You are on page 1of 22

JURNAL ILMU ADMINISTRSI NEGARA (AsIAN) ISSN : 2338-9567

VOL. 08 NO. 02 (September 2020)

Analisis Peran Stakeholders Dalam Pengembangan Destinasi


Pariwisata Halal Di Pulau Penyengat Provinsi Kepulauan Riau

Riska Destiana1, Kismartini 2, Tri Yuningsih3


¹Mahasiswa Magister Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro, Jl .ImamBardjo SH No.3-5 Semarang
²³Dosen Departemen Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro, Jl .Imam Bardjo SH No.3-5 Semarang

Abstract
Pulau Penyengat is designated as a leading area for halal tourism development. The development of
halal tourism on Pulau Penyengat requires cooperation and support from many parties. The less
optimal role of stakeholders in tourism development cooperation makes the reason for the importance
of this research being carried out. The purpose of this research is to identify the stakeholders involved,
analyze the roles of stakeholders, analyze the relationships between stakeholders, and analyze
supporting and inhibiting factors. The method uses a qualitative descriptive approach, with data
collection techniques combining online interviews, documentation and observations. The results show
that the development of the island's halal tourism destinations involves stakeholders with the
pentahelix concept, consisting of academics, business, community, government and mass media. There
are 38 stakeholders involved and classified into primary, key and secondary stakeholders. The role of
stakeholders is reflected in the roles of policy creators, coordinators, facilitators, implementers and
accelerators. The relationship between stakeholders is seen from the form and activities. Value and
communication are supporting factors in the development of halal tourism destinations, and trust and
policies are inhibiting factors. The suggestions conveyed are the issuance of halal tourism regulations,
the formation of a special tourism agency for Pulau Penyengat ,increased coordination between
stakeholders, increasing the role of academic and community stakeholders, improving halal tourism
support facilities, and promoting halal tourism through digital channels.

Keywords: Halal tourism, Stakeholders, Tourism Development

Abstrak

Pulau Penyengat ditunjuk sebagai kawasan unggulan pengembangan pariwisata halal.


Pengembangan pariwisata halal di Pulau Penyengat membutuhkan kerjasama dan dukungan dari
banyak pihak. Kurang optimalnya peran stakeholders dalam kerjasama pengembangan pariwisata
menjadikan alasan pentingnya penelitian ini dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi
stakeholders yang terlibat, menganalisis peran stakeholders, menganalisis hubungan antar
stakeholders, dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat. Metode menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data menggabungkan wawancara
secara daring, dokumentasi dan observasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan
destinasi pariwisata halal Pulau Penyengat melibatkan stakeholders dengan konsep pentahelix,
terdiri dari akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media massa. Terdapat 38 stakeholders
yang terlibat dan diklasifikasikan ke dalam stakeholders primer, kunci dan sekunder. Peran
stakeholders tercermin dalam peran policy creator, koordinator, fasilitator, implementor dan
akselerator. Hubungan antar stakeholders dilihat dari bentuk dan aktivitasnya. Nilai dan komunikasi
menjadi faktor pendukung dalam pengembangan destinasi pariwisata halal, serta kepercayaan dan
kebijakan menjadi faktor penghambatnya. Saran yang disampaikan adalah penerbitan regulasi

132
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

pariwisata halal, pembentukan badan khusus wisata Pulau Penyengat, peningkatan koordinasi antar
stakeholders, peningkatan peran stakeholders akademisi dan komunitas, perbaikan fasilitas
pendukung pariwisata halal, dan promosi pariwisata halal melalui saluran digital.

Kata Kunci : Pariwisata halal,Stakeholders, Pengembangan Pariwisata

*)Penulis Korespondensi
E-mail : destiana.riska1812@gmail.com

PENDAHULUAN ekologi dan sosial kultural (Firdaus,


Dikutip dari 2015). Keterlibatan peran
www.kemenpar.go.id, Kementerian stakeholders menghasilkan
Pariwisata melaporkan penetapan perencanaan strategi pariwisata yang
Indonesia berdasarkan Global Muslim diterima dengan baik, menghindari
Travel Index (GMTI) 2019 menjadi konflik yang timbul selama
tujuan wisata halal terbaik dunia di implementasi kebijakan dan
2019. Pulau Penyengat menjadi salah menyatukan mereka yang secara
satu kawasan unggulan wisata halal langsung dan tidak langsung terlibat
yang tercantum dalam Design dalam pariwisata (Wanner,
Strategis dan Rencana Aksi (DSRA) 2019). Hubungan dan koordinasi
Pengembangan Destinasi Pariwisata berbagai peran stakeholders dalam
Halal di Provinsi Kepulauan Riau suatu destinasi membentuk produk
2018-2019. Pulau Penyengat, yang wisata yang berkualitas dan citra
terletak di wilayah administrasi destinasi yang mudah dikenali,
Pemerintah Kota Tanjungpinang, mencapai keunggulan dan daya saing
dipilih menjadi salah satu destinasi jangka panjang, serta pengembangan
unggulan dikarenakan kekayaan destinasi wisata yang berkelanjutan
budayanya. Kementerian Pariwisata (Miočić, 2016). Dengan beberapa
telah menunjuk Pulau Penyengat alasan itulah peran stakeholders
menjadi pilot project destinasi wisata dianggap penting dalam
halal di Kepulauan Riau dan dianggap pengembangan pariwisata, karena
dapat mendorong percepatan selain menghasilkan perencanaan
pengembangan pariwisata halal strategi pariwisata yang
dengan kelebihan letak Kepulauan merepresentasikan banyak
Riau yang strategis sebagai pintu kepentingan, peran stakeholders juga
masuk wisatawan mancanegara dapat menciptakan sistem
(https://www.indonesiatravel.news/ pengelolaan pariwisata yang efektif
pariwisata/pulau-penyengat-jadi- dan mewujudkan pariwisata yang
pilot-project-wisata-halal/). berkelanjutan.
Alonso (2015) menyatakan Pulau Penyengat sebagai
bahwa pengembangan pariwisata kawasan wisata masih menghadapi
yang berkelanjutan erat masalah mengenai sarana dan
hubungannya dengan keterlibatan prasarana, khususnya dalam
stakeholders. Penguatan peran pelaksanaan konsep pariwisata halal.
stakeholders dalam pengembangan Persoalan mengenai minimnya
pariwisata memberikan dampak sarana dan parasarana pendukung
jangka panjang dalam aspek ekonomi, pariwisata di Pulau Penyengat
133
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

disinggung dalam sejumlah pariwisata di Pulau Penyengat belum


penelitian, dan disimpulkan menjadi optimal, dikarenakan masih adanya
salah satu kendala dalam faktor penghambat seperti belum
pengembangan pariwisata di Pulau optimal sinergitas dan kemitraan.
Penyengat (Ismandianto et al, 2019; Belum optimalnya proses koordinasi
Persari et al, 2018; Zahra, 2019). Dan yang terjadi di antara seluruh instansi
informasi dari laman terkait mengakibatkan pelaksanaan
haluankepri.com, diketahui bahwa kegiatan pelestarian yang belum
hanya 60 produsen kelompok usaha terarah dengan baik.
rumah makan dan kue yang memiliki Dari beberapa penelitian yang
sertifikat halal terhitung 17 Juni disebutkan di atas pengembangan
2019. Pemerintah Kota pariwisata di Pulau Penyengat
Tanjungpinang sampai saat ini juga memiliki hambatan dalam aspek
belum menerbitkan regulasi peran dan kerjasama para pihak
mengenai pariwisata halal di Pulau terkait yang selama ini kurang
Penyengat. Judissseno (2017) koordinasi dan sinergitas, sehingga
menyebutkan bahwa pemerintah tujuan pengelolaan objek wisata
harus menetapkan kerangka belum bisa berjalan searah dan
kebijakan pembangunan pariwisata mendapatkan hasil yang maksimal
agar pihak swasta memiliki pijakan dalam peningkatan citra serta angka
dan landasan jika ingin berpartisipasi kunjungan wisatawan. Selain fasilitas
dalam pembangunan pariwisata. pendukung pariwisata yang masih
Pemerintah setempat belum dapat dikatakan layak dan
tampaknya juga masih belum baik, partisipasi masyarakat dalam
sepenuhnya melibatkan masyarakat kegiatan kepariwisataan juga masih
dalam proses pengambilan kebijakan rendah. Pengembangan destinasi
pengembangan pariwisata, sehingga pariwisata halal membutuhkan
masyarakat menganggap aspirasi kerjasama antar seluruh stakeholders
mereka kurang diperhatikan (Zahra yang terkait. Melihat fenomena di
(2019). Perbedaan kepentingan atas, bahwa masalah penelitian
antara pemerintah dengan berupa peran stakeholders yang
masyarakat setempat dalam terlibat dalam pengembangan
pengelolaan pariwisata disinyalir destinasi pariwisata halal di Pulau
sebagai penyebab bentuk Penyengat Provinsi Kepulauan Riau
pengelolaan pariwisata yang tidak belum optimal, sehingga penelitian
menjaring aspirasi dari masyarakat ini menjawab pertanyaan sebagai
serta kurang melihat potensi berikut:
keterlibatan masyarakat di destinasi a. Siapa yang menjadi stakeholders
wisata (Yulianty, 2005). Hambatan dalam pengembangan destinasi
lain dalam pengembangan pariwisata pariwisata halal di Pulau
Pulau Penyengat adalah komunikasi Penyengat Provinsi Kepulauan
antar pemerintah dan pengelola Riau?
belum maksimal. Model komunikasi b. Bagaimana peran stakeholders
pemerintahan dalam pengembangan yang terlibat dalam
pariwisata Pulau Penyengat belum pengembangan destinasi
melibatkan semua unsur terkait pariwisata halal di Pulau
(Ismandianto, 2019). Pangestoeti Penyengat Provinsi Kepulauan
(2016) dan Persari (2018) Riau?
menemukan bahwa implementasi c. Bagaimana hubungan antara
kebijakan mengenai destinasi stakeholders yang terlibat dalam
134
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

