You are on page 1of 17

Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial | Volume 10, No.

2 Desember 2019
ISSN: 2086-6305 (print) ISSN: 2614-5863 (electronic)
DOI: https://doi.org/10.22212/aspirasi.v10i2.1231
link online: http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/index

Pengaruh Kebijakan Pemerintah dan Peran Serta Masyarakat


terhadap Kualitas Lingkungan Pesisir Benoa Badung Bali

The Effect of Government Policy and the Role of Community


on the Quality of the Coastal Environment in Benoa Area, Badung Bali

Anih Sri Suryani


anih.suryani@dpr.go.id
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
Jl. Gatot Subroto Senayan Jakarta

Naskah diterima: 28 September 2019 | Naskah direvisi: 7 November 2019 | Naskah diterbitkan: 29 Desember 2019

Abstract: Management of coastal and coastline is very important in Indonesia, an archipelago


country with the longest coastline in the world. Moreover, conditions in some coastal areas in
Indonesia have decreased the environment quality for example in the Benoa Region of Bali. This
paper aims to quantify the influence of government policies and community participation on the
quality of the coastal environment in Benoa Badung Bali Region in the perspective of sustainable
development. The quantitative method with the questionnaire instrument was carried out in this
study. The results showed that the size of the index for government policy in the Benoa Region
was 67.45 (sufficient), the community participation index 78.06 (good), the water condition index
72.78 (good) and the land condition index 74.62 (good). Statistical analysis shows that there is a
significant relationship between government policy and community participation in the quality of
the coastal and coastal environment (r=0,541). Government policies and community participation
have positive effect on the condition of the quality of the coastal and coastal environment. Various
community empowerment activities and programs and government policies in the Benoa Region,
for example the Yasa Segara Pokmaswas group, the development of conservation tourism in
Badung, fisheries business development have fulfilled the principles of sustainable development
in terms of economic, social/community participation and the environment.
Keywords: government policies, community participation, Benoa Region, environmental quality,
sustainable and integrated development of coastal area

Abstrak: Pengelolaan pesisir dan pantai sangat penting di Indonesia yang merupakan daerah
kepulauan dengan garis pantai terpanjang di dunia. Terlebih kondisi di sebagian pesisir di
Indonesia kualitas lingkungannya menurun seperti di Kawasan Benoa Badung Bali. Tulisan
ini bertujuan untuk menghitung pengaruh kebijakan pemerintah dan peran serta masyarakat
terhadap kualitas lingkungan pesisir di Kawasan Benoa Badung Bali. Metode kuantitatif dengan
instrumen kuesioner dilakukan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa besaran
indeks untuk kebijakan pemerintah di Kawasan Benoa adalah 67,45 (cukup), indeks peran serta
masyarakat 78,06 (baik), indeks kondisi perairan 72,78 (baik) dan indeks kondisi daratan 74,62
(baik). Analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebijakan
pemerintah dan peran serta masyarakat terhadap kualitas lingkungan pesisir dan pantai (r=0,541).
Kebijakan pemerintah dan peran serta masyarakat berpengaruh positif terhadap kondisi kualitas
lingkungan pesisir dan pantai. Berbagai kegiatan dan program pemberdayaan masyarakat dan
kebijakan pemerintah di Kawasan Benoa misalnya adanya kelompok Pokmaswas Yasa Segara,

Anih Sri Suryani Pengaruh Kebijakan Pemerintah dan Peran Serta Masyarakat terhadap... 171
pengembangan wisata konservasi di Badung, pengembangan usaha perikanan telah memenuhi
prinsip-prinsip pembangunan pesisir secara terpadu dan berkelanjutan.
Kata kunci: kebijakan pemerintah, peran serta masyarakat, Kawasan Benoa, kualitas lingkungan,
pembangunan pesisir terpadu dan berkelanjutan

Pendahuluan Diperkirakan ke-40 cekungan itu berpotensi


Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai menghasilkan 106,2 miliar barel setara minyak,
konsekuensinya, isu pengembangan potensi namun baru 16,7 miliar barel yang diketahui
sumber daya di wilayah pesisir menjadi isu sentral dengan pasti, 7,5 miliar barel di antaranya
agar sumber daya yang ada dapat meningkatkan sudah dieksploitasi. Sisanya sebesar 89,5 miliar
kesejahteraan masyarakatnya. Selain itu, wilayah barel berupa kekayaan yang belum terjamah.
pesisir memiliki arti strategis karena daerah Potensi wilayah pesisir yang besar tersebut dapat
tersebut merupakan daerah pertemuan antara memberikan kontribusi yang signifikan bagi
darat dan laut yang mempunyai potensi sumber pembangunan ekonomi nasional. Namun, hingga
daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat saat ini berbagai potensi tersebut belum digali
kaya. Sebagaimana secara normatif tertuang secara optimal dan banyak permasalahan yang
dalam Pasal 33 ayat (3) dan (4) Undang-Undang muncul di wilayah pesisir.
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Secara garis besar, permasalahan wilayah
menyatakan bahwa: pesisir mencakup tiga aspek, yakni: sosial-
“Kekayaan alam yang ada di bumi Indonesia ekonomi, lingkungan, dan kesehatan. Dari aspek
dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya sosial-ekonomi, data yang ada menunjukkan
kesejahteraan rakyat” dan “Perekonomian nasional bahwa tingkat kemiskinan masyarakat pesisir
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi di Indonesia masih sangat mengkhawatirkan,
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, sebesar 32,4% (Purnama, 2015). Kemiskinan
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, nelayan pada umumnya disebabkan beberapa
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
faktor, antara lain: pendidikan yang rendah, peran
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”
lembaga ekonomi yang masih belum optimal
Berbagai potensi dapat dikembangkan di memberdayakan nelayan, kebiasaan nelayan
wilayah kepulauan, seperti potensi sumber yang kurang memperhatikan kepentingan jangka
daya hayati, potensi sumber daya mineral dan panjang, kepemilikan modal, serta teknologi yang
energi, potensi industri dan jasa maritim, potensi digunakan masih bersifat tradisional (Hamdani,
transportasi laut dan jasa lingkungan, dan lain 2013).
sebagainya. Potensi lestari sumber daya ikan Dari aspek lingkungan, kerusakan wilayah
laut Indonesia sebesar 6,5 juta ton per tahun pesisir dan ekosistem baik akibat dari proses
sedangkan potensi ekonomi sumber daya kelautan alam maupun dampak aktivitas manusia semakin
dan perikanan yang dapat dimanfaatkan untuk meluas. LIPI menunjukkan bahwa terumbu
mendorong pertumbuhan ekonomi diperkirakan karang Indonesia yang oleh para ahli disebut
mencapai US$82 miliar per tahun (Humas sebagai jantung amazon of the sea ternyata hanya
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, 2016). 7% yang kualitasnya sangat baik, dan hampir
Sementara itu, untuk sumber daya mineral dan 30% dalam kondisi rusak (Satria, 2009). Selain
energi, berdasarkan hasil penelitian BPPT (1998, itu, beberapa aktivitas perekonomian utama
dalam Kusumastanto, 2000) dari 60 cekungan yang menimbulkan persoalan dalam pengelolaan
minyak yang terkandung dalam alam Indonesia, kawasan pesisir antara lain: perkapalan dan
sekitar 70% atau sekitar 40 cekungan terdapat transportasi laut (tumpahan minyak, limbah
di laut. Dari 40 cekungan itu 10 cekungan telah padat, dan kecelakaan); pengilangan minyak dan
diteliti secara intensif, 11 baru diteliti sebagian, gas (pembongkaran bahan pencemar dan konversi
sedangkan 29 belum terjamah sama sekali. kawasan pesisir); perikanan (pencemaran pesisir

