Professional Documents
Culture Documents
1 (2018)
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika
Fakultas Ilmu Sosial dan llmu Politik, Universitas Serang Raya, Indonesia
Email: ahmadbroer@gmail.com
Abstract
The complexity of the problems faced in the revitalization of Banten Lama cultural sanctuary is the problem
of relocation of street vendors incorporated in the Kerosene Traditionist Association of Surosowan Banten
Lama, the target of development (revitalization) of infrastructure that has not been achieved and the
harmonious cooperation between stakeholders. The purpose of this research is to identify the priority and
strategic issues and to develop the innovative model of Collaborative Governance based policy on the
Revitalization study of Banten Lama Reserve Tourism Area. The research method used is qualitative
descriptive approach with data collection technique through interview and observation and searching
various sources and literature both from government documents and news media print and electronic,
journal and books related to collaborative governance, policy innovation and revitalization Banten Long.
The result of this research is the identification of priority and strategic issues of Revitaliasi Policy of Banten
Lama Reserve Tourism Area namely bureaucratic structural dimension, socialization of revitalization and
relocation of street vendors incorporated in Paguyuban Keragang Surososwan Banten Lama Traders.
Furthermore, the development of innovative governance policy innovation model and revitalization stages
include four components, namely the initial conditions consisting of identification of existing conditions,
resources, basic considerations and economic political will; the second component is a commitment that
includes processes and outcomes, beliefs, common understanding and internal / external legitimacy; the third
component is institutional design consisting of structure and procedure, leadership and form of cooperation
process; and the fourth component is the final condition that includes follow-up and sustainability.
kualitatif, dengan model interaktif Miles lintas organisasi sektor publik menjadi
dan Huberman (1992). tantangan sekaligus potensi dalam
mengatasi permasalahan. Collaborative
3. Hasil Dan Pembahasan Governance yang tertuang dalam
3.1 Identifikasi Isu-isu prioritas dan Memorandum Of Understanding (MOU)
strategis collaborative governance sebagai pedoman pelaksanaan revitalisasi
dalam Revitalisasi Kawasan menjadi dokumen strategis yang harus
Wisata Cagar Budaya Banten ditaati oleh semua pihak.
Lama Mengoptimalkan relasi struktural
a. Dimensi Struktural Birokrasi antar birokrasi organisasi sektor publik di
Pemerintahan Daerah Pemerintahan Daerah dapat menjadi opsi
Isu prioritas dan strategis yang pertama dalam mengatasi persoalan lambatnya
dan menjadi aspek penting yang harus proses lelang pengadaan barang dan jasa
menjadi komitmen bersama dalam untuk kebutuhan pembangunan
collaborative governance adalah dimensi revitalisasi kawasan Banten Lama. Dalam
struktural birokrasi antar pemerintahan hal ini organisasi sektor publik harus
daerah, structural issues are important bersifat enabling linkage yaitu
because they affect the way collalborative keterkaitan lembaga atau organisasi
agendas are formed and implemented dengan penyediaan wewenang untuk
(Huxham et al., 2000), dalam hal ini, bekerja mencapai sumber-sumber daya
konsep collaborative governance dalam yang esensi dan diffusion linkage yaitu
revitalisasi kawasan Wisata Cagar hubungan lembaga atau organisasi
Budaya Banten Lama mensyaratkan dengan orang atau kelompok-kelompok
setiap pemerintahan daerah mempunyai yang tidak terkumpul dalam suatu
kesamaaan pemahaman tentang organisasi (Esman, 1972:33 dalam
bagaimana formulasi dan implementasi Torang, 2016:104-105)
kebijakan revitalisasi. Prinsip-prinsip Seperti yang tertuang dalam
kerjasama revitalisasi kawasan wisata kutipan wawancara berikut ini yang
cagar budaya Banten Lama dengan menjelaskan tentang faktor penghambat
beragamnya keterlibatan stakeholder dan mekanisme lelang guna mendukung
Copyright @2018, HUMANIKA, e-ISSN: 2502-5783 29
HUMANIKA Vol.25 No.1 (2018)
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika
Bagan 1
Model Inovasi kebijakan Collaborative Governance
Revitalisasi Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama
1. Identifikasi kondisi eksisting
2. Resource/Sumber Daya
Kondisi Awal 3. Dasar Pertimbangan
4. Ekonomi Political Will
1. Tindak Lanjut
Kondisi Akhir 2. Keberlanjutan
Kondisi awal yang meliputi kondisi kemudian resource atau sumber daya
eksisting, resource, dasar pertimbangan meliputi potensi unggulan kawasan Banten
dan ekonomi political will merupakan Lama yang secara ekonomis dan sosial
entry point dalam pengembangan inovasi mampu memberikan dampak kesejahteraan
kebijakan collaborative governance, masyarakat seperti industri kreatif, dan
langkah-langkah identifikasi kondisi ekonomi political will berupa dukungan
eksisting Banten Lama seperti pendataan dari pemerintahan daerah dalam bentuk
kondisi sarana dan prasarana, jumlah dukungan regulasi dan kebijakan.
