You are on page 1of 10

STRATEGI PENGELOLAAN DESA WISATA GIYANTI, KABUPATEN

WONOSOBO
Oleh :
Dini Puspita, Susi Sulandari *)

Jurusan Administrasi Publik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http// www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

ABSTRACTION

Tourism sector is a sector which can increase revenue for the region. Wonosobo have
a very diverse tourism potential. One of them is the Tourism Village Giyanti which is very
famous for the traditional culture and dances. Giyanti village also served as a Tourism Village
and being one of the tourism potential object in Wonosobo Regency. But it has not been
managed well in Wonosobo Regency.
The focus and goal of this study is to formulate strategy for the management of tourist villages.
It used the method of SWOT analysis (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) analysis of
existing strategic environment in the management of the Tourism Village. This study used a
qualitative descriptive type by using informants from the Giyanti Village, and the Office of
Tourism and Creative Economy Wonosobo District, as well as the Central Java Provincial
Tourism Office.
The results of the study management in Giyanti Tourism Village haven’t not maximized
yet. By analyzing the internal and external environment are obtained strategies then using
Litmus test to measure the level of strategic issues based on the scores of existing programs.
Based on these results, it is suggested that the strategic programs that have been formulated
can be implemented and applied consistently in Tourism Village Giyanti. This is done in order
to improve management of the Tourism Village Giyanti to a better direction.
Keywords: Strategy, Environmental Analysis, SWOT

ABSTRAKSI

Sektor Pariwisata merupakan sektor yang dapat menambah pendapatan asli daerah.
Kabupaten Wonosobo memiliki potensi pariwisata yang sangat beragam. Salah satunya adalah
Desa Wisata Giyanti yang sangat terkenal dengan kebudayaan dan tarian tradisionalnya. Desa
Giyanti juga dijadikan sebagai Desa Wisata dan merupakan salah satu objek pariwisata yang
potensial namun yang belum dikelola dengan baik di Kabupaten Wonosobo
Fokus dan tujuan penelitian ini adalah merumuskan strategi guna pengelolaan desa
wisata. Menggunakan metoda analisis SWOT (Strength , Weakness, Oppoertunities, Threats)
dalam analisis lingkungan strategis yang ada dalam pengelolaan Desa Wisata. Penelitian ini
menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan informan yang berasal
dari Desa Giyanti, dan Kantor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Wonosobo, serta
Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah.

Hasil penelitian yakni pengelolaan Desa Wisata Giyanti belum maksimal. Berdasarkan
dengan hasil tersebut, disarankan agar program-program srategis yang telah dirumuskan dapat
dilaksanakan dan diterapkan secara konsisten di Desa Wisata Giyanti. Hal ini dilakukan guna
perbaikan pengelolaan Desa Wisata Giyanti ke arah yang lebih baik.

