You are on page 1of 20

ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

PENGELOLAAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS COMMUNITY-BASED


TOURISM DALAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR

Rullyana Puspitaningrum Mamengko1, dan Erlina Daru Kuntari2


1
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia, Email: rullyana.mamengko@uny.ac.id
2
Akademi Pariwisata Buana Wisata Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia, Email: erlina@akparbuanawisata.ac.id

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pentingnya
Histori Artikel pengelolaan pariwisata bahari berbasis pemberdayaan masyarakat
(Community-Based Tourism) dalam meningkatkan pendapatan ekonomi
Submitted: masyarakat pesisir di wilayah pesisir Pantai Utara Jawa Tengah.
11 Desember 2019 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
Reviewed:
10 Januari 2020
prosedur penelitian yaitu tahap deskripsi, tahap reduksi, dan tahap
Accepted: seleksi. Lokasi penelitian di wilayah pesisir Pantai Utara Jawa Tengah
10 Februari 2020 dengan responden yang dipilih secara acak. Hasil penelitian yang
Published: diperoleh yaitu adanya multiplayer effect pelibatan masyarakat dalam
15 Mei 2020 pengelolaan pariwisata bahari di wilayah pesisir yang meliputi
pendapatan masyarakat meningkat, terserapnya tenaga kerja lokal,
terbukanya ruang usaha bagi masyarakat lokal, terpeliharanya lingkungan sekitar, dan
perbaikan amenitas pendukung lainnya.

Kata Kunci: Pariwisata bahari, community-based tourism, ekonomi masyarakat

MANAGEMENT OF MARINE TOURISM BASED ON COMMUNITY-BASED


TOURISM IN INCREASING REVENUE OF COASTAL COMMUNITIES

ABSTRACT
The economic conditions of the coastal communities of the North Coastal of Central Java, for
several decades, have been categorized as not having adequate livelihoods, even though
Indonesia's marine resources are relatively abundant. The purpose of this study was to
determine the importance of managing marine tourism based on community-based tourism in
increasing revenue of coastal communities in the north coastal of Central Java. This research
is a qualitative descriptive study, with research procedures namely the description stage, the
reduction stage, and the selection stage. Respondents in this study were 56 respondents who
were randomly selected in each City or Regency. Respondents consisted of the Tourism
Office, Pokdarwis or Bumdes, workers in tourist destinations, community leaders, sellers at a
tourist destinations, and visitors. The results obtained have a multiplier effect, i.e. increasing
revenue of coastal communities, absorption of workforce from local communities, opportunity
of open up business space for local communities, preservation cleanliness and nature the
environment to supports sustainable tourism, and also the benefits received by the community
around the tourist destination regarding regional development, improvement of road and
bridge infrastructure, improvement of public facilities such as places of worship and other
public facilities.
Keywords : Marine tourism, community-based tourism, economic

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
Doi: 10.36275/mws
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

PENDAHULUAN (2011) tentang faktor penyebab kemiskinan


Indonesia merupakan negara kepulauan masyarakat pesisir di Kwanyar Barat,
terbesar di dunia. Indonesia memiliki 17.506 Kabupaten Bangkalan adalah rendahnya
pulau dan pantai sepanjang 81.000 km, serta akses terhadap modal terutama modal
laut seluas 5,8 juta km2. Potensi yang besar finansial sehingga menyebabkan nelayan
tersebut seharusnya dapat memberikan tidak mampu mengakses modal fisik berupa
sumber penghidupan yang layak. Namun teknologi penangkapan yang lebih modern.
pada kenyataannya, kualitas hidup Ketimpangan juga merupakan salah satu
masyarakat masih tergolong rendah. Untuk permasalahan penyebab kemiskinan. Hal ini,
itu, dibutuhkan peran pemerintah dalam berkaitan dengan keuntungan ekonomi dari
menentukan arah pembangunan daerah pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut,
(Noer, 2018). baru dinikmati oleh kelompok masyarakat
tertentu seperti juragan kapal dan pengusaha
Perencanaan hendaknya dilakukan secara perikanan, namun belum dapat dinikmati
integral dan holistik dengan melibatkan oleh masyarakat pesisir dan nelayan. Selain
masyarakat lokal sehingga masyarakat dapat kesenjangan dalam pendapatan, kesenjangan
memperoleh manfaat ekonomi sekaligus dalam kepemilikan justru menjadi
sumber daya alamnya dapat terjaga. permasalahan yang lebih serius (Syarief,
Tindakan yang dapat diselaraskan dengan hal 2001). Kondisi ini juga terjadi di wilayah
tersebut di atas adalah pemberdayaan pesisir Pantai Utara Jawa Tengah, kondisi
masyarakat dalam mengelola pariwisata masyarakatnya, sebagian besar masih berada
daerah atau lebih dikenal dengan community- di bawah garis kemiskinan.
based tourism.
Jawa Tengah adalah sebuah provinsi di
Pendekatan pembangunan pariwisata yang Indonesia yang terletak di bagian tengah
menempatkan masyarakat sebagai bagian Pulau Jawa. Ibu kotanya adalah Semarang.
yang tidak terpisahkan dari produk wisata Luas wilayah Jawa Tengah adalah 32.548
merupakan esensi dari pembangunan yang km2, atau sekitar 28,94% dari luas Pulau
berbasis pemberdayaan masyarakat Jawa. Jawa Tengah memiliki 29 kabupaten
(Adikampana, 2017). Pendekatan ini dan 6 kota. Panjang pantai Jawa Tengah
memiliki nilai strategis yaitu mampu kurang lebih 251 km (Peta Laut DISHIDROS
menciptakan produk wisata yang bercirikan TNI AL, 2013) dan terdapat 10 kabupaten
budaya setempat. Pariwisata jika dikelola dan 3 kota yang berbatasan langsung dengan
dengan baik maka akan memberikan Laut Jawa, yang dalam penelitian ini disebut
kontribusi ekonomi secara langsung kepada wilayah pesisir pantai utara Jawa Tengah.
masyarakat di sekitar daerah pariwisata. Kabupaten dan Kota tersebut adalah
Sehingga secara tidak langsung, pariwisata Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kota
memberikan kontribusi signifikan pada Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten
pendapatan asli daerah (PAD) dan Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten
pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah Batang, Kabupaten Kendal, Kota Semarang,
(Rusyidi & Fedryansah, 2018). Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara,
Kondisi masyarakat pesisir merupakan Kabupaten Pati, dan Kabupaten Rembang.
kelompok masyarakat yang relatif tertinggal Penelitian ini memiliki urgensi yaitu dapat
secara ekonomi, sosial (khususnya dalam hal mengetahui cara peningkatan pendapatan
akses pendidikan dan layanan kesehatan), ekonomi masyarakat wilayah pesisir yang
dan kultural dibandingkan dengan kelompok saat ini masih termasuk kategori masyarakat
masyarakat lain (Fatmasari, 2014). berpendapatan rendah, dengan cara
Masyarakat pesisir, terutama nelayan lekat mengembangkan pariwisata bahari berbasis
dengan kemiskinan bahkan disebut kelompok pemberdayaan masyarakat, sehingga
miskin diantara yang miskin (Sipahelut, masyarakat dapat ikut merencanakan,
2010). Menurut hasil penelitian Widodo

2 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

mengelola, memanfaatkan, dan memelihara keuntungan dari kegiatan pariwisata yang


potensi sumber daya alamnya untuk lebih adil bagi masyarakat (Adikampana,
mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan 2017). Pendekatan ini membutuhkan support
(sustainable tourism). dari pemerintah agar bersama-sama dengan
masyarakat meningkatkan dan
mengembangkan pembangunan guna
LITERATUR REVIEW mencapai kesejahteraan bersama.
Community-Based Tourism Seperti hasil penelitian Mardjoeki (2012)
Hiariey (2013) menemukan bahwa strategi yang menyatakan bahwa pemberdayaan
meningkatkan peran aktif masyarakat dalam masyarakat pesisir perlu adanya kerja sama
pengelolaan wilayah pesisir adalah dengan yang simultan dan lintas sektoral, pendekatan
pengelolaan wilayah pesisir berbasis yang paling sesuai dengan kondisi tersebut
masyarakat (co-management). Dalam strategi adalah dengan cara pendekatan partisipatif
tersebut, masyarakat memiliki kewenangan yaitu suatu pendekatan yang melibatkan kerja
cukup dalam pengelolaan dan sama antara masyarakat setempat dan
terakomodasinya kepentingan masyarakat pemerintah. Kemudian Fitriansah (2012)
dalam proses pengelolaan. Sebagaimana dalam hasil penelitiannya juga
disampaikan Ticoalu et al. (2013) bahwa mengemukakan bahwa keberhasilan
keberhasilan program karena masyarakat, pemberdayaan di pesisir adalah karena
pemerintah dan pengusaha memiliki adanya penyadaran kepada masyarakat
kontribusi yang relatif sama terhadap moral, bahwa program yang mereka jalankan bukan
ditinjau dari pemberdayaan masyarakat semata‐mata program dari pemerintah, tetapi
pesisir. juga menjadi program mereka sendiri.
Terdapat tiga aktor yang memainkan
Menurut Tulungen (2001), pendekatan perannya dengan sempurna yakni:
pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir pemerintah daerah sebagai pembina dan
yang dapat menjadi rujukan adalah berbasis pengarah program, masyarakat lokal sebagai
pemberdayaan masyarakat. Konsep ini telah pelaksana utama seluruh kegiatan dan
menjadi pendekatan utama dalam kelompok yang memfasilitasi hubungan
pengelolaan sumberdaya pesisir di Indonesia kedua aktor secara transparansi dan terbuka.
sebagai bagian dari sistem pemerintahan
yang desentralistis. Program yang melibatkan Senada dengan hal tersebut, Wearing (Dewi,
pemberdayaan masyarakat di bidang 2013) menyatakan bahwa masyarakat lokal
pengelolaan pariwisata disebut Community berperan sebagai tuan rumah dan menjadi
Based-Tourism (CBT). pelaku penting dalam pengembangan desa
wisata, dalam keseluruhan tahapan mulai
Community-Based Tourism (CBT) tahap perencanaan, pengawasan dan
merupakan suatu pendekatan pembangunan implementasi. Artinya masyarakat lokal
pariwisata yang menekankan pada pemberian memiliki kedudukan yang sama penting
kesempatan kepada masyarakat lokal untuk dengan pemerintah dan swasta sebagai salah
ikut berkontribusi dalam manajemen satu pemangku kepentingan dalam
perencanaan dan pengelolaan pariwisata pengembangan pariwisata, seperti
setempat, melalui kehidupan yang lebih ditunjukkan pada gambar 1.
demokratis, termasuk dalam pembagian

