Professional Documents
Culture Documents
PALU
Analysis Of Determining Growth Centers In West Palu District, Palu City
Muhammad Rizaldy Putra1), Supriadi Takwim2)
1) Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik
2) Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik
3) Jl. Soekarno-Hatta Km 9, Tondo-Palu 94118, Sulawesi Tengah. Telp. 0451-429738
e-mail: mrizaldyputra303@gmail.com
ABSTRACK
Muhammad Rizaldy Putra (F231 17 114) with the thesis title "Analysis of the Determination of Post-Disaster New
Growth Centers in West Palu District, Palu City" who was supervised by Mr. Supriadi Takwim.
West Palu Sub-district is one of the sub-districts that suffered damage as a result of the natural disaster that hit Palu City
in 2018, as a result social and economic activities stopped for a while and the damage to various infrastructure and other obstacles
made the economic wheels in the market paralyzed. Therefore, there needs to be a review of the determination of growth centers
from the urban hierarchy and regional interactions after the September 28, 2018 natural disaster in West Palu District.
The type of research uses a quantitative method with a descriptive approach, the analysis method used is gravity analysis
used to determine the attractiveness or strength of interaction possessed by an area can be seen from the population and distance
of the two areas and guttman scalogram analysis and centrality index used to identify sub-districts that can be grouped into growth
centers based on available urban facilities.
The results of this study based on the gravity analysis conducted that in 2022, Siranindi Village has the highest
interaction value with Kamonji Village and Ujuna Village. Compared with the results of the Scalogram and Centrality Index
analysis based on 2018 data from 6 villages, the results of the Scalogram and Centrality Index analysis show that the villages in
Hierarchy I are Ujuna Village, Siranindi Village and Lere Village. In Hierarchy II and III there are no villages included in the
classification. In Hierarchy IV there are Baru Village, Kamonji Village and Balaroa Village. By considering all the analysis that
has been done, the one that can be projected to become a new growth center (main) is Ujuna Village.
The results of this study can be taken into consideration for the Government in reorganizing the function of growth
centers in West Palu Sub-district after the September 28, 2018 disaster. In addition, the new growth center should be directed at
efforts to encourage the regional growth process by utilizing its potential so that development is not only enjoyed by the growth
center itself but also by the surrounding areas.
Keywords: New Growth Center, Post-Disaster, West Palu Sub-district
ABSTRAK
Muhammad Rizaldy Putra (F231 17 114) dengan judul skripsi “Analisis Penentuan Pusat Pertumbuhan Baru Pasca
Bencana Di Kecamatan Palu Barat Kota Palu” yang dibimbing oleh Bapak Supriadi Takwim.
Kecamatan Palu Barat merupakan salah satu Kecamatan yang mengalami dampak kerusakan akibat dari bencana alam
yang menimpa Kota Palu pada tahun 2018, akibatnya kegiatan-kegiatan sosial dan ekonomi terhenti untuk beberapa saat serta
rusaknya berbagai infrastruktur dan faktor hambatan lain membuat roda ekonomi di pasar lumpuh. Oleh karena itu, perlu ada
tinjauan kembali mengenai penentuan pusat pertumbuhan dari hierarki perkotaan serta interaksi wilayah pasca bencana alam 28
September 2018 di Kecamatan Palu Barat.
Jenis penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif, Metode analisis yang digunakan yaitu
analisis gravitasi digunakan untuk mengetahui daya tarik atau kekuatan interaksi yang dimiliki oleh suatu daerah dapat dilihat dari
jumlah penduduk dan jarak kedua daerah tersebut dan analisis scalogram guttman dan indeks sentralitas yang digunakan untuk
mengidentifikasi kecamatan-kecamatan yang dapat dikelompokkan menjadi pusat pertumbuhan berdasarkan pada fasilitas
perkotaan yang tersedia.
Hasil penelitian ini berdasarkan analisis gravitasi yang dilakukan bahwa tahun 2022, Kelurahan Siranindi memiliki nilai
interaksi paling tinggi dengan Kelurahan Kamonji dan Kelurahann Ujuna. Dibandingkan dengan hasil analisis Skalogram dan
Indeks Sentralitas berdasarkan data tahun 2018 dari 6 Kelurahan dengan hasil analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas
dihasilkan bahwa Kelurahan yang berada pada Hierarki I ialah Kelurahan Ujuna, Kelurahan Siranindi dan Kelurahan Lere. Pada
Hierarki II dan III Tidak terdapat Kelurahan yang masuk Klasifikasi. Pada Hierarki IV terdapat Kelurahan Baru, Kelurahan
Kamonji dan Kelurahan Balaroa. Dengan mempertimbangkan seluruh analisis yang telah dilakukan, yang bisa diproyeksikan
untuk dijadikan pusat pertumbuhan baru (utama) ialah Kelurahan Ujuna.
