You are on page 1of 7

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMERINTAH DAERAH

DALAM MEWUJUDKAN PARIWISATA BERBASIS BUDAYA TERKEMUKA


(Studi pada Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Eva Rusdiananingtyas, Heru Ribawanto, Wima Yudo Prasetyo


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: evarusdianaa@yahoo.com

Abstract: The Implementation of Local Government Strategy in Creating The Notable Culture-
Based Tourism (A Study in Tourism Department of Daerah Istimewa Yogyakarta). Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) has wealth and potency of tourism such as culture inheritance and the
beauty of nature that can be featured to be a tourism objective both in Indonesia and foreign
countries. The tourism sector becomes excellent sector in economy of DIY, however the tourism
development of DIY also produces various challenges and constraints so that the effort of the
tourism development need to be done seriously and by using an appropriate strategy. From the
result of the research can be known that there are three strategies used by DIY Tourism
Department that are the strategy in increasing the quality and quantity of tourism destination, the
strategy in creating effective and efficient marketing, and also the strategy to optimize the
expansion of cooperation. The strategy implementations are explained into three primary
programs that are destination development program, marketing development program, and
cooperation development program. The effectiveness of the strategy implementation can be seen
from the reachable target in settled indicators. In the process of implementation this strategy there
are proponent factors such as estimate availability, tourism potency, infrastructure availability,
the role of society and social-safety condition. Meanwhile, the obstacle factors are apparatus
sources that are inadequate, and also the cooperation between stakeholders that still cannot be
synergic.

Keyword: strategy implementation, tourism development, culture of tourism

Abstrak: Implementasi Strategi Pemerintah Daerah Dalam Mewujudkan Pariwisata


Berbasis Budaya Terkemuka (Studi pada Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta).
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki kekayaan dan potensi pariwisata berupa warisan
budaya maupun keindahan alam yang dapat diunggulkan menjadi tujuan wisata terkemuka baik di
Indonesia maupun Mancanegara. Sektor pariwisata menjadi sektor unggulan perekonomian DIY,
namun demikian pembangunan pariwisata DIY juga memunculkan berbagai tantangan dan
kendala, sehingga upaya pengembangan pariwisata perlu dilakukan dengan serius dan strategi
yang tepat. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat tiga strategi yang diterapkan Dinas
Pariwisata DIY yaitu strategi meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata, strategi
mewujudkan pemasaran yang efektif dan efisien, serta strategi mengoptimalkan perluasan jaringan
kerjasama. Implementasi strategi dijabarkan dalam tiga program utama yaitu program
pengembangan destinasi, program pengembangan pemasaran, dan program pengembangan
kemitraan. Efektivitas implementasi strategi dapat dilihat dari tercapainya target dalam indikator
yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya terdapat faktor pendukung yang meliputi
ketersediaan anggaran, potensi pariwisata, ketersediaan sarana prasarana, peran serta masyarakat
dan kondisi sosial-keamanan. Sedangkan faktor penghambatnya adalah sumber daya aparatur yang
kurang memadai, serta kerjasama antar stakeholders yang belum sinergis.

Kata Kunci: implementasi strategi, pengembangan pariwisata, wisata budaya

Pendahuluan sektor-sektor yang dianggap potensial dan dapat


Pembangunan selalu erat kaitannya dengan memberikan kontribusi dalam meningkatkan
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sehingga perekonomian, termasuk diantaranya adalah
untuk mengoptimalkan pembangunan nasional sektor pariwisata. Dikemukakan oleh Wahab
perlu dilakukan upaya-upaya guna memacu dalam Pendit (2006, h. 32) bahwa pariwisata

