Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Pampang Tourism Village or Desa Wisata Pampang is the only culture-based tourism in Samarinda.
It should be fully supported, but did not show significant progress after 20 years. This research aimed to
identify the partnerships pattern of management in Pampang Tourism Village, and formulate improvements
that should be implemented. The method used was grounded research with a qualitative approach. The
entire research process successively performed with domain analysis, taxonomy, componensial, themes, and
triangulation. The results showed that the existing model belonging to the pseudo and subordinate union
of partnership. The existing partnership is dominated by the relief fund patterns, Private Investment, CSR,
Revolving Loan Fund (KUD), Sub Contracts and General Trade. The Management applied gave insufficient
space on human resources development, created gap between tourism and social cultural life of community,
limited use of technology and provided a small number of community organization. Therefore improvement
plan should be designed on boosting of Private Investment, establishing participation for reformer agents
and academics, expanding community involvement, granting savings and loans, and generating KUD as
the main of peoples activities.
Keywords:
Partnership Pattern, Management of Tourism Attraction.
Intisari
Desa Wisata Pampang merupakan satu-satunya obyek wisata berbasis budaya di Kota
Samarinda. Pengelolaannya seharusnya didukung secara penuh, namun tidak terdapat
perkembangan signifikan setelah 20 tahun. Penelitian ini mengidentifikasi karakteristik pola
kemitraan dalam manajemen atraksi di Desa Wisata Pampang, serta merumuskan perbaikan yang
seharusnya diterapkan. Jenis metode yang digunakan adalah grounded research dengan pendekatan
kualitatif. Analisis yang dilakukan meliputi analisis domain, taksonomi, komponensial, tema, dan
triangulasi. Hasil penelitian didapatkan model kemitraan tergolong dalam kemitraan semu dan
gabungan subordinatif. Pola kemitraan didominasi pola yang bersifat bantuan, meliputi Bantuan
Dana Hibah baik fisik maupun program PNPM Mandiri Pariwisata, Investasi Swasta, CSR, Bantuan
Pinjaman Dana Bergulir (KUD), Subkontrak dan Dagang Umum. Manajemen atraksi wisata
kurang memberi ruang pengembangan SDM, terlalu membatasi aktivitas pariwisata dengan sosial
budaya masyarakat, kurang memanfaatkan teknologi dan minim pengorganisasian komunitas.
Oleh sebab itu dirumuskan perbaikan meliputi penggiatan Investasi Swasta, pewadahan agen
pembaharu, akademisi, perluasan peran komunitas, pemberian bantuan tabungan dan pinjaman,
serta pengaktifan KUD sebagai pemersatu aktivitas.
Kata Kunci:
Pola Kemitraan, Manajemen Atraksi Wisata.
189 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 5, Nomor 3, Desember 2013
JNP 190
Ami Suswandi Putra, Pola Kemitraan Pariwisata dalam Manajemen Atraksi Desa Wisata Pampang Kota Samarinda
191 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 5, Nomor 3, Desember 2013
didukung pemerintah dengan membantu pemerintah dan pengelola sendiri justru menya
pembangunan lanjutan hingga menjadi lebih yangkan terjadinya hal tersebut, bahwa aktivitas
sempurna. di luar pariwisata sebaiknya dilakukan di luar
Pada tahap pengorganisasian, pemeran area lamin. Opini tersebut menunjukkan bahwa
utama adalah masyarakat lokal yang terwakili pemikiran tentang pariwisata berorientasi pada
melalui Lembaga Adat Desa Wisata Pampang. unsur profesionalitas, sedangkan aktivitas sosial
Memerlukan waktu 3 tahun untuk benar-benar bukanlah bagian dari profesionalitas tersebut.
mulai merealisasikan pembangunan purwarupa Hal ini membuktikan pola pikir pariwisata yang
lamin tersebut. Hal ini disebabkan keterbatasan dipahami baik oleh pihak pengelola maupun
sumberdaya dan minimnya perana pemerintah. pemerintah, justru dapat menjauhkan masya
Pada tahap pelaksanaan, pemeran utama rakat lokal dari identitas budayanya.