Kata Kunci : Strategi, Analisis Lingkungan, SWOT

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pariwisata dapat meningkatkan perkembangnya mengalami banyak pasang
pendapatan negara, oleh karena itu surut.
pengelolaan sektor pariwisata menjadi hal
yang sangat penting dalam pembangunan Desa Wisata Giyanti mengalami
ekonomi suatu negara. Hal ini terbukti pada banyak sekali hambatan dalam
saat krisis ekonomi nasional sektor pengelolaanya, pemerintah daerah
pariwisata ternyata masih tetap mampu dianggap tidak peduli dengan kondisi ini,
memberi kontribusi terhadap dan hanya memperhatikan desa wisata lain
perekonomian nasional dan daerah yang sekarang sedang tumbuh dan
(Laporan Akhir Passenger Exit Survey,3 berkembang dengan pesat. Jumlah
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata kunjungan wisatawan yang datang ke Desa
2004 dalam Linda Agustina, 2013). Giyanti menurun dari tahun ke tahun, hal
ini diduga disebabkan baik oleh ketidak
Wonosobo sebagai salah satu pedulian pemerintah daerah terkait
daerah unggulan pariwisata di Jawa Tengah pengelolaan dan pengembangan desa
memiliki berbagai macam potensi baik wisata, dan lunturnya kepedulian
alam, maupun budaya, adat istiadat, dialek, masyarakat akan kesenian tradisional yang
makanan tradisional, dan kesenian yang pada era sekarang sudah tergantikan dengan
menarik Kabupaten Wonosobo memiliki hiburan modern.
kesenian tradisional kerakyatan yaitu
Lengger yang menjadi ciri khas Kabupaten Berdasarkan wawancara dengan
Wonosobo dan tumbuh di Desa Giyanti, penduduk Desa Giyanti (Ahnaf Fauzan,30
Kecamatan Selomerto, Kabupaten th), peran pemerintah sebagai fasilitator
Wonosobo. Kesenian Lengger ini tumbuh dalam upaya pengelolaan dan
dan berkembang dalam kearifan lokal pemberdayaan masyarakat nampaknya
masyarakat Desa Giyanti dan merupakan masih sangat kurang. Pemerintah kurang
warisan nenek moyang yang diwariskan dalam memfasilitasi warga baik dalam
secara turun temurun. Kesenian tradisional perbaikan sarana prasarana, dan pembuatan
yang berkembang di Desa Giyanti ini dalam program,. Selama ini masyarakat secara
swadaya membangun prasarana pariwisata
dan juga pembuatan program dan Sebagai disiplin ilmu Administrasi
perencanaan kegiataan. Upaya Publik bertujuan untuk memecahkan
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan masalah-masalah publik melalui
oleh pemerintah tidak dilakukan secara peningkatan dalam berbagai bidang
berlanjut dan tujuan yang ditetapkan juga diantaranya bidang organisasi , sumber
kurang jelas. Dalam sisi kebijakan daya manusia dan keuangan. Administrasi
pengembangan desa wisata sendiri, kurang publik sebagai displin ilmu tentu
dapat dirasakan manfaatnya oleh mengalami pergeseran paradigma. Menurut
masyarakat hal ini dapat dilihat dengan Henry dalam Keban (2008:31-33),
perekonomian masyarakat yang tidak menyatakan bahwa administrasi publik
berubah seiring dicanangkanya Desa mengalami lima pergeseran paradigma.
Giyanti sebagai desa wisata . Kebijakan
yang dibuat kurang tepat sasaran dan tidak Paradigma 1 (1900-1926), dikenal
memberikan pengaruh yang signifikan dengan paradigma Dikotomi Politik dan
terhadap pengembangan Desa Wisata Administrasi. Paradigma 2 (1927-1937),
Giyanti. disebut sebagai paradigma Prinsip-prinsip
administrasi. Paradigma 3 (1950-1970)
Oleh karena itu dalam penelitian adalah paradigma administrasi negara
kali ini , penulis tertarik untuk melakukan sebagai ilmu politik. Paradigma 4 (1956-
penelitian terkait dengan strategi 1970) adalah admnistrasi publik sebagai
pengelolaan Desa Wisata Giyanti. ilmu admnistrasi. Paradigma 5 (1970-
Konsekuensinya adalah dalam perencanaan sekarang) disebut sebagai adminsitrasi
dan pengembanganya aspek seperti publik sebagai admnistrasi publik.
spesialisasi lokasi dan ketersediaan atraksi
2. Manajemen
dan fasilitas layak mendapat perhatian
dalam pengembangan desa wisata yang George Terry (dalam Nawawi, 2012)
diharapkan mampu mendukung mengatakan bahwa manajemen adalah
pengelolaan dan pengembangan pedesaan pencapaian tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya dengan
B. TUJUAN PENELITIAN menggunakan bantuan orang lain.
1. Untuk mengetahui pengelolaan
Desa Wisata Giyanti. Mary Parker Follet menyatakan bahwa
2. Untuk Mengetahui strategi yang manajemen adalah seni dalam
harus dirumuskan dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang
pengelolaan Desa wisata Giyanti lain. Demikian juga dengan Drucker telah
merumuskan pengertian bahwa manajemen
C. KERANGKA TEORI adalah kegiatan spesifik dalam
menggerakkan sejumlah orang agar
1. Administrasi Publik berlangsung efektif dalam mencapai tujuan
dan organisasi menjadi produktif.
Harbani Pasolong. (Teori Administrasi
Publik, 2004:12) mengemukakan bahwa 3. Manajemen Strategis
Teori administrasi menjelaskan upaya-
upaya untuk mendefinsikan fungsi Manajemen Strategik merupakan
universal yang dilakukan para pimpinan rangkaian dua perkataan yang terdiri dari
dan asas-asas yang menyusun praktik makna “manajemen” dan “strategik” yang
kepemimpinan yang baik. Penyumbang masing-masing memiliki pengertian
utama teori administrasi ialah seorang tersendiri, yang telah dirangkaikan menjadi
industrial prancis bernama Henry Fayol. satu terminologi berubah dengan memiliki
pengertian tersendiri pula. Dilihat dari
sudut pandang etimologis (asal kata) berarti
penggunaan kata “strategik” dalam merumuskan strategi suatu rencana
manajemen sebuah organisasi, dapat kegiatan. Analisis didasarkan pada
diartikan sebagai kiat, cara dan taktik utama suatu logika yang dapat
yang dirancang secara sistematik dalam memaksimalkan kekuatan
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, (strengths) dan peluang
yang terarah pada tujuan strategik (opportunities) dan secara
organisasi. (Nawawi 2012: 175). bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesses) dan
Berdasarkan pengertian dan ancaman (threats).
karakteristik manajemen strategik memiliki
beberapa dimensi atau bersifat multi
dimensional. Dimensi yang dimaksud Gambar 1.5.3.1
adalah: Diagram SWOT (SWOT Diagram)

