You are on page 1of 11

Strategi Pengembangan … (Endah/ hal 1-11)

STRATEGI PENGEMBANGAN EKO-WISATA BERBASIS MASYARAKAT


DI KAMPUNG WISATA REJOWINANGUN

Endah Tisnawati1, Dita Ayu Rani Natalia1, Desrina Ratriningsih1, Angling Randhiko Putro1,
Wiliarto Wirasmoyo1, Henry P. Brotoatmodjo2, Adwiyah Asyifa’3
1
Program Studi Arsitektur, Universitas Teknologi Yogyakarta;
2
Jurusan Teknik Informatika, Universitas Amikom;
3
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Teknologi Yogyakarta
Email: endah.tisnawati@uty.ac.id

ABSTRACT

Community-based ecotourism is one of the efforts of rural development through the tourism sector, which not only
presents natural tourism resources, but also contributes to environmental conservation, and the community as the
main controller in its development. Rejowinangun Tourism Village is a village with a lot of potential and began to be
developed as an ecotourism area, but still has many problems, both from the environmental aspects, management
aspects, to aspects of human resources, so that tourism activities in the region have not developed. Therefore, a
study is needed to analyze the potentials of community-based ecotourism development in Rejowinangun Tourism
Village, and to achieve these objectives, an analysis is conducted on all aspects, namely analysis on aspects of
tourist objects and attractions, social aspects, management aspects, up to aspects of organizing community
empowerment. In collecting data, the method used is community participatory. In this method the community is the
central focus and the ultimate goal of the activity, citizen participation will increase citizens' self-esteem and the
ability to be able to participate in the mission concerning the community and village. Citizen participation will foster
an environment that is conducive to increasing environmental potential and community growth.

Keywords: Community-Based Ecotourism, Ecotourism, Rejowinangun Tourism Village

ABSTRAK

Ekowisata berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya pengembangan pedesaan melalui sektor pariwisata,
yang tidak hanya menyuguhkan sumber daya wisata yang masih alami, namun juga berkontibusi terhadap
konservasi lingkungan, dan masyarakat sebagai pengendali utama dalam pengembangannya. Kampung Wisata
Rejowinangun merupakan kampung dengan banyak potensi dan mulai dikembangkan sebagai kawasan
ekowisata, namun masih memiliki banyak permasalahan, baik dari aspek lingkungan, aspek pengelolaan,
hingga aspek sumberdaya manusia, sehingga aktivitas wisata di kawasan tersebut belum berkembang. Oleh
karena itu, diperlukan suatu kajian untuk menganalisis potensi-potensi pengembangan ekowisata berbasis
masyarakat di Kampung Wisata Rejowinangun, dan untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan analisis pada
semua aspek, yaitu analisis pada aspek objek dan daya tarik wisata, aspek kemasyarakatan, aspek
pengelolaan, hingga aspek penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat. Dalam pengumpulan data, metode
yang digunakan adalah partisipatoris masyarakat. Di dalam metode ini masyarakat adalah fokus sentral dan
tujuan terakhir kegiatan, partisipasi warga akan meningkatkan harga diri warga dan kemampuan untuk dapat turut
serta dalam keutusan yang menyangkut masyarakat dan kampung. Partisipasi warga dapat menumbuhkan
lingkungan yang kondusif bagi peningkatan potensi lingkungan dan pertumbuhan masyarakat.

Kata kunci: Ekowisata Berbasis Masyarakat, Ekowisata, Kampung Wisata Rejowinangun

INERSIA, Vol. XV No. 1, Mei 2019 1


Strategi Pengembangan … (Endah/ hal 1-11)

PENDAHULUAN

Kota Yogyakarta yang merupakan salah menerima dan menggerakkan kunjungan


satu wilayah yang terletak di DIY wisatawan ke desa tersebut, serta
mempunyai potensi wisata yang mampu menggerakkan (Muliawan, 2000).
berkembang dengan pesat. Salah satu
jenis daya tarik wisata yang Prinsip pengembangan desa/kampung
dikembangkan saat ini adalah wisata adalah sebagai salah satu produk
desa/kampung wisata. Desa wisata wisata alternatif yang dapat memberikan
didefinisikan sebagai desa yang memiliki dorongan bagi pembangunan kawasan
potensi keunikan dan daya tarik wisata yang berkerlanjutan serta memiliki prinsip-
yang khas, baik berupa karakter fisik prinsip pengelolaan (Bappeda, 2013).
lingkungan alam pedesaan maupun Seiring dengan perkembangannya, muncul
kehidupan sosial budaya kemasyarakatan konsep ekowisata berbasis masyarakat,
yang dikelola dan dikemas secara yaitu konsep wisata yang menyuguhkan
menarik dan alami dengan sumber daya alam wilayah dan budaya
pengembangan fasilitas pendukung setempat yang memiliki nilai konservasi
wisatanya, dalam suatu tata lingkungan serta mampu meningkatkan pendapatan
yang harmonis dan pengelolaan yang ekonomi bagi masyarakat.
baik dan terencana sehingga siap

