You are on page 1of 15

Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.

php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

Restrukturisasi Organisasi Perangkat Daerah


Kecamatan di Kabupaten Kolaka Utara

Taufik Hidayat
Program Pascasarjana Magister Administrasi Publik
Universitas Muhammadiyah Makassar
Makassar,Indonesia
Email: taufik.hidayat@gmail.com

Abstract
This study aims to analyze the process of organizational restructuring of regional devices in the scope
of North Kolaka District Government (Case Study of Tiwu and Lasusua Sub-districts) and analysis of
typology and size of the organization of the Kecamatan. This research was conducted in North Kolaka
Regency using mix method approach. The research shows that the process of restructuring of regional
apparatus organization in North Kolaka district especially in Tiwu District and Lasusua sub-district
institutional redesign has not been through the stages and process of effective and efficient
institutional arrangement, the formation process of the formulation team, the political process of
policy determination, the process of determining type and magnitude of sub-district organization,
organizational structure and working procedures, duties and sub-district functions that overlap one
affair with other affairs, and the lack of socialization of institutional arrangement policy so that the
process of organizational restructuring of sub-district has not been rational, effective and efficient as
well as determination of tipelogi and the size of Tiwu and Lasusua sub-district organizations have not
been based on analysis of the main workload of government affairs in general variables and technical
variables in a rational, effective and efficient manner.

Keywords: Restructuring; Organizations; Devices Regions

Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis proses restrukturisasi organisasi perangkat daerah di
lingkup Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara (Studi Kasus Kecamatan Tiwu dan Kecamatan
Lasusua) dan analisis tipelogi dan besaran organisasi Kecamatan tersebut. Penelitian ini
dilaksanakan di Kabupaten Kolaka Utara dengan menggunakan pendekatan mix method.
Penelitian menunjukkan proses restrukturisasi organisasi perangkat daerah di Kabupaten
Kolaka Utara khususnya dalam redesain kelembagaan Kecamatan Tiwu dan Kecamatan
Lasusua, belum melalui tahapan-tahapan dan proses penataan kelembagaan yang efektif dan
efisien, proses pembentukan tim perumus (kepanitiaan), proses politik penetapan kebijakan,
proses penentuan tipe dan besaran organisasi Kecamatan, Struktur Organisasi dan Tata Kerja,
Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan yang tumpang tindih antara satu urusan dengan urusan
yang lain, serta kurangnya sosialisasi kebijakan penataan kelembagaan sehingga belum
terwujudnya proses restrukturisasi organisasi Kecamatan yang rasional, efektif dan efisien
serta penentuan tipelogi dan besaran organisasi Kecamatan Tiwu dan Kecamatan Lasusua
belum berdasarkan analisis beban kerja utama urusan pemerintahan dalam variabel umum dan
variabel teknis secara rasional, efektif dan efisien.

Kata Kunci: Restruturisasi; Organisasi;Perangkat Daerah

Link DOI : http://dx.doi.org/10.31314/pjia.7.1.29-43.2018

Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 29
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

PENDAHULUAN perilaku aparatur birokrasi dalam


Perjalanan sistem desentralisasi di mengemban amanah sebagai abdi negara.
Indonesia jika dirunut sepanjang sejarah Terbentuknya organisasi perangkat
perjalanan bangsa ini cukup panjang dan daerah yang besar mengakibatkan
berliku. Perubahan politik di tahun 1990- terjadinya tumpang tindih implementasi
an menjadi arus balik perjalanan bangsa tugas pokok dan fungsi antar organisasi
Indonesia yang membawa beberapa yang ada. Ada berbagai keragaman
dampak positif. Perubahan tersebut di organisasi perangkat daerah yang dibentuk
antaranya mengubah tata hubungan antara oleh pemerintah daerah menciptakan
Pemerintah Pusat dan Daerah ke arah yang potensi terjadinya duplikasi pelaksanaan
lebih demokratis dengan memperbesar tugas pokok dan fungsi. Kondisi tersebut
porsi desentralisasi. Dengan perubahan selain menciptakan sulitnya koordinasi dan
sistem pemerintahan tersebut, otomatis konsultasi pada tataran implementasi
berbagai pranata pendukung sistem yang kebijakan publik juga berakibat pada
selama ini bersifat sentralistik juga pemborosan penggunaan sumber daya
mengalami perubahan (Usman, 2011). yang ada di daerah, baik sumber daya
Selain itu konsekuensi dari terbitnya manusia dan sumber daya finansial
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun (anggaran) daerah. Banyaknya keragaman
2016 tentang perangkat daerah organisasi yang dibangun juga
mewajibkan bagi seluruh daerah otonom menciptakan semakin banyak
yang ada untuk melakukan penataan, kemungkinan terciptanya garis konflik di
restrukturisasi kelembagaan organisasi, antara organisasi perangkat daerah itu
dan menyesuaikan dengan regulasi yang sendiri. Konflik antar organisasi perangkat
baru. daerah diakibatkan oleh adanya rebutan
Selain itu Manajemen profesional tugas, sinyalemen ini selain akan
pelayanan publik harus lebih berorientasi menyebabkan inefisiensi dan inefektifitas
pada tujuan paradigma pemerintahan yang terhadap organisasi juga berakibat
didasarkan pada pendekatan manajemen terbengkalainya pelayanan publik. Apalagi
baru, baik secara teori maupun praktis Pelayanan kepada masyarakat sudah
(Usman, 2011). Oleh karena itu, menjadi tujuan utama dalam
Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara penyelenggaraan administrasi publik. Di
adalah salah satu daerah otonom yang Indonesia penyelenggaraan pelayanan
wajib untuk mengimplementasikan publik menjadi isu kebijakan yang semakin
pedoman dan peraturan baru tersebut strategis karena perbaikan pelayanan
dalam rangka tidak hanya melaksanakan publik di negara ini cenderung berjalan di
kewajiban pembentukan peraturan daerah tempat, sedangkan implikasinya
akan tetapi untuk membentuk organisasi sebagaimana diketahui sangat luas karena
perangkat daerah yang efektif, efisien dan menyentuh seluruh ruang-ruang
rasional, serta memenuhi prinsip-prinsip kepublikan baik dalam kehidupan
good governance, miskin struktur dan kaya ekonomi, sosial, politik,budaya dan lain-
akan fungsi, lahirnya kelembagaan lain (Mahsyar, 2011).
pemerintah daerah yang ramping, serta Masalah birokrasi yang dihadapi oleh
pada akhirnya menerapkan prinsip the right pemerintah Kabupaten Kolaka Utara
man on the right place, akan tetapi tujuan sehubungan dengan restrukturisasi yang
tersebut tidak sejalan dengan kondisi didasarkan pada Peraturan Pemerintah
30 Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

