal sebagai salah satu daerah sector sangat penting bagi
kaya di Kalimantan Timur namun pembangunan daerah, namun base
masih rendah dalam peringkat mutu sektor tersebut harus memberikan

Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012 111


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

efek sebar ekonomi yang besar bagi simpan pinjam guna permodalan
aktivitas ekonomi lokal, dan agar dengan mekanisme sistem syari'ah
efek sebar ekonomi ini besar, atau bagi hasil. Dengan berdirinya
keberadaan non-base sector (seperti BUMDes, masalah permodalan
sektor jasa, trade and restaurant, yang kerap menjadi permasalahan
serta public utilities ) harus masyarakat dalam pengelolaan
diperbanyak sehingga aliran usaha, dapat diatasi dengan
transaksi ekonomi akibat meminjam kepada BUMDes yang
keberadaan base sektor mampu di luncurkan di setiap kecamatan
meningkatkan pendapatan yang ada di Kabupaten Banjar.
masyarakat/ sektor lainnya Dalam pengelolaannya, BUMDes
ditingkat regional. Dengan berbeda dengan usaha berbasis
demikian, kasus-kasus akibat kerakyatan lainnya, hal tersebut
ketimpangan pendapatan didasari dengan sistem
antarsektor dapat diminimalisir. pengelolaannya langsung dikelola
Untuk mendukung oleh masyarakat dengan koordinasi
ketersediaan non-base sektor pada penuh dari pemerintah kabupaten
ekonomi daerah, penulis sebagai pembuat kebijakan serta
menyarankan pemerintah daerah pihak kecamatan yang bertugas
agar mendorong pemberdayaan sebagai monitoring. Pembentukan
usaha kecil, mikro, dan menengah BUMDes juga adalah langkah
serta koperasi. Memberikan konkrit untuk memberikan sebuah
dukungan dengan penyediaan kepastian usaha bagi pelaku
kredit usaha dengan bunga ringan perekonomian di Kabupaten Banjar
yang terkontrol dan mudah, serta melalui metode penerapan standar
memberikan kemudahan harga terendah, serta dengan adanya
pengurusan perijinan bagi investor BUMDes diharapkan peran kuat
untuk menanamkan modalnya di dari para tengkulak (broker) dapat
daerahnya. diminimalisir (Pemkab Banjar,
Kebijakan untuk 2009).
menggiatkan ekonomi kerakyatan Kebijakan lain yang
dapat dimulai dengan mereplikasi diperlukan adalah penguatan
pembentukan Badan Usaha Milik belanja pembangunan infrastruktur
Desa (BUMDes) seperti yang telah dasar atau belanja modal yang
diterapkan dan berhasil di dipahami untuk membiayai
Kabupaten Banjar, Provinsi kesejahteraan masyarakat dan
Kalimantan Selatan. BUMDes mampu menggerakkan
merupakan sebuah badan usaha perekonomian masyarakat, serta
milik desa di bawah koordinasi dari peningkatan kualitas hidup
pemerintah daerah yang bergerak masyarakat. Dari analisis penulis,
pada usaha yang disesuaikan Penguatan belanja modal ini telah
dengan potensi masyarakat cukup dipahami oleh Pemerintah
setempat, seperti pada sektor Kabupaten/ Kota di Kalimantan
perikanan, pertanian, perkebunan Timur, meskipun masih terdapat
termasuk juga usaha yang bersifat beberapa kabupaten/ kota yang

