You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334129402

Perencanaan Pengembangan Destinasi Wisata Menggunakan Analisis


MSP+DM

Article  in  Khasanah Ilmu - Jurnal Pariwisata Dan Budaya · March 2019


DOI: 10.31294/khi.v10i1.5624

CITATIONS READS

4 2,098

9 authors, including:

Setiawan Priatmoko
Hungarian University of Agriculture and Life Sciences (MATE)
14 PUBLICATIONS   31 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Working Rural Eco Tourism Planning in Yogyakarta Using MSP+DM Analysis View project

All content following this page was uploaded by Setiawan Priatmoko on 01 July 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Khasanah Ilmu Vol.10 No.1 Maret 2019

Perencanaan Pengembangan Destinasi Wisata Menggunakan Analisis


MSP+DM

Setiawan Priatmoko
STIE Pariwisata API Yogyakarta
E-mail : eraynesance@gmail.com

Abstract - This methodology tools approach was conducted to design an analysis for the development
of community-based tourism areas planning. The initial condition of an area needs to be determined
first in a measurable quantitatively manner so that its development and goals can be established and
more easily being evaluated. The variables used are elements in a tourism business activity, namely:
Marketibility, Sustainability, Participatory, and Disaster Mitigation (MSP + DM). The conversion of
several variables quantitatively becomes a value scale to measure of the attractions and tourism
potential in the destination area.

Keywords: Community Based Tourism, Marketing, Sustainability, Participatory, Disaster Mitigation,


MSP + DM

Abstrak - Penelitian ini dilakukan untuk merancang sebuah analisis untuk pengembangan kawasan
wisata berbasis masyarakat. Kondisi awal sebuah kawasan perlu ditetapkan secara terukur agar
pengembangan dan starteginya dapat ditetapkan dan lebih mudah dievaluasi. Variabel yang
digunakan adalah unsur-unsur dalam sebuah aktifitas bisnis kepariwisataan yaitu:
Kepemasaran/Marketibility, Keberlanjutan/Sustainibility, Parisipatif/Participatory, dan Mitigasi
Bencana/Disaster Mitigation (MSP+DM). Pengkonversian beberapa variabel tersebut secara
kuantitatif menjadi skala nilai untuk mengukur atraksi dan potensi wisata yang ada di kawasan
pengembangan.

Kata Kunci : Pariwisata Berbasis Masyarakat, Kepemasaran, Keberlanjutan, Partisipatif,


Mitigasi Bencana, MSP+DM

1.1. Latar Belakang yang terjadi dalam pengembangan pariwisata


Pada umumnya konsep pengembangan dan produknya sehingga menimbulkan
pariwisata menggunakan metode SWOT kekacauan pada hal-hal yang terkait aktifitas
(Strength, Weakness, Opportunities, dan pariwisata pada suatu teritorial wilayah
Threat) yang biasanya dipakai oleh peneliti- (Goranczewski & Puciato, 2010). Selain itu
peneliti terdahulu. Analisis SWOT adalah salah SWOT sulit dipertahankan obyektifitasnya
satu jenis analisis yang paling umum ketika ada pergantian personil yang melakukan
digunakan dalam manajemen strategi analisa di lain kesempatan, baik dari
(Goranczewski & Puciato, 2010). Analisis pemerintah maupun dari masyarakat
SWOT didasarkan pada logika yang dapat setempat. Hal lain yang lebih merisaukan
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan adalah dalam bidang pariwisata saat ini apa
peluang (opportunities), namun secara yang dianggap kelemahan atau kekuatan
bersaman dapat meminimalkan kelemahan belum tentu adalah sebuah kelemahan yang
(weakness) dan ancaman (threats) (Rangkuti, sesungguhnya. Fenomena tersebut sangat
2006). Namun untuk menganalisa sebuah tergantung pada sikap dan kreatifitas pelaku
kawasan wisata yang di dalamnya terkandung wisata setempat dan juga target-target yang
aneka kehidupan alam, sosial dan budaya, ingin dicapai. Kelemahan lain SWOT adalah
SWOT masih kurang efektif dalam penentuan dalam pengukuran dan evaluasi
menganalisa sebuah kajian perencanaan. pada faktor-faktor strategis (Gao & Peng,
Sebabnya selain karena kawasan tersebut 2011). Sebagai contoh: di suatu kawasan
terdapat perikehidupan masyarakat yang wisata sulit mendapatkan bahan bakar gas
dinamis, SWOT akan menjadi sangat subyektif untuk memasak, apakah ini akan dimasukkan
dan sulit dipertahankan konsistensinya ketika pada kelemahan/ weakness, kekuatan/
sebuah program pengembangan harus strength, atau peluang/ opportunity? Beda
melewati fase-fase tertentu yang cepat analis akan menimbulkan persepektif yang
berubah pada perkembangan sebuah kawasan bisa berbeda. Pada tataran kreatifitas,
wisata berbasis masyarakat. Pendekatan memasak dengan kayu adalah sebuah atraksi
spontan dikarenakan situasi pasar yang wisata yang unik dan otentik dibandingkan
berubah-ubah adalah situasi paling umum memasak dengan gas elpiji. Pada kondisi

33 ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online)