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 11, Hal. 1898-1904 | 1898
merupakan salah satu jenis industri baru yang pilihan kebijakan pokok yang mempengaruhi
mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mandat, misi, nilai organisasi, tingkat dan
penyediaan lapangan kerja, peningkatan perpaduan produk atau jasa, pemakai, biaya, dan
penghasilan, standar hidup serta mampu keuangan.
menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. 2. Implementasi Strategi
Seiring dengan hal tersebut, Daerah Higgins dalam Salusu (1996, h. 409)
Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu menyatakan bahwa implementasi yaitu
daerah di Indonesia dengan potensi kekayaan rangkuman dari berbagai kegiatan yang di
alam dan warisan budaya yang terus dalamnya sumber daya manusia menggunakan
dikembangkan sebagai tujuan wisata terfavorit sumber daya lain untuk mencapai sasaran dari
baik di dalam maupun di luar negeri. Sesuai strategi. Van Meter dan Van Horn dalam
visinya bahwa pembangunan pariwisata Daerah Subarsono (2005, h.99) mengemukakan variabel
Istimewa Yogyakarta diarahkan pada yang mempengaruhi kinerja implementasi :
pengembangan kepariwisataan berkelanjutan a. Standar dan sasaran kebijakan
yang berbasis budaya terkemuka di Asia b. Sumber daya
Tenggara, dan berkelas dunia. c. Komunikasi antar organisasi dan penguatan
Tujuan tersebut semakin nyata dengan aktivitas
adanya data Dinas Pariwisata DIY yang d. Karakteristik agen pelaksana
menunjukkan peningkatan jumlah kunjungan e. Kondisi sosial, ekonomi dan politik
wisatawan baik nusantara maupun mancanegara f. Disposisi implementor
ke DIY dari tahun ke tahun. Di lingkup 3. Pariwisata Berbasis Budaya
Internasional kepariwisataan DIY juga patut Pada dasarnya menurut Yoeti (1996, h.
dibanggakan karena telah dikenal luas, hal ini 118) pariwisata ialah aktivitas dimana orang
ditunjukkan dengan publikasi yang dilakukan melakukan perjalanan untuk sementara waktu
oleh Media online New York Times, pada 10 dari satu tempat ke tempat lainnya yang bukan
Januari 2014 dalam rubrik travel dunia berjudul untuk alasan pekerjaan sehari-hari, tetapi semata-
“50 places to go in 2014” bahwa DIY termasuk mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna
dalam destinasi atau daerah tujuan wisata urutan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi
ke-20 yang layak dan wajib dikunjungi oleh keinginan yang beraneka ragam. Pendit (2006, h.
wisatawan dunia. 38) mengungkapkan terdapat jenis-jenis
Namun demikian pembangunan sektor pariwisata yang diantaranya adalah wisata
pariwisata DIY ternyata juga memunculkan budaya. Wisata budaya merupakan wisata yang
berbagai tantangan dan kendala seperti adanya dilakukan atas dasar keinginan, untuk
keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki, memperluas pandangan hidup seseorang dengan
serta pengembangan obyek wisata dan sarana jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke
prasarana yang belum berjalan maksimal. Oleh tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari
karena itu, diperlukan pembenahan secara keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat, cara
menyeluruh, juga upaya pengembangan hidup, budaya dan seni mereka.
pariwisata DIY harus dilakukan dengan serius 4. Pengembangan Pariwisata
dan strategi yang tepat. Menurut pendapat Musanef (1995, h.1)
Pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan
Tinjauan Pustaka dan usaha yang terkoordinasi untuk menarik
1. Strategi wisatawan, menyediakan semua sarana-
Bintoro (1982, h. 33) mengartikan strategi prasarana, barang dan jasa fasilitas yang
sebagai keseluruhan langkah-langkah (kebijak- diperlukan, guna melayani kebutuhan wisatawan.
sanaan) dengan perhitungan yang pasti, guna Menurut Yoeti (1996, h. 2) terdapat 5 aspek yang
mencapai suatu tujuan untuk mengatasi suatu perlu mendapat perhatian guna menunjang
permasalahan, dimana dalam strategi itu terdapat pengembangan pariwisata di daerah tujuan
metode dan teknik. Sementara Suryono (2004, h. wisata yaitu:
80) mengungkapkan bahwa pengertian strategi a. Wisatawan (Tourist)
pada prinsipnya selalu berkaitan dengan tiga hal b. Pengangkutan (Transportations)
utama yaitu, tujuan, sasaran dan cara. c. Atraksi/ Objek wisata (Atrractions)
Setiap perumusan strategi memerlukan d. Fasilitas Pelayanan (Services Facilities)
adanya keterkaitan antara strategi dengan isu-isu e. Informasi dan promosi (Information and
strategis, karena pada dasarnya strategi Promotion)
dikembangkan untuk mengatasi isu strategis
yang berkembang. Sebagaimana dikemukakan
Bryson (2007, h.161) bahwa isu strategis adalah