pengembangan destinasi Pulau Penyengat, hanya berjarak 2


pariwisata halal di Pulau km dari Kota Tanjungpinang, Provinsi
Penyengat Provinsi Kepulauan Kepulauan Riau. Secara administratif,
Riau? Pulau Penyengat merupakan salah
d. Faktor-faktor apa yang satu kelurahan di Kecamatan
mendukung dan menghambat Tanjungpinang Kota. Memiliki luas
peran stakeholders yang terlibat lahan 94 hektar, Pulau Penyengat
dalam pengembangan destinasi terbagi menjadi enam kampung yaitu
pariwisata halal di Pulau Kampung Jambat, Kampung Balik
Penyengat Provinsi Kepulauan Kota, Kampung Datuk, Kampung
Riau? Baru, Kampung Bulang dan Kampung
Ladi. Pulau Penyengat merupakan
METODE PENELITIAN wilayah pengembangan wisata yang
Penelitian ini menggunakan berbasis wisata budaya dan wisata
metode penelitian deskriptif religi. Pulau Penyengat memiliki
kualitatif. Pemilihan Pulau Penyengat berbagai macam peninggalan
sebagai lokasi penelitian karena bersejarah antara lain makam-
Pulau Penyengat ditunjuk oleh makam para raja seperti Raja Ali Haji,
Kementerian Pariwisata menjadi Mesjid Raya Sultan Riau yang terbuat
salah satu destinasi wisata unggulan dari putih telur sebagai perekat
dan pilot project pengembangan bangunan dan benteng pertahanan di
pariwisata halal di Provinsi Bukit Kursi. Pariwisata Pulau
Kepulauan Riau. Data yang digunakan Penyengat yang mengangkat wisata
adalah data primer (data dari budaya didukung dengan Keputusan
informan) dan data sekunder (buku- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
buku pustaka, catatan-catatan ilmiah, Nomor 112/M/2018 tentang
jurnal ilmiah serta laporan, arsip atau Kawasan Cagar Budaya Pulau
dokumen lainnya). Penentuan Penyengat Sebagai Kawasan Cagar
Informan menggunakan teknik Budaya Peringkat Nasional.
purposive dan teknik snowball. Pengembangan wisata budaya juga
Pengumpulan data dilakukan dengan diperkuat dengan Peraturan Daerah
cara wawancara secara daring Kota Tanjungpinang Nomor 8 Tahun
dan/atau telepon, dokumentasi dan 2018 tentang Pengelolaan Wisata
observasi). Penelitian ini Budaya Pulau Penyengat.
menggunakan model analisis data Identifikasi Stakeholders
dari Miles dan Huberman (dalam Model Pentahelix
Sugiyono, 2011), yaitu analisis Stakeholders dalam
interaktif dengan langkah-langkah pengembangan destinasi pariwisata
reduksi data, penyajian data dan halal di Pulau Penyengat Provinsi
menarik kesimpulan. Validitas data Kepulauan Riau dilihat berdasarkan
menggunakan teknik triangulasi model pentahelix terdiri dari:
sumber, yaitu mengumpulkan data 1. Akademisi
sejenis dari beberapa sumber data Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan
yang berbeda (Moleong, 2017). Ilmu Politik (Stisipol) Raja Haji,
Universitas Maritim Raja Ali Haji
HASIL DAN DISKUSI/ANALISIS (UMRAH) dan Universitas Gajah
Berdasarkan letak Mada (UGM).
geografisnya Pulau Penyengat relatif 2. Bisnis
dekat dengan Kota Tanjungpinang Perhimpunan Hotel dan Restoran
sebagai pintu gerbang pariwisata Indonesia (PHRI) Tanjungpinang,
135
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

Association of the Indonesian 5. Media massa


Tours and Travel Agencies (ASITA) Radio Republik Indonesia (RRI)
Tanjungpinang, Himpunan Tanjungpinang, Batam Pos,
Pramuwisata Indonesia (HPI) Tanjungpinang Pos, Tribun
Tanjungpinang, Asosiasi Kuliner Batam, Antara Kepri, Metro Kepri,
Rumahan, Bank Indonesia, PT. TV TPI, dan Kepri Cyber School
Pelabuhan Indonesia I (Pelindo 1) (KCS) TV.
dan Al Ahmadi Enterprenuership Stakeholders yang terlibat
Center Batam. dalam pengembangan destinasi
3. Pemerintah pariwisata halal di Pulau Penyengat
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terdiri dari lima elemen, yaitu
Kota Tanjungpinang, Dinas Akademisi, Bisnis, Pemerintah,
Perdagangan dan Perindustrian Komunitas dan Media Massa. Hal ini
Kota Tanjungpinang, Dinas sejalan dengan hasil penelitian oleh
Koperasi dan UMKM Kota Yuniningsih (2018) yang
Tanjungpinang, Dinas Kesehatan menyimpulkan bahwa model
Kota Tanjungpinang, Dinas kemitraan kebijakan pengembangan
Perhubungan Kota pariwisata di Kota Tanjungpinang
Tanjungpinang, Dinas Pekerjaan dikategorikan menggunakan model
Umum dan Penataan Ruang Kota Pentahelix, karena melibatkan lima
Tanjungpinang, Badan elemen yaitu: Akademisi, Bisnis,
Perencanaan, Penelitian dan Community, Government dan Media
Pengembangan Kota Massa (ABCGM). Pulau Penyengat
Tanjungpinang, Satuan Polisi merupakan salah satu kelurahan di
Pamong Praja dan Kota Tanjungpinang, sehingga
Penanggulangan Kebakaran Kota terdapat kesamaan model pelibatan
Tanjungpinang, Dinas lima elemen aktor dalam
Perhubungan Provinsi Kepulauan pengembangan pariwisata.
Riau, Kementerian Agama Kantor Kategori Stakeholders
Wilayah Provinsi Kepulauan Riau, 1. Stakeholders Primer
dan Dewan Perwakilan Rakyat Dinas Kebudayaan dan
Daerah (DPRD) Kota Pariwisata Kota Tanjungpinang
Tanjungpinang. sebagai leading sector
4. Komunitas pengembangan destinasi
Kelompok Sadar Wisata pariwisata halal di Pulau
(Pokdarwis) Pulau Penyengat, Penyengat termasuk dalam
Majelis Ulama Indonesia (MUI) stakeholders primer karena
Kepulauan Riau, Lembaga dampak dari penerapan kebijakan
Pengkajian Pangan, Obat-obatan pengembangan pariwisata halal
dan Kosmetika Majelis Ulama akan dirasakan sebagai bentuk
Indonesia (LPPOM MUI) pelaksanaan fungsi implementasi
Kepulauan Riau, Lembaga Adat kebijakan pariwisata. Dinas
Melayu (LAM) Provinsi Kepulauan Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Riau, Yayasan Indera Sakti, Tanjungpinang harus selalu
Yayasan Aksi Bangun Negeri, dilibatkan dalam setiap tahapan
Komunitas Blogger, Komunitas kebijakan pariwisata halal karena
Fotografi, dan Generasi Pesona memiliki kekuatan yang besar
Indonesia (Genpi) Tanjungpinang. untuk mengakses berbagai
sumberdaya yang diperlukan
dalam pengembangan pariwisata
136
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