Nomor 18 Tahun 2016. Pertama, dalam mampu mewadahi perubahan di segala


aspek kelembagaan terjadi penyempitan aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya.
struktur kelembagaan. Hal ini akan Kelima, restrukturisasi kelembagaan akan
menimbulkan beberapa jabatan hilang dan mengakibatkan penganguran terselubung
dirasakan oleh ASN di lingkungan atau dipensiunkan. Akibatnya, banyak
Pemerintah Kolaka Utara. Akan tetapi di daerah akan menerima beban
sisi lain, akan terjadi efisiensi anggaran permasalahan sosial dan ekonomi yang
(sesuai dengan tujuan PP 18 Tahun 2016). bertambah berat. Keenam, permasalahan
Kedua, belum melembaganya karakteristik profesionalisme tidak berjalan, sehingga
good governance di dalam pemerintahan berpengaruh kepada kelembagaan.
daerah, baik dari segi struktur dan kultur Dinamika perkembangan masyarakat
serta nomenklatur program yang sangat cepat, dengan permasalahan yang
mendukungnya. Sampai sekarang semakin multidimensional, menuntut
penerapan kaidah good governance di pemerintah Kabupaten Kolaka Utara
pemerintah daerah masih bersifat menangani permasalahan daerah secara
sloganistik. Dalam konteks Indonesia yang tepat dan profesional. Apalagi Besarnya
bergeliat dengan tuntutan reformasi, good pengaruh komunikasi secara informal
governance tampil sebagai model terhadap penyusunan dokumen
transplantatif baru yang diyakini mampu perencanaan yang mengakibatkan daya
mengobati birokrasi politik yang dinilai tarik Musrenbang kurang kuat untuk
sarat korupsi, suap, dan penyalahgunaan mewujudkan perencanaan partisipatif.
kekuasan, termasuk berbagai pelanggaran Dengan kata lain, penentuan program dan
hak-hak asasi manusia (Prianto, 2011). kegiatan prioritas justru efektif dilakukan
Ketiga, yang muncul di bidang melalui komunikasi informal yang
kelembagaan yaitu dilema terhadap dilakukan secara ―invisible hand‖ oleh
penciutan (likuidasi) lembaga-lembaga masyarakat terhadap pemerintah maupun
daerah. Sebagaimana diketahui penentu kebijakan (Adaby, 2013).
pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi Permasalahan lainnya adalah
oleh empat faktor, yaitu pendanaan, meningkatnya kecenderungan untuk
personil, peralatan, dan pengelolaan. merekrut dan mempromosikan pegawai
Apabila keempat faktor itu dikembangkan yang merupakan putra asli daerah,
di daerah, maka biasanya akan sehingga sistem penerimaan pegawai ASN
menimbulkan kendala pendanaan. Untuk sering kali tidak diawali dengan analisis
itu jalan pintas yang dapat dilakukan kebutuhan yang rasional, tetapi lebih pada
adalah dengan melikuidasi lembaga- pertimbangan emosional dan euforia
lembaga daerah. Keempat, keberlanjutan reformasi yang masih banyak dirasakan di
pembangunan daerah memerlukan institusi daerah-daerah. Di samping itu, ditemukan
lokal yang mampu dan berdaya dalam juga adanya beberapa pejabat daerah
menghadapi tantangan dan perubahannya. yang terlibat korupsi kolusi dan
Saat ini memang ada upaya-upaya untuk nepotisme, birokrasi lamban, tidak
membentuk institusi baru, tetapi tidak responsif, tidak transparan, dan sebagainya
memperhatikan keberadaan-keberadaan khususnya dalam lingkup pemerintah
institusi yang mungkin jika ditingkatkan Kabupaten Kolaka Utara.
dan diberdayakan, dapat menjalankan Selain itu, kecamatan yang ada di
peran baru dan menjawab berbagai Kabupaten Kolaka Utara sangat heterogen
tantangan baru. Institusi-insitusi itu harus dari segi luas wilayah, jumlah penduduk,
Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 31
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

dan jumlah desa / kelurahan antara satu kecenderungan terjadinya implementasi


kecamatan dengan kecamatan yang lain. kebijakan penataan organisasi yang tidak
Indikator tersebut merupakan variabel efektif, efisien serta tidak berpedoman
teknis dalam pembentukan organisasi pada parameter yang ditentukan. Adapun
kecamatan. Oleh karena itu, dari 15 jumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
kecamatan tersebut apabila merujuk pada sebagai lokasi penelitian adalah Kantor
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun Bupati Kolaka Utara melalui Bagian
2016 terdapat perbedaan-perbedaan Organisasi dan Tata Laksana Sekretariat
tipelogi antara satu kecamatan dengan Daerah, Bagian Hukum Sekretariat
kecamatan yang lain. Pembentukan Daerah, Badan Kepegawaian dan
kecamatan sebagai organisasi perangkat Pengembangan Sumber Daya Manusia,
daerah tidak sesuai dengan Peraturan Badan Keuangan Daerah, Kecamatan Tiwu
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016, yaitu dan Kecamatan Lasusua. Sedangkan waktu
melakukan penyeragaman organisasi penelitian dilaksanakan selama periode
kecamatan dengan tipe A sebagaimana waktu dua bulan setelah seminar proposal
dijelaskan dalam Peraturan Daerah Nomor penelitian .
3 Tahun 2016. Sehingga, apabila Sumber data terdiri dari data primer
mengamati perbedaan yang jauh antara dan data sekunder, teknik analisis data dan
Kecamatan Tiwu dan Kecamatan Lasusua penentuan informan ditentukan secara
dilihat dari indikator jumlah penduduk, heterogen yang terdiri atas unsur eksekutif
luas wilayah dan jumlah Desa/Kelurahan (pegawai ASN, Setda, Kecamatan) dan
maka kedua Kecamatan tersebut akan unsur legislatif yang berjumlah 9 orang.
melahirkan dua tipelogi Kecamatan yang Teknik pengumpulan data menggunakan
berbeda pula. teknik observasi, dokumentasi dan
Oleh karena itu, peneliti tertarik wawncara.
untuk mengetahui lebih dalam terkait Teknik analisis data Miles dan
bagaimana proses restrukturisasi organisasi Huberman dalam Sugiyono (2017) bahwa
perangkat daerah khususnya terkait dengan aktivitas dalam analisis data, yaitu : data
lingkup desain kelembagaan organisasi reduction, data display, dan conclusion
kecamatan yang baru, sehingga penelitian drawing / verification. Teknik
ini diformulasikan dengan judul pengabsahan data menggunakan teknik
―Restrukturisasi Organisasi Perangkat perpanjangan masa pengamatan, teknik
Daerah Kecamatan di Kabupaten Kolaka meningkatkan ketekunan, dan triangulasi
Utara‖ (Studi Kasus: Kecamatan Tiwu dan
Kecamatan Lasusua). HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Administrasi Pemerintah
METODE PENELITIAN Kabupaten Kolaka Utara
Jenis penelitian yang gunakan oleh Sejak Oktober 2006, berdasarkan
penulis adalah jenis penelitian dengan mix Perda Kabupaten Kolaka Utara No. 03
method. Lokasi penelitian akan Tahun 2006 wilayah administrasi
dilaksanakan di Kabupaten Kolaka Utara pemerintahan Kabupaten Kolaka Utara
Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai daerah mengalami pemekaran dari 6 kecamatan
mengimplementasikan Peraturan menjadi 12 kecamatan. Pada 5 Desember
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 2007, berdasarkan Perda Kabupaten
Tentang Perangkat Daerah serta Kolaka Utara No. 14 Tahun 2007
32 Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

terbentuklah Kecamatan Katoi yang sekretariat, 2 sub bagian dan 3 seksi.