1. Dimensi Waktu dan Orientasi Masa


Depan Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Manajemen Strategik
mempertahankan dan
mengembangkan eksistensi suatu
organisasi berpandangan jauh ke Peluang (O) Tantangan (T)
masa depan, dan berperilaku pro
aktif dan antisipatif terhadap
kondisi masa depan yang diprediksi Sumber : Pearce dan Robinson,
dan dihadapi. Antisipasi masa 1991
depan tersebut dirumuskan dan
ditetapkan sebagai VISI organisasi. 4. Desa Wisata
Selanjutnya untuk menghayati visi
diperlukan tatanan atas nilai dan Desa wisata adalah suatu
kepercayaan organisasi menjadi bentuk integrasi antara atraksi,
pernyataan usaha dari organisasi. akomodasi dan fasilitas pendukung
Pernyataan usaha ini disebut dengan yang disajikan dalam suatu struktur
misi organisasi kehidupan masyarakat yang
menyatu dengan tata cara dan tradisi
2. Dimensi Internal dan Eksternal yang berlaku. ( Nuryanti, Wiendu.
Dimensi internal adalah 1993. Concept, Perspective and
kondisi organisasi non profit pada Challenges, makalah bagian dari
masa sekarang, berupa kekuatan, Laporan Konferensi Internasional
kelemahan, hambatan dan mengenai Pariwisata Budaya.
tantangan yang harus diketahui Yogyakarta: Gadjah Mada
secara tepat, untuk merumuskan University Press. Hal. 2-3).
renstra yang berjangka panjang. .Menurut PIR – Pariwisata
Analisis dapat dilakukan dengan Inti Rakyat (Undang-Undang
metode kualitatif dan kuantitatif. Otonomi Daerah (UU. No.
Kedua macam analisis tersebut 22/99).Desa Wisata Suatu Kawasan
dapat dilakukan dengan berbagai pedesaan yang memancarkan
cara. keseluruhan suasana yang
Analisis yang digunakan mencerminkan keaslian pedesaan
adalah Analisis SWOT. Menurut
baik dari kehidupan sosial ekonomi,
Rangkuti (1998, 19) analisis SWOT sosial budaya, adat istiadat,
adalah identifikasi berbagai faktor keseharian, memiliki arsitektur
secara sistematik untuk
bangunan dan struktur tata ruang Kabupaten Wonosobo, Staff Bagian
desa yang khas, atau kegiatan Promosi Kantor Pariwisata dan Ekonomi
perekonomian yang unik dan Kreatif Kabupaten Wonosobo, Masyarakat
menarik serta mempunyai potensi Desa Wisata Giyanti, Pelaku Wisata Desa
untuk dikembangkan berbagai Wisata Giyanti.
komponen kepariwisataan.
misalnya : atraksi, akomodasi, Teknik pengambilan sample yang
makanan-minuman, dan kebutuhan digunakan peneliti menggunakan purposive
wisata lainnya. sampling, peneliti juga menggunakan
teknik Snowball Sampling. Teknik
Fenomena yang menjadi pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian adalah lebih menekankan penelitian ini antara lain:
pada:
a. Wawancara mendalam
1.Identifikasi faktor internal dan b. Studi dokumen
eksternal Desa Wisata Giyanti c. Observasi
dan proses perumusan
manajemen strategis. Analisis Dalam penelitian ini ada berbagai cara
kondisi pengelolaan dan untuk menganalisis data, yaitu:
pengembangan Desa Wisata a. Menggunakan Test Litmus
Giyanti oleh Pemerintah Daerah b. Reduksi data
Wonosobo c. Display data
2. Lingkungan Strategis
- Lingkungan internal Teknik untuk menguji keabsahan data
1. Kesesuain antara yang digunakan adalah teknik triagulasi
visi, misi, tujuan PEMBAHASAN
dalam
pengembangan desa A. Hasil Penelitian
wisata dengan Kondisi Desa Wisata Giyanti saat ini
memperhatikan di Kabupaten Wonosobo yang dapat
pengembangan dilihat dari beberapa faktor salah satunya
kapasitas adalah dari segi fisik masih perlu
kelembagaan perhatian , hal ini diketahui berdasarkan
2. Sumber daya hasil wawancara dengan penduduk dan