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 3
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

Gambar 1. Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Pariwisata


Sumber: Wearing (Dewi, 2013)

Pengelolaan Pariwisata Berbasis terutama dalam menjaga sumber daya pesisir


Community-Based Tourism dan kelautan (Masyhudzulhak, 2011).
Kunci pengaturan pembangunan pariwisata Terkait dengan hal tersebut, perlu dilakukan
berbasis Community-Based Tourism, pelibatan masyarakat dalam pengelolaan
meliputi beberapa hal, yaitu: (1) Adanya komponen-komponen pengembangan
dukungan pemerintah; (2) Partisipasi dari pariwisata yang secara garis besar
stakeholder; (3) Pembagian keuntungan yang diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Atraksi
adil; (4) Penggunaan sumber daya lokal dan aktivitas pariwisata; (2) Akomodasi; (3)
secara berkesinambungan; (5) Penguatan Fasilitas dan jasa layanan wisata lainnya; (4)
institusi lokal; (6) Keterkaitan antara level Fasilitas dan jasa layanan transportasi; (5)
regional dan nasional (Pantiyasa, 2011). Infrastruktur lainnya, seperti air, listrik, dan
Selanjutnya, perspektif pengelolaan wilayah telekomunikasi; (6) Elemen institusional,
pesisir dapat didasarkan kepada otonomi (Hadiwijoyo, 2012). Selaras dengan yang
daerah dengan guideline sebagai berikut: (1) diungkapkan oleh Yoeti (2008) bahwa
Secara ekologis haruslah dapat menjamin terdapat 3 (tiga) faktor yang dapat
kelestarian sumber daya pesisir; (2) Secara menentukan keberhasilan pengembangan
ekonomi dapat mendorong dan pariwisata sebagai suatu industri, yaitu:
meningkatkan taraf hidup masyarakat serta tersedianya objek atraksi wisata, adanya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah fasilitas aksesibilitas, dan bernilai untuk
dengan tetap mempertahankan stabilitas dikunjungi atau dilihat (Hadiwijoyo, 2012).
produktivitas sumber daya pesisir; (3) Secara Dalam pengelolaan obyek wisata, hendaknya
sosial budaya memberikan ruang bagi mencakup 6 (enam) hal dasar, yaitu: (1)
kearifan lokal dan pemberdayaan masyarakat Pembinaan produk wisata, (2) Pembinaan
serta meningkatkan keterlibatan partisipasi masyarakat wisata, (3) Pemasaran terpadu,
masyarakat dalam kebijakan dan (4) Paduan penyebaran, (5) Paduan
pembangunan; (4) Secara kelembagaan dan komunikasi, dan (6) Paduan pelayanan,
hukum dapat menjadi payung dalam (Yoeti, 2008).
pengelolaan sumber daya pesisir dan
Pengelolaan Pariwisata Bahari
menjamin tegaknya hukum serta penguatan
kelembagaan; (5) Dalam bidang pertahanan Dalam praktiknya, pengelolaan pariwisata
dan keamanan sebagai garda terdepan dalam bahari perlu memperhatikan hal-hal sebagai
mewaspadai potensi-potensi yang akan berikut: (1) Pengembangan wisata bahari
mengganggu pertahanan dan keamanan baik harus mengikuti kaidah-kaidah pembangunan
di perairan maupun Zona Ekonomi Eksklusif, berkelanjutan yang berwawasan lingkungan;

4 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

(2) Pengembangan wisata bahari diarahkan pemahaman yang berdasarkan pada metode
pada pola pengembangan ekowisata atau yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
wisata ramah lingkungan yang masalah manusia (Iskandar, 2009). Peneliti
mengupayakan pemanfaatan lingkungan membuat suatu gambaran kompleks, meneliti
alam bahari sekaligus juga menyelamatkan kata-kata, laporan terinci dari pandangan
lingkungan alam bahari tersebut; (3) responden, serta melakukan studi pada situasi
Pengembangan wisata bahari harus ditujukan yang alami.
pada upaya meningkatkan pemerataan Tahapan pelaksanaan penelitian yang
kesempatan, pendapatan, peran serta, dan digunakan terbagi dalam 5 (lima) tahap yaitu:
tanggung jawab masyarakat setempat yang (1) merumuskan masalah sebagai fokus
terpadu dengan pemerintah dan dunia usaha penelitian; (2) mengumpulkan data di
(Prasiasa dan Hermawan, 2012). lapangan; (3) menganalisis data; (4)
Selanjutnya, pengembangan wisata bahari merumuskan hasil studi; (5) menyusun
harus mengacu pada strategi pengembangan rekomendasi untuk pembuatan keputusan
sebagai berikut: (1) Menjadikan prinsip- (Danim & Darwis, 2003). Selaras dengan hal
prinsip ecotourism sebagai payung tersebut, pengolahan datanya dilakukan
pembangunan wisata bahari; (2) Membangun melalui 3 (tiga) prosedur yaitu sebagai
kemitraan antar pelaku, yang lebih bersifat berikut: deskripsi, reduksi, dan seleksi data.
tidak struktural, namun lebih mengarah ke Data primer diperoleh dari hasil wawancara
fungsional; (3) Pengembangan diversifikasi di lapangan dan observasi. Kemudian data
kegiatan dan daya tarik wisata maupun sekunder diperoleh dari peraturan setempat,
produk seni budaya etnis yang dapat data statistik dari dinas terkait, dan
dijadikan daya tarik wisata; (4) dokumentasi yang terdapat di masing-masing
Mengembangkan ketertarikan dan responden. Metode pengumpulan data
komplementaritas antar wilayah dalam suatu melalui wawancara dengan menggunakan
sistem tata ruang pengembangan pariwisata daftar pertanyaan dan wawancara secara
yang terkait dengan sektor-sektor lain; (5) mendalam (in depth interview). Observasi
Mendorong kerjasama bilateral dan dilakukan untuk mengamati hasil program
multilateral antar negara luar dengan pemberdayaan masyarakat yang sudah
pemerintah daerah (pemda) setempat dan dilakukan, kelembagaannya, serta relasi
antar daerah terutama dalam pengembangan sosial budaya masyarakat. Responden dalam
wisata bahari dan kegiatan lain termasuk penelitian ini adalah 56 responden yang
keamanan dan keselamatan kegiatan wisata dipilih secara acak di masing-masing Kota
bahari lintas negara dan daerah (Prasiasa dan atau Kabupaten. Responden terdiri dari Dinas
Hermawan, 2012). Pariwisata, Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) atau Badan Usaha Milik Desa
(Bumdes), pekerja di destinasi wisata, tokoh
METODE
masyarakat, pedagang/ pemilik kios di
Artikel ini merupakan hasil penelitian destinasi wisata, dan pengunjung atau
kualitatif, penelitian kualitatif dilaksanakan wisatawan.
untuk membangun pengetahuan melalui
pemahaman dan penemuan. Pendekatan Adapun kerangka berpikir dalam penelitian
kualitatif adalah suatu proses penelitian dan ini diilustrasikan dalam gambar 2 berikut ini.

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 5
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

Gambar 2. Road Map Penelitian

Selanjutnya prosedur pengolahan data, Yang dimaksud dengan wilayah pesisir


melalui 3 (tiga) tahap utama yaitu: tahap pantai utara Jawa Tengah adalah wilayah
deskripsi, tahap reduksi, dan tahap seleksi. yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa.
Wilayah tersebut meliputi: bagian utara dari
Kabupaten Brebes, Kota dan Kabupaten
HASIL DAN PEMBAHASAN Tegal, Kabupaten Pemalang, Kota dan
Gambaran Umum Wilayah Pesisir Pantai Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang,
Utara Jawa Tengah Kabuaten Kendal, Kota Semarang,
Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara,
Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang.

