You are on page 1of 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/327437619

Pengaruh Atraksi, Mediasosial, Dan Infrastruktur Terhadap Keputusan


Berkunjung Wisatawan Ke Desa Wisata Pentingsari Yogyakarta

Article · March 2017

CITATIONS READS

13 1,444

1 author:

Setiawan Priatmoko
STIE Pariwisata API
10 PUBLICATIONS   26 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Working Rural Eco Tourism Planning in Yogyakarta Using MSP+DM Analysis View project

All content following this page was uploaded by Setiawan Priatmoko on 05 September 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

Pengaruh Atraksi, Mediasosial, Dan Infrastruktur Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan


Ke Desa Wisata Pentingsari Yogyakarta

Setiawan Priatmoko
STIE Pariwisata API Yogyakarta
Email : eraynesance@gmail.com

Abstract - The Influences of Tourism Attraction, Social Media, and Infrastructure Toward Tourist’s
Decision to Visit Pentingsari Tourism Village, Yogyakarta. The study was done to determine the affect
of Tourism Attraction, social media, and infrastructure either individually or together towards tourist’s
decision to visit. The data used in this research was primary data of Attraction variable (5 items),
Social Media variable (9 items), Infrastructure variable (7 items), and tourist’s decision to visit variable
(13 items). The items mentioned above were measured by using the Likert Scale. The samples used
in this study are 85 Pentingsari tourism village visitor. The data was analyzed by quantitative and
qualitative descriptive. The result analysis indicate that Attraction, social media, and infrastructure
either individually or together towards give the affect to tourist’s decision to visit with correlation
product moment is positive. Meanwhile, the result of regression analysis indicate that social media is
the strongest influencer for tourist to visit.
Keywords: Tourism Attraction, Social Media, Infrastructure, and Tourist Visit.

Abstrak - Pengaruh Atraksi, Media Sosial, dan Infrastruktur Terhadap Keputusan Berkunjung
Wisatawan ke Desa Wisata Pentingsari, Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh Atraksi, Media Sosial, dan Infrastruktur terhadap keputusan berkunjung wisatawan. Data
yang digunakan yaitu data primer tentang variabel Atraksi (5 item), variabel Media Sosial (9 item),
variabel Infrastruktur (7 item), dan variabel Keputusan Berkunjung (13 item). Semua item pernyataan
tersebut di atas telah diukur menggunakan Skala Likert. Sampel yang digunakan dalam penelitian
sebanyak 85 wisatawan yang berkunjung ke Desa wisata Pentingsari. Data dianalisis dengan
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa semua hipotesis yang
diajukan dapat diterima, hal ini menunjukkn bahwa variabe atraksi, media sosia, dan infrastruktur
berpengaruh positif terhadap keputusan berkunjung wisatawan. Sementara itu dari analisis regresi
berganda, variabel Media Sosial berpengaruh paling dominan terhdap keputusan berkunjung
wisatawan.
Kata Kunci : Atraksi wisata, Media Sosial, Infrastrukur dan Kunjungan Wisatawan

1.1. Latar Belakang Selain itu aktifitas budaya setempat sering


Potensi pariwisata Indonesia yang sangat dikemas sedemikian rupa agar bisa menjadi
besar menjadi modal utama untuk menjadi tontonan bagi para wisatawan. Diharapkan
daya tarik bagi kunjungan wisatawan. Saat ini dengan berbagai keunikan tersebut akan
berbagai jenis keunikan telah ditampilkan menarik rasa ingin tahu dari calon wisatawan
sedemikian rupa untuk mempunyai nilai jual untuk selanjutnya menjadi realisasi
bagi berjalannya aktifitas pariwisata. Masing- peningkatan kunjungan ke wilayah tersebut.
masing memiliki segmen pasar tersendiri untuk Terlepas dari kepopuleran daerah wisata
setiap jenis objek wisata. Biasanya kondisi semacam Pulau Bali, Taman Nasional Bromo,
demografi menentukan jenis wisata yang ataupun Candi Borobudur maka peran serta
ditampilkan pada suatu wilayah. Untuk wilayah daearah-daerah baru yang ingin mengambil
perkotaan umumnya wisata belanja menjadi bagian dan manfaat dalam aktifitas
andalan. Shoping mall ataupun pasar-pasar kepariwisataan kini semakin intens. Daerah-
khas daerah setempat menjadi tujuan utama daerah atau desa-desa di sekitaran obyek-
kunjungan wisatawan yang mengunjungi obyek wisata yang sudah populer tersebut kini
perkotaan. Objek wisata yang bernuansa mulai menyadari bahwa mereka bisa berperan
teknologi tinggi semacam taman permaianan/ dalam kegiatan kepariwisataan untuk menarik
theme park juga menjadi ciri aktifitas para wisatawan. Dalam hal ini maka munculah
pariwisata suatu daerah perkotaan. kemudian desa-desa yang menyediakan
Untuk wilayah di pinggiran perkotaan aktifitas wisata yang kemudian disebut desa
maka keunikan alam dan budaya menjadi ciri wisata. Menurut Wiendu Nuryati, Desa wisata
khas aktifitas pariwisatanya. Berbagai jenis adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi,
objek wisata alam yang memiliki keindahan akomodasi dan fasilitas pendukung yang
dan jarang ditemui di tempat lain akan disajikan dalam suatu struktur kehidupan
diekspose sedemikian rupa agar bisa masyarakat yang menyatu dengan tata cara
mendatangkan wisatawan ke wilayah ini. dan tradisi yang berlaku ( Nuryanti, 1993:3).