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah dalam menata kembali fungsi pusat pertumbuhan
di Kecamatan Palu Barat pasca bencana 28 September 2018. Selain itu, pusat pertumbuhan baru sebaiknya diarahkan pada upaya
mendorong proses pertumbuhan daerah dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga pembangunan tidak hanya
dinikmati oleh pusat pertumbuhan itu sendiri tetapi juga dapat dinikmati oleh daerah sekitarnya.
Kata Kunci : Pusat Pertumbuhan Baru, Pasca Bencana, Kecamatan Palu Barat
PENDAHULUAN Peningkatan terjadi pada tahun 2018-
2019 dimana pada tahun 2018 jumlah
Pusat Pertumbuhan tidak muncul di
penduduk Kecamatan Palu Barat berjumlah
berbagai daerah dalam waktu bersamaan.
51.384 jiwa, pada tahun 2019 terdapat 64.196
Pusat Pertumbuhan akan muncul pada kutub –
jiwa. Selanjutnya mengalami penurunan
kutub pertumbuhan dengan waktu yang
jumlah penduduk pada tahun 2020-2022, pada
berbeda dan dengan akibat yang berbeda pula.
tahun 2020 terdapat 46.435 jiwa, untuk tahun
Pusat Pertumbuhan mempunyai dua arti yang
2021 terdapat 49.279 jiwa, kemudian pada
berbeda. Pusat Pertumbuhan Fungsional dapat
tahun 2022 terdapat 44.495 jiwa (Kecamatan
diartikan sebagai suatu lokasi dengan
Palu Barat Dalam Angka Tahun 2018 – 2022).
konsentrasi berbagai kelompok usaha. Pusat
Salah satu akibat dari penurunan jumlah
Pertumbuhan mempunyai unsur – unsur
penduduk diakibatkan oleh dampak bencana
kedinamisan sehingga memberikan efek
alam gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang
terhadap kehidupan ekonomi baik dari dalam
terjadi pada tanggal 28 September 2018.
ataupun memberikan dampak keluar.
Bukan hanya korban jiwa tetapi juga
Guna mewujudkan struktur ruang
kerusakan dan kerugian yang dirasakan
yang mencakup fungsi pelayanan internal
efeknya bagi suatu wilayah di mana tempat
perkotaan dan eksternal wilayah sekitarnya,
terjadinya musibah gempa bumi tersebut
perlu dirumuskan prinsip – prinsip umum
mengakibatkan dampak sosial serta ekonomi.
pengelolaan perkotaan sehingga dapat
Kecamatan Palu Barat merupakan
membantu penyusunan pusat – pusat
salah satu yang mengalami dampak kerusakan
pertumbuhan baru. Adanya wilayah dan
dari bencana tersebut, hal ini dikarenakan
penduduk yang merupakan komponen penting
Kecamatan Palu Barat berbatasan dengan
dari suatu kota tersebut tentunya harus
Teluk Palu yang terdapat jalur sesar aktif yaitu
didukung oleh pusat-pusat pertumbuhan. Pusat
sesar Palu Koro dan pada gempa tersebut
pertumbuhan digunakan untuk menggerakan
terjadi maka terjadi pula bencana tsunami dan
dan memacu Pembangunan. Secara geografis,
bencana likuifaksi menerjang kecamatan
pusat pertumbuhan merupakan suatu tempat
tersebut diwaktu yang bersamaan. Hal ini,
yang memiliki banyak fasilitas dan kemudahan
menimbulkan peristiwa buruk yang akhirnya
(aksesibilitas) yang memadai sehingga
menurunkan tingkat kesejahteraan ekonomi
menjadi pusat daya Tarik (pole of attraction)
masyarakat. Penentuan pusat pertumbuhan
dan menyebabkan berbagai usaha tertarik
akan mendorong pemerataan fasilitas
menempatkan usahanya pada lokasi tersebut
pelayanan di Kecamatan Palu Barat dan akan
dan masyarakat senang memanfaatkan fasilitas
memberikan peluang untuk mempu
yang ada di lokasi tersebut.