Gambar 3. Peta Administratif Jawa Tengah


Sumber: google.com Peta Administratif Jawa Tengah

6 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

Sebagian besar masyarakat pantai utara Jawa gangguan jiwa. Sebagian petani dan nelayan
Tengah memiliki mata pencaharian sebagai yang hilang tambaknya beralih menjadi
nelayan, selain itu sebagai petani atau buruh serabutan, nelayan seser ataupun
pedagang. Para nelayan biasanya langsung nelayan tangkap (sampan dan jaring), yang
menjual ikan tangkapannya ke pedagang ikan sebelumnya juragan berubah menjadi petani
di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang penggarap.
terletak di masing-masing wilayah, baru Dari kondisi tersebut, maka alternatif mata
kemudian oleh pedagang ikan akan langsung pencaharian yang dipahami oleh masyarakat
dijual ke pembeli dalam bentuk ikan segar adalah kembali melaut (nelayan) atau
maupun diolah terlebih dahulu menjadi ikan menjadi pedagang. Masih sedikit masyarakat
asin, ikan asap, atau olahan ikan lainnya. yang berpikiran untuk mengembangkan
Selain sebagai nelayan, mata pencaharian daerahnya dengan cara memaksimalkan
lainnya masyarakat pesisir adalah sebagai potensi yang ada, kemudian mengelolanya
petani. menjadi mata pencaharian alternatif. Hal ini
Masyarakat pantai utara Jawa Tengah dikarenakan sifat dari masyarakat pesisir
umumnya membudidayakan tanaman yang lebih menyukai mendapatkan uang
hortikultura seperti sayur mayur maupun secara cepat, namun cepat pula
buah-buahan, dan juga bunga melati. Seperti membelanjakannya. Sedangkan untuk
yang diungkapkan oleh salah satu membangun atau mengelola daerah pesisir
narasumber di pedukuhan Pantairejo, Desa menjadi destinasi yang bisa memberikan
Wonokerto, Kabupaten Pekalongan bahwa mata pencaharian, pasti akan memerlukan
mata pencaharian utama di dukuh tersebut waktu yang tidak sebentar.
dahulunya adalah petani melati, karena Terdapat ekosistem terumbu karang dan
menanam melati itu untungnya besar. Sekali pohon-pohon bakau/ mangrove di sepanjang
tanam untuk jangka waktu 5 tahun, 1 tahun Pantura yang berfungsi untuk menangkis
pertama merawat tanaman melati, 4 tahun gelombang pasang yang dapat menyebabkan
selanjutnya untuk panen dan setiap hari abrasi. Hal ini dapat menjadi potensi yang
memetik melati untuk dijual ke pasar dapat dikembangkan menjadi wisata
sehingga masyarakat mendapatkan konservasi pantai atau wisata hutan
penghasilan setiap harinya. Karena di pesisir mangrove. Saat ini, potensi pengembangan
Pantai Utara Jawa Tengah sering terjadi wisata ini mulai diminati oleh masyarakat,
banjir rob, bahkan pernah terjadi banjir rob karena adanya beberapa contoh wisata pantai
yang tinggi hingga mencapai ladang melati yang telah berhasil dikelola oleh masyarakat,
warga, menyebabkan banyak tanaman melati misalnya: Wisata Mangrove Tapak di
dan hortikultura mati. Lebih parahnya lagi, Semarang, Maron Mangrove Edupark di
setelah banjir rob surut, tanahnya tidak dapat Semarang, Puri Maerokoco di Semarang,
lagi digunakan untuk bercocok tanam karena Hutan Mangrove Mintaragen di Tegal,
banjir rob membawa pasir ke daratan dan Wisata Mangrove Park di Pekalongan, dan
menimbun ladang warga tersebut. Dengan Jembatan Merah Hutan Mangrove di
kondisi demikian, maka masyarakat harus Rembang.
memikirkan alternatif lain untuk memenuhi
kebutuhannya sehari-hari. Wisata hutan bakau atau mangrove sudah
semakin diminati oleh pengunjung dengan
Hal yang sama juga diungkapkan oleh hasil adanya paket-paket wisata yang menarik
penelitian dari Manumono (2008) yang misalnya wisata susur sungai dengan perahu
menyatakan bahwa abrasi tambak dan rob sekaligus kuliner hasil laut dengan melihat
menyebabkan penurunan pendapatan petani pemandangan mangrove.
tambak dan nelayan sehingga mereka
mengalami perubahan perilaku yang bersifat Melihat peluang ini, maka perlu dilakukan
negatif yaitu apriori, apatis dan mengalami sosialisasi kepada masyarakat Pantai Utara
Jawa Tengah (Pantura) yang masih belum

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 7
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

mengembangkan daerahnya untuk dapat Masyarakat sebagai subyek atau pelaku


mengikuti jejak masyarakat pesisir di daerah pembangunan berarti bahwa masyarakat
lain yang telah berhasil mengembangkan menjadi pelaku penting yang terlibat secara
daerahnya, sehingga masyarakat memiliki aktif dalam proses perencanaan,
alternatif mata pencaharian untuk dapat pengembangan kepariwisataan, bersama-
memenuhi kebutuhannya sehari-hari. sama dengan pemerintah dan swasta.
Masyarakat sebagai penerima manfaat berarti
Penerapan Sapta Pesona sebagai
masyarakat diharapkan dapat memperoleh
Perwujudan Program Pemberdayaan
nilai manfaat ekonomi yang berarti dari
Masyarakat
pengembangan kegiatan kepariwisataan
Peningkatan peran masyarakat dalam untuk meningkatkan kualitas hidup dan
pembangunan kepariwisataan memerlukan kesejahteraan sosial masyarakat yang
berbagai upaya pemberdayaan bersangkutan.
(empowerment) agar masyarakat dapat Salah satu aspek yang mendasar bagi
berperan lebih aktif dan optimal serta keberhasilan pembangunan kepariwisataan
sekaligus menerima manfaat positif dari adalah terciptanya lingkungan yang kondusif
kegiatan pembangunan yang dilaksanakan yang mendorong tumbuh dan
untuk meningkatkan kesejahteraannya. berkembangnya kegiatan kepariwisataan di
Pemberdayaan masyarakat dalam konteks suatu wilayah. Salah satunya adalah dengan
pembangunan kepariwisataan dapat perwujudan Sadar Wisata di kalangan
didefinisikan yaitu upaya penguatan dan masyarakat, yang meliputi 7 (tujuh) unsur
peningkatan kapasitas, peran, dan inisiatif pesona yaitu: Aman, Tertib, Bersih, Sejuk,
masyarakat sebagai salah satu pemangku Indah, Ramah, dan Kenangan (Karim,
kepentingan, untuk dapat berpartisipasi dan Kusuma, & Amalia, 2017). Gambaran posisi
berperan aktif sebagai subjek atau pelaku dan peran penting Kelompok Sadar Wisata
maupun sebagai penerima manfaat dalam (Pokdarwis) dikaitkan dengan pengembangan
pengembangan kepariwisataan secara kepariwisataan dapat diilustrasikan pada
berkelanjutan. (Renstra Dit. Pemberdayaan gambar 5 berikut ini.
Masyarakat, 2010).