ISSN : 2087 – 0086 72


Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

Pada dasarnya keberadaan desa wisata dicapai dalam hal permintaan pada target
adalah salah satu kegiatan pariwisata yang pasar yang ditentukan. Dalam hal yang lebih
berbasis masyarakat setempat atau spesifik Baiquni (2004) menyatakan bahwa
Community Base Tourism (CBT). strategi adalah hal menciptakan suatu posisi
CBT adalah bentuk baru pariwisata yang yang unik dan bernilai yang melibatkan
muncul selama 2 dekade terakhir. Ini berbagai aktifitas perusahaan. Dalam kontek
menekankan pendekatan bahwa ini maka perusahaan adalah entitas desa
masyarakatlah yang menjadi pusat dalam wisata itu sendiri beserta para pengeelolanya.
operasi pengembangan manajemen Strategi pemasaran ini nantinya akan
pariwisata. Jenis pariwisata ini tidak hanya didukung oleh berbagai langkah konkrit yang
merespon kebutuhan wisatawan, tetapi juga diterapkan oleh suatu desa wisata. Harapan
memberdayakan penduduk setempat untuk mereka tentunya adalah meningkatnya jumlah
menerapkan pengetahuan mereka dalam kunjungan wisatawan ke desa tersebut dan
mengelola pariwisata dalam komunitas mereka meraih angka kunjungan yang sebesar-
sendiri. Tujuannya adalah untuk melindungi besarnya dari total kunjungan wisatawan yang
dan memulihkan sumber daya alam agar ada di Indonesia dewasa ini. Hal yang sama
seimbang dengan identitas lokal dan budaya dilakukan juga salah satunya oleh sebuah
serta untuk melayani perekonomian komunitas masyarakat desa wisata di Sleman,
masyarakat. Hal tersebut didasarkan karena Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Dusun
merawat sumber daya adalah tanggung jawab Pentingsari,Desa Umbulharjo, Kecamatan
bersama dari masyarakat, bukan orang Cangkringan.
tertentu (aseantourism.travel). Di wilayah Dusun Pentingsari memulai aktifitas
ASEAN sendiri, desa wisata udah menjadi sebagai sebuah desa wisata sejak 15 Mei
salah satu daya tarik yang tidak lagi dipandang 2008. Desa wisata Pentingsari dapat disebut
remeh. Hampir setiap negara memiliki desa- sebagai sebuah destinasi wisata karena di
desa wisata unggulan yang sudah diakui dalamnya terdapat komponen akomodasi dan
bersama oleh berbagai negara. aktifitas yang terkait dengan kegiata wisata.
Di Indonesia sendiri desa wisata sudah Dusun Pentingsari resmi menjadi desa wisata
menjadi aktifitas yang dipahami oleh banyak pada tanggal 15 April 2008 berdasarkan surat
pihak membawa pengembangan positif bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman nomor
aktifitas pariwisata. Hal ini pada akhirnya 556/336. Saat ini Desa Wisata Pentingsari
mendorong makin banyaknya komunitas atau lebih dikenal sebagai Dewi Peri menjadi
masyarakat setempat untuk mendirikan desa wisata terbaik di Provinsi Daerah
sebuah desa/ kampung wisata di wilayahnya. Istimewa Yogyakarta Hingga kini Pentingsari
Banyaknya desa-desa yang menyatakan diri masih aktif sebagai sebuah desa wisata dan
sebagai desa wisata pada akhirnya akan menerima pengunjung. secara rutin. Pihak
memberi pilihan yang bervariasi bagi para pengelola desa wisata Pentingsari yang
calon wisatawan. Saat ini jumlah entitas yang merupakan warga setempat telah mengemas
menyebut desa wisata di Indonesia sedemikan rupa potensi desa mereka agar
diperkirakan setidaknya berjumlah 139 (Doto mempunyai nilai jual yang positif bagi para
Yogantoro). Konsekuensi dari banyaknya desa wisatawan. Desa wisata Pentingsari memiliki
wisata ini adalah timbulnya persaingan untuk beberapa sarana fisik essential evidence
mendapatkan kunjungan dari wisatawan. antara lain home stay, fasilitas petualangan
Akhirnya tidak akan terelakkan bahwa masing- outbond, rumah joglo, pendopo, peralatan
masing desa wisata akan menerapkan strategi sound system, toilet umum, dan aksesibilitas
pemasaran yan dianggap paling pas dan berupa jalan yang diperkeras dengan semen.
sesuai dengan karakter desanya. Jaringan listrik dan telepon juga sudah
Menurut Philip Kotler dan Amstrong terdapat di desa ini.
pemasaran adalah sebagai suatu proses
sosial dan managerial yang membuat individu 1.2. Identifikasi Masalah
dan kelompok memperoleh apa yang mereka Berdasarkan latar belakang yang telah
butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan dikemukanan, maka identifikasi permasalahan
pertukaran timbal balik produk dan nilai dalam penelitian ini adalah:
dengan orang lain (Kotler,2001). Dalam bidang 1. Belum terintegrasinya desa wisata
pariwisata, jumlah kunjungan wisatawan ke Pentingsari dengan unit bisnis wisata lain
suatu daerah wisata adalah tujuan utama semacam biro perjalanan wisata dan
diselenggarakannya suatu aktifitas pemasaran perhotelan
wisata. Menurut Guiltinan dan Paul (1992), 2. Desa wisata Pentingsari belum
definisi strategi pemasaran adalah pernyataan dimasukkan sebagai sebuah obyek wisata
pokok tentang dampak yang diharapkan akan