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 11, Hal. 1898-1904 | 1899
Metode Penelitian tingkat dan perpaduan produk atau jasa, pemakai,
Tekait dengan penelitian ini, maka peneliti biaya, dan keuangan.
menggunakan jenis penelitian deskriptif dan Adapun isu-isu yang menjadi skala prioritas
pendekatan kualitatif. Adapun fokus dalam bagi pengembangan kepariwisataan DIY yaitu:
penelitian ini ada 3 (tiga) yang meliputi: (1) a. Masih rendahnya lama tinggal wisatawan
Strategi Dinas Pariwisata DIY dalam terkait pemasaran dan promosi pariwisata
mewujudkan DIY sebagai tujuan wisata berbasis yang belum berjalan maksimal,
budaya terkemuka; (2) Implementasi strategi b. Masih adanya ketergantungan terhadap
Dinas Pariwisata DIY; serta (3) Faktor destinasi lain,
pendukung dan faktor penghambat yang c. Kurangnya SDM pariwisata profesional yang
mempengaruhi implementasi strategi Dinas sudah tersertifikasi, dan
Pariwisata DIY. d. Ketersediaan sarana prasarana khususnya
Sesuai dengan fokus penelitian tersebut, transportasi berupa bandara yang kurang
maka lokasi penelitian yang dipilih adalah memadai.
Daerah Istimewa Yogyakarta sedangkan situs Strategi merupakan perluasan misi guna
penelitiannya adalah Dinas Pariwisata Daerah menjembatani antara organisasi dengan
Istimewa Yogyakarta. Sumber data dalam lingkungannya. Strategi biasa dikembangkan
penelitian berasal dari data primer dan data untuk mengatasi isu strategis, dan menjelaskan
sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang respon organisasi terhadap pilihan kebijakan
digunakan peneliti dilakukan dengan cara pokok. Adapun strategi yang diterapkan Dinas
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pariwisata DIY dalam pengembangan pariwisata
Instrumen penelitian dalam pendekatan kualitatif adalah:
ini meliputi peneliti sendiri, pedoman 1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas
wawancara, pedoman dokumentasi, dan media destinasi pariwisata (termasuk produk-produk
atau perangkat penunjang. pariwisata) DIY yang mempunyai daya
Berdasarkan data yang berhasil ditemukan banding dan saing tinggi atau kompetitif serta
dan dikumpulkan di lapangan, selanjutnya berkelanjutan.
peneliti melakukan analisis data dengan 2) Meningkatkan pemasaran pariwisata yang
menggunakan model interaktif dari Miles, berorientasi pada efektifitas, efisiensi dan
Huberman dan Saldana. Analisis data terdiri dari tepat sasaran, sehingga mampu mengantisi-
4 (empat) alur kegiatan yaitu: pengumpulan data, pasi permintaan pasar, mengenal keinginan
kondensasi data, penyajian data, dan penarikan dan motivasi pasar serta mendorong
kesimpulan. Tujuan dari penggunaan analisis timbulnya permintaan dari dalam negeri
data model interaktif tersebut adalah untuk (wisata nusantara) dan dari luar negeri
menggambarkan secara sistematis, faktual, dan (wisata mancanegara).
akurat. 3) Mengoptimalkan berbagai upaya penguatan
dan perluasan jaringan kerjasama serta
Pembahasan meningkatkan kemitraan kepariwisataan
1. Strategi Dinas Pariwisata DIY dalam dengan stakeholders lain yang sinergis dan
mewujudkan pariwisata berbasis budaya bermanfaat.
terkemuka 2. Implementasi Strategi Dinas Pariwisata
Terdapat upaya-upaya yang dilakukan DIY
Dinas Pariwisata DIY untuk mewujudkan DIY Implementasi strategi pengembangan
sebagai destinasi pariwisata berbasis budaya pariwisata yang dilaksanakan Dinas Pariwisata
terkemuka, yaitu melalui langkah-langkah yang DIY dalam mewujudkan DIY sebagai daerah
realistis dapat dilakukan. Proses perumusan tujuan wisata berbasis budaya terkemuka
strategi diawali dengan memformulasikan visi membutuhkan dukungan sumber daya, baik
berdasarkan arah kebijakan Pemerintah Daerah secara kelembagaan, sarana dan prasarana,
DIY, isu-isu atau kondisi yang berkembang di maupun finansial. Pertama, struktur kelembagaan
tengah masyarakat dan kondisi organisasi, serta Dinas Pariwisata DIY secara hirarkis terdiri dari
antisipasi terhadap kemungkinan perkembangan Kepala Dinas, Sekretaris, Bidang Pengembangan
di masa yang akan datang. Pengidentifikasikan Destinasi, Bidang Pengembangan Kapasitas dan
isu-isu strategis merupakan tahap awal dalam Bidang Pemasaran.
merumuskan suatu kebijakan dan merupakan Kedua, sarana dan prasarana yang dimiliki
jantung dalam proses perencanaan strategis. Dinas Pariwisata DIY untuk penyelenggaraan
Menurut Bryson (2007, h.161) isu strategis urusan pariwisata secara internal maupun
merupakan pilihan kebijakan pokok yang eksternal sudah cukup mendukung. Ketiga,
mempengaruhi mandat, misi, nilai organisasi, dukungan finansial untuk urusan pariwisata DIY