Gambar 1. Kegiatan Budaya dan Wisata Agro di Kampung Wisata Rejowinangun


(Sumber: Monografi Kelurahan Rejowinangun, 2017)

Kampung wisata Rejowinangun terletak di Pengembangan Eco-district Kota


Kelurahan Rejowinangun Kecamatan Yogyakarta. Perencanaan ini membawa
Kotagede. Kecamatan Kotagede dampak pada arahan pengembangan
merupakan salah satu obyek tujuan konsep kepariwisataan kampungnya.
wisata bagi wisatawan dosmetik maupun
mancanegara. Kotagede mempunyai Pendekatan Eco-district memayungi pola
obyek wisata minat khusus berupa pengembangan ekowisata. Pola ekowisata
makam Raja Mataram yang terletak di berbasis masyarakat adalah pola
kelurahan Prenggan. Menurut data, pengembangan ekowisata yang
tahun 2014 Kelurahan Rejowinangun mendukung dan memungkinkan
paling banyak dikunjungi oleh wisatawan keterlibatan penuh oleh masyarakat
asing sebanyak 15.785 orang dan setempat dalam perencanaan,
wisatawan domestik sebanyak 1.608.643 pelaksanaan, dan pengelolaan usaha
orang (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ekowisata dan segala keuntungan yang
Propinsi DIY, 2015). Dengan jumlah diperoleh (Departemen Kebudayaan dan
wisatawan yang banyak mendorong Pariwisata dan WWF-Indonesia, 2009).
masyarakat untuk mengembangkan Ekowisata berbasis masyarakat dapat
wisata lain sebagai obyek daya tarik menciptakan kesempatan kerja bagi
wisata baru yaitu kampung wisata masyarakat setempat, dan mengurangi
Rejowinangun yang memiliki ciri khusus. kemiskinan, di mana penghasilan
Saat ini dalam RPJMD Kota Yogyakarta ekowisata adalah dari jasa-jasa wisata
tahun 2016-2026, Kelurahan Rejo- untuk turis: biaya pemandu; ongkos
winangun termasuk dalam Masterplan transportasi; homestay; menjual kerajinan,
INERSIA, Vol. XV No. 1, Mei 2019
2
Strategi Pengembangan … (Endah/ hal 1-11)