Gambar 4. Posisi dan Peran Penting Pokdarwis dalam Pengambangan Kepariwisataan

8 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

Dari beberapa pantai yang telah peneliti dibutuhkan. Kemudian dilihat dari
kunjungi di Kabupaten Tegal, Kota Tegal, pengaturan dan pengelolaan parkir baik
Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, parkir sepeda motor maupun parkir mobil
Kota Semarang, dan Kabupaten Rembang, yang tertata dengan tertib dan rapi.
hanya Karangjahe Beach yang terletak di Selanjutnya ketertiban dalam penataan dan
Kabupaten Rembang yang kegiatan pengelolaan kios-kios pedagang. Termasuk
Pokdarwisnya telah memenuhi penerapan syarat bahwa setiap KK hanya diperbolehkan
semua unsur Sapta Pesona. Hal ini terbukti memiliki paling banyak 2 kios untuk
dengan adanya visi yang jelas yaitu berjualan, hal ini dalam rangka pemerataan
“Pemberdayaan Masyarakat Lokal”, serta dengan seluruh penduduk Desa Punjulharjo,
adanya struktur organisasi serta tugas pokok sehingga bagi penduduk yang memiliki
dan fungsi yang jelas dari para anggotanya. modal besar, tidak serta merta menguasai
Struktur organisasi Pokdarwis Karang Jahe lahan untuk membuka beberapa kios
terdiri dari: Pembina, Penasehat, dan sekaligus.
Pengurus Harian. Kemudian Pengurus Harian Bersih. Kebersihan menjadi poin utama yang
dikelompokkan lagi menjadi Ketua, Wakil menjadi perhatian Pokdarwis Karang Jahe.
Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Anggota Mereka memahami bahwa kebersihan akan
yang merupakan seksi dari masing-masing meningkatkan tingkat kenyamanan
bidang. pengunjung yang akan berdampak pada
Dari beberapa destinasi wisata pantai yang bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan
dikunjungi dalam 6 (enam) Kota dan maupun bertambahnya jumlah pengunjung
Kabupaten di pesisir Pantai Utara Jawa yang loyal. Untuk itu, setiap ada event,
Tengah, baru ada 1 (satu) Pokdarwis yang petugas kebersihan selalu membersihkan area
menerapkan Sapta Pesona secara lengkap, setelah selesai event sehingga pagi harinya
yaitu Pokdarwis Karang Jahe. Pokdarwis kondisi area Karang Jahe sudah bersih dan
yang lainnya, ada yang menerapkan sebagian siap menerima pengunjung. Pada hari biasa,
Sapta Pesona, bahkan ada yang sama sekali terdapat pula tim kebersihan yang
tidak menerapkannya karena permasalahan membersihkan area pantai dan telah
internal dari Pokdarwis sendiri seperti visi bekerjasama dengan Dinas Lingkungan
misi yang tidak jelas, pembagian kerja yang Hidup untuk pengadaan bak sampah yang
tidak jelas, tidak adanya struktur organisasi, terpisah dan ada pihak yang secara rutin
bahkan sistem upah yang masih tidak jelas. mengambil sampah-sampah tersebut.
Dari hasil keseluruhan observasi, peneliti Disamping itu, pembinaan kebersihan juga
menyampaikan contoh penerapan Sapta selalu disosialisasikan ke pedagang-pedagang
Pesona yang baik dan telah dilakukan oleh di kios-kios untuk bertanggung jawab
Pokdarwis Karang Jahe, sebagai berikut. terhadap kebersihan di area kiosnya masing-
Aman. Adanya petugas keamanan yang masing. Serta adanya himbauan ke
bertugas selama pantai Karang Jahe pengunjung untuk selalu membuang sampah
menerima pengunjung yaitu dari jam 06.00 pada tempatnya.
hingga waktu magrib setempat. Keamanan Sejuk. Kerja sama dengan PT Djarum dalam
ini meliputi area parkir motor dan mobil yang hal penghijauan area sekitar pantai dan
aman, keamanan pengunjung dan barang- pendampingan dalam hal penanaman
barang bawaan, keamanan bagi pengunjung maupun pemeliharaan. Hal ini pula sebagai
yang hendak mandi-mandi atau bermain air salah satu bentuk bakti sosial yang dilakukan
di tepi laut. oleh PT Djarum.
Tertib. Ketertiban dilihat dari beberapa Indah. Penataan kios-kios yang tertata rapi,
aspek yaitu petugas penjaga pantai, petugas adanya gazebo-gazebo, tempat-tempat duduk
tiket, petugas keamanan, dan petugas bagi pengunjung, wahana bermain, fasilitas
kebersihan yang selalu ada dan siap apabila perahu hias, pohon-pohon cemara laut yang

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 9
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

teduh, melengkapi keindahan pemandangan Kendala Pengelolaan Destinasi Wisata


wisata pantai yang dapat membuat Pantai melalui Pemberdayaan
pengunjung betah berkunjung ke pantai Masyarakat
Karang Jahe. Dari sebagian besar narasumber yang
Ramah. Keramahan adalah energi utama meliputi pengurus Pokdarwis, pedagang kios
dalam pariwisata, ini yang selalu yang tergabung dalam anggota Pokdarwis,
disosialisasikan oleh Pokdarwis kepada hingga tokoh masyarakat setempat, yang
semua pengurus, pengelola, anggota, maupun meliputi Wisata Mangrove Tapak di Kota
pemilik dan pekerja di kios-kios pedagang. Semarang, Puri Maerokoco di Kota
Sehingga nuansa keramahan akan terasa Semarang, Karang Jahe Beach di Kabupaten
ketika pengunjung datang ke wisata pantai Rembang, Wisata Jembatan Merah Hutan
ini. Mangrove di Kabupaten Rembang, Pantai
Kenangan. Untuk membuat kenangan yang Pasir Kencana di Kota Pekalongan, Pantai
baik tentang wisata Pantai Karang Jahe, Wonokerto di Kabupaten Pekalongan, Hutan
Pokdarwis selalu mengembangkan inovasi- Mangrove Mintaragen di Kota Tegal, Pantai
inovasi baru dalam hal layanan, fasilitas Alam Indah di Kota Tegal, Pantai Muarareja
bermain, maupun fasilitas umum. Semua Indah di Kota Tegal, dan Pantai Purwahamba
aspek selalu dimonitor dan dikaji dalam Indah di Kabupaten Tegal mengatakan
forum yang dilakukan setiap bulannya, bahwa kendala utama pengelolaan dengan
sehingga segala permasalahan dapat konsep pemberdayaan masyarakat ini adalah
didiskusikan untuk menemukan solusi hanya sedikit masyarakat yang mau merintis
terbaik, dan ide-ide dapat ditampung untuk destinasi wisata, atau hanya sedikit
dapat direalisasikan jika memang ide itu masyarakat yang mau bergabung dengan
dapat membuat Pantai Karang Jahe menjadi Pokdarwis. Karena pada awalnya, Pokdarwis
lebih baik dan diminati pengunjung. ini sifatnya adalah sukarela sehingga
masyarakat yang tergabung dalam Pokdarwis
Pengelolaan dari Pokdarwis Karang Jahe menyebut dirinya sebagai relawan.
yang baik inilah yang mengantarkan Pantai
Karang Jahe menjadi destinasi wisata Karakter masyarakat pesisir adalah mencari
unggulan di Kabupaten Rembang, kemudian pekerjaan yang bisa cepat menghasilkan
disusul oleh Pantai Pasir Putih Wates yang uang, sehingga banyak masyarakat yang
juga dikelola oleh masyarakat dimana lebih berminat untuk menjadi nelayan dari
mengunggulkan hamparan pohon cemara dan pada mengembangkan wisata pantainya.
pulau gedenya. Bahkan dalam skala regional, Baru kemudian setelah melihat hasil yang
yaitu tingkat Jawa Tengah, Pantai Karang baik dalam pengelolaan wisata pantai,
Jahe atau lebih dikenal dengan Karang Jahe masyarakat baru berbondong-bondong untuk
Beach mendapatkan peringkat ke-7 sebagai ikut serta berkontribusi dalam Pokdarwis.
destinasi wisata yang banyak dikunjungi oleh Kendala yang kedua dalam hal pengelolaan,
wisatawan pada tahun 2018. Sebagai setelah 2 (dua) tahun pengelolaan, salah satu
informasi, Karang Jahe Beach mulai narasumber dari Pantai Pasir Kencana di
beroperasi dengan dikelola oleh Pokdarwis Kota Pekalongan mengatakan bahwa ketika
sejak tahun 2016. Dalam waktu 3 (tiga) wisata pantai tersebut pertumbuhannya
tahun, Pokdarwis Karang Jahe Beach telah lambat, maka akan menurunkan semangat
menunjukkan bahwa dengan pengelolaan para anggota Pokdarwis sehingga banyak
yang baik maka dapat memberikan hasil pengurus yang mencari pekerjaan sampingan,
pencapaian yang signifikan. Hal ini misalnya melaut, sehingga mempengaruhi
seyogyanya dapat memberikan motivasi dan kinerja Pokdarwis dan menjadi tidak fokus
inspirasi bagi Pokdarwis-Pokdarwis lainnya dalam pengelolaannya yang pada akhirnya
dalam mengembangkan destinasi wisata di mengakibatkan destinasi wisata menjadi
daerahnya. tidak berkembang.”