manusia pengurus Kelompok sadar wisata Desa
3. Anggaran Giyanti , yaitu gedung pertunjukan yang
4. Teknik operasional keadaanya sudah tidak baik lagi dan
- Lingkungan eksternal: terlalu sempit jika digunakan sebagai
1. Faktor sosial budaya. tempat pertunjukan seni , apalagi jika
2. Faktor politik penonton yang datang sangatlah banyak
3. Faktor pendidikan gedung tersebut tidak cukup untuk
Faktor teknologi menampung jumlah penonton yang
D. Metode Penelitian datang ditambah lagi dengan pemain
kesenian. Jika dilihat dari faktor-faktor
Dalam penelitian ini menggunakan yang mendukung seperti ke-khasan desa
tipe penelitian kualitatif deskriptif. dan atraksi wisata sebenarnya Desa
Penelitian ini dilakukan di Kantor Giyanti ini memiliki kekhasan yang
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif , dan Desa sangat kuat yaitu Tari Lengger yang
Wisata Giyanti di Kabupaten Wonosobo. bahkan sudah terkenal hingga luar daerah.
).Informan dalam penelitian ini adalah Lembaga yang menangani desa wisata
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang ada belum dapat mewarnai kondisi
desa wisata, dikarenakan keberadaannya 3. Tradisi yang masih
rata- rata masih bersifat konvensional dan bertahan
belum berjalan secara professional. 4. Tarian lengger yang
merupakan keunikan Desa
Giyanti dan tidak dimiliki
Analisis Faktor Penghambat dan oleh desa lain
Pendukung Desa Wisata Giyanti B. Weaknesses
Faktor-faktor Penghambat 1. Belum ada Kesuaian Visi
pengembangan Desa Wisata Giyanti dan Misi
yaitu: 2. Sarana dan prasarana
1. Belum ada Kesuaian Visi dan Misi kurang lengkap
2. Sarana dan prasarana kurang 3. Media informasi masih
lengkap minim
3. Media informasi masih minim 4. Tingkat pendidikan
4. Tingkat SDM yang masih rendah masyarakat yang masih
5. Tingkat Pendidikan Masyarat yang rendah.
Masih Rendah C. Opportunity
6. Kurangnya Pemanfaatan Teknologi 1. Pengelolaan Desa Wisata
7. Kurangnya Pemberdayaan dan Berdampak langsung
Pembinaan Masyarakat terhadap masyarakat
8. Belum ada peratiran khusus tentang 2. Keinginan Masyarakat
desa wisata untuk Bekerjasama dengan
pihak luar
Identifikasi Faktor-Faktor 3. Antusiasme Masyarakat
Pendorong yang tinggi dalam
Kebudayaan
1. Pokdarwis yang berperan
D. Threats
mengelola Desa Wisata
1. Belum adanya peratiran
2. Tradisi yang masih bertahan
khusus tentang desa wisata
3. Adanya Potensi Pariwisata Desa
2. Kurangnya Upaya
Giyanti
Pemberdayaan dan
4. Keinginan Masyarakat Untuk
Pembinaan Masyarakat
Menjalin Kerja Sama Dengan Pihak
3. Kurangnya Penerapann
Lain
Teknologi
5. Dampak Pengelolaan Desa Wisata
terhadap Masyarakat Setelah menganalisis Faktor Penghambat
6. Antusiasme masyarakat dalam dan Pendorong serta Isu-Isu strategis
kebudayaan mnya, maka dirumuskan sebuat strategi
7. Tarian Lengger yang tidak dimiliki SO, WO , WT dan ST yaitu sebagai
oleh desa wisata lainnya berikut:
Identifikasi Isu-Isu Strategis S-O (Strength Opportunity)
A. Strength 1. Pemetaan Potensi desa dan
1. Pokdarwis menjalankan
pengembangan Desa Wisata
peran sebagai pelopor dan
pengelola Desa Wisata berdasarkan model klaster pariwisata
2. Desa wisata memiliki dan basis potensi desa
potensi dan atraksi 2. Kerjasama antara pokdarwis dan pemilik
pariwisata yang menarik travel agent dan biro perjalanan di
Kabupaten Wonosobo.
3. Kerjasama antara masyarakat Desa W-T (Weakness-Threats)
Giyanti dengan pemerintah, dan 1. Pembuatan Grand Design
pengrajin dalam pengadaan alat-alat pengembangan Desa Wisata