tetap didominasi oleh masyarakat. Hal ini terjadi
Kasus Penyelenggaraan Upacara Pelas
karena sejak awal masyarakat telah memberikan
Tahun
penegasan bahwa segala bentuk pembangunan
harus dilaksanakan sendiri oleh masyarakat itu Pada awalnya, Upacara Pelas Tahun meru
sendiri. Pihak pemerintah berperan memberikan pakan pesta rakyat yang diselenggarakan pada
bantuan dana dan pengawasan pembangunan. saat panen. Upacara ini mulai dibuka untuk
Pada tahap pengendalian, tidak tampak umum sejak tahun 1999 sebagai atraksi wisata.
implementasi peran yang ideal. Hal ini ditunjuk Pada tahap perencanaan, peran utama dila
kan dengan kondisi kebersihan maupun kerapi kukan oleh masyarakat. Mulai dari pencetus ide
an lamin yang kurang terjaga (Observasi, 2012). awal, penyusunan konsep, hingga pembuatan
Kegiatan perawatan hanya dilakukan menjelang proposal kegiatan. Adapun peran pihak peme
perayaan upacara Pelas Tahun secara masif oleh rintah hanya sebatas menerima dan merevisi
anggota masyarakat. proposal kegiatan dengan menyesuaikan
Pada tahun 2010, dengan bantuan Kemen kondisi aktual yang terjadi.
terian Kebudayaan dan Pariwisata melalui Pada tahap pengorganisasian, terdapat per
PNPM Mandiri Pariwisata, salah satu kegiatan bedaan pada setiap penyelenggaraan, namun
nya adalah perbaikan dan pengadaan fasilitas peran utama tetap dilakukan oleh pihak
lamin. Pada tahun yang sama juga didapatkan masyarakat. Peran terbesar pemerintah adalah
bantuan yang diusulkan oleh Dinas Pariwisata ketika pemberian bantuan bukan berupa dana
Kota Samarinda dan dibantu oleh Dinas melainkan barang kebutuhan sebagaimana yang
Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur, untuk disetujui pada proposal.
pembangunan fisik area lamin berupa pemba Pada tahap pelaksanaan, peran utama tetap
ngunan gapura, pagar permanen mengelilingi dilakukan oleh masyarakat, sedangkan pihak
area lamin, taman kecil memanjang, dan per pemerintah cenderung membatasi peran pada
kerasan selokan. Pembangunan tersebut mem segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh-
pertegas fungsi ruang dan sirkulasi lamin yang tokoh tamu kehormatan. Jika dipandang dari sisi
diorientasikan untuk aktivitas pariwisata. Hal ini pariwisata berbasis budaya, hal tersebut dapat
menunjukkan bahwa konsep pembangunannya menjadi permasalahan. Kesan yang muncul
sudah mulai meninggalkan kearifan lokal, setelah acara berlangsung adalah kegiatan
karena semakin membatasi penggunaan lamin tersebut diselenggarakan untuk pejabat peme
bagi kepentingan sosial. rintah dan tamu undangan, bukan lagi sebagai
Pada sisi lain, lamin digunakan untuk pesta rakyat.
tempat penghormatan anggota masyarakat Pada tahap pengendalian, peran utama tetap
yang meninggal dunia (Observasi, 2012). Pihak dilakukan oleh masyarakat. Setiap menjelang
JNP 192
Ami Suswandi Putra, Pola Kemitraan Pariwisata dalam Manajemen Atraksi Desa Wisata Pampang Kota Samarinda
penyelenggaraan, selalu masyarakat yang ber Pada tahap pengendalian, tidak terdapat
inisiatif untuk memulai. Pihak pemerintah yang usaha yang berarti dari pihak manapun. Hal ini
mengaku menjadikan Upacara Pelas Tahun dibuktikan dengan gagalnya pengorganisasian
sebagai agenda rutin tahunan, tetap tidak me KUD maupun tidak dilakukannya evaluasi
nyiapkan anggaran khusus. berupa audit penggunaan dana PNPM Mandiri
secara ketat. Hal ini terjadi karena minimnya
Kasus Pengembangan Cinderamata
komunikasi antara pemerintah dan masyarakat.