10 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

Kendala selanjutnya, masih terkait dengan Karang Jahe Beach, pendampingan dari
pengelolaan setelah 2 (dua) tahun, seperti Pemerintah dimulai dari awal pengelolaan
yang disampaikan oleh salah satu narasumber Pokdarwis, pengadaan pelatihan-pelatihan
dari Pantai Wonokerto di Kabupaten SDM, pelatihan berwirausaha, pelatihan
Pekalongan, bahwa ketika destinasi wisata SAR, pendampingan di lapangan, pengadaan
telah memperlihatkan hasil yang bagus, maka 11 ruko dan 7 gazebo, serta alat-alat
banyak sekali pihak-pihak yang ingin outbound. Disamping itu, pemerintah juga
mengambil bagian dalam pengelolaan membantu dalam hal promosi untuk
tersebut. Misalnya dalam hal keamanan, ada memperkenalkan Karang Jahe Beach ke
banyak pihak di luar pedukuhan tempat masyarakat luas sehingga dapat
destinasi wisata tersebut yang ingin meningkatkan jumlah pengunjung,
berkontribusi dengan harapan dapat diantaranya dengan promosi melalui video,
memperoleh keuntungan dari hasil social media, membuat komunitas binaan,
pengelolaan wisatanya. Atau kebijakan dari ikut serta dalam pameran-pameran baik skala
Desa setempat untuk menarik dana lebih, lokal, regional, maupun nasional, dan
dengan alasan pengembangan daerah di desa membuat festival atau event untuk menarik
secara keseluruhan, artinya di luar dari pengunjung datang ke destinasi wisata.
pedukuhan tempat destinasi wisata pantai Demikian halnya di Pantai Pasir Kencana
tersebut. Sedangkan, pedukuhan tersebut Kota Pekalongan, Pemerintah membantu
masih membutuhkan banyak dana untuk
pembangunan jembatan, spot selfie, kios
pengembangan pedukuhannya, karena mata pedagang, joglo pertunjukan, MCK, dan lain
pencaharian sebagai pengelola Pokdarwis sebagainya. Di Pantai Alam Indah Kota
maupun pedagang merupakan mata Tegal, Pantai Muarareja Indah Kota Tegal,
pencaharian utama selain nelayan. Belum dan Pantai Purwahamba Indah Kabupaten
lagi, adanya tawaran-tawaran mengenai Tegal, Pemerintah juga membantu dalam
investasi yang belum diketahui bentuk pengembangan infrastruktur, dimana
kerjasamanya oleh masyarakat setempat. diketahui bahwa kondisi jalan di sebagian
Sehingga dikhawatirkan akan menggeser besar wilayah Pantai Utara Jawa Tengah
warga lokal dalam berwirausaha sebagai yang menuju ke pantai masih kurang layak,
pedagang maupun sebagai pengelola sehingga upaya pemerintah adalah perbaikan
Pokdarwis. jalan dan jembatan, kemudian pembangunan
Kendala lainnya adalah masalah teknis dan MCK, musholla, maupun fasilitas umum
operasional termasuk ego sektoral para lainnya.
pengelola atau anggota Pokdarwis, tetapi hal Tetapi, ada juga Pokdarwis di wilayah Pantai
ini tidak menjadi masalah besar karena akan Utara Jawa Tengah yang hanya mendapatkan
dapat dicarikan jalan terbaik melalui sedikit bantuan dari pemerintah, misalnya
musyawarah di dalam forum yang seperti informasi dari salah satu narasumber
diselenggarakan setiap 1 (satu) bulan hingga di Pantai Wonokerto Kabupaten Pekalongan
3 (tiga) bulan sekali tergantung kebijakan bahwa pernah diberikan pelatihan tapi hanya
dari masing-masing Pokdarwis. Tetapi ada sekali kemudian tidak ada lagi tindak lanjut
juga destinasi wisata yang tidak memiliki atau monitoring. Bantuan dari pemerintah
forum musyawarah atau ada forum tetapi berupa suntikan dana untuk membangun
tidak ada tindak lanjut dari pengurus. destinasi wisata sama sekali tidak ada. Semua
Dukungan Pemerintah dan Dukungan murni dari upaya masyarakat hingga
Swasta masyarakat rela tidak mendapatkan
Peran Pemerintah dalam hal ini Dinas penghasilan karena uang yang didapatkan
Pariwisata sangat dirasakan dalam dari tiket masuk itu digunakan untuk
pengelolaan destinasi wisata di Karang Jahe membuat fasilitas-fasilitas seperti pagar,
Beach. Menurut salah satu narasumber di

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 11
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

tempat duduk pengunjung, area parkir, Daerah yang memiliki perekonomian yang
gazebo, kios-kios, dan lain sebagainya. baik, akan memiliki PAD yang tinggi.
Mengenai dukungan swasta, salah satu Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
contoh yang sudah berjalan adalah di pantai semakin baik kondisi perekonomian suatu
Karang Jahe di Kabupaten Rembang, yaitu daerah akan menunjang terhadap
PT Djarum telah ikut membantu penghijauan peningkatan PAD. Sehingga dapat dikatakan
di wilayah ini. Hal ini merupakan salah satu pula bahwa perekonomian daerah
program CSR (Corporate Social berpengaruh secara positif terhadap PAD.
Responsibility) dari PT Djarum yang murni Pengertian PAD berdasarkan Undang-
merupakan bentuk bakti sosial. Demikian Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu
pula di pantai Muarareja di Kabupaten Tegal, pendapatan yang diperoleh daerah yang
Provinsi Jawa Tengah dimana Pacific Paint dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
memberikan bantuan pengecatan ke kios-kios dengan peraturan perundang-undangan. PAD
pedagang agar kios tampak indah dan merupakan pendapatan yang bersumber dari
menarik. Kegiatan ini juga merupakan salah hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,
satu program CSR dari Pacific Paint. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
Kemudian juga ada pihak swasta yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
membantu membuatkan spot selfie di pantai daerah yang sah, yang bertujuan untuk
Muara Reja, Kabupaten Tegal. memberikan keleluasaan kepada daerah
Dari hasil observasi peneliti ke 3 (tiga) dalam menggali pendanaan dalam
kabupaten dan 3 (tiga) kota di pesisir pantai pelaksanaan otonomi daerah dalam rangka
utara Jawa Tengah, belum banyak destinasi mewujudkan asas desentralisasi. (Penjelasan
wisata pantai yang mendapatkan dukungan UU No 33 Tahun 2004).
swasta dalam bentuk CSR. Kerjasama Menurut Sidik (2002) bahwa salah satu
dengan pihak swasta ini dirasakan adalah tujuan utama dari desentralisasi fiskal adalah
pengetahuan yang baru bagi banyak terciptanya kemandirian daerah. Pemerintah
pengelola Pokdarwis yang peneliti temui. daerah diharapkan mampu menggali sumber-
Adanya ketakutan-ketakutan bahwa nantinya sumber keuangan lokal, khususnya melalui
pihak swasta akan meminta kompensasi dari pendapatan asli daerah. Daerah yang
bantuannya dan bahkan akan menggeser memiliki tingkat pertumbuhan pendapatan
posisi pengelolaan masyarakat setempat asli daerah yang positif mempunyai
menjadi issue yang cukup besar di kalangan kemungkinan memperbaiki kondisi
Pokdarwis. Hal ini diperkuat juga dengan perekonomian menjadi lebih baik.
pengakuan salah satu narasumber bahwa ada Dari hasil wawancara peneliti ke narasumber
perwakilan dari Bank BNI melalui pihak di beberapa destinasi wisata yang penulis
BUMDES yang mendatangi Pokdarwis dan singgahi, destinasi-destinasi wisata tersebut
mengatakan akan memberikan program CSR sebagian besar baru dikelola dengan
berupa membangun MCK dan fasilitas manajemen Pokdarwis yang baik sekitar 2
lainnya tetapi dengan syarat memberikan (dua) hingga 4 (empat) tahun terakhir.
surat jaminan sertifikat tanah. Seperti misalnya Karang Jahe Beach baru
Dampak Ekonomi Pengelolaan Destinasi dikelola oleh Pokdarwis sejak tahun 2016.
Wisata melalui Pemberdayaan Kemudian Pantai Wonokerto baru dikelola
Masyarakat oleh Pokdarwis pada tahun 2018, Pantai
Muarareja dan Pantai Purwahamba sekitar
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
tahun 2015, dan lain sebagainya. Perlu
Saragih (2003) menyatakan bahwa setiap diketahui bahwa destinasi wisata pantai
terjadi perubahan kondisi perekonomian akan mulai dibuka untuk masyarakat ada yang
memberikan dampak berarti terhadap sudah memiliki Pokdarwis, ada juga yang
perubahan pendapatan asli daerah (PAD). belum memiliki Pokdarwis. Sebelum tahun

12 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

2015, bagi destinasi wisata pantai yang telah Pokdarwis di lapangan maupun memberikan
memiliki Pokdarwis, pengelolaan Pokdarwis pelatihan-pelatihan.
masih dirasa kurang. Perbaikan demi Tabel 1 di bawah ini menjelaskan tentang
perbaikan dilakukan oleh Pemerintah Daerah pendapatan asli daerah di sektor pariwisata
setempat dengan terus mendampingi untuk wilayah pantai utara Jawa Tengah dari
tahun 2015 hingga tahun 2018.