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 11, Hal. 1898-1904 | 1900
bersumber dari APBD (Anggaran Pendapatan ma promosi pariwisata yang dilaksanakan
dan Belanja Daerah) DIY tahun 2014 dengan melalui penyelenggaraan Table Top di Bali,
anggaran murni sebesar Rp. 13.678.936.128,- promosi pariwisata di dalam dan di luar
untuk belanja tidak langsung sebesar negeri, pembuatan bahan-bahan promosi
Rp.3.990.436.128,- dan belanja langsung sebesar kepariwisataan berupa bahan promosi cetak,
Rp.9.705.800.000.- Dengan demikian dari sisi CD pariwasata, dll, penyelenggaraan Fam
dukungan dana telah sangat memadai untuk Tour yang melibatkan jurnalis dan pelaku
menunjang keberhasilan pelaksanaan bisnis pariwisata.
pengembangan pariwisata. c. Strategi III: Mengoptimalkan berbagai
Bentuk pelaksanaan atau implementasi dari upaya penguatan dan perluasan jaringan
strategi yang telah ditetapkan Dinas Pariwisata kerjasama. Strategi ini dilaksanakan untuk
DIY untuk mewujudkan DIY sebagai destinasi meningkatkan kapasitas kelembagaan dan
pariwisata berbasis budaya terkemuka adalah SDM pariwisata yang dimiliki Dinas
dengan menetapkan program-program yang Pariwisata DIY. Dengan adanya kerjasama
menunjang pengembangan pariwisata. yang terbentuk dari kegiatan-kegiatan yang
a. Strategi I: meningkatkan kualitas dan dilakukan Dinas Pariwisata DIY dengan
kuantitas destinasi pariwisata DIY. Strategi provinsi lain menunjukkan bahwa strategi ini
ini dilaksanakan untuk mempertahankan DIY telah berjalan sinergis. Implementasi strategi
sebagai tujuan wisata favorit yang memiliki tersebut dilaksanakan melalui dua program
daya saing tinggi. Implementasi strategi ini yaitu: program pengembangan kemitraan dan
telah dilaksanakan melalui dua program. program pengembangan pemasaran.
Pertama program pengembangan destinasi Pengembangan kemitraan dilaksanakan
yang meliputi pengembangan objek wisata dengan memfasilitasi kegiatan-kegiatan
unggulan baru seperti wisata minat khusus, penyelenggaraan event pariwisata, selain
desa wisata, selain itu terdapat upaya menambah kualitas dan kuantitas event
peningkatkan sarana dan prasarana yang telah pariwisata juga terjalin hubungan kerjasama
terlaksana dengan dibangunnya gapura dan antara Dinas Pariwisata dengan kelompok
plaza kuliner di Goa Kalisuci Gunungkidul, atau komunitas-komunitas di DIY.
dibangunnya lahan parkir, jogging track dan Sedangkan program pengembangan
mushola di Goa Kiskendo Kulonprogo, dan pemasaran dilaksanakan melalui pelayanan
pemberian bantuan peralatan arung jeram di informasi pariwisata yang dilaksanakan di
Sungai Progo Kulonprogo; Kedua program TIC (Tourist Information Center) dan
pengembangan kemitraan dilaksanakan penerbitan tabloid pariwisata “Eksploring
melalui penyelenggaraan event Jogja”. Kerjasama yang terjalin melalui
kepariwisataan bekerjasama dengan kegiatan ini berupa kemitraan antara Dinas
stakeholders daerah seperti Dinas Pariwisata DIY dengan provinsi-provinsi di
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten seluruh Indonesia.
Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Beberapa program yang telah dilaksanakan
melalui program tersebut telah berhasil Dinas Pariwisata DIY menunjukkan bahwa
memperkaya produk pariwisata DIY berupa strategi yang ditetapkan telah sesuai dengan
festival-festival maupun atraksi wisata seperti tujuan dan sasaran strategis yang ingin dicapai.
Festival Panjat Tebing, Festival Layang- Dimana keberhasilan suatu program tidak dapat
layang dan Jogja Air Show. dinilai seketika saat program tersebut telah
b. Strategi II: mewujudkan strategi pemasaran dilaksanakan, namun dibutuhkan indikator
pariwisata yang berorientasi pada efektifitas, kinerja untuk mengukur sejauh mana sasaran