172 Aspirasi Vol 10 No 2, Desember 2019


dan over fishing); budidaya perairan (konservasi kawasan tersebut terjadi pencemaran, kualitas air
hutan); penambangan pasir dan terumbu karang; menurun dan sampah yang tidak terkelola dengan
serta industri (reklamasi dan pengerukan tanah), baik (Dalton, 2014).
dan pariwisata (pembangunan infrastruktur, Berbagai pencemaran terutama yang
pencemaran air, dan sampah). bersumber dari kegiatan domestik (+90%) dan
Sementara itu, dari aspek kesehatan, pariwisata (+10%) berpotensi mencemari daerah
masyarakat pesisir memiliki risiko kesehatan tangkapan air di Kawasan Teluk Benoa. Jenis
yang tinggi. Hasil Survei Sosial dan Ekonomi pencemar tersebut antara lain: pencemaran
Nasional 2013 menunjukkan bahwa sekitar 25% Total Suspended Solids (TSS) sebanyak 2946,59
nelayan mengalami gangguan kesehatan dalam ton/tahun, deterjen sebanyak 14,65 ton/tahun,
satu bulan terakhir saat disurvei. Selain itu, minyak dan lemak sebanyak 94,58 ton/tahun,
nelayan yang memiliki jaminan kesehatan hanya dan amonium (NH4) sebanyak 144,32 ton/tahun
54% (Harmadi, 2014). (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Badung merupakan salah satu kabupaten di 2015).
Bali dengan garis pantai yang panjang. Kondisi Menyikapi hal ini, Pemerintah Kabupaten
ini menyebabkan Badung potensial untuk Badung berupaya melakukan pemulihan wilayah
pengembangan wisata. Dalam perkembangannya, pesisir. Upaya pemulihan wilayah pesisir di
sektor pariwisata memberikan kontribusi terbesar Badung sudah dilakukan sejak lama, mulai
bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten awal tahun 1980-an. Saat itu banyak kawasan
Badung. terumbu karang yang rusak akibat adanya
Selain sebagai objek tujuan wisata, Badung pencarian terumbu karang, pantai yang kotor,
juga dikenal sebagai kawasan budidaya perikanan. banyak nelayan yang menangkap ikan dengan
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung bom. Upaya pemulihan terumbu karang terus
Tahun 2014 mencatat bahwa jumlah produksi dilakukan hingga saat ini. Anggaran untuk
ikan laut di Kabupaten Badung pada tahun 2013 pemulihan terumbu karang dikucurkan secara
mencapai 4.748,24 ton atau meningkat 3,88% bertahap setiap tahunnya, baik yang bersumber
dari tahun sebelumnya yang hanya 4.570,75 ton dari APBN, APBD maupun bantuan dari dunia
(BPS Kabupaten Badung, 2014: 191). usaha dan perhotelan melalui Corporate Social
Namun demikian, pengembangan sektor Responsibility. Demikian juga dari segi regulasi
pariwisata sering bertentangan dengan kegiatan revisi Perda RTRW Bali sudah mulai dilakukan
usaha perikanan. Pencemaran air laut dan sampah oleh DPRD. Pada tahun 2019 ini diharapkan
akibat kegiatan wisata menyebabkan punahnya sudah rampung. Dalam revisi Perda RTRW,
sumber daya pesisir. Demikian juga dengan kawasan Teluk Benoa, Kuta Badung tidak bisa
pembangunan hotel yang tidak memperhatikan diutak-atik. Kawasan Teluk Benoa tetap menjadi
daya dukung lingkungan mengakibatkan kualitas kawasan konservasi dan tempat dilakukannya
lingkungan hidup menurun. Dampaknya tidak pelestarian hutan mangrove (Mustofa, 2018).
hanya pada penurunan jasa ekologis bagi Berdasarkan latar belakang tersebut, ternyata
pariwisata, tetapi juga penurunan hasil usaha masih terdapat berbagai permasalahan di sekitar
perikanan. Kawasan Teluk Benoa, terutama dari aspek
Kawasan Teluk Benoa merupakan salah satu lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan
wilayah di Kabupaten Badung Bali. Lingkungan karena adanya pencemaran dapat berdampak
alam di Teluk Benoa sangat unik, sumber daya pada tidak optimalnya manfaat sumber daya alam
alamnya bagus, dan yang menonjol adalah bagi kehidupan manusia. Ada ketidakharmonisan
ekosistem mangrove dan laut yang jadi sumber antara sistem ekologi dan sosial-ekonomi
kehidupan biota laut termasuk ikan. Namun, masyarakat. Hal ini dapat mengakibatkan
sejak dibangunnya Jalan Tol Bali Mandara, pembangunan di kawasan tersebut tidak dapat
terjadi perubahan yang signifikan di sekitar teluk berkelanjutan. Namun demikian, pemerintah
tersebut. Misalnya terjadi pendangkalan saat daerah telah berupaya melakukan berbagai
air laut surut. Demikian juga di darat di sekitar kebijakan untuk mengatasi hal tersebut. Dalam