Perencanaan Pengembangan Destinasi Wisata Menggunakan Analisis MSP+DM

demikian, perdebatan akan menjadi panjang 1.3. Fokus Dan Tujuan Studi
dan kontra produktif bagi sebuah rencana Paradigma lama sering melihat aktifitas
pengembangan kepariwisataan yang selalu dan bisnis pariwisata lebih kepada sebuah
dinamis. Dengan kata lain penggunaan SWOT produk. Ini tidak sepenuhnya salah. Memang
sebagai perencanaan strategis untuk secara garis besar produk lah yang akan
pengembangan destinasi dapat menjadi selalu nampak pada sebuah aktifitas
pekerjaan yang sulit karena banyaknya pilihan pemasaran/ marketing pariwisata dan bisnis
turunan strategi dari faktor-faktor lingkungan turunannya. Namun dalam kaitan produk
yang diukur (Oreski, 2012). wisata yang berbasis masyarakat (CBT) ada
Saat ini pengembangan sektor hal-hal yang harus difokuskan yaitu:
pariwisata menjadi perhatian pemerintah Kepemasaran/ Marketibility,
Indonesia. Pariwisata telah diposisikan Keberlanjutan/ Sustainibility, dan Partisipasi
sebagai salah satu sektor utama yang masyarakat (Participatory). Ditambahkan pula
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dengan kondisi Kabupaten Bantul yang
negara dan masyarakat. Pada kondisi dianggap rawan bencana khususnya akibat
tersebut, pemerintah daerah yang merasa aktifitas tektonik (gempa dan tsunami) serta
memiliki potensi pariwisata berkepentingan bencana akibat faktor manusia maka
untuk melakukan program pengembangan diperlukan juga analisa mitigasi bencana/
potensi tersebut sehingga menjadi penggerak Disaster Mitigation. Dari keempat fokus
ekonomi di daerahnya. Kawasan wisata tersebut perlu dibuatkan sebuah alat / tools
berbasis masyarakat/ Comunity Based yang bisa membantu kepada pemerintah
Tourism (CBT) menjadi andalan untuk daerah dan masyarakat setempat untuk
mempercepat pertumbuhan dan memberikan arahan pengembangan yang
pengembangan kawasan wisata. CBT paling tepat. Hal lain yang tidak kalah penting
biasanya digambarkan sebagai aktifitas ialah keempat komponen tersebut juga harus
pariwisata yang mengacu dalam melibatkan bisa dievaluasi dan bisa menjadi pijakan
partisipasi masyarakat dan bertujuan untuk konsisten untuk rencana pengembangan
menghasilkan manfaat bagi warga lokal pariwisata selanjutnya sekaligus sebagai
dengan memungkinkan wisatawan untuk fungsi kontrol/ monitoring atas apa yang
mengunjungi komunitas ini dan belajar tentang sedang, sudah, dan akan dilanjutkan dalam
budaya dan lingkungan (Garcia Lucchetti & tahun-tahun periode program yang
Font, 2013). Jenis pariwisata CBT tidak hanya berkesinambungan (multi years) (Purbadi,
merespon kebutuhan wisatawan, tetapi juga 2016).
memberdayakan penduduk setempat untuk
menerapkan pengetahuan mereka dalam 2.1. Tinjauan Pustaka
mengelola pariwisata dalam komunitas mereka 2.1.1. Konsep Kepemasaran (Marketibility)
sendiri. Tujuannya adalah untuk melindungi Pada dasarnya konsep kepemasaran
dan memulihkan sumber daya alam agar adalah untuk menentukan apakah sesuatu
seimbang dengan identitas lokal dan budaya yang dianggap sebagai produk wisata di
serta untuk melayani perekonomian sebuah kawasan mampu untuk dijual. Untuk
masyarakat (ASEAN, 2015). Pariwisata itu hal-hal yang terkait dengan masalah produk
berbasis masyarakat juga berada pada dan pemasarannya adalah hal yang menjadi
lingkungan masyarakat, dimiliki oleh satu atau perhatian utama. Menurut Philip Kotler dan
lebih anggota masyarakat setempat, dan Amstrong (Kotler & Amstrong, 2008)
dikelola oleh masyarakat temasuk dalam pemasaran/ marketing adalah sebagai suatu
pengaruh dan pengelolaan usahanya (Zapata, proses sosial dan managerial yang membuat
Hall, Lindo, & Vanderschaeghe, 2011). Secara individu dan kelompok memperoleh apa yang
tidak langsung mengembangkan kawasan mereka butuhkan dan inginkan lewat
CBT juga akan mendorong pertambahan penciptaan dan pertukaran timbal balik produk
kontribusi pendapatan bagi daerah. dan nilai dengan orang lain. Dalam pertukaran
timbal balik tersebut tentulah yang akan
1.2. Identifikasi Masalah menjadi acuan bersama salah satunya adalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, harga. Menurut Guiltinan dan Paul (1992)
maka permasalahan yang akan di angkat definisi strategi pemasaran adalah pernyataan
dalam paparan ini adalah bagaimana alternatif pokok tentang dampak yang diharapkan akan
metode analisis perencanaan pengembangan dicapai dalam hal permintaan pada target
pariwisata berbasis masyarakat yang ideal pasar yang ditentukan. Menurut (Huwae, 2008)
khususnya menggunakan metode selain pemasaran destinasi memperhatikan kebijakan
analisis SWOT. produk dengan memperhatikan unsur atraksi,
amenitas, dan aksesibilitas juga penetapan
ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online) 34
Jurnal Khasanah Ilmu Vol.10 No.1 Maret 2019