memberikan pelayanan serta menyebarkan
Kota Palu berada pada kawasan
efek yang menguntungkan bagi wilayah
dataran lembah Palu dan Teluk Palu. Luas
disekitarnya dan mereduksi kemungkinan
wilayah Kota Palu, adalah 395,06 km² yang
dampak atau pengaruh negatif yang akan
berada pada kawasan dataran lembah Palu dan
ditimbulkan sehingga tercipta keseimbangan
teluk Palu. Kota Palu terdiri dari 8 Kecamatan,
lingkungan yang nyaman bagi manusia dan
Kota Palu merupakan ibu kota dari Provinsi
makhluk hidup lain yang termasuk
Sulawesi Tengah yang mengalami
didalamnnya.
pertumbuhan penduduk dengan kategori
sedang, dimana tercatat pada Buku Badan LOKASI PENELITIAN
Pusat Statistik Kota Palu dalam kurun waktu 5
Lokasi penelitian yang dipilih adalah
tahun terakhir yaitu tahun 2018-2022
Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Provinsi
mengalami peningkatan dan penurunan jumlah
Sulawesi Tengah. Luas daratan Kecamatan
penduduk yang tersebar di enam kelurahan.
Palu Barat adalah 8,28 km² dan Kecamatan
Palu Barat terletak di sebelah barat Kota Palu.
Kecamatan Palu Barat memiliki 6 kelurahan
VARIABEL PENELITIAN
yaitu Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru,
Kelurahan Siranindi, Kelurahan Kamonji, Variabel penelitian dapat dirumuskan
Kelurahan Balaroa dan Kelurahan Lere. sebagai satu atribut adu sifat atau nilai berupa
Adapun peta administrasi dari Kecamatan Palu orang, objek atau kegiatan yang mempunyai
Barat dapat dilihat dibawah ini : variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik
Gambar 1. Lokasi Penelitian
kesimpulan. Adapun variabel penelitian yang
akan digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel dibawah:
Tabel 3. Variabel Penelitian
Metode
No Variabel Indikator
Analisis
Jumlah Skalogram
Hierarki Penduduk Guttman &
1
Perkotaan Jumlah Indeks
Sarana Sentralitas
(Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038,
Jumlah
Modifikasi Peneliti, 2023).
Interaksi Penduduk Analisis
METODE PENELITIAN 2
Wilayah Jarak Antar Gravitasi
Jenis penelitian menggunakan metode
Wilayah
penelitian kuantitatif dengan pendekatan
deskriptif. Penelitian kuantitatif adalah metode (Sumber : Analisis Penulis 2023).
penelitian yang menggunakan proses data –
data yang berupa angka sebagai alat TEKNIK ANALISIS
menganalisis dan melakukan kajian penelitian, 1. Analisis Gravitasi
terutama mengenai apa yang sudah diteliti Teknik untuk mengukur daya tarik yang
(Kasiram, 2008). dimiliki oleh suatu daerah atau besarnya
Jenis data dan sumber kebutuhan data interaksi antar daerah dapat dilakukan dengan
yang akan dilakukan dalam penelitian ini analisis gravitasi.
menggunakan jenis data yang bersumber dari Analisis gravitasi dilandaskan pada asumsi
data primer maupun data sekunder, Adapun bahwa interaksi antara dua pusat mempunyai
data primer yang akan diambil dengan hubungan proporsional langsung dengan
menggunakan metode observasi ke lokasi studi “massa” dari pusat-pusat bersangkutan dan
dan wawancara kepihak terkait, data sekunder mempunyai hubungan proporsional terbalik
Bersumber dari dinas-dinas terkait seperti dengan “jarak” antara pusat-pusat tersebut.
Kantor Kecamatan Palu Barat dan BPS Kota Variabel-variabel yang digunakan untuk
Palu. Adapun data-data tersebut meliputi data mengukur “massa” dan “jarak” adalah
fasilitas-fasilitas (ekonomi, sosial, dan tergantung pada persoalan yang hendak
pemerintahan), data-data meliputi data jumlah dicapai dan ketersediaan data. Variabel yang
penduduk, jarak antar kecamatan, dan peta dapat mewakili “massa” antara lain; penduduk,
wilayah administrasi. kesempatan kerja, pendapatan, pengeluaran,
sementara variabel yang dapat mewakili
“jarak” dinyatakan dalam ukuran phisik,
waktu, harga dan lain-lain (Glasson dalam 2. Analisis Skalogram Guttman dan
Paul Sitohang;1990). Pada perkembangannya Indeks Sentralitas
variabel yang sering digunakan untuk
Salah satu metode penentuan tingkat
mengetahui daya tarik atau kekuatan interaksi
perkembangan wilayah, yaitu dengan
yang dimiliki oleh suatu daerah dapat dilihat
menggunakan analisis hirarki wilayah (analisis
dari jumlah penduduk dan jarak kedua daerah
skalogram) yang didasarkan pada ketersediaan
tersebut.