Perkembangan kemitraan produksi cindera Permasalahan yang kemudian muncul
mata dapat dikelompokkan dalam dua era, yaitu disebabkan oleh kurangnya pemahaman
era Koperasi Unit Desa (KUD) dan era PNPM konsep terhadap makna bantuan pemerintah.
Mandiri Pariwisata. Kondisi KUD saat ini sudah Penyaluran tersebut memang sampai kepada
tidak lagi diakui oleh pemerintah karena tidak masyarakat, namun manajemen yang terlalu
adanya aktivitas. Adapun Era PNPM Mandiri berasas kekeluargaan kemudian membiaskan
terjadi pada tahun 2010 dan 2011 Bantuan prinsip keadilan menjadi lebih berwujud
tersebut bersumber dari anggaran negara pemerataan. Pada laporan pertanggungjawaban
yang disalurkan kepada masyarakat melalui yang disusun oleh masyarakat dan fasilitator
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Pada terdapat beragam cacatan administrasi, bahkan
tahun 2012 bantuan sejenis tidak lagi diterima temuan di lapangan menunjukkan beragam
oleh masyarakat. permasalahan substansial. Hal ini terjadi
Pada tahap perencanaan, dominasi peran karena pariwisata bukanlah pekerjaan utama
dilakukan oleh pihak pemerintah. Hal ini ter masyarakat serta fungsi kontrol pemerintah yang
jadi karena pada dasarnya kedua era tersebut kurang efektif, sehingga semangat mengem
merupakan implementasi dari program peme bangkan pariwisata dari sisi masyarakat mulai
rintah, sehingga masyarakat hanya berperan menurun (Observasi, 2012).
sebagai obyek program.
Tabel 2. Pola Kemitraan antara Pihak Pemerintah,
Pada tahap pengorganisasian, peran terbesar Swasta dan Masyarakat (Pembangunan Galeri
dilakukan oleh pihak masyarakat. Mulai dari Cinderamata)
penentuan pengurus hingga pelaksanaan rapat-
Pemerintah Swasta Masyarakat
rapat dan pertemuan anggota. Pemerintah hanya
Dinas Bank Mandiri Pengurus
berperan sebagai pemberi sosialisasi awal. Pada Pihak Pariwisata Kesenian
proses ini terjadi ketimpangan manajemen, Kota
baik. Tujuan
Bersepakat untuk membuka peluang usaha
yang lebih luas
Pada tahap pelaksanaan, dominasi peran
Kesepakatan Terjadi pada kunjungan lokasi tahun 2008
tetap dilakukan oleh pihak masyarakat. Peran
KUD terhadap usaha kecil cinderamata dibatasi
Pihak pemerintah melalui Dinas Pariwisata
pada penyediaan bahan baku yang lebih murah
Kota Samarinda dan masyarakat yang diwakili
dan pinjaman modal usaha dengan sistem
oleh Pengurus Kesenian, pada dasarnya
simpan pinjam. Adapun peran PNPM Mandiri
merupakan satu pihak yang sama yaitu
adalah memberikan stimulus berupa bantuan
organisasi Pengelola Desa Wisata Pampang.
tunai bagi para pengrajin cinderamata untuk
Adapun Bank Mandiri berperan sebagai donatur
dapat meningkatkan hasil produksinya.
193 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 5, Nomor 3, Desember 2013
kegiatan. Interaksi terjadi ketika kunjungan Pada tahap pengendalian, tidak tampak
pemerintah dan perwakilan Bank Mandiri ke peran yang berarti diantara semua pihak. Hal
desa Pampang di tahun 2008, disambut oleh ini terjadi karena secara fisik bangunan, kurang
pengurus kesenian guna membahas rencana mendukung target sasaan yang diharapkan.