merupakan pemekaran dari Kecamatan Adapun proses penyusunan organisasi
Lasusua. Pada tahun 2008, berdasarkan kecamatan tersebut melalui beberapa
Perda Kabupaten Kolaka Utara No 17 proses sebagaimana hasil wawancara
Tahun 2008, terbentuklah Kecamatan Tiwu penulis dengan beberapa informan sebagai
dan Tolala. Wilayah administrasi berikut:
pemerintahan Kabupaten Kolaka Utara “restrukturisasi atau penataan
keadaan tahun 2014 terdiri atas 15 kelembagaan dilakukan melalui
kecamatan, 127 desa, dan 6 kelurahan. tahapan-tahapan sebagaimana
Jumlah anggota DPRD berjumlah 25 dijelaskan dalam Peraturan
orang. Selain itu, jumlah personel Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
perlindungan masyarakat berjumlah 681 (wawancara, “R”, Kasubag
orang yang tersebar diseluruh wilayah. Kelembagaan, Bagian Ortala Setda,
Pegawai Negeri Sipil (PNS) lingkup 29 Oktober 2017)
pemerintah Kabupaten Kolaka Utara Selain itu, hal senada juga
berjumlah 3.664 yang tersebar di seluruh disampaikan oleh Kepala Bagian
instansi dan organisasi perangkat daerah. Organisasi dan Tata Laksana, Sekretariat
Daerah Kabupaten Kolaka Utara sebagai
Tabel 1. Keadaan PNS berdasarkan berikut :
kualifikasi pendidikan di Kab. Kolaka “proses restrukturisasi organisasi
Utara khususnya di tingkat organisasi
No Pendidikan Jumlah Ket Kecamatan dilakukan dengan
Terakhir PNS
beberapa tahapan. Namun, OPD
1 SD/Sederajat -
2 SMP/Sederajat 11 secara keseluruhan proses
3 SMA/Sederajat 428 restrukturisasi dilakukan secara
4 Diploma I, II 238 keseluruhan di setiap OPD karena
5 Diploma III / 481 tuntutan kebijakan pusat (wawancara
Sarjana Muda “I”, Kepala Bagian Ortala Setda, 29
6 S1/S2/S3 2.506 Oktober 2017)
Jumlah 3.664
Disisi lain, Sekretaris Daerah
Sumber : BKP SDM Kab. Kolut, 2017
Kabupaten Kolaka Utara memberikan
Restrukturisasi Organisasi Perangkat penjelasan secara detail tentang proses
Daerah Kabupaten Kolaka Utara (Studi restrukturisasi organisasi dan penataan
Kasus Kecamatan Tiwu dan Kecamatan kelembagaan organisasi perangkat daerah
Lasusua) di Kabupaten Kolaka Utara. Adapun
Proses restrukturisasi organisasi penjelasannya sebagai berikut :
perangkat daerah di Kabupaten Kolaka ―proses restrukturisasi organisasi
Utara khususnya terkait dengan dilakukan dalam rangka untuk
pembentukan restrukturisasi organisasi melakukan penataan dan penyesuaian
Kecamatan dianalisis menggunakan terhadap regulasi yang baru, yang
indikator dalam Peraturan Pemerintah dikeluarkan oleh pemerintah pusat
Nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat (wawancara ―IR‖, Sekretaris Daerah,
Daerah, yaitu penentuan struktur organisasi 30 Oktober 2017)
Kecamatan Tipe A terdiri dari 1 Senada dengan pernyataan tersebut,
sekretariat, 2 sub bagian, dan 5 seksi. Asisten I Bidang Pemerintahan Sekretariat
Sedangkan Kecamatan tipe B, terdiri dari 1 Daerah Kabupaten Kolaka Utara
Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 33
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

memberikan penjelasan tambahan tentang beban kerja yang besar, yang berimplikasi
pelaksanaan restrukturisasi organisasi dan pada struktur organisasi yang terdiri dari 1
penataan kelembagaan organisasi Sekretariat, 2 Sub Bagian dan paling
perangkat daerah di Kabupaten Kolaka banyak 5 seksi.
Utara. Adapun butir penjelasannya sebagai Proses restrukturisasi tidak melalui
berikut : proses dan tahapan penataan kelembagaan
“penyesuaian terhadap regulasi yang yang efektif dan efisien. Proses penataan
baru merupakan tuntutan yang harus kelembagaan organisasi Kecamatan Tiwu
dipenuhi dan dilaksanakan tidak dan Kecamatan Lasusua secara umum
hanya OPD di Kabupaten Kolaka masih mempunyai berbagai kelemahan-
Utara. Akan tetapi, di seluruh jajaran kelemahan seperti lambatnya pembentukan
pemerintah daerah baik Provinsi kepanitiaan / tim perumus/ analis
maupun Kabupaten/Kota yang kelembagaan organisasi Kecamatan, hasil
mengimplementasikan PP 18 Tahun analisis pemerintah daerah dalam
2016 tersebut (wawancara “ZB” pembentukan Struktur Organisasi dan Tata
Asisten I Setda, 1 November 2017) Kerja (SOTK), bagan alir dalam struktur
Demikian pernyataan dari beberapa organisasi dan jumlah lini dalam struktur
informan tersebut, yang memberikan organisasi belum memperhatikan aspek
penjelasan terkait proses restrukturisasi rasionalitas dalam desain kelembagaan.
organisasi perangkat daerah di Kabupaten Proses restrukturisasi organisasi
Kolaka Utara khususnya dalam penataan perangkat daerah tersebut tidak dilakukan
dan restrukturisasi organisasi Kecamatan dengan analisis beban kerja utama yang
Tiwu dan Kecamatan Lasusua dalam rasional berdasarkan variabel umum dan
kaitannya dalam proses awal penyusunan variabel teknis sebagaimana ditetapkan
naskah akademik, naskah politik dan dalam lampiran peraturan pemerintah.
naskah hukum serta pembahasannya di Proses restrukturisasi organisasi tidak
lembaga legislatif. melalui tahapan dan prosedur penyusunan
Proses restrukturisasi organisasi dan formulasi kebijakan yang benar.
perangkat daerah Kabupaten Kolaka Utara Pembentukan organisasi perangkat daerah
khususnya organisasi Kecamatan Tiwu dan khususnya Kecamatan Tiwu dan
Kecamatan Lasusua dilakukan berdasarkan Kecamatan Lasusua dilakukan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun lambatnya pembentukan kepanitiaan, tim
2016 tentang Perangkat Daerah. Setelah penyusun atau tim perumus dalam analisis
itu, ditindaklanjuti melalui kebijakan yang beban kerja utama urusan pemerintahan
dikeluarkan oleh Pemerintahan daerah yang terdapat dalam variabel umum dan
Kabupaten Kolaka Utara melalui Peraturan variabel teknis. Oleh karena itu, kebijakan
Daerah Nomor 3 Tahun 2016 tentang tersebut lahir tidak dengan analisis dan
Pembentukan dan Susunan Perangkat pengkajian yang mendalam sehingga
Daerah Kabupaten Kolaka Utara Pasal 3 terjadi beberapa kali revisi dan perbaikan
ayat (2) huruf c bahwa Kecamatan Tiwu yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi
dengan Tipe A, dan huruf a bahwa Sulawesi Tenggara dan Direktorat Jenderal
Kecamatan Lasusua dengan tipe A, hal Otonomi Daerah, Kementerian Dalam
tersebut berarti bahwa Kecamatan Tiwu Negeri Republik Indonesia.
dan Kecamatan Lasusua berdasarkan hasil Selain itu, proses restrukturisasi dan
analisis tersebut dibentuk dengan dengan penataan kelembagaan organisasi
34 Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