Anih Sri Suryani Pengaruh Kebijakan Pemerintah dan Peran Serta Masyarakat terhadap... 173
hal ini masyarakat juga telah turut berperan atas wilayah perairan Indonesia dan yuridiksi
menjaga lingkungan pesisir. Oleh karena itu, nasional dalam wawasan nusantara, terciptanya
pertanyaan penelitiannya adalah berapa besar industri kelautan yang kokoh dan maju yang
pengaruh kebijakan pemerintah dan peran serta didorong oleh kemitraan usaha yang erat antara
masyarakat terhadap kondisi lingkungan pesisir badan usaha koperasi negara, dan swasta serta
di kawasan Benoa Badung Bali? pendayagunaan sumber daya laut yang didukung
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui oleh sumber daya manusia berkualitas, maju
berapa besar pengaruh kebijakan pemerintah dan profesional dengan iklim usaha yang
dan peran serta masyarakat terhadap kondisi sehat, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
lingkungan pesisir di kawasan Benoa Badung Bali. teknologi sehingga terwujud kemampuan untuk
Penelitian ini diharapkan dapat turut berkontribusi mendayagunakan potensi laut guna peningkatan
terhadap kajian wilayah pesisir dalam upaya kesejahteraan rakyat secara optimal, serta
pembangunan wilayah pesisir secara terpadu dan terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan
berkelanjutan. Selain itu juga diharapkan dapat hidup (Mulyadi, 2005: 5–6).
memberi masukan terhadap berbagai stakeholders Apabila mengacu pada Rencana
dalam melaksanakan fungsi dan perannya. Bagi Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
pemerintah, diharapkan dapat menjadi masukan RPJPN 2005–2025, maka pembangunan wilayah
dalam penentuan kebijakan di kawasan pesisir pesisir dan kelautan diarahkan untuk:
agar lebih memberikan kesejahteraan kepada 1) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing
masyarakat sekaligus tetap lestari sumber (Misi 2), yang ditandai dengan: (a)
daya alamnya. Sementara itu, bagi DPR RI tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
khususnya Komisi IV, dapat menjadi masukan berkualitas dan berkesinambungan; dan (b)
dalam melaksanakan fungsi pengawasan dengan terbangunnya struktur perekonomian yang
kementerian dan instansi terkait dan juga dalam kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif
implementasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun di berbagai wilayah Indonesia;
2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan 2) Mewujudkan Indonesia yang asri dan
Nelayan. lestari (Misi 6), yang ditandai dengan:
(a) membaiknya pengelolaan dan
Pembangunan Pesisir Secara Terpadu dan pendayagunaan sumber daya alam dan
Berkelanjutan pelestarian fungsi lingkungan hidup yang
Pembangunan wilayah pesisir adalah dicerminkan oleh tetap terjaganya fungsi,
pembangunan seluruh wilayah perairan daya dukung, dan kemampuan pemulihannya
Indonesia dengan segenap sumber daya dalam mendukung kualitas kehidupan
alam yang terkandung di dalamnya untuk sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. dan lestari; (b) terpeliharanya kekayaan
Tujuan jangka panjang pembangunan wilayah keragaman jenis dan kekhasan sumber daya
pesisir dan lautan di Indonesia antara lain: (1) alam untuk mewujudkan nilai tambah, daya
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui saing bangsa, serta modal pembangunan
perluasan lapangan kerja dan kesempatan usaha; nasional; dan (c) meningkatnya kesadaran,
(2) pengembangan program dan kegiatan yang sikap mental, dan perilaku masyarakat
mengarah pada peningkatan dan pemanfaatan dalam pengelolaan sumber daya alam
secara optimal dan lestari sumber daya di wilayah dan pelestarian fungsi lingkungan hidup
pesisir dan lautan; (3) peningkatan kemampuan untuk menjaga kenyamanan dan kualitas
peran serta masyarakat pesisir dalam pelestarian kehidupan;
lingkungan; dan (4) peningkatan pendidikan, 3) Mewujudkan Indonesia menjadi negara
latihan, riset, dan pengembangan di wilayah kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
pesisir dan lautan. berbasiskan kepentingan nasional (Misi 7)
Sementara sasaran pembangunan wilayah yang ditandai dengan: (a) terbangunnya
pesisir dan lautan adalah terwujudnya kedaulatan jaringan sarana dan prasarana sebagai