halal. Dalam proyek pariwisata 3. Stakeholders Sekunder


berkelanjutan dengan beberapa Badan Perencanaan,
stakeholders, ditemukan bahwa Penelitian dan Pengembangan
stakeholders dengan akses ke Kota Tanjungpinang, Kementerian
sumber daya adalah pusat dalam Agama Kantor Wilayah Provinsi
pengembangan proyek dengan Kepulauan Riau, MUI Kepulauan
kekuatan dan legitimasi tertinggi Riau, LPPOM MUI Kepulauan Riau,
(Longart, 2017). Dinas Perdagangan dan
2. Stakeholders Kunci Perindustrian Kota
Stakeholders kunci di Tanjungpinang, Dinas Koperasi
dalam tahap perumusan dan UMKM Kota Tanjungpinang,
kebijakan adalah pihak Eksekutif Dinas Kesehatan Kota
yang diwakili Walikota Tanjungpinang, Dinas
Tanjungpinang dan pihak Perhubungan Kota
Legislatif yang diwakili DPRD Tanjungpinang, Dinas Pekerjaan
Kota Tanjungpinang. Dan yang Umum dan Penataan Ruang Kota
menjadi stakeholders kunci pada Tanjungpinang, Satuan Polisi
tahap implementasi kebijakan Pamong Praja dan
adalah Dinas Kebudayaan dan Penanggulangan Kebakaran Kota
Pariwisata Kota Tanjungpinang. Tanjungpinang, Dinas
Stakeholders kunci meliputi Perhubungan Provinsi Kepulauan
cabang eksekutif pemerintah Riau, Pokdarwis Pulau Penyengat,
sesuai dengan hierarki, cabang PHRI Tanjungpinang, ASITA
legislatif, dan lembaga pelaksana Tanjungpinang, HPI
program pembangunan (Putera Tanjungpinang, Asosiasi Kuliner
and Suharto dalam Sari, Rumahan, Stisipol Raja Haji,
2017). Dengan kewenangan legal UMRAH, UGM, Bank Indonesia,
dalam pengambilan keputusan, Pelindo 1, Al Ahmadi
Walikota Tanjungpinang dan Enterprenuership Center Batam,
DPRD Kota Tanjungpinang harus LAM Provinsi Kepulauan Riau,
memiliki kepemimpinan kuat. Yayasan Indera Sakti, Yayasan
Longart (2017) menemukan Aksi Bangun Negeri, Komunitas
bahwa program dengan berbagai Blogger, Komunitas Fotografi,
stakeholders, yang tujuan dan Genpi Tanjungpinang, RRI
perannya sangat berbeda, Tanjungpinang, Batam Pos,
membutuhkan kepemimpinan Tanjungpinang Pos, Tribun
yang lebih kuat dan manajemen Batam, Antara Kepri, Metro Kepri,
stakeholders. Semua stakeholders TV TPI, dan KCS TV.
harus diinformasikan tentang Kelompok kritik, LSM
peran dan keterlibatan profesional, organisasi sosial, dan
stakeholders lainnya. Ini karena lembaga keuangan internasional
legitimasi dapat dipertanyakan dikategorikan sebagai pemangku
atau peran stakeholders yang kepentingan sekunder (Putera
berpartisipasi lainnya dapat and Suharto dalam Sari,
diabaikan. Weerts dan Sandmann 2017). Crosby (dalam Iqbal, 2007)
(dalam Longart, 2017) menyatakan ada beberapa faktor
menemukan bahwa yang dapat dijadikan acuan dalam
kepemimpinan yang kuat adalah menilai pengaruh stakeholders
faktor kunci untuk keterlibatan sekunder, yaitu : anggaran dan
masyarakat. pengawasan; kekuasaan dan
137
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

kepemimpinan; pengawasan halal yang memuat prinsip-prinsip


terhadap sumber daya strategis; penyelenggaraan pariwisata halal
keberadaan tenaga-tenaga secara terperinci akan menjadi acuan
spesialis; dan kemampuan dan payung hukum yang kuat untuk
negosiasi. Stakeholders perlu pelaku industri wisata menerapkan
dilibatkan untuk meningkatkan konsep wisata halal ini. Brokaj (2014)
kualitas dan efektivitas kebijakan menyatakan bahwa pemerintah
melalui pengetahuan mereka, daerah harus menyediakan
dengan demikian komunikasi lingkungan yang memungkinkan dan
yang kuat antara stakeholders dan mendorong sektor swasta,
otoritas setempat diperlukan masyarakat lokal, wisatawan, dan
(Olovsson, 2012). stakeholders lainnya untuk
Peran Stakeholders menanggapi masalah pariwisata
a. Policy Creator secara berkelanjutan. Hal ini dapat
Pengembangan pariwisata dicapai dengan menetapkan dan
halal di Kota Tanjungpinang belum menerapkan serangkaian kebijakan
didukung dengan terbitnya regulasi untuk pengembangan dan
yang mengatur penyelenggaraan pengelolaan pariwisata, disusun
segmen pariwisata halal. Sebagai bersama dengan pihak lain. Prinsip-
dampak dari Kementerian Pariwisata prinsip pembangunan berkelanjutan
yang juga belum menerbitkan menekankan pada tekad lokal dan
regulasi yang mengatur proses implementasi kebijakan dan
pengembangan pariwisata halal, tindakan. Keberlanjutan harus
sehingga proses pengembangan diupayakan melalui adopsi kebijakan
pariwisata halal selama ini di Kota pariwisata, mengingat pentingnya
Tanjungpinang mengacu pada DSRA sektor publik (di tingkat negara
Pengembangan Destinasi Pariwisata bagian, regional dan kota) dalam
Halal Kepulauan Riau yang telah pengembangan pariwisata (Martini,
disepakati sebelumnya melalui FGD. 2015). Manajemen pariwisata dengan
Walikota Tanjungpinang, DPRD Kota demikian harus diintegrasikan ke
Tanjungpinang, Dinas Kebudayaan dalam proses perencanaan wilayah
dan Pariwisata Kota Tanjungpinang dan dimasukkan dalam kerangka
dan Badan Perencanaan, Penelitian legislatif suatu wilayah.
dan Pengembangan (Barenlitbang)
Kota Tanjungpinang merupakan b. Koordinator
stakeholders yang terlibat dalam Stakeholders yang
pengembangan pariwisata halal menjalankan perannya sebagai
Pulau Penyengat yang berperan koordinator dalam pengembangan
sebagai policy creator. Belum destinasi pariwisata halal di Pulau
diterbitkannya regulasi Penyengat adalah Dinas Kebudayaan
pengembangan destinasi pariwisata dan Pariwisata Kota Tanjungpinang.
halal Pulau Penyengat Upaya koordinasi stakeholders yang
mengindikasikan bahwa peran terlibat dilakukan melalui pertemuan
Walikota Tanjungpinang sebagai yang mengundang stakeholders dari
policy creator belum dilaksanakan pihak pemerintah, bisnis dan
secara optimal. Berdasarkan uraian di asosiasi/komunitas. Dalam
atas dapat dilihat bahwa peran pertemuan tersebut dipaparkan
stakeholders sebagai policy creator rencana pengembangan pariwisata
belum berjalan secara maksimal. halal Tanjungpinang yang
Regulasi pengembangan pariwisata menjadikan Pulau Penyengat menjadi
138
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

destinasi wisata halal unggulan yang perlu ditinjau ulang secara


dengan potensi wisata budaya, religi berkala
dan sejarahnya. Koordinasi dengan 5. Communicating and disseminating,
stakeholders pariwisata halal yaitu kemampuan untuk
dilanjutkan melalui forum pertemuan mengkomunikasikan dan
setiap tiga bulan sekali, dan menyebarkan semua program
komunikasi informal yang banyak yang sudah disusun menjadi suatu
dilakukan melalui grup Whatsapp. aksi yang dapat dilakukan oleh
Peran Dinas Kebudayaan dan semua elemen tanpa keraguan.
Pariwisata Kota Tanjungpinang 6. Reviewing and controlling, yaitu
sebagai koordinator dalam kemampuan untuk
pengembangan destinasi pariwisata mengendalikan pelaksanaan
halal di Pulau Penyengat belum kegiatan jika terjadi suatu hal di
berjalan secara optimal. Koordinasi luar perencanaan dengan
terhadap seluruh pemangku mempersiapkan skenario pilihan.
kepentingan pengembangan destinasi
pariwisata halal di Pulau Penyengat c. Fasilitator
belum dilaksanakan secara Stakeholders yang terlibat
menyeluruh karena terdapat dalam pengembangan destinasi
stakeholders yang belum menjalin pariwisata halal Pulau Penyengat dan
kerjasama dan komunikasi, serta berperan sebagai fasilitator adalah
belum adanya penyatuan komitmen Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
secara tertulis agar kerjasama yang Kota Tanjungpinang, Dinas
dilakukan berjalan sesuai dengan hak Perdagangan dan Perindustrian Kota
dan kewajiban. Judisseno (2017) Tanjungpinang, Dinas Koperasi dan
menjelaskan bahwa koordinator UMKM Kota Tanjungpinang, Dinas
bidang pariwisata dituntut untuk Kesehatan Kota Tanjungpinang, Dinas
memiliki kemampuan sebagai Perhubungan Kota Tanjungpinang,
berikut: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
1. Having a global picture, yaitu Ruang Kota Tanjungpinang, Satuan
kemampuan untuk memahami Polisi Pamong Praja dan
visi jangka panjang dari semua Penanggulangan Kebakaran Kota
elemen yang dipimpinnya Tanjungpinang, Dinas Perhubungan
2. Setting a common goal, yaitu Provinsi Kepulauan Riau,
kemampuan untuk memilah mana Kementerian Agama Kantor Wilayah
di antara elemen tersebut yang Provinsi Kepulauan Riau, MUI
dapat dijadikan roda penggerak Kepulauan Riau, LPPOM MUI
utama yang dapat memicu Kepulauan Riau. Pengembangan dari
pergerakan lainnya. aspek fasilitas umum yang ramah
3. Knowing your team and defining wisatawan Muslim dilakukan oleh
team roles, yaitu kemampuan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
untuk mengetahui kekuatan Kota Tanjungpinang. Melalui Dana
spesifik dari masing-masing Alokasi Khusus (DAK) tahun 2019,
elemen di dalam menjalankan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
tugasnya. Kota Tanjungpinang telah
4. Planning, yaitu kemampuan menyelesaikan pembangunan
menyusun tugas pokok dan fungsi mushola di Balai Adat Pulau
elemen lengkap dengan alokasi Penyengat, food court makanan halal,
waktu, biaya, dan target capaian dan pusat oleh-oleh di Pulau
Penyengat. Dinas Perhubungan Kota
139
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

Tanjungpinang dan Dinas pariwisata halal di Pulau Penyengat.