sarana dan prasarana wilayah menurut jumlah
Rumus gravitasi yang pada umumnya
dan jenis unitnya. Metode skalogram ini bisa
digunakan yaitu (Tarigan, 2010. 105): Rumus
digunakan dengan menuliskan jumlah fasilitas
gravitasi tersebut dapat disederhanakan
yang dimiliki oleh setiap wilayah, atau
menjadi (Daldjoeni dalam Ermawati,2010:51)
menuliskan ada/tidaknya fasilitas tersebut di
suatu wilayah tanpa memperhatikan
PiPj
Iij=K jumlah/kuantitasnya. Dalam metode
d ij
skalogram, seluruh fasilitas umum yang
dimiliki oleh setiap unit wilayah didata dan
Rumus gravitasi tersebut dapat disusun dalam satu tabel.
disederhanakan menjadi (Daldjoeni dalam Tujuan digunakannya analisis
Ermawati,2010:51): skalogram adalah untuk mengidentifikasi
kecamatan-kecamatan yang dapat
P1 x P2 dikelompokkan menjadi pusat-pusat
I=
d2 pertumbuhan berdasarkan pada fasilitas
perkotaan yang tersedia.
Keterangan : Analisis klasifikasi kota
dikelompokkan berdasarkan pada tiga
I = besarnya interaksi antara komponen fasilitas utama, yaitu:
koTa/wilayah A dan B Analisis skalogram yang digunakan
P1 = jumlah penduduk kota/wilayah I dalam penelitian ini adalah dengan metode
(ribuan jiwa) menuliskan ada atau tidaknya fasilitas
(fasilitas sosial, ekonomi dan pemerintahan) di
P2 = jumlah penduduk kota/wilayah j suatu wilayah, yaitu dengan mengisikan angka
(ribuan jiwa) 1 bila fasilitas tersebut terdapat pada suatu
wilayah dan mengisikan angka 0 bila fasilitas
d ij = jarak antara daerah i dan j (Km) tersebut tidak terdapat di suatu wilayah.
Selajutnya analisis skalogram ini dapat
k = bilangan konstanta berdasarkan
dikembangkan untuk menentukan indeks
pengalaman
sentralitas terbobot. Indeks sentralitas ini tidak
b = pangkat dari d ij yang sering hanya berdasarkan jumlah fungsi atau fasilitas
pelayanan yang ada pada suatu wilayah, tetapi
digunakan adalah b = 2
juga berdasarkan frekuensi keberadaan fungsi
Semakin besar angka interaksi yang atau fasilitas tersebut pada wilayah yang
diperoleh oleh suatu wilayah maka semakin ditinjau.
erat hubungan wilayah tersebut dengan daerah Pada baris terakhir (nilai bobot),
lainnya. Dalam hal ini berarti semakin dihitung nilai bobot yang berdasarkan pada
potensial daerah tersebut untuk berkembang nilai total sentralitas dibagi dengan jumlah
karena keterkaitan antar kegiatan ekonominya fungsi masing-masing kolom. Rumus Indeks
erat. sentralitas (Rondinelli dalam Dyah 2008):
C = t/T
Dimana: tinggi, yang menunjukkan potensi sebagai
C = Bobot Fungsi pusat pertumbuhan yang menonjol.