ISSN : 2087 – 0086 73


Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

pendidikan di kalangan akademisi dan master plan/ rencana induk atas


pendidikan dasar pembangunan infrastruktur yang ada.
3. Tidak optimalnya dukungan promosi Dari kesemua permasalahan yang
terintegrasi dari pemerintah bagi desa dikumpulkan di atas masih ada satu hal yang
wisata menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah aksi
4. Sensitif terhadap kenaikan status vulkanik yaitu evaluasi. Desa wisata belum memiliki
Gunung Merapi bagian atau sistem yang khusus menangani
5. Belum adanya perjanjian kontrak dan mengevalusi hasil tindakan-tindakan
kerjasama yang standar, terstruktur dan pemasaran yang telah dilakukan. Ukuran-
bisa saling melindungi antara ukuran keberhasilan sebuah tindakan belum
wisatawan/pengunjung dengan pengelola ditetapkan sehingga agak sulit menilai
desa wisata Pentingsari sehingga tindakan apa yang sebenarnya paling efektif
mengurangi resiko benturan hukum dalam proses terjadinya peningkatan
6. Belum adanya variasi isu program tematis kunjungan wisatawan ke desa wisata
atau atraksi yang digunakan untuk Pentingari.
menambah daya tarik wisatawan Secara lebih khusus peran atraksi wisata,
7. Belum maksimalnya penggunaan media media sosial, dan ketersediaan infrastruktur
sosial untuk mempopulerkan desa wisata pada sebuah desa wisata adalah tiga hal yang
8. Belum adanya strategi master plan atas mendorong terjadinya keputusan bagi
pembangunan infrastruktur yang ada wisatawan untuk berkunjung di era kini.
9. Belum ada bagian yang khusus Pengolahan secara tepat dan terukur ketiga
menangani dan mengevalusi pemasaran faktor di atas dapat dijadikan sebuah
instrumen pesaran yang dapat digunakan oleh
1.3. Pembatasan Masalah pengelola desa wisata dalam rangka
Dalam penelitian ini pembahasan hanya meningkatkan kunjungan wisatawan ke
dibatasi pada masalah atraksi, penggunaan desanya.
media sosial, dan fasilitas infrastruktur di desa
wisata yang terkait dengan keputusan 2.1. Tinjauan Literatur
berkunjung wisatawan 2.1.1. Konsep Destinasi
Fokus pada kegiatan pariwisata adalah
1.4. Fokus dan Tujuan Studi adanya kegiatan mengunjungi suatu tempat
Variasi isu program tematis atau atraksi tertentu dengan kondisi dan prasyarat tertentu
yang digunakan untuk menambah daya tarik yang disebut daerah tujuan pariwisata.
wisatawan di desa wisata Pentingsari Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011
mengandalkan paket-paket yang dirancang. tentang Rencana Induk Kepariwisataan
Pada perkembangannya memang ada Nasional 2010-2025 menjelaskan bahwa yang
penambahan ataupun pengurangan atraksi dimaksud Daerah Tujuan Pariwisata yang
dalam kurun waktu tertentu namun variasi selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata
atraksi tematis yang dihubungkan dengan hal- adalah kawasan geografis yang berada dalam
hal tertentu pada musim tertentu masih jarang satu atau lebih wilayah administratif yang di
dikomunikasikan dengan khalayak banyak. dalamnya terdapat Daya Tarik Wisata,
Trend media sosial yang kini sedang naik Fasilitas Umum, Fasilitas Pariwisata,
telah dimanfaatkan juga oleh desa wisata aksesibilitas, serta masyarakat yang saling
Pentingsari. Media sosial menjadi media yang terkait dan melengkapi terwujudnya
murah namun efektif dalam mengangkat suatu Kepariwisataan.
isu atau membantu pemasaran. Tetapi
nampaknya penggunaan media sosial untuk
mempopulerkan desa wisata masih perlu digali
lagi optimalisasinya.
Desa wisata merupakan sebuah ruang
besar yang juga membutuhkan infrastruktur
untuk mendukungnya. Sebenarnya memang
tidak harus dilakukan pembangunan fisik di
setiap area tersebut. Namun memang
dibutuhkan sebuah rencana induk yang
menjadi acuan agar pembangunan Gambar. 1. Interpretasi komponen Daerah
infrastruktur tersebut dapat terkendali. Desa Tujuan Wisata
wisata Pentingsari seperti halnya desa-desa Lebih spesifik Damanik (2012)
wisata lain umumnya belum memiliki strategi menyatakan bahwa destinasi dapat diibaratkan
sebagai panggung pertunjukan atas seluruh
sumberdaya pariwisata yang memberikan nilai
ISSN : 2087 – 0086 74
Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

akhir bagi puas tidaknya perjalanan dan kelompok memperoleh apa yang mereka
wisatawan. Sebagai konsekuensinya lebih butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan
lanjut pengelolaan destinasi akan sangat pertukaran timbal balik produk dan nilai
menentukan 3 hal elementer yaitu: dengan orang lain (Kotler,2001). Dalam bidang
1. Keunggulan dan daya tarik suatu destinasi pariwisata, jumlah kunjungan wisatawan ke
2. Tingkat kemanfaatan secara ekonomi, suatu daerah wisata adalah tujuan utama
sosial dan budaya, serta ekologi bagi diselenggarakannya suatu aktifitas pemasaran
daerah wisata. Menurut Guiltinan dan Paul (1992),
3. Daya saingnya diantara pasar destinasi definisi strategi pemasaran adalah pernyataan
wisata internasional (Damanik, 2012) pokok tentang dampak yang diharapkan akan
Hal ini sejalan juga dengan pendapat dicapai dalam hal permintaan pada target
Hermantoro (2001) bahwa satu tempat baru pasar yang ditentukan. Menurut Huwae (2008)
disebut destinasi pariwisata bila ia disinggahi pemasaran destinasi memperhatikan
oleh wisatawan yang juga menyempatkan diri kebijakan produk dengan memperhatikan
untuk tinggal di sana. Walaupun tidak unsur atraksi, amenitas, dan aksesibilitas juga
disebutkan secara eksplisit namun pendapat penetapan segmentasi pasar, target dan
tersebut menyiratkan kebutuhan fasilitas yang upaya memposisikan potensi pariwisata.
diperlukan oleh wisatawan selama mereka Langkah memposisikan potensi pariwisata
tinggal di tempat tersebut. tersebut salah satu yang mempengaruhinya
Kebutuhan akan fasilitas dalam kegiatan adalah lingkungan eksternal. Lingkungan
atau atraksi di destinasi wisata memang harus eksternal adalah semua kejadian di luar
diadakan terkait permintaan aktifitas kegiatan perusahaan yang memiliki potensi untuk
wisata. Pada akhirnya bahwa destinasi wisata mempengaruhi perusahaan (Williams, 2001).
memang memerlukan pengadaan berbagai Dalam hal ini lingkungan ekstrenal tersebut
fasilitas infrastruktur fisik penunjang di bisa berupa pesaing lain.
dalamnya. Pembangunan jalan akses masuk Adapun pemasaran pariwisata
menuju destinasi wisata tersebut, pembuatan didefinisikan oleh Wahab (1992) adalah
tolilet yang memadai, sarana tinggal tamu, dan sebagai suatu proses manajemen yang
area-area tertentu yang didesikasikan adalah dilaksanakan oleh organisasi pariwisata
sebagai peyokong kegiatan wisata. Kegiatan nasional atau perusahaan-perusahaan
pengadaan berbagai sarana ini sejalan dengan termasuk kelompok industri pariwisata untuk
pendapat Cooper bahwa elemen dasar melakukan identifikasi terhadap wisatawan
destinasi terdiri dari 4A yaitu atraction yang sudah mempunyai keinginan untuk
(pertunjukan), amenity (industri pariwisata melakukan perjalanan wisata dan wisatawan
meliputi akomodasi dan jasa boga), accesibility yang sudah mempunyai keinginan untuk
(transportasi), dan ancillary (elemen melakukan perjalanan wisata dan wisatawan
tambahan) (Hermantoro, Henky, 2001). yang berpotensi akan melakukan perjalanan
wisata dengan jalan melakukan komunikasi
Atraction dengan mereka, mempengaruhi keinginan,
kebutuhan, memotivasinya terhadap apa yang
Amenity disukai dan yang tidak disukainya pada
Destinasi tingkat daerah lokal, regional, nasional
Accesibility ataupun internasional dengan menyediakan
Ancillary objek dan daya tarik wisata agar wisatawan
memperoleh kepuasan optimal.
Gambar. 2 Interpretasi faktor Domain Strategi pemasaran ini nantinya akan
Destinasi Wisata berdasar dari Cooper. dalam didukung oleh berbagai langkah konkrit yang
Hermantoro (2001) diterapkan oleh suatu desa wisata. Harapan
mereka tentunya adalah meningkatnya jumlah
Dari komponen-komponen untuk mengenali kunjungan wisatawan ke desa tersebut dan
sebuah destinasi di atas, Inskeep (1991) meraih angka kunjungan yang sebesar-
menyatakan bahwa ada aspek-aspek di dalam besarnya dari total kunjungan wisatawan yang
sebuah destinasi yaitu transportasi, atraksi, ada di Indonesia dewasa ini. Hal tersebut
akomodasi, fasilitas dan jasa, institusi sejalan dengan Kotler (2008) bahwa
kelembagaan, infrastruktur pendukung, pasar pemasaran merupakan strategi konsep bisnis
wisatawan, dan masyarakat. yang bertujuan memperoleh kepuasan
2.1.2. Konsep Pemasaran berkelanjutan untuk 3 pemangku kepentingan
Menurut Philip Kotler dan Amstrong (stake holder) utama yaitu pelanggan, orang-
pemasaran adalah sebagai suatu proses orang dalam organisasi, dan pemegang
sosial dan managerial yang membuat individu saham. Dalam hal aktifitas bisnis bagi desa