dll. Ekowisata membawa dampak positif untuk memperbaiki peri-laku sosial


terhadap pelestarian lingkungan dan masyarakat untuk tujuan konser-vasi
budaya asli setempat yang pada akhirnya lingkungan (Buckley, 2003).
diharapkan akan mampu menumbuhkan
jati diri dan rasa bangga antar penduduk Adimihardja (1999) dalam Sunaryo (2013)
setempat yang tumbuh akibat peningkatan mendefinisikan pemberdayaan masya-
kegiatan ekowisata. rakat sebagai suatu proses yang tidak saja
hanya mengembangkan potensi ekonomi
Dengan adanya pola ekowisata berbasis masyarakat yang sedang tidak berdaya,
masyarakat bukan berarti bahwa namun demikian juga harus berupaya
masyarakat akan menjalankan usaha dapat meningkatkan harkat dan martabat,
ekowisata sendiri. Tataran implementasi rasa percaya diri dan harga dirinya serta
ekowisata perlu dipandang sebagai bagian terpeliharanya tatanan nilai budaya
dari perencanaan pembangunan terpadu setempat. Pemberdayaan masyarakat
yang dilakukan di suatu daerah. Untuk itu, dimaknai sebagai suatu upaya untuk
pelibatan para pihak terkait mulai dari level menguatkan power (daya) atau
komunitas, masyarakat, pemerintah, dunia empowering dari golongan masyarakat
usaha dan organisasi non pemerintah yang powerless (tidak berdaya), biasanya
diharapkan membangun suatu jaringan mereka yang sedang tergolong ke dalam
dan menjalankan suatu kemitraan yang masyarakat yang marjinal. Sinclair (1998)
baik sesuai peran dan keahlian masing- dalam Okazaki (2008) menyebutkan
masing. bahwa pariwisata mampu memberikan
manfaat dalam bentuk penguatan ekonomi
Dowling (1996), dalam Hill & Gale (2009) lokal, yang antara lain berupa devisa,
menyatakan bahwa ekowisata dapat pendapatan tambahan kepada
dilihat berdasarkan keterkaitannya masyarakat, serta peluang pekerjaan yang
dengan 5 (lima) elemen inti, yaitu bersifat dapat ditangkap oleh masyarakat.
alami, berkelanjutan secara ekologis, Ramadhan (2018) berpendapat, sektor
lingkungannya bersifat edukatif, usaha dalam pariwisata seperti usaha
menguntungkan masyarakat lokal, dan akomodasi dan transportasi dapat mem-
menciptakan kepuasan wisatawan. berikan kontribusi dalam mendorong
Berdasarkan definisi-definisi dari berbagai perekonomian lokal, regional, maupun
tokoh, Fennell (2003) kemudian nasional. Dalam kegiatan kepariwisataan
merangkum pengertian eko-wisata ada beberapa pihak yang memiliki peran
sebagai sebuah bentuk berkelanjutan dan terlibat langsung dalam kegiatan
dari wisata berbasis sumberdaya alam kepariwisataan (Sunaryo, 2013).
yang fokus utamanya adalah pada
pengalaman dan pembelajaran mengenai Murphy (1988), Larry Dawyer, Peter
alam, yang dikelola dengan Forsyth dan Wayne Dwyer (2010) dalam
meminimalisir dampak, non-konsumtif, Sunaryo (2013) pembangunan
dan berorientasi lokal (kontrol, kepariwisataan harus merupakan suatu
keuntungan dan skala). Goeldner (1999), kegiatan yang berbasis pada komunitas,
dalam Butcher (2007), menyatakan bahwa dengan faktor utama bahwa sumber daya
ekowisata merupakan bentuk perjalanan dan keunikan komunitas lokal baik berupa
menuju kawasan yang masih alami yang elemen fisik maupun non fisik (tradisi dan
bertujuan untuk memahami budaya dan budaya) yang melekat pada komunitas
sejarah alami dari lingkungannya, tersebut harus menjadi penggerak utama
menjaga integritas ekosistem, sambil dalam pariwisata tersebut. Masyarakat
menciptakan kesempatan ekonomi untuk lokal memiliki kedudukan yang sama
membuat sumber daya konservasi dan pentingnya sebagai salah satu pemangku
alam tersebut menguntungkan bagi kepentingan (stakeholder) dalam
masyarakat lokal. Terlihat jelas bahwa pembangunan kepariwisataan, selain
perlu adanya keuntungan yang didapatkan pihak pemerintah dan industri swasta.
oleh masyarakat lokal, sehingga ekowisata
harus dapat menjadi alat yang potensial

INERSIA, Vol. XV No. 1, Mei 2019 3


Strategi Pengembangan … (Endah/ hal 1-11)

Berdasarkan konsep pemberdayaan inisiatif masyarakat pembangunan


masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan.
kepariwisataan, Phillips (2009), Okazaki 2. Meningkatnya posisi dan kualitas
(2008) dan Chuang (2010) menyampaikan keterlibatan/partisipasi masyarakat.
bahwa upaya pemberdayaan masyarakat 3. Meningkatnya nilai manfaat positif
melalui kepariwisataan pada hakikatnya pembangunan kepariwisataan bagi
harus diarahkan pada beberapa hal kesejahteraan ekonomi masyarakat.
sebagai bertikut: 4. Meningkatnya kemampuan masyarakat
1. Meningkatnya kapasitas, peran dan dalam melakukan perjalanan wisata