Perhubungan Provinsi Kepulauan Peran yang dijalankan oleh LPPOM
Riau menjadi stakeholders yang MUI dalam mendukung
berperan sebagai fasilitator dalam pengembangan destinasi pariwisata
penyediaan akses menuju Pulau halal Pulau Penyengat dilihat dari
Penyengat. Peran Dinas Pekerjaan keterlibatan LPPOM MUI dalam
Umum dan Penataan Ruang Kota pemeriksaan kualitas kehalalan suatu
Tanjungpinang dalam mendukung produk. Stakeholders yang berperan
pengembangan pariwisata halal di sebagai fasilitator dalam
Pulau Penyengat dapat dilihat dari pengembangan destinasi pariwisata
penyediaan air bersih dan pembuatan halal di Pulau Penyengat
Rencana Tata Bangunan dan menunjukkan keterlibatannya sesuai
Lingkungan (RTBL) Pulau Penyengat. dengan tugas pokok dan fungsinya
Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang masing-masing. Dilihat dari
sangat membantu para pengusaha stakeholders yang berperan sebagai
kuliner di Pulau Penyengat yang akan fasilitator, sebagian besar merupakan
memproses sertifikat BPOM untuk bagian dari pemerintah atau sektor
penjaminan keamanan dan mutu publik, walaupun ada juga yang
produk yang mereka hasilkan. Dinas berasal dari elemen komunitas
Perdagangan dan Perindustrian Kota karena menjadi kesatuan fungsi
Tanjungpinang, bekerjasama sama dengan salah satu stakeholders sektor
dengan Kementerian Agama dan publik. Stakeholders yang berperan
LPPOM MUI, memiliki program kerja sebagai fasilitator akan menyediakan
tahunan pemberian fasilitasi proses fasilitas pendukung dan menfasilitasi
sertifikat halal bagi UMKM. proses pengembangan pariwisata
Pembinaan UMKM oleh Dinas halal sesuai dengan fungsinya
Koperasi dan UMKM Kota masing-masing. Sebagaimana yang
Tanjungpinang dapat dilihat dari disebutkan bahwa peran sektor
aspek pembinaan manajemen, publik dalam manajemen destinasi
pengembangan pasar produk UMKM wisata (Niekerk, 2014) adalah
serta fasilitasi modal usaha. Peran sebagai berikut: memimpin dan
Satuan Polisi Pamong Praja dan koordinasi; menciptakan dan
Penanggulangan Kebakaran Kota memelihara lingkungan destinasi
Tanjungpinang dijalankan melalui wisata yang sesuai; pemasaran dan
satuan tugas khusus pariwisata yang promosi; identifikasi elemen-elemen
belum lama terbentuk, di bawah destinasi wisata; perencanaan dan
kepemimpinan Kepala Seksi penelitian; kemitraan dan
Operasional, dengan melakukan pembangunan tim; hubungan
penjagaan objek wisata. Badan masyarakat; pengembangan produk;
Penyelenggara Jaminan Produk Halal sektor publik sebagai
membentuk perwakilan di daerah, pelanggan/pembeli; menciptakan
salah satunya dalam bentuk Satuan jaringan untuk keterlibatan
Tugas (Satgas) di bawah Kementerian stakeholders. Lingkungan destinasi
Agama Kanwil Kepulauan Riau. wisata yang sesuai untuk
Satgas yang berada di bawah pengembangan pariwisata halal
Kementerian Agama Kanwil harus didukung oleh kesediaan
Kepulauan Riau berperan sebagai infrastruktur pariwisata.
fasilitator penerbitan sertifikat halal Implementor
untuk produk makanan minuman Peran Dinas Kebudayaan dan
dalam pengembangan destinasi Pariwisata Kota Tanjungpinang
140
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

sebagai implementor dalam tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan


pengembangan destinasi pariwisata unsur kenangan. Penduduk setempat
halal Pulau Penyengat dapat dilihat di destinasi wisata memainkan peran
dari kegiatan promosi dan penting untuk meningkatkan citra
penyediaan fasilitas pendukung. wisatawan Muslim dan citra destinasi
Kegiatan promosi wisata halal banyak wisata secara keseluruhan (Han,
dilakukan melalui media digital 2019). PHRI Tanjungpinang sebagai
seperti facebook dan instagram. koordinator pengusaha hotel dan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata restoran yang ada di Tanjungpinang,
Kota Tanjungpinang tidak memberikan masukan dan ide kepada
memanfaatkan website sebagai alat pemerintah setempat mengenai
pemasaran wisata Pulau Penyengat. standar halal yang diterapkan di hotel
Hal ini dapat dilihat dengan kondisi dan restoran. Masih minimnya hotel
website yang tidak dapat diakses. dan restoran di Tanjungpinang yang
Padahal penelitian Wu (2018) memiliki sertifikat halal menjadi
menunjukkan kegunaan website tantangan tersendiri untuk
pariwisata sebagai aspek penting pengembangan wisata halal ini.
dalam membentuk citra destinasi Begitu juga dengan restoran di
wisata yang baik, dimana website Tanjungpinang yang masih minim
pariwisata dapat menyediakan jumlah dalam kepemilikan sertifikat
informasi yang berlimpah, halal. Razzaq, Hall, & Prayag (2016)
menunjukkan foto tempat wisata menyebutkan bahwa wisatawan
yang menarik, dan tentunya Muslim cenderung memilih
menjalankan fungsi penjualan. akomodasi Syariah yang memiliki
Pokdarwis Pulau Penyengat sebagai atribut-atribut seperti ketersediaan
komunitas lokal pengembangan makanan halal, kepantasan seragam
wisata melakukan upaya pemasaran staf hotel, tidak adanya gambar
melalui facebook, instagram dan berkonten pornografi, tidak tersedia
youtube. Citra destinasi wisata halal minuman beralkohol, informasi
unggulan Pulau Penyengat belum mesjid terdekat untuk pelaksanaan
diangkat sebagai highlight dalam sholat Jumat, ruang pertemuan
menarik wisatawan untuk datang dengan fasilitas beribadah.
berkunjung. Padahal pemasaran Ketersediaan makanan halal di
digital mempengaruhi industri destinasi wisata memungkinkan
pariwisata dengan dominan karena wisatawan Muslim untuk menikmati
kemudahan akses ke informasi kuliner khas setempat sesuai dengan
terkait penawaran terbaik yang keyakinan mereka dan tentunya juga
tersedia bagi konsumen (Gupta, akan memotivasi mereka untuk
2019). Pokdarwis juga melakukan mengunjungi destinasi wisata
kegiatan sosialisasi ke masyarakat tersebut (Battour, 2016).ASITA saat
mengenai nilai-nilai Sapta Pesona ini masih pada tahap
yang merupakan jabaran konsep mengidentifikasi pasar wisata halal
Sadar Wisata yang terkait dengan untuk dikembangkan dan
dukungan dan peran masyarakat didistribusikan ke calon wisatawan
sebagai tuan rumah dalam upaya dengan targetnya adalah wisatawan
untuk menciptakan lingkungan dan dari suku Melayu di Malaysia dan
suasana kondusif yang mampu Singapura. ASITA belum
mendorong tumbuh dan menyediakan paket wisata halal
berkembangnya industri pariwisata, Pulau Penyengat secara khusus.
melalui perwujudan unsur aman, Karena Pulau Penyengat mengangkat
141
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

wisata religi dan budayanya, maka pengembangan pariwisata. UGM


paket wisata yang disediakan baru menjadi salah satu universitas yang
menawarkan hal tersebut. Belum berperan dalam pengembangan
optimalnya peran ASITA dikarenakan pariwisata di Pulau Penyengat
masih dalam tahap menciptakan melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata
paket wisata yang dapat menjangkau Pembelajaran Pemberdayaan
pasar wisatawan lebih luas (Muslim Masyarakat (KKN-PPM) tahun 2018,
dan non Muslm) namun tetap dengan melaksanakan Deklarasi
memegang teguh norma agama dan Warga Pulau Penyengat bertema
norma budaya setempat. ASITA “Penyengat Kampung Kite, Penyengat
menilai bahwa atraksi wisata yang Warisan Kite” (https://scs-
kini hadir di Pulau Penyengat masih cel.kkn.ugm.ac.id/2018/12/17/ugm-
kurang “menjual” kkn-ppm-students-raise-the-tourism-
(http://rri.co.id/post/berita/633187 potential-of-penyengat-island/).
/budaya_dan_wisata/asita_festival_pu Diharapkan dengan keberadaan
lau_penyengat_belum_bisa_dijual.htm perguruan tinggi akan memberikan
l). Agen perjalanan menargetkan kontribusi langsung dalam evaluasi
kunjungan wisatawan Muslim dengan program pembangunan daerah dan
menyesuaikan elemen dalam paket perencanaan pembangunan daerah
wisata halal seperti ketersediaan yang bersinergi dengan masyarakat;
makanan halal, rencana perjalanan dan secara tidak langsung dapat
yang dibangun berdasarkan waktu membantu memberikan pelatihan-
sholat, kunjungan ke masjid dan pelatihan dan sumbangan pemikiran
pemandu wisata Muslim (Battour, dalam proses pengelolaan suatu
2016).Dari perkumpulan destinasi (Magnadi, 2011). Media
pramuwisata Tanjungpinang, HPI massa berperan sebagai perantara
Tanjungpinang menyampaikan dalam penyampaian informais dari
masukan kepada pemerintah pemerintah kepada masyarakat
setempat mengenai kebutuhan mengenai penyelenggaraan
wisatawan selama berwisata di Pulau pariwisata halal di Pulau Penyengat.
Penyengat yang belum terakomodir, Media massa menjadi mediator
serta masukan mengenai antara pariwisata dan
pengembangan kapasitas SDM masyarakat. Pilihan destinasi wisata
pramuwisata di Tanjungpinang. bergantung pada informasi yang
Peran HPI sangat penting dalam didapatkan dari media
mengedukasi wisatawan yang massaPembangunan citra yang baik
berkunjung terutama mengenai etika dan menarik bagi destinasi wisata
berpakaian dan bersikap selama halal di Pulau Penyengat melalui
berkunjung di Pulau Penyengat. media massa akan menjadi penggerak
bagi ketertarikan calon wisatawan
d. Akselerator untuk berkunjung. Pengembangan
Hasil wawancara dapat dilihat pariwisata dan media massa mengacu
bahwa peran akademisi lokal dalam pada semua kegiatan seperti
pengembangan pariwisata halal pengembangan keterampilan,
belum optimal. Akademisi di penyediaan lapangan kerja dan
Tanjungpinang selama ini pemasaran produk pariwisata
berkontribusi dalam bidang melalui berbagai saluran media
pariwisata secara umum melalui massa sehingga wisatawan dapat
beberapa kegiatan, namun tidak mengetahui tentang potensi wisata
dalam penyusunan kebijakan yang dimiliki (Enemuo , 2015).
142
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