segmentasi pasar, target dan upaya harus diperhatikan dan menjadi bagian dari
memposisikan potensi pariwisata. Menurut analisis pengembangan sebuah kawasan.
Kotler (2001) Perusahaan yang cerdas dalam Dalam kondisi demikian maka Variabel-
hal pemasaran menggunakan media yang variabel yang terkait dengan isu-isu lingkungan
terarah dan mengintegrasikan komunikasi alam (nature) maupun lingkungan bisnis
pemasaran mereka untuk mengirim pesan- menjadi penting seiring dengan kesadaran
pesan yang konsisten melalui setiap akan dampak negatif dari aktifitas wisata.
pelanggan. Berbagai konsep diatas pada Pariwisata berkelanjutan sendiri menurut
akhirnya berpadu dalam sebuah aktifitas yang UNWTO, UN Environmental Programme
disebut kepemasaran/ marketibility yaitu suatu (UNEP), dan UN Foundation and the
keadaan bagaimana suatu hal dapat terjual Rainforest Alliance pada tahun 2008, harus
sesuai yang ditargetkan. Dalam bidang memiliki tujuan :
pariwisata maka yang akan menjadi acuan 1. Keuntungan maksimal untuk masyarakat
variabel Kepemasaran adalah: lokal
1. Penentuan Pasar yaitu akan menyasar 2. mengurangi dampak negatif pada budaya
siapa. Saat ini Mass tourism/ pariwisata asli setempat
masal tetap masih menjadi menopang 3. mengurangi dampak yang merusak pada
banyak pelaku pariwisata secara umum di lingkungan alam
Indonesia 4. Adanya perencanaan untuk keberlanjutan
2. Produk yaitu keunikan dan orisinilitas khas (UNWTO, 2011).
daerah setempat yang dianggap sebagai sehingga analisa prinsip keberlanjutan
sebuah atraksi wisata (sustainibility) harus digunakan. Sustainibility
3. Harga yaitu kesepakatan atas margin prinsipnya adalah memenuhi kebutuhan
keuntungan yang ingin diperoleh dan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan
pembagiannya di antara para pelaku bisnis kebutuhan generasi masa depan. Untuk itu
pariwisata yang diperhatikan dalam hal ini adalah :
4. Distribusi yaitu kestabilan ketersediaan 1. Daya dukung tiap produk-produk wisata
aneka produk wisata dan penyampaian 2. Pengolahan limbah
kepada konsumen/ wisatawan 3. Pemeliharaan lingkungan hidup
5. Promosi yaitu komunikasi penyebaran 4. Kunjungan wisatawan yang berlanjut
informasi atas rangkaian produk-produk 5. Pengembangan bisnis pelaku dan
wisata daerah setempat kelompok terkait
Kelima hal di atas cukup menunjukkan
2.1.2. Konsep keberlanjutan keterwakilan yang holistik akan makna sebuah
(sustainability) kegiatan pariwisata yang berkelanjutan.
Dengan berkembangnya aktifitas
pariwisata yang nyata-nyata mempengaruhi 2.1.3. Konsep Partisipatif (Participatory)
lingkungan, maka hal yang terkait Hal menarik lainnya adalah kini aktifitas
keberlanjutan / sustainibility menjadi isu yang pariwisata menjadi aktifitas bisnis yang lebih
tidak terelakkan. UNWTO juga menunjukkan membumi dan melibatkan banyak masyarakat
bahwa investasi yang berorientasi setempat. Trend Pariwisata Berbasis
keberlanjutan (green investment/ Sustainibility Masyarakat (CBT/ Community Base Tourism)
tourism) di bidang pariwisata dapat dan partisipasinya muncul di berbagai
berkontribusi untuk menumbuhkan khasanah peraturan mulai dari UNWTO
perekonomian, penciptaan pekerjaan yang sampai pada tingkat peraturan daerah
layak dan pengentasan kemiskinan sambil setempat bahkan pada tataran gugus
meningkatkan efisiensi sumber daya dan masyarakat terkecil semacam dusun atau
meminimalkan degradasi lingkungan (UNEP, pedukuhan. Untuk itu sangat diperlukan
2011). Secara lebih tegas pariwisata ukuran partisipatif dalam variabel sebuah
berkelanjutan menjelaskan kebijakan, praktik perencanaan pariwisata. Dalam analisa
dan program yang memperhitungkan tidak partisipatif digunakan teori Community-Based
hanya harapan wisatawan tentang tanggung Resorces Management oleh Korten (1986) dan
jawab pengelolaan sumber daya alam, tetapi Pitana (1999) dalam Arismayanti (Arismayanti,
juga kebutuhan di pihak masyarakat penyedia 2010) dengan memperhatikan hal-hal sebagai
layanan pariwisata yang mendukung atau berikut :
dipengaruhi oleh proyek pariwisata dan 1. Penguasaan Sumber daya lokal/ local
lingkungannya (UNEP, 2011). Dengan kata resources oleh masyarakat setempat
lain masyarakat dan lingkungan setempat yang 2. Tanggung Jawab Lokal/ local accountability
berada dalam lingkungan aktifitas pariwisata 3. Kevariasian antar daerah / local variety

35 ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online)