ISSN : 2087 – 0086 75


Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

wisata, ketiga pemangku kepentingan tersebut tradisi dalam arti norma dan aturan-aturan
adalah tamu/ wisatawan, penduduk desa, dan penataan yang telah menetap, sehingga
penyedia barang dan jasa dalam layanan desa kesenian itu senidirlah yang menjadi pokok.
wisata. Menurut Kotler (2001) Perusahaan Untuk pemaknaan dari sisi budaya ini, di desa-
yang cerdas dalam hal pemasaran desa terdapat atraksi kenduri (syukuran gaya
menggunakan media yang terarah dan islam jawa), wiwitan (panen padi), dan
mengintegrasikan komunikasi pemasaran membajak sawah dengan cara tradisional.Di
mereka untuk mengirim pesan-pesan yang samping atraksi berupa seni tradisi di atas,
konsisten melalui setiap pelanggan. Pada terdapat juga atraksi lainnya yang terangkum
kajian ini penekanan studi pemasaran adalah dalam rancangan itinerary yang dibuat oleh
pada aktifitas atraksi wisata, penggunaan pengelola desa wisata. Itinerary adalah
media sosial, dan penyediaan infrastuktur sebuah dokumen yang berisi hal ikhwal
pendukung di desa wisata Pentingsari, tentang penyelenggaraan wisata sejak
Sleman, Yogyakarta. pemberangkatan, di tenpat tujuan, hingga ke
2.1.3. Atraksi/ Daya Tarik Wisata tempat asal (suyitno, 2001).
Berdasarkan Undang-Undang Republik Dari rangkuman berbagai pengertian dan teori
Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya Tarik mengenai atraksi di atas dapat digambarkan
Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu dimensi yang muncul sebagai berikut.
yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.
Dalam kegiatan wisata maka atraksi menjadi
bagian penting dari jasa tersebut. Cooper
dalam Hermantoro (2001) telah menyatakan
bahwa atraksi adalah salah satu elemen
sebuah destinasi. Dalam hal ini masyarakat
lokal juga merupakan bagian dari atraksi.
Menurut Pitana dan Diarta (2009) atraksi
adalah elemen-elemen dalam destinasi yang
memotivasi wisatawan untuk berkunjung ke Gambar. 3. Model Faktor Atraksi berdasar
destinasi tersebut. Wisatawan mancanegara interpretasi dari UU no 10/2009, Cooper,
umumnya juga menuntut penyediaan atraksi Pitana, Sedyawati, Suyitno, dan Yoeti,
yang melibatkan wisatawan secara aktif dari
diversifikasi atraksi yang bersifat rekreasional 2.1.4. Media Sosial (Social Media)
(Halim, dkk, 2006.). Hariyadi (2007) Andreas Kaplan dan Haenlein (2010)
menyatakan kualitas produk wisata yang terdiri mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah
dari atraksi, aksesibilitas, dan amenitas perlu kelompok aplikasi berbasis internet yang
dikembangkan lebih lanjut untuk membangun di atas dasar ideologi dan
mendatangkan wisatawan. teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan
Menurut Yoeti (2002) daya tarik atau penciptaan dan pertukaran user-generated
atraksi wisata adalah segala sesuatu yang content(konten yang dijalankan oleh pengguna
dapat menarik wisatawan untuk berkunjung sendiri). Terkait dengan situasi koneksi virtual
pada suatu daerah tujuan wisata, seperti: tanpa batas yang dinyatakan oleh Kotler
1. Atraksi Alam: bentang alam, laut, pantai, (2001), maka peran internet akan menjadi
iklim, dan keunikan geografis setempat. salah satu faktor. Hal ini karena internet
2. Atraksi Budaya: sejarah, cerita rakyat, menawarkan kemungkinan-kemungkinan baru
sistem kepercayaan/ agama, seni, festival yang radikal untuk mengarahkan bisnis lebih
3. Atraksi Sosial: cara hidup, populasi efisien (Kotler, 2003). Peran internet yang di
penduduk, bahasa, kesempatan- dalamnya terdapat media sosial tersebut
kesempatan perjumpaan sosial dikuatkan oleh pernyataan Hudson (2008:391)
4. d. Atraksi yang dibangun: gedung, bahwa internet menggerakkan pemasar lebih
bangunan bersejarah dan arsitek modern, dekat kepada pemasaran orang per orang.
monumen, taman, dsb Internet inilah yang akan menjadi media bagi
Suasana tradisional dan keinginan untuk media sosial.
merasakan/ tinggal di dekat suatu destinasi Salah satu fungsi internet adalah menjadi
wisata juga menjadi daya tarik bagi wisatawan wahana atau media bagi aktifitas media sosial
(Inskeep,1991). Sedyawati (1981) juga (social media). Menurut R Goeldner (2009)
memberi pemaknaan lain yaitu seni tradisi media sosial ialah online content/ konten
sebagai bentuk-bentuk kesenian yang memiliki daring yang diciptakan oleh pengguna internet