pembangunan galeri cinderamata. Penyebabnya adalah faktor kemudahan akses
Pada tahap perencanaan, peran terbesar dan kenyamanan. Pondok tersebut terletak di
dilakukan oleh pihak pemerintah. Mulai dari tepi halaman parkir sehingga menambah jarak
pencetusan ide awal, pewacanaan kepada bagi wisatawan untuk mencapainya, dan bagi
masyarakat hingga pembuatan proposal masyarakat untuk saling berkomunikasi. Desain
kegiatan kepada pihak Bank Mandiri. Sebagai bangunan memanjang dan terbuka (tanpa
penanggungjawab, dengan keterbatasan dinding), kurang memperhatikan arah sinar
anggaran yang dimiliki, pihak pemerintah matahari dan kurang pohon peneduh, sehingga
menjalankan perannya secara baik. Akan tetapi, pada siang hari terasa panas dan mengurangi
ide pembangunan tersebut tidak disosialisasi- kenyamanan. Saat ini sebagian bangunan
kan sejak awal, sehingga masyarakat hanya pondok beralih fungsi menjadi tempat penjualan
diposisikan sebagai obyek program. makanan dan minuman siap saji dan sebagian
Pada tahap pengorganisasian, bersama-sama lagi terbengkalai (Observasi, 2012). Hal ini
pemerintah dan masyarakat berperan secara menunjukkan kurang matangnya perencanaan
seimbang. Melalui forum antara perwakilan yang dilakukan, karena tidak melibatkan masya
Dinas Pariwisata Kota Samarinda dan Pengurus rakat khususnya penjual cinderamata.
Kesenian yang diadakan secara intensif, segala
Pola Kemitraan antara Pihak Swasta
bentuk keputusan terkait pembangunan dise
dan Masyarakat
pakati bersama. Mulai dari penentuan lokasi,
desain bangunan, ukuran bangunan, hingga Pola kemitraan antara pihak swasta dan
sumber bahan baku yang digunakan. masyarakat mulai terterapkan sejak pergantian
Pada tahap pelaksanaan, peran besar Kepala Adat dan Pengurus Kesenian setelah
dilakukan oleh masyarakat. Sejak awal pihak tahun 2000. Melalui Lembaga Adat Desa
masyarakat sudah menentukan sikap untuk diputuskan untuk bernegosiasi dengan perusa
melaksanakan kegiatan pembangunan dengan haan swasta agar turut berkontribusi terhadap
tenaga sendiri. Pihak pemerintah berperan pariwisata di Desa Wisata Pampang. Jalur
dalam pengawasan kegiatan, sedangkan pihak yang tempuh adalah melalui program Corporate
Bank Mandiri sebagai donatur menjalankan Social Responsibility (CSR) yang disediakan oleh
perannya sesuai rencana. Proses pembangunan setiap perusahaan. Adapun pihak swasta yang
tidak menggunakan jasa kontraktor, melainkan berperan adalah PT. VICO untuk kegiatan
memanfaatkan sumberdaya masyarakat, ter renovasi serambi Lamin Adat Pemung Tawai,
masuk warga tetangga bersuku lain. Hal ini PT. Lana Harita untuk kegiatan operasional
menunjukkan kekuatan posisi masyarakat Pengurus Kesenian dan PT. TOTAL untuk
sebagai pelaksana kegiatan. Pihak pemerintah kegiatan pelatihan.
maupun Bank Mandiri menghargai sikap dan
usaha tersebut.
JNP 194
Ami Suswandi Putra, Pola Kemitraan Pariwisata dalam Manajemen Atraksi Desa Wisata Pampang Kota Samarinda
Kasus Renovasi Serambi Lamin Adat Pada tahap pelaksanaan, dominasi peran
Pemung Tawa tetap dilakukan oleh pihak masyarakat. Beragam
kreatifitas masyarakat teraplikasikan dalam
Tabel 3. Pola Kemitraan antara Pihak Swasta
upaya menghiasi serambi lamin. Adapun
dan Masyarakat
PT.VICO berperan sebagai donatur dan
Swasta Masyarakat pengawas kegiatan. Sebagaimana permintaan
Pihak
PT. VICO Utusan Lembaga yang diinginkan perusahaan, nama PT. VICO
Adat
tampak terukir pada beberapa benda (Observasi,
Meningkatkan Meningkatkan
2012).
