You are on page 1of 5

DOI: 10.24843/JH.2018.v22.i04.

p38 ISSN: 2302-920X


Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 22.4 Nopember 2018: 1111-1115

Pengembangan Pariwisata Berbasis Desa Adat di Desa


Penglipuran Kabupaten Bangli
A.A Sri Agung Pradnyaparamita
Program Studi Antropologi
[agungpradnyaparamita@gmail.com]

Abstract
Traditional village-based tourism development in the village of Bangli Regency Penglipuran a
tourism development conducted by the Village Penglipuran. The problems of this study include
(1) the form of traditional village-based tourism development and (2) the impact of tourism
development based Indigenous Village. The research objective is (1) determine the form of the
traditional village-based tourism development and (2) reveal how far the impact of developing
a traditional village-based tourism. The method used in this research is descriptive qualitative
method. Data collection techniques including observation, interview, literature study and
documentation. Data analysis was performed through three simultaneous flow of activities,
namely data reduction, data presentation, and conclusion. The theory used is the theory of
community-based tourism and tourism impact theory. Results of this study are as follows.
Traditional village-based tourism development in the village Penglipuran include tourist
attraction in the village Penglipuran, the shape of the traditional village-based tourism
development, and the role of indigenous villages in Penglipuran village tourism development.
The impact of the traditional village-based tourism development in the village Penglipuran
includes the impact of tourism on the physical environment and the natural, social, cultural,
and economic. Conclusions This study is the first, the form of the traditional village-based
tourism development in the village Penglipuran managing entity called Rural Tourism
Organization business Penglipuran. This institution gives a role to the traditional village as the
board of supervisors and the traditional village also has the authority to decide all matters
related to the development of tourism. Second, the impact of the traditional village-based
tourism development in the village Penglipuran the form of positive and negative impacts on the
physical environment and the natural, social, cultural, and economic.

Keywords: Tourism Development, The Village People, Indigenous Institute

1. Latar Belakang masyarakat (Biro Humas & Protokol


Bali dengan potensi budaya yang Setwilda Tingkat I, 1998: 17-18). Terkait
dimiliki telah dijadikan salah satu tempat pengembangan potensi daerah,
pengembangan pariwisata. Menurut Pemerintah Kabupaten Bangli
Perda Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 mengeluarkan Surat Keputusan Bupati
tentang Kepariwisataan Budaya, Kepala Daerah Tingkat II Bangli Nomor
disebutkan bahwa pembangunan 115 Tahun 1993 tentang penetapan
pariwisata budaya Bali diarahkan untuk objek-objek wisata Daerah Kabupaten
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bangli, dan salah satu Desa yang
serta melestarikan lingkungan. ditetapkan sebagai daya tarik wisata
Pembangunan pariwisata juga ditujukan adalah Desa Adat/Pakraman Penglipuran.
untuk mengembangkan dan Desa Penglipuran merupakan
mendayagunakan potensi kepariwisataan salah satu Desa Bali Aga yang berada di
daerah dan meningkatkan peran serta Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli,

1111
DOI: 10.24843/JH.2018.v22.i04.p38 ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 22.4 Nopember 2018: 1111-1115