Kecamatan Tiwu dan Kecamatan Lasusua kepentingan (conflict of interest) dalam


tidak melibatkan aparatur sipil negara organisasi yang akan menghambat proses
lingkup Kecamatan Tiwu dan Kecamatan pelayanan publik yang prima.
Lasusua, sehingga aparatur yang bekerja di Permasalahan yang ketiga adalah
instansi tersebut tidak mengetahui adanya ketidakjelasan tugas pokok dan fungsi
penataan kelembagaan atau restrukturisasi Seksi Pelayanan Administrasi Terpadu
organisasi Kecamatan. Hal tersebut seperti jenis-jenis administrasi dan
berimplikasi pada ketidaktahuan aparatur perizinan yang bisa dilakukan oleh
pemerintah tentang struktur organisasi, tata Kecamatan, sehingga bisa melahirkan
kerja dan tugas pokok dan fungsi multi tafsir dalam penyelenggaraan
Kecamatan. Tidak adanya sosialisasi pelayanan administrasi terpadu di
peraturan daerah yang dilakukan oleh Kecamatan, dan harus pula melakukan
Pemerintah Daerah mengakibatkan koordinasi ke instansi / organisasi
lambatnya proses penyesuaian organisasi perangkat daerah terkait pelayanan
perangkat daerah khususnya Kecamatan administrasi terpadu di tingkat Kabupaten,
Tiwu dan Kecamatan Lasusua dengan sehingga akan berdampak pada lambatnya
struktur organisasi, tata kerja dan tugas proses pelayanan publik di bidang
pokok dan fungsi dengan kelembagaan perizinan. Permasalahan keempat adalah
yang baru. kebijakan yang baru tidak memperlihatkan
Selain hal tersebut di atas, ada secara jelas dalam pelayanan publik.
beberapa permasalahan dalam Struktur organisasi Kecamatan Tiwu
restrukturisasi organisasi perangkat daerah sebelum dan sesudah dilakukannya
khususnya Kecamatan Tiwu dan restrukturisasi organisasi justru
Kecamatan Lasusua. Ada beberapa urusan memberikan dampak buruk terhadap
pemerintahan yang tidak diakomodasi pelayanan publik karena ada urusan
dalam struktur organisasi, tata kerja dan pemerintahan yang tumpang tindih
tugas pokok dan fungsi Kecamatan. (overlapping) yaitu Seksi Pemerintahan
Permasalahan pertama dapat diamati pada dan Seksi Pembangunan dan
struktur organisasi dan tata kerja Pemberdayaan Masyarakat Desa yang
Kecamatan Tiwu tidak adanya Seksi mempunyai 2 (dua) fungsi yang sama
Ketentraman dan Ketertiban Umum dan sehingga akan berdampak pada
Seksi Pelayanan Sosial, dan urusan ketidakjelasan bagan alir dalam pelayanan
tersebut juga tidak diakomodasi oleh Seksi publik di Kecamatan.
yang lain. Permasalahan kedua adalah Selain itu, tidak jelasnya bagan
terjadinya tumpang tindih (overlapping) struktur organisasi terkait dengan garis-
dalam urusan pemerintahan di tingkat garis perintah, komando dan.atau instruksi
Kecamatan, yaitu urusan keagrariaan serta garis-garis yang bersifat koordinasi
diurus oleh 2 (dua) seksi yaitu Seksi dan/atau konsultasi antara satu
Pemerintahan dan Seksi Pembangunan dan pembidangan dengan yang lainnya.
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Sehingga, dalam menerjemahkan struktur
Kemudian urusan penyelenggaraan organisasi terjadi multi tafsir dalam
pembinaan pemerintah Desa/Kelurahan pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam
diurus oleh 2 (dua) seksi yaitu Seksi pelayanan publik. Selain itu, pada
Pemerintahan dan Seksi Pembangunan dan kelompok jabatan fungsional belum
Pemberdayaan masyarakat Desa, hal terlihat secara rinci uraian fungsi-fungsi
tersebut dapat mengakibatkan konflik
Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 35
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

yang dimaksud dalam struktur organisasi  Luas wilayah (Km2) = 3 391.62


Kecamatan. (1000 x 5% = 50)
Tipelogi Perangkat Daerah Kecamatan  Jumlah APBD (Rp) =
di Kabupaten Kolaka Utara (Studi 817.539.815.860 (800x5%= 40)
Kasus Kecamatan Tiwu dan Kecamatan Jumlah skor variabel umum = 130
Lasusua)
1. Kecamatan Tiwu
Variabel Umum pengukuran intensitas Variabel Teknis pengukuran intensitas
urusan pemerintahan dan beban kerja urusan pemerintahan dan beban kerja
perangkat daerah (20%) perangkat daerah (80%)