Citra Kualitas Lamin
Kebutuhan
Perusahaan Adat Pamung
Pada tahap pengendalian, peran utama tetap
Kriteria Tawai dilakukan oleh masyarakat. Hal ini meliputi
Kemitraan Bersepakat untuk meningkatkan pemeliharaan benda-benda yang telah dibuat,
Visi
daya tarik wisata serta mempertahankan warna (Observasi,
Bersepakat untuk merenovasi 2012). Akan tetapi tidak terdapat penambahan
Tujuan serambi Lamin Adat Pamung
setelah kegiatan tersebut berakhir. Hal ini
Tawai
Terjadi pada penyetujuan proposal
menunjukkan bahwa kemitraan yang terjalin
Kesepakatan tidak berkelanjutan.
tahun 2004
PT. VICO sempat mengusulkan untuk turut Terjadi pada penyetujuan proposal
Kesepakatan
tahun 2005
serta dalam proses pembangunan, tetapi pihak
masyarakat hanya menyetujui untuk diawasi.
Oleh Pengurus Kesenian, bantuan tersebut
Hal ini bertujuan untuk memberi jaminan bahwa
diutamakan untuk pembayaran rekening listrik
kegiatan tersebut benar-benar terlaksana dan
dan air. Sisa dana kemudian digabungkan
membatasi intervensi eksternal atas kegiatan
dengan akumulasi tiket pertunjukan untuk
internal.
195 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 5, Nomor 3, Desember 2013
dibagikan kepada anggota masyarakat aktif khusus dalam bidang pelatihan dan peningkatan
pada bulan tersebut. Terdapat sistem pendataan SDM terkait aktivitas seni pertunjukan.
kehadiran secara terbuka. Permasalahannya Pada tahap pengendalian, dalam hal ini
terletak pada pengelolaan keuangan yang tidak meliputi segala bentuk usaha proses pendam
profesional, karena seluruh penghasilan akan pingan yang intensif, untuk memastikan
habis dibagikan secara merata pada masyarakat pelatihan yang dilakukan membawa pengaruh
yang turut berpartisipasi, dengan proporsi positif bagi penyelenggaraan acara pementasan
tertentu. Oleh sebab itu pihak pengurus tidak tari. Akan tetapi tidak ada upaya dari pihak
memiliki dana kas dalam upaya investasi yang PT. TOTAL terkait hal tersebut. Masyarakat
mandiri. Itulah sebabnya pihak pengurus seolah diberi kepercayaan penuh untuk dapat
menjadi terlalu bergantung pada datangnya berkembang dengan sendirinya. Hal ini ber
bantuan. Hal ini menyebabkan pengembangan potensi menyebabkan kurang terkontrolnya
pariwisata di Desa Wisata Pampang berjalan perubahan positif yang dapat terjadi setelah
sangat lamban. pelatihan tersebut diberikan. Hal ini menunjuk
Tabel 5. Pola Kemitraan PT. TOTAL - Masyarakat kan bahwa proposal yang berujung kesepakatan
pada tahun 2007 ternyata masih kurang efektif,
Swasta Masyarakat
karena tidak ada evaluasi dari pihak PT. TOTAL
PT. TOTAL Pengurus
Pihak sebagai pelaksana kegiatan.
Kesenian
Meningkatkan Meningkatkan Tabel 6. Pola Kemitraan Antar Masyarakat Pada
Kebutuhan citra kualitas Kasus Pengadaan Cinderamata
Kriteria perusahaan Pertunjukan
Masyarakat Masyarakat
Kemitraan Bersepakat meningkatkan
Visi Pengusaha Pengrajin
sumberdaya manusia pariwisata Pihak
Galery
Bersepakat untuk memberi
Tujuan Memenuhi Menambah
pelatihan seni pertunjukan
Kriteria Kebutuhan permintaan peluang usaha
Terjadi pada penyetujuan
Kesepakatan Kemitraan kensumen
proposal tahun 2007
Visi Ingin memperoleh keuntungan
Bersepakat untuk memasarkan
Pada tahap perencanaan, dominasi peran Tujuan
produk cinderamata
dilakukan oleh masyarakat. Sebagaimana pula
Kesepakatan Setiap kali terjadi transaksi
dilakukan terhadap perusahaan yang lain,
masyarakat berinisiatif lebih dulu untuk meng Pihak pengusaha galeri dan pengrajin
ajukan proposal agar mendapatkan dukungan adalah dua pihak yang berbeda secara profesi,
atas aktivitas pariwisata di Desa Wisata meskipun keduanya adalah warga Desa Wisata
Pampang. Pampang. Interaksi terjadi ketika transaksi,
Pada tahap pengorganisasian atas kegiatan dengan kesepakatan tak tertulis namun
pelatihan, peran terbesar adalah dari pihak dipegang teguh.