ISSN : 2087 – 0086 76


Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

sendiri, orang-orang yang umumnya tidak ahli dari sarana fisik (misal gedung, jalan,
(di bidang IT), penulis atau jurnalis dan peralatan, dsb) dan Peripheral Evidence
memungkinkan konten atau isi tersebut dapat merupakan sarana fisik dalam bentuk bukti
diakses oleh pengguna internet yang lain pelengkap (misal: kertas tiket pesawat).
melalui teknologi interaktif. Prakoso (2008), dalam tesisnya berpendapat
Dalam era media sosial tersebut, Desa- bahwa infrastruktur seperti jalan dan
desa wisata juga telah membuat akun media di penerangan serta fasilitas penunjang dan
beberapa media sosial. Akun-akun tersebut atraksi adalah elemen-elemen daya dukung
menggunakan berbagai media sosial antara pengembangan rute wisata. Lebih khusus lagi
lain: Kotler, dkk (2002) menyatakan bahwa sifat-
1. Facebook.com sifat fisik, tata letak, dan petunjuk arah juga
2. Twitter.com dapat dipakai untuk membantu pelanggan
3. Instant Messenger/ pesan instan terdiri berinteraksi dengan produk. Fernando
dari Blackberry Messenger (BBM) melalui Marpaung (2009) menyatakan untuk
beberapa nomor PIN (personal meningkatkan daya tarik wisata dapat melalui
identification Number) dan Whatsapp penciptaan wahana baru dan penguatan jati
Messenger (WA) yang dipegang oleh diri dan keunikan lokal dengan pembenahan
beberapa pengelola. fisik bangunan. Jadi infrastruktur fisik
4. website dan blog interaktif lain dimungkinkan akan berpengaruh terhadap
Di dalam akun-akun tersebut terdapat wisatawan yang akan tertarik mendatangi
berbagai konten yang menggambarkan suatu destinasi. Kotler, dkk (2002) menyatakan
berbabagi aktifitas di desa wisata. Singh bahwa lingkungan fisik harus didesain supaya
(2010) menyatakan bahwa media sosial dapat menguatkan posisi produk dalam benak
memang berisi materi yang saling diciptakan pelanggan. Dari pernyataan tersebut secara
dan dikonsumsi oleh orang-orang. tersirat infrastruktur fisik akan membawa
Pemahaman bahwa media sosial bisa pengaruh dalam pemikiran wisatawan yang
mempengaruhi kegiatan pemasaran berkunjung.
nampaknya sudah ada dalam pemikiran para Dari tinjauan berbagai pengertian dan
pengelola desa wisata. Brogan (2010) juga teori mengenai infrastruktur fisik di atas dapat
menyatakan bahwa media sosial bagus untuk digambarkan dimensi yang muncul sebagai
membangun hubungan relasi potensial, berikut.
menumbuhkan (menambah) komunitas,
melayani pemirsa, membantu orang-orang
menemukan bisnis kita, dan banyak hal
lainnya. Dari tinjauan berbagai pengertian dan
teori mengenai media sosial di atas dapat aksesibi
litas
digambarkan dimensi yang muncul sebagai
berikut.

akomodas
i

fasilitas peralata
Penduku
ng n

Gambar 5 Dimensi Infrastruktur Lingkungan


Fisik

2.1.6. Pengertian Keputusan Berkunjung


Gambar 4 Dimensi media sosial Wisatawan
Keputusan berkunjung adalah merupakan
2.1.5. Infrastruktur Fisik sebuah aktifitas pembelian atas produk wisata
Terkait dengan kebutuhan akan fasilitas berupa destinasi desa wisata maka teori yang
dalam kegiatan atau atraksi di desa wisata digunakan adalah teori-teori yang terkait
maka akhirnya menjadi keniscayaan bagi dengan keputusan pembelian oleh konsumen
sebuah desa wisata untuk menyediakan (wisatawan) dan perilakunya. Menurut Setiadi
infrastruktur pendukung tersebut. Menurut (2003) definisi keputusan pembelian adalah
Payne (2000) infrastruktur dalam lingkungan proses pengintegrasian yang mengkombinasi
fisik (physical evidence) dibagi menjadi 2 jenis sikap pengetahuan untuk mengevaluasi dua
yaitu essential evidence merupakan bagian atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah

ISSN : 2087 – 0086 77


Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

satu diantaranya. Perilaku wiasawan tersebut 1. pendataan kebutuhan,


sejalan dengan pernyataan Hendri Ma’ruf 2. komparasi dan evaluasi alternatif
(2006) yaitu proses yang terjadi pada 3. penetapan pilihan
konsumen ketika ia memutuskan membeli, apa 4. perilaku pasca kunjungan
yang dibeli, dimana, kapan, dan bagaimana
membelinya. 3.1. Metode Penelitian
Keputusan pembelian menurut Schiffman Penulis menggunakan metode inferensial
dan Kanuk (2000) adalah “the selection of an dengan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif
option from two or alternative choice”yang ini dipergunakan untuk mengetahui tentang
artinya kurang lebih adalah tindakan memilih pengaruh media sosial, aktifitas desa wisata,
dari beberapa alternatif pilihan. Lebih ringkas dan infrastruktur desa terhadap kunjungan
lagi bahkan Kotler (2002), menyatakan bahwa para wisatawan tersebut. Analisis kuantitatif
keputusan pembelian adalah tindakan dari adalah analisis yang menggunakan model-
konsumen untuk mau membeli atau tidak model seperti model matematika, model
terhadap produk. Pengertian produk dalam statistik dan model ekonometrika.
konteks kali ini adalah produk destinasi wisata
yang berupa desa wisata yang dilakukan oleh 3.2. Desain Penelitian
konsumen yang merupakan calon wisatawan. Penelitian ini mempergunakan desain
Menurut Wang Min (2003) juga wisatawan penelitian regresi linier berganda yang
suka menggunakan berbagai sumber untuk didasarkan pada hubungan fungsional 2
mendapatkan informasi sebelum memutuskan variable, yaitu variable independent dan
berkunjung. Namun perlu juga diketahui variable dependent. Di bawah ini gambaran
bahwa proses keputusan bagi konsumen desain penelitian sebagai berikut
bukanlah berakhir dengan pembelian saja,
namun berlanjut hingga pembelian tersebut Atraksi Wisata
menjadi pengalaman bagi konsumen dalam (X1) H1
menggunakan produk yang dibeli tersebut dan
menjadi bahan pertimbangan untuk
H2 Keputusan
pengambilan keputusan pembelian di masa Berkunjung
Media Sosial
depan (Ma’ruf, 2005). Wisatawan
(X2) (Y)
Ada tahapan-tahapan yang terjadi
H3
sebelum dilakukannya keputusan pembelian.
Menurut Lamb (2001) tahapan tersebut ialah :
(1) pengenalan kebutuhan, Infrastruktur Fisik
(2) pencarian informasi, (X3) H4
(3) evaluasi alternatif,
(4) keputusan pembelian,
(5) perilaku pascapembelian. Gambar 7. Desain Penelitian
Dari tinjauan berbagai pengertian dan teori Keterangan Alur :
mengenai keputusan berkunjung yang H1 : X1 terhadap Y
berbasis pada aktifitas pembelian di atas dapat H2 : X2 terhadap Y
digambarkan dimensi yang muncul sebagai H3 : X3 terhadap Y
berikut. H4 : X1, X2 dan X3 terhadap Y