Kabupaten Bangli. Menurut Reuter partisipasi masyarakat lokal dalam


(2005: 18), Desa Bali Aga merupakan berbagai tahap pembangunan, sehingga
wilayah yang terletak di daerah pengelolaan pembangunan benar-benar
pegunungan dan didiami oleh kelompok dilakukan oleh mereka yang hidup dan
etnis minoritas. Ciri-ciri Desa Bali Aga kehidupannya dipengaruhi oleh
adalah kehidupan komunal, susunan pembangunan tersebut atau apa yang
pengurus ulu apad, dan adanya konsep dikenal dengan community based
luan teben (Dwijendra, 2009: 9). Sebagai resource management atau community
Desa Bali Aga, Desa Penglipuran management.
memiliki keunikan baik dari segi fisik, Dalam pengembangan pariwisata,
ekologi, kehidupan sosial budaya, dan masyarakat Desa Penglipuran sebagai
tradisi. Keunikan-keunikan tersebut Desa Bali Aga tetap mempertahankan
merupakan potensi yang dikembangkan nilai dan norma yang mengatur
sebagai daya tarik wisata. kehidupan masyarakat setempat. Menurut
Pengembangan pariwisata di Desa Koentjaraningrat (2003: 76) sistem nilai
Penglipuran dilakukan dengan lebih budaya adalah tingkat tertinggi dan
mengedepankan peran serta desa adat. paling abstrak dari adat-istiadat karena
Pengembangan pariwisata dengan nilai budaya terdiri atas konsep-konsep
melibatkan desa adat merupakan mengenai segala sesuatu yang dinilai
pengejawantahan dari konsep kebijakan berharga dan penting oleh masyarakat
pembangunan pariwisata berdimensi sehingga dapat berfungsi sebagai
kerakyatan. Wacana pembangunan pedoman pada kehidupannya. Hal ini
berwawasan kerakyatan merupakan tampak pada berbagai aturan yang
reaksi terhadap kebijakan pembangunan diterapkan di Desa Penglipuran, seperti
konglomerasi yang selama ini lebih tidak diperbolehkan menjual tanah
berpihak pada pemilik modal yang bukan karena tanah tersebut adalah milik desa;
berasal dari anggota masyarakat tidak diperbolehkan membuat bangunan
setempat. Pembangunan berwawasan bertingkat; dilarang menebang pohon
kerakyatan lebih mengedepankan tanpa seijin desa; bagi wisatawan yang
peningkatan ekonomi rakyat dan ingin mengunjungi Pura Penataran harus
pemberdayaan masyarakat. Para pemikir mentaati aturan yang ditetapkan seperti
pembangunan pedesaan telah menyadari mengenakan selendang dan tidak
bahwa pembangunan konglomerasi memasuki pura pada saat menstruasi; dan
seringkali merugikan masyarakat wisatawan juga diharapkan tidak
setempat. Masyarakat sebagai pemilik mengunjungi tempat-tempat sakral
sah sumber daya setempat kerap melewati waktu yang ditentukan.
mengalami marginalisasi sehingga Dari penjelasan di atas ada dua
kualitas hidupnya justru menurun hal yang dapat dilihat dari pengembangan
dibandingkan sebelum adanya pariwisata oleh Desa Adat Penglipuran.
pembangunan. Atas dasar itu beberapa Pertama, pengembangan pariwisata
ahli menekankan pentingnya dilakukan dengan menyerahkan
pembangunan sebagai social learning pengelolaannya kepada lembaga
dan pembangunan harus mulai dari pengelola. Kedua, pengembangan
bawah (buttom up). Menurut Korten pariwisata memberikan dampak positif
(Pujaastawa, 2009: 30), pembangunan maupun negatif terhadap Desa
dengan paradigma ini menuntut adanya Penglipuran. Terkait dengan persoalan

1112
DOI: 10.24843/JH.2018.v22.i04.p38 ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 22.4 Nopember 2018: 1111-1115

tersebut, maka penelitian ini penting dokumentasi. Data yang diperoleh


dilakukan untuk mengetahui bentuk dan dianalisis secara deskriptif kualitatif
dampak dari pengembangan pariwisata dengan menggambarkan keadaan Desa
berbasis desa adat di Desa Penglipuran. Penglipuran sehingga memperoleh
pemahaman mengenai pengembangan
2. Pokok Permasalahan pariwisata berbasis desa adat. Analisis
Berdasarkan latar belakang di data dilakukan melalui tiga alur kegiatan
atas, permasalahan dalam penelitian ini secara bersamaan sebagaimana yang
difokuskan pada bentuk dan dampak dilakukan Miles dan Huberman (1992:
pengembangan pariwisata berbasis desa 17-19), yaitu reduksi data, penyajian data
adat di Desa Penglipuran Kabupaten dan penarikan kesimpulan.
Bangli. Permasalahan tersebut akan
dipahami dengan menjawab pertanyaan 5. Hasil dan Pembahasan
penelitian yang diformulasikan sebagai 5.1 Pengembangan Pariwisata
berikut. Berbasis Desa Adat
1. Bagaimana bentuk pengembangan Pengembangan pariwisata
pariwisata berbasis desa adat di Desa berbasis desa adat meliputi daya tarik
Penglipuran Kabupaten Bangli ? wisata di Desa Penglipuran, bentuk
2. Bagaimana dampak pengembangan pengembangan pariwisata berbasis desa
pariwisata berbasis desa adat di Desa adat, dan peran desa adat dalam
Penglipuran Kabupaten Bangli ? pengembangan pariwisata di Desa
Penglipuran. Pertama, daya tarik wisata
3. Tujuan Penelitian di Desa Penglipuran terdiri atas daya
Berdasarkan latar belakang dan tarik wisata alam berupa hutan kayu dan
rumusan masalah di atas maka dapat hutan bambu dimana keberadaan hutan
dikemukakan tujuan penelitian ini adalah kayu maupun hutan bambu tersebut dapat
sebagai berikut. memberikan udara pedesaan yang sejuk
1. Ingin mengetahui bentuk dan segar. Daya tarik wisata budaya
pengembangan pariwisata berbasis meliputi pola tata ruang desa dengan
desa adat di Desa Penglipuran arsitekturnya yang khas, tugu pahlawan,
Kabupaten Bangli. serta kehidupan masyarakat dengan adat
2. Ingin mengungkapkan seberapa jauh istiadatnya yang unik seperti adanya
dampak pengembagan pariwisata larangan bagi masyarakat untuk
berbasis desa adat di Desa Penglipuran berpoligami. Daya tarik wisata khusus
Kabupaten Bangli yakni berupa event-event khusus yang
diselenggarakan oleh badan pengelola
4. Metode Penelitian desa wisata seperti Penglipuran Village
Lokasi penelitian dilakukan di Festival dan paket wisata khusus bagi
Desa Adat Penglipuran, Kecamatan wisatawan.
Bangli, Kabupaten Bangli. Jenis data Kedua, bentuk pengembangan
yang digunakan adalah data kualitatif pariwisata berbasis desa adat terdiri atas
yang perolehan datanya bersumber dari sejarah pengembangan Desa Wisata
data primer dan sekunder. Teknik Penglipuran yang diawali dari Surat
pengumpulan data adalah dengan Keputusan Bupati Bangli Nomor 115
menggunakan teknik observasi, Tahun 1993 tentang Penetapan Objek-
wawancara, studi kepustakaan dan objek Wisata Daerah Kabupaten Bangli.