Tabel 2 Variabel Umum Tabel 3 Variabel Teknis


Indikator dan Kelas Skal Bobo Sko Indikator dan Skala Bobot Skor
Interval a t (%) r Kelas Interval Nilai (%)
Nilai Luas wilayah
Jumlah penduduk kecamatan (Km2)
(Jiwa) a. ≤ 5 200 40
a. ≤ 100.000 200 20 b. 6-10 400 80
b. 100.001-200.000 400 40 c. 11-50 600 20 120
c. 200.001-500.000 600 10 60 d. 51-100 800 160
d. 500.001- 800 80 e. > 100 1000 200
1.000.000 1000 100 Jumlah
e. > 1.000.000 kelurahan/desa
Luas wilayah (Km2) atau nama lain 200 70
a. ≤ 150 200 10 a. ≤ 5 400 140
b. 151-300 400 20 b. 6-10 600 35 210
c. 301-450 600 5 30 c. 11-15 800 280
d. 451-600 800 40 d. 16-20 1000 350
e. > 600 1000 50 e. > 20
Jumlah APBD (Rp) Jumlah penduduk
a. ≤ 200 10 kecamatan
250.000.000.000 a. ≤ 2500 200 50
b. 250.000.000.001- 400 20 b. 2.501- 400 100
500.000.000.000 600 5 30 5.000 600 25 150
c. 500.000.000.001- c. 5.001- 800 200
750.000.000.000 800 40 10.000 1000 250
d. 750.000.000.001- d. 10.001-
1.000.000.000.00 1000 50 15.000
0 e. > 15.000
e. >1.000.000.000.0 Sumber : PP 18 Tahun 2016
01 2. Variabel Teknis Kecamatan Tiwu
Sumber : PP 18 Tahun 2016 (80%)
Langkah-langkah :  Luas wilayah kecamatan (Km2) =
 Indikator & Kelas Interval = Skala 81,92 (800 x 20% = 160)
Nilai x bobot (%) = Skor  Jumlah Desa/Kelurahan =
1. Variabel Umum Kabupaten Kolaka 7 (400 x 35% = 140)
Utara (20%)  Jumlah penduduk (jiwa)
 Jumlah penduduk (Jiwa) = = 4.300 (400 x 25% = 100)
142.614 (400 x 10% = 40) Jumlah skor variabel teknis = 400

36 Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

 Skor Akhir = skor variabel umum + Langkah-langkah :


skor variabel teknis = Total Skor  Indikator & Kelas Interval = Skala
Skor Akhir = 130 + 400 = 530 Nilai x bobot (%) = Skor
 Melakukan perkalian jumlah nilai dari 1. Variabel Umum Kabupaten Kolaka
seluruh indikator dari variabel umum Utara (20%)
dan variabel teknis dengan faktor  Jumlah penduduk (Jiwa) =
kesulitan geografis (Sulawesi = 1,1) 142.614 (400 x 10% = 40)
530 x 1.1 = 583  Luas wilayah (Km2) =
 Penetapan intensitas urusan 3 391.62 (1000 x 5% = 50)
pemerintahan dan beban kerja  Jumlah APBD (Rp) =
perangkat daerah berdasarkan hasil 817.539.815.860 (800x5%= 40)
perhitungan tersebut dengan kriteria Jumlah skor variabel umum = 130
sebagai berikut: Variabel Teknis pengukuran intensitas
 Kecamatan Tiwu Tipe B = Skor 583 urusan pemerintahan dan beban kerja
2. Kecamatan Lasusua perangkat daerah (80%)
Variabel Umum pengukuran intensitas
urusan pemerintahan dan beban kerja Tabel 4.7. Variabel Teknis
perangkat daerah (20%) Indikator dan Skala Bobot Skor
Kelas Interval Nilai (%)
Tabel 4 Variabel Umum Luas wilayah
Indikator dan Kelas Skal Bobo Sko kecamatan (Km2)
Interval a t (%) r a. ≤ 5 200 40
Nilai b. 6-10 400 80
Jumlah penduduk c. 11-50 600 20 120
(Jiwa) d. 51-100 800 160
a. ≤ 100.000 200 20 e. > 100 1000 200
b. 100.001-200.000 400 40 Jumlah
c. 200.001-500.000 600 10 60 kelurahan/desa
d. 500.001- 800 80 atau nama lain 200 70
1.000.000 1000 100 a. ≤ 5 400 140
e. > 1.000.000 b. 6-10 600 35 210
Luas wilayah (Km2) c. 11-15 800 280
a. ≤ 150 200 10 d. 16-20 1000 350
b. 151-300 400 20 e. > 20
c. 301-450 600 5 30 Jumlah penduduk
d. 451-600 800 40 kecamatan
e. > 600 1000 50 a. ≤ 2500 200 50
Jumlah APBD (Rp) b. 2.501-5.000 400 100
a. ≤ c. 5.001-10.000 600 25 150
250.000.000.000 200 10 d. 10.001-15.000 800 200
b. 250.000.000.001- e. > 15.000 1000 250
500.000.000.000 400 20 Sumber : PP 18 Tahun 2016
c. 500.000.000.001- 2. Variabel Teknis Kecamatan Lasusua
d. 750.000.000.000 600 5 30 (80%)
e. 750.000.000.001-  Luas wilayah kecamatan (Km2)
1.000.000.000.00 800 40 = 287,67(1000x20%= 200)
0
f. >1.000.000.000.0 1000 50  Jumlah Desa/Kelurahan
01 = 12 (600 x 35% = 210)
Sumber : PP 18 Tahun 2016
Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 37
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

 Jumlah penduduk (jiwa) pembentukan organisasi perangkat daerah


= 28.968(1000x25%= 250) khususnya Kecamatan Tiwu. Pemerintah
Jumlah skor variabel teknis = 660 daerah harus melakukan revisi dan
 Skor Akhir = skor variabel umum + perbaikan terhadap analisis beban kerja
skor variabel teknis = Total Skor utama urusan pemerintahan dalam variabel
Skor Akhir = 130 + 660 = 790 umum dan variabel teknis dalam penentuan
 Melakukan perkalian jumlah nilai dari tipelogi dan besaran organisasi khususnya
seluruh indikator dari variabel umum Kecamatan Tiwu yang tidak rasional serta
dan variabel teknis dengan faktor belum efektif dan efisien.
kesulitan geografis (Sulawesi = 1,1) Pembentukan Kecamatan Tiwu
790 x 1.1 = 869 sebagai organisasi dengan beban kerja
 Penetapan intensitas urusan yang besar berimplikasi pada alokasi
pemerintahan dan beban kerja anggaran operasional Kecamatan, struktur
perangkat daerah berdasarkan hasil organisasi dan tata kerja Kecamatan, tugas
perhitungan tersebut dengan kriteria pokok dan fungsi Kecamatan. Padahal,
sebagai berikut: setelah penulis melakukan analisis dalam
 Kecamatan Lasusua Tipe A = Skor penentuan tipelogi dan besaran organisasi,
869 Kecamatan Tiwu berada dalam tipe
Berdasarkan hasil analisis deskriptif Kecamatan B, dalam arti bahwa organisasi
kuantitatif terhadap penentuan tipelogi kecamatan dengan beban kerja yang kecil
Kecamatan Tiwu dan Kecamatan Lasusua, dengan 1 Sekretariat, 2 Sub bagian, dan 4
maka terdapat perbedaan hasil analisis Seksi. Oleh karena itu, pemerintah daerah
yang dilakukan oleh pemerintah daerah harus melakukan revisi dan perbaikan
dan penulis dalam penentuan tipelogi. terhadap kebijakan yang telah dikeluarkan
Tipelogi Kecamatan Tiwu berdasarkan tersebut.
hasil analisis penulis berada pada Berdasarkan tipelogi organisasi
klasifikasi tipe B, dalam arti kecamatan perangkat daerah Kabupaten Kolaka Utara,
Tiwu mempunyai beban kerja yang kecil. hasil analisis penulis menunjukkan hasil
Berdasarkan tipelogi organisasi yang sesuai dengan analisis yang dilakukan
perangkat daerah Kabupaten Kolaka Utara, oleh Pemerintah Daerah. Hasil analisis
hasil analisis penulis menunjukkan hasil beban kerja utama urusan pemerintahan
yang berbeda dengan analisis yang berdasarkan indikator variabel umum dan
dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Hasil indikator variabel teknis menunjukkan
analisis beban kerja utama urusan bahwa Kecamatan Lasusua memperoleh
pemerintahan berdasarkan indikator skor 869 hal tersebut berarti Kecamatan
variabel umum dan indikator variabel tersebut masuk ke dalam tipe A, dalam arti
teknis menunjukkan bahwa Kecamatan bahwa Kecamatan Lasusua dibentuk
Tiwu memperoleh skor 583 hal tersebut dengan beban kerja yang besar.
berarti Kecamatan tersebut masuk ke Berdasarkan hasil analisis tersebut,
dalam tipe B, dalam arti bahwa Kecamatan pemerintah daerah telah melakukan
Tiwu dibentuk dengan beban kerja yang analisis dan kajian yang mendalam tentang
kecil. pembentukan organisasi perangkat daerah
Berdasarkan hasil analisis tersebut, khususnya Kecamatan Lasusua.
pemerintah daerah tidak melakukan Pembentukan Kecamatan Lasusua sebagai
analisis dan kajian yang mendalam tentang organisasi dengan beban kerja yang besar
38 Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