Keterlibatan private sector komunitas sebagai peserta proses uji


dalam kepariwisataan sangat coba dan dokumentasi produk wisata
tegantung pada komitmen Pulau Penyengat yang
pemerintah daerah maupun pusat diselenggarakan tahun lalu. Begitu
dalam mempersiapkan berbagai juga dengan komunitas blogger di
infrastruktur pariwisata sebagai Tanjungpinang yang terlibat dalam
modal dasar yang menunjukkan promosi pariwisata halal Pulau
adanya keseriusan pemerintah untuk Penyengat. Komunitas blogger
membangun suatu destinasi memberikan kontribusinya melalui
pariwisata (Judisseno, 2017). tulisan-tulisan di blog yang berkiatan
Keterlibatan Bank Indonesia, Pelindo dengan Pulau Penyengat, misalnya
1 dan Al Ahmadi Enterprenuership mengenai penginapan di Pulau
Center, yang berasal dari kalangan Penyengat, destinasi wisatanya, dan
swasta atau bisnis, dalam mengunggah foto-foto spot menarik
pengembangan destinasi pariwisata di Pulau Penyengat. Berdasarkan
halal di Pulau Penyengat diwujudkan hasil wawancara diketahui bahwa
dalam bentuk kontribusi, baik berupa Pemerintah Daerah belum
bantuan sponsor, dukungan melibatkan komunitas blogger dalam
infrastruktur, ide maupun gagasan. upaya pengembangan destinasi
Stakeholders yang berperan sebagai pariwisata halal Pulau Penyengat.
akselerator ini memiliki kepedulian
yang besar dalam pengembangan Hubungan Antar Stakeholders
pariwisata halal di Pulau Penyengat, Di lihat dari Bentuk
namun tidak memiliki kepentingan a.Individual Evaluations
secara langsung dan pengaruh besar Hubungan yang terjadi antara
dalam kebijakan pengembangan individu stakeholders yang terlibat
tersebut. Begitu pun yang terjadi dalam pengembangan destinasi
dengan stakeholders yang berasal dari pariwisata halal Pulau Penyengat
elemen komunitas seperti Lembaga ditunjukkan melalui hubungan
Adat Melayu (LAM) Provinsi individu yang berasal dari organisasi
Kepulauan Riau, Yayasan Indera yang berbeda, sebagai contoh
Sakti, Yayasan Aksi Bangun Negeri. hubungan antara Kepala Dinas
Djakfar (2017) menyebutkan bahwa Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Mahathir Mohammad pernah Tanjungpinang, Kepala Bidang
mengajukan tiga kiat memajukan Destinasi Dinas Kebudayaan dan
wisata halal berdasarkan Pariwisata Kota Tanjungpinang
pengamatannya di negaranya sendiri, dengan akademisi UMRAH. Dalam
yaitu mengedepankan dan menjaga hubungan yang bersifat informal ini,
nilai-nilai Islami dan kearifan lokal; terjadi komunikasi mengenai
mengadopsi hal-hal yang baik dari perkembangan pariwisata halal di
sistem dan standar yang didominasi Tanjungpinang, khususnya Pulau
peradaban Barat; dan menjalankan Penyengat. Kepedulian akademisi
konsep dan market-oriented. terhadap perkembangan pariwisata
Komunitas fotografi terutama ditunjukkan dengan komunikasi dan
berperan besar dalam hubungan baik yang terjaga dengan
mempromosikan destinasi wisata pihak pemerintah. Komunikasi yang
halal Pulau Penyengat melalui hasil dilakukan individu-individu
fotonya di laman media sosial. stakeholders ini merupakan salah satu
Keterlibatan komunitas fotografi juga perwujudan untuk menjalin
dapat dilihat dalam peran serta hubungan yang saling
143
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

menguntungkan untuk stakeholders dikemukakan oleh Galaskiewicz and


secara organisasi, dan tentunya Marsden (dalam Pratama, 2018) yang
mewujudkan tujuan bersama untuk menyatakan jenis hubungan ini
pengembangan pariwisata halal. melibatkan transaksi bisnis berupa
Selain meningkatkan kesejahteraan barang, yang di dalamnya terdapat
pribadi, hubungan interpersonal yang kegiatan pertukaran, peminjaman
positif antara para stakeholders dalam dan pembelian sebuah produk atau
kolaboratif dapat berkontribusi pada barang.
berbagai hasil bermanfaat lainnya. c.Transfer Non-Material
Secara umum, semakin baik Hubungan ini merupakan
hubungan antar individu dalam suatu hubungan stakeholders dalam
kelompok, semakin besar potensi pengembangan destinasi pariwisata
kolaboratif mereka dan semakin halal di Pulau Penyengat yang
efektif kinerja kelompok mereka berwujud pertukaran informasi
(Pero, 2007). melalui komunikasi antar
b.Transfer Material Resources stakeholders. Pertukaran informasi
Waligo (2013) mengamati dapat terjadi dengan komunikasi
bahwa implementasi yang muncul secara interaksi fisik maupun
dari pariwisata berkelanjutan komunikasi melalui media. Bentuk
didorong oleh kemitraan hubungan ini terjadi di seluruh
stakeholders, yang menyiratkan stakeholders yang terlibat dalam
bahwa implementasi pariwisata pengembangan destinasi pariwisata
berkelanjutan sebagian besar halal di Pulau Penyengat. Pertukaran
tergantung pada keterlibatan informasi dijalin dengan cukup
stakeholders yang efektif. Salah satu intens, walaupun koordinasi untuk
bentuk keterlibatan stakeholders menyatukan seluruh informasi dari
dalam pengembangan destinasi stakeholders belum berjalan optimal.
pariwisata halal di Pulau Penyengat Semakin tinggi intensitas berinteraksi
adalah dalam bentuk hubungan di antara satu individu dengan
transaksi berupa transaksi bisnis individu lain, maka informasi yang
yang di dalamnya terdapat barang dipertukarkan semakin banyak pula
yang ditukar, diperjualbelikan, (Hertanto & Safitri dalam Bakti,
ataupun dipinjamkan. Hubungan ini 2020). Dinas Kebudayaan dan
dapat terlihat dalam hubungan yang Pariwisata Kota Tanjungpinang
terjalin antara LPPOM MUI dengan merupakan pusat informasi dalam
Dinas Perindustrian dan Perdagangan pengembangan destinasi pariwisata
Kota Tanjungpinang. Hubungan halal di Pulau Penyengat. Sebagai
kerjasama di antara dua organisasi ini pusat informasi, sebagian besar
bertujuan untuk menerbitkan pengetahuan dalam penyelenggaraan
sertifikat halal gratis untuk pelaku pariwisata halal berada di Dinas
UMKM yang dibiayai oleh APBD Kota Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Tanjungpinang. Dalam hal ini terjadi Tanjungpinang. Oleh karena itu,
transfer barang berupa sertifikat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
halal dari LPPOM MUI kepada Kota Tanjungpinang harus memiliki
Pemerintah Kota Tanjungpinang pola komunikasi efektif agar seluruh
melalui Dinas Perindustrian dan informasi mengenai wisata halal
Perdagangan Kota Tanjungpinang dapat diakses dan diterima oleh
untuk selanjutnya diberikan secara stakeholders yang terlibat.
gratis kepada UMKM. Hubungan
tersebut sesuai dengan teori yang
144
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