METODE

Metode yang digunakan dalam hasilkan keluaran berupa visi misi


Pengembangan Ekowisata di Kampung kampung budaya, konsep tata
Wisata Rejowinangun ini mengedepankan lingkungan dan dokumen perencanaan.
kepentingan masyarakat dalam 3. Keterlibatan dalam pelaksanaan
membangun lingkungannya agar lebih kegiatan, baik pelaksanaan sosialisasi,
tertata dan memiliki karakter budaya yang workshop maupun kegiatan fisik.
kuat. Pendekatan yang dilakukan di tahun 4. Monitoring dan Evaluasi, masyarakat
pertama adalah pendekatan perancangan dilibatkan untuk menilai hasil yang telah
partisipatoris masyarakat. Di dalam dilaksanaknan.
metode ini masyarakat adalah fokus 5. Keterlibatan dalam kegiatan perkuatan
sentral dan tujuan terakhir kegiatan, kelembagaan dan sosial budaya
partisipasi warga akan meningkatkan masyarakat untuk mewujudkan
harga diri warga dan kemampuan untuk Kelurahan Rejowinangun sebagai
dapat turut serta dalam keutusan yang Kampung Wisata.
menyangkut masyarakat dan kampung.
Partisipasi warga akan menumbuhkan Kerangka pendekatan pengembangan
lingkungan yang kondusif bagi peningkatan desa wisata sangat dipengaruhi oleh
potensi lingkungan dan pertumbuhan kebijakan dan parameter pendampingan
masyarakat. yang ditetapkan oleh pemerintah, di mana
pendekatan ini dimaksudkan untuk dapat
Muslim (2007) dan Okazaki (2008) menghasilkan suatu perangkat peraturan
menjelaskan bahwa masyarakat harus tata lingkungan yang selain menciptakan
terlibat aktif dalam setiap pengambilan keteraturan juga dapat mendukung
keputusan bersama dengan pemerintah terciptanya faktor estetika kawasan yang
daerah. Partisipasi dari masyarakat menonjolkan ciri khas daerah tersebut
dibutuhkan dalam bentuk: dalam bentuk tata letak, desain bangunan,
1. Keterlibatan dalam kegiatan pendataan kekhasan seni budaya serta sarana
dan identifikasi kawasan (potensi dan pendukung lingkungan kawasan.
masalah)
2. Keterlibatan dalam proses perencanaan
kawasan yang nantinya akan meng-

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kampung Wisata Rejowinangun

Kampung wisata Rejowinangun dirintis bertujuan agar potensi wilayah dapat


sejak tahun 2010 dan diresmikan pada berkembang dengan baik dan masyarakat
tahun 2013. Kampung wisata ini meliputi dapat maju bersama. Pembagian klaster
di seluruh Kelurahan Rejowinangun didasarkan pada batas RW. Setiap klaster
dengan adanya pembagian klaster yang mewakili potensi utama kawasan, yaitu

INERSIA, Vol. XV No. 1, Mei 2019


4
Strategi Pengembangan … (Endah/ hal 1-11)

klaster budaya, klaster agro, klaster herbal, memiliki potensi wisata alam dan budaya
klaster kuliner dan Kampung wisata yang beragam.
Rejowinangun dapat dikembangkan menjadi
ekowisata berbasis masyarakat karena

Gambar 2. Peta pembagian Klaster di Kelurahan Rejowinangun


(Sumber: BPS Kota Yogyakarta, 2015)

Beragamnya potensi yang dimiliki setiap budaya sehingga ditetapkan menjadi


klaster harus disimpulkan menjadi konsep klaster budaya. Pada klaster ini terdapat
kawasan Kampung Wisata Rejowinangun. 3 (tiga) potensi utama, yaitu Sanggar Tari
Penataan yang menitikberatkan pada Sari Budoyo dengan tarian Edan-edanan,
ekonomi dan lingkungan yang berkelanjutan Sanggar Tari Sekar Arum dan kelompok
termasuk peningkatan kapasitas sumber Karawitan dan Panembromo Retno
daya manusia untuk mencapai Budoyo Rini.
kesejahteraan masyarakat. Berikut uraian
potensi setiap klasternya:
1. Klaster Budaya. Klaster ini terletak di sisi
utara Kampung Wisata Rejowinangun.
Memiliki beberapa potensi seni dan

Gambar 3. Peta Potensi Budaya Klaster Rejowiangun

INERSIA, Vol. XV No. 1, Mei 2019 5


Strategi Pengembangan … (Endah/ hal 1-11)

Sanggar Tari Sekar Arum merupakan RW 09. Karawitan dan Penmbrono Retno
sanggar tari tradisional khususnya tari Budoyo Rini berlokasi di Jalan Ki Penjawi
jawa. Rutin berlatih setiap hari Kamis sore no 37 dan di bawah pembinaan bapak
pukul 16.00 wib di pendopo Bapak Frans Untung Suparjo yang rutin berlatih setiap
Gunawan yang berada di Rejowinangun hari Jumat.