Perencanaan Pengembangan Destinasi Wisata Menggunakan Analisis MSP+DM

Digunakannya ketiga hal di atas tidak dapat 2. bencana non alam khususnya untuk
dipungkiri lagi akan mencerminkan penanganan resiko-resiko yang mungkin
kepentingan kuat masyarakat dalam kaitannya timbul atas produk-produk wisata yang ada
peran serta mereka dalam aktifitas di kawasan
kepariwisataan khususnya pariwisata berbasis Berangkat dari dua jenis bencana tersebut
masyarakat (CBT). maka diperlukan analisis yang terkait agar
2.1.4. Konsep Manajemen Mitigasi aktifitas pariwisata menjadi lebih dapat
Bencana (Disaster Mitigation) termitigasi sejak awal untuk mengurangi resiko
Menurut PBB arti bencana adalah yang lebih besar bagi wisatawan maupun
Sebuah gangguan serius dari berfungsinya pengelola setempat.
suatu
komunitas atau masyarakat yang melibatkan 2.1.5. Konsep Cara Kerja MSP+DM
dampak secara luas Variabel-variabel analisis yang yang
manusia, material, ekonomi atau dampak digunakan dalam pengembangan pariwisata
kerugian lingkungan, yang melebihi menggunakan aspek Marketing, Sustainability,
kemampuan Participatory sehingga analisis tersebut
komunitas atau masyarakat yang terkena dinamakan analisis MSP+DM. DM adalah
dampak untuk mengatasi kependekan dari Disaster Management
menggunakan sumber daya mereka sendiri (Manajemen mitigasi bencana). MSP+DM
(UNISDR, 2009). Menurut UU RI Nomor 24 dirancang secara khusus sebagai Instrumen
Tahun 2007, mengatakan bahwa pengertian pengukuran awal untuk mengetahui kondisi
mitigasi dapat didefinisikan. Pengertian awal kawasan pengembangan. MSP+DM juga
mitigasi adalah serangkaian upaya untuk digunakan untuk strategi pengembangan
mengurangi resiko bencana, baik melalui jangka panjang dan monitoring serta evaluasi
pembangunan fisik maupun penyadaran dan pelaksanaan pengembangannya. Konsep-
peningkatan kemampuan menghadapi konsep yang MSP+DM dianggap relevan
ancaman bencana (Republik, 2007). Mitigasi dengan program pengembangan kawasan
berupaya mencegah peristiwa yang wisata (Purbadi, 2016).Bagan di bawah ini
membahayakan dan bila memungkinkan, menjelaskan MSP+DM menjadi instrumen
mengurangi keparahan ketika pada tahap awal, di setiap tahap tahun
terjadi, dan meminimalkan kerugian dan pengembangan, dan pada tahap yang
kerusakan berikutnya (Miller, Engemann, ditargetkan, sehingga status dan progres
Yage, & Yager, 2006). Menurut Undang- pengembangan dapat dipahamai secara
undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang rasional, obyektif, dan parametrik. Artinya,
Penanggulangan Bencana, dikelompokkan MSP+DM dapat menjadi instrumen
dua jenis bencana yaitu: pengukuran kondisi awal serta menjadi dasar
1. bencana alam dalam hal ditentukan dari pengembangan secara bertahap khas
kondisi dan histori bencana kawasan yang pengembangan kawasan wisata dan
akan dikembangkan misalnya pernah berkelanjutan (multi years) seperti terlihat pada
terjadi gempa dan atau tsunami diagram 1.
Kondisi Awal Proses Kondisi yang
Sebelum Pengembangan ditargetkan dan
Pengembangan berisi kriteria
beberapa kriteria

MSP+DM MSP+DM
MSP+DM

Gambar 1. Diagram Peran MSP+DM pada tahapan kondisi (Priatmoko, 2018)


3.1. Metode Penelitian atraksi, potensi pasar, kelembagaan, profil
Metode analisis yang digunakan dalam kawasan, dan profil wisatawan.
penelitian ini analisis deskriptif kuantitatif. 1. Analisis atraksi menggunakan parameter
Analisis deskriptif dan kuantitatif ini meliputi kuantitatif MSP+DM

ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online) 36


Jurnal Khasanah Ilmu Vol.10 No.1 Maret 2019

Dalam analisis MSP+DM terlebih dahulu konsistensi persamaan persepsi bagi


ditetapkan dan dipilih atraksi yang sudah semua pihak dan di waktu mendatang.
ada (existing) dan potensi atraksi yang 2. Penggunaan skala nilai dianggap bisa
akan diungkap dalam waktu dekat (atraksi sangat mengurangi subyektifitas masing-
potensial). Aneka atraksi tersebut tersebut masing peneliti/analis atau pihak terkait
kemudian ditetapkan untuk dinilai dalam agar mendapatkan gambaran yang
parameter-parameter yang diturunkan mendekati obyektif meskipun terjadi
dari variabel-variabel yang terdapat dalam pergantian personil. Aspek yang dianggap
aspek Kepemasaran (Marketibility), lemah kondisinya akan diberi nilai rendah
Keberlanjutan (Sustainibility), Partisipatif dan yang aspek yang dianggap kuat
(Participatory), dan Mitigasi Bencana diberi nilai tinggi dengan parameter nilai 1
(Disaster Management). Parameter- (terendah) sd nilai 5 (tertinggi).
paramater tersebut selanjutnya diberi Pergeseran nilai dari nilai rendah ke nilai
skala nilai (scaling) yaitu instrumen yang yang lebih tinggi menunjukkan posisi
mengaitkan konstruksi kualitatif dengan kriteria yang akan dicapai untuk program
satuan metrik kuantitatif. Tujuan scaling pengembangan yang disasar. Tabel
ini adalah untuk memudahkan penilaian penilaian dapat dicermati sebagai berikut:
akan setiap aspek dan memberikan
Tabel 1. Tabel Penilaian dan Indikator MSP+DM (S. Priatmoko, 2018)
Parameter Rincian Unsur Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4 Nilai 5

MSP+ DM Unsur-unsur
MSP+ DM Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator

Embrio

Rintisan

Tumbuh

Mandiri

Dari total rata-rata nilai yang diperoleh 3.2. Jenis Dan Sumber Data Yang
selanjutnya akan ditetapkan kriteria Dipergunakan
kondisi awal sebuah kawasan 3.2.1. Data Primer
pengembangan untuk ditentukan Data primer merupakan data yang
programnya yang targetnya menaikkan diperoleh secara langsung dari sumber
skor kriteria kawasan tersebut. Adapun pertama, dimana dalam penelitian ini diperoleh
kriteria-kriterianya dibagi menjadi melalui pengamatan lingkungan dan
beberapa berdasarkan nilai skor yang wawancara mendalam serta kelompok diskusi
diperoleh. Kriteria tersebut diurutkan dari terfokus/ Focus Group Discussion (FGD) yang
nilai terendah ke yang tertinggi adalah: melibatkan beberapa elemen dalam
Embrio, Rintisan, Tumbuh, dan Mandiri. pengelolaan kawasan tersebut.
Suatu kawasan pengembangan 3.2.2. Data Sekunder
pariwisata dianggap pada kondisi yang Data sekunder dalam penelitian ini
dianggap paling ideal dan menjadi target didapatkan bukan secara langsung (terlebih
akhir adalah dalam kriteria Mandiri (lihat dahulu diolah dan diteliti oleh peneliti lain atau
tabel 2). sumber lain) yaitu :
1. Data Internal pengelola kawasan wisata
37 ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online)
Perencanaan Pengembangan Destinasi Wisata Menggunakan Analisis MSP+DM

2. Data mengenai parameter yang sudah MSP+DM (lihat Tabel 3). Tabel tersebut
dikonversi menggunakan skala dalam nantinya akan secara konsisten menjadi
kelompok-kelompok MSP+DM. pegangan dalam mempersiapkan program
pengembangan, memonitor proses dan
4.1. Hasil Dan Pembahasan progres pengembangan, serta mengevaluasi
Setelah didapat hasil pengumpulan data target yang dicapai dalam periode yang
atraksi dan potensi wisata di sebuah kawasan ditetapkan. Tabel yang telah dilengkapi
yang akan dikembangkan semua atraksi dan dengan perincian unsur dan parameter nilai
potensinya dipetakan dan didata selanjutnya dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini:
disiapkan tabel penilaian dan indikator
Tabel 2. Isi Skala Parameter dan unsur penilaian MSP+DM (Setiawan Priatmoko, 2018)
1. PEMASARAN (MARKETIBILITY)
NILAI DAN INDIKATORNYA
PARAMETER RINCIAN UNSUR
Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4 Nilai 5
Bila sudah ada pelaku Bila sudah ada
Bila belum ada yang membuat Bila sudah ada Bila sudah ada kesepakatan dan
A. Pengema Bentuk kemasan barang kesepakatan standar untuk standarisasi tampilan kesepakatan dan standarisasi bentuk
san Produk ataupun jasa-jasa wisata bentuk dan tampilan aneka jenis jenis produk, namun standarisasi bentuk dan semua jenis
Wisata yang ditampilkan tampilan aneka produk wisata, namun untuk jenis usaha dan semua jenis produk wisata dan
jenis produk wisata belum untuk semua tertentu produk wisata kesinambungan
produknya tematik
Bila sudah
menggunakan
Bila penggunaan
Bila belum Bila sudah ada pelaku berbagai media
Bila sudah ada pelaku berbagai model
B. Model Pilihan berbagai media menggunakan yang menggunakan promosi dan
yang menggunakan 1 promosi untuk
Promosi promosi aneka model lebih dari 1 media memanfaatkan
jenis model promosi seluruh pelaku
promosi promosi bebagai jaringan
telah dikoordinir
komunikasi yang
terkoordinasi
Bila sudah
Bila sudah
menggunakan
Kombinasi dari teknologi Bila sudah menggunakan
Bila sudah aneka bentuk
informasi dan aktivitas menggunakan aneka aneka bentuk
C. Sistem Bila belum menggunakan 1 sistem informasi
orang yang macam sistem sisem informasi
informasi menggunakan macam sistem dan digerakkan
menggunakan teknologi informasi namun wisata dan hanya
wisata sistem informasi informasi oleh pelaku mandiri oleh pelaku
itu untuk mendukung digerakkan oleh pihak digerakkan oleh
wisata setempat wisata setempat
aktifitas wisata luar pelaku wisata
dan aneka stake
setempat
holder
Bila jangkauan
relasi pemasaran Bila jangkauan relasi Bila jangkauan relasi
Bila jangkauan Bila jangkauan
Jangkauan relasi masih sangat lokal pemasaran masih pemasaran mencapai
D. Distribusi relasi pemasaran relasi pemasaran
pemasaran produk (tingkat dalam lokal (tingkat antar propinsi- propinsi lain
pemasaran mencapai tingkat mencapai tingkat
wisata kabupaten dan kabupaten dan yang ada di satu
nasional internasional
sekitarnya) sekitarnya) pulau

