You are on page 1of 20

Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial | Volume 9, No, 2 Desember 2018

ISSN: 2086-6305 (print) ISSN: 2614-5863 (electronic)


DOI: https://doi.org/10.22212/aspirasi.v7i1.1084
link online: http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/index

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN


PARIWISATA BERKELANJUTAN DI KARIMUNJAWA

Implementation of Sustainable Tourism Development Policies in Karimunjawa

Sri Nurhayati Qodriyatun


sri.qodriyatun@dpr.go.id
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
Jl. Gatot Subroto Senayan Jakarta

Naskah Diterima: 29 September 2018 | Naskah direvisi: 4 Desember 2018 | Naskah diterbitkan: 31 Desember 2018

Abstract: Tourism has been the backbone of Indonesia’s economy in the last three years.
Contribution of tourism to national GDP is expected to increase to 15% by 2019. Those target is
encouraging the development of tourism in many tourist potential areas, such as Karimunjawa.
Karimunjawa is an area of 27 small islands including 22 protected islands within the area
(Karimunjawa National Park). The Government has made policies in the development of tourism
on small islands. The problem is on the implementation of those policy in Karimunjawa from the
point of view of policy maker, policy implementer, and target group (Karimunjawa community).
The result of a qualitative research conducted in 2018 on tourism development in Karimunjawa
showed that tourism development in Karimunjawa has not been sustainable. Even though it has
opened up new jobs and added income to the community, there has been changes of community’s
values and environmental damage on some spot areas. There is a need for an integrated plan
that involves many sectors and stakeholders. The plan includes spatial planning, calculation
of its carrying capacity (ecological, physical, and social), analysis or study on environmental
impact, utilization of natural resources in an environmentally friendly manner, and roles and
responsibilities of each stakeholder involved in tourism development. There is also a need for
visitor quota based on the calculation of carrying capacity as well as additional attractions to
increase the length of tourist visits.
Keywords: policy implementation, sustainable tourism, small islands, protected area, integrated
planning

Abstrak: Pariwisata telah menjadi backbone perekonomian Indonesia dalam tiga tahun terakhir.
Pemerintah menargetkan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional meningkat menjadi
15% pada tahun 2019. Target tersebut mendorong dikembangkannya pariwisata di daerah-
daerah yang memiliki potensi pariwisata, seperti Karimunjawa. Karimunjawa merupakan daerah
kepulauan dengan 27 pulau kecil di dalamnya dengan 22 pulau di antaranya berada dalam
kawasan konservasi (Taman Nasional Karimunjawa). Pemerintah telah menyusun kebijakan
untuk pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil agar berkelanjutan. Permasalahannya adalah
bagaimana implementasi kebijakan tersebut dalam pengembangan pariwisata di Karimunjawa
dilihat dari sudut pandang penyusun kebijakan, pelaksana kebijakan, dan target group (masyarakat
Karimunjawa). Penelitian kualitatif yang dilakukan pada tahun 2018 terhadap pengembangan
pariwisata di Karimunjawa memperlihatkan bahwa pengembangan pariwisata di Karimunjawa
belum berkelanjutan. Karena meskipun secara ekonomi telah membuka lapangan kerja baru dan
menambah penghasilan di masyarakat, namun secara sosial telah terjadi perubahan nilai dalam
masyarakat dan secara ekologis telah terjadi kerusakan lingkungan. Perlu ada satu perencanaan

240 Aspirasi Vol 9 No 2, Desember 2018


yang terintegrasi yang melibatkan berbagai sektor dan stakeholders. Perencanaan tersebut memuat penataan
ruangnya, perhitungan daya dukungnya (daya dukung ekologis, daya dukung fisik, dan daya dukung sosial),
studi AMDAL atau UKL/UPL nya, pemanfaatan sumber daya alam secara ramah lingkungan, serta peran dan
tanggung jawab dari setiap stakeholders yang terlibat dalam pengembangan pariwisata. Selain itu, perlu ada
penetapan kuota pengunjung didasarkan perhitungan daya dukung dan menambah atraksi untuk meningkatkan
lama kunjungan wisata.
Kata kunci: implementasi kebijakan, pariwisata berkelanjutan, pulau-pulau kecil, kawasan konservasi,
perencanaan terintegrasi

Pendahuluan merupakan perjalanan wisata alam yang


Pariwisata adalah salah satu potensi yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi
kini banyak digali dan dikembangkan di banyak lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan
negara. Ada peningkatan kecenderungan pasar masyarakat lokal (Garrod & Wilson, 2003). Dalam
pariwisata internasional untuk berwisata di portofolio produk wisata Indonesia, wisata alam
kawasan yang masih alami. Kecenderungan ini menempati posisi kedua setelah wisata budaya,
memberi peluang bagi pengembangan pariwisata di mana dalam wisata alam ini ada wisata bahari,
Indonesia karena Indonesia merupakan negara ekowisata, dan wisata petualangan (Tabel 1).
kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan Pariwisata di Indonesia tumbuh dengan pesat
keanekaragaman hayati, memiliki panjang garis dalam beberapa tahun terakhir. Dalam tiga tahun
pantai lebih dari 81.000 km dan 17.504 pulau, terakhir sumbangan pariwisata terhadap devisa
di mana 10.000 pulau di antaranya merupakan negara terus meningkat dan bahkan melampaui
pulau-pulau kecil, bahkan sangat kecil, belum yang ditargetkan pemerintah. Di tahun 2015,
bernama dan tidak berpenghuni. Pulau-pulau kecil target devisa dari pariwisata adalah Rp.144 triliun
memiliki potensi dimanfaatkan untuk kegiatan dan tercapai Rp.175.71 triliun (capaian 122,02%
pariwisata dalam bentuk wisata bahari (marine dari target). Demikian juga di tahun 2016 dan
tourism) ataupun ekowisata (ecotourism). 2017 capaian devisa dari pariwisata melebihi
Wisata bahari merupakan satu bentuk yang ditargetkan pemerintah. Pariwisata juga
wisata alam yang menawarkan keindahan dan berkontribusi terhadap PDB (Produk Domestik
kenyamanan alami dari kombinasi sinar matahari, Bruto) nasional. Jika di tahun 2015 sumbangan
laut, dan pantai berpasir yang bersih (3S - sun, pariwisata terhadap PDB nasional sebesar 4,25%,
sea, and sand) (Nurifdinsyah & Pakpahan dalam maka di tahun 2017 meningkat menjadi 5%.
Supriyanto, 2003; 11-17). Sedangkan ekowisata Selain itu, pariwisata juga memberi sumbangan

Tabel 1. Portofolio Pasar/Customer dan Portofolio Produk Wisata Indonesia


Portofolio
PersonalBusines Wisnus Individu/Family Traveler, Komunitasbiro
Pelanggan
Portofolio Produk Alam (Nature) (35%) Wisata Bahari (35%)
2. Ekowisata (45%)
3. Wisata petualangan (20%)
Budaya (Culture) (60%) Wisata warisan budaya dan sejarah (20%)
Wisata belanja dan kuliner (45%)
Wisata kota dan desa (35%)
Buatan manusia (5%) Wisata mice (25%)
Wisata olahraga (60%)
Objek wisata terintegrasi (15%)
Sumber: Ratman, FGD 9 Februari 2018.

Sri Nurhayati Qodriyatun Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Karimujawa 241
terhadap penyerapan tenaga kerja, baik tenaga daya saing pariwisata dalam Travel and Tourism
kerja langsung, tidak langsung, ataupun ikutan Competitiveness Index (TTCI) World Economic
dari kegiatan pariwisata. Setiap tahun terjadi Forum (WEF) meningkat dari peringkat ke-42
peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor saat ini menjadi ke-30 pada tahun 2019. Di sisi
pariwisata. Di tahun 2015 tenaga kerja yang lain jumlah kedatangan wisata mancanegara
terserap di sektor pariwisata mencapai 10,36 juta (wisman) ditargetkan meningkat dari 10 juta –
orang, tahun 2016 mencapai 12,28 juta orang dan 15 juta saat ini menjadi 20 juta pada tahun 2019.
tahun 2017 mencapai 12 juta orang (lihat Tabel Adapun jumlah perjalanan wisatawan nusantara
2). (wisnus) ditargetkan meningkat dari 250 juta
Tabel 2. Perbandingan Penerimaan Devisa, – 260 juta menjadi 275 juta pada tahun 2019.1
Sumbangan Terhadap PDB Nasional, dan Target tersebut semakin memacu banyak daerah
Penyerapan Tenaga Kerja dari Sektor Pariwisata
untuk mengembangkan pariwisata, termasuk
pada Tahun 2015 - 2017
pariwisata di pulau-pulau kecil.
Tahun 2015 2016 2017
Karimunjawa merupakan daerah
Penerimaan
Devisa kepulauan di Provinsi Jawa Tengah yang juga
Target (triliun 144 172 200 dikembangkan menjadi daerah destinasi wisata.
Rp) Kawasan yang merupakan kawasan konservasi
Capaian (triliun 175,71 176,23 204,04 dalam bentuk Taman Nasional Karimunjawa,
Rp) (122,02%) (102,46%) (112,66%) menghadapi berbagai tekanan ekologis seiring
Sumbangan dengan semakin pesatnya pembangunan wisata
terhadap PDB
dan meningkatnya pertumbuhan penduduk di
Target (% dari 4,23 4,5 5,25
wilayah tersebut. Pengembangan pariwisata di
PDB nasional)
Karimunjawa menurut penelitian Limbong dan
Capaian (% dari 4,25 4,13 5
PDB nasional) (106 %) (82,6%) (83,33%) Soetomo (2014) telah mengakibatkan terjadinya
Jumlah tenaga perubahan zonasi Taman Nasional Karimunjawa
kerja langsung, sebanyak 3 kali sejak pertama ditetapkan sebagai
tidak langsung, kawasan konservasi. Perubahan zonasi yang
dan ikutan sektor
terjadi dinilai akan mengancam keberlangsungan
pariwisata
ekologi kawasan Taman Nasional Karimunjawa,
Target (juta 11,4 11,8 12,4
orang) karena luasan zona pemanfaatan untuk
Capaian (juta 10,36 12,28 12 pariwisata tidak sebanding dengan kawasan
orang) (91,68%) (108,6%) (96,77%) zona inti dan zona perlindungan. Ada 7 lokasi
Sumber: Kementerian Pariwisata, 2018, diolah. yang semula merupakan zona perlindungan
berubah menjadi zona pemanfaatan. Selain
Indonesia memiliki potensi untuk itu pembangunan akomodasi penginapan
pengembangan pariwisata dan hal itu disadari baru yang terus bertambah mengurangi lahan
betul oleh pemerintahan Joko Widodo. Oleh terbuka di kepulauan Karimunjawa, dan itu
karena itu, Pemerintah Joko Widodo di tahun 2019 berdampak terhadap ketersediaan air di kepulauan
menargetkan sektor pariwisata harus memberikan Karimunjawa. Kegiatan snorkelling juga meningkat
kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 15 seiring dengan terus bertambahnya wisatawan yang
% (saat ini masih 9-10%). Sedangkan devisa datang ke Karimunjawa. Minimnya pengetahuan
dari sektor pariwisata ditargetkan meningkat pengunjung dan kurangnya pengawasan terhadap
dari Rp.140 triliun – Rp.150 triliun menjadi kegiatan tersebut telah berdampak terhadap semakin
Rp.280 triliun pada 2019. Kontribusi sektor luasnya kawasan terumbu karang yang rusak.
pariwisata terhadap kesempatan kerja ditargetkan
meningkat dari 11 juta – 12 juta menjadi 13 juta
1
Kemenpar Targetkan Kontribusi 15% pada 2019,
Tri Listiyarini, Minggu 10 September 2017, http://
pada 2019. Pemerintah juga menargetkan indeks id.beritasatu.com/home/kemenpar-targetkan-kontribusi-15-
pada-2019/165070, diakses 2 April 2018.