174 Aspirasi Vol 10 No 2, Desember 2019


perekat semua pulau dan kepulauan adalah adanya keterpaduan dalam perencanaan
Indonesia; (b) meningkat dan menguatnya dan pengelolaan kawasan pesisir dan laut yang
sumber daya manusia di bidang kelautan mencakup lima aspek yaitu: (1) keterpaduan
yang didukung oleh pengembangan ilmu wilayah/ekologis; (2) keterpaduan sektoral;
pengetahuan dan teknologi; (c) membangun (3) keterpaduan kebijakan secara vertikal; (4)
ekonomi kelautan secara terpadu dengan keterpaduan disiplin ilmu; dan (5) keterpaduan
mengoptimalkan pemanfaatan sumber stakeholders.
kekayaan ilmu pengetahuan dan teknologi; Pengelolaan pesisir dikatakan berkelanjutan,
dan (d) mengurangi dampak bencana pesisir apabila kegiatan pembangunan di kawasan
dan pencemaran laut. pesisir dan laut tersebut secara ekonomis,
Potensi pembangunan wilayah pesisir dibagi ekologis, dan sosial politis bersifat berkelanjutan.
dalam tiga kelompok, yaitu: sumber daya dapat Berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa suatu
pulih (terdiri dari: hutan mangrove, terumbu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan
karang, padang lamun dan rumput laut, serta pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan capital
sumber daya perikanan laut); sumber daya tak (capital maintenance), dan penggunaan
dapat pulih (seluruh mineral dan geologi), dan sumber daya serta investasi secara efisien.
jasa-jasa lingkungan. Jasa-jasa lingkungan Berkelanjutan secara ekologis berarti bahwa
mencakup fungsi kawasan pesisir dan lautan kegiatan dimaksud harus dapat memelihara daya
sebagai tempat rekreasi dan pariwisata, media dukung lingkungan, mempertahankan integritas
transportasi dan komunikasi, sumber energi, ekosistem, menjaga konservasi sumber daya
sarana pendidikan dan penelitian, pertahananan alam sehingga pemanfaatan sumber daya alam
keamanan, penampungan limbah, pengatur iklim, yang berada di kawasan tersebut dapat tetap
kawasan perlindungan dan sistem penunjang berkelanjutan. Berkelanjutan secara sosial politik
kehidupan serta fungsi ekologis lainnya (Mulyadi, bahwa hendaknya pembangunan di kawasan
2005: 2–4). tersebut dapat menciptakan pemerataan hasil,
Di tengah potensi sumber daya pesisir yang mobilitas sosial, kohesi sosial, pengembangan
melimpah, eksploitasi sumber daya laut dan kelembagaan pemberdayaan masyarakat,
pesisir menjadi salah satu permasalahan dalam partisipasi masyarakat, dan identitas sosial
pembangunan daerah. Di satu sisi, upaya tersebut (Fabianto & Berhitu, 2014: 2555).
dilakukan oleh masyarakat dan daerah untuk Pengelolaan wilayah pesisir secara
menggerakkan roda perekonomian, namun di sisi terpadu yang dahulu dikenal dengan istilah
lain sumber daya perikanan semakin berkurang Integrated Coastal Zone Management (ICZM)
karena dieksploitasi secara berlebihan serta pertama kali dikemukakan dalam Konferensi
mengalami kerusakan (Wiranto, 2004). Hal ini Pesisir Dunia (World Conference of Coast) di
menjadi tantangan tersendiri dalam pembangunan Belanda tahun 1993. Pada forum tersebut, yang
pesisir sehingga perlu upaya pengelolaan yang dimaksud dengan ICZM adalah proses paling
terpadu dan berkelanjutan agar pesisir tetap tepat menyangkut masalah pengelolaan pesisir
lestari dan memberi manfaat yang sebesar- baik untuk kepentingan saat ini maupun jangka
besarnya bagi masyarakat. panjang, termasuk di dalamnya akibat kerugian
Mengingat besarnya potensi pesisir, maka habitat, degradasi kualitas air akibat pencemaran,
pembangunan wilayah pesisir harus dilakukan perubahan siklus hidrologi, berkurangnya sumber
secara terpadu dan berkelanjutan. Pengelolaan daya pesisir, kenaikan muka air laut, serta dampak
pesisir secara terpadu adalah proses yang akibat perubahan iklim (Subandono sebagaimana
dinamis yang berjalan secara terus menerus dikutip Hafsaridewi et al., 2018: 63).
dalam membuat keputusan-keputusan tentang Sementara Dahuri, Rais, Ginting, dan Sitepu
pemanfaatan, pembangunan, serta perlindungan (2001) mendefinisikan pengelolaan wilayah
wilayah, sumber daya pesisir dan lautan. Menurut pesisir secara terpadu sebagai suatu pendekatan
Hafsaridewi et al. (2018: 63) salah satu prinsip dalam pengelolaan pesisir yang melibatkan dua
pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan

Anih Sri Suryani Pengaruh Kebijakan Pemerintah dan Peran Serta Masyarakat terhadap... 175
pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu pengelolaan sumber daya alam tetapi juga dalam
(integrated) guna mencapai pembangunan melakukan kontrol terhadap pemerintah (Razak,
wilayah pesisir secara berkelanjutan. Yulianda, 2013: 11).
Fahrudin, dan Adrianto (2010) menyatakan Sementara itu, masyarakat yang tinggal
bahwa pengelolaan wilayah pesisir secara di kawasan pesisir mempunyai karakteristik
terpadu termasuk di dalamnya pengelolaan tersendiri. Sebagian besar berprofesi sebagai
sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan nelayan. Masyarakat nelayan bukan hanya
pesisir yang dilakukan melalui penilaian secara yang berprofesi menangkap ikan dan bermata
menyeluruh, merencanakan tujuan dan sasaran, pencaharian dari hasil laut, namun juga golongan
kemudian merencanakan serta mengelola pekerja yang secara integral berada dalam
segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai lingkungan tersebut (Mansyur, 1984: 149).
pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Karakteristik lainnya dari masyarakat pesisir
Dengan demikian, pembangunan wilayah pesisir adalah struktur masyarakat bersifat heterogen,
dilakukan dengan tetap menjaga keberlanjutan memiliki etos kerja yang tinggi, solidaritas
kehidupan sosial masyarakat, menjaga yang kuat, serta terbuka terhadap perubahan
peningkatan ekonomi masyarakat, dan menjaga dan interaksi sosial. Namun, di tengah-tengah
kualitas lingkungan hidup wilayah pesisir dan sumber daya laut dan pesisir yang melimpah,
laut sehingga kesejahteraan masyarakat wilayah kondisi sosial ekonomi masyarakat di kawasan
pesisir meningkat. ini sebagian besar masih tergolong dalam garis
kemiskinan (Ayuningtyas, Imron, & Maskun,
Peran Serta Masyarakat dalam 2015). Oleh karena itu peran sertanya dalam
Pembangunan pembangunan perlu disesuaikan dengan kapasitas
Undang-Undang Dasar 1945 telah dan kapabilitasnya agar tetap berkelanjutan.
menetapkan acuan yang jelas terkait peran serta Tugas dan tanggung jawab sosial-ekonomi
masyarakat dalam pembangunan, termasuk nelayan sangat berat, karena sebagai pelaku
keterlibatannya dalam pengelolaan sumber daya usaha nelayan memiliki tanggung jawab untuk
alam di Indonesia. Sebagaimana termaktub dalam menjaga ekosistem sumber daya laut. Kerusakan
Pasal 28 C ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan: ekosistem akan berpengaruh besar terhadap
penurunan hasil tangkapan. Dengan demikian,
“Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya
kerangka penguatan dan pembinaan bagi nelayan
dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa, dan di kawasan pesisir dapat dilakukan antara
negaranya.” lain dengan pembinaan manusia, pembinaan
lingkungan, pembinaan sumber daya dan
Demikian juga dalam Undang-Undang pembinaan manusia (Nurfadhilah, 2016).
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Penelitian ini menggunakan metode
Lingkungan Hidup juga pada Pasal 5 ayat (3) kuantitatif untuk mengetahui berapa besar
dinyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak pengaruh kebijakan pemerintah dan peran serta
dan kewajiban atas lingkungan hidup yang baik masyarakat terhadap kondisi lingkungan pesisir
dan sehat. Benoa Badung Bali. Dengan demikian, terdapat
Peran serta masyarakat dalam pembangunan dua variabel dalam penelitian ini yakni variabel
dan pengelolaan sumber daya alam terkait erat bebas: kebijakan pemerintah dan peran serta
dengan tiga hal utama, yakni: (1) pengelolaan masyarakat masyarakat, dan variabel tidak
sumber daya alam sebagai upaya untuk bebas: kondisi lingkungan pesisir Benoa.
memenuhi kepentingan mayoritas masyarakat Definisi operasionalnya adalah skor terhadap
Indonesia; (2) pemerintah harus berperan aktif dimensi-dimensi dalam variabel tersebut di
dalam pengaturan pengelolaan sumber daya lokasi penelitian. Adapun dimensi dan indikator
alam sebagai manifestasi penguasaan negara penelitian sebagaimana ditampilkan pada Tabel
terhadap sumber daya alam; dan (3) rakyat 1.
dijamin haknya tidak saja untuk berperan dalam