t = nilai sentralitas total, yaitu 100 Berikut ini merupakan tabel hasil
T = Jumlah total fungsi hierarki pelayanan berdasarkan perhitungan
Indeks sentralitas (IS =ƩC) analisis skalogram guttman pada Kecamatan
Angka nilai bobot ini menunjukkan Palu Barat :
bahwa semakin tinggi frekuensi keberadaan Tabel 10. Hasil Analisis Skalogram
suatu fungsi, akan semakin kecil nilai Guttman Tahun 2018
bobotnya, sebaliknya semakin rendah Penduduk Jumlah
N
frekuensi keberadaan suatu fungsi, semakin Kelurahan tahun Jenis Orde
tinggi nilai bobotnya. o
2018 Fasilitas
Analisis skalogram dan indeks
sentralitas ini dapat menunjukkan bahwa 1 Ujuna 10837 12 1
wilayah yang merupakan hirarki tinggi adalah 2 Baru 6632 7 4
kecamatan yang memiliki jumlah jenis 3 Siranindi 8494 11 2
fungsi/fasilitas dan nilai indeks sentralitas
4 Kamonji 10101 8 4
yang tinggi atau kecamatan tersebut dapat
dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan 5 Balaroa 14555 8 4
ekonomii, sedangkan wilayah-wilayah yang 6 Lere 11674 11 2
merupakan hirarki paling rendah ditentukan
(Sumber : Hasil analisis peneliti, Data Olahan
oleh semakin sedikitnya jumlah jenis
fungsi/fasilitas dan nilai indeks sentralitas 2018)
yang rendah pula. b. .Analisis Skalogram Tahun 2022
= 3.567 atau 4
4 Kamonji 230 164.11 4
5 Balaroa 134 112.54 4
6 Lere 198 485.33 1
Jumlah orde 4 (Sumber : Hasil analisis peneliti, Data Olahan
8-2 2022).
Range =
4 Berdasarkan hasil analisis di atas,
= 1,5 kelurahan yang masuk Hierarki I ialah
Kelurahan Ujuna dan Kelurahan Lere . Pada
Berdasarkan hasil analisis di atas, Hierarki II Kelurahan Siranindi. Pada Hirarki
kelurahan yang masuk Hierarki I ialah III tidak ditempati satupun oleh kelurahan di
Kelurahan Ujuna ,Kelurahan Siranindi dan Kecamatan Palu Barat. pada Hierarki IV
Kelurahan Lere. Pada Hierarki II dan III Tidak ditempati oleh 3 kelurahan yaitu Kelurahan
terdapat kelurahan yang masuk Klasifikasi . Kamonji, Kelurahan Balaroa dan Kelurahan
Pada Hierarki IV terdapat Kelurahan Baru, Baru.
Kelurahan Kamonji dan Kelurahan Balaroa. Berikut hasil gabungan dari analisis
Hal ini menunjukkan Kelurahan Ujuna , diatas yang didasarkan pada ketersediaan
Kelurahan Siranindi dan Kelurahan Lere fasilitas pada kelurahan di Kecamatan Palu
merupakan wilayah yang menarik bagi Barat, baik dari keberagaman dan frekuensi
penduduk untuk melakukan aktivitas di fasilitas.
wilayah tersebut karna tersedianya berbagai
fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan. Tabel 23. Hierarki Kelurahan di
Kecamatan Palu Barat berdasarkan
b. Analisis Indeks Sentralitas Tahun 2022
Analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas (Sumber : Revisi RTRW Kota Palu 2018-2038,
Tahun 2022 Modifikasi Peneliti,2023).
Indeks Hierarki
N Kelura Skalog Sk C. Analisis Gravitasi
Sentra Keseluruha
o han ram or a. Analisis Gravitasi 2018
litas n
Didapatkan hasil interaksi di setiap
1 Ujuna 1 1 8 I kelurahan dengan wilayah belakangnya
2 Baru 4 4 2 IV (Hinterland) sebagaimana berikut:
a. Kelurahan Ujuna sebagai kelurahan pusat
Sirani
3 pertumbuhan memiliki daerah hinterland
ndi 1 3 6 II yaitu Kelurahan Siranindi, Kelurahan
Kamo Baru, Kelurahan Kamonji, Kelurahan
4
nji 3 4 3 IV Lere, dan Kelurahan Balaroa. Dari ke lima
kelurahan hinterlandnya, Kelurahan
Balaro I
5 Siranindi merupakan daerah yang paling
a 4 4 2 V kuat hubungannya dengan Kelurahan
6 Lere 1 1 8 I Ujuna. Ini terlihat dari nilai interaksinya
(Sumber : Hasil analisis peneliti, Data Olahan yang paling tinggi dari empat kelurahan
lainnya. Sementara itu kelurahan yang
2022).
paling kecil intraksinya adalah Kelurahan
Balaroa.