PT. TOTAL, karena masyarakat merupakan Jika terdapat pesanan yang melebihi
pihak yang dilatih, sehingga hanya menunggu kapasitas pengrajin binaannya, maka pengusaha
pelaksanaan kegiatan tersebut dan membuka galeri akan mencari barang tersebut kepada
kesediaan untuk mau belajar. pengrajin yang lain, menggunakan pola tran
Pada tahap pelaksanaan, dominasi peran saksi jual beli dengan harga yang ditentukan
tetap dilakukan oleh PT. TOTAL selaku oleh pengrajin. Pola semacam ini menyerupai
pelaksana. Pada pelaksanaannya, pihak yang pola kemitraan Dagang Umum.
melatih bukanlah dari internal perusahaan, Pada beberapa kondisi, terdapat kemung
melainkan pihak lain yang memiliki kemampuan kinan pengusaha galeri membutuhkan jasa
JNP 196
Ami Suswandi Putra, Pola Kemitraan Pariwisata dalam Manajemen Atraksi Desa Wisata Pampang Kota Samarinda
pengrajin lain untuk ikut memproduksi barang melainkan justru kebutuhan ekonomi yang lebih
pesanannya. Pada kasus ini, bahan baku di mendominasi. Visi secara umum dapat dikata
sediakan pengusaha galeri, sehingga pengrajin kan tercapai, karena daya tarik wisata di Desa
hanya menyediakan jasa pembuatan pesanan. Wisata Pampang sudah populer di luar daerah,
Pola semacam ini menyerupai pola kemitraan akan tetapi tidak untuk wisatawan lokal.
Subkontrak. Pola Investasi Swasta dan CSR pada dasar
Adapun pada beberapa jenis barang yang nya serupa, perbedaan hanya terdapat pada
tidak mampu diproduksi oleh pengrajin, maka kontribusi pemerintah. Dikatakan Pola Investasi
akan dibeli pada grosir yang menyediakan Swasta karena pemerintah mengajak pihak
barang-barang tersebut. Citra Niaga di pusat swasta untuk memberi donasi, sedangkan CSR
Kota Samarinda merupakan salah satu grosir dilakukan tanpa campur tangan pemerintah.
yang dimaksud. Hal ini menunjukkan lemahnya Peran swasta dapat dikatakan sangat besar
pengelolaan sumberdaya yang ada di Desa terhadap perkembangan pariwisata. Akan
Pampang, karena penyediaan bahan baku saja tetapi kurangnya fungsi pengendalian yang
tidak mampu diakomodir secara mandiri. profesional atraksinya menyebabkan bantuan
tersebut kurang optimal.
Evaluasi Terhadap Pola Kemitraan
Pada penerapan pola CSR, tidak ditemukan
Berdasarkan model kemitraan, secara aplikasi CSR murni, melainkan sebatas donasi
umum dapat digolongkan ke dalam kemitraan fisik, donasi berkelanjutan, dan donasi pem
semu dan kemitraan gabungan subordinatif. binaan. Hal ini berarti tidak terdapat penerapan
Kemitraan semu ditunjukkan dengan kurang pola CSR secara utuh yakni berupa donasi untuk
nya pemahaman pelaku terhadap substansi pembinaan yang berkelanjutan.