Tabel 1. Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Pariwisata di Wilayah Pantai Utara Jawa Tengah Tahun 2015 –
2018.
No Kota/ Kab Pendapatan Asli Daerah di Sektor Pariwisata
2015 2016 2017 2018
Rp Rp Rp Rp
1 Kab Brebes 1.292.006.650 1.279.481.350 1.352.260.000 1.774.194.100
2 Kab Tegal 4.481.614.800 4.037.931.845 3.802.474.200 7.594.384.240
3 Kota Tegal 930.545.200 561.190.100 863.400.000 1.616.111.175
4 Kab Pemalang 2.137.317.000 2.059.805.700 2.961.228.600 3.240.394.700
5 Kab Pekalongan 2.634.092.000 2.937.600.000 1.812.644.000 3.825.864.000
6 Kota Pekalongan 1.081.989.250 827.888.750 1.500.669.350 1.618.103.750
7 Kab Batang 1.118.909.600 2.751.268.200 6.348.240.795 5.878.540.000
8 Kab Kendal 133.208.504 1.670.460.000 1.343.285.907 1.767.831.450
9 Kota Semarang 18.157.756.234 18.656.657.836 29.076.280.548 30.351.402.985
10 Kab Demak 1.351.246.000 1.355.086.000 1.661.158.125 1.689.516.000
11 Kab Jepara 2.764.942.814 3.172.623.375 1.482.425.000 3.459.014.625
12 Kab Pati 106.506.972 372.583.000 375.535.970 1.037.410.000
13 Kab Rembang 1.407.594.550 2.199.686.462 2.034.490.603 2.409.810.000
Total PAD Sektor 37.597.729.574 41.882.262.618 54.614.093.098 66.262.577.025
Pariwisata
Sumber: Statistik Pariwisata Jawa Tengah Tahun 2015 – 2018
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa melihat pertumbuhan pariwisata yang baik
secara keseluruhan, setiap tahunnya bagi suatu wilayah. Seperti dikemukakan
pendapatan asli daerah di sektor pariwisata oleh Syahadat (2006) dalam hasil
terus meningkat. Pertumbuhan PAD penelitiannya yang menyatakan bahwa faktor
pariwisata tersebut secara runtut adalah pelayanan, sarana dan prasarana, obyek dan
sebagai berikut: pada tahun 2016 terdapat daya tarik wisata alam, dan keamanan secara
peningkatan sebesar 11,40% dari PAD bersama-sama (simultan) mempunyai
pariwisata tahun 2015; kemudian pada tahun pengaruh terhadap jumlah pengunjung.
2017 terdapat peningkatan sebesar 30,40% Demikian pula yang diungkapkan oleh
dari PAD pariwisata tahun 2016; dan pada Sihotang, Santoso, dan Iskandar (2015) yang
tahun 2018 terdapat peningkatan sebesar menyatakan bahwa jumlah wisatawan yang
21,33% dari PAD pariwisata tahun 2017, berkunjung mempunyai pengaruh pada
seperti diilustrasikan oleh grafik gambar 7 di Pendapatan Asli Daerah melalui pajak
bawah ini. hiburan, pajak hotel, dan restoran.
Tingkat Kunjungan Wisatawan Jumlah kunjungan wisatawan nusantara di
Selain dilihat dari pendapatan asli daerah di pesisir pantai utara Jawa Tengah seperti
bidang pariwisata, tingkat kunjungan dijelaskan pada tabel 2 berikut ini.
wisatawan juga dapat menjadi acuan untuk

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 13
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

Tabel 2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara dari Tahun 2014 – 2018


No Kota/ Kab Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik/ Nusantara
2014 2015 2016 2017 2018
Pengunjung Pengunjung Pengunjung Pengunjung Pengunjung
1 Kab Brebes 292.928 413.102 477.395 333.999 473.996
2 Kab Tegal 666.767 805.650 684.238 728.912 1.361.855
3 Kota Tegal 502.789 531.162 559.669 291.292 498.884
4 Kab Pemalang 286.098 271.000 423.148 454.494 563.637
5 Kab Pekalongan 259.659 379.011 371.478 323.800 543.271
6 Kota Pekalongan 234.127 406.530 546.461 255.191 343.791
7 Kab Batang 317.040 452.203 1.008.632 545.057 582.904
8 Kab Kendal 186.470 224.256 164.106 135.825 1.176.643
9 Kota Semarang 2.692.104 2.853.564 3.023.441 4.198.584 5.703.282
10 Kab Demak 1.431.542 1.454.556 1.526.709 1.569.917 1.618.458
11 Kab Jepara 1.485.746 1.649.663 1.753.238 2.132.073 2.556.046
12 Kab Pati 958.625 1.088.341 1.247.109 1.357.237 1.246.786
13 Kab Rembang 392.389 1.395.242 1.222.448 987.193 1.530.245
TOTAL WISNUS 9.706.284 11.924.280 13.008.072 13.313.574 18.199.798
Sumber: Statistik Pariwisata Jawa Tengah Tahun 2014 – 2018
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa Pendapatan Per Kapita
terdapat peningkatan jumlah kunjungan Purwanti dan Nugraheni (2001) menyatakan
wisatawan nusantara di wilayah pantai utara bahwa pengukuran kemajuan sebuah
Jawa Tengah, dengan rincian sebagai berikut: perekonomian dapat pula diukur dengan
terdapat peningkatan sebesar 22,85% jumlah menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB)
kunjungan wisatawan nusantara pada tahun dimana pada tingkat regional disebut Produk
2015 dari tahun sebelumnya 2014; Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB
selanjutnya peningkatan sebesar 9,09% merupakan jumlah barang dan jasa yang
jumlah kunjungan wisatawan nusantara pada dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam
tahun 2016 dari tahun sebelumnya 2015; satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar.
kemudian peningkatan sebesar 2,35% jumlah Untuk dapat mengukur pertumbuhan
kunjungan wisatawan nusantara pada tahun
ekonomi yang lebih baik lagi dan lebih tepat
2017 dari tahun sebelumnya 2016; dan mencerminkan kesejahteraan penduduk di
peningkatan sebesar 36,70% jumlah suatu wilayah, maka digunakanlah
kunjungan wisatawan melonjak pada tahun Pendapatan Per Kapita Produk Domestik
2018 dari tahun sebelumnya 2017, seperti Bruto. Cara menghitungnya adalah dengan
diilustrasikan oleh grafik gambar 8 di bawah
membagi PDB atau PDRB suatu wilayah
ini dengan jumlah penduduk di wilayah tersebut,
sehingga dapat disebut juga sebagai PDB
atau PDRB rata-rata (Purwanti & Nugraheni,
2001).

14 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

Tabel 3. Pendapatan Per Kapita Wilayah Pantai Utara Jawa Tengah Tahun 2014 – 2018

Wilayah Pantai Utara Pendapatan per kapita disesuaikan (rupiah/orang/tahun)


No
Jawa Tengah 2014 2015 2016 2017 2018
1 Kabupaten Brebes 8.783.610 8.898.000 9.148.000 9.554.000 9.890.000
2 Kabupaten Tegal 8.049.700 8.367.000 8.709.000 9.136.000 9.433.000
3 Kota Tegal 11.519.210 11.748.000 11.849.000 12.283.000 12.830.000
4 Kabupaten Pemalang 6.910.760 7.177.000 7.447.000 7.785.000 8.186.000
5 Kabupaten Pekalongan 8.937.570 9.208.000 9.300.000 9.702.000 10.221.000
6 Kota Pekalongan 11.006.440 11.253.000 11.721.000 11.800.000 12.312.000
7 Kabupaten Batang 8.011.690 8.244.000 8.568.000 8.805.000 9.203.000
8 Kabupaten Kendal 10.125.640 10.419.000 10.631.000 10.863.000 11.257.000
9 Kota Semarang 12.802.480 13.589.000 13.909.000 14.334.000 14.895.000
10 Kabupaten Demak 9.003.500 9.118.000 9.377.000 9.544.000 10.001.000
11 Kabupaten Jepara 9.194.970 9.504.000 9.695.000 9.745.000 10.169.000
12 Kabupaten Pati 9.106.280 9.380.000 9.548.000 9.813.000 10.190.000
13 Kabupaten Rembang 9.013.010 9.122.000 9.453.000 9.736.000 10.191.000
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Tengah
Dari tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa pendapatan per kapita tahun 2016
rata-rata masyarakat wilayah Pantai Utara dibandingkan tahun 2015; kemudian
Jawa Tengah mengalami peningkatan peningkatan sebesar 3,66% pendapatan per
pendapatan per kapita, dimana peningkatan kapita tahun 2017 dibandingkan tahun 2016;
yang cukup signifikan terjadi di Kabupaten dan lonjakan peningkatan sebesar 4,45%
Rembang, Kabupaten Pekalongan, dan Kota pendapatan per kapita tahun 2018
Tegal. Terdapat peningkatan sebesar 1,21% dibandingkan tahun 2017, seperti
pendapatan per kapita pada tahun 2015 diilustrasikan oleh grafik gambar 9 di bawah
dibandingkan tahun 2014; selanjutnya ini
peningkatan sebesar 3,63% pendapatan per
Pendapatan Destinasi Wisata
kapita tahun 2016 dibandingkan tahun 2015;
kemudian peningkatan sebesar 2,99% Selanjutnya, dilihat dari pendapatan destinasi
pendapatan per kapita tahun 2017 wisata yang telah berhasil dikelola oleh
dibandingkan tahun 2016; dan lonjakan Pokdarwis, menurut informasi dari
peningkatan sebesar 4,67% pendapatan per narasumber Pokdarwis di Karangjahe Beach
kapita tahun 2018 dibandingkan tahun 2017. di Kabupaten Rembang adalah sebagai
Untuk Kabupaten Pekalongan, terdapat berikut: pada tahun 2015 dimana pantai
peningkatan sebesar 1,00% pendapatan per Karang Jahe belum dikelola oleh Pokdarwis,
kapita tahun 2016 dibandingkan tahun 2015; pendapatan yang diperoleh belum terlihat,
kemudian peningkatan sebesar 4,32% pemasukan hanya dari parkir yang dikelola
pendapatan per kapita tahun 2017 oleh masyarakat setempat, dan tidak ada tiket
dibandingkan tahun 2016; dan peningkatan masuk wisata, kemudian pada tahun 2016
sebesar 5,35% pendapatan per kapita tahun setelah dibentuk kepengurusan Pokdarwis
2018 dibandingkan tahun 2017. Selanjutnya dan sistem pengelolaan yang baik oleh
untuk Kota Tegal, terdapat peningkatan masyarakat, terdapat pendapatan sebesar Rp
sebesar 1,99% pendapatan per kapita pada 881.290.000,00. Selanjutnya pada tahun
tahun 2015 dibandingkan tahun 2014; 2017 pendapatan wisata Pantai Karang Jahe
selanjutnya peningkatan sebesar 0,86% telah berhasil mencapai 1 milyar yaitu