Di lihat dari Interaction sekarang kewenangannya berada di


Interaksi merupakan sebuah Badan Penyelenggara Jaminan
hubungan yang melibatkan interaksi Produk Halal (BPJPH), salah satunya
fisik di antara aktor pada waktu dan dalam bentuk Satuan Tugas (Satgas)
tempat yang sama, seperti di bawah Kementerian Agama Kanwil
pertemuan, percakapan, dan lain-lain. Kepulauan Riau. Dengan perpindahan
Hubungan interaksi dalam kewenangan dari LPPOM MUI kepada
pengembangan destinasi pariwisata BPJPJ maka koordinasi Disperindag
halal di Pulau Penyengat dapat dilihat untuk pengurusan pemberkasan
dari beberapa pertemuan yang syarat sertifikat halal juga berpindah
dilakukan oleh stakeholders secara ke Satgas BPJPH di bawah
formal maupun informal. Proses Kementerian Agama Kanwil
interaksi ini sangat penting untuk Kepulauan Riau. Pejabat pemerintah
mengkomunikasikan masalah yang harus memiliki kompetensi berbasis
menghambat dan gagasan baru untuk pengetahuan untuk merencanakan
mendukung pengembangan destinasi dan mengimplementasikan strategi,
pariwisata halal. Stakeholders sering dan berdasarkan keahlian mereka,
hidup secara berdampingan tetapi memiliki pengaruh besar pada
tidak berinteraksi satu sama lain, dan pengambilan keputusan politik
kurangnya keterlibatan stakeholders (Komppula, 2016). Kepercayaan juga
dapat merusak upaya pengembangan menjadi kunci dalam hubungan yang
pariwisata (Nyaupane, 2009). baru ini. Perpindahan kewenangan
Komunikasi menjadi elemen penting tentunya akan menciptakan sebuah
dalam proses interaksi stakeholders hubungan baru di antara dua
pengembangan destinasi pariwisata stakeholders. Penelitian Waayers
halal Pulau Penyengat. Dalam proses (2012) menegaskan bahwa
interaksi kualitas komunikasi harus keberhasilan kolaborasi bergantung
terus diperhatikan agar informasi pada membangun kemitraan dan
yang disampaikan dapat diterima kepercayaan, mengakui saling
dengan baik. Interaksi di antara ketergantungan, menghasilkan visi
stakeholders yang terlibat akan dan tujuan bersama dan komitmen di
memunculkan ide, gagasan dan antara para stakeholders dalam
masukan untuk pengembangan proses terstruktur.
pariwisata. Hal ini terjadi akibat dari Di lihat dari Formal Roles
pertukaran informasi antar Hubungan ini juga dapat
stakeholders sehingga hasil olahan dilihat pada kewenangan BPJPH
informasi dapat berkembang menjadi melalui Satgas di Kementerian Agama
ide baru untuk meningkatkan kualitas Kanwil Kepulauan Riau mendesak
proses pengembangan pariwisata para pelaku usaha kuliner, baik itu
halal. pelaku UMKM maupun yang terwakili
Di lihat dari Movement dalam PHRI dan Asosiasi Kuliner
Hubungan yang berupa bentuk Rumahan, untuk memiliki sertifikat
perpindahan stakeholders ini dapat halal untuk produk mereka. Di
dilihat dari hubungan perpindahan destinasi wisata, kekuasaan dapat
kewenangan penerbitan sertifikat diberikan untuk mengorganisir para
halal berdasarkan Undang Undang stakeholders serta menengahi
Nomor 33 Tahun 2014 tentang perselisihan atau mencegah potensi
Jaminan Produk Halal yang konflik (Beritelli & Laesser,
sebelumnya ada di LPPOM MUI 2011). Kekuatan stakeholders
Provinsi Kepulauan Riau, namun ditentukan oleh seberapa banyak
145
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

sumber daya yang dimiliki keluarga/kerabat. Raja Malik Hafrizal


stakeholders daripada sejauh mana juga tercatat dalam struktur
stakeholders memiliki jaringan organisasi Pokdarwis Pulau
sendiri (Tiew et al., 2015). Perspektif Penyengat dan berkedudukan sebagai
ketergantungan sumber daya Penasehat. Dari penjelasan tersebut
menunjukkan bahwa stakeholders dapat dilihat bahwa masih terdapat
harus mengakses 'sumber' kekuasaan hubungan kekeluargaan di antara
untuk mengerahkan kekuasaan (Tiew kepengurusan Pokdarwis Pulau
et al., 2015). Berdasarkan Undang Penyengat dengan Yayasan Indera
Undang Nomor 33 Tahun 2014 Sakti. Hubungan kekeluargaan seperti
tentang Jaminan Produk Halal ini tentunya memiliki dampak positif
disebutkan bahwa produk yang dan juga negatif. Hubungan
masuk, beredar, dan diperdagangkan kekeluargaan tersebut dapat
di wilayah Indonesia wajib meningkatkan hubungan kerjasama
bersertifikat halal. Dengan sifat di antara kedua organisasi tersebut,
kepemilikan sertifikat halal yang namun juga rawan konflik
wajib bagi seluruh pemilik usaha kepentingan.
kuliner, maka pemerintah melalui Aktivitas
lembaga resmi yang ditunjuk berhak Di lihat dari Kerjasama
memberikan tekanan bagi seluruh Proses kerjasama terjadi
kelompok sasaran kebijakan tersebut ketika di antara individu atau
untuk memenuhi kewajiban tersebut. kelompok menyadari adanya
Di lihat dari Kinship kepentingan dan ancaman yang sama.
Kinerja destinasi wisata Kerjasama antar stakeholders yang
tergantung pada hubungan antara terlibat dalam pengembangan
berbagai pelaku komponen ini, tidak destinasi pariwisata halal Pulau
hanya pada karakteristik masing- Penyengat sebagian besar merupakan
masing (Presenza, 2010). Hubungan hubungan kerjasama atas dasar
kinship merupakan bentuk hubungan tupoksi, aturan kelembagaan, serta
kekeluargaan di antara para kesamaan visi dan misi suatu
stakeholders yang terlibat dalam lembaga, instansi dan kelompok
pengembangan destinasi pariwisata masyarakat. Junaid (2019)
halal Pulau Penyengat. Driscoll dan berpandangan bahwa kesuksesan
Starik (dalam Jamal, 2009) pemasaran destinasi wisata tidak
memperluas model identifikasi dan terlepas dari bagaimana suatu
arti penting stakeholders yang stakeholders menjalankan kolaborasi
dikembangkan oleh Mitchell et al. atau bekerja secara bersama
dengan merekonseptualisasi atribut mencapai tujuan yang diharapkan.
pemangku kepentingan kekuasaan, Kerjasama antara Dinas Kebudayaan
legitimasi dan urgensi, serta dengan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang
mengembangkan atribut pemangku dengan Pokdarwis Pulau Penyengat
kepentingan keempat: melahirkan delapan paket wisata
kedekatan. Hubungan kekeluargaan Pulau Penyengat, yang tentunya
dapat dilihat dalam pola hubungan menjadi alat promosi pariwisata halal
yang terjadi di antara pengurus Pulau Penyengat kepada wisatawan,
Pokdarwis Pulau Penyengat dan karena dalam paket wisata tersebut
pengurus Yayasan Indera Sakti. mengandung konten wisata religi
Yayasan Indera Sakti berbentuk yang mengajak wisatawan merasakan
yayasan keluarga dengan pengurus langsung kehidupan Muslim setempat
yang merupakan anggota dengan adat budaya yang
146
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

menyertainya. Kinerja destinasi stakeholders dapat berkomunikasi


wisata tergantung pada hubungan dan berkoordinasi di seluruh
antara berbagai pelaku komponen ini, jaringan, mereka mungkin tidak
tidak hanya pada karakteristik melakukannya.
masing-masing (Presenza, 2010). Belum ada koordinasi yang
Komunikasi dan Koordinas membentuk komitmen bersama,
Hubungan komunikasi antara sinergitas kegiatan dan penyatuan
stakeholders terjadi pada seluruh persepsi antara seluruh stakeholders
kegiatan pengembangan destinasi untuk pengembangan pariwisata
pariwisata halal Pulau Penyengat. halal Pulau Penyengat. Koordinasi di
Walaupun kegiatan pengembangan antara instansi pemerintah masih
destinasi pariwisata halal Pulau kurang optimal dikarenakan masih
Penyengat masih dalam tahap adanya egosentris kelembagaan dan
perencanaan, namun komunikasi perbedaan pemahaman antar
terus dilakukan dengan stakeholders lembaga. Salah satu tantangan dalam
yang terlibat. Menurut Tubbs dan koordinasi adalah bahwa para
Moss (dalam Bakti, 2020), stakeholders memiliki tujuan yang
komunikasi dikatakan efektif apabila bertentangan satu sama lain
menimbulkan pengertian, (Olovsson, 2012). Meskipun para
kesenangan, pengaruh pada sikap, stakeholders memiliki kegiatan dan
hubungan yang baik, dan tindakan. tujuan untuk memaksimalkan
Komunikasi yang terjalin di antara keuntungan mereka sendiri,
para stakeholders pengembangan konsumen (pengunjung, investor,
destinasi pariwisata halal Pulau penduduk) menilai sebuah kota
Penyengat berdampak pada sebagai satu entitas, dan akan menilai
hubungan kerjasama yang baik dalam kota tersebut sesuai dengan seberapa
melaksanakan fungsinya masing- baik para stakeholders dapat
masing. Dari sejumlah hubungan menyediakan apa yang menjadi
komunikasi terjalin, ternyata kebutuhan individu. Koordinasi
hubungan komunikasi Dinas dalam pengembangan destinasi
Kebudayaan dan Pariwisata Kota pariwisata halal Pulau Penyengat
Tanjungpinang dengan beberapa belum berjalan secara maksimal.
stakeholders masih cukup minim, Unsur-unsur komunitas yang menjadi
seperti pihak akademisi, LPPOM MUI, penggerak pariwisata di level bawah
komunitas blogger, komunitas justru berinisiatif menciptakan
fotografi, Yayasan Indera Sakti, agenda atau kegiatan sendiri-sendiri
Yayasan Aksi Bangun Negeri. untuk mendukung pelaksanaan
Komunikasi stakeholders yang wisata halal di Pulau Penyengat.
disebut sebelumnya ini kurang Dalam koordinasi, organisasi
optimal dalam hubungannya dengan pariwisata yang otonom
pihak leading sector, namun mereka menyelaraskan kegiatan,
tetap melakukan komunikasi dengan mensponsori acara tertentu, atau
stakeholders lainnya untuk memberikan layanan yang
mendukung pariwisata halal Pulau ditargetkan untuk mencapai tujuan
Penyengat. Penelitian Holladay yang sesuai. Dalam kolaborasi, para
(2017) menunjukkan bahwa pihak bekerja secara kolektif melalui
kekuatan jaringan hubungan di strategi bersama. Dalam jaringan
antara organisasi-organisasi strategis, semua organisasi
stakeholders agak lemah disebabkan pariwisata yang terlibat dalam
oleh meskipun organisasi jaringan memiliki visi bersama dan
147
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