b. Kelurahan Baru sebagai pusat
Orde 1 orde
= 4=skor1+(3,3*log
Orde pertumbuhan memiliki daerah hinterland
Jumlah n) Range
yaitu Kelurahan Ujuna, Kelurahan
Orde 1 =
Orde II = 3=skor1+(3,3*log ≥ 6.5 - 8
6) Siranindi, Kelurahan Kamonji, Kelurahan
Orde II =
Orde III = 2 skor 3.567 ≥ 4.9 - 6.4 Lere, dan Kelurahan Balaroa. Dari antara
atau 4
= kelurahan hinterlandnya, Kelurahan Baru
Orde IV 1 skor Orde III = ≥ 3.3 - 4.8
Orde4IV = ≥ 1.7 - 3.2 memiliki nilai interaksi yang paling tinggi
Jumlah
= orde dengan Kelurahan Ujuna dan yang paling
rendah adalah Kelurahan Balaroa.
8-2 c. Kelurahan Siranindi sebagai kelurahan
Range = pusat pertumbuhan memiliki daerah
4 hinterland yaitu Kelurahan Kamonji,
= 1,5 Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru,
Kelurahan Balaroa, Kelurahan Lere. Dari
antara kelurahan sebagai daerah
hinterlandnya, Kelurahan Siranindi
memiliki hubungan yang sangat kuat
Gambar 7. Peta Klasifikasi Hierarki
dengan Kelurahan Kamonji. Ini terlihat
Wilayah Kecamatan Palu Barat Tahun
dari nilai interaksinya yang lebih tinggi
2022
dari kelurahan lainnya. Sementara yang
paling rendah hubungannya adalah
kelurahan Lere terlihat dari nilai
interaksinya yang paling rendah. Hal ini
disebabkan oleh jarak antara Kelurahan
Siranindi dengan Kelurahan Kamonji yang
dekat, sementara dengan Kelurahan Lere
membutuhkan jarak yang jauh, sehingga kuat dan merata dengan Kabupaten
mempengaruhi aksebilitasnya. hinterlandnya.
d. Kelurahan Kamonji sebagai kelurahan
pusat pertumbuhan memiliki daerah Tabel 25. Urutan Nilai Interaksi Antar
hinterland yaitu Kelurahan Siranindi, Wilayah Tahun 2018
Kelurahan Balaroa, Kelurahan Baru,
No Antar Wilayah Nilai Interaksi
Kelurahan Ujuna, Kelurahan Lere. Dari
antara kelurahan sebagai daerah Kel. Siranindi-
1
hinterlandnya, Kelurahan Kamonji Kel. Kamonji 108299980.469
memiliki hubungan yang sangat kuat Kel. Ujuna –
dengan Kelurahan Siranindi. Ini terlihat 2
Kel. Siranindi 99510447.385
dari nilai interaksinya yang lebih tinggi
dari kelurahan lainnya. Sementara yang Kel. Baru –
3
paling rendah hubungannya adalah Kel. Ujuna 58794278.151
Kelurahan Lere terlihat dari nilai Kel. Kamonji-
interaksinya yang paling rendah. 4
Kel. Balaroa 57959764.060
e. Kelurahan Balaroa sebagai kelurahan
pusat pertumbuhan memiliki daerah Kel. Baru-
5
hinterland yaitu Kelurahan Kamonji, Kel. Siranindi 50623815.789
Kelurahan Lere, Kelurahan Siranindi, Kel. Baru –
Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru. Dari 6
Kel. Kamonji 47236168.421
antara kelurahan sebagai daerah
hinterlandnya, Kelurahan Balaroa Kel.Ujuna –
7
memiliki hubungan yang sangat kuat Kel.Kamonji 40249832.760
dengan Kelurahan Kamonji. Ini terlihat Kel. Baru –
dari nilai interaksinya yang lebih tinggi 8
Kel. Lere 34946350.708
dari kelurahan lainnya. Sementara yang
paling rendah hubungannya adalah Kel. Kamonji –
9
kelurahan Baru terlihat dari nilai Kel. Lere 34794761.256
interaksinya yang paling rendah. Kel. Balaroa –
f. Kelurahan Lere sebagai kelurahan pusat 10
Kel. Lere 32170325.397
pertumbuhan memiliki daerah hinterland
yaitu Kelurahan Baru, Kelurahan Kel. Lere-
11
Kamonji, Kelurahan Balaroa, Kelurahan Kel. Ujuna 19700946.930
Ujuna, Kelurahan Siranindi. Dari ke lima Kel. Siranindi -
kelurahan hinterlandnya, Kelurahan Baru 12
Kel. Balaroa 18295664.251
merupakan daerah yang paling kuat
hubungannya dengan Kelurahan Lere. Ini Kel.Lere –
13
terlihat dari nilai interaksinya yang paling Kel. Siranindi 17037466.327
tinggi dari empat kelurahan lainnya. Kel. Ujuna –
Sementara itu kelurahan yang paling kecil 14
Kel. Balaroa 16065007.476
intraksinya adalah Kelurahan Siranindi.