berimplikasi pada alokasi anggaran tumpang tindih (overlapping) dan tidak


operasional Kecamatan, struktur organisasi jelasnya bagan alir dalam struktur
dan tata kerja Kecamatan, tugas pokok dan organisasi.
fungsi Kecamatan. Setelah penulis Besaran Organisasi Perangkat Daerah
melakukan analisis dalam penentuan (Studi Kasus: Kecamatan Tiwu dan
tipelogi dan besaran organisasi, Kecamatan Kecamatan Lasusua)
Lasusua sudah berada dalam tipe Penentuan tipe organisasi Kecamatan
Kecamatan A, dalam arti bahwa organisasi Tiwu dan Kecamatan Lasusua dianalisis
kecamatan dengan beban kerja yang besar oleh pemerintah daerah (tim perumus)
dengan 1 Sekretariat, 2 Sub bagian, dan 5 melalui Bagian Organisasi dan Tata
Seksi. Oleh karena itu, pemerintah daerah Laksana Sekretariat Daerah Kabupaten
harus dapat memberikan dukungan Kolaka Utara, kemudian disahkan menjadi
kebijakan khususnya terkait dengan alokasi Peraturan Daerah di DPRD Kabupaten
anggaran dalam rangka operasionalisasi Kolaka Utara. Sebagaimana hasil
program kerja dan kegiatan-kegiatan di wawancara penulis dengan informan
Kecamatan Lasusua, serta dukungan sebagai berikut :
sumber daya manusia melalui Aparatur “tipe organisasi Kecamatan Tiwu
Sipil Negara yang berkualitas dalam dan Kecamatan Lasusua di
rangka penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Kolaka Utara tersebut
khususnya dalam pelayanan publik. diukur dengan melihat hasil
Berdasarkan pembahasan sebagaimana klasifikasi tipe kecamatan, dengan
dijelaskan di atas, maka penentuan tipelogi menggunakan variabel umum dan
Kecamatan Tiwu dan Kecamatan Lasusua variabel teknis” (wawancara, “R”,
belum berdasarkan analisis beban kerja Kasubag Kelembagaan, Bagian
utama urusan pemerintahan dalam variabel Ortala Setda, 30 Oktober 2017)
umum dan variabel teknis secara rasional, Hasil wawancara tersebut sejalan
efektif dan efisien. dengan penjelasan yang diberikan oleh
Secara umum, proses restrukturisasi Kepala Bagian Organisasi dan Tata
organisasi perangkat daerah kecamatan di Laksana Sekretariat Daerah Kabupaten
Kabupaten Kolaka Utara khususnya Kolaka Utara, sebagaimana hasil
Kecamatan Tiwu dan Kecamatan Lasusua wawancara penulis dengan informan
belum melalui proses restrukturisasi sebagai berikut :
organisasi dan analisis terhadap variabel “hasil analisis pemerintah daerah
umum dan variabel teknis sebagaimana yang kemudian ditetapkan dalam
dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah peraturan daerah bahwa Kecamatan
Nomor 18 Tahun 2016, Proses Tiwu dan Kecamatan Lasusua bertipe
restrukturisasi tidak berjalan dengan baik A begitupula dengan seluruh
disebabkan oleh beberapa faktor seperti kecamatan yang ada ” (wawancara,
kepanitiaan, tim perumus dan analisis “I”, Kepala Bagian Ortala Setda, 5
terhadap organisasi perangkat daerah November 2017)
kecamatan, sehingga berdampak terhadap Berdasarkan hasil wawancara
hasil analisis dan diagnosa organisasi yang sebagaimana dijelaskan di atas, pada
dihasilkan dalam Peraturan Daerah dan dasarnya Kecamatan Tiwu dan Kecamatan
Peraturan Bupati. Selain itu, penjabaran Lasusua berdasarkan hasil kategorisasi tipe
tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi klasifikasi kecamatan, kedua Kecamatan
dan tata kerja organisasi Kecamatan yang tersebut bertipe A dalam hal ini berada
Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 39
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