176 Aspirasi Vol 10 No 2, Desember 2019


Tabel 1. Dimensi dan Indikator dalam Penelitian diperoleh dengan teknik sampel mendekati jenuh
Variabel Dimensi Indikator
karena hampir seluruh populasi menjadi sampel.
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel
Upaya perbaikan pesisir
apabila seluruh anggota populasi dijadikan
Program pemerintah
sampel (Sugiyono, 2007).
Sosialisasi program
perbaikan Teknik analisis data yang digunakan dalam
Kebijakan penelitian ini adalah statistik deskriptif. Pada
pemerintah Aparat dengan tugas
khusus penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk
Variabel
bebas (x)
Sosialisasi kepada menjelaskan karakteristik subjek penelitian
masyarakat dengan melihat frekuensi dan persentase dari
Sanksi semua variabel penelitian beserta masing-masing
Keaktifan masyarakat indikatornya. Sebelum dilakukan perhitungan
Peran serta Keberadaan kelompok dan analisis terhadap berbagai indikator di atas,
masyarakat masyarakat
pertama-tama dilakukan perhitungan indeks
Partisipasi masyarakat
persepsi responden terkait lingkungan pesisir.
Variabel tidak Kondisi Kondisi perairan
Perhitungan indeks ini dimaksudkan untuk
bebas (y) pesisir Kondisi daratan
mengetahui sejauh mana tingkat ketergantungan
dan kepedulian responden terhadap pesisir di
Pengumpulan data dilakukan dengan Benoa ini. Persentase masing-masing indikator
menggunakan instrumen penelitian berupa tersebut dapat menjelaskan karakteristik
kuesioner. Pemilihan kuesioner sebagai responden, indeks kebijakan pemerintah, indeks
alat pengumpul data dalam penelitian ini peran serta masyarakat, indeks kondisi perairan,
didasarkan pada kemudahan-kemudahan dalam dan indeks kondisi daratan.
penggunaannya, yaitu efisien dalam waktu dan Selanjutnya digunakan statistic parametric
biaya sehingga memudahkan peneliti untuk untuk mengetahui hubungan antara kebijakan
mengumpulkan banyak data dalam waktu singkat. pemerintah dan peran serta masyarakat dengan
Berdasarkan periode referensi, penelitian ini kualitas lingkungan pesisir Benoa. Analisis
tergolong pada retrospective study design karena korelasi dan regresi dilakukan untuk mengetahui
mengukur suatu fenomena, situasi, masalah yang hubungan kedua variabel tersebut. Analisis
telah terjadi sebelumnya. Dalam penelitian ini, korelasi parsial digunakan untuk mengetahui
baik dimensi variabel bebas maupun variabel kekuatan hubungan antara korelasi kedua
tidak bebas merupakan fenomena yang telah variabel di mana variabel lainnya yang dianggap
terjadi dan menggunakan data yang sudah ada berpengaruh dikendalikan atau dibuat tetap
dan melekat dalam diri responden. Berdasarkan (sebagai variabel kontrol). Karena variabel yang
sifat penelitian, penelitian ini merupakan non- diteliti adalah data interval maka teknik statistik
experimental karena peneliti tidak melakukan yang digunakan adalah Pearson Correlation
manipulasi variabel pada responden. Product Moment (Sugiyono, 2013: 216). Menurut
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Sugiyono (2013: 248) penentuan koefisien
masyarakat yang tinggal di sekitar Benoa korelasi dengan menggunakan metode analisis
yang selama ini bergabung dalam Kelompok korelasi Pearson Product Moment dengan
Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Yasa menggunakan rumus sebagai berikut:
Segara. Populasi ini dipilih mengingat masyarakat
tersebut diasumsikan telah mengetahui bahkan n ∑ xiyi - (∑xi)(∑yi)
rxy =
terlibat langsung dalam berbagai kegiatan
√ {n ∑xi2 - (∑xi)2} - {n∑yi2 - (∑yi)2}
pengelolaan lingkungan pesisir kawasan Benoa
Badung Bali. Berdasarkan data tahun 2014 Di mana: rxy = Koefisien korelasi pearson
jumlah anggota Pokmaswas Yasa Segara adalah xi = Variabel independen
33 orang, sedangkan jumlah responden adalah yi = Variabel dependen
sebanyak 30 orang. Teknik penarikan sampel n = Banyak sampel