Gambar 4. Kegiatan Sanggar Tari

Adapun kegiatan kebudayaan di adalah tarian yag paling terkenal juga


beberapa RW lainnya seperti: sebagai ciri khas Kampung
Rejowinangun.
RW 1 : keroncong dan karawitan 2. Klaster Kerajinan. Klaster ini terletak di
RW 2 : manuk beri, yang berupa sisi barat Kampung Wisata
peninggalan jaman dahulu Rejowinangun. Klaster kerajinan terletak
RW 3 : gamelan, terdapat peralatan di RW 6 dan RW 7, disini banyak sekali
gamelan tapi belum efektif pengrajin atau warga yang mempunyai
penggunaannya usaha kerajinan. Beberapa potensi
RW 5 : seni tari, macapat, ketoprak, kerajinan yang tersebar dalam klaster ini
jatilan yaitu: kerajinan batik, kerajinan lukis kaca
terbalik, kerajinan fiber, kerajinan
Dari seluruh kelompok di klaster budaya blangkon, kerajinan dari sampah an
RW 5 adalah yang paling aktif dalam organik dan sanggar rajut.
kegiatan kebudayaan. Tari edan-edanan

Gambar 5. Peta Potensi Klaster Kerajinan

Gambar 6. Hasil Klaster Kerajinan

INERSIA, Vol. XV No. 1, Mei 2019


6
Strategi Pengembangan … (Endah/ hal 1-11)

3. Klaster Herbal. Terletak di sisi barat memproduksi aneka jamu tradisional


Kampung Wisata Rejowinangun. Produk secara alami. Produk jamu ini juga sudah
unggulan klaster ini adalah JAGER (jamu menjadi produk unggulan beberapa hotel
gendong Rejowinangun) yang berbintang di Yogyakarta.

Gambar 7. Peta Potensi Klaster Herbal

4. Klaster Kuliner. Terletak di sisi selatan bersertifikasi dari BPOM. Ibu ibu
Kampung Wisata Rejowinangun. Produk penggerak klaster kuliner juga telah
unggulan klaster ini adalah berbagai secara rutin menggelar pasar jajanan
variasi kripik daun yang sudah untuk berbuka puasa setiap bulan puasa.

Gambar 8. Peta Potensi Klaster Kuliner

5. Klaster Agro. Terletak di sisi timur event Merti Panen Raya. Klaster ini telah
Kampung Wisata Rejowinangun. Setiap dibina oleh Dinas Pertanian dan
rumah di klaster agro menanam sayuran Ketahanan Pangan.
di dalam pot. Setiap tahunnya digelar

Gambar 9. Peta Potensi Klaster Agro

INERSIA, Vol. XV No. 1, Mei 2019 7


Strategi Pengembangan … (Endah/ hal 1-11)

Analisis Pengembangan Potensi Ekowisata


di Kampung Wisata Rejowinangun

Dowling (1996) dalam Hill & Gale (2009) dan merupakan salah satu bentuk
Fennell (2003), berpendapat prinsip utama pemberdayaan masyarakat yang
dalam pengembangan konsep Eko-wisata membutuhkan dukungan dari kelembagaan
adalah terdapatnya lingkungan yang alami lokal, lembaga keuangan dan pihak terkait,
dan ekologis. Kampung Wisata serta menggerakkan beberapa aspek dalam
Rejowinangun terletak di Kota Yogyakarta mayarakat yaitu aspek ekonomi, aspek
dengan karakter kampung perkotaan. Hal ini sosial budaya dan aspek lingkungan.
tentu saja menjadikan tantangan tersendiri Menumbuh-kembangkan agrowisata
dalam pengembangan konsep ekowisata perkotaan yang berbasis pemberdayaan
yang berbasis pada pengembangan masyarakat sekitar tidaklah mudah, titik-titik
konservasi alam dan lingkungan. Klaster kritis yang menentukan keberhasilan antara
agro dan klaster herbal yang terdapat dalam lain permodalan, kemampuan pengelola,
kawasan menjadi tulang punggung motivasi dan passion serta kebersamaan
pengembangan konsep ini dalam kawasan. dan kesolidan masyarakat dan pengelola.
Selain itu dalam kawasan kelurahan juga
terdapat Sungai Gajahwong dengan kondisi Maksud pelaksanaan kegiatan ini selain
lingkungan yang masih alami. untuk mengembalikan nilai-nilai tradisional
yang ada, juga memberi makna untuk selalu
Klaster Agro mulai tahun 2018 ini mendapat mensyukuri kehidupan dan tetap menjaga
kesempatan dampingan dari Dinas lingkungan. Selain itu, penyelenggaraan
Pertanian dan Ketahanan Pangan untuk kegiatan ini juga dimaksudkan untuk
mengembangkan konsep Agrowisata. memberikan motivasi kepada petani
Agrowisata perkotaan merupakan salah satu perkotaan agar terus memelihara lahan
konsep kegiatan pariwisata yang tanam sebagai bentuk ketahanan pangan.
bertemakan pertanian dan akhir-akhir ini Kegiatan Merti Panen Raya ini merupakan
menjadi alternatif tujuan wisata bagi kegiatan rutin dan menjadi salah satu atraksi
keluarga di kawasan perkotaan. Selain itu, wisata yang memperkuat potensi Klaster
pergeseran dan perubahan gaya hidup Agro Kampung Wisata Rejowinangun.
masyarakat perkotaan turut memicu
perkembangan agrowisata yang diperkuat Dukungan utama tentu saja dari masyarakat
dengan isu terbatasnya lahan hijau/lahan Kelurahan Rejowinangun yang telah
tanam. Beberapa manfaat dari konsep berkomitmen untuk memberdayakan
agrowisata perkotaan ini antara lain: sebagai wilayahnya di bidang pertanian dan
wahana untuk mendiseminasikan berbagai diseminasi tanaman. Kegiatan ini bermula
teknologi pertanian kepada masyarakat dari sekedar hobby, dan keinginan untuk
secara umum; sebagai kegiatan dalam menjaga lingkungan agar tetap hijau,
rangka memanfaatkan dan melestarikan kemudian berkembang menjadi komitmen
ling-kungan sekitar; meningkatkan untuk membentuk kelompok tani dan
pendapatan petani perkotaan dan membuka kelompok wanita tani.
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar;
serta menambah nilai estetika pada Dukungan dari Pemkot diberikan melalui
lingkungan sekitar. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kota Yogyakarta yang telah memberikan
Pada Klaster Agro, konsep agrowisata bantuan, baik berupa bibit, infrastruktur
perkotaan ini dirancang dengan pertanian maupun kegiatan pelatihan serta
memanfaatkan lahan yang terbatas, rumusan rancangan grand desain. Berbagai
misalnya dengan vertikultur, hidroponik, kegiatan pendampingan dan perkuatan
pergola, media tanam vertikal, serta inovasi UMKM telah dikucurkan melalui Kecamatan
lainnya yang dapat diterapkan dalam Kotagede dengan tujuan memperkuat
pertanian perkotaan. Pengembangan system klaster yang telah berkembang
agrowisata perkotaan di kawasan ini dengan baik di Kelurahan Rejowinangun.
INERSIA, Vol. XV No. 1, Mei 2019
8
Strategi Pengembangan … (Endah/ hal 1-11)