pada kategori beban kerja yang besar. Oleh berdampak pada besaran organisasinya
karena itu, konsekuensi Kecamatan yang seperti struktur organisasi, penjabaran
bertipe A akan berdampak pada besaran tugas dan fungsi, dan tata kerja baik tata
organisasinya seperti struktur organisasi, kerja yang bersifat vertikal maupun
penjabaran tugas dan fungsi, dan tata kerja horizontal. Begitu pula dari aspek
baik tata kerja yang bersifat vertikal pendanaan rutin operasional di setiap
maupun horizontal. Begitu pula dari aspek Kecamatan semestinya mempunyai
pendanaan rutin operasional di setiap besaran alokasi anggaran yang berbeda-
Kecamatan semestinya mempunyai beda pula.
besaran alokasi anggaran yang berbeda- Akan tetapi, besaran organisasi
beda pula. Kecamatan Tiwu dan Kecamatan Lasusua
Akan tetapi, besaran organisasi tersebut tidak sejalan dengan lahirnya
Kecamatan Tiwu dan Kecamatan Lasusua Peraturan Bupati Kolaka Utara Nomor 58
tersebut tidak sejalan dengan lahirnya Tahun 2016 yang terlihat jelas dalam
Peraturan Bupati Kolaka Utara Nomor 58 bagan struktur organisasi yang berbeda,
Tahun 2016 yang terlihat jelas dalam penjabaran tugas pokok dan fungsi di
bagan struktur organisasi yang berbeda, setiap lini organisasi yang berbeda. Hal
penjabaran tugas pokok dan fungsi di tersebut terjadi perbedaan karena dalam
setiap lini organisasi yang berbeda. penyusunan bagan struktur organisasi Tim
Berdasarkan besaran organisasi Perumus dalam hal ini Bagian Organisasi
perangkat daerah Kecamatan Tiwu dan Tatalaksana Sekretariat Daerah
sebagaimana dijelaskan pada bagian hasil melakukan pengklasifikasian terhadap
penelitian, maka penentuan besaran seluruh kecamatan dengan
organisasi Kecamatan Tiwu dan mempertimbangkan jumlah penduduk dan
Kecamatan Lasusua dilakukan melalui jumlah Desa/Kelurahan.
perhitungan keberadaan Kecamatan Tiwu Pada dasarnya Kecamatan Tiwu dan
dan Kecamatan Lasusua berada dalam Kecamatan Lasusua bertipe A. Akan tetapi,
kategori dan klasifikasi indikator jumlah tipelogi Kecamatan Tiwu dan Kecamatan
penduduk Kabupaten Kolaka Utara, luas Lasusua tidak berbanding lurus dengan
wilayah Kabupaten Kolaka Utara dan peraturan teknis operasional sebagaimana
jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja dijelaskan dalam Peraturan Bupati. Oleh
Daerah (APBD) Kabupaten Kolaka Utara. karena itu, besaran organisasi Kecamatan
Selain itu, besaran organisasi Tiwu dan Kecamatan Lasusua belum
mempertimbangkan indikator teknis yaitu efektif, efisien dan rasional karena keluar
jumlah penduduk masing-masing dari Peraturan Pemerintah Nomor 18
Kecamatan, Jumlah Desa/Kelurahan Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
masing-masing Kecamatan dan luas Besaran organisasi Kecamatan Tiwu
wilayah masing-masing Kecamatan. dan Kecamatan Lasusua tersebut perlu
Pada dasarnya Kecamatan Tiwu dan diperbaiki dalam penyusunan Struktur
Kecamatan Lasusua berdasarkan hasil Organisasi dan Tata Kerja (SOTK),
kategorisasi tipe klasifikasi kecamatan, penjabaran tugas pokok dan fungsi disetiap
kedua Kecamatan tersebut bertipe A dalam lini / seksi yang ada di Kecamatan. Oleh
hal ini berada pada kategori beban kerja karena itu, landasan hukum dan kebijakan
yang besar. Oleh karena itu, konsekuensi daerah dalam penyusunan besaran
Kecamatan yang bertipe A akan organisasi Kecamatan tersebut masih
40 Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

terdapat kelemahan yang harusdi perbaiki. oleh penempatan pegawai tidak sesuai
Selain itu, Kecamatan Tiwu dan dengan bidang keahlian karena Kecamatan
Kecamatan Lasusua hasil restrukturisasi Tiwu dan Kecamatan Lasusua tersebut
organisasi diisi oleh pimpinan yang diisi oleh aparatur yang berkualifikasi
mempunyai latar belakang non pendidikan non pemerintahan dan
pemerintahan, Camat Tiwu berkualifikasi administrasi publik. Sehingga akan
Sarjana Pendidikan, sedangkan Camat berdampak pada penyelenggaraan tugas
Lasusua berkualifikasi Sarjana Pertanian. dan fungsi administrasi dan pemerintahan
Hal tersebut tidak sejalan dalam sehingga akan memberikan dampak secara
pengelolaan organisasi yang efektif yaitu luas dalam pelayanan publik.
the right man on the right place dalam Selain itu, proses restrukturisasi
manajemen sumber daya manusia aparatur. organisasi perangkat daerah Kecamatan
Menurut Rivai (2003) dalam Tiwu dan Kecamatan Lasusua belum
(Subekhi dan Jauhar, 2012), bahwa berhasil mencapai tujuan restrukturisasi
penataan sumber daya manusia dalam orgaisasi Restrukturisasi tidak bisa dilihat
proses reformasi birokrasi dapat diartikan hanya dari perampingan organisasi, sumber
sebagai suatu bentuk pendekatan daya manusia, atau kinerjanya saja akan
manajemen sumber daya manusia. Dalam tetapi juga harus diperhatikan bahwa
Perspektif reformasi birokrasi, pendekatan restrukturisasi adalah sebuah sistem yang
ini dilakukan dalam rangka menyikapi, saling mempengaruhi satu sama lainnya
mengatasi, dan sekaligus mengantisipasi dalam pencapaian tujuan organisasi. Proses
permasalahan sumber daya manusia dalam restrukturisasi organisasi, penentuan
birokrasi. Selain itu, Menurut tipelogi dan besaran organisasi perangkat
Sedarmayanti (2009:94) pengukuran daerah kecamatan masih terdapat beberapa
mengenai penataan sumber daya manusia kelemahan dalam desain organisasi
aparatur dilaksanakan dengan sebagaimana yang dikemukakan oleh Don
memperhatikan: (1) penerapan sistem Helriegel (2001) bahwa secara prinsip,
merit dalam manajemen kepegawaian, (2) desain organisasi harus mampu : (a)
sistem diklat yang efektif, (3) standar dan menyalurkan informasi dan pembuatan
peningkatan kinerja; (4) Pola karier yang keputusan berdasarkan kepentingan
jelas dan terencana, (5) standar kompetensi stakeholders, (b) menentukan kewenangan
jabatan, (6) kualifikasi jabatan, (7) tugas, dan tanggung jawab dalam tugas, bagian
fungsi dan beban tugas proporsional, (8) dan departemen, (c) menyeimbangkan
rekrutmen sesuai prosedur, (9) penempatan integrasi antara pekerjaan, tim, departemen
pegawai sesuai keahlian, (10) renumerasi dan bagian, dengan kemampuan adaptasi
memadai, (11) perbaikan sistem terhadap perubahan lingkungan. Oleh
manajemen kepegawaian Oleh karena itu, karena itu, perlu melakukan revisi terhadap
berdasarkan proses restrukturisasi desain kelembagaan Kecamatan Tiwu dan
organisasi perangkat daerah kecamatan, Kecamatan Lasusua berdasarkan prinsip-
proses penentuan tipelogi dan besaran prinsip desain organisasi sebagaimana
Kecamatan Tiwu dan Kecamatan Lasusua yang dijelaskan di atas, sehingga proses
tersebut maka perlu melakukan reformasi restrukturisasi organisasi, penentuan
di sektor birokrasi khususnya terkait tipelogi dan besaran organisasi tersebut
dengan manajemen sumber daya manusia dilaksanakan secara efektif, efisien dan
aparatur, belum berdasarkan indikator- rasional.
indikator teoretis yang rasional, disebabkan
Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 41
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