pedagang, jumlah destinasi wisata dan data Komitmen dari stakeholder
kependudukan. Termasuk dalam hal ini kebijakan menjadi proses selanjutnya
resource. Dengan melakukan analisis setelah kondisi awal diidentifikasi.
eksisting diharapkan akan memeroleh data- Komitmen ditunjukkan melalui proses dan
data yang akurat dalam mengestimasi hasil, pemerintah daerah yang terlibat
perumusan kebijakan selanjutnya, dalam collaborative governance
Copyright @2018, HUMANIKA, e-ISSN: 2502-5783 33
HUMANIKA Vol.25 No.1 (2018)
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika
wisata cagar budaya Banten Lama yang dikarenakan terdapat faktor-faktor yang
tertuang dalam Memorandum of memengaruhi nilai-nilai ekonomi
Understanding (MOU) masih terdapat masyarakat lokal, politik dan kebijakan
berbagai hambatan-hambatan dalam pemerintahan daerah, sosial
implementasinya seperti permasalahan kemasyarakatan dan budaya setempat.
relokasi pedagang kaki lima yang belum Sedangkan dampak strategis inovasi
mau pindah dari Kawasan Cagar Budaya kebijakan Collaborative Governance
Banten Lama ke Kawasan Penunjang adalah mendorong keterlibatan stakeholder
Wisata (KPW), belum tercapainya kebijakan pemerintah daerah dalam
target perencanaan pembangunan pengembangan kawasan wilayah dan
(revitalisasi) infrastruktur dan belum pembangunan berkelanjutan.
sinergisnya kerjasama antara stakeholder.
Permasalahan-permasalahan tersebut tentu Daftar Pustaka
saja akan menghambat revitalisasi kawasan Jurnal
Ansell, C., & Gash, A. (2007).
wisata cagar budaya Banten Lama dan
Collaborative Governance in Theory
harus segera mendapatkan penanganan and Practice, 543–571.
https://doi.org/10.1093/jopart/mum03
yang serius. Dalam hal ini keseriusan
2
dengan dibarengi komitmen yang tinggi
Doberstein, C. (2016). Designing
dari para pejabat publik (Gubernur, Bupati
Collaborative Governance Decision-
dan Walikota) untuk menyelesaikan Making in Search of a “Collaborative
Advantage.” Public Management
permasalahan sangat dibutuhkan, faktor
Review, 18(6), 819–841.
intensitas komunikasi dan koordinasi https://doi.org/10.1080/14719037.201
5.1045019
menjadi kata kunci agar dapat mengambil
keputusan yang tepat. Denok Kurniasih, Paulus Israwan Setyoko,
dan Moh. Imron, (2017).
Selain itu pendekatan partisipatif kepada
Collaborative Governance dalam
masyarakat perlu terus dilakukan agar penguatan kelembagaan program
sanitasi Lingkungan Berbasis
inovasi kebijakan Collaborative
Masyarakat (SLBM) di Kabupaten
Governance revitalisasi kawasan cagar Banyumas, Jurnal Sosiohumaniora,
Volume 19 No. 1 Maret 2017 : 1 – 7
budaya Banten Lama memiliki nilai faktor
dan dampak strategis. Memiliki nilai faktor Emerson, K., Nabatchi, T., & Balogh, S.
Copyright @2018, HUMANIKA, e-ISSN: 2502-5783 35
HUMANIKA Vol.25 No.1 (2018)
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika
tahun, hal 1
Radar Banten, 22 Maret 2018. Lelang
Ganjal Revitalisasi Banten Lama, hal 1.