112 Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

kurang memprioritaskan belanja pribadi penduduk miskin untuk


APBD-nya untuk belanja modal: menangkap kesempatan
1) Data alokasi belanja APBD memperbaiki kesejahteraannya
tahun 2010 memperlihatkan perlu terus digalakkan dengan
Kabupaten Kutai Kartanegara, mengoptimalkan upaya-upaya
pembekalan atas skill dan
Kabupaten Paser, dan Kota
knowledge mereka melalui
Balikpapan mengalokasikan pendidikan dan pelatihan secara
belanja pegawai masih lebih reguler. Tidak berhenti sampai
besar dibandingkan belanja disitu, pemerintah daerah juga perlu
modal, secara rinci dapat membuka dan menghubungkan
diuraikan sebagai berikut: mereka dengan jejaring usaha dan
Belanja pegawai Kabupaten pasar tenaga kerja, sehingga
Kutai Kartanegara mencapai kesempatan mereka untuk
berkembang akan semakin besar.
42.05 % dibandingkan belanja Banyaknya jumlah
modal 37.08%; Kabupaten Paser pengangguran adalah salah satu
mengalokasi belanja pegawai concern utama dari pemerintah
sebesar 40.36% sedangkan daerah, sebab hal ini secara
belanja modal hanya mencapai langsung mencerminkan
32.61%; dan Kota Balikpapan kemakmuran dan kinerja ekonomi
memberikan porsi belanja suatu daerah. Disamping itu, juga
menunjukkan kondisi ketersediaan
pegawainya sebesar 33.23 %
kesempatan kerja dan tingkat daya
sedangkan untuk belanja modal serap angkatan kerja produktifnya.
sebesar 25.69%. Kebijakan yang diperlukan untuk
2) Adapun Kabupaten/ Kota menekan jumlah pengangguran
lainnya lebih memilih untuk adalah dengan menahan tenaga
memprioritaskan belanja modal kerja produktif untuk tetap
yang dimiliki dibandingkan bersekolah/melanjutkan
belanja pegawai. pendidikannya ke jenjang yang
lebih tinggi, sehingga mereka
mampu meningkatkan skill dan
b) Pengurangan Angka Kemiskinan kompetensinya, juga ini akan
dan Pengangguran mendorong terjadinya peningkatan
Tugas penting pemerintah kualitas sumberdaya manusia (skill
daerah adalah bagaimana agar dapat labor). Kebijakan lain yang dapat
mendorong penduduk miskin untuk dilakukan adalah membuka secara
meningkatkan kualitas kehidupan luas pengembangan sektor
mereka. Hal ini penting pertanian (sektor yang padat karya)
dikarenakan kemiskinan juga pada lokasi-lokasi yang kompetitif.
terjadi akibat kurangnya kesadaran Kebijakan lain yang masih
individu untuk memperbaiki taraf perlu terus dikelola adalah
hidupnya dan keluarganya. Dengan pembukaan lapangan kerja baru
demikian, meningkatkan kapasitas bekerjasama dengan sektor swasta,

Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012 113


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

dan juga menyadarkan masyarakat terhadap database kemiskinan dan


untuk mengembangkan usaha daerah tertinggal yang ada dengan
sendiri sebagai entrepreneurs dalam turut mempertimbangkan tingkat
bentuk ekonomi kerakyatan/ kerawanan sosial daerah-daerah
kreatif. Pemerintah daerah juga tersebut, untuk selanjutnya
perlu menyediakan jaringan kredit dilakukan pemilihan desa/
usaha untuk masyarakat yang ingin kelurahan yang layak untuk
membuka atau mengembangkan dimasukkan dalam program ini.
usaha mereka dengan tingkat bunga Terhadap desa/ kelurahan tertinggal
kredit yang rendah. Adapun percontohan yang dipilih
benchmark yang bisa diterapkan di selanjutnya dilakukan pemetaan
Provinsi Kalimantan Timur adalah potensi masing-masing desa/
Program Mamangun Mahaga kelurahan tertinggal percontohan
Lewu2 yang telah dicanangkan di tersebut untuk dikembangkan dan
Provinsi Kalimantan Tengah sejak dilakukan perencanaan program/
tahun 2008. Program ini membawa kegiatan yang sesuai dengan
semangat untuk menumbuhkan kebutuhan desa/ kelurahan tersebut
ekonomi wilayah pedesaan dan (Pemprov Kalteng, 2008).
tertinggal, mengurangi Upaya benchmarking
pengangguran, serta menurunkan terhadap daerah yang telah
angka kemiskinan melalui integrasi menunjukkan keberhasilan dalam
program dan kegiatan yang bidang tertentu perlu dilakukan. Hal
terencana, sinergis, terfokus, serta ini bukan dimaksudkan untuk
berkelanjutan. Program ini tidak membudayakan kebiasaan meniru,
membutuhkan pembentukan namun semata-mata demi
instansi/ unit khusus yang mempercepat proses perubahan dan
menanganinya, tidak membutuhkan kemajuan bagi suatu daerah/
program/ kegiatan dan pendanaan instansi yang bersangkutan. Dengan
baru, dan juga tidak adanya identifikasi dan diseminasi
mengembangkan model baru best practice, diharapkan akan
maupun mengadopsi model dicapai kegunaannya paling tidak
tertentu, karena pendekatan utama mencakup 3 dimensi (BKD
yang dilakukan adalah Tarakan, 2007) :
mensinergikan dan memfokuskan 1) U n t u k m e m o t i v a s i d a n
seluruh sumber daya yang ada mengapresiasi para pejabat dan
(program, kegiatan, dan pendanaan) anggota masyarakat di daerah
pada desa tertinggal percontohan
yang bersangkutan untuk
yang dipilih. Program Mamangun
Mahaga Lewu dijalankan dengan mengimplementasikan best
terlebih dahulu melakukan analisis practice yang telah dihasilkan

2
Program Mamangun Mahaga Lewu yang dikembangkan dengan sukses di Provinsi Kalimantan Tengah ini telah
menjadi benchmark bagi percepatan pembangunan daerah tertinggal secara nasional (Bappenas mencatatkan
terdapat 183 kabupaten di Indonesia yang diklasifikasikan sebagai daerah tertinggal pada akhir 2009), dan sebagai
salah satu best practice kepemerintahan daerah, Program Mamangun Mahaga Lewu ini juga telah berhasil
mendapatkan penghargaan “Meretas Ketertinggalan Award” dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

114 Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

serta untuk menggali dan untuk menerapkan pola hidup


mengembangkan best practice bersih dan sehat (PHBS) kepada
lainnya; masyarakat, serta kemudahan
2) U n t u k m e m b a n g k i t k a n memperoleh layanan kesehatan dan
obat-obatan secara murah/ gratis
semangat berkompetisi daerah
dan cepat. Adapun upaya
atau instansi lainnya untuk peningkatan pendapatan
melakukan hal yang sama; masyarakat dapat dicapai dengan
3) Untuk mengakselerasi kinerja meningkatkan kinerja ekonomi
pemerintah daerah dalam bidang (investasi) serta kesempatan
pembangunan dan pelayanan berusaha dan bekerja bagi
masyarakat, sehingga diharapkan
c) P e n i n g k a t a n N i l a i I n d e k s mampu meningkatkan pendapatan
Pembangunan Manusia (IPM) masyarakat dan berujung pada
Langkah kebijakan yang peningkatan daya beli masyarakat.
dapat ditempuh oleh pemerintah
daerah dalam meningkatkan 8. Kinerja dan Kualitas Aparatur
Pemerintah Daerah dalam
pencapaian nilai IPM adalah dengan
Pembangunan Daerah: Sebuah
melakukan penguatan pada
komponen-komponen yang masih Refleksi
Keberhasilan pencapaian
lemah, seperti disektor pendidikan,
kebijakan pertumbuhan ekonomi,
yaitu dengan mendata jumlah dan
potensi anak putus sekolah atau pengurangan kemiskinan dan
pengangguran, dan peningkatan
tidak bersekolah, memperbaiki dan
kualitas sumberdaya manusia sesuai
melengkapi sarana dan prasarana
dengan target yang telah disusun,
pendidikan, menjamin kemudahan
sangat tergantung pada kemampuan
akses pendidikan bagi seluruh
lapisan masyarakat, rasionalisasi aparatur pelaksananya (implementor
kebijakan). Aparatur pemerintah
tenaga pengajar dan pendistribusian
daerah sebagai garda terdepan yang
yang merata bagi tenaga guru.
Mengintensifkan peningkatan berhubungan langsung dengan
masyarakat dan dunia usaha,
kemampuan dan kualitas guru, serta
memegang peran utama dalam
pemberian bantuan pendidikan/
meyakinkan dan menggerakkan
beasiswa bagi siswa berprestasi dan
komponen tersebut sesuai arah
siswa tidak mampu.
Peningkatan disektor kebijakan publik yang telah disusun.
Oleh karenanya, meningkatkan kinerja
kesehatan dapat ditempuh melalui,
dan mutu aparatur pemerintah daerah
pembangunan infrastruktur
kesehatan hingga di kawasan sebagai pelayan masyarakat yang
mampu mengatasi permasalahan dan
pedalaman, melengkapi fasilitas
mengelola potensi secara profesional
dan sarana penunjang kesehatan,
serta menciptakan aparatur yang bersih
pemenuhan tenaga medis dan
dan berwibawa melalui prinsip good
paramedis disetiap puskesmas,
melaksanakan upaya penyadaran governance mutlak diperlukan.

Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012 115


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

Berbasis kompetensi Peningkatan capacity building


(competence based) sebagai strategi aparatur pemerintah sebagai langkah
mewujudkan keberhasilan pengelolaan invest in people dan invest in
aparatur permerintah tersebut organization sangat diperlukan guna
ditunjang dengan peningkatan melahirkan aparatur-aparatur yang
profesionalisme dan disiplin PNS berkinerja tinggi dan kompeten dalam
sebagai salah satu unsur birokrasi, mendukung upaya peningkatan
sehingga dalam menjalankan tugas dan kesejehteraan masyarakat dan
fungsinya PNS dapat memberikan pembangunan daerah. Ingraham dan
pelayanan terbaik kepada masyarakat Donahue (2000) menyatakan,
dan lebih meningkatkan produktifitas “government with more management
kerjanya. Optimalisasi manajemen capacity have the ability to perform
kepegawaian berbasis kompetensi juga better than governments with less
akan mendorong birokrasi management capacity, all else being
pemerintahan yang netral dan solid, equal”
karena birokrasi pemerintahan dalam Oleh karenanya, dalam
menjalankan tugas pemerintahan dan peningkatan kapasitas organisasi dan
pembangunan tidak dibatasi waktu aparatur perlu mencermati 4 komponen
(longterm) serta dalam melakukan peningkatan kapasitas berikut (Acosta,
pelayanan terhadap masyarakat tidak 1991) dalam presentasi Utomo (2010)
boleh terjadi diskriminasi perlakuan. meliputi:
Masih banyaknya kasus KKN, 1) A d m i n i s t r a t i v e system
pungutan liar, kinerja yang sering improvement, resulting in more
menunda juga membutuhkan flexible, responsive organizational
akselerasi perubahan. Siagian dalam structure, devolved resources, and
Juwari (2010) menunjukkan perilaku- efficient system and procedures.
perilaku street level bureaucracy 2) Developing staff competencies,
(petugas yang berhadapan langsung upgrading the knowledge and skills
dengan masyarakat) yang of managerial and technical
“menjengkelkan”, diantaranya: manpower.
1) Memperlambat proses pemberian 3) More effective goal-setting,
ijin creating an organizational culture
2) Mencari berbagai dalih, seperti that facilitates the interaction of
various sectors in the community,
ketidaklengkapan dokumen
the political leadership and the
pendukung, keterlambatan local bureaucracy in goal setting
pengajuan permohonan, dan dalih and attainment; and.
lain yang sejenis 4) Internalizing public accountability,
3) Alasan kesibukan melaksanakan inculcating among the local
tugas lain political leadership and the
4) Sulit dihubungi b u re a u c r a c y t h e v a l u e o f
committed, competent, responsive,
5) Senantiasa memperlambat dengan
and responsible public service.
menggunakan kata-kata “sedang
diproses”