1113
DOI: 10.24843/JH.2018.v22.i04.p38 ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 22.4 Nopember 2018: 1111-1115

Dengan ditetapkannya Desa Penglipuran


sebagai objek wisata, maka Pemerintah 5.2 Dampak Pengembangan
Kabupaten Bangli mengeluarkan Pariwisata Berbasis Desa Adat
Keputusan Bupati Kepala Daerah Dampak pengembangan
Tingkat II Bangli nomor 116 tahun 1993 pariwisata berbasis desa adat di Desa
tentang Penunjukkan Desa Adat Penglipuran meliputi dampak pariwisata
Penglipuran Sebagai Petugas Pungut terhadap lingkungan fisik dan alam,
Retribusi Wisata. Mengingat beban sosial budaya, dan ekonomi. Pertama,
prajuru desa adat yang semakin kompleks dampak pariwisata terhadap lingkungan
sedangkan pengelolaan pariwisata perlu fisik dan alam berupa dampak positif
dikelola secara profesional, maka pada yaitu terpeliharanya kebersihan
tanggal 1 Mei 2012 Desa Adat lingkungan dan terjaganya keistimewaan
Penglipuran membentuk lembaga lingkungan seperti hutan kayu dan hutan
pengelola yang bernama Lembaga bambu. Sedangkan dampak negatifnya
Pengelola Desa Wisata Penglipuran adalah pembukaan pekarangan rumah
(Profil Desa Wisata Penglipuran, 2013: untuk kios-kios souvenir dan warung-
iv). Lembaga ini berada dibawah warung. Keberadaan beberapa kios dan
naungan desa adat dan bertanggung warung yang dibuat dengan membuka
jawab penuh kepada desa adat. Susunan sebagian tembok penyengker bagian
kepengurusan Lembaga Pengelola Desa depan pekarangan (di sebelah angkul-
Wisata meliputi Ketua, Wakil Ketua, angkul) menyebabkan keindahan
Administrasi, Bagian Pengembangan lingkungan menjadi terganggu.
Objek, Bagian Operasional, dan dibantu Perkembangan pariwisata di Desa
oleh beberapa seksi. Distribusi hasil Penglipuran juga memberikan dampak
pengelolaan Desa Wisata Penglipuran terhadap menjamurnya rumah-rumah
bersumber dari tiket masuk wisatawan penginapan (home stay). Pembangunan
dengan pembagian retribusi 40% untuk ini pada umumnya dilakukan dibelakang
Desa Adat Penglipuran dan 60% untuk rumah penduduk yang dulunya berfungsi
Pemerintah Kabupaten Bangli. sebagai teba. Dengan adanya
Ketiga, Desa Adat Penglipuran pembangunan tersebut, sebagian dari
memiliki peran yang sangat penting teba ini tidak lagi berfungsi sebagai
dalam dalam pengembangan pariwisata. kawasan terbuka hijau tetapi sudah
Hal ini dapat dicermati dari kedudukan dikembangkan tidak hanya dijadikan
desa adat dalam lembaga pengelola desa penginapan (home stay), tetapi di
wisata yakni sebagai dewan pembina antaranya juga dijadikan rumah tinggal,
yang memiliki wewenang untuk garasi, dan tempat usaha.
memutuskan segala sesuatu yang terkait Kedua, dampak pariwisata
dengan pengembangan pariwisata. terhadap sosial budaya meliputi dampak
Dengan keterlibatan desa adat dalam positif yaitu terpeliharanya bangunan-
lembaga pengelola, menunjukkan bahwa bangunan yang menyimpan nilai-nilai
desa adat tidak hanya memiliki budaya serta tempat-tempat bersejarah,
kemampuan untuk mengelola kegiatan- dan terpeliharanya kebudayaan
kegiatan adat dan keagamaan tetapi juga tradisional seperti seni, tarian, dan adat-
memiliki kemampuan untuk mengelola istiadat. Pengembangan pariwisata juga
hal-hal yang bersifat modern seperti berdampak terhadap pendidikan
kegiatan pariwisata. masyarakat baik secara formal maupun