242 Aspirasi Vol 9 No 2, Desember 2018


Sebenarnya Kementerian Pariwisata telah Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
mengeluarkan kebijakan tersendiri dalam Alam Hayati dan Ekosistemnya dan beberapa
pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil, peraturan pelaksananya)
yaitu melalui Peraturan Menteri Kebudayaan dan Berdasarkan latar belakang tersebut maka
Pariwisata Nomor: KM.67/UM.001/MKP/2004 permasalahan yang diangkat adalah bagaimana
tentang Pedoman Umum Pengembangan implementasi kebijakan pengembangan pariwisata
Pariwisata di Pulau-Pulau Kecil. Kebijakan di pulau-pulau kecil agar tetap berkelanjutan
tersebut dilatarbelakangi oleh adanya kondisi dengan berbagai kebijakan yang ada tersebut di
daya dukung pulau-pulau kecil yang terbatas. atas. Implementasi kebijakan akan dilihat dari
Seperti disebutkan dalam UU No. 27 Tahun 2007 sudut pandang pembuat kebijakan, pejabat-pejabat
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- pelaksana kebijakan dan instansi pelaksana di
pulau kecil (yang sudah diperbaharui dengan UU lapangan, serta dari sudut pandang target group
No. 1 Tahun 2014) bahwa pulau kecil itu memiliki (masyarakat yang menjadi sasaran kebijakan
karakteristik: (a) terpisah dari pulau besar; (b) yaitu masyarakat di daerah pulau-pulau kecil).
sangat rentan terhadap perubahan yang disebabkan Oleh karena itu, pertanyaan penelitiannya adalah
manusia; (c) memiliki keterbatasan daya dukung bagaimana implementasi kebijakan pengembangan
pulau; (d) apabila berpenghuni penduduknya pariwisata di Karimunjawa dari sudut pandang
mempunyai kondisi sosial dan budaya yang khas; pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, dan dari
dan (e) memiliki ketergantungan ekonomi lokal sudut pandang masyarakat Karimunjawa. Sudahkah
pada perkembangan ekonomi luar pulau, baik pariwisata yang dikembangkan di Karimunjawa
induk maupun kontinen. Dengan mengacu pada berkelanjutan dengan mengacu pada konsep
kebijakan tersebut, pengembangan pariwisata di sustainable tourism.
pulau-pulau kecil diharapkan dapat berkelanjutan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
Namun pengembangan wilayah pesisir dan bagaimana implementasi kebijakan
pulau-pulau kecil juga mengacu pada kebijakan pengembangan pariwisata di pulau-pulau
dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, kecil dari sudut pandang pembuat kebijakan,
yaitu melalui UU No. 27 Tahun 2007 tentang pelaksana kebijakan, dan masyarakat target di
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau mana pariwisata tersebut dikembangkan. Hasil
Kecil (yang telah diperbarui dengan UU No. 1 penelitian diharapkan dapat memberi manfaat
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- secara praktis, memberikan masukan untuk DPR
Undang Nomor 27 tentang Pengelolaan Wilayah RI khususnya Komisi X (yang membidangi
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil). UU tersebut pariwisata) dan Komisi IV (yang membidangi
menyatakan bahwa pengelolaan pesisir dan pembangunan di pulau-pulau kecil dan
pulau-pulau kecil harus didasarkan perencanaan pembangunan di kawasan konservasi). Berbagai
(Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau- informasi yang didapat dari penelitian dapat
Pulau Kecil (RSWP-3-K), Rencana Zonasi dijadikan bahan masukan bagi DPR (Komisi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP- X dan Komisi IV) dalam melaksanakan fungsi
3-K), Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan legislasi, anggaran, dan pengawasan. Penelitian
Pulau-Pulau Kecil (RPWP-3-K), dan Rencana ini diharapkan juga memberi manfaat secara
Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- akademis, yaitu dapat memberikan sumbangan
Pulau Kecil (RAPWP-3-K)). Belum semua bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
daerah menyusun perencanaan tersebut. Di di bidang kebijakan lingkungan dan kebijakan
sisi lain, Karimunjawa yang juga merupakan sosial terkait pengembangan pariwisata dan
kawasan konservasi, yang dalam pengelolaannya peningkatan kesejahteraan masyarakat di pulau-
mengacu pada kebijakan dari Kementerian pulau kecil.
Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait Penelitian dilakukan di tahun 2018 dengan
pengelolaan kawasan konservasi (UU No. 5 menggunakan metode penelitian kualitatif.

Sri Nurhayati Qodriyatun Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Karimujawa 243
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan Karimunjawa) dan masyarakat kelompok target
melalui observasi (pengamatan), wawancara kebijakan dari pengembangan pariwisata yang
(interview), dan studi dokumen (Emzir, 2016: berkelanjutan di pulau-pulau kecil (masyarakat
37-62). Observasi yang digunakan adalah di kepulauan Karimunjawa).
observasi non-partisipan, yaitu observasi yang
menjadikan peneliti sebagai penonton atau Tabel 3. Data yang Dikumpulkan Selama
penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang Penelitian
menjadi topik penelitian (Emzir, 2016: 40). Responden Data
Dalam hal ini peneliti melakukan observasi Penyusun kebijakan • Kebijakan yang dibuat
(Asdep Pengembangan untuk pengembangan
terhadap sarana dan prasarana pariwisata yang Wisata Alam dan pariwisata di pulau-pulau
telah dikembangkan di Karimunjawa dalam Buatan Kementerian kecil
rangka menunjang pengembangan pariwisata Pariwisata, Direktur • Tujuan yang ingin dicapai
berkelanjutan. Sedangkan teknik wawancara yang Pendayagunaan Pesisir dari kebijakan
dan Pulau-Pulau Kecil • Implementasi di lapangan,
digunakan adalah wawancara tertutup terbuka. Kementerian Kelautan kendala dan upaya untuk
Teknik wawancara ini merupakan gabungan dan Perikanan, mengatasinya
teknik wawancara tertutup dengan mengajukan Dirjen Konservasi • Koordinasi dengan
pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban- Sumber Daya Alam kementerian lain atau
Hayati dan Ekosistem dengan pemerintah daerah
jawaban tertentu, dan teknik wawancara terbuka Kementerian dalam implementasi
yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan- Lingkungan Hidup dan kebijakan
pertanyaan yang tidak dibatasi jawabannya Kehutanan) • Ketercapaian tujuan
(Emzir, 2016:51). Melalui wawancara peneliti kebijakan (berhasil/tidak)
• Jika tidak berhasil, apa
menggali pendapat dari pembuat kebijakan, masalahnya
pelaksana kebijakan di lapangan, dan masyarakat • Jika berhasil, faktor
Karimunjawa sebagai target group dari kebijakan apa yang mendukung
pengembangan pariwisata berkelanjutan di keberhasilan
pulau-pulau kecil. Sedangkan studi dokumen Pelaksana Kebijakan • Apa tindakan yang
(Dinas Pemuda, Olah dilakukan instansi/pejabat
digunakan untuk mendukung tambahan Raga, dan Pariwisata untuk melaksanakan
pemahaman bagi peneliti atas hasil wawancara Provinsi Jawa Tengah, kebijakan pengembangan
dan observasi. Dokumen yang dikumpulkan Dinas Pariwisata pariwisata di pulau-pulau
berupa dokumen tentang rencana pengembangan dan Kebudayaan kecil (program, kegiatan,
Kabupaten Jepara, regulasi, koordinasi,
pariwisata Karimunjawa dan dokumen zonasi Dinas Kelautan dan penganggaran, penyiapan
Taman Nasional Karimunjawa. Perikanan Provinsi SDM)
Sampel penelitiannya kecil, yang telah Jawa Tengah, Balai • Kendala dan upaya untuk
ditentukan terlebih dahulu (purposive) dan Taman Nasional mengatasi kendala
Karimunjawa)
dilakukan dengan sistem snowball (Sugiyono,
2017:27-29). Adapun sampel penelitiannya Target Group • Dampak yang dirasakan
(Masyarakat oleh masyarakat atas
adalah pembuat kebijakan (Asdep Pengembangan Kepulauan kebijakan pengembangan
Wisata Alam dan Buatan Kementerian Pariwisata, Karimunjawa) pariwisata di pulau-pulau
Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau kecil (sosial budaya,
Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan, ekonomi, dan lingkungan)
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup Semua data yang terkumpul kemudian akan
dan Kehutanan), pelaksana kebijakan (Dinas dianalisis menggunakan teknik analisis penelitian
Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi kualitatif menurut Miles dan Huberman, yaitu
Jawa Tengah, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dengan melakukan reduksi data, penyajian data
Kabupaten Jepara, Dinas Kelautan dan Perikanan dan penarikan verifikasi/kesimpulan. Reduksi
Provinsi Jawa Tengah, Balai Taman Nasional data merujuk pada proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan,