Penelitian ini dilaksanakan Desa Wisata


Pentingsari, Umbulharo, Cangkringan,
Sleman, D I Yogyakarta Desa Wisata
Pentingsari, Umbulharo, Cangkringan,
Sleman, D I Yogyakarta dilakukan selama 3
(tiga) bulan, yaitu dari Bulan April sd Juni
2015.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi Penelitian
Dari informasi yang diperoleh dari
Gambar 6. Interpretasi Dimensi keputusan
pengelola dan pengamatan di lapangan, rata-
berkunjung
rata pengunjung per bulan (wisman dan
wisnus) yang bisa dijadikan dan dianggap
Gambar diatas menggambarkan bahwa pada
mampu mengisi kuisioner adalah 555 orang.
dimensi keputusan berkunjung ada empat
Dari populasi tersebut di atas maka
variabel dominan yang terangkum yaitu:

ISSN : 2087 – 0086 78


Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

dipergunakan rumus Slovin untuk menghitung tidak setuju, 2 untuk tidak setuju, 3 untuk
sampel dari populasi di atas 500 sehingga setuju dan 4 untuk sangat setuju. Skor yang
menggunakan tingkat signifikansi 0,1 (10%). tinggi pada skala ini menunjukkan tingginya
Perhitungannya sbb.: dorongan untuk berkunjung, sedangkan skor
yang rendah pada skala ini menunjukkan
n= 555 __= 555 / 1 + (555 x 0,01) = 84,7
2 rendahnya dorongan untuk
1 + 555 (0,1)
berkunjung.Kemudian angket yang telah diisi
Dibulatkan menjadi 85 wisatawan
dikumpulkan guna dianalisis. Penggunaan
Dengan demikian jumlah sampel yang angket ini dengan dasar pertimbangan yang
diambil dalam penelitian ini adalah 85 dinyatakan responden dalam pengisian angket
responden. tersebut adalah benar tanpa intervensi dan
dapat dipercaya.
3.4. Jenis dan Sumber Data 3.5.2. Wawancara
3.4.1. Data Primer Wawancara dilakukan untuk memperoleh
Data primer merupakan data yang data dan informasi umum yang diperlukan dan
diperoleh secara langsung dari sumber berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
pertama, dimana dalam penelitian ini diperoleh masyarakat setempat dan pengelola dalam
melalui penyebaran kuesioner (daftar mengelola desa wisata. Dalam teknik
pertanyaan) yang dibagikan dan diisi oleh wawancara peneliti mencocokkan dari hasil
responden atas pertanyaan-pertanyaan yang kuesioner tentang kunjungan wisatawan,
berkaitan dengan pengaruh Pengaruh Media dengan cara mewawancarai pengelola
Sosial, Program Aktifitas Desa Wisata, dan langsung dan membandingkan datanya dari
Infrastruktur Desa Dalam Mendukung angka kunjungan yang ada serta dari aktifitas
Pemasaran Desa Wisata Terhadap Persepsi pemasaran yang telah dilakukan oleh
Wisatawan Desa Wisata Pentingsari, pengelola untuk mengetahui kevalidan hasil
Yogyakarta kepada pengunjung desa wisata kuisioner responden yang telah diisi
sebanyak 85 orang. responden.
3.4.2. Data Sekunder 3.5.3. Observasi
Data sekunder dalam penelitian ini Yaitu dengan mengadakan pengamatan
didapatkan bukan secara langsung (terlebih langsung pada pada obyek yang diteliti untuk
dahulu diolah dan diteliti oleh peneliti lain atau memperoleh data yang diperlukan selama
sumber lain) yaitu : penulis melakukan penelitian.
1. Data Internal pengelola desa wisata 3.5.4. Studi Dokumen
Pentingsari. Yaitu mengumpulkan data dan informasi
2. Data mengenai media sosial, atraksi, dan dengan mempelajari sumber dan data tertulis
infrastruktur serta kunjungan wisatawan untuk memperoleh data sekunder tentang
yang diperoleh melalui studi pustaka untuk jumlah kunjungan wisatawan dan inventarisasi
mendapat informasi, dan referensi- aset maupun kegiatan yang dilakukan. Data
referensi dan sumber lainnya yang sekunder penelitian ini didapat dari pengelola
berhubungan dengan penelitian. desa wisata Pentingsari namun dengan tetap
mengindahkan fakta di lapangan selama
3.5. Metode Pengumpulan Data penelitian berlangsung.
3.5.1. Angket Kuesioner
Dalam penelitian ini, data diperoleh 3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas
dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner di 3.6.1. Uji Validitas
desain sedemikian rupa sehingga diharapkan tinggi rendahnya validitas kuesioner
semua responden dapat menjawab semua menunjukan sejauh mana data yang terkumpul
pertanyaan. Kuesioner yang disebarkan tidak menyimpang dari gambaran variabel
berasal dari tiga sumber. Sumber yang yang dimaksud. Validitas yang digunakan
pertama yaitu kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus
dalam penelitian ini tentang pengaruh media product moment. Penelitian ini menggunakan
sosial terhadap kunjungan. Sumber kedua tingkat signifikansi (α) 5%, sedangkan nilai
yaitu kuesioner yang digunakan tentang kritis untuk pengujian dengan sampel (n) =85
pengaruh atraksi terhadap kunjungan. apabila nilai signifikansi <0,05 maka dapat
Sumber yang ketiga adalah kuesioner tentang disimpulkan bahwa pernyataan yang
pengaruh infrastruktur terhadap kunjungan. digunakan dalam penelitian bersifat valid.
Skala yang digunakan dalam kuesioner Berdasarkan hasil pengujian validitas seluruh
adalah menggunakan sistem skor lima poin butir pernyataan dalam kuesioner memiliki nilai
skala “ Likert” dengan jawaban bertingkat signifikansi <0,05 sehingga butit-butir
dalam empat kategori yaitu : 1 untuk sangat