mengambil orientasi sistem untuk mengingat pentingnya sektor publik


mencapai tujuan kelompok melalui (di tingkat negara bagian, regional
strategi yang konsisten dan upaya dan kota) dalam pengembangan
bersama (Wang, 2007). pariwisata (Martini, 2015). Nilai
profesionalitas mencerminkan
Faktor Pendukung kemampuan dan komitmen individu
1.Nilai yang melaksanakan kebijakan terkait
Nilai individual diwujudkan pada pengembangan destinasi
melalui peran kepemimpinan pariwisata halal Pulau Penyengat.
Walikota sebagai penggerak dalam Pejabat pemerintah harus memiliki
pengembangan destinasi pariwisata kompetensi berbasis pengetahuan
halal di Kota Tanjungpinang, untuk merencanakan dan
khususnya Pulau Penyengat. mengimplementasikan strategi, dan
Kepemimpinan yang baik sangat berdasarkan keahlian mereka,
penting untuk koordinasi yang sukses mereka mungkin sering memiliki
(Olovsson, 2012). Nilai organisasi pengaruh besar pada pengambilan
yang dikembangkan pada hubungan keputusan politik (Komppula, 2016).
kerjasama stakeholders dalam 2.Komunikasi
pengembangan destinasi pariwisata Komunikasi yang efektif
halal Pulau Penyengat dicerminkan menjadi salah satu pendukung dalam
dalam nilai organisasi masing-masing hubungan kerjasama di antara
institusi yang dapat mendukung stakeholders yang terlibat dalam
pengembangan destinasi pariwisata pengembangan destinasi pariwisata
halal Pulau Penyengat. Secara halal di Pulau Penyengat. Komunikasi
keseluruhan, pariwisata yang kuat dalam kegiatan pariwisata sangat
dapat mendorong pertumbuhan penting karena dengan komunikasi
ekonomi suatu negara seperti halnya dapat membangun pengetahuan,
pariwisata halal. Sebagai contoh, perasaan, keinginan, dan
Ghani (dalam Rasul, 2019) keikutsertaan orang untuk
menyatakan bahwa pertumbuhan mengunjungi objek wisata di suatu
ekonomi Malaysia telah secara daerah. Komunikasi yang efektif
signifikan terangkat oleh industri dapat membangun hubungan baik,
pariwisata halal. Hal ini sejalan menyelesaikan perbedaan pendapat,
dengan nilai kepentingan umum dan dapat mengatasi konflik (Hijrah,
dengan sasaran kesejahteraan 2017). Hubungan komunikasi dalam
masyarakat terutama di daerah pengembangan destinasi pariwisata
sekitar objek wisata yang halal di Pulau Penyengat terjalin oleh
dikembangkan. semua stakeholders yang terlibat.
Nilai legalitas yang Seluruh stakeholders secara aktif
mendukung aspek kerjasama melakukan komunikasi terutama
stakeholders didasari atas Peraturan antara stakeholders yang memiliki
Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 6 hubungan kerjasama dan
Tahun 2010 tentang Usaha pelaksanaan koordinasi. Membangun
Pariwisata Kota Tanjungpinang dan komunikasi dapat mengakibatkan
Peraturan Daerah Kota terpenuhinya kebutuhan emosional,
Tanjungpinang Nomor 8 Tahun 2018 intelektual, dan hubungan yang
tentang Pengelolaan Wisata Budaya harmonis dengan orang lain
Pulau Penyengat. Pariwisata yang (Mudjiono, 2012).
berkelanjutan harus diupayakan
melalui adopsi kebijakan pariwisata,
148
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

antara para stakeholders yang terlibat


dalam pengembangan pariwisata
halal Pulau Penyengat. Judissseno
Faktor Penghambat (2017) menyebutkan bahwa
1.Kepercayaan pemerintah harus menetapkan
Faktor kepercayaan menjadi kerangka kebijakan pembangunan
salah satu penghambat dalam pariwisata agar pihak swasta
pengembangan destinasi pariwisata memiliki pijakan dan landasan jika
halal di Pulau Penyengat. Hubungan ingin berpartisipasi dalam
antara beberapa stakeholders yang pembangunan pariwisata.
terjalin masih memiliki peluang Keterlibatan pemerintah lebih pada
timbulnya rasa kurang percaya di aspek pembuatan kebijakan yang
antara stakeholders, walaupun mendorong pertumbuhan dan
stakeholders sudah menjalankan semaksimal mungkin menghapus
tugas dan peran sesuai dengan berbagai hambatan birokrasi. Melihat
fungsinya. Pada pengembangan pernyataan tersebut, dapat dilihat
pariwisata halal Pulau Penyengat, bahwa dalam pengembangan
kurangnya kepercayaan pada destinasi pariwisata halal di Pulau
hubungan kerjasama antara Penyengat, pihak pemerintah belum
stakeholders timbul akibat tidak menjalankan perannya dalam
adanya koordinasi, sinergi serta pembuatan kebijakan untuk
komando dari leading sector untuk pengembangan destinasi wisata halal
penyelenggaraan pariwisata halal di di Pulau Penyengat.
kalangan komunitas penggiat wisata.
Padahal strategi destinasi pariwisata KESIMPULAN
berkelanjutan membutuhkan praktik Dari hasil penelitian dapat
membangun konsensus kolaboratif disimpulkan bahwa berdasarkan
dan inklusif, dimana konsep pentahelix, stakeholders yang
dipertimbangkan dimensi terlibat dalam pengembangan
kepercayaan (Presenza, 2010). destinasi pariwisata halal di Pulau
Kepercayaan dipupuk oleh komitmen, Penyengat terdiri dari Akademisi,
dengan berbagi informasi dan Bisnis, Pemerintah, Komunitas dan
keahlian serta dengan Media Massa. Identifikasi
mengkonsolidasikan hubungan stakeholders berdasarkan kategori
antara para pihak. stakeholders, terdiri dari Stakeholders
2.Kebijakan Primer, Stakeholders Kunci, dan
Pengembangan destinasi Stakeholders Sekunder. Peran
pariwisata halal di Kota stakeholders yang terlibat dalam
Tanjungpinang, khususnya Pulau pengembangan destinasi pariwisata
Penyengat, belum didukung oleh halal di Pulau Penyengat ada Policy
regulasi yang mengatur creator, Koordinator, Fasilitator,
penyelenggaraan wisata halal ini. Implementor dan Akselerator. Dari
Absennya keberadaan regulasi sekian peran , peran policy creator
mengenai pariwisata halal di level belum optimal dibuktikan dengan
nasional dan di tingkat lokal menjadi belum diterbitkannya peraturan
hambatan bagi pelaku industri mengenai pariwisata halal di Kota
pariwisata untuk menerapkan konsep Tanjungpinang. Peran koordinator
pariwisata ini. Hal tersebut juga juga belum optimal karena tidak
menjadi salah satu penyebab belum adanya koordinasi seluruh
optimalnya hubungan kerjasama di stakeholders oleh Disbudpar.
149
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

Peran PHRI dan ASITA juga halal, pembentukan badan khusus


belum optimal karena masih mencari untuk pengelolaan wisata Pulau
konsep terbaik penerapan pariwisata Penyengat harus segera
halal untuk penginapan dan paket ditindaklanjuti, meningkatkan
wisata.Hubungan antara stakeholders intensitas dan kualitas komunikasi
yang terlibat dalam pengembangan serta koordinasi antar stakeholders,
destinasi pariwisata halal di Pulau peningkatan peran akademisi lokal
Penyengat dilihat dari bentuk dan dan komunitas yang fokus pada
aktivitasnya. Berdasarkan bentuknya, pelestarian nilai budaya dan adat
hubungan antar stakeholders istiadat Melayu, peningkatan kualitas
ditemukan dalam tujuh bentuk yaitu fasilitas pendukung pariwisata halal,
individual evaluations, transfer peningkatan promosi pariwisata halal
material resources, transfer non- melalui saluran digital.
material, interaction, movement,
formal roles, dan kinship. Sedangkan REFERENSI
berdasarkan aktivitasnya, hubungan
stakeholders ditemukan dalam tiga Alonso, A. D., & Nyanjom, J. (2015).
jenis yaitu kerjasama, komunikasi Current Issues in Tourism Local
dan koordinasi.Faktor pendukung stakeholders , role and tourism
dalam pengembangan destinasi development. 3500(December).
pariwisata halal di Pulau Penyengat https://doi.org/10.1080/13683
antara lain nilai individual dalam 500.2015.1078782
peran Walikota sebagai penggerak Amalyah, R., Hakim, L., Administrasi,
kegiatan pengembangan destinasi F. I., & Brawijaya, U. (2016).
pariwisata halal; nilai profesionalitas Peran stakeholder pariwisata
ditunjukkan oleh kemampuan dalam pengembangan pulau
stakeholders menjalankan perannya samalona sebagai destinasi
sesuai tugas dan fungsinya; nilai wisata bahari. 37(1), 158–163.
kepentingan umum untuk Aribowo, H., Wirapraja, A., & Putra, Y.
kesejahteraan masyarakat; dan D. (2018). Implementasi
komunikasi terjalin pada seluruh Kolaborasi Model Pentahelix
hubungan antar stakeholders yang Dalam Rangka Mengembangkan
terlibat. Faktor penghambat antara Potensi Pariwisata Di Jawa
lain belum adanya kebijakan Timur Serta Meningkatkan
mengenai pariwisata halal; akibat Perekonomian Domestik. Jurnal
belum adanya koordinasi secara Mebis (Manajemen Dan Bisnis),
menyeluruh dari leading sector, 3(1), 31–38.
muncul sikap kurang percaya di https://doi.org/10.33005/mebis
kalangan penggiat wisata; belum .v3i1.21
adanya badan khusus yang mengelola Battour, M., & Ismail, M. N. (2016).
wisata di Pulau Penyengat; fasilitas Halal tourism: Concepts,
pendukung pariwisata halal belum practises, challenges and future.
tersedia secara optimal; promosi Tourism Management
pariwisata halal melalui saluran Perspectives, 19, 150–154.
digital belum dilakukan secara https://doi.org/10.1016/j.tmp.2
maksimal. 015.12.008
Rekomendasi yang Beritelli, P. (2011). Cooperation
disampaikan adalah Pemerintah among prominent actors in a
Daerah sebaiknya segera membuat tourist destination. Annals of
regulasi pengembangan pariwisata Tourism Research, 38(2), 607–
150
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