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 15
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

sebesar Rp 1.128.179.000,00 dan pada tahun Penyerapan Tenaga Kerja


2018 pendapatan wisata Pantai Karang Jahe Dampak selanjutnya dari segi penyerapan
melonjak menjadi Rp 1.610.510.000,00. tenaga kerja. Seperti yang disampaikan oleh
Peningkatan pendapatan ini, merupakan hasil narasumber di destinasi wisata Pantai Karang
dari hasil pengelolaan destinasi wisata yang Jahe Rembang, wisata Pantai Wonokerto
baik yang meliputi penerapan Sapta Pesona, Pekalongan, dan wisata Pantai Muara Reja
pengelolaan kepemilikan kios pedagang, Tegal, bahwa jumlah pedagang yang
kreatifitas para pengelola Pokdarwis dalam membuka kios antara 50 hingga 70 kios di
menyajikan wahana wisata pantai dan unit wisata tersebut. Para pedagang itupun
hiburan bagi pengunjung, kebersihan dan membutuhkan tenaga kerja rata-rata 2
keamanan destinasi wisata, dukungan dari karyawan setiap kiosnya, sehingga
pemerintah dan swasta, serta pengelolaan penyerapan tenaga kerja lokal cukup banyak
keuangan yang baik dan jelas. dan warga lokal tidak perlu merantau untuk
mendapatkan pekerjaan.
Selanjutnya, salah satu narasumber pengelola
Pokdarwis dari wisata Pantai Wonokerto Dari hasil wawancara peneliti kepada semua
Kabupaten Pekalongan juga mengungkapkan Pokdarwis di 3 (tiga) Kota dan 3 (Kabupaten)
bahwa kemajuan wisata Pantai Wonokerto di atas, dapat diketahui bahwa dampak
merupakan hasil dari pengelolaan wisata pengelolaan wisata melalui Pokdarwis ini
yang baik dari pengurus Pokdarwis dan sangat dirasakan oleh masyarakat setempat,
masyarakat setempat, hal ini terbukti dengan diantaranya adalah: penduduk lokal dapat
pendapatan wisata pantai ini pada tahun 2018 membuka usaha Homestay maupun berjualan
mencapai Rp 1.000.000.000,00. di kios-kios yang telah di sediakan. Kios-kios
Menurut informasi dari narasumber di Pantai tersebut ada yang memang sebagai fasilitas
Wonokerto Kabupaten Pekalongan, salah bagi warga setempat yang berarti gratis,
satu bentuk nyata dari pengelolaan destinasi tetapi ada juga yang disewakan dengan biaya
wisata oleh masyarakat adalah pengelolaan sewa yang terjangkau setiap tahunnya, hal ini
dalam hal keuangan. Jumlah pemasukan merupakan kebijakan dari masing-masing
pendapatan, setiap akhir bulan akan dibagi Pokdarwis. Syarat untuk ikut berjualan di
dengan kriteria sebagai berikut: 35% untuk unit wisata tersebut adalah merupakan warga
diberikan kepada pengurus Pokdarwis dan penduduk lokal dengan dibuktikan KTP dan
anggota, kemudian 5% untuk pengembangan Kartu Keluarga. Dengan memfasilitasi
unit wisata, 20% untuk dana sosial, dan 40% penduduk lokal berjualan, dan memanfaatkan
terhitung sebagai pemasukan ke Desa tenaga kerja lokal sebagai pengurus
setempat. pokdarwis, sebagai tukang parkir, penjaga
wahana wisata, petugas kebersihan, petugas
Pengembangan unit wisata yang keamanan, petugas tiket masuk dan tiket
dimaksudkan di sini adalah pengembangan keluar, hal ini dapat membantu pemerintah
alat-alat untuk menarik pengunjung, dalam upaya mengentaskan kemiskinan dan
perawatan fasilitas, dan pengadaan fasilitas meningkatkan kemandirian masyarakat
pendukung di unit wisata. Sedangkan dana dengan berbagai kegiatan yang kreatif dan
sosial yang dimaksudkan adalah bantuan inovatif dalam menyongsong kehidupan yang
untuk membangun masjid di pedukuhan lebih baik.
setempat, pembangunan/ pengecatan
musholla, kebersihan lingkungan, SIMPULAN
pembangunan saluran air, dan lain
sebagainya, sehingga warga masyarakat yang Keberhasilan dari pengelolaan destinasi
tidak bekerja di unit wisata tersebut pun wisata, khususnya wisata Pantai di Wilayah
dapat menikmati hasil dari pengembangan Pesisir Pantai Utara Jawa Tengah tidak lepas
pariwisata. dari peran aktif Pokdarwis dalam mengelola
destinasi wisata setempat di dukung oleh

16 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

pemerintah, serta adanya peran swasta. pameran-pameran baik skala lokal, regional,
Pokdarwis yang berhasil adalah Pokdarwis maupun nasional, dan membuat festival atau
yang dapat menerapkan Sapta Pesona dalam event untuk menarik pengunjung datang ke
mengelola destinasi wisatanya, yang destinasi wisata.
meliputi: Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Upaya swasta untuk mendukung gerakan
Ramah, dan Kenangan. Peran Pokdarwis ini pemberdayaan masyarakat ini, yang telah
meliputi semua aspek, yaitu pengelolaan dilakukan adalah adanya CSR (Corporate
operasional destinasi wisata, pengelolaan Social Responsibility) atau bakti sosial
pedagang kios setempat, pengelolaan mengenai penghijauan, penanaman cemara
kebersihan lingkungan, pengelolaan laut, pengecatan kios-kios pedagang,
keuangan yang baik, dan pengelolaan pembangunan tempat spot selfie, pengadaan
kerjasama antar masyarakat dan Desa. fasilitas publik, dan lain sebagainya.
Pengelolaan destinasi wisata oleh Dampak ekonomi pengelolaan destinasi
masyarakat tidak terlepas dari kendala- wisata melalui pemberdayaan masyarakat
kendala, diantaranya mengenai karakter dari selain peningkatan pendapatan asli daerah
masyarakat pesisir Pantai Utara Jawa Tengah dari sektor pariwisata, juga adanya
yang lebih menghendaki pekerjaan yang bisa penyerapan tenaga kerja dari masyarakat
cepat menghasilkan uang, sedangkan untuk lokal, diantaranya adalah sebagai pengurus
merintis Pokdarwis ini merupakan kegiatan pokdarwis, sebagai tukang parkir, penjaga
sosial atau sukarela. Masyarakat pesisir wahana wisata, petugas kebersihan, petugas
kurang menerima perubahan yang tidak keamanan, petugas tiket masuk dan tiket
sesuai dengan keinginannya, sulit menerima keluar, dan karyawan di kios-kios pedagang.
sesuatu yang dianggap kurang Selain itu masyarakat juga diuntungkan
menguntungkan secara langsung. Masyarakat dengan adanya ruang usaha bagi masyarakat
pesisir lebih menyukai hasil yang terlihat lokal untuk berjualan, baik itu berjualan
secara langsung, tidak memerlukan proses makanan, souvenir, maupun jasa misalnya
yang panjang. Untuk menerima hal yang jasa fotografi, jasa perahu wisata, penyewaan
baru, masyarakat pesisir perlu melihat contoh motor wisata, sepeda hias, kereta wisata, dan
keberhasilan yang nyata. penyewaan tikar.
Upaya pemerintah yang diperlukan untuk Masyarakat yang awalnya berprofesi sebagai
mendukung gerakan pemberdayaan nelayan yang biasanya menjual hasil
masyarakat ini diantaranya adalah melakukan tangkapan ikannya langsung ke Tempat
pendampingan dari awal berdirinya Pelelangan Ikan (TPI) maka dapat mengolah
Pokdarwis, hingga Pokdarwis sudah dapat makanannya dengan berbagai olahan dan
berdiri sendiri, yaitu dengan memberikan menjajakannya di kios-kios pedagang di
pelatihan-pelatihan misalnya: pelatihan destinasi wisata dengan untung yang lebih
SDM, pelatihan berwirausaha, pelatihan besar. Bahkan di beberapa destinasi wisata
SAR, pendampingan lapangan, dan lain pantai, juga telah dikembangkan beberapa
sebagainya. Dalam hal pengadaan fasilitas, Homestay dari masyarakat setempat untuk
pemerintah juga hadir untuk membantu mendukung kegiatan pariwisata di
dalam hal infrastruktur yaitu pembangunan daerahnya. Keberhasilan suatu destinasi
jalan dan jembatan menuju ke destinasi wisata akan menimbulkan multiplayer effect
wisata, kemudian pembangunan MCK, bagi masyarakat setempat. Hal ini dapat
gazebo, ruko-ruko atau kios pedagang, membantu pemerintah dalam upaya
musholla, dan fasilitas umum lainnya. mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan
Selanjutnya, pemerintah juga aktif dalam kemandirian masyarakat.
mempromosikan destinasi wisata di Masih banyak Pokdarwis di wilayah Jawa
daerahnya, melalui video, social media, Tengah khususnya di Pantai Utara Pulau
membuat komunitas binaan, ikut serta dalam Jawa Tengah yang memerlukan pembinaan