Anih Sri Suryani Pengaruh Kebijakan Pemerintah dan Peran Serta Masyarakat terhadap... 177
Dari hasil yang diperoleh dengan rumus di Ditinjau dari segi pendidikan, mayoritas
atas, dapat diketahui tingkat pengaruh variabel responden berpendidikan SLTA (60%), disusul
x dan variabel y. Nilai r dapat bervariasi dari -1 kemudian SD (20%) dan diploma/sarjana dan
hingga +1, atau secara matematis dapat ditulis SLTP (10%). Berdasarkan data tersebut terlihat
menjadi -1 ≤ r ≤ +1. Hasil dari perhitungan akan bahwa mayoritas responden berpendidikan
memberikan tiga alternatif, yaitu: bila r = 0 atau tingkat menengah. Sementara itu, dilihat dari
mendekati 0, maka korelasi antar-kedua variabel segi pekerjaan, mayoritas responden berprofesi
sangat lemah atau tidak terdapat hubungan antara sebagai nelayan, kemudian pegawai swasta
variabel x terhadap variabel y; bila r = +1 atau dan wiraswasta. Nelayan adalah profesi
mendekati +1, maka korelasi antar-kedua variabel yang berinteraksi langsung dengan laut,
adalah kuat dan searah, dikatakan positif; bila menggantungkan hidupnya di laut, sehingga laut
r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antar- dan pesisirnya adalah hal yang tentu penting
kedua variabel adalah kuat dan berlawanan arah, untuk dijaga, dilestarikan agar tetap berkelanjutan
dikatakan negatif. dalam mendukung kehidupannya.
Hal tersebut didukung pula oleh perhitungan
Pengaruh Kebijakan dan Peran Serta terhadap indeks persepsi responden terhadap
Masyarakat terhadap Kualitas Pesisir Benoa laut (Grafik 2). Berdasarkan pengolahan data
Karakteristik Responden kuesioner dapat dilihat bahwa indeks persepsi
Karakteristik responden yang merupakan responden terhadap laut sebesar 88,33. Di mana
anggota Pokwas Yasa Segara ditampilkan pada responden berpendapat bawah pesisir dan laut
Grafik 1. Dari jenis kelamin, mayoritas responden sangatlah penting bagi kehidupan mereka (indeks
berjenis kelamin laki-laki (73%), dan perempuan sebesar 95), dan pesisir menunjang kesejahteraan
hanya 27%. Dari rentang usia, mayoritas masyarakat sekitar (indeks sebesar 89,19) serta
responden (40%) berada pada usia 40 s.d. 49 kemudian responden juga beranggapan bahwa
tahun, disusul kemudian usia 20 s.d. 29 tahun masyarakat pesisir menggantungkan hidupnya
(27%), kemudian 50 s.d. 59 tahun (13%) dan 30 ke laut (88,83). Tingginya indeks tersebut
s.d. 39 tahun (13%) dan paling sedikit berusia >60 menggambarkan betapa laut, pesisir dan segala
tahun (7%). Berdasarkan rentang waktu tersebut hal yang berada di dalamnya bernilai sangat
terlihat bahwa mayoritas responden berada pada penting bagi kehidupan masyarakat yang tinggal
rentang waktu usia produktif. di wilayah Benoa ini.

>60 tahun Indeks persepsi masyarakat


terhadap laut 88,33
Perempuan 7% 20–29 thn
27% 27%
Masyarakat pesisir menggan-
tungkan hidupnya ke laut 80,83
50–59 thn 30–39 thn
13% 13% Pesisir menunjang
Laki-Laki kesejahteraan masyarakat 89,17
73% 40-49 tahun
40% Pesisir dan laut sangat penting
bagi kehidupan masyarakat 95,00
Jenis Kelamin Usia
Grafik 2. Persepsi Responden terhadap Laut
Diploma/
Sarjana SD
10% 20% SLTP Wira- Pegawai
Indeks Variabel
10% swasta
27%
Swasta Sejauh mana peran pemerintah dalam
30%
membuat kebijakan-kebijakan untuk menjaga
SLTA dan mengelola wilayah pesisir dapat dilihat pada
60% Nelayan
43% Grafik 3. Berdasarkan grafik tersebut, indeks
kebijakan pemerintah adalah sebesar 67,45,
Pendidikan Pekerjaan dengan indeks terbesar adalah pemerintah telah
Grafik 1. Karakteristik Responden berupaya dan bertindak memperbaiki kondisi

178 Aspirasi Vol 10 No 2, Desember 2019


wilayah pesisir (75,83). Sementara itu, indeks melakukan upaya pelestarian pesisir dan pantai
terkecil terdiri dari dua indikator yakni adanya Benoa. Keberadaan Pokmas ini nampaknya turut
sanksi bagi perusak kualitas lingkungan pesisir mendorong peran masyarakat dalam indikator-
dan juga ketersediaan aparat pemerintah yang indikator lainnya mempunyai indeks yang tinggi
bertugas khusus menjaga kebersihan pesisir pula (>75).
(indeks sebesar 59,17). Rendahnya nilai indeks Selanjutnya akan dilihat persepsi responden
ini dapat berarti kedua indikator tersebut belum terkait kondisi kualitas pesisir di Benoa. Pesisir
dapat diimplementasikan dengan cukup baik dan terdiri dari daratan dan laut yang merupakan
terus-menerus di sekitar Benoa. satu kesatuan. Kondisi di perairan tentu tidak
terlepas dari pengaruh kualitas lingkungan di
daratan. Oleh karena itu variabel kondisi pesisir
Indeks peran pemerintah 67,45 diwakili oleh dimensi kondisi daratan dan
kondisi perairan. Berdasarkan pengolahan data
Ada sanksi bagi perusak
kualitas lingkungan pesisir 59,17 kuesioner, responden mempersepsikan indeks
kondisi daratan adalah sebesar 74,63 yang terdiri
Pemerintah telah mensosi-
alisasikan kepada masyarakat 70,56
dari beberapa indikator (Grafik 5). Indeks terbesar
untuk menjaga kualitas pesisir adalah indikator bahwa hotel telah melakukan
Tersedia aparat pemerintah pengolahan limbah (87,50), tidak ada industri
yang bertugas khusus men- 59,17 yang membuang limbahnya ke laut (86,67)
jaga kebersihan pesisir
Program dalam memperbaiki dan tidak adanya masyarakat yang Buang Air
kualitas lingkungan telah 67,50 Besar Sembarangan (BABS) di pantai (82,50).
disosialisasikan Sementara itu, indeks terendah ada pada indikator
Pemerintah telah berupaya kekuatiran responden terhadap adanya limbah
dan bertindak memperbaiki 72,50
kondisi pesisir yang masuk ke area pesisir (49,17). Berdasarkan
Program pemerintah dalam hal tersebut, walaupun secara umum responden
memperbaiki kulitas ling- 75,83 berpendapat bahwa kondisi di daratan sudah
kungan pesisir telah baik