Akan tetapi dari antara kelima daerah Kel. Baru –
15
hinterlandnya, terlihat nilai interaksinya Kel. Balaroa 14001615.757
tidak berbeda jauh antara satu dengan (Sumber : Analisis Penulis, Data Olahan 2018).
yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa
Kelurahan Baru memiliki hubungan yang Berdasarkan Tabel (25) bahwa
kelurahan yang mendominasi memiliki nilai
interaksi yang tinggi satu dengan lainnya ialah Ujuna dan yang paling rendah adalah
Kelurahan Siranindi. Kelurahan Siranindi Kelurahan Balaroa .
memiliki nilai interaksi paling tinggi dengan c. Kelurahan Siranindi sebagai kelurahan
Kelurahan Kamonji (108.299.980.469) pusat pertumbuhan memiliki daerah
Kelurahan Ujuna (99.510.447.385) . Hal ini hinterland yaitu Kelurahan Kamonji,
dipengaruhi oleh jarak yang rendah antara Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru,
wilayah-wilayah tersebut, yang Kelurahan Balaroa, Kelurahan Lere. Dari
memungkinkan biaya dan waktu yang antara kelurahan sebagai daerah
dibutuhkan untuk berinteraksi menjadi lebih hinterlandnya, Kelurahan Siranindi
efisien. Selain itu, jumlah populasi di setiap memiliki hubungan yang sangat kuat
wilayah juga berperan penting dalam dengan Kelurahan Kamonji . Ini terlihat
menentukan kekuatan interaksi. Semakin dari nilai interaksinya yang lebih tinggi
tinggi jumlah populasi di antara wilayah- dari kelurahan lainnya. Sementara yang
wilayah tersebut, semakin kuat pula interaksi paling rendah hubungannya adalah
yang terjadi, baik dalam pergerakan manusia, Kelurahan Lere terlihat dari nilai
barang, maupun jasa. Ini artinya, Kelurahan interaksinya yang paling rendah. Hal ini
Siranindi memiliki daya tarik yang paling disebabkan oleh jarak antara Kelurahan
dominan bagi wilayah hinterland lainnya. Siranindi dengan Kelurahan Kamonji
Kemudian disusul dengan Kelurahan Kamonji yang dekat, sementara dengan Kelurahan
dengan Kelurahan Balaroa sebesar Lere membutuhkan jarak yang jauh,
(57.959.764.060). sehingga mempengaruhi aksebilitasnya.
d. Kelurahan Kamonji sebagai kelurahan
b. Analisis Gravitasi Tahun 2022
pusat pertumbuhan memiliki daerah
Didapatkan hasil interaksi di setiap
hinterland yaitu Kelurahan Siranindi,
Kabupaten dengan wilayah belakangnya
Kelurahan Balaroa, Kelurahan Baru,
(Hinterland) sebagaimana berikut:
Kelurahan Ujuna, Kelurahan Lere. Dari
a. Kelurahan Ujuna sebagai kelurahan pusat antara kelurahan sebagai daerah
pertumbuhan memiliki daerah hinterland hinterlandnya, Kelurahan Kamonji
yaitu Kelurahan Siranindi, Kelurahan memiliki hubungan yang sangat kuat
Baru, Kelurahan Kamonji, Kelurahan dengan Kelurahan Siranindi. Ini terlihat
Lere, dan Kelurahan Balaroa . Dari ke dari nilai interaksinya yang lebih tinggi
lima kelurahan hinterlandnya, Kelurahan dari kelurahan lainnya. Sementara yang
Siranindi merupakan daerah yang paling paling rendah hubungannya adalah
kuat hubungannya dengan Kelurahan Kelurahan Lere terlihat dari nilai
Ujuna. Ini terlihat dari nilai interaksinya interaksinya yang paling rendah.