244 Aspirasi Vol 9 No 2, Desember 2018


dan transformasi data “kasar” yang muncul lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2.
dari catatan-catatan tertulis di lapangan, baik Salm et.al dalam Bengen menyatakan
dari hasil wawancara, observasi, ataupun studi bahwa pulau kecil dapat dikelompokkan
dokumentasi. Penyajian data adalah suatu menjadi dua, yaitu pulau oseanik dan pulau
kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, kontinental. Pulau oseanik dibedakan menjadi
baik dalam bentuk teks naratif ataupun dalam pulau vulkanik dan pulau koral/karang (Bengen
berbagai jenis matrik, grafik, jaringan kerja, sebagaimana dikutip Johan, 2011). Sebagian
ataupun bagan. Semua dirancang untuk merakit besar pulau kecil merupakan pulau oseanik yang
informasi yang tersusun dalam suatu bentuk memiliki karakteristik berbeda dengan pulau
yang padu, bentuk yang praktis. Langkah kontinental baik dari ukuran maupun stabilitas
terakhir yaitu penarikan verifikasi/kesimpulan, dan penggunaannya. Secara umum pulau
merupakan kegiatan memutuskan apa “makna” kecil memiliki karakteristik biogeofisik yang
sesuatu dari kumpulan data tersebut (Emzir, menonjol, yaitu (Bengen, 2002):
2016:129 – 135). Reduksi data, penyajian data, 1. Terpisah dari habitat pulau induk (mainland)
dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan sehingga bersifat insular;
mengacu pada konsep pembangunan pariwisata 2. Memiliki sumber daya air tawar yang terbatas
berkelanjutan. Atau dengan kata lain, temuan baik air permukaan maupun air tanah,
lapangan terkait prinsip- prinsip pengembangan dengan daerah tangkapan airnya relatif kecil
pariwisata di pulau-pulau kecil dan arah sehingga sebagian besar aliran air permukaan
dan sedimen masuk ke laut;
pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil
3. Peka dan rentan terhadap pengaruh eksternal
kemudian dianalisis dengan menggunakan konsep
baik alami maupun akibat kegiatan manusia,
pembangunan pariwisata berkelanjutan menurut seperti badai, gelombang besar, pencemaran;
WTO (dengan 3 pilarnya yaitu berkelanjutan secara 4. Memiliki sejumlah jenis endemik yang
ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan). Dengan bernilai ekologis tinggi;
menggunakan konsep pembangunan pariwisata 5. Area perairannya lebih luas dari area
berkelanjutan tersebut akan dapat gambaran apakah daratannya dan relatif terisolasi dari daratan
implementasi dari kebijakan pengembangan utamanya (benua atau pulau besar);
pariwisata di pulau-pulau kecil sudah sesuai dengan 6. Tidak mempunyai hinterland yang jauh dari
konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan. Jika pantai.
belum, berdasarkan temuan lapangan akan dicari
kendala dan faktor penghambat dari implementasi Pulau kecil merupakan habitat yang terisolasi
kebijakan pengembangan pariwisata berkelanjutan dengan habitat lain sehingga keterisolasian ini
di pulau-pulau kecil. umumnya akan membentuk budaya yang berbeda
dengan masyarakat pulau kontinen dan daratan
Pulau-Pulau Kecil (Dahuri, 1998). Kusumastanto membuat tiga
Belum ada batasan yang tetap tentang kriteria yang dapat digunakan untuk membuat
pengertian pulau kecil baik di tingkat nasional batasan suatu pulau kecil, yaitu batasan fisik
maupun internasional, akan tetapi terdapat suatu atau luasan pulau, batasan ekologis (proporsi
kesepakatan umum bahwa yang dimaksud dengan spesies endemik dan terisolasi), dan keunikan
pulau kecil adalah pulau yang berukuran kecil yang budaya (dalam Johan, 2011). Oleh karena itu,
secara ekologis terpisah dari pulau induknya dan dalam pengembangan pulau kecil perlu kehati-
memiliki batas yang pasti, terisolasi dari habitat hatian dan perencanaan yang baik agar tidak
lain sehingga mempunyai sifat insular (Bengen, menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan
2001). Menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang masyarakat di pulau kecil tersebut. Termasuk
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, ketika akan dikembangkan menjadi destinasi
pulau kecil didefinisikan sebagai pulau dengan luas wisata.

Sri Nurhayati Qodriyatun Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Karimujawa 245
Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable mengadopsi konsep tersebut mendefinisikan
Tourism) pariwisata berkelanjutan sebagai “form of tourism
Dalam pengembangan pariwisata ada 4 that are consistent with natural, social, and
komponen yang harus dipenuhi yaitu attractions, community values and which allow both host and
accessibilities, amenities, dan ancillary services guest to enjoy positive and worthwhile interaction
(Cooper dkk, 2005, dalam Astuti dan Noor, and shared experience (bentuk pariwisata yang
2016:26). Attractions (atraksi) adalah daya tarik selaras dengan alam, dan nilai-nilai sosial budaya
yang ditawarkan dari suatu kawasan pariwisata, masyarakat, di mana antara kedua belah pihak
seperti keindahan alam, kebudayaan daerah, yaitu tuan rumah dan tamu saling menikmati
dan lain-lain. Accessibilities (aksesibilitas) dan saling berbagi pengalaman baru di antara
merupakan akses transportasi yang tersedia mereka) (Edington & Smith sebagaimana dikutip
menuju dan di dalam kawasan pariwisata, seperti Suwena, 2010: 279).
adanya jalur penerbangan, kereta, bus, atau kapal Ada tiga komponen yang harus dipenuhi dalam
menuju kawasan pariwisata. Selain itu di dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan menurut
kawasan juga tersedia moda transportasi yang Heillbronn (sebagaimana dikutip Tamaratika dan
dapat digunakan wisatawan untuk menuju objek Rozyidie, 2017: 125-133), yaitu berkelanjutan
wisata yang tersedia dalam kawasan pariwisata secara lingkungan, berkelanjutan secara
tersebut. Amenities (amenitas atau fasilitas) ekonomi, dan berkelanjutan secara sosial budaya.
merupakan akomodasi yang tersedia di kawasan Berkelanjutan secara lingkungan dilakukan
pariwisata seperti adanya tempat penginapan melalui pemanfaatan sumber daya lingkungan
(hotel, homestay, hostel, dll), rumah makan, secara optimal melalui pembatasan sumber daya,
fasilitas kesehatan, tempat penjualan souvenir, mempertahankan proses ekologi, dan menjaga
tempat hiburan, tempat pengolahan sampah/ kelestarian serta keberadaan warisan alam dan
limbah, listrik, air bersih, dll. Ancillary services keanekaragaman hayati pada destinasi wisata.
merupakan organisasi kepariwisataan yang Berkelanjutan secara ekonomi dilakukan dengan
dibutuhkan untuk pelayanan wisatawan, seperti mengurangi tingkat kemiskinan, mendorong
asosiasi perhotelan, asosiasi pemandu wisata, pertumbuhan ekonomi, dan penciptaan lapangan
asosiasi biro perjalanan, dll. kerja. Sedangkan berkelanjutan secara sosial
Dalam pengembangan pariwisata tersebut ada budaya dilakukan melalui menjaga keaslian sosial
tiga bidang pokok yang dipengaruhi, yaitu kondisi budaya masyarakat setempat dengan aturan dan
ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup ketentuan yang disepakati bersama, pelestarian
dari kawasan wisata. Harapannya pengembangan nilai warisan budaya dan adat setempat, serta
pariwisata akan berdampak positif tidak hanya meningkatkan toleransi dan pemahaman
terhadap pembangunan ekonomi (peningkatan antarbudaya.
pendapatan), tetapi juga terhadap kondisi sosial Pulau-pulau kecil seperti telah diuraikan
budaya (kesejahteraan masyarakat meningkat sebelumnya, memiliki keterbatasan sumber
dengan kelestarian budaya tetap terjaga) dan daya air dan lahan, sangat rentan terhadap
kondisi lingkungan (kelestarian lingkungan pengaruh eksternal, sehingga dalam
terjaga). Untuk itulah pengembangan pariwisata pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil
yang berkelanjutan diperlukan. perlu mempertimbangkan keberlanjutan ketiga
Konsep pariwisata berkelanjutan (sustainable aspek tersebut (sosial, ekonomi, dan ekologi)
tourism) diadopsi dari konsep pembangunan agar pariwisata yang dikembangkan dapat
berkelanjutan (sustainable development) yang berkelanjutan.
pertama diperkenalkan oleh WCED (World
Commission on Environment and Development) Teori Implementasi Kebijakan
di Brundtland Report tahun 1987. The World James Anderson mengemukakan bahwa:
Tourism Organization (UNWTO) dengan “Policy implementation is the application of

246 Aspirasi Vol 9 No 2, Desember 2018


the policy by the government’s administrative di Laut Jawa, yang secara administrasi masuk
machinery to the problem” (Tachjan, 2006: dalam wilayah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
24-25). Terjemahan bebasnya, implementasi Luas Karimunjawa adalah 7.120 hektar atau
kebijakan merupakan pelaksanaan kebijakan 71,20 km2. Dari 27 pulau tersebut ada 5 pulau
yang dilakukan oleh para pegawai pemerintahan berpenghuni yaitu Pulau Karimunjawa (4.624
untuk memecahkan masalah. Kebijakan hektar atau 46,24 km2), Pulau Kemojan (1.626
tersebut perlu dituangkan dalam suatu peraturan hektar atau 16,26 km2), Pulau Nyamuk (139
perundang-undangan yang bersifat memaksa hektar atau 1,39 km2), Pulau Parang (731 hektar
sehingga mempunyai kekuatan mengikat dan atau 7,31 km2) (BPS Kabupaten Jepara, tt:4),
dipatuhi seluruh anggota masyarakat tanpa dan Pulau Genting (BTNKJ, 2017). Pulau yang
kecuali (Ramdani & Ramdani, 2017). Oleh tidak berpenghuni meliputi Pulau Menjangan
karena itu, tepat kiranya Kementerian Pariwisata Besar (61 hektar), Menjangan Kecil (43,025),
mengeluarkan regulasi untuk mengembangkan Cemara Besar, Cemara Kecil (1,5 hektar),
pariwisata di pulau-pulau kecil agar berkelanjutan Geleyang, Burung, Bengkoang (105 hektar),
dalam bentuk Peraturan Menteri sebagai satu Kembar, Katang, Krakal Besar, Krakal Kecil,
bentuk kebijakan. Sintok, Mrican, Tengah, Pinggir, Cilik, Gundul,
Namun kebijakan yang disusun tidak Seruni, Tambangan, Cendekian, Kumbang, dan
akan berdampak jika tidak dilaksanakan. T.B. Mencawakan/ Menyawakan.2 Belum semua
Smith menyatakan bahwa kebijakan harus pulau terdata luas wilayahnya. Jika melihat luas
diimplementasikan dan hasilnya sedapat mungkin pulaunya, maka Karimunjawa termasuk dalam
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembuat kategori pulau-pulau kecil.
kebijakan (Nakamura & Smallwood, 1980). Sebagian wilayah Karimunjawa merupakan
Dalam implementasi kebijakan melibatkan kawasan konservasi dalam bentuk Taman Nasional
sejumlah sumber, termasuk di dalamnya Karimunjawa (TNKJ). Dari 27 pulau yang ada
manusia, dana, dan kemampuan organisasional, 22 pulau masuk dalam kawasan TNKJ. Adapun
baik dilakukan oleh pemerintah maupun swasta luas TNKJ adalah 111.626 hektar (SK Menhut
(Widodo, 2010). No. 78/Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari 1999)
Terkait hal tersebut, menurut Wahab, yang terdiri dari daratan di Pulau Karimunjawa
implementasi kebijakan dapat dilihat dari sudut seluas 1.285,50 hektar dan di Pulau Kemojan
pandang pembuat kebijakan, pejabat-pejabat seluas 222,20 hektar, serta perairan di sekitarnya
pelaksana di lapangan, dan sasaran kebijakan seluas 110.117,30 hektar (Kep.Menhut No. 74/
(target group). Maksudnya, dari sudut pembuat Kpts-II/2001 tentang Penetapan Batas Sebagian
kebijakan “sejauh mana kebijakan tersebut telah Kawasan Taman Nasional Karimunjawa tanggal
tercapai dan apa alasan yang menyebabkan 14 Maret 2000). TNKJ dikelola oleh Balai Taman
keberhasilan atau kegagalan kebijakan tersebut”. Nasional Karimunjawa (BTNK).
Dari sudut pejabat-pejabat pelaksana kebijakan Pariwisata di Karimunjawa termasuk dalam
dan instansi pelaksana di lapangan “apa tindakan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN),
pejabat dan instansi di lapangan untuk mencapai juga Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi
keberhasilan kebijakan”. Sedangkan dari sudut (KSPP) Jawa Tengah. Ada beberapa dokumen
pandang target group, “apakah implementasi yang menjadi acuan pengembangan pariwisata
kebijakan tersebut berdampak bagi kehidupan di Karimunjawa yaitu dokumen Rencana Induk
mereka, seperti dapat meningkatkan kesejahteraan dan Rencana Detail KSPN Karimunjawa dan
mereka” (Wahab, 2008). Sekitarnya, Rencana Induk Pengembangan
Kepariwisataan Provinsi Jawa Tengah Tahun
Pariwisata di Karimunjawa 2012 – 2027 (Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Karimunjawa merupakan gugusan 2
Direktori Pulau-Pulau Kecil di Indonesia, http://www.ppk-
kepulauan berjumlah 27 pulau yang terletak kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_
data diakses 4 April 2018.