efisiensi dan tepat sasaran. Strategi ini strategis yang telah ditetapkan dapat tercapai.
dilaksanakan untuk meningkatkan daya tarik Berikut ini merupakan uraian dari capaian
pariwisata DIY ditingkat nasional maupun program berdasarkan sasaran yang dicapai:
internasional. Melalui strategi tersebut, a. Terwujudnya tujuan wisata berbasis budaya
potensi dan objek wisata yang dimiliki DIY yang kreatif dan inovatif. Indikator sasaran
dapat semakin dikenal oleh wisatawan. ini adalah jumlah kunjungan wisatawan di
Bentuk dari implementasi strategi tersebut Daya Tarik Wisata (DTW). Jumlah
dilaksanakan melalui program pengembang- wisatawan yang mengunjungi DIY sebagai
an pemasaran, diantaranya: analisa pasar daerah tujuan wisata (destinasi) terkemuka di
untuk promosi dan pemasaran obyek wisata Nusantara terus mengalami peningkatan dari
dengan melakukan survey dan dialog pasar tahun ke tahun, sebagaimana ditunjukkan
wisata, peningkatan pemanfaatan teknologi dalam gambar tabel dibawah ini.
informasi, pengembangan jaringan kerjasa- Gambar jumlah kunjungan wisatawan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 11, Hal. 1898-1904 | 1901
target mengharuskan Dinas Pariwisata DIY
untuk mereview ulang Rencana Strategis
(Renstra) yang sudah ditetapkan berdasarkan
data jumlah wisatawan pada tahun 2014
untuk tahun-tahun berikutnya.
c. Terwujudnya industri pariwisata yang
mampu menggerakan perekonomian daerah.
Sasaran ini terdiri dari 2 (dua) indikator yaitu
indikator lama tinggal wisatawan nusantara
dan lama tinggal wisatawan mancanegara.
Pada tahun 2014 dari target jumlah Untuk mengetahui lama tinggal wisatawan,
pengunjung yang diharapkan sebesar Dinas Pariwisata DIY melakukan
14.595.743 orang ternyata tercapai perhitungan di hotel-hotel bersertifikasi
16.774.235 orang (114,93%). Hal ini resmi. Menurut perhitungan yang dilakukan
menunjukkan bahwa DIY masih dipandang baik oleh PHRI DIY, BPS DIY maupun
daerah yang relatif aman dan nyaman, Dinas Pariwisata DIY, selama kurun waktu 3
memiliki beraneka ragam DTW yang dikelola tahun (2012-2014) rata-rata lama tinggal
dengan baik dan masih menjadi magnet atau wisatawan tidak pernah menyentuh lebih
menarik bagi wisatawan. Selain itu juga dari 2,1 hari. Lama tinggal wisatawan
karena DIY masih dianggap sebagai pusat nusantara hanya mencapai 73.49 %,
budaya jawa dengan adanya keberadaan sedangkan lama tinggal wisatawan
Keraton dan keberadaan situs candi mancanegara sebesar 86.67 %. Banyak hal
Prambanan-Ratu Boko yang sudah mendunia yang menjadi faktor penyebab rata-rata lama
serta dengan didukung kepedulian yang tinggal wisatawan di DIY yang hanya 1 hari
tinggi masyarakat DIY terhadap budaya dan antara lain :
lingkungannya. 1) Sebagian besar wisatawan yang
b. Terwujudnya pemasaran yang efektif dan berkunjung ke DIY adalah wisatawan
efisien. Indikator sasaran ini ada 2 yaitu yang sudah berulang kali datang, sehingga
indikator jumlah wisatawan nusantara sudah pernah mengunjungi obyek-obyek
(wisnus) dan jumlah wisatawan mancanegara terkenal seperti keraton, malioboro, dan
(wisman). Menurut survei jumlah wisatawan candi.
nusantara dan jumlah wisatawan 2) Luas wilayah DIY yang tidak terlalu
mancanegara selalu mengalami peningkatan besar, sementara obyek wisatanya tidak
setiap tahunnya sebagai berikut: bertambah-tambah.
Gambar jumlah wisatawan nusantara dan 3) Jumlah varian hotel di DIY yang semakin
mancanegara banyak, sementara ada keterbatasan SDM
Dinas Pariwisata DIY, sehingga
Jumlah Wisatawan Nusantara dan
Mancanegara
pendataan lama tinggal wisatawan hanya
4.000.000 Tahun 2010-2014 dilakukan di hotel bersertifikasi resmi,
254.213
dan tidak menjangkau jenis penginapan
3.000.000 235.888