kesenian Giyanti oleh Pemerintah Daerah
4. Pengikut sertaan masyarakat Giyanti 2. Pembangunan sarana dan prasarana
dalam festival-festival budaya nasional untuk menunjang kegiatan
dan internasional kepariwisataan oleh pemerintah
daerah
5. Pembuatan paket wisata yang ekonomis
3. Pembuatan buku panduan
oleh pokdarwis untuk dipasarkan kepada pengelolaan desa wisata oleh
wisatawan local pemda guna meningkatkan
pelaksanaan visi dan misi kantor
W-O (Weakness-Opportunity)
parekraf
1. Peningkatan koordinasi dan kerja sama 4. Masyarakat yang berpendidikan
antar pemerintah, pokdarwis, dan rendah diarahkan untuk mengikuti
pelatihan dibidang kesenian dan
swasta
kerajinan
2. Perbaikan sarana-prasarana yang rusak 5. Sosialisasi program pengelolaan
secara swadaya oleh masyarakat desa wisata oleh pemda guna
3. Kerjsama antara pokdarwis dan menyamakan visi dan misi
pemerintah untuk pengadaan sarana
Dari hasil skoring isu strategis
perlengkapan alat informasi menggunakan Litmust Test, selanjutnya
4. Peningkatan penggunaan teknologi dibuat klasifikasi berdasarkan rentang skor
informasi untuk media promosi untuk memprioritaskan isu-isu yang
5. Peningkatan keahlian masyarakat dalam bersifat strategis dengan rumusan
hal pembuatan kerajianan dengan klasifikasi sebagai berikut:
a. Isu yang bersifat operasional yang
diadakan pelatihan kerajinan
penyelesaianya dapat dilakukan
S-T (Strength-Opportunity) melalui kegiatan rutin memiliki
rentang skor 1-13
1. Pembuatan film dan video tentang Tari b. Isu yang bersifat moderat memiliki
Lengger untuk memperkenalkan rentang skor 14-26
Lengger kepada Masyarakat c. Isu yang bersifat strategis memiliki
2. Peningkatan kualitas pelatihan dan rentang skor 27-39
Melihat hasil skoring dan kriteria
pembinaan pelaku wisata di Desa
klasifikasi isu, maka 7 isu tersebut yang
Giyanti telah diidentifikasi dapat diklasifikasikan
3. Pokdarwis dan Kantor parekraf urutan prioritas seperti pada tabel berikut:
mendorong agar segera dibuat regulasi 1. Pembuatan Regulasi oleh Pemerintah
khusus pengelolaan desa wisata di Daerah
kabupaten wonosobo 2. Pembuatan grand design
4. Pokdarwis dan kantor parekraf pengembangan Desa Wisata oleh
Pemerintah Daerah dengan
mendorong agar anggota pokdarwis mempertahankan keaslian Desa
belajar mengenai teknologi informasi Giyanti
5. Inisiatif pokdarwis untuk belajar 3. Pemetaan potensi desa dan
kepada Desa Wisata lain yang sudah pengembangan desa wisata
maju berdasarkan model klaster pariwisata
dan basis potensi desa
4. Peningkatan penggunaan teknologi dibuat berdasarkan perda yang berlaku
informasi dengan menggunakan social sehingga grand design tersebut memiliki
5. Peningkatan kualitas pelatihan dan legalitas dan benar-benar dapat
pembinaan dengan pelatihan yang diterapkan untuk mengembangan desa
berkelanjutan kepada pelaku wisata di wisata giyanti.
Desa Giyanti
6. Kerjasama antara pokdarwis dan c. Pemetaan potensi desa dan
pemerintah untuk pengadaan sarana pengembangan desa wisata
perlengkapan alat informasi berdasarkan model klaster pariwisata
7. Melakukan kerjasama antara dan basis potensi desa
pokdarwis dan pemilik biro perjalanan Potensi yang dimiliki desa
wisata Giyanti adalah potensi berbasis
kebudayaan yang tidak dimiliki oleh
PENUTUP desa lain nya yaitu Tari Lengger. Oleh
karena itu dalam pengembangan desa
A. Kesimpulan
wisata harus memperhatikan juga
Strategi Pengelolaan Desa Wisata pengembangan Tari Lengger tersebut.