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 17
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

terkait tugas, pokok, dan fungsi, serta kinerja Fatmasari, D. (2014). Analisis Sosial
Pokdarwis yang baik dan efektif, sehingga Ekonomi dan Budaya Masyarakat
perlu peran serta pemerintah untuk Pesisir Desa Waruduwur, Kecamatan
memfasilitasi hal tersebut. Mundu, Kabupaten Cirebon. Al-Amwal
Perlu adanya keberlanjutan program Jurnal Kajian Ekonomi dan Perbankan
pendampingan dan pelatihan-pelatihan Syari'ah IAIN Syekh Nurjati Cirebon,
kepada masyarakat maupun pengelola Vol 6 No. 1.
Pokdarwis (pelatihan SDM, pelatihan variasi
produk, pelatihan pemasaran, pelatihan Fitriansah, H. (2012). Keberlanjutan
keuangan, dan lain-lain), serta monitoring Pengelolaan Lingkungan Pesisir
kegiatan-kegiatan masyarakat dan kendala- Melalui Pemberdayaan Masyarakat di
kendala di lapangan.
Desa Kwala Lama Kabupaten Serdang
Perlu adanya sosialisasi tentang program Bedagai. Jurnal Pembangunan
CSR pihak swasta sehingga meminimalkan Wilayah dan Kota, Vol 8 No 4, hal 360
adanya miskomunikasi atau pemanfaatan dari - 370.
oknum-oknum tertentu untuk mengambil
keuntungan. Hadiwijoyo, S. S. (2012). Perencanaan
Meningkatkan promosi destinasi wisata Pariwisata Pedesaan Berbasis
melalui online dan offline, serta Masyarakat. Salatiga: Graha Ilmu.
penyelenggaraan berbagai event dan
keikutsertaan dalam pameran baik berskala Hiariey, L. S. (2013). Peran Serta
lokal, nasional, maupun internasional. Masyarakat Pemanfaat Pesisir dalam
Pengelolaan Wilayah Peisir Teluk
REFERENSI Ambon Dalam. Jurnal Matematika,
Adikampana, I. M. (2017). In Pariwisata Sains, dan Teknologi, Vol 14 No 1, hal
Berbasis Masyarakat. Denpasar: Cakra 48 - 61.
Press.
Iskandar. (2009). Metodologi Peneliian
Danim, S., & Darwis. (2003). Metode Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada.
Penelitian Kebidanan: Prosedur,
Kebijakan, dan Etik. Jakarta: Penerbit Jalan Nasional Rute 1. (2019). Retrieved
Buku Kedokteran EGC. from wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Nas
Dewi, M. H. (2013). Pengembangan Desa ional_Rute_1
Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat
Lokal di Desa Wisata Jatiluwih Karim, S., Kusuma, B. J., & Amalia, N.
Tabanan Bali. Kawistara UGM, Vol 3. (2017). Tingkat Partisipasi Masyarakat
dalam Mendukung Kepariwisataan
Djamil, M. (2011). Pengelolaan Sumber Balikpapan: Kelompok Sadar Wisata
Daya Wilayah Pesisir dalam Perspektif (Pokdarwis). Jurnal Kepariwisataan
Otonomi Daerah (Tinjauan Kota dan Hospitalitas, Vol 1 No 2.
Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu
Selatan). Proceeding Book Simposium Manumono, D. (2008). Perubahan Perilaku
Nasional Ilmu Administrasi Negara Masyarakat Kawasan Pesisir Akibat
Untuk Indonesia, (pp. hal 331 - 339). Penurunan Pendapatan Sebagai
Dampak Abrasi dan Rob di Kabupaten
Demak. Dinamika Pembangunan

18 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

Pertanian dan Perdesaan: Tantangan


dan Peluang bagi Peningkatan Pemerintah Indonesia. (2017). Statistik
Kesejahteraan Petani. Bogor: Pusat Pariwisata Jawa Tengah Tahun 2017.
Analisis Sosial Ekonmi dan Kebijakan Semarang.
Pertanian. Departemen Pertanian.
Pemerintah Indonesia. (2018). Badan Pusat
Mardjoeki, H. (2012). Pemberdayaan Statistik Jawa Tengah Tahun 2015.
Masyarakat Pesisir Pantai Utara Daerah Semarang.
Kabupaten Cirebon. Jurnal Ekonomi,
Vol 1 No 1, hal 52 - 57. Pemerintah Indonesia. (2018). Statistik
Pariwisata Jawa Tengah Tahun 2018.
Noer, N. M. (2018, March 26). Retrieved Semarang.
from www.kompasiana.com:
https://www.kompasiana.com/nawawi Prasiasa, D. P., & Hermawan, H. (2012).
mnoer/5ab89b56dd0fa868be7e2612/so Pengembangan Wisata Bahari di
sial-ekonomi-masyarakat- Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan
pesisir?page=all Pengembangan Kebijakan
Kepariwisataan.
Pantiyasa, I. W. (2011). Pengembangan
Pariwisata Berbasis Masyarakat Rusyidi, B., & Fedryansah, M. (2018).
(Community Based Tourism) dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat: Studi Masyarakat. Jurnal Pekerjaan Sosial,
Kasus Di Desa Bedulu, Blah Batuh, Vol 1 No 3, hal 155 - 165.
Gianyar. Jurnal Ilmiah Hospitality
Management, Vol 1 No 2. Saragih, J. P. (2003). Desentralisasi Fiskal
dan Keuangan Daerah dalam Otonomi.
Pemerintah Indonesia. (2004). Undang Bogor: Ghalia Indonesia.
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Sidik, M. (2002). Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Pusat dan Daerah Sebagai Pelaksanaan
Daerah. Jakarta. Desentralisasi Fiskal (Antara Teori dan
Aplikasinya di Indonesia). Setahun
Pemerintah Indonesia. (2010). Rencana Implementasi Kebijaksanaan Otonomi
Strategis Direktorat Jenderal Daerah di Indonesia. Yogyakarta.
Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa. Jakarta. Sihotang, Y., Santoso, H. F., & Iskandar, D.
(2015). Kaitan Jumlah Wisatawan
Pemerintah Indonesia. (2013). Peta Laut Terhadap Pendapatan Asli Daerah
DISHIDROS TNI AL. Jakarta. Provindi DKI Jakarta Tahun 2009 -
2013. Jurnal Riset Akuntansi, Vol 7 No
Pemerintah Indonesia. (2015). Statistik 1.
Pariwisata Jawa Tengah Tahun 2015.
Semarang. Sipahelut, M. (2010). Analisis
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di
Pemerintah Indonesia. (2016). Statistik Kecamatan Tobelo Kabupaten
Pariwisata Jawa Tengah Tahun 2016. Halmahera Utara. Bogor: Tesis
Semarang.

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 19
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan


Bogor. Lautan. Institut Pertanian Bogor.

Syahadat, E. (2006). Faktor-Faktor Yang Widodo, S. (2011). Strategi Nafkah


Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga
di Taman Nasional Gede Pangrango. Miskin di Daerah Pesisir. Makara
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Sosial Humaniora, Vol 15 No 1, hal 10-
Kehutanan. 20.

Syarief, E. (2001). Pembangunan Kelautan Yoeti, O. A. (2008). Ekonomi Pariwisata:


dalam Konteks Pemberdayaan Introduksi, Informasi, dan
Masyarakat Pesisir. Majalah PP/Th Implementasi. Jakarta: Rineka Cipta.
2001/Edisi-25.
BIODATA PENULIS
Ticoalu, D. E., Reppie, E., & Telleng, A. T.
(2013). Analisis Kebijakan Rullyana Puspitaningrum Mamengko, saat
ini bekerja sebagai Dosen Tetap PNS di
Pemberdayaan Masyarakat Perikanan
Universitas Negeri Yogyakarta. Bidang
Tangkap di Kota Manado. Jurnal Ilmu
kajian yang diminati adalah pariwisata,
dan Teknologi Perikanan Tangkap, Vol perhotelan, pemasaran, MICE, dan
1 No 3, hal 76 - 80. manajemen. Sinta Id: 6172226.

Tulungen, J. J. (2001). Program Pengelolaan Erlina Daru Kuntari, saat ini bekerja
sebagai Dosen Tetap di Akademi Pariwisata
Sumber Daya Wilayah Pesisir Terpadu
Buana Wisata Yogyakarta. Bidang kajian
dan Berbasis Masyarakat: Telaah yang diminati adalah pariwisata, ekonomi,
Kasus di Kabupaten Minahasa, dan akuntansi. Sinta Id: 6694407.
Sulawesi Utara. Prosiding Pelatihan
Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu.

20 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

You might also like