2. KEBERLANJUTAN (SUSTAINABILITY)
NILAI DAN INDIKATORNYA
PARAMETER RINCIAN UNSUR
Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4 Nilai 5
Bila sudah ada Bila sudah ada
Bila sudah ada Bila sudah ada pengaturan penggunaan pengaturan
Penggunaan luas Bila masih belum pengaturan pengaturan dan lahan dan penggunaan lahan
A. Ambang batas
lahan terbuka untuk ada pengaturan penggunaan lahan pembatasan berkecenderungan dan ada kepatuhan
pembangunan fisik
pembangunan fisik penggunaan lahan namun belum pembangunan fisik memperluas ruang serta kesediaan
dipatuhi dan mulai dipatuhi terbuka daripada revisi
pembangunan fisik pembangunan fisik
Bila masih belum
Bila sudah ada jalur Bila sudah ada jalur
Jumlah pengunjung Bila masih belum ada skenario jalur
tapak untuk aneka Bila sudah ada jalur tapak untuk aneka
di aneka obyek ada skenario jalur tapak untuk aliran
titik daya tarik tapak untuk aneka titik titik daya tarik dan
B. Ambang batas wisata terhadap tapak dan jumlah pengunjung
namun belum ada daya tarik dan jumlah pengunjung
jumlah pengunjung daya dukung pengunjung hanya dan terjadi
mekanisme mekanisme penyebaran tersebar sesuai
lingkungan sesuai mengerti titik daya penumpukan atau
penyebaran jumlah jumlah pengunjung daya dukung tiap
standar UNWTO* tarik tertentu sepi di titik-titik
pengunjung obyek
tertentu
Bila sudah ada
pengaturan
Kemampuan suplai Bila sudah ada Bila sudah ada
Bila masih belum Bila sudah ada penggunaan
dan daya tahan pengaturan pengaturan penggunaan
ada pengaturan pengaturan dan sumber daya alam
C. Ambang batas sumber daya alam penggunaan sumber daya alam dan
penggunaan pembatasan dan ada kepatuhan
sumber daya alam atas kebutuhan sumber daya alam berkecenderungan
sumber daya alam sumber daya alam serta kesediaan
wisatawan di aneka namun belum memperbarui daya
setempat dan mulai dipatuhi berkontribusi bagi
obyek wisata dipatuhi dukung SDA
pembaruan fungsi
SDA
Bila organisasi
Reaksi dan aksi Bila mayoritas Bila mayoritas
Bila mayoritas Bila masyarakat telah pariwisata
D. Respon masyarakat masyarakat tidak masyarakat tidak
masyarakat mau membentuk organisasi bentukan
masyarakat setempat terhadap meyukai ada merasa perlu
terlibat aktifitas untuk mengatur peran masyarakat telah
setempat aktifitas wisata di aktifitas wisata di terlibat atas
pariwisata dalam aktifitas wisata terkoneksi dengan
wilayahnya wilayahnya aktifitas wisata
aneka stake holder
Bila mulai Bila mulai menjadi
Bila dikunjungi oleh
Reaksi dan aksi Bila aneka obyek dikunjungi daftar kunjungan
E. Respon wisatawan individu Bila mulai dipasarkan
wisatwan yang wisata sepi dan wisatawan dalam penting bagi
wisatawan saja tidak ada grup oleh pelaku bisnis wisata
berkunjung mangkrak grup minimal wisatawan yang
wisatawan
keluarga datang ke destinasi
Bila sudah mulai Bila sudah
Reaksi dan aksi Bila belum ada
Bila sudah masuk dimasukkan dalam Bila sudah melibatkan terkoneksi dalam
pemerintah atas respon pemerintah
F. Respon dalam agenda agenda berbagai stake holder rencana
pengembangan dalam
pemerintah pengembangan pengembangan dalam pengembangan pemerintah propinsi
pariwisata di perencanaan
kawasan Pemda dan alokasi wilayah atau pusat dan
wilayah tersebut wilayah tersebut
anggaran alokasi

ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online) 38


Jurnal Khasanah Ilmu Vol.10 No.1 Maret 2019

anggarannya
3. PARTISIPASI (PARTICIPATORY)
NILAI DAN INDIKATORNYA
PARAMETER RINCIAN UNSUR
Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4 Nilai 5
Bila pelaku telah
Bila
maksimal
Penggunaan aneka masyarakat Bila pelaku Bila pelaku mau Bila mayoritas
A. Sumber daya menggunakan
sumber daya dan pelaku tidak menggunakan sumber menggunaan sumber pelaku
lokal (local sumber daya lokal
bahan lokal di obyek mau daya lokal karena daya lokal sebagai menggunakan
resources) dan menjadikannya
wisata menggunakan keterpaksaan pelengkap sumber daya lokal
sebagai sebuah
bahan lokal
tema kawasan
Keterlibatan Bila Bila sudah ada Bila organisasi
Bila masyarakat lokal
masyarakat lokal atas masyarakat Bila sudah ada organisasi wisata wisata sudah terkait
B. Tanggung jawab mau terlibat dalam
pengelolaan dan lokal tidak organisasi pariwisata dan sebagai dengan berbabagi
lokal (local aktiftas parwisata namun
pengembangan mau terlibat namun belum ada regulator aktifitas pemangku
accountability) tidak ingin membentuk
organisasi wisata dalam aktifitas aktifitas kegiatan masyarakat kepentingan lintas
organisasi
setempayy wisata setempat sektoral
Bila keunikan daya
Bila tidak ada Bila keunikan daya tarik setempat
Bila sudah ada
C. Variasi daerah keunikan Bila sudah ada keunikan tarik setempat sudah menjadi
Keunikan aneka daya keunikan setempat
setempat (local daerah daerah namun belum sudah menjadi kesadaran kolektif
tarik wisata setempat yang dikemas dalam
variety) settempat dikemas kesadaran kolektif dan dikemas serta
bentuk produk wisata
yang dikemas dan dikemas dilindungi
perangkat hukum
Bila sudah ada
Bila tidak ada
Bila sebagian besar lembaga usaha Bila lembaga usaha
Sebaran pendapatan keuntungan Bila sudah ada sebagian
kebutuhan wisata yang dibentuk yang dibentuk telah
D. Keuntungan yang diterima oleh ekonomi yang kecil anggota
dapat dipenuhi oleh untuk mengatur terkait dengan
ekonomi lokal masyarakat setempat diterima masyarakat menerima
aneka latar belakang pembagian mayoritas warga
dan pelaku langsung masyarakat keuntungan ekonomi
individu di masyarakat keuntutungan lebih dan pihak eksternal
setempat
merata
4. MITIGASI BENCANA (DISASTER MITIGATION)
NILAI DAN INDIKATORNYA
PARAMETER RINCIAN UNSUR
Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4 Nilai 5
Bila Belum ada Bila sudah ada
Bila sudah ada jalur
antisipasi dan antisipasi dan rencana Bila sudah ada
A. Bencana alam Antisipasi terhadap Bila sudah ada penyelamatann dan
rencana penyelamatan rencana dan
(misalnya gempa resiko dan sosialiasi dan tim khusus yang
penyelamatan bencana gempa bumi konsep wilayah
bumi dan tanah perencanaan pelatihan menangani
bencana gempa dan tanah longsor pemulihan pasca
longsor) pemulihan (recovery) penyelamatan kebencanaan oleh
bumi dan tanah namun belum bencana
warga setempat
longsor tersosialisasi
Sudah ada
B. Bencana non
standarisasi
alam akibat gagal Bila Belum ada Bila sudah ada
Antisipasi kesalahan keamanan dan
teknologi, wabah antisipasi dan Bila Sudah ada Bila sudah ada standarisasi
human eror dan kesehatan dan
penyakit (misalnya standarisasi standarisasi minimal standarisasi dan internasional
standarisasi minimal ditegakannya
kecelakaan mobl jip keamanan namun belum menjadi acuan pelaku kemanan dan
keamanan dan sanksi bagi yg
wisata atau minimal dan dijadikan acuan wisata dan wisatawan kesehatan yang
kesehatan melanggar oleh
keracunan kesehatan ditaati
masyarakat
makanan)
setempat