Sri Nurhayati Qodriyatun Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Karimujawa 247
Tengah Nomor 10 Tahun 2012), dan Rencana pada tahun 2012 dengan panjang trekking
Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional mencapai 1,37 km. Trekking mangrove
Karimunjawa Tahun 2018 – 2027. dilengkapi dengan pusat informasi mangrove,
sunset area, papan informasi, menara pandang
Pariwisata Karimunjawa dari sisi 4 komponen
dan shelters bagi para pengunjung. Aktivitas
pariwisata adalah: yang dapat dilakukan oleh pengunjung adalah
menikmati keunikan pohon, mengamati satwa
Atraksi atau berinteraksi dengan para pemburu kerang di
Atraksi wisata yang ditawarkan Karimunjawa kawasan tersebut. Aktivitas tracking juga dapat
adalah (Pemprov Jawa Tengah, 2016:2-5): dilakukan di hutan hujan tropis dataran rendah
a. Wisata bahari. Aktivitas yang bisa dilakukan dengan pengawasan petugas (BTNK, 2018:24).
wisatawan antara lain snorkelling, diving, Sedangkan makam Sunan Nyamplung, lokasinya
memancing, berenang, berjemur di pantai, berada di zona religi, budaya, dan sejarah dalam
bermain kano, mendayung, voli pantai, barbeque TNKJ. Luasnya sekitar 0,859 hektar dan berada
di pulau kecil, melihat sunrise atau sunset, bermain di Pulau Karimunjawa (BTNK, 2018:48).
layang-layang. Lokasi snorkelling dan diving c. Wisata edukasi. Lokasinya ada di Fasilitas
sebagian besar berada di dalam zona pemanfaatan Penetasan Semi Alami Penyu. Di lokasi
wisata bahari TNKJ. Luas zona pemanfaatan ini pengunjung dapat belajar tentang upaya
wisata bahari adalah 2.733,735 hektar (sekitar konservasi penyu dan jika dimungkinkan dapat
2,329% dari luasan TNKJ) (BTNK, 2018:47). melakukan pelepasan tukik (BTNK, 2018:24).
Adapun lokasi snorkelling berada di 27 titik, yaitu d. Wisata budaya. Wisata budaya di Karimunjawa
Batu Gundul, Kumbang, Krakal Besar, Krakal erat kaitannya dengan sejarah Karimunjawa
Kecil, Krang Kapal, Bengkoang, Menyawakan, yang dulunya merupakan tempat singgah
Cemara Besar, Gosong Cemara Kecil, Cemara beberapa etnis hingga akhirnya menetap
Kecil, Geleang, Nyamplungan, Menjangan dan hidup saling berdampingan dengan adat
Besar, Menjangan Kecil 1, Menjangan Kecil 2, istiadat dan budaya masing-masing. Penduduk
Pantai Anora, Gosong Seloka, Sintok 1, Sintok Karimunjawa terdiri dari berbagai etnis seperti
2, Tengah 1, Tengah 2, Kecil 1, Kecil 2, Kecil Jawa, Madura, Bugis, Mandar, Bajau, Munak,
3, Cendekian, Sambangan, dan Serun Gentingi. dan Luwu. Masing-masing membawa adat
Sedangkan lokasi diving ada di 18 titik, yaitu di istiadatnya dan menjadikan keragaman budaya
Kumbang, Katang, Utara Cemara Besar, Timur ini satu daya tarik tersendiri di Karimunjawa.
Laut Cemara Besar, Menyawakan, Cemara Kecil, Beberapa keragaman budaya yang biasanya
Geleang, Cilik, Burung, Indonoor, Tanjung ditampilkan sebagai atraksi wisata adalah reog
Gelam, Taka Menjangan Kecil, Menjangan barongan, kuda lumping, rebana, pencak silat,
Kecil (Kapal Genting), Menjangan Besar, perkawinan Suku Bugis, upacara peluncuran
Sintok, Tengah, dan Legon moto (Pemprov perahu (mappanok lopi), sedekah laut (lomban),
Jawa Tengah, 2016:2 – 4). Lokasi memancing upacara memindahkan rumah (mappalettek
berada di zona budidaya bahari TNKJ, yang luas bola), upacara barikan. Di Karimunjawa
kawasannya sekitar 1.370,729 hektar. Daerahnya juga terdapat makam Sunan Nyamplungan
adalah di perairan Pulau Karimunjawa, Pulau (yang dipercaya sebagai orang pertama yang
Kemujan, Pulau Menjangan Besar, Pulau Parang, mendiami Kecamatan Karimunjawa dan juga
Pulau Nyamuk, Pulau Karang Besi bagian utara murid Sunan Kudus) dan Sumur Wali di Pulau
(BTNK, 2018:47-48). Nyamuk. Sumur Wali merupakan sumur yang
b. Wisata daratan. Aktivitas yang bisa dilakukan disucikan oleh masyarakat dengan kepercayaan
wisatawan antara lain trekking hutan mangrove, airnya akan membawa keberuntungan bagi yang
naik ke bukit melihat view laut ataupun sunrise mengambilnya.
dan sunset di Bukit Love dan Bukit Joko Tuo,
bersepeda, tour motor trail, ziarah makam di Aksesibilitas
makam Sunan Nyamplung. Trekking mangrove Sebagai KSPN dan KSPP, Karimunjawa
lokasinya berada di hutan mangrove sekitar didukung oleh sarana prasarana transportasi baik
perbatasan Pulau Karimunjawa dan Pulau darat, laut, maupun udara untuk memudahkan
Kemujan. Daerahnya masuk dalam kawasan
TNKJ yaitu di zona pemanfaatan darat. Nama
wisatawan mendatangi daerah tersebut.
daerahnya adalah Terusan. Trekking mangrove Transportasi laut dapat melalui Pelabuhan Kartini
ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Jepara, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan
248 Aspirasi Vol 9 No 2, Desember 2018
Tabel 4. Jadwal Pelayaran Menuju dari dan menuju Karimunjawa
Kapal Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Kapal dari Pelabuhan Kartini Jepara menuju
Karimunjawa
KMP Siginjai √ √ √
KMC Express Bahari √ √ √ √
Kapal dari Karimunjawa menuju Pelabuhan
Kartini
KMP Siginjai √ √ √
KMC Express Bahari √ √ √ √
Kapal dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
menuju Karimunjawa
KMC Kartini √
Kapal dari Karimunjawa menuju Pelabuhan
Tanjung Emas
KMC Kartini √
Sumber: Pemprov Jawa Tengah, 2016