Wism
lain
202.518
2.000.000 169.565
an d. Terwujudnya daya tarik pariwisata yang
152.843 Wisnu
2.602.074
3.091.967
s berdaya saing tinggi. Indikator sasaran ini
1.000.000 2.013.314
1.304.137 1.438.629 adalah jumlah daya tarik baru. Dalam
0 pengembangan destinasi wisata, Dinas
2010 2011 2012 2013 2014 Pariwisata DIY dan stakeholders lainnya
berupaya untuk memenuhi pasar wisata dan
kemauan wisatawan, salah satunya melalui
Pada tahun 2014 jumlah kunjungan pengembangan “desa wisata” yang berbasis
wisatawan sebanyak 3.346.180 orang, dengan alam dan budaya sebagai salah satu produk
rincian wisman 254.213 orang (101.74%) dan wisata unggulan DIY. Pada tahun 2014
wisnus 3.091.967 (112.23%). Penghitungan jumlah daya tarik wisata baru di DIY
jumlah wisatawan tersebut dilakukan Dinas meningkat menjadi 88 DTW (101.15 %). Hal
Pariwisata DIY melalui survei atau pendataan ini menunjukan bahwa perkembangan DTW
wisatawan yang menginap di hotel di DIY sudah berjalan baik karena kerjasama
bersertifikasi resmi. Berdasarkan peningkatan antara pemerintah dan pihak swasta. Selain
jumlah kunjungan wisatawan nusantara itu pengembangan desa wisata sebagai daya
maupun mancanegara yang telah melebihi tarik wisata baru terbukti dapat meningkatkan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 11, Hal. 1898-1904 | 1902
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, d. Adanya keterlibatan dan peran serta
terutama masyarakat desa. masyarakat lokal dalam pengembangan
e. Terwujudnya kapasitas kelembagaan, SDM, pariwisata melalui pembentukan kelompok
regulasi dan mekanisme operasional yang sadar wisata (Pokdarwis).
efektif dan efisien. Indikator pada sasaran ini e. Kondisi sosial dan keamanan di DIY yang
adalah jumlah desa wisata dan jumlah stabil ditunjukkan dengan adanya pandangan
Pokdarwis. Dengan adanya desa wisata dan wisatawan terhadap DIY yang dianggap
Pokdarwis terdapat peningkatan dukungan sebagai pusat budaya Jawa yang mendunia
dan peran serta masyarakat untuk terlibat dengan masyarakat dikenal ramah tamah,
langsung dalam pengembangan pariwisata sopan santun serta memiliki kepedulian tinggi
DIY. Pada tahun 2014, dari target yang terhadap budaya dan lingkungannya.
ditetapkan sebanyak 75 desa wisata ternyata Adapun faktor penghambat dalam
meningkat menjadi 77 desa wisata (102,67%) implementasi strategi ini ada 2 yaitu:
dan dari target 81 pokdarwis tercapai 82 a. Sumber daya manusia atau aparatur yang
(101,23%). dimiliki Dinas Pariwisata DIY kurang
Sejauh ini, implementasi strategi Dinas memadai dari segi kuantitas maupun kualitas.
Pariwisata DIY dapat dikatakan berhasil dengan Dari segi kuantitas jumlah pegawai Dinas
tercapainya target indikator-indikator yang telah Pariwisata DIY belum memenuhi standar
ditetapkan. Dari 5 (lima) sasaran dan 8 (delapan) kebutuhan SDM aparatur yang ditetapkan
indikator yang digunakan untuk mengukur yaitu sebanyak 103 orang pegawai, sehingga
keberhasilan program, pada tahun 2014 sebanyak tidak dapat bekerja maksimal. Selain