Grafik 3. Indeks Kebijakan Pemerintah Indeks kondisi daratan pesisir


Benoa 74,63
Selanjutnya, sejauh mana peran serta Hotel mengolah limbahnya
masyarakat terlibat dalam menjaga kualitas dahulu sebelum dibuang ke 87,50
sungai/badan air
lingkungan di pesisir dan pantai Benoa Tidak ada industri yang
tergambar pada Grafik 4. Indeks untuk variabel membuang limbah langsung 86,67
ke laut
ini adalah sebesar 78,06 dengan indeks terbesar
Tidak ada warga yang BABS
adalah indikator adanya kelompok masyarakat di pantai 82,50
yang turut menjaga kualitas lingkungan pesisir, Air bersih yang digunakan
dalam hal ini antara lain Kelompok Masyarakat warga mencukupi dan 65,00
(Pokmas) Yasa Segara Bengiat yang telah turut tersedia secara kontinyu
Fasilitas air bersih dan
air minum di area pantai 68,33
memadai
Indeks peran serta masyarakat 78,06 Fasilitas sanitasi (misal
MCK) sudah tersedia banyak 80,83
Masyarakat berpartisipasi di area pantai
aktif dalam berbagai kegiatan 76,67
pokmas Fasilitas pengelolaan sampah 77,50
sudah memadai
Terdapat kelompok
masyarakat yang turut 80,83 Tidak perlu ada kekhawatiran
menjaga kualitas pesisir terkait limbah industri yang 49,17
masuk ke laut
Masyarakat secara aktif
bekerja sama dalam menjaga 76,67 Jumlah wisatawan meningkat 74,17
kualitas lingkungan pesisir dibanding 5–10 tahun lalu

Grafik 4. Indeks Peran Serta Masyarakat Grafik 5. Indeks Kondisi Daratan Pesisir Benoa

Anih Sri Suryani Pengaruh Kebijakan Pemerintah dan Peran Serta Masyarakat terhadap... 179
baik, dilihat dari aspek kesehatan lingkungan
seperti: pengelolaan limbah, sampah dan perilaku Indeks kondisi perairan 72,78
masyarakat dalam BABS. Namun, kekhawatiran
terkait adanya pencemar yang bersumber dari Daya dukung lingkungan
pesisir lebih baik dan tertata 78,33
darat dan masuk ke perairan cukup tinggi. Di
samping itu, berdasarkan Grafik 5 dapat dilihat Menjaring ikan lebih mudah
dari 5–10 tahun lalu 58,33
bahwa indeks untuk kualitas air bersih berada
pada kisaran 60, baik untuk ketersediaan air
Pesisir saat ini lebih bersih
bersih maupun fasilitasnya. Dengan demikian, dari 5–10 tahun lalu 82,16
kondisi tersebut menunjukkan bahwa air bersih
Jumlah ikan yang ditangkap
belum sepenuhnya tersedia dengan kualitas, sama atau lebih banyak dari 54,17
kuantitas dan kontinuitas yang mencukupi di 5–10 tahun lalu
daerah ini, walau memang fasilitas MCK sudah Pesisir belum tercemar
limbah 79,17
tersedia cukup banyak di sekitar pesisir pantai
(indeks 80,83).
Pantai dan pesisir bersih dan
Kondisi perairan di Benoa digambarkan terjaga 81,67
pada Grafik 6. Indeks untuk kondisi perairan
adalah sebesar 72,78, dengan indeks terbesar Grafik 6. Indeks Kondisi Perairan
pada indikator kondisi pesisir saat ini yang
lebih bersih daripada kondisi 5–10 tahun lalu, Apabila berbagai dimensi tersebut diukur
disusul kemudian dengan indikator pantai dalam rentang sangat buruk sampai baik, maka
dan pesisir bersih dan terjaga. Indeks terkecil Grafik 7 menampilkan hasil pengolahan data
untuk dimensi ini adalah terkait jumlah ikan. tersebut. Pada grafik tersebut titik paling bawah
Responden berpendapat bahwa jumlah ikan yang adalah titik terburuk dan paling atas adalah titik
dapat ditangkap saat ini tidak jauh lebih banyak terbaik, dengan urutan untuk masing-masing titik
daripada 5–10 tahun yang lalu, dan menjaring dari bawah ke atas adalah: buruk sekali, buruk,
ikan pun tidak lebih mudah daripada 5–10 cukup, baik dan sangat baik.
tahun yang lalu. Hal ini mengindikasikan bahwa 800 400 800 1200
jumlah ikan cenderung berkurang, atau bisa jadi 720 360 720 1080
700 350 700
lokasi-lokasi pembibitan dan tumbuh kembang 1000
ikan terganggu, salah satunya dapat disebabkan 600 585 300 292,5 600 585
281 877,5
oleh adanya pencemaran yang masuk ke wilayah 532 800 822
500 250 500
perairan dan laut. Tangkapan ikan tuna di Bali 450 225 450 675
mengalami penurunan sejak tahun 2015 lalu 400 200 400
370 600
ekspor tuna yang juga mengalami penurunan. 315 157,5 315
300 150 300 472,5
Misalnya di tahun 2014 lalu, ekspor tuna
400
mencapai 16 ribu ton, sementara di Tahun 2017 200 100 90 200
180 180
lalu, ekspor tuna hanya mencapai 13.851 ton 270
(Mustofa, 2018). Berkurangnya hasil tangkapan 100 50 100 200
ikan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa Peran Peran Serta Kondisi Kondisi
Pemerintah Masyarakat Perairan Pesisir/
hal, seperti jumlah nelayan yang berkurang, jenis Daratan
alat tangkap yang digunakan, dan juga kondisi Grafik 7. Posisi Indeks Berbagai Indikator
perairan. Namun, faktor kelestarian lingkungan
perairan Teluk Benoa merupakan salah satu Berdasarkan hasil pengolahan data,
faktor yang penting. Sebagaimana penelitian untuk kebijakan pemerintah, responden
Handadari, Soesilo, dan Pranowo (2018) yang mempersepsikan di angka 370, ada pada posisi
menyatakan bahwa masalah sedimentasi di antara buruk dan cukup. Untuk peran serta
Kawasan Benoa ini harus dikendalikan karena masyarakat ada pada nilai 281, mendekati
dapat berdampak kepada sumber daya ikan. baik. Sementara itu, untuk kondisi perairan