PENUTUP tipelogi dan besaran organisasi


Kesimpulan Kecamatan Tiwu dan Kecamatan
1. Proses restrukturisasi organisasi Lasusua yang berimplikasi pada
perangkat daerah di Kabupaten Kolaka kedudukan, Struktur Organisasi dan
Utara khususnya dalam redesain Tata Kerja (SOTK), Tugas Pokok dan
kelembagaan Kecamatan Tiwu dan Fungsi (TUPOKSI) Kecamatan dalam
Kecamatan Lasusua, belum melalui rangka analisis organisasi publik yang
tahapan-tahapan dan proses penataan rasional, efektif dan efisien.
kelembagaan yang efektif dan efisien, 2. Perlu melakukan revisi dalam
proses pembentukan tim perumus Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016
(kepanitiaan), proses politik penetapan dan Peraturan Bupati Kolaka Utara
kebijakan, proses penentuan tipe dan Nomor 58 Tahun 2016 dalam
besaran organisasi Kecamatan, Struktur penjabaran tugas dan fungsi, tata kerja
Organisasi dan Tata Kerja, Tugas dan struktur organisasi Kecamatan
Pokok dan Fungsi Kecamatan yang Tiwu dan Kecamatan Lasusua, dengan
masih tumpang tindih (overlapping) memperhatikan indikator penting
antara satu urusan dengan urusan yang dalam manajemen sumber daya
lain, serta kurangnya sosialisasi manusia aparatur dan prinsip-prinsip
kebijakan penataan kelembagaan desain organisasi yang rasional.
sehingga belum terwujudnya proses 3. Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara
restrukturisasi organisasi Kecamatan harus memberikan dukungan sumber
yang rasional, efektif dan efisien. daya agar kebijakan restrukturisasi
2. Penentuan tipelogi organisasi organisasi Kecamatan Tiwu dan
Kecamatan Tiwu dan Kecamatan Kecamatan Lasusua dapat
Lasusua belum berdasarkan analisis terimplementasi dengan baik salah
urusan pemerintahan dalam variabel satunya adalah sumber daya finansial
umum dan variabel teknis secara sebagaimana dijelaskan oleh Edwards
rasional, efektif dan efisien. III dalam Subarsono (2005) bahwa
3. Penyusunan besaran desain organisasi walaupun isi kebijakan sudah
Kecamatan Tiwu dan Kecamatan dikomunikasikan secara jelas dan
Lasusua belum berdasarkan konsisten, tetapi apabila implementor
mempertimbangkan aspek rasionalitas kekurangan sumber daya untuk
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 melaksanakan, implementasi tidak
Tahun 2016 serta indikator dalam akan berjalan efektif. Sumber daya
manajemen sumber daya manusia tersebut dapat berwujud sumber daya
aparatur dan prinsip desain organisasi manusia, yakni kompetensi
yang rasional. implementor dan sumber daya
Saran finansial. Sumber daya adalah faktor
Berdasarkan simpulan sebagaimana penting untuk implementasi kebijakan
dijelaskan di atas maka adapun saran agar efektif. Tanpa sumber daya,
penulis adalah sebagai berikut : kebijakan hanya tinggal di kertas
1. Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara menjadi dokumen saja.
melalui Bagian Ortala Sekretariat
Daerah harus melakukan analisis dan
kajian mendalam dalam menentukan
42 Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

DAFTAR PUSTAKA Prianto, A. L. (2011). Good Governance


Abady, A. P. (2013). Perencanaan dan Formasi Kebijakan Publik
Partisipatif Dalam Pembangunan Neo-Liberal. Otoritas: Jurnal Ilmu
Daerah. Otoritas: Jurnal Ilmu Pemerintahan, 1(1).
Pemerintahan, 3(1). Robbins, AG., (2008). Analysis and
Badan Pusat Statistik Kab. Kolaka Utara, Approach of Government Science.
2017. Kabupaten Kolaka Utara Manchester : Manchester
dalam Angka. University Press
Badan Pusat Statistik Kab. Kolaka Utara, Sedarmayanti. (2009). Manajemen Sumber
2017. Kecamatan Lasusua dalam Daya Manusia, Reformasi
Angka. Birokrasi dan Manajemen Pegawai
Badan Pusat Statistik Kab. Kolaka Utara, Negeri Sipil. Bandung: Rafika
2017. Kecamatan Tiwu dalam Aditama
Angka. Subarsono, AG. (2005). Analisis Kebijakan
Gitosudarmo, Indriyo. (2001). Manajemen Publik. Yogyakarta : Pustaka
Strategis. Yogyakarta : BPFE Pelajar.
Handoko, T. Hanny, (2006). Manajemen Subekhi, Akhmad, Mohammad Jauhar,
Personalia dan Sumberdaya (2012). Pengantar Manajemen
Manusia. Yogyakarta : BPFE. Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Hatch, M. J., 1997. Organization Theory Prestasi Pustaka
and Theorizing : Modern, Sugiyono, (2017). Metode Penelitian
Symbolic-Interpretive and Post- Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
modern Perspective. Oxford : Bandung : Alfabeta.
Oxford University Press. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Kusdi, (2011). Teori Organisasi dan tentang Pemerintahan Daerah.
Administrasi. Jakarta : Penerbit Usman, J. (2011). Implementasi Kebijakan
Salemba Humanika. Tata Kelola Pemerintahan Daerah
Mahsyar, A. (2011). Masalah Pelayanan Dengan Semangat Euforia
Publik di Indonesia dalam Demokrasi Lokal. Otoritas: Jurnal
Perspektif Administrasi Publik. Ilmu Pemerintahan, 1(1).
Otoritas: Jurnal Ilmu Usman, J. (2011). Manajemen Birokrasi
Pemerintahan, 1(2). Profesional dalam Meningkatkan
Peraturan Bupati Kolaka Utara Nomor 58 Pelayanan Publik. Otoritas: Jurnal
Tahun 2016 tentang Kedudukan, Ilmu Pemerintahan, 1(2).
Susunan Organisasi, Tata Kerja Wasistiono, Sadu. (2010). Desentralisasi
Kecamatan dan Kelurahan. dan revitalisasi lokal
Peraturan Daerah Kabupaten Kolaka Utara (decentralization and local
Nomor 3 Tahun 2016 tentang revitalization). Seminar Indonesia-
Pembentukan dan Susunan Jepang Tanggal 26 dan 27 Oktober
Organisasi Perangkat Daerah 2010. Jatinangor: Kampus IPDN.
Kabupaten Kolaka Utara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah.

Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 43

You might also like