yang paling tinggi dari empat kelurahan e. Kelurahan Balaroa sebagai kelurahan
lainnya. Sementara itu kelurahan yang pusat pertumbuhan memiliki daerah
paling kecil intraksinya adalah Kelurahan hinterland yaitu Kelurahan Kamonji,
Balaroa. Kelurahan Lere, Kelurahan Siranindi,
b. Kelurahan Baru sebagai pusat Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru. Dari
pertumbuhan memiliki daerah hinterland antara kelurahan sebagai daerah
yaitu Kelurahan Ujuna, Kelurahan hinterlandnya, Kelurahan Balaroa
Siranindi, Kelurahan Kamonji , memiliki hubungan yang sangat kuat
Kelurahan Lere, dan Kelurahan Balaroa. dengan Kelurahan Kamonji. Ini terlihat
Dari antara kelurahan hinterlandnya, dari nilai interaksinya yang lebih tinggi
Kelurahan Baru memiliki nilai interaksi dari kelurahan lainnya. Sementara yang
yang paling tinggi dengan Kelurahan paling rendah hubungannya adalah
Kelurahan Baru terlihat dari nilai Nilai
No Antar Wilayah
interaksinya yang paling rendah. Interaksi
f. Kelurahan Lere sebagai kelurahan pusat
30315917.46
pertumbuhan memiliki daerah hinterland 10 Kel. Balaroa - Kel. Lere
0
yaitu Kelurahan Baru, Kelurahan
Kamonji, Kelurahan Balaroa, Kelurahan 17745854.02
11 Kel. Ujuna - Kel. Lere
Ujuna, Kelurahan Siranindi. Dari ke lima 1
kelurahan hinterlandnya, Kelurahan Baru
Kel. Siranindi - Kel. 16190815.38
merupakan daerah yang paling kuat 12
Balaroa 3
hubungannya dengan Kelurahan Lere. Ini
terlihat dari nilai interaksinya yang paling Kel.Lere - Kel. 14859369.15
13
tinggi dari empat kelurahan lainnya. Siranindi 6
Sementara itu kelurahan yang paling kecil Kel. Ujuna - Kel. 14683037.66
intraksinya adalah Kelurahan Siranindi. 14
Balaroa 5
Akan tetapi dari antara kelima daerah
hinterlandnya, terlihat nilai interaksinya 12921742.24
15 Kel. Baru - Kel. Balaroa
tidak berbeda jauh antara satu dengan 3
yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa (Sumber : Analisis Penulis, Data Olahan 2022).
Kelurahan Baru memiliki hubungan yang
kuat dan merata dengan Kabupaten Berdasarkan Tabel (27) bahwa
hinterlandnya. kelurahan yang mendominasi memiliki nilai
Tabel 2.7 Urutan Nilai Interaksi interaksi yang tinggi satu dengan lainnya ialah
Antar Wilayah Tahun 2022 Kelurahan Siranindi. Kelurahan Siranindi
Nilai memiliki nilai interaksi paling tinggi dengan
No Antar Wilayah
Interaksi Kelurahan Kamonji (91.174.687.500) dan
Kel. Siranindi - Kel. 91174687.50 Kelurahann Ujuna (84.175.122.873). Hal ini
1 dipengaruhi oleh jarak yang rendah antara
Kamonji 0
wilayah-wilayah tersebut, yang
Kel. Ujuna - Kel. 84175122.87 memungkinkan biaya dan waktu yang
2
Siranindi 3 dibutuhkan untuk berinteraksi menjadi lebih
Kel. Kamonji - Kel. 52722065.29 efisien. Selain itu, jumlah populasi di setiap
3 wilayah juga berperan penting dalam
Balaroa 5
menentukan kekuatan interaksi. Semakin
51864777.89 tinggi jumlah populasi di antara wilayah-
4 Kel.Ujuna - Kel. Baru
3
wilayah tersebut, semakin kuat pula interaksi
Kel. Baru - Kel. 43239224.37 yang terjadi, baik dalam pergerakan manusia,
5
Siranindi 7 barang, maupun jasa. Ini artinya, Kelurahan
Siranindi memiliki daya tarik yang paling
Kel. Baru - Kel. 41470850.97 dominan bagi wilayah hinterland lainnya.
6
Kamonji 0
Gambar 8. Peta Interaksi Wilayah
Kel.Ujuna - 34996485.05 Kecamatan Palu Barat Tahun 2022
7
Kel.Kamonji 3
31784806.51
8 Kel. Baru - Kel. Lere
9