Dukungan pemerintah lainnya adalah


hadirnya Wakil Walikota Yogyakarta dalam Tahun 2018 Kampung Wisata Rejowinangun
kegiatan ini. telah mendapatkan akreditasi kampung
wisata yang diselenggarakan oleh Dinas
Kemitraan juga dirintis bersama perguruan Pariwisata Kota Yogyakarta. Prestasi
tinggi. Program Studi Arsitektur, Universitas Kampung Wisata Rejowinangun pun tidak
Teknologi Yogyakarta, sejak tahun 2016 lalu sedikit. Tahun 2018 ini menjadi kampung
telah melakukan kegiatan pendampingan wisata kedua terbaik se-Propinsi DIY.
masyarakat Perencanaan Kampung Wisata Mendapat juara kedua pada Festival
Rejowinangun. Kegiatan ini mendapat Kampung Wisata Kota Yogyakarta. Di
pendanaan dari Kementrian Riset, Teknologi tingkat nasional, Kampung Wisata
dan pendidikan Tinggi, dan saat ini telah Rejowinangun memperoleh peringat ke-18.
memasuki tahun kedua. Program yang telah Kondisi ini tidak lepas dari arah
berjalan hingga saat ini adalah Perumusan perkembangan konsep ekowisata yang
Masterplan Kampung Wisata, Perumusan dikembangkan di wilayah tersebut.
dan Perencanaan Klaster Agro Wisata,
Pengadaan Papan informasi wisata, Analisis potensi yang ada di Kampung
pengadaan desain area swa foto, Wisata Rejowinangun dalam kerangka
pendampingan perkuatan kelembagaan, mengembangkan konsep Ekowisata dapat
dukungan bantuan kepada UMKM untuk dilihat pada table di bawah ini.
memperkuat sarana prasarana pendukung
potensi wisata di Kelurahan Rejowinangun.