116 Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

Sosok aparatur masa depan ekonomi daerah; ditinjau dari


penampilannya harus profesional pertumbuhan PDRB, peringkat
sekaligus taat hukum, rasional, tertinggi diraih oleh Kabupaten Paser
inovatif, memiliki integritas yang dan Kabupaten Malinau. Ditinjau dari
tinggi serta menjunjung tinggi etika pertumbuhan PDRB Perkapita,
administrasi publik dalam memberikan peringkat tertinggi diraih oleh Kota
pelayanan kepada masyarakat. Balikpapan dan Kabupaten Paser. (2)
Peningkatan profesionalisme aparatur kebijakan yang berorientasi pada
harus ditunjang dengan integritas yang lingkungan sosial; ditinjau dari capaian
tinggi, dengan mengupayakan persentase penduduk miskin yang
terlembagakannya karakteristik rendah, dicapai oleh Kota Balikpapan
sebagai berikut: (a) mempunyai dan Kota Samarinda. Sedangkan dari
komitmen yang tinggi terhadap persentase tingkat pengangguran
perjuangan mencapai cita-cita dan terbuka terendah diperoleh oleh
tujuan bernegara, (b) memiliki Kabupaten Malinau dan Kabupaten
kompetensi yang dipersyaratkan dalam Paser. (3) kebijakan yang berorientasi
mengemban tugas pengelolaan pada peningkatan kualitas sumberdaya
pelayanan dan kebijakan publik, (c) manusia, ditinjau dari peringkat IPM
berkemamapuan melaksanakan tugas yang diperoleh, keempat Kota di
dengan terampil, kreatif, dan inovatif, Provinsi Kalimantan Timur menduduki
(d) disiplin dalam bekerja berdasarkan peringkat tertinggi yaitu, Kota
sifat dan etika profesional, (e) memiliki Balikpapan, Kota Samarinda, Kota
daya tanggap dan sikap bertanggung B o n t a n g , d a n K o t a Ta r a k a n .
gugat (akuntabilitas), (f) memiliki Berdasarkan hasil tersebut di atas,
derajat otonomi yang penuh rasa secara rata-rata dapat disimpulkan
tanggung jawab dalam membuat dan bahwa daerah yang memiliki kinerja
melaksanakan berbagai keputusan pro-growth, pro-poor, dan pro-human
sesuai kewenangan, dan (g) development terbaik di Provinsi
memaksimalkan efisiensi, kualitas, dan Kalimantan Timur adalah Kota
produktivitas (Mustopadidjaja, 2001) Balikpapan dan Kabupaten Paser.
Dari hasil analisis peringkat
9. Penutup tersebut, dapat diketahui bahwa tiap
Penerapan kebijakan Kabupaten/ Kota memiliki keunggulan
pembangunan yang pro-growth, pro- masing-masing pada dimensi
poor, dan pro-human development kebijakan tertentu. Dengan demikian,
adalah dimensi sosial-ekonomi yang upaya benchmarking atau replikasi
u rg e n t u n t u k d i a r a h k a n p a d a kebijakan antar Kabupaten/ Kota yang
pencapaian kesejahteraan masyarakat berhasil pada suatu dimensi sangat
yang lebih baik. Berdasarkan hasil diperlukan, agar dapat semakin
analisis peringkat yang dilakukan, mengoptimalkan pembangunan daerah
dapat diambil kesimpulan penilaian dan kesejahteraan masyarakat,
per-dimensi kebijakan pembangunan disamping juga dapat memacu
di wilayah Provinsi Kalimantan Timur, keberhasilan pembangunan secara
yaitu (1) kebijakan yang berorientasi kewilayahan/ regional Kalimantan
pada peningkatan pertumbuhan Timur secara agregat.

Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012 117


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

DAFTAR PUSTAKA Artikel dalam Buku Reformasi


Aparatur Negara ditinjau
BPS, 2011. Kalimantan Timur Dalam kembali (Bab 20). Penerbit
Angka 2010. BPS Provinsi Gava Media. Yogyakarta
Kalimantan Timur. Samarinda Mehmood and Sadiq, 2010. The
Badan Kepegawaian Daerah Kota Relationship between
Tarakan, 2007. Membangun Government Expenditure and
Sistem Informasi Manajemen Poverty: A Co integration
Kepegawaian (SIMPEG) Analysis. Romanian Journal of
Secara Mandiri : Dokumentasi Fiscal Policy
Best Practice di BKD Kota Mustopadidjaja, 2001. Reformasi
Tarakan. BKD, Tarakan Birokrasi, Perwujudan Good
Dye, T.R., 1992. Understanding Public Governance, Dan
Policy. Englewood Cliffs, N.J: Pembangunan Masyarakat
Prentice Hall Madani . Makalah
Fauzi, Gamawan., 2011. Pelaporan Disampaikan Pada Silaknas
Keuangan Pemda Tidak ICMI 2001, Bertema”
Efisien . Diunduh dari Mobilitas Sumber Daya Untuk
www.kompas.com pada Rabu, Pemberdayaan Masyarakat
9 November 2011 Madani Dan Percepatan
Gazi, Mainul Hassan. 2007. Public Perwujudan Good
Expenditure, Employment, and Governance”
Poverty in Bangladesh: An Pemerintah Kabupaten Banjar, 2009.
Empirical Analysis. North Badan Usaha Milik Desa
South University (BUMDes). Available on
Hall, Jeremy., 2007. Informing State www.banjarkab.go.id., diakses
Economic Development Policy tanggal 15 Agustus 2009
in the New Economy: A Pemerintah Provinsi Kalimantan
Theoretical Foundation and Tengah, 2008. Mamangun
Empirical Examination of Mahaga Lewu: Terobosan
State Innovation in the United Kalimantan Tengah. Available
States. Article in Public on www.kalteng.go.id., diakses
Administration Review, July- tanggal 20 Februari 2008
A u g u s t 2 0 0 7 . G S PA , Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010
University of Colorado. tentang Rencana
Denver Pembangunan Jangka
Ingraham and Donahue, 2000. Menengah Tahun 2010-2014
Dissecting the Black Box Purwanto, Erwan Agus., 2010. Subsidi
Revisited In Governance and Sebagai Instrument Kebijakan
Performance: New Public: Dilemma Antara
Perspectives. Georgetown Rasionalitas Ekonomi Versus
University Press. Washington, Viabilitas Politik. Artikel
DC dalam Buku Reformasi
Juwari, Ahmad., 2010. Pembangunan Aparatur Negara ditinjau
dan Birokrasi Biaya Tinggi.

118 Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012


EVALUASI KINERJA KEBIJAKAN “PRO-GROWTH, PRO-POOR, AND PRO-HUMAN
DEVELOPMENT” DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rustan A.

kembali (Bab 15). Penerbit pada Batam Pos, 16 Januari


Gava Media. Yogyakarta 2007
Ta m b u n a n , Tu l u s . , 2 0 0 1 . Utomo, Tri Widodo W., 2010. Public
Perekonomian Indonesia : Service Capacity Building:
Teori dan Temuan Empiris. From Capacity to Excellence.
Penerbit Ghalia Indonesia. Presentasi disampaikan pada
Jakarta workshop Capacity Building
Tarigan, Robinson., 2005. Ekonomi for Improving Performance of
Regional : Teori dan Aplikasi. Public Service” di Banjarbaru,
Penerbit PT. Bumi Aksara. 22 Juni 2010
Jakarta Yayasan Indonesia forum, 2000. Aspek
Teddy lesmana, 2007. Defisit Tata Financial Otonomi Daerah.
Kelola Yang Baik (Good Laporan Kajian di Delapan
Governance Deficit). Artkel Provinsi. Jakarta

Jurnal Borneo Administrator | Volume 8 | No. 1 | 2012 119

You might also like