kemitraan itu sendiri. Para pelaku terfokus pada Pola Subkontrak dan Dagang Umum meru
segala sesuatu yang tampak (fisik), sekedar pakan pola yang berkembang dalam 10 tahun
melaksanakan kewajiban, kurang pendekatan terakhir. Hal ini karena bangkrutnya KUD
komunikasi yang efektif serta kurang berfikir menyebabkan beberapa anggota masyarakat
jangka panjang. Adapun penggolongan kemi harus mampu lebih mandiri, sehingga berdiri
traan gabungan subordinatif karena pemerintah galeri-galeri cinderamata yang bersumber dari
lebih dominan pada aktivitas manajerial dan modal pribadi. Keberadaan galeri tersebut
masyarakat pada aktivitas operasional. sangat mendukung aktivitas kerajinan tangan,
Pola kemitraan yang dilakukan pemerintah karena mampu menjaring wisatawan secara
dan masyarakat dapat digolongkan dalam dua efektif. Akan tetapi pola yang terbentuk
pola utama, yaitu Dana Hibah dan Pinjaman kemudian lebih mengarah pada bisnis yang
Bergulir. Dana Hibah terbagi dua jenis, yaitu profesional, penuh perhitungan dan kurang
bantuan dana untuk kelompok masyarakat dan semangat kekeluargaan.
pembangunan fisik.
Rumusan Perbaikan Pola Kemitraan
Kemitraan yang dilakukan pemerintah dan
masyarakat telah mengalami pergeseran kepen Interaksi Pemerintah Swasta -Masyarakat,
tingan. Pada awalnya pemerintah memiliki dengan pihak swasta sebagai donatur,
kebutuhan untuk menyuguhkan hiburan khas pemerintah sebagai fasilitator dan masyarakat
lokal bagi tamu, namun saat ini justru enggan sebagai pelaksana, dapat menghasilkan luaran
mendampingi tamu untuk berkunjung. Pada yang efektif. Akan tetapi perlu ditekankan
awalnya masyarakat berkepentingan mening pentingnya perencanaan yang matang dan
katkan posisi sebagai warga kota, namun saat partisipatif agar hasilnya benar-benar tepat
ini posisi yang diinginkan kurang tercapai, sasaran.
197 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 5, Nomor 3, Desember 2013
Peningkatan kelembagaan lokal dapat Membuka sanggar tari bagi umum, untuk
membantu Pengurus Kesenian. Hal ini mengacu memacu semangat pelestarian budaya bagi
pentingnya multi-layer kemitraan, dalam arti kalangan pemuda. Hal ini juga merupakan
kemitraan yang diterapkan dapat pula mewa usulan dari beberapa anggota masyarakat
dahi anggota-anggota masyarakat yang memi selama proses penelitian.
liki potensi untuk bermitra dan semakin men Mengadopsi program Takesra dan Kukesra,
dukung aktivitas pariwisata. yaitu memberi pinjaman berupa tabungan
Mengadopsi program PNPM Mandiri, kepada masing-masing keluarga. Hal ini meru
keberadaan fungsi fasilitator dapat menetralisir pakan satu upaya untuk menciptakan trans
konflik kepentingan internal, namun sebaiknya paransi dan profesionalitas, yang merupakan
individu yang terpilih bukan dari anggota bagian dari kunci sukses kemitraan. Hal ini
masyarakat maupun pihak pemerintah. bertujuan untuk menambah peran pihak swasta
Meningkatkan kunjungan wisatawan agar lebih berkontribusi, meredam pola kon
dengan promosi ke lembaga pendidikan. Hal sumtif dan memacu semangat bersaing antar
ini dilakukan untuk penyempurnaan penerapan anggota masyarakat.
teori sumberdaya dalam manajemen (6M), yang Mengembalikan fungsi KUD sebagai pemer
pada unsur market (pasar/pemasaran) masih satu aktivitas masyarakat. Akan tetapi perlu
kurang mendapat perhatian. Hal ini juga dalam ditekankan fungsi KUD dibatasi pada penye
upaya menerapkan kembali filosofi awal konsep diaan bahan baku untuk memberi kemudahan
desa wisata yang bertujuan memberikan layanan terutama bagi pengrajin kecil. Secara sederhana,
wisata sambil mengenal, merasakan dan bahkan KUD difungsikan khusus untuk mengkoordinir
melakoni kehidupan dan budaya masyarakat. produksi cinderamata. Selain itu dapat pula
dikembangkan aktivitas lain untuk mening
katkan kapasitas masyarakat.
JNP 198
Ami Suswandi Putra, Pola Kemitraan Pariwisata dalam Manajemen Atraksi Desa Wisata Pampang Kota Samarinda
199 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 5, Nomor 3, Desember 2013
JNP 200