Tabel 1. Analisis Potensi Pengembangan Ekowisata Kampung Wisata Rejowinangun


Parameter Kondisi di Kampung Wisata Rejowinangun Keterangan
Ekowisata
Bersifat alami Pengembangan konsep pertanian lahan sempit dan Terdapat peningkatan
Agrowisata kualitas
Berkelanjutan secara Adanya berbagai pelatihan peningkatan kualitas lingkungan Peningkatan kualitas
ekologis dan diversifikasi
kegiatan
Lingkungannya Rumusan paket wisata bersifat pendidikan untuk siswa dan Baru bersifat embrio
bersifat edukatif umum dan siap dilaksanakan
Menguntungkan Peningkatan usaha ekonomi masyarakat dalam upaya Peningkatan kualitas
masyarakat lokal mendukung potensi wisata, seperti souvenir shop (baik kuliner dan diversifikasi
maupun kerajinan), warung makan, dll kegiatan
Menciptakan Penetapan konsep Agrowisata pada klaster Agro. Peningkatan kualitas
kepuasan wisatawan Akreditasi Kampung Wisata. dan diversifikasi
Penghargaan Kampung Wisata tingkat Nasional kegiatan
Sumber: Dowling (1996) dalam Hill & Gale (2009) dan analisa penulis (2018)

Analisis Penerapan Pengembangan masyarakat setempat. Kondisi ini dapat


Wisata berbasis Masyarakat di Kampung tercapai dengan melihat aspek
Wisata Rejowinangun kemasyarakatan dan aspek
penyelenggaraan pemberdayaan
Sunaryo (2013) menyatakan bahwa untuk masyarakat (Okazaki, 2008).
mewujudkan pengembangan pariwisata
berjalan dengan baik dan dikelola dengan Menurut Okazaki (2008), analisis pada
baik maka hal yang paling mendasar aspek kemasyarakatan dilakukan pada 4
dilakukan adalah bagaimana memfasilitasi (empat) variabel, yaitu karakter masyarakat,
keterlibatan yang luas dari komunitas lokal bentuk partisipasi masyarakat, peluang
dalam proses pengembangan dan usaha, serta kualitas wisata dan kesiapan
memaksimalkan nilai manfaat sosial dan masyarakat. Berdasarkan perilaku atau gaya
ekonomi dari kegiatan pariwisata untuk hidup, karakter masyarakat bersifat

INERSIA, Vol. XV No. 1, Mei 2019 9


Strategi Pengembangan … (Endah/ hal 1-11)

heterogen. Masyarakat di beberapa RW rakat kurang merasakan manfaatnya.


cukup antusias terhadap kegiatan wisata Hanya sedikit kegiatan wisata yang
dan kegiatan lain yang berkaitan dengan memiliki sistem pendistribusian keuntungan
pengembangan kampungnya, dan cukup terhadap wilayahnya. Pengelolaan
peduli terhadap lingkungannya. Tetapi kegiatan wisata akan sangat baik jika
masyarakat di beberapa RW lainnya melibatkan masyarakat di sekitar daerah
cenderung malas, pesimis, dan tidak peduli wisata tersebut. Dengan memberdayakan
terhadap pengembangan potensi wisata di masyarakat sekitar, keuntungan yang
Kampung Rejowinangun. Karakter diperoleh tidak hanya dirasakan oleh
masyarakat yang cukup homogen adalah pengelola kegiatan wisata, namun juga
kecenderungannya untuk membuang masyarakat di sekitarnya, sehingga dapat
sampah ke sungai. Kepedulian masyarakat membantu meningkatkan ekonomi wilayah
terhadap lingkungan masih kurang, kampung di lokasi wisata tersebut.
ditambah dengan kurangnya prasarana
persampahan di hampir seluruh kampung. Aspek penyelenggaraan pemberdayaan
Belum ada masyarakat yang mempelopori masyarakat dalam kajian ini dinilai dengan 3
terbentuknya bank sampah atau (tiga) indikator, yaitu badan, peran, dan
pemungutan sampah secara swadaya, bentuk. Beberapa kelurahan telah memiliki
sehingga mengurangi jumlah sampah kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang
yang dibuang ke sungai ataupun dibakar. berperan dalam usaha memajukan
kegiatan wisata yang sudah ada di
Adat istiadat di wilayah studi masih terjaga beberapa desa serta mengembangkan
dengan baik, yang terbukti dengan masih potensi wisatanya. Bentuk kegiatan yang
lestarinya merti kampung serta masih dilakukan adalah pelibatan masyarakat
lestarinya beberapa tradisi seperti kesenian dalam pengelolaan kegiatan wisata,
daerah, gotong royong, nyadran, pengajian, mencetuskan gagasan pelatihan pemandu
merti dusun, syukuran, wayang. wisata, mengembangkan promosi wisata,
membuka lapangan pekerjaan dengan
Sebagian besar kegiatan wisata yang telah melibatkan masyarakat dalam kegiatan
berjalan di Kawasan Rejowinangun kurang wisata, menampung gagasan
melibatkan masyarakat, sehingga masya- pengembangan wisata, dan sebagainya