ISSN : 2087 – 0086 79


Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

pernyataan bersifat valid atau dapat mengukur variabel) terhadap variabel terikat (dependent
keadaan yang sebenarnya. variabel). Hasil perhitungan estimasi regresi
3.6.2. Uji Reliabilitas diperoleh nilai koefisien determinasi (Adjusted
Teknik yang digunakan untuk R square) sebesar 0,509 atau 50,9 %
menentukan reliabilitas penelitian ini alat perubahan pada variabel dependen Keputusan
pengukurnya adalah teknik alpha cronbach, Berkunjung (Y) dapat dijelaskan oleh
dimana indeks reliabilitas dinyatakan reliabel perubahan dalam variabel independen Atraksi
jika harga r yang diperoleh paling tidak 0,60. Wisata (X1), Media Sosial (X2) serta
Nilai-nilai yang ada dimasukkan ke dalam Infrastrktur Fisik (X3), sedangkan sisanya
rumus, dan menghasilkan nilai koefisien sebesar 49,1 % diterangkan oleh variabel lain
reliabilitas. Dari perhitungan indeks reliabilitas yang tidak diajukan atau dijelaskan dalam
instrumen yang diuji cobakan dapat ditafsirkan model penelitian ini.
nilai atau harga r yang diperoleh mencapai
0,60 keatas. Maka skala yang disusun adalah 4.2. Pengujian Hipotesis
reliable. 4.2.1. Uji t ( pengaruh parsial )
Tabel 1. Uji Realibilitas Uji parsial digunakan untuk menguji
Alpha Keterang hipotesis adanya pengaruh variabel
No Variabel Alpha
Standar an independen terhadap variabel dependen
1. Atraksi Wisata 0,773 0,6 Reliabel secara sendiri-sendiri. Dengan taraf
2. Media Sosial 0,748 0,6 Reliabel signifikansi a = 0,05
Infrastruktur a.Pengujian hipotesis pertama
3. 0,791 0,6 Reliabel
Fisik
Keputusan
Hipotesis pertama menguji pengaruh Atraksi
4. 0,754 0,6 Reliabel Wisata terhadap Keputuan Berkunjung.
Berkunjung
Diperoleh nilai koefisien beta positif sebesar
4.1. Hasil Analisis data 0,203 dan nilai signifikansi sebesar 0,011 <
4.1.1. Regresi Berganda dari 0,05. Hal ini mengindikasikan hipotesis
Analisis regresi dalam penelitian ini pertama diterima.
digunakan untuk mengetahui pengaruh tiga b.Pengujian Hipotesis kedua
variable bebas terhadap satu variable terikat. Hipotesis kedua menguji pengaruh Media
Berdasarkan hasil analisis regresi linear Sosial terhadap Keputusan Berkunjung.
berganda yang diperoleh maka dibuat Diperoleh koefisien beta positif sebesar 0,614
persamaan linear berganda sebagai berikut : dengan nilai signifikansi sebesar 0,00 < 0,05,
Y= β1.X1+ β2.X2 + β3.X3 hal ini mengidikasikan hipotesis kedua
Y= 0,203 X1 + 0,614 X2 + 0,193 X3 diterima.
Dimana: c.Pengujian hipotesis Ketiga
Y = Keputusan Berkunjung Hipotesis ketiga menguji pengaruh
X1 = Atraksi Wisata Infrastruktur Fisik terhadap Keputusan
X2 = Media Sosial Berkunjung. Diperoleh koefisien beta positif
X3 = Infrastruktur Fisik sebesar 0,193 dengan nilai signifikansi
β1 , β2 , β3 =koefisien pengaruh sebesar 0,030 kurang dari 0,05. Hal ini
4.1.2. Uji Anova (F-test) mengidikasikan hipotesis ketiga diterima.
Uji Anova atau uji F adalah uji statistik
yang fungsinya untuk mengetahui apakah 5.1. Kesimpulan Dan Saran
variabel independen Atraksi Wisata, Media 5.1.1. Simpulan
Sosial dan Infrastrktur Fisik merupakan model Penelitian ini menghasilkan kesimpulan
persamaan yang tepat untuk mengukur sebagai berikut:
perubahan variabel dependennya yaitu 1. Atraksi wisata berpengaruh positif dan
Keputusan Berkunjung. Dari data yang signifikan terhadap keputusan berkunjung
diperoleh menunjukan bahwa F hitung sebesar wisatawan ke desa wisata Pentingsari
30,063 dengan nilai sig 0,000 < 0,05. Variabel Yogyakarta, sehingga semakin menarik
Atraksi Wisata (X1), Media Sosial (X2) dan atraksi wisata akan semakin meningkatkan
Infrastruktur Fisik (X3) merupakan variabel keputusan berkunjung wisatawan ke desa
yang baik dan tepat (fit) untuk mengukur wisata Pentingsari.
perubahan dalam variabel Keputusan 2. Media sosial berpengaruh secara positif
Berkunjung (Y), sehingga membentuk dan signifikan terhadap keptusan
persamaan yang fit. berkunjung wisatawan ke desa wisata
4.1.3. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) Pentingsari Yogyakarta, semakin aktif
Koefisien determinasi atau adjusted R media sosial mempopulerkan atraksi
square digunakan untuk mengetahui seberapa wisata maka akan semakin tinggi
pengaruh variabel bebas (independent keputusan berkunjung wisatawan . Saat