Pelabuhan Kendal. Perjalanan menuju Pulau Tabel 5. Jadwal Pelayaran Menuju dan dari
Karimunjawa dapat dilakukan menggunakan Karimunjawa
KMP Siginjai, KMC Express Bahari dari Jepara, Jadwal Pesawat
dan KMC Kartini dengan jadwal pelayanan Bandara Keberangkatan Kedatangan
sebagai berikut: Kamis Jumat Kamis Jumat
Jadwal keberangkatan dengan menggunakan Semarang – 06.00 06.00 15.45 14.05
Karimunjawa
KMP Siginjai dari Pelabuhan Kartini Jepara jam
Karimunjawa 15.15 13.25 06.40 06.40
07.00 dengan waktu tempuh 4 jam. Sedangkan
– Semarang
KMP Express Bahari berangkat jam 09.00 dengan
Surabaya – 12.35 11.00 08.15 08.15
waktu tempuh 2 jam. Untuk KMC Kartini waktu Karimunjawa
tempuh dari Semarang menuju Karimunjawa Karimunjawa 06.55 06.55 13.88 12.20
adalah 2,5 jam. Waktu tempuh dapat berubah jika – Surabaya
gelombang tinggi dan peniadaan pelayaran dapat Sumber: Pemprov Jawa Tengah, 2016
terjadi jika kondisi cuaca buruk, gelombang
pasang, dan ombak tinggi. Amenitas
Penyeberangan menuju Karimunjawa juga Karimunjawa juga didukung fasilitas
dapat dilakukan dengan menggunakan kapal informasi dan pelayanan pariwisata baik dari
nelayan, namun waktu tempuh lebih lama dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
tarif sewa kapal tergantung kesepakatan dengan Jepara, juga dari BTNK. Untuk melayani wisman
pemilik kapal. Sampai saat ini belum ada kapal terdapat fasilitas pelayanan keimigrasian di Jawa
yang melayani transportasi antar-pulau. Tengah. Sedangkan fasilitas umum lainnya yang
Transportasi udara menuju Karimunjawa mendukung pariwisata di Karimunjawa antara
saat ini baru dapat ditempuh dari Bandara Juanda lain (BPS Kabupaten Jepara, tt):
Surabaya menuju Bandara Dewandharu di Pulau a. Sarana peribadatan. Di Kecamatan Karimunjawa
Kemojan, dengan kapasitas penumpang maksimal tercatat terdapat 14 buah masjid, 36 buah
10 penumpang. Jadwal penerbangan Surabaya – mushola, 2 buah Gereja pada tahun 2016.
Karimunjawa (PP) ada di hari Kamis dan Jum’at. b. Sarana kesehatan. Di Kecamatan Karimunjawa
Sementara untuk penerbangan dari Bandara Ahmad terdapat Puskesmas (yang dilengkapi dengan
rawat inap), BKIA, bidan, paramedis, apotik
Yani menuju ke Bandara Dewandharu baru akan
dan juga tabib. Pada tahun 2016 ada 3 buah
dijadwalkan di tahun 2019 dengan rencana jadwal puskesmas, 1 buah BKIA, 7 orang bidang, 12
pada hari Kamis dan Jumat (lihat Tabel 5).
Sri Nurhayati Qodriyatun Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Karimujawa 249
orang paramedis, 1 buah apotik, dan 12 orang Kemojan) ataupun dalam bentuk hosmen/motel/
tabib di Kecamatan Karimunjawa. losmen/wisma/homestay (ada 73 buah di Pulau
c. Sarana perekonomian. Di Kecamatan Karimunjawa, 4 buah di Pulau Kemojan, dan 1
Karimunjawa terdapat 1 pasar, 41 buah toko, buah di Pulau Parang). Selain itu juga tersedia
72 buah warung, 1 KUD dan 2 koperasi simpan toko, kios, warung, rumah makan dan warung
pinjam. makan di empat pulau yang berpenghuni, yaitu
d. Fasilitas perbankan yang melayani penukaran di Pulau Karimunjawa, Pulau Kemojan, Pulau
uang (money changer) dan fasilitas atm. Terdapat Parang, dan Pulau Nyamuk (Tabel 6) (BPS
1 bank umum dan 2 Bank Perkreditan Rakyat Kabupaten Jepara, tt).
yang berada di Pulau Karimunjawa.
Tabel 6. Toko, Kios, Warung, Rumah Makan
Adapun prasarana umum pendukung dan Warung Makan di Kecamatan Karimunjawa
pariwisata di Karimunjawa meliputi (Pemerintah Tahun 2016
Provinsi Jawa Tengah, 2016: 8 - 9): Toko/
Restoran/
Warung
a. Jaringan kelistrikan. Sebagai wilayah kepulauan Desa warung warung
kios makan
yang jauh dari Ibukota Jepara, Karimunjawa makan
belum terlayani jaringan listrik PLN. Sumber Karimunjawa 28 35 6 15
energi listrik di Karimunjawa dipenuhi oleh Kemojan 8 21 - 6
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) milik Parang 3 10 - 3
Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara yang Nyamuk 2 6 - 2
hanya menyala pada jam-jam tertentu. Saat ini
Jumlah 41 72 6 26
ada sekitar 3.199 KK yang ada di Karimunjawa.
PLTD baru melayani 2.681 pelanggan sehingga Sumber: BPS Kabupaten Jepara (tt)
masih kurang 1.000 KK lebih yang belum teraliri
listrik. Ancillary Services
b. Jaringan telekomunikasi yang tersedia adalah Untuk menunjang pengembangan pariwisata
jaringan telekomunikasi nirkabel dari provider diperlukan organisasi-organisasi kepariwisataan
Telkomsel dan Indosat. Namun jaringan
yang dibutuhkan untuk pelayanan wisatawan.
telekomunikasi tersebut baru tersedia di Pulau
Karimunjawa. Di Karimunjawa baru ada beberapa organisasi
c. Jaringan air bersih belum masuk ke wilayah kepariwisataan seperti:
Karimunjawa. Selama ini pemenuhan air bersih a. Himpunan Pemandu Indonesia (HPI), merupakan
untuk hotel dan homestay diambil dari 1 buah organisasi yang mewadahi pemandu wisata di
tampungan air bersih yang bersumber dari sungai Karimunjawa.
di atas bukit. Bahkan terkadang jika musim b. Trans Karimunjawa, merupakan organisasi yang
kemarau tiba, masyarakat terpaksa mengonsumsi mewadahi para penyedia penyewaan mobil di
air payau untuk kegiatan sehari-hari. Karimunjawa.
d. Jaringan drainase yang tersedia adalah drainase c. Forum Tour Guide, merupakan organisasi yang
terbuka dan tertutup. Tetapi masih banyak mewadahi tour guide di Karimunjawa.
jaringan jalan di Kecamatan Karimunjawa d. Paguyuban Pengelola Homestay, merupakan
yang tidak dilengkapi dengan saluran drainase organisasi yang mewadahi pengelola homestay
sehingga menyebabkan genangan air dan di Karimunjawa.
kerusakan jalan. Jaringan drainase yang ada pun
Implementasi Kebijakan dari Sudut Pandang
seringkali tidak berfungsi karena tersumbat oleh
tumpukan sampah. Pembuat Kebijakan
e. Sarana pengelolaan sampah. Di Karimunjawa Arah pembangunan pariwisata nasional
belum terdapat tempat pengolahan sampah
adalah pengembangan kepariwisataan dengan
akhir, dan sampah plastik menjadi permasalahan
di Karimunjawa seiring dengan pesatnya memanfaatkan keragaman pesona keindahan
perkembangan pariwisata di Karimunjawa. alam dan potensi nasional sebagai wilayah
wisata bahari terluas di dunia secara arif dan
Di Karimunjawa banyak tersedia berkelanjutan, serta mendorong kegiatan ekonomi
penginapan, baik dalam bentuk hotel (ada 11 yang terkait pengembangan budaya bangsa
hotel di Pulau Karimunjawa dan 4 hotel di Pulau (RPJPN 2005 – 2025). Terkait pariwisata di pulau-

250 Aspirasi Vol 9 No 2, Desember 2018


pulau kecil, arah pembangunan ini kemudian pengembangannya perlu disusun rencana induk
diterjemahkan oleh beberapa kementerian terkait dan rencana detail.
dengan mengeluarkan kebijakan sesuai dengan Agar pengembangan pariwisata di pulau-
kewenangannya. pulau kecil berkelanjutan, Kementerian
Kementerian Pariwisata mengeluarkan Pariwisata sebelumnya sudah membuat pedoman
kebijakan kepariwisataan melalui UU No. 10 melalui Peraturan Menteri Kebudayaan dan
Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Dalam Pariwisata (Permenbudpar) Nomor: KM.67/
UU tersebut tujuan kepariwisataan adalah UM.001/MKP/2004 tentang Pedoman Umum
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi; Pengembangan Pariwisata di Pulau-Pulau Kecil.
meningkatkan kesejahteraan rakyat; menghapus Menurut peraturan tersebut, pengembangan
kemiskinan; mengatasi pengangguran; pariwisata di pulau-pulau kecil harus berpegang
melestarikan alam, lingkungan, dan sumber pada 5 prinsip, yaitu:
daya; memajukan kebudayaan; mengangkat a. Prinsip keseimbangan, bahwa pengelolaan
citra bangsa; memupuk rasa cinta tanah air; pariwisata di pulau-pulau kecil didasarkan
pada komitmen pola keseimbangan antara
memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
pembangunan ekonomi, sosial budaya, dan
mempererat persahabatan antarbangsa. Prinsip konservasi;
dalam penyelenggaraan kepariwisataan antara b. Prinsip partisipasi masyarakat, bahwa
lain memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil
keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas; melibatkan masyarakat dalam pengelolaan usaha
memelihara kelestarian alam dan lingkungan pariwisata;
hidup; memberdayakan masyarakat setempat; dan c. Prinsip konservasi, bahwa pengembangan
pariwisata di pulau-pulau kecil memiliki
menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, kepedulian, tanggung jawab dan komitmen
antara pusat dan daerah yang merupakan satu terhadap pelestarian lingkungan (alam dan
kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah budaya). Pengembangan harus diselenggarakan
serta keterpaduan antarpemangku kepentingan. secara bertanggung jawab dan mengikuti kaidah-
Terkait wilayah pulau-pulau kecil, kaidah ekologi serta peka dan menghormati
Kementerian Pariwisata mengeluarkan kebijakan nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan
masyarakat setempat;
pengembangan wisata bahari (marine tourism).
d. Prinsip keterpaduan, bahwa pengelolaan
Wisata bahari meliputi wisata pantai (coastal pariwisata di pulau-pulau kecil harus direncanakan
zone), wisata bentang laut (sea zone), dan wisata secara terpadu dengan memperhatikan ekosistem
bawah laut (underwater zone). Target wisata pulau dan disinergikan dengan pembangunan
bahari tahun 2019 adalah: berbagai sektor;
a. jumlah wisman 4 juta orang; e. Prinsip penegakan hukum, bahwa pengelolaan
b. devisa 4 miliar US$; pariwisata di pulau-pulau kecil harus
c. 19 KSPN bahari untuk pengembangan wisata dikembangkan sesuai dengan aturan hukum yang
pantai; ada.
d. 6000 kapal yacht dan 1000 kunjungan cruise Dalam pengembangan pariwisata di pulau-
untuk pengembangan wisata bentang laut; pulau kecil tersebut diarahkan agar ada:
e. 45 destinasi selam untuk pengembangan wisata a. Penataan ruang yang jelas, yang dalam
bawah laut. penyusunannya harus melalui proses
Untuk menindaklanjuti UU No. 10 konsultatif dengan para pihak, merupakan
Tahun 2009, maka Kementerian Pariwisata hasil kolaborasi masukan para pihak dengan
mengeluarkan PP No. 50 Tahun 2011 tentang perencana kawasan, dan memperhatikan
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan aspek lingkungan (termasuk konservasi
sumber daya alam dan sensitivitas ekosistem)
Nasional (Ripparnas) Tahun 2010 – 2025. serta aspek sosial, budaya, dan ekonomi
Dalam Ripparnas tersebut dinyatakan bahwa masyarakat. Dalam hal ini, penyusunan dan
Karimunjawa dan sekitarnya merupakan kawasan penetapan zonasi diperlukan. Umumnya jenis
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan dalam zonasi yang digunakan dalam pengembangan