Giyanti Dalam pemilihan model klaster
pariwisata. Model Klaster yang dapat
Berdasarkan dari hasil analisis isu- dipilih adalah model klaster usaha
isu strategis yang telah dituliskan diatas, pariwisata dengan desa terkait di
maka hasil tersebut akan dijadikan sebagai sekitarnya (kemitraan usaha
acuan dalam perumusan strategi pariwisata). Yaitu desa-desa yang
pengelolaan Desa Wisata Giyanti. Hal berada di sekitar lokasi usaha-usaha
tersebut akan mudah terlakasana apabila pariwisata (hotel resort, pusat kuliner,
telah dibuat menjadi suatu program dsbnya) yang memiliki keterkaitan
strategis. Strategi dalam mengelola desa geografis dan keterkaitan fungsi secara
wisata tersebut meliputi : langsung maupun tak langsung dengan
fasilitas / usaha pariwisata yang
a. Pembuatan Peraturan Daerah tentang ada.fasilitas/ usaha pariwisata tersebut.
Pengelolaan Desa Wisata oleh
Pemerintah Daerah d. Peningkatan penggunaan teknologi
Regulasi khusus tentang informasi dengan menggunakan social
pengelolaan Desa Wisata di Kabupaten media sebagai media promosi.
Wonosobo memang sudah direncanakan Social media yang memiliki fungsi
untuk segera di formulasikan oleh dalam pemasaran produk dan promosi,
DPRD Kabupaten Wonosobo. Namun, harus lebih di maksimalkan
sampai sekarang regulasi tersebut sama penggunaanya. Walaupun Pokdarwis
sekali belum dirapatkan untuk di tindak kurang mengikuti perkembangan sovial
lanjuti. Sama seperti desa wisata lain di mdia, namun pokdarwis dapat
Kabupaten Wonosobo, Desa Wisata mengusahakan bekerja sama dengann
Giyanti tidak memiliki acuan dalam pemuda desa Giyanti untuk mengelola
peraturan nya akun-akun social media seperti
facebook, insatgram, twitter, blog, dan
b. Pembuatan grand design pengembangan website.
Desa Wisata oleh Pemerintah.
Regulasi yang sebelumnya e. Melakukan kerjasama antara pokdarwis
dijelaskan diatas juga berguna dalam dan pemilik biro perjalanan.
menentukan grand design pengelolaan Dikabupaten Wonosobo,
Desa Wisata Giyanti. Grand design menurut data dari Kantor Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Kabupaten Wonosobo bekerjasama dengan Pokdawris
pada tahun 2016 ini ada 15 biro Giyanti
perjalanan yang berdiri. Namun, hanya 7 4. Pokdarwis melakukan studi banding ke
yang memiliki ijin dan sudah sudah desa wisata lain yang lebih maju
resmi terdaftar. Biro perjalanan dengan basis dan klaster wisata yang
memiliki peran sebagai sales / agen sama untuk mencontoh kegiatan yang
penjual paket wisata yang ada di sebuah menarik untuk diterapkan di Desa
objek wisata. Giyanti serta mempelajari pola
pengelolaan desa wisata yang lebih
f. Peningkatan kualitas pelatihan dan maju.
pembinaan dengan pelatihan yang
berkelanjutan kepada pelaku wisata di DAFTAR PUSTAKA
Desa Giyanti
Kurang berhasilnya pembinaan Ariyanto (2005). Ekonomi Pariwisata.
masyarakat dalam pengembangan Desa Jakarta
Wisata Giyanti diakibatkan kurangnya
sinkronisasi program serta kurang Danim,Sudarwan (2011) Menjadi Peneliti
berkelanjutan, sehingga terkesan asal ada Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia
kegiatan. Hal tersebut menjadikan sebagian
masyarakat menjadi kurang paham akan Darmadi, Damai dan Sudikin, (2009)
makna pembinaan yang dilaksanakan atau Administrasi Publik, Jogjakarta :
kurang mengetahui esensi dari pembinaan LaksBang Pressindo
masyarakat tersebut. Oleh karena itu,
program yang diberikan harus diberikan David, Fred R (2006) Strategic
secar berkelanjutan Management,Jakarta: Salemba Empat