6 (enam) indikator telah memenuhi target yang jumlahnya yang belum mendukung, secara
ditetapkan atau sebesar 75% dari total indikator. kualitas, sumber daya aparatur yang dimiliki
Sementara itu, sebanyak 2 (dua) indikator (lama Dinas Pariwisata DIY juga banyak yang tidak
tinggal wisatawan nusantara dan lama tinggal spesifik ahli di bidang kepariwisataan.
wisatawan mancanegara) atau sebesar 25% b. Kerjasama yang kurang maksimal antar
belum memenuhi target. Tidak tercapainya target stakeholders baik pemerintah, swasta, dan
disebabkan oleh berbagai faktor kendala. masyarakat khususnya dalam pengembangan
Capaian yang tertinggi adalah pada indikator jumlah paket dan produk-produk wisata baru
Jumlah Wisatawan ke DTW (114,93%) yang ditawarkan kepada wisatawan serta
sementara indikator yang mengalami capaian minimnya investor yang mau menanamkan
terendah adalah indikator Lama Tinggal usahanya di DIY.
Wisatawan Nusantara (73,49%) dan Lama
Tinggal Wisatawan Mancanegara (86,67%). Kesimpulan
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Sesuai dengan hasil penelitian dapat
Implementasi Strategi Dinas Pariwisata disimpulkan bahwa terdapat 3 (tiga) strategi yang
DIY diterapkan Dinas Pariwisata DIY untuk
Faktor Pendukung dalam implementasi mewujudkan Yogyakarta sebagai destinasi
strategi ini ada 5 (lima) yaitu: pariwisata berbasis budaya terkemuka yaitu
a. Ketersediaan anggaran untuk melaksanakan strategi meningkatkan kualitas dan kuantitas
program dan kegiatan yang berasal dari dana destinasi pariwisata, strategi mewujudkan
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja pemasaran yang efektif dan efisien, serta strategi
Daerah) DIY sangat memadai. mengoptimalkan perluasan jaringan kerjasama.
b. Kekayaan potensi pariwisata yang dimiliki Pelaksanaan atau implementasi dari strategi
DIY berupa daya tarik wisata yang tersebar di tersebut kemudian dijabarkan dalam tiga
seluruh wilayah DIY (Kabupaten/ Kota), program utama yaitu program pengembangan
didukung oleh kekayaan alam, beragam destinasi, program pengembangan pemasaran,
budaya dan sejarah yang sampai sekarang dan program pengembangan kemitraan.
masih tetap terpelihara. Implementasi strategi Dinas Pariwisata DIY
c. Ketersediaan sarana dan prasarana pariwisata dapat dikatakan berhasil dan berjalan efektif
di DIY yang sangat banyak dan beragam, yang ditunjukkan dengan tercapainya beberapa
serta selalu mengalami peningkatan setiap indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator
tahunnya karena adanya kebutuhan tersebut meliputi jumlah kunjungan wisatawan
wisatawan. Terutama fasilitas penunjang ke DTW (daya tarik wisata), jumlah kunjungan
obyek wisata, adanya fasilitas lain yang terus wisatawan nusantara dan mancanegara, lama
ditingkatkan seperti paket/ biro perjalanan tinggal wisatawan nusantara dan mancanegara,
wisata, dan TIC (Tourist Information Center). jumlah DTW (daya tarik wisata), serta jumlah
pokdarwis dan desa wisata. Dari 8 (delapan)