Sri Nurhayati Qodriyatun Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Karimujawa 251
pariwisata adalah zona intensif3, zona Pulau Kecil (yang telah diperbaharui dengan
ekstensif4, dan zona perlindungan5. UU No. 1 Tahun 2014). Dalam UU tersebut
b. Pendekatan daya dukung (carrying capacity). dinyatakan bahwa pengelolaan pesisir dan
Daya dukung diartikan sebagai kondisi maksimum
pulau-pulau kecil harus didasarkan perencanaan
suatu ekosistem untuk menampung komponen
biotik (makhluk hidup) yang terkandung di (rencana strategis, rencana zonasi, rencana aksi).
dalamnya dengan juga memperhitungkan faktor Terkait pulau-pulau kecil, Kementerian Kelautan
lingkungan dan faktor lainnya yang berperan dan Perikanan mengeluarkan Permen KP. No.
di alam. Secara umum ragam daya dukung 34/Permen-KP/2014 tentang Perencanaan
wisata di pulau-pulau kecil meliputi: (1) daya Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
dukung ekologis (merupakan tingkat maksimal Kecil. Peraturan ini dikeluarkan agar terwujud
penggunaan suatu pulau); (2) daya dukung fisik
perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan
(merupakan jumlah maksimum penggunaan
atau kegiatan yang dapat diakomodir tanpa pulau-pulau kecil secara terpadu pada tingkat
menyebabkan kerusakan atau penurunan pemerintah daerah provinsi dan/atau pemerintah
kualitas); dan (3) daya dukung sosial (merupakan daerah kabupaten/kota. Prinsip perencanaannya
batas tingkat maksimum dalam jumlah dan adalah: (1) merupakan satu kesatuan yang
tingkat penggunaan yang akan menimbulkan tidak terpisahkan dan/atau komplemen dari
penurunan dalam tingkat kualitas pengalaman
sistem perencanaan pembangunan daerah; (2)
atau kepuasan pengunjung di pulau-pulau kecil).
c. Pengembangan sarana dan prasarana dalam mengintegrasikan kegiatan antara pemerintah
rangka pengembangan pariwisata dilakukan dengan pemerintah daerah, antarsektor, antara
dengan tetap menjaga aspek keberlanjutan, pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat,
sehingga dalam pengembangan sarana dan antara ekosistem darat dan ekosistem laut, dan
prasarana pariwisata dilakukan melalui studi antara ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip
AMDAL/UKL-UPL. manajemen; (3) dilakukan sesuai dengan kondisi
d. Pengembangan pariwisata direncanakan dan
biogeofisik dan potensi yang dimiliki masing-
dikembangkan secara ramah lingkungan dengan
tidak menghabiskan atau merusak sumber daya masing daerah, serta dinamika perkembangan
alam dan sosial, namun dipertahankan untuk sosial budaya daerah dan nasional; dan (4)
pemanfaatan yang berkelanjutan. melibatkan peran serta masyarakat setempat dan
Ketika wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil pemangku kepentingan lainnya.
akan dikembangkan, termasuk untuk kegiatan Mengingat destinasi di Karimunjawa juga
pariwisata, pengembangannya juga harus merupakan kawasan konservasi dalam bentuk
memperhatikan aturan dari Kementerian Kelautan Taman Nasional, maka dalam pengelolaannya
dan Perikanan yaitu UU No. 27 Tahun 2007 juga mengacu pada kebijakan Kementerian
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang
3
Zona intensif adalah suatu kawasan yang dirancang untuk
pengelolaan kawasan konservasi. Adapun
dapat menerima kunjungan dan tingkat kegiatan yang kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan
tinggi dengan memberikan ruang yang luas untuk kegiatan Kehutanan tersebut didasarkan pada UU No. 5
dan kenyamanan pengunjung. Dalam zona ini dapat
dikembangkan sarana dan prasarana fisik untuk pelayanan Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
pariwisata yang umumnya tidak melebihi 60% luas kawasan Alam Hayati dan Ekosistemnya dan peraturan
zonasi intensif dan memperhatikan daya dukung lingkungan. pelaksananya (PP No. 28 Tahun 2011 tentang
4
Zona ekstensif adalah suatu kawasan yang dirancang
untuk menerima kunjungan dan tingkat kegiatan terbatas, Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
untuk menjaga kualitas karakter sumber daya alam. Dalam Pelestarian Alam). Mengacu pada aturan tersebut,
zona ini kegiatan pengunjung harus dapat dikontrol dan
pembangunan sarana dan prasarana terbatas hanya untuk
maka kawasan Karimunjawa yang masuk dalam
pengunjung kegiatan, seperti jalan setapak, tempat istirahat, Taman Nasional Karimunjawa, pengelolaannya
menara pandang, papan penunjuk dan informasi. dilakukan secara zonasi. Di mana dalam
5
Zona perlindungan adalah suatu kawasan yang
dirancang untuk tidak menerima kunjungan pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa
dan kegiatan pariwisata. Kawasan ini biasanya tersebut ada tiga kegiatan utama yang harus
merupakan kawasan yang menjadi sumber air bagi dilakukan yaitu perlindungan sistem penyangga
kawasan seluruh pulau atau memiliki kerentanan
keanekaragaman yang sangat tinggi. kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
252 Aspirasi Vol 9 No 2, Desember 2018
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dan Jawa Tengah
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam c. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud)
hayati dan ekosistemnya. Untuk pengembangan Kabupaten Jepara.
d. Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNK)
pariwisata dapat dilakukan di zona pemanfaatan.
yang merupakan UPT Kementerian Lingkungan
Mengingat pengembangan pariwisata itu Hidup dan Kehutanan.
melibatkan banyak kementerian/lembaga, maka
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Ripparnas 2010 – 2025 ditindaklanjuti
Nomor 64 Tahun 2014 tentang Koordinasi oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah
Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan dengan menyusun Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan. Ada 14 kementerian/ lembaga Kepariwisataan Provinsi Jawa Tengah Tahun
yang dikoordinasikan dalam Perpres tersebut. 2012 – 2027 dalam bentuk Peraturan Daerah
Terkait pariwisata yang dikembangkan di kawasan Provinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2012.
konservasi juga telah ada nota kesepahaman antara Rencana induk tersebut ditindaklanjuti dengan
Kementerian Pariwisata dengan Kementerian Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 6 Tahun
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Nota 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda
Kesepahaman Antara Kementerian Pariwisata Provinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2012. Pergub
dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan ini menjadi acuan dalam penyusunan Rencana
Kehutanan tentang Percepatan Pengembangan Detail KSPP Karimunjawa oleh pemerintah
Pariwisata di Kawasan Hutan Nomor: NK.6/ daerah dan para pemangku kepentingan.
KS.001/MP/2015 dan Nomor: NK.10/MenLHK- Disporapar Jateng tahun 2017 sudah
KSDAE/2015). menyusun masterplan Karimunjawa. Dalam
Nota kesepahaman tersebut mengatur tentang masterplan tersebut Kepulauan Karimunjawa
peningkatan kualitas pengelolaan pariwisata (27 pulau kecil dengan 22 pulau berada dalam
di kawasan hutan, peningkatan kualitas kawasan Taman Nasional Karimunjawa) akan
pengembangan pariwisata di kawasan hutan, dan dikembangkan menjadi destinasi wisata ke
peningkatan pemasaran pariwisata di kawasan peminatan khusus (snorkelling, diving, berjemur
hutan. Masing-masing pihak (Kementerian di pantai). Harapannya tidak terjadi mass tourism
Pariwisata dan Kementerian Lingkungan Hidup di kawasan pariwisata Karimunjawa karena
dan Kehutanan) mempunyai tugas dan kewajiban wilayahnya merupakan kawasan konservasi.
dalam mengembangkan pariwisata di kawasan Selain itu agar pariwisata di Karimunjawa dapat
konservasi sesuai kewenangannya. Namun berkelanjutan. Selain menyusun Rippda dan
Taman Nasional Karimunjawa tidak masuk masterplan, Disporapar Jateng juga melakukan
dalam daftar pengelolaan yang dilakukan secara pembinaan terhadap SDM pariwisata di
bersama. Karimunjawa, yaitu dengan membantu para
pramuwisata (tour guide) tersertifikasi. Sertifikasi
Implementasi Kebijakan dari Sudut Pandang
dilakukan oleh BSNP (Badan Standarisasi
Pelaksana Kebijakan
Nasional Pariwisata). Dari 180 an tour guide
Pelaksanaan kebijakan pengembangan
80 di antaranya telah tersertifikasi (Disporapar,
pariwisata di Karimunjawa mengacu pada
wawancara, 7 Mei 2018).
kebijakan-kebijakan di atas (kebijakan dari
Disparbud Kabupaten Jepara dalam
Kementerian Pariwisata, Kementerian Kelautan
pengembangan pariwisata Karimunjawa
dan Perikanan, dan Kementerian Lingkungan
melakukan promosi dan pembinaan terhadap
Hidup dan Kehutanan). Ada beberapa stakeholders
masyarakat di Karimunjawa. Pembinaan
yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan
dilakukan terhadap pokdarwis (kelompok sadar
pengembangan pariwisata Karimunjawa, yaitu:
a. Dinas Pemuda, Olah Raga, dan Pariwisata wisata), pelaku wisata (pengelola homestay,
(Disporapar) Provinsi Jawa Tengah pembuat souvenir, penyewaan perahu wisata dan
b. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi alat-alat snorkelling dan diving, warung-warung

Sri Nurhayati Qodriyatun Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Karimujawa 253
makan). Dalam rangka meningkatkan kapasitas tidak terjadi mass tourism (Disporapar Provinsi
sumber daya manusia Karimunjawa, Disparbud Jawa Tengah, wawancara, 8 Mei 2018), namun
Kabupaten Jateng melakukan pelatihan bahasa laju kunjungan wisatawan ke Karimunjawa dari
inggris, guide, dan pengelolaan homestay (Dinas waktu ke waktu terus mengalami peningkatan,
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara, terutama disaat weekend dan peak season.
wawancara, 9 Mei 2018). Sedangkan DKP Pada tahun 2013 jumlah kunjungan wisatawan
Provinsi Jawa Tengah terkait pulau-pulau di mancanegara ke Karimunjawa sebanyak
Karimunjawa saat ini sedang menyusun Rencana 14.417 orang, meningkat tajam di tahun 2016
Zonasi seperti yang diamanatkan UU No. 27 menjadi 21.288 orang.6 Kondisi ini cukup
tahun 2007 (Dinas Kelautan dan Perikanan mengkhawatirkan bagi kondisi lingkungan di
Provinsi Jawa Tengah, wawancara, 8 Mei 2018). Karimunjawa. Ironisnya, Disporapar Provinsi
Sementara itu, Balai Taman Nasional Jawa Tengah pada Festival Karimunjawa tanggal
Karimunjawa selaku pihak yang kawasannya 25 – 30 September 2018 menargetkan sebanyak
dimanfaatkan untuk pariwisata telah menyusun 15.000 wisatawan dengan 30% (5.000 orang) di
zonasi yang telah ditetapkan dengan Keputusan antaranya wisatawan mancanegara diharapkan
Dirjen PHKA No. SK 28/IV/Set/2012. Pembagian mengunjungi Karimunjawa.7 Pemerintah Daerah
zona di Taman Nasional Karimunjawa adalah Provinsi Jawa Tengah tidak konsisten dengan
zona inti, zona rimba, zona perlindungan bahari, rencana mereka dalam pengembangan pariwisata
zona pemanfaatan darat, zona pemanfaatan Karimunjawa, yang diarahkan pada pariwisata
wisata bahari, zona budidaya bahari, zona religi, peminatan khusus yang tidak mass tourism.
budaya, dan sejarah, zona rehabilitasi, dan zona Mass tourism tidak sesuai untuk destinasi
tradisional perikanan (Balai Taman Nasional pariwisata dengan keindahan alam sebagai
Karimunjawa, wawancara, 8 Mei 2018). Namun daya tarik wisatanya. Apalagi untuk destinasi
kepatuhan masyarakat lokal terhadap zonasi pariwisata yang merupakan pulau-pulau kecil
belum sesuai harapan, misalnya kepatuhan yang memiliki keterbatasan (sumber daya air
terhadap zona inti dan perlindungan pada tahun tawar terbatas dan rentan terhadap pengaruh
2015 adalah 78,56% (Yuliana et al., 2016), eksternal termasuk karena kegiatan manusia).
menurun dibandingkan dengan tingkat kepatuhan Mass tourism membutuhkan ketersediaan lahan
tahun 2009-2010 yaitu 84,87% (BTNKJ, 2013). yang luas untuk akomodasi dan sumber air
Penurunan terjadi karena masih rendahnya bersih untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
kesadaran masyarakat akan konservasi sumber Pulau kecil seperti Karimunjawa tidak mampu
daya pesisir dan laut, pengawasan yang belum untuk memenuhi berbagai hal tersebut. Perlu ada
optimal dari BTNKJ dan masyarakat, serta tanda kajian tentang daya dukung (lingkungan, fisik,
batas zona yang tidak jelas (Yuliana et al., 2016). sosial) untuk mengetahui berapa wisatawan yang
Untuk itu BTNK melakukan beberapa hal: (1) dimungkinkan untuk di tampung di Karimunjawa,
sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat baik di wilayah daratnya, di spot-spot snorkelling
lokal tentang zonasi dan peruntukannya; (2) ataupun diving. Sistem penetapan target jumlah
melibatkan masyarakat dalam melakukan upaya- pengunjung menjadi kurang tepat diterapkan
upaya konservasi seperti membersihkan sampah untuk wisata alam. Tetapi lama kunjungan
plastik di wilayah perairan Karimunjawa; (3) dimungkinkan untuk ditingkatkan dengan
melakukan operasi terhadap pelanggaran di menambah atraksi-atraksi lainnya dalam satu
kawasan TNKJ (Seksi Pengembangan Taman 6
Pesona Karimunjawa Dongkrak Kunjungan Turis Asing
Nasional Wilayah II Karimunjawa, wawancara, ke Jepara, 26 April 2017, http://jateng.metrotvnews.
com/bisnis/ob3Box5N-pesona-karimunjawa-dongkrak-
12 Mei 2018) . kunjungan-turis-asing-ke-jepara, diakses 7 September 2018.
Meskipun dalam masterplan pengembangan 7
Hingga Agustus, 660.000 Wisatawan Mancanegera
Kunjungi Jawa Tengah. Kompas.com, 26 September 2018,
pariwisata di Karimunjawa diarahkan untuk
https://travel. kompas.com/read/2018/09/26/111200027/
pengembangan pariwisata peminatan khusus agar hingga-agustus-660.000-wisatawan-mancanegara-
kunjungi-jawa-tengah diakses 5 November 2018.