Hanani, T Handoko (2008). Manajemen,


B. Saran
Jogkarta: BPFE-Yogyakarta
Berdasarkan analilisis lingkungan
strategis, faktor penghambat dan Harbani Pasolong (2004). Teori
pendukung, serta isu strategis, maka Administrasi Publik. Bandung:Alfabeta
ditemukan sebuat strategi yang sudah diuji
menggunakan test litmus. Stretegi-strategi Hardiyansyah. 2011. Kualitas Pelayanan
tersebut menjadi rekomendasi untuk Publik. Yogyakarta; Gava Media
membuat Desa Wisata Giyanti ini menjadi Kencana, Inu. 2006. Ilmu Administrasi
lebih baik kedepan. Upaya- Upaya program Publik. Jakarta; PT Rineka Cipta
strategis yang dapat dilakukan adalah : Linda Agustina, 2013. Laporan Akhir
1. Revilatisasi balaidesa sebagai tempat Passenger Exit Survey,3 Kementerian
untuk melakukan pertemuan antara Kebudayaan dan Pariwisata
pemerintah, pokdarwis, dan stake Moleong, Lexy. (2002). Metodologi
holder yang lain Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
2. Mengadakan pertemuan dengan remaja Rosdakarya.
pemerintah untuk memberikan
informasi dan musyawarah tentang Nawawi, Hadari (2005) ; Manajemen
pembuatan regulasi dan grand design Strategik, Gadjah Mada Press :
pengelolaan desa wisata Jogjakarta
3. Mengajak biro perjalanan untuk
mencoba paket wisata Desa Giyanti Nurhayanti, wiendu. (1993). Concept and
untuk mengajak biro perjalanan Challenge , makalah bagian dari
konferensi internasional mengenai
pariwisata budaya. Yogyakarta:
Gadjah Mada University press
Pitanam IG dan G Gayatri. (2005).
Sosiologi Pariwisata: Angkasa;
Yogyakarta.
Pitna, Prof I Gede dan I Ketut Surya diarta.
(2004). Pengantar Ilmu Pariwisata
penerbit Andi

Purwanto, Iwan (2006). Manajemen


Strategi. Bandung : Yrama Widya

Salusu, J. (2005). Pengambilan Keputusan


Strategik. Gadjahmada

Tyas Pratiwi, 2005 . Potensi


Karanggeneng sebagai Desa Wisata di
Sleman. Tugas akhir Program Diploma III
Kepariwisataan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Buku Arsip Desa Giyanti tahun 2014
Peraturan Menbudpar
NO.04/UM.001/MKP/2008 ( Tentang
Sadar Wisata )
Perda Jateng No : 14 tahun 2004 Tentang
RIPP Provinsi Jawa Tengah
Perpres No. 15 Th. 2010 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
PIR – Pariwisata Inti Rakyat Tentang Desa
Wisata
Surat Gubernur Jawa Tengah Nomor :
556/01515/Tanggal 13 Januari 2010
Tentang Pembentukan Pokdarwis.
Undang – Undang Republik Indonesia No
: 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

You might also like