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 11, Hal. 1898-1904 | 1903
indikator yang digunakan untuk mengukur lama tinggal wisatawan nusantara dan lama
keberhasilan program, pada tahun 2014 sebanyak tinggal wisatawan mancanegara belum
6 (enam) indikator telah memenuhi target, memenuhi target. Tidak tercapainya target
sementara itu, sebanyak 2 (dua) indikator yaitu disebabkan oleh berbagai faktor kendala.

Daftar Pustaka
Bryson, John M. (2007) Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Miles, M.B., Huberman, A.M,. dan Saldana, J. (2014) Qualitative Data Analysis. USA: SAGE
Publications, Inc.
Moleong, Lexy J. (2007) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Musanef. (1995) Pariwisata dan Pengembangannya. Jakarta : Gunung Agung.
Pendit, Nyoman Suwandi. (2006) Ilmu Pariwisata (Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT Pradnya
Paramita.
Peraturan Daerah vProvinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012-2025
Salusu, J. (1996) Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non
profit. Jakarta: PT. Gramedia.
Siagian, P. Sondang. (2001). Administrasi Pembangunan (Konsep, Dimensi, dan Strateginya). Jakarta :
PT Bumi Aksara
Subarsono. (2005) Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryono. (2004) Pengantar Teori Pembangunan. Malang: Universitas Negeri Malang, UM Press.
Tjokroamidjojo, Bintoro. (1982) Teori Strategi Pembangunan Nasional. Jakarta: PT Gunung Agung.
Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Wahab, Salah. (2003) Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paramitha.
Yoeti, Oka A. (1996) Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 11, Hal. 1898-1904 | 1904

You might also like