Dari parameter dan penilaian yang digunakan destinasi tersebut. Adapun hasil rincian
untuk mengukur atraksi dan aneka potensi penilaian kawasan pengembangan
yang ada di kawasan pengembangan, maka dicontohkan pada tabel 3 sebagai berikut:
diperoleh penilaian tentang kondisi awal
Tabel 3. Contoh Hasil Pengukuran Kondisi Kawasan Wisata Pantai XX
4. MITIGASI
OBYEK DAN PAKET 1. PEMASARAN 2. KEBERLANJUTAN 3. PARTISIPASI BENCANA
WISATA PANTAI XX (MARKETIBILITY) (SUSTAINABILITY) (PARTICIPATORY) (DISASTER
MITIGATION)
Sub Sub Sub Sub
NO ASPEK PENILAIAN A B C D A B C D E F A B C D A B
total total total total
1 1. WISATA PANTAI 4 4 4 3 3.75 4 4 4 4 4 3 3.83 3 4 4 4 3.75 4 3 3.50
2 2. WISATA KULINER 4 4 4 3 3.75 4 4 3 4 4 3 3.67 3 4 4 4 3.75 4 3 3.50
3. WISATA AERO-
3 2 3 4 2 2.75 3 2 2 3 3 2 2.50 3 3 3 3 3.00 4 3 3.50
MODELLING
4. WISATA
4 PERMAINAN ANAK- 3 3 3 3 3.00 2 2 3 4 3 3 2.83 2 2 3 3 2.50 2 2 2.00
ANAK
5. WISATA PASAR
5 DAN PELELANGAN 4 4 4 3 3.75 4 3 4 4 4 3 3.67 3 4 4 4 3.75 3 3 3.00
IKAN
6. GEOMARITIME
6 4 5 5 2 4.00 5 5 4 4 4 4 4.33 3 4 5 5 4.25 4 3 3.50
SCIENCE PARK
7. WISATA LAGUNA
7 1 1 1 1 1.00 2 2 3 2 2 3 2.33 2 2 3 3 2.50 3 2 2.50
PANTAI
8. WISATA SENI
8 3 3 3 3 3.00 3 2 3 3 3 3 2.83 3 3 3 3 3.00 3 2 2.50
DAN BUDAYA
9. WISATA
9 PENGELOLAAN 1 1 1 1 1.00 2 2 2 2 2 2 2.00 2 2 2 2 2.00 2 2 2.00
SAMPAH KAWASAN
2.89 3.11 3.17 2.89
RINTISAN TUMBUH TUMBUH RINTISAN
TOTAL NILAI KAWASAN
3.01
Kategori TUMBUH
SKALA NILAI DAN SEBUTAN
1.00 - 1.99 EMBRIO
2.00 - 2.99 RINTISAN
3.00 - 3.99 TUMBUH
4.00 - 5.00 MANDIRI

39 ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online)


Perencanaan Pengembangan Destinasi Wisata Menggunakan Analisis MSP+DM

Pada contoh Tabel 4 di atas hasil 5(2), 195.