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis, dirumuskan Cluster, Sclupture atau Penanda Cluster dan
konsep Kampung Wisata Rejowinangun Penebalan Aksesibilitas.
berkonsep Eco District. Strategi
Implementasi konsep ini berdasar pada Gerbang Kampung Rejowinangun
Green Planning and Design, Green ditempatkan di pusat kampung. Menjadi
Openspace, Green Waste, Green pintu utama Kampung Wisata
transportation, Green Water, Green Energy, Rejowinangun. Sementara, penanda
Green Building, dan Green Community. Di kawasan ditempatkan di setiap klaster
dalam konsep perancangan kawasan, Kampung Wisata Rejowinangun. Sebagai
Kampung Wisata Rejowinangun harus dapat petunjuk arah menuju klaster-klaster
menyatukan keragaman kelima klaster sekaligus menjadi identitas setiap klaster di
menjadi satu konsep besar penataan Rejowinangun. Untuk konsep aksesibilitas
kawasan. Salah satu klaster ditetapkan Kampung Wisata Rejowinangun,
menjadi sentra klaster. Elemen yang ditempatkan shelter-shelter sepeda di
menyatukan klaster diantaranya yaitu: beberapa titik untuk memudahkan mobilitas
Gerbang Kampung Rejowinangun, Sentra di dalam Kampung Wisata Rejowinangun.
Perkuatan jalur jalan juga disertai perkuatan

INERSIA, Vol. XV No. 1, Mei 2019


10
Strategi Pengembangan … (Endah/ hal 1-11)

karakter kawasan dengan menambahkan pusat kegiatan dan awal tujuan wisatawan
desain elemen di sepanjang jalur jalan, berkunjung sebelum diarahkan menuju ke
seperti lampu jalan, perkerasan dan material setiap klaster. Merupakan etalase untuk
jalan, dan lain-lain. Sentra klaster menjadi memamerkan hasil dari setiap klaster.

DAFTAR RUJUKAN

Badan Perencanaan dan Pembangunan Sustainability: Principles and Practice.


Daerah Kota Yogyakarta. (2013). Burlington: Ashgate.
Laporan akhir Studi Pengembangan
Kampung Wisata Kota Yogyakarta. Muliawan, H. (2000). Perencanaan dan
Pengembangan Desa Wisata,
Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta. Makalah disampaikandalam Diklat
(2015). Buku Kecamatan Kotagede bidang Pariwisata bagi Kepala
dalam Angka tahun 2015. Penerbit Desa di Propinsi DIY, tg 14-16
BPS Kota Yogyakarta. Agustus 2000, di Hotel Phoenix,
Yogyakarta
Buckley, Ralf. (2003). Case Studies in
Ecotourism. Cambridge: CABI. Muslim, Aziz. (2007). Pendekatan
Partisipatif Dalam pemberdayaan
Butcher, Jim. (2007). Ecotourism, NGO’s, Masyarakat; Aplikasia, Jurnal
and Development: A Critical Analysis. Aplikasi ilmu-ilmu Agama, Vol. VIII
New York: Routledge. hal 89-103

Chuang, Shu-Tzu. (2010). “Rural Tourism: Okazaki, Etsuko. (2008). A Community-


Perspective from Social Exchange Based Tourism Model: Its Conception
Theory”. Social Behavior and and Use. Journal of Sustainable
Personality Journal. Volume 38, Tourism. Vol 16, No. 5. Taylor &
Nomor 10, Halaman 1313. Taiwan: Francis, New York.
Society for Personality Research (Inc.).
Phillips, Rhonda dan Pittman, Robert H.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Eds.). (2009). An Introduction to
dan WWF-Indonesia. (2009). Prinsip Community Development. New York:
dan Kriteria Ekowisata Berbasis Routledge.
Masyarakat,
Ramadhan, M. A., Pratama, G. N. I. P., &
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Hidayah, R. (2018). Penataan Sistem
DIY. (2015). Buku Statisitik Pariwisata Jalur Pejalan Kaki di Universitas
Daerah Istimewa Yogyakarta tahun Negeri Yogyakarta. INformasi dan
2015. Penerbit Dinas Kebudayaan dan Ekspose hasil Riset Teknik SIpil dan
Pariwisata Propinsi DIY. Arsitektur, 14(1), 101-117.

Fennell, David A. (2003). Ecotourism: An Sunaryo, Bambang. (2013). Kebijakan


Introduction. Second Edition. New Pembangunan Destinasi Pariwisata
York: Routledge. Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.
Yogyakarta: Gava Media.
Hill, Jennifer dan Gale, Tim (Eds.). (2009).
Ecotourism and Environmental

INERSIA, Vol. XV No. 1, Mei 2019 11

You might also like