1114
DOI: 10.24843/JH.2018.v22.i04.p38 ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 22.4 Nopember 2018: 1111-1115

non formal. Sedangkan dampak Lembaga Pengelola Desa Wisata


negatifnya adalah adanya komersialisasi Penglipuran. Lembaga ini memberikan
budaya berupa kecenderungan terjadinya peran penting kepada Desa Adat
perubahan terhadap keberadaan tempat Penglipuran yakni sebagai dewan
suci dan bangunan seperti tempat suci pembina yaitu memberikan arahan
yang dulunya hanya difungsikan sebagai kepada pengelola dan memberikan
tempat upacara keagamaan bagi masukan serta solusi atas persoalan yang
masyarakat Desa Penglipuran namun dihadapi oleh pengelola. Selain itu Desa
sekarang telah menjadi konsumsi bagi Adat juga memiliki wewenang untuk
para wisatawan yakni wisatawan memutuskan segala sesuatu yang terkait
diperbolehkan memasuki pura walaupun dengan pengembangan pariwisata.
diwajibkan mentaati aturan yang telah Kedua, dampak pengembangan
ditentukan. pariwisata berbasis desa adat di Desa
Ketiga, dampak pariwisata Penglipuran Kabupaten Bangli meliputi
terhadap bidang ekonomi meliputi dampak positif dan negatif terhadap
dampak positif yakni (1) terbukanya lingkungan fisik dan alam, sosial budaya
lapangan pekerjaan baru, (2) masyarakat, dan ekonomi.
meningkatkan taraf hidup dan
pendapatan masyarakat, (3) membantu 7. Daftar Pustaka
menanggung beban pembangunan sarana
Biro Humas & Protokol Setwilda Tingkat
dan prasarana di Desa Penglipuran, dan
I. 1998. Pariwisata Untuk Bali
(4) meningkatkan kemampuan manajerial
Konsep dan Implementasi
serta ketrampilan masyarakat Desa
Pariwisata Berwawasan Budaya.
Penglipuran. Sedangkan dampak
Denpasar.
negatifnya adalah pendapatan masyarakat
Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin. 2009.
tidak tetap, tetapi hanya bersifat musiman
Arsitektur & Kebudayaan Bali
yang menyebabkan terjadinya
Kuno. Denpasar: Udayana
pendapatan yang fluktuatif (naik dan
University Press.
turun) yakni pada musim libur atau hari
Koentjaraninggrat. 2003. Pengantar
raya, pendapatan masyarakat meningkat
Antropologi I. Jakarta: PT Rineka
namun pada hari-hari biasa
Cipta.
pendapatannya stabil bahkan menurun.
Miles, Matthew; A Michael Huberman.
Selain itu, pengembangan pariwisata juga
1992. Analisis data Kualitatif.
menimbulkan persaingan diantara
Jakarta UI Press.
masyarakat. Hal ini tidak dapat dihindari
Pujaastawa, I.B.G. 2009. Buku Ajar
karena dalam suasana masyarakat yang
Antropologi Pariwisata.
hidup berekonomi, pasti akan selalu ada
Denpasar: Program Studi
persaingan sesama rekan seusaha.
Antropologi Fakultas Sastra
Universitas Udayana.
6. Simpulan
Reuter, Thomas A. 2005. Custodians Of
Berdasarkan penjelasan diatas
The Sacred Mountains. Jakarta:
dapat disimpulkan hal-hal sebagai
Yayasan Obor Indonesia.
berikut. Pertama, bentuk pengembangan
Profil Desa Wisata Penglipuran, Bangli-
pariwisata berbasis desa adat di Desa
Bali 2013
Penglipuran Kabupaten Bangli adalah
berbentuk badan pengelola yang disebut

1115

You might also like