254 Aspirasi Vol 9 No 2, Desember 2018


kawasan destinasi wisata. di dalamnya mengatur tentang:
Permasalahan yang muncul seiring dengan a. penataan ruang yang disesuaikan dengan RTRW-
berkembangnya pariwisata di Karimunjawa saat nya, dan dalam penyusunannya melibatkan
berbagai pihak yang terkait;
ini adalah sampah, baik darat ataupun di perairan.
b. perhitungan daya dukungnya (carrying capacity)
Permasalahan sampah tidak dapat diatasi oleh yang meliputi daya dukung ekologis, daya
pelaksana kebijakan, dalam hal ini Balai Taman dukung fisik, dan daya dukung sosial;
Nasional Karimunjawa karena pengelolaan c. studi AMDAL atau UKL/UPL nya;
sampah tidak termasuk dalam kewenangannya d. perhitungan pemanfaatan sumber daya alam
(Seksi Pengembangan Taman Nasional Wilayah secara ramah lingkungan, dan
II Karimunjawa, wawancara, 12 Mei 2018). e. hal yang harus dilakukan setiap stakeholders
yang terlibat dalam pengembangan pariwisata.
Hal itu memperlihatkan bahwa pengembangan
pariwisata harus melibatkan berbagai sektor
Perencanaan terintegrasi ini diharapkan
dengan berbagai stakeholders. Karena dalam
nantinya dapat mewujudkan lima prinsip yang
pengembangan pariwisata ada 4 hal yang harus
ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dalam
dipenuhi yaitu atraksi (daya tarik yang ditawarkan
pengembangan wisata di pulau-pulau kecil
oleh suatu kawasan), aksesibilitas (akses
sebagaimana diatur dalam Permenbudpar No.
transportasi yang tersedia menuju dan di dalam
KM.67/UM.001/MKP/2004 tentang Pedoman
kawasan), amenitas (akomodasi dan fasilitas
Umum Pengembangan Pariwisata di Pulau-
yang tersedia di kawasan), dan ancillary services
Pulau Kecil, yaitu prinsip keseimbangan, prinsip
(organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan
partisipasi masyarakat, prinsip konservasi, prinsip
untuk pelayanan wisatawan). Ketika suatu
keterpaduan, dan prinsip penegakkan hukum.
kawasan ditetapkan menjadi destinasi tujuan
Hingga saat penelitian dilakukan, BTNK
wisata maka perlu ada lahan atau ruang untuk
selaku pengelola TNKJ dan Pemerintah Daerah
membangun akomodasi seperti penginapan,
Provinsi Jawa Tengah yang juga terlibat dalam
restoran, fasilitas kesehatan, fasilitas pengelolaan
pengembangan pariwisata Karimunjawa, belum
sampah dan limbah, ketersediaan air bersih,
melakukan perhitungan daya dukung pariwisata
ketersediaan listrik, jaringan komunikasi; lahan
di Karimunjawa. Meskipun hasil penelitian
atau ruang untuk membangun jalan, bandara,
Limbong dan Soetomo (2014) menunjukkan telah
pelabuhan, dan lain sebagainya untuk memenuhi
terjadi kerusakan ekologis di kawasan TNKJ,
sarana aksesibilitas. Penyediaan berbagai fasilitas
seperti semakin luasnya kawasan terumbu karang
tersebut perlu melibatkan berbagai stakeholders,
yang rusak dan berkurangnya ketersediaan air
seperti penyediaan layanan kesehatan dengan
bersih di kepulauan Karimunjawa.
melibatkan puskesmas atau rumah sakit,
penyediaan air bersih dengan melibatkan PDAM Implementasi Kebijakan dari Sudut Pandang
setempat, penyediaan listrik dengan melibatkan Target Group
PLN, penyediaan pengelolaan limbah dan Dari sudut pandang masyarakat Karimunjawa
sampah dengan melibatkan Dinas Lingkungan sebagai target group pengembangan pariwisata
Hidup dan Dinas Kebersihan, penyediaan Karimunjawa, pariwisata telah berdampak
sarana transportasi dengan melibatkan Dinas terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan
Perhubungan, penyediaan jalan dan infrastruktur di Karimunjawa. Dampak ekonomi yang
lainnya dengan melibatkan Dinas Pekerjaan dirasakan masyarakat adalah:
Umum, dan lain sebagainya. Dengan pelibatan • Bertambahnya lapangan kerja. Masyarakat
berbagai stakeholders yang lebih luas maka yang sebagian besar tadinya merupakan
pengembangan pariwisata dapat berkelanjutan. nelayan, saat ini banyak yang kemudian
Untuk itu perlu ada perencanaan yang mempunyai pekerjaan lain seperti menjadi
terintegrasi yang melibatkan berbagai sektor dan Tour Guide, Tour Leader, jasa penyewaan
berbagai stakeholders, di mana rencana tersebut kapal dan alat snorkelling/diving, jasa

Sri Nurhayati Qodriyatun Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Karimujawa 255
homestay, jasa penyewaan kendaraan, masyarakat dari pariwisata antara lain mulai
membuka warung jajanan, toko souvenir luntur rasa kepedulian antar anggota masyarakat,
(pelaku wisata Karimunjawa, wawancara, budaya wisatawan asing sudah memengaruhi pola
1 Mei 2018). Namun bertambahnya pergaulan dan cara berpakaian anak-anak muda,
lapangan kerja ini tidak diimbangi dengan muncul kegiatan party di kafe-kafe hotel yang
pengembangan kapasitas SDM masyarakat berpengaruh terhadap pola pergaulan anak-anak
oleh pemerintah daerah. Pelatihan dan muda, minuman beralkohol mudah didapatkan
pembinaan yang dilakukan oleh Dinas
(masyarakat Karimunjawa, wawancara, 12
Pariwisata Kabupaten Jepara terkesan hanya
Mei 2018). Untuk mengurangi dampak sosial,
formalitas menurut pandangan masyarakat.
Seperti pelatihan bahasa Inggris yang hanya masyarakat membuat aturan tidak tertulis dengan
dilakukan dalam 2 hari. Namun sertifikasi menghimbau kepada para wisatawan asing untuk
Tour Guide yang diselenggarakan Dinas berpakaian sopan ketika di tempat umum.
Pariwisata Provinsi Jawa Tengah cukup Adapun dampak lingkungan yang dirasakan
membantu para tour guide Karimunjawa oleh masyarakat dengan adanya pariwisata
untuk mendapatkan sertifikasi BSNP (Badan adalah:
Sertifikasi Nasional Pariwisata). • Sampah yang belum terkelola dengan baik,
• Pekerjaan baru menambah pendapatan dan baik sampah di darat ataupun di perairan,
meningkatkan kesejahteraan mereka. Seperti terutama sampah plastik. Kondisi saat ini
pendapatan dari tour guide untuk kegiatan hanya tersedia 3 TPS yang belum menerapkan
snorkelling minimal Rp.150.000 per hari, 3R. Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara
sedang dari ke diving minimal Rp.250.000 merencanakan akan membangun TPA di
per hari; pendapatan dari homestay pulau Karimunjawa, dibantu pemerintah
dengan harga per kamar dari Rp.150.000 pusat (KemenPUPR).
s.d Rp.600.000 per hari, pendapatan dari • Ketersediaan air bersih terancam karena
penyewaan kapal mulai dari Rp.700.000 per terjadinya alih fungsi daerah resapan di
kapal atau Rp.250.000 per orang mengikuti kawasan perbukitan untuk hotel, homestay,
open trip, pendapatan dari penyewaan motor dan sejumlah infrastruktur (bandar udara,
Rp. 75.000 per hari, penyewaan mobil mulai sekolah, kantor pemerintahan) dalam 2
dari Rp.450.000 per hari, penyewaan alat tahun terakhir. Saat ini pasokan air bersih
snorkelling Rp.60.000 per orang. Pendapatan masyarakat Karimunjawa hanya berasal dari
dari warung jajanan (seperti yang di Ujung sumber air dari kawasan perbukitan. Kesulitan
Gelam) sekitar Rp.2.000.000 per bulan. air bersih sering dirasakan masyarakat pada
Namun ketika gelombang tinggi pendapatan bulan Juni – September.
hanya Rp.500.000 s.d Rp.750.000 per • Kerusakan terumbu karang. Penelitian Biondi
bulan. Pendapatan dari toko souvenir mulai dkk. (2014) memperlihatkan persentase
dari Rp.1.000.000 s.d. Rp.5.000.000 per tutupan terumbu karang hidup pada lokasi
bulan, tergantung kondisi banyak tidaknya wisata snorkelling di TNKJ sebesar 33% -
kapal datang (pelaku wisata Karimunjawa, 52,5% masuk dalam kategori buruk-baik.
wawancara, 11-12 Mei 2018). Persentase tutupan terendah ada di perairan
• Pariwisata Karimunjawa juga menarik Pulau Menjangan Kecil (33%) dan terbaik
masyarakat luar membuka usaha di ada di perairan Pulau Sinto (52,5%).
Karimunjawa. Muncul kafe, restoran,
hotel, yang izin usahanya dikeluarkan oleh Berbagai permasalahan lingkungan tersebut
Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara. Saat sudah diupayakan untuk diatasi. Seperti untuk
ini ada 10 hotel, 2 restoran, 101 homestay masalah sampah, BTNK bekerja sama dengan
(Dinas Pariwisata dan Kebudayaan masyarakat melakukan bersih pantai dan bersih
Kabupaten Jepara, wawancara, 9 Mei 2018). perairan sebulan sekali. Untuk masalah air bersih,
di tahun 2018 ini direncanakan PDAM Kabupaten
Sedangkan dampak sosial yang dirasakan