analisa perhitungan dengan memandang [2] ASEAN. (2015). ( ASEAN Tourism ).
variabel-variabel pada MSP+DM maka Retrieved April 20, 2017, from
kawasan tersebut masuk dalam kategori http://www.aseantourism.travel/blog/detail/
Tumbuh. Oleh karena itu program community-based-tourism-in-asean-region
pengembangan yang harus disiapkan adalah [3] Gao, C. Y., & Peng, D. H. (2011).
program yang bisa merubah dari indikator Consolidating SWOT analysis with
kriteria Tumbuh menjadi kriteria Mandiri. Untuk nonhomogeneous uncertain preference
menentukan jenis program sesuai tingkatan information. Knowledge-Based Systems,
kriteria maka digunakan kembali acuan skala 24(6), 796–808.
yang sebelumnya pada Tabel 3. Dalam hal http://doi.org/10.1016/j.knosys.2011.03.00
contoh ini, Pantai XX berada pada kriteria 1
Tumbuh dengan kisaran nilai 3,00 sd 3,99 dan [4] Garcia Lucchetti, V., & Font, X. (2013).
diharapkan menuju ke kriteria Mandiri pada Community based tourism: critical success
kisaran nilai 4,00 sd 5,00. Berdasarkan hal factors. ICRT Occasional Paper, (27), 1–
tersebut maka program yang dibuat harus 21. Retrieved from
mengacu dan menuju ke arah indikator- http://www.icrtourism.org/wp-
indikator pada kolom nilai 5 pada Tabel 3. content/uploads/2012/03/OP27.pdf
[5] Goranczewski, B., & Puciato, D. (2010).
5.1. Simpulan Dan Saran SWOT Analysis in the Formulation of
5.1.1. Simpulan Tourism Development Strategies for
Metode dalam penelitian ini Destinations. Tourism, 20(2).
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: http://doi.org/10.2478/v10106-010-0008-7
1. Untuk mengembangkan sebuah kawasan [6] Huwae, K. C. (2008). Strategi Pemasaran
wisata analisis MSP+DM dapat Destinasi Pariwisata Pulau Ambon oleh
menjawab tantangan jangka panjang (multi Pelaku Bisnis Lokal. Gadjah Mada.
years) yang bersifat dinamis dibandingkan [7] Kotler, P., & Amstrong, G. (2008). Prinsip-
analisis SWOT yang bersifat kualitatif dan Prinsip Pemasaran Jilid 1 (Principles of
cenderung subyektif Marketing). (B. Sabran, Ed.) (12th ed.).
2. Penggunaan analisis MSP+DM dapat Jakarta: Erlangga.
mengurangi subyektifitas dalam menilai [8] Miller, H. E., Engemann, K. J., Yage, R.
sebuah rencana pengembangan sekaligus R., & Yager, R. R. (2006).
evaluasi pada periode berjalan sebuah Communications of the IIMA Disaster
program pengembangan secara obyektif, Planning and Management Disaster
terukur, dan konsisten Planning and Management.
3. Program pengembangan kawasan Communications of the IIMA, 6(2).
nantinya ditepkan berdasarkan hasil Retrieved from
analisis kondisi awal nilai MSP+DM http://scholarworks.lib.csusb.edu/cgi/viewc
sehingga strategi dan hasil yang ontent.cgi?article=1308&context=ciima
diharapkan bisa terukur dan terevaluasi [9] Oreski, D. (2012). Strategy development
relatif mudah by using SWOT -AHP. TEM Journal, 1(4).
5.1.2. Saran [10] Priatmoko, S. (2018). Analysis of
1. Setiap rencana intervensi yang akan Marketability, Sustainability, Participatory
digunakan untuk alasan pengembangan and Disaster Mitigation (MSP+DM) for the
kawasan pariwisata harus benar-benar development of rural Community-Based
terukur secara konsisten untuk menghindari Tourism (CBT) destinations Case study:
munculnya keadaan dimana proyek yang Depok beach, Bantul, Yogyakarta. IOP
tidak diterima masyarakat atau proyek tak Conference Series: Earth and
terurus/mangkrak Environmental Science, 202(1).
2. Variabel-variabel dalam kepariwisataan http://doi.org/10.1088/1755-
harus benar-benar diperhatikan secara 1315/202/1/012032
komprehensif dan obyektif sebelum [11] Priatmoko, S. (2018). Working Rural Eco
memutuskan sebuah program Tourism Planning in Yogyakarta Using
pengembangan MSP + DM Analysis. E-Journal of Tourism,
5(1), 22–29.
Daftar Pustaka http://doi.org/https://doi.org/10.24922/eot.v
5i1.38457
[1] Arismayanti, N. K. (2010). Perencanaan [12] Purbadi, D. (2016). PENGEMBANGAN
dan Pengembangan Kawasan Pariwisata PROGRAM PEMBERDAYAAN
Di Bali. Jurnal Kepariwisataan Indonesia, MASYARAKAT BERKELANJUTAN STUDI
ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online) 40
Jurnal Khasanah Ilmu Vol.10 No.1 Maret 2019

KASUS : KAWASAN WISATA PANTAI http://doi.org/10.1063/1.3159605


BARU ,. In Seminar Nasional hasil [16] UNISDR. (2009). Risk. 2009 UNISDR
Pengabdian masyarakat (SENDIMAS). Terminology on Disaster Risk Reduction.
Yogyakarta. Geneva: UNISDR.
[13] Rangkuti, F. (2006). Analisis SWOT: [17] UNWTO. (2011). UNWTO Annual Report
Teknik Membedah Kasus Bisnis (14th ed.). A year of recovery.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. [18] Zapata, M. J., Hall, C. M., Lindo, P., &
[14] Republik, I. UU 24 Tahun 2007 Tentang Vanderschaeghe, M. (2011). Can
Penanggulangan Bencana (Disaster community-based tourism contribute to
Management), Pub. L. No. UU 24 (2007). development and poverty alleviation?
Indonesia. Lessons from Nicaragua. Current Issues in
[15] UNEP. (2011). Towards a Green Tourism, 14(8), 725–749.
Economy: Pathways to Sustainable http://doi.org/10.1080/13683500.2011.559
Development and Poverty Eradication. 200
Sustainable Development.

41 ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online)

View publication stats

You might also like