629. PINANG. 21–34.


https://doi.org/10.1016/j.annals Henderson, J. C. (2016). Halal food,
.2010.11.015 certification and halal tourism:
Bregoli, I., & Del Chiappa, G. (2013). Insights from Malaysia and
Coordinating relationships Singapore. Tourism Management
among destination stakeholders: Perspectives, 19, 160–164.
Evidence from edinburgh (UK). https://doi.org/10.1016/j.tmp.2
Tourism Analysis, 18(2), 145– 015.12.006
155. Jeaheng, Y., Al-Ansi, A., & Han, H.
https://doi.org/10.3727/10835 (2019). Halal-friendly hotels:
4213X13645733247657 impact of halal-friendly
Djakfar, M. (2017). Pariwisata Halal attributes on guest purchase
Perspektif Multidimensi Peta behaviors in the Thailand hotel
Jalan Menuju Pengembangan industry. Journal of Travel and
Akademik & Industri Halal di Tourism Marketing, 36(6), 729–
Indonesia. Malang: UIN-Maliki 746.
Press. https://doi.org/10.1080/10548
Enemuo, O. B., & Amaechi, B. (2015). 408.2019.1631940
The Role of Mass Media in Jesus, C., & Franco, M. (2016).
Tourism Development in Abia Cooperation networks in
State. Journal of Tourism, tourism: A study of hotels and
Hospitality and Sports, 11(2013), rural tourism establishments in
44–50. Retrieved from an inland region of Portugal.
http://www.iiste.org/Journals/i Journal of Hospitality and
ndex.php/JTHS/article/view/24 Tourism Management, 29, 165–
693/25295 175.
Galvão, A., Mascarenhas, C., Gouveia https://doi.org/10.1016/j.jhtm.2
Rodrigues, R., Marques, C. S., & 016.07.005
Leal, C. T. (2017). A quadruple Judisseno, R. K. (2017). Aktivitas dan
helix model of entrepreneurship, Kompleksitas Kepariwisataan
innovation and stages of Suatu Tinjauan Tentang
economic development. Review Kebijakan Pengembangan
of International Business and Kepariwisataan. Jakarta: PT
Strategy, 27(2), 261–282. Gramedia Pustaka Utama.
https://doi.org/10.1108/RIBS- Komppula, R. (2016). The role of
01-2017-0003 different stakeholders in
Handayani, F., & Warsono, H. (2017). destination development.
Analisis Peran Stakeholders Tourism Review, 71(1), 67–76.
Dalam Pengembangan Objek https://doi.org/10.1108/TR-06-
Wisata Pantai Karang Jahe Di 2015-0030
Kabupaten Rembang. Journal of Longart, P., Wickens, E., Ocaña, W., &
Public Policy and Management Llugsha, V. (2017). A stakeholder
UNDIP, 06, 1–13. Retrieved from analysis of a service learning
https://media.neliti.com/media/ project for tourism development
publications/183052-ID- in An Ecuadorian Rural
analisis-peran-stakeholders- Community. Journal of
dalam-pengem.pdf Hospitality, Leisure, Sport and
Harto, S., & Penyengat, P. (2019). Tourism Education, 20(April),
MODEL KOMUNIKASI 87–100.
PEMERINTAHAN KOTA TANJUNG https://doi.org/10.1016/j.jhlste.
151
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

2017.04.002 i1.12985
Muhyi, H. A., & Chan, A. (2017). The Razzaq, S., Hall, C. M., & Prayag, G.
Penta Helix Collaboration Model (2016). The capacity of New
in Developing Centers of Flagship Zealand to accommodate the
Industry in Bandung City. 6(1), halal tourism market - Or not.
412–417. Tourism Management
Nurfatriani, F., Darusman, D., Perspectives, 18, 92–97.
Nurrochmat, D. R., Yustika, A. E., https://doi.org/10.1016/j.tmp.2
Penelitian, P., & Iklim, P. (2015). 016.01.008
( Stakeholder Analysis in Green Samori, Z., Md Salleh, N. Z., & Khalid,
Fiscal Policy Transformation ). M. M. (2016). Current trends on
105–124. Halal tourism: Cases on selected
Oktavia, S., & . S. (2015). Hubungan Asian countries. Tourism
Peran Stakeholders Dengan Management Perspectives, 19,
Partisipasi Masyarakat Dalam 131–136.
Program Agropolitan Desa https://doi.org/10.1016/j.tmp.2
Karacak Kecamatan Leuwiliang 015.12.011
Kabupaten Bogor. Sodality: Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Jurnal Sosiologi Pedesaan, 1(3), Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
231–246. Bandung: Penerbit Alfabeta.
https://doi.org/10.22500/sodali Waligo, V. M., Clarke, J., & Hawkins, R.
ty.v1i3.9407 (2013). Implementing
Persari, D., Heriyanto, M., & Yuliani, F. sustainable tourism: A multi-
(2018). Implementasi Strategi stakeholder involvement
Pengembangan Kepariwisataan. management framework.
JIANA (Jurnal Ilmu Administrasi Tourism Management, 36, 342–
Negara), 15(1), 104–109. 353.
Pjerotic, L. (2017). Stakeholder https://doi.org/10.1016/j.tourm
cooperation in implementation an.2012.10.008
of the sustainable development Widodo, M. L., Soekmadi, R., & Arifin,
concept: Montenegrin tourist H. S. (2018). Analisis
destinations. Journal of Stakeholders Dalam
International Studies, 10(2), 148– Pengembangan Ekowisata Di
157. Taman Nasional Betung Kerihun
https://doi.org/10.14254/2071- Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal
8330.2017/10-2/11 Pengelolaan Sumberdaya Alam
Pratama, R. (2018). Analisis Dan Lingkungan (Journal of
Pemetaan Jejaring Stakeholder Natural Resources and
Pariwisata di kota Batu Dengan Environmental Management),
Menggunakan Metode Social 8(1), 55–61.
Network Analysis (SNA). Jurnal https://doi.org/10.29244/jpsl.8.
Administrasi Bisnis (JAB), 54(1), 1.55-61
179–188. Yulianty, M., Teknik, M., Kota, P.,
Pratiwi, S. R., Dida, S., & Sjafirah, N. A. Sarjana, P. P., & Diponegoro, U.
(2018). Strategi Komunikasi (2005). Partisipasi masyarakat
dalam Membangun Awareness dalam memelihara benda cagar
Wisata Halal di Kota Bandung. budaya di pulau penyengat
Jurnal Kajian Komunikasi, 6(1), sebagai upaya pelestarian
78. warisan budaya melayu.
https://doi.org/10.24198/jkk.v6 Yuniningsih, T. (2018). Ringkasan
152
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 02 (September 2020)

Disertasi “Analisis Jaringan Aktor https://scs-


dalam Implementasi Kebijakan cel.kkn.ugm.ac.id/2018/12/17
Pengembangan Pariwisata Kota /ugm-kkn-ppm-students-raise-
Semarang.” the-tourism-potential-of-
Yuniningsih, T. & S. S. (2018). Model penyengat-island/
Kemitraan Dalam Kebijakan
Pengembangan Pariwisata Di
Kota Tanjung Pinang Provinsi
Kepulauan Riau.

Dokumen
Desain Strategis dan Rencana Aksi
(DSRA) Pengembangan Destinasi
Pariwisata Halal Kepulauan Riau
tahun 2018-2019
Mastercard-CrescentRating Global
Muslim Travel Index 2019
Undang Undang Nomor 33 Tahun
2014 tentang Jaminan Produk Halal

Website
http://www.kemenpar.go.id/post/sia
ran-pers-indonesia-ditetapkan-
sebagai-destinasi-wisata-halal-
terbaik-dunia-2019
http://www.halalmui.org/mui14/ind
ex.php/main/detil_page/59/25
070
http://indonesia.crossborder.co.id/p
ulau-penyengat-jadi-pilot-
project-wisata-halal/

(https://www.republika.co.id/
berita/dunia-islam/islam-
nusantara/19/03/08/po1lou
458-permen-pariwisata-halal-
ditargetkan-rampung-tahun-
ini).
(https://www.indonesiatravel.news/
pariwisata/pulau-penyengat-
jadi-pilot-project-wisata-
halal/).
https://www.hariankepri.com/hanya
-60restoran-bakery-dan-cake-
yang-bersertifikat-halal-di-
tanjungpinang/
(http://rri.co.id/post/berita/633187
/budaya_dan_wisata/asita_festi
val_pulau_penyengat_belum_bis
a_dijual.html).
153

You might also like