256 Aspirasi Vol 9 No 2, Desember 2018


Jepara akan turun mengelola sumber daya air dan pengembangan kapasitas SDM pelaku
di Karimunjawa untuk memenuhi kebutuhan wisata Karimunjawa. Namun permasalahan
air bersih masyarakat. Ada 2 opsi yang akan sampah, air bersih, kerusakan terumbu karang,
dilakukan oleh PDAM untuk mengatasinya yaitu dan perubahan sosial budaya masyarakat muncul
dengan membuat embung atau membendung sebagai dampak dari pengembangan pariwisata
teluk. Sedangkan untuk mengurangi kerusakan di Karimunjawa. Meskipun secara ekonomi,
terumbu karang akibat aktivitas snorkelling, masyarakat Karimunjawa mendapatkan dampak
masyarakat bersepakat untuk menutup sementara positif dengan terbukanya lapangan kerja baru
daerah Maer yaitu perairan sekitar Pulau dan pendapatan yang meningkat. Oleh karenanya,
Menjangan Kecil (1 jam perjalanan dengan kapal pengembangan pariwisata di Karimunjawa belum
kayu) selama 3 tahun agar kawasan tersebut dapat dapat dikatakan berkelanjutan.
pulih kembali. Selain tour guide menghimbau
kepada para wisatawan untuk tidak memegang Saran
biota laut dan menginjak karang selama aktivitas Dalam pengembangan pariwisata diperlukan
snorkelling dilakukan. satu perencanaan yang terintegrasi yang melibatkan
berbagai sektor dan berbagai stakeholders. Karena
Penutup dalam pengembangan pariwisata ada 4 hal yang
Simpulan harus dipenuhi yaitu atraksi, aksesibilitas, amenitas,
Pengembangangan pariwisata di dan ancillary services yang dalam pemenuhannya
Karimunjawa didasarkan pada arah pembangunan melibatkan berbagai sektor dan stakeholders. Dalam
kepariwisataan sebagaimana yang tertuang perencanaan terintegrasi tersebut berisikan tentang
dalam RPJPN 2005-2025 bahwa pengembangan penataan ruangnya yang harus sesuai dengan
kepariwisataan dilakukan dengan memanfaatkan Rencana Tata Ruang Wilayahnya, perhitungan daya
keragaman pesona keindahan alam dan dukungnya (daya dukung ekologis, daya dukung
potensi nasional sebagai wilayah wisata bahari fisik, dan daya dukung sosial), studi AMDAL atau
terluas di dunia secara arif dan berkelanjutan, UKL/UPL nya, pemanfaatan sumber daya alam
serta mendorong kegiatan ekonomi yang secara ramah lingkungan, serta peran dan tanggung
terkait pengembangan budaya bangsa. Arah jawab dari setiap stakeholders yang terlibat dalam
pembangunan tersebut kemudian diterjemahkan pengembangan pariwisata.
oleh Kementerian Pariwisata, Kementerian Untuk destinasi wisata dengan keindahan
Kelautan dan Perikanan, dan Kementerian alam sebagai daya tariknya, terutama untuk pulau-
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam bentuk pulau kecil dan kawasan konservasi, sebaiknya
peraturan di sektor masing-masing. Kebijakan dikembangkan untuk wisata dengan peminatan
sektor tersebut dilaksanakan oleh Dinas Pemuda, khusus. Selain itu juga perlu ada penerapan
Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi pembatasan wisatawan (sistem kuota), karena
Jawa Tengah, Dinas Kelautan dan Perikanan mass tourism berdampak negatif bagi ekosistem
(DKP) Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pariwisata kawasan. Kuota wisatawan didasarkan pada hasil
dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Jepara, penghitungan daya dukung suatu kawasan. Agar
dan Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNK) pendapatan dari pariwisata tidak menurun, maka
selaku pelaksana kebijakan di daerah. yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan
Disporapar Provinsi Jawa Tengah telah menambah atraksi sehingga lama kunjungan
menyusun masterplan Karimunjawa. DKP provinsi wisata bertambah.
Jawa Tengah sedang menyusun rencana zonasi
sesuai amanat UU No. 27 Tahun 2007. BTNK
telah menyusun zonasi dan rencana kelola TNKJ.
Disparbud Kabupaten Jepara dan Disporapar
Provinsi Jawa Tengah telah melakukan promosi

Sri Nurhayati Qodriyatun Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Karimujawa 257
DAFTAR PUSTAKA Garrod, B., JC. Wilson. (2003). Marine Ecotourism:
Issues and Experiences, England: Channel View
Jurnal Publication.
Astuti, Marhanani Tri., Any Ariani Noor. (2016). Kementerian Pariwisata. (2018). Laporan
“Daya Tarik Morotai Sebagai Destinasi Wisata Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata
Sejarah dan Bahari”, Jurnal Kepariwisataan Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Pariwisata.
Indonesia. Vol. 11 No. 1 Juni 2016. ISSN 1907 – Kurniawati, Rina. (2013). Modul Pariwisata
9419. Hlm. 25–46. Berkelanjutan. tidak diterbitkan.
Budianto, Prima Farid., Edi Susilo, Erlinda Indrayani. Nakamura, Robert T. & Frank Smallwood. (1980).
(2013). “Implementasi Pengembangan Pariwisata The Politics of Policy Implementation, New
di Pulau-Pulau Kecil terhadap Masyarakat Pesisir York: St. Martin Press.
Desa Linuhu (Kecamatan Likupang, Kabupaten
Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara)”. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. (2016). Executive
Jurnal ECSOFiM. Vol. 1 No. 1. Hlm. 1–10. Summary Penyusunan Rencana Induk dan
Rencana Detail Kawasan Strategis Pariwisata
Limbong, Ferncius., Sugiono Soetomo. (2014). Nasional (KSPN) Karimunjawa dan Sekitarnya.
Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Semarang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Lingkungan Taman Nasional Karimunjawa”. Provinsi Jawa Tengah.
Jurnal Ruang. Vol. 2 No. 1. Hlm. 351–360.
Sugiyono. (2017), Metodologi Penelitian Kuantitatif,
Ramdani & Ramdani. (2017). Konsep Umum Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method).
Pelaksanaan Kebijakan Publik. Jurnal Publik Bandung: Penerbit Alfabeta.
Vol. 11. No. 1. Hlm. 1-12.
Suwena, I Ketut. (2010). Pariwisata Berkelanjutan
Supriyanto, Yakobus. (2003). Pengembangan dalam Pusaran Krisis Global. Denpasar: Penerbit
Wilayah Pulau-Pulau Kecil Berbasis Pariwisata Udayana University Press.
(Kasus Kabupaten Karimun). Alami. Vol. 8 No.
3 Tahun 2003. Hlm. 11–17. Tachjan. (2006). Implementasi Kebijakan Publik,
Bandung: AIPI Bandung–Puslit KP2W Lemlit
Tamaratika, Fenilia., Arief Rosyidie. (2017). Unpad.
Inkorporasi Kearifan Lokal dalam Pengembangan
Pariwisata di Lingkungan Pantai. Jurnal Wahab, Solichin Abdul. (2008). Analisis
Sosioteknologi. Vol. 16 No. 1. April 2017. Hlm. Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi
125–133. Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Widodo, Joko. (2010). Analisis Kebijakan Publik.
Malang: Bayu Media.
Buku
Bengen, D.G. (2001). Ekosistem dan Sumber Daya
Alam Pesisir dan Laut. Bogor: Pusat Kajian Tesis
Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Institut Johan, Yar. (2011). Pengembangan Wisata Bahari
Pertanian Bogor. dalam Pengelolaan Sumber Daya Pulau-Pulau
BPS Kabupaten Jepara. (tt). Kecamatan Karimunjawa Kecil Berbasis Ekologi: Studi Kasus Pulau
Dalam Angka 2017. Jepara: BPS Kabupaten Sebesi Provinsi Lampung. Tesis. Pascasarjana
Jepara. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
BTNK. (2017). Statistik Karimunjawa 2016.
Semarang: BTNK. Makalah
BTNK. (2018). Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Bengen, D.G. (2002). Coastal Resources and
Taman Nasional Karimunjawa Tahun 2018 – Ecosystems and its Integrated and Sustainable
2027. Semarang: BTNK. Management. Makalah disampaikan dalam
kegiatan Marine Journalis Training Paper yang
Emzir. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif:
diselenggarakan WWF Wallacea Progam,
Analisis Data. Edisi 1 Cetakan ke-5. Jakarta: Bali, 9 -11 April 2002.
Rajawali Pers.

258 Aspirasi Vol 9 No 2, Desember 2018


Dahuri, Rohmin., (1998). Pendekatan Ekonomi- Dokumen
Ekologis Pembangunan Pulau-Pulau Nota Kesepahaman Antara Kementerian
Kecil Berkelanjutan dalam Edyanto, dkk Pariwisata dengan Kementerian
(Ed), Prosiding Seminar dan Lokakarya Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang
Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia Percepatan Pengembangan Pariwisata di
kerja sama Depdagri, Dir. Pengelolaan Sumber
Kawasan Hutan Nomor: NK.6/KS.001/
Daya Lahan dan Kawasan, TPSA, BPPT
dan Coastal Resources Management Project, MP/2015 dan Nomor: NK.10/MenLHK-
USAID, B32 – B42. KSDAE/2015.
Ratman, Dadang Rizki., Deputi Bidang Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011
Pengembangan Destinasi dan Investasi tentang Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Kementerian Pariwisata. Kepariwisataan Nasional.
(2016). Pembangunan Destinasi Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2014
Pariwisata Prioritas 2016 – 2019, makalah tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor
disampaikan dalam Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Kepariwisataan.
Nasional Kementerian Pariwisata tentang Perda Jateng No. 4 tahun 2014 tentang Rencana
Akselerasi Pembangunan Kepariwisataan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Dalam Rangka Pencapaian Target 12 Juta kecil Prov Jateng 2014 -2034.
Wisman dan 260 Juta Wisnus 2016, di Perda Provinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2014
Jakarta tanggal 27 Januari 2016. tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Internet Jawa Tengah Tahun 2013 – 2018.
Direktori Pulau-Pulau Kecil di Indonesia,” http:// Permenbudpar No. Km.67/UM.001/MKP/2004
www.ppk-kp3k. kkp.go.id/direktori-pulau/ tentang Pedoman Umum Pengembangan
index. php/public_c/pulau_data diakses 4 Pariwisata di Pulau-Pulau Kecil.
April 2018. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Hingga Agustus, 660.000 Wisatawan Daerah.
Mancanegera Kunjungi Jawa Tengah”. UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Kompas.com, 26 September 2018, https:// Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
travel. kompas. com/read/2018/09/26/1112 (yang telah diubah dengan UU No. 1
00027/hingga-agustus-660.000- Tahun 2014).
wisatawan-mancanegara-kunjungi-jawa-
tengah diakses 5 November 2018.
Kemenpar Targetkan Kontribusi 15% pada
2019”, Tri Listiyarini, Minggu 10
September 2017, http://id.berita satu.com/
home/kemenpar-target kan-kontribusi-15-
pada-2019/165 070, diakses 2 April 2018.
Pesona Karimunjawa Dongkrak Kunjungan
Turis Asing ke Jepara”, 26 April 2017,
http://jateng.metrotv news.com/bisnis/
ob3Box5N-pesona-karimunjawa-
dongkrak-kunjungan-turis-asing-ke-
jepara, diakses 7 September 2018.

Sri Nurhayati Qodriyatun Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Karimujawa 259

You might also like