180 Aspirasi Vol 10 No 2, Desember 2019


berada pada rentang cukup ke baik, dan posisi Tabel 2. Hasil Uji Korelasi
daratan ada dalam posisi cukup ke baik,
Peran Kondisi
mendekati baik.
Peran Pearson Correlation 1 0,541**
Oleh karena itu, berdasarkan persepsi
Sig. (2-tailed) 0,002
responden tersebut, untuk variabel x, dimensi
n 30 30
yang masih perlu ditingkatkan adalah kebijakan
Kondisi Pearson Correlation 0,541** 1
dan peran dari pemerintah dalam upaya
Sig. (2-tailed) 0,002
menjaga kelestarian lingkungan di Benoa.
n 30 30
Untuk variabel y, responden berpendapat
bahwa kondisi daratan lebih baik daripada **.Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed).
kondisi lautan. Nampaknya karena berbagai
upaya perbaikan lingkungan di wilayah darat Korelasi adalah hubungan dan regresi adalah
terus menerus dilakukan, termasuk upaya untuk pengaruh. Analisis regresi mempelajari bentuk
mengurangi tingkat pencemar. Pembangunan hubungan antara satu atau lebih peubah/variabel
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) dan bebas x (dalam penelitian ini adalah kualitas
Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) telah lingkungan) dengan satu pengubah tak bebas y
dilakukan untuk mengurangi beban limbah. (yaitu kondisi pesisir pantai). Hasil uji regresi
Sementara itu, beberapa program dan ditunjukkan pada Tabel 3.
kebijakan yang telah dilakukan pemerintah
Tabel 3. Hasil Uji Regresi
untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan,
antara lain: program pengembangan budidaya Model Summary
perikanan, pengembangan perikanan tangkap Model R Adjusted Std.Error of
R Square R
(Wahyuni et al., 2016: 23). Namun, akumulasi Square the Estimate
tingkat pencemaran yang terjadi di laut yang 1 0,541a 0,293 0,241 2,86128
sudah terjadi sekian lama, nampaknya masih a
Predictors: (Constant), Pmasyarakat, Ppemerintah
perlu waktu untuk dipulihkan. Beberapa upaya
perbaikan terumbu karang dan perbaikan ANOVAa
tempat pembibitan dan tumbuh kembang Model Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
ikan telah dilakukan, nampaknya hal tersebut
1 Regression 91,620 2 45,810 5,596 0,009b
belum dapat mengembalikan populasi ikan
Residual 221,046 27 8,187
seperti semula.
Total 312,667 29
a
Dependent Variable: Kondisi
Analisis Korelasi dan Regresi b
Predictors: (Constant), Pmasyarakat, Ppemerintah
Hasil uji korelasi antara variabel x
(kebijakan pemerintah dan peran serta Coefficientsa
masyarakat) dengan variabel y (kondisi pesisir Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
pantai) dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Model T Sig.
Std.
tabel tersebut terlihat bahwa terdapat korelasi B Error Beta
yang signifikan antara kedua variabel tersebut, 1 (Constant) 59,909 4,747 12,622 0,000
dengan tingkat signifikansi 99%. Nilai Pearson Ppemerintah 0,546 0,294 0,368 1,860 0,074
Correlation yang dihubungkan antara masing- Pmasyarakat 0,676 0,560 0,239 1,07 0,238
masing variabel adalah sebesar 0,541**. Nilai a
Dependent Variable: Kondisi
korelasi > 0.5 menunjukkan bahwa terdapat
korelasi yang kuat dan signifikan antar- Berdasarkan tabel di atas, nilai R yang
variabel yang saling berhubungan. merupakan nilai koefisien korelasi adalah
sebesar 0,541. Nilai ini dapat diinterpretasikan
bahwa hubungan kedua variabel penelitian ada di
kategori cukup kuat. Nilai Koefisien Determinasi

Anih Sri Suryani Pengaruh Kebijakan Pemerintah dan Peran Serta Masyarakat terhadap... 181
(KD) adalah sebesar 0,293 yang menunjuk bahwa dalam upaya menghindari konflik horizontal
variabel bebas x memiliki pengaruh kontribusi di kalangan masyarakat. Pemerintah daerah
sebesar 29,3% terhadap variabel y. Sementara dalam perencanaan pemanfaatannya untuk
itu, sisanya sebesar 70,7% dipengaruhi oleh mendapatkan PAD harus melibatkan para tokoh
faktor-faktor lain diluar dimensi-dimensi pada masyarakat dan juga peran serta masyarakat
variabel x. (Handadari et al., 2018). Oleh karena itu, telaah
Selanjutnya adalah menentukan taraf sisi keterpaduan dan keberlanjutan pembangunan
signifikansi atau linieritas dari regresi. Kriterianya pesisir perlu dilakukan sehingga penggunaan
dapat ditentukan berdasarkan uji F atau uji nilai sumber daya dan investasi di kawasan pesisir ini
Signifikansi (Sig). Berdasarkan tabel di atas, nilai dapat dilakukan secara efisien.
signifikansi penelitian ini adalah sebesar 0,009.
Apabila Sig<0,05 maka model regresi adalah Aspek Peran Serta Masyarakat
linier. Dengan demikian, model persamaan Strategi yang digunakan dalam upaya
regresi berdasarkan data penelitian adalah melibatkan masyarakat dalam pengelolaan pesisir
signifikan dan memenuhi kriteria linieritas. dan pantai antara lain melalui pemberdayaan
Dengan nilai F sebesar 5,596 dan H0 