ISSN : 2087 – 0086 80


Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

penelitian dilakukan, Media sosial Aplikasi. Pusat Studi Pariwisata UGM dan
merupakan variabel yang paling kuat Penerbit Andi, Yogyakarta
pengaruhnya terhadap keputusan [5] Goeldner, Charles R.,& Ritchie, Brent J.R.
berkunjung dibandingkan dengan atraksi 2009. Tourism: Principles, Practice,
wisata serta inftrastruktur Philosophies. Eleventh edt. Penerbit : John
3. Infrastruktur fisik berpengaruh positif dan Wiley & Sons, Inc., New Jersey
signifikan terhadap keputusan berkunjung [6] Guiltinan, Joseph P dan Paul Gordon,
wisatawan sehingga makin baik 1992. Manajemen Pemasaran : Strategi
infrastruktur fisik sebuah desa wisata yang dan Program. Alih Bahasa Agus
disediakan bagi wisatawan maka semakin Maulanan. 1995. Penerbit Erlangga,
tinggi keputusan berkunjungan wisatawan Jakarta.
ke desa wisata tersebut. [7] Halim, Lalu Zulfa. 2006. Peran
5.1.2. Saran Diversifikasi Atraksi Sebagai Strategi
1. Dalam rangka meningkarkan keputusan Peningkatan Lama Tinggal Wisatawan.
berkunjung wisatawan, maka dalam aspek Tesis. UGM
atraksi wisata yang harus ditingkatkan [8] Hariyadi, Moch. 2007. Pengaruh Kualitas
adalah aspek seni tradisi. Agar kunjungan Produk Terhadap Peningkatan
wisatawan bisa meningkat yaitu perlu Kunjungann Wisatawan Studi Kasus Objek
diberikan informasi dan edukasi awal Wisata Ketep Pas. Tesis. UGM
mengenai konsep dan aneka latar [9] Hermantoro, Henky. 2001. Creative-Based
belakang adanya suatu pertunjukan seni Tourism dari Wisata Rekreatif Menuju
yang ada dalam aneka materi promosi.Hal Wisata Kreatif. Penerbit Aditri, Jawa Barat.
tersebut dapat dilakukan oleh pengelola [10] Hudson, Simon. 2008. Tourism and
desa wisata Hospitality Marketing A Global
2. Untuk meningkatkan keputusan wisatawan Perspective. Sage Publication Ltd, London
berkunjung, maka aspek media sosial [11] Inskeep, Edward. 1991. Tourism Planning:
yang harus diperkuat fungsi dan An Integrated and Sustainable
penggunaannya adalah dalam hal Development Approach. Penerbit: Van
pembaruan status akun-akun media sosial Nostrand Reinhold, Canada
dengan sering memperbarui status berupa [12] Kotler, Phillip dan Gary Amstrong. 2001.
tautan yang bersumber dari website resmi Prinsip-Prinsip Pemasaran, jilid 2, edisi ke-
desa wisata. Hal tersebut dilakukann oleh 8, Penerbit Erlangga, Jakarta.
admin yang mengelola dan memegang [13] Kotler, Philip, 2001. Kotler on Marketing.
akun-akun media sosial tersebut. Simon & Schuster, UK.
3. Untuk meningatkan keputusan berkunjung [14] Kotler, Philip. (2002). Manajemen
wisatawan di desa wisata Pentingsari Pemasaran.Edisi Millenium, Jilid 1. PT
maka dalam aspek infrastruktur fisik yang Prenhalindo, Jakarta
harus diperbaiki adalah akomodasi namun [15] Kotler, Philip. (2003). Marketing
dalam bentuk perbaikan dan standarisasi Management. Eleventh Edition. New
fungsi bangunan milik warga dan Jersey : Prentice International, Inc.
dilakukan oleh swadaya warga desa [16] Kotler, Philip, Hermawan Kertajaya, Hooi
dengan arahan pengelola desa wisata Den Huan & Sandra Liu, 2008. Rethinking
nd
sebagai pengganti fungsi penginapan Marketing, 2 edition, Pearson Education
buatan semacam losmen atau hotel. South Asia Pte, Ltd., Singapore
[17] Lamb, Hair, McDaniel. (2001). Pemasaran.
Daftar Pustaka Buku -1. PT. Salemba Emban Raya,
Jakarta.
[1] Baiquni, M. 2004. Buku Ajar Manajemen [18] Marpaung, Fernando. 2009. Strategi
Strategis. Program Studi Kajian Pariwisata Pengembangan Kawasan Sebagai
UGM, Yogyakarta. Sebuah Tujuan Wisata (Studi Kasus Pasar
[2] Brogan, Chris. 2010. Social Media 101: Seni Gabusan di Kabupaten Bantul).
Tactics & Tips to Develop Your Business Tesis. UGM
Online. Penerbit : John Wiley & Sons, Inc., [19] Ma’ruf, Hendri. 2006. Pemasaran Ritel.
New Jersey. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
[3] C. Huwae, Katerina. 2008. Strategi [20] Min, Wang. 2003. An Investigation of
Pemasaran Destinasi Pariwisata Pulau Tourist Information Delivery-Electronic vs
Ambon oleh Pelaku Bisnis Lokal. Tesis. Print Media Dissemination in Rotterdam.
UGM Tesis. Wageningen University.
[4] Damanik, J., Weber, H.F. 2006. [21] Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept,
Perencanaan Ekowisata, Dari Teori Ke Perspective and Challenges, makalah

ISSN : 2087 – 0086 81


Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

bagian dari Laporan Konferensi [26] Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku


Internasional mengenai PariwisataBudaya. Konsumen. Kencana. Jakarta.
Yogyakarta: Gadjah Mada University [27] Singh, Shiv. 2010. Social Media Marketing
Press. Hlm:2-3. for Dummies. Wiley Publishing, Inc.
[22] Payne, Adrian. 2000. The Essence of Indiana
Services Marketing. Penerbit Andi, [28] Suyitno. 2001. Perencanaan Wisata : Tour
Yogyakarta Planning. Kanisius, Yogyakarta.
[23] Pitana, I Gde. dan Surya Diarta, I Ketut. [29] Wahab, Salah, dkk, alih bahasa Gromang,
2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit Frans. 1992. Tourism Marketing. Pradnya
Andi, Yogyakarta Paramita, Jakarta
[24] Schiffman and Lazar Kanuk, 2000, [30] Williams, Chuck. 2001.Manajemen.
Costumer behaviour, Internasional Edition, Penerbit:Salemba Empat,Jakarta.
Prentice Hall [31] Yoeti, Oka, A. 2002. Perencenaan
[25] Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Strategis Pemasaran Daerah Tujuan
Pertunjukan. Penerbit Sinar Harapan, Wisata. Jakarta: Pradnya Paramita
Jakarta.

ISSN : 2087 – 0086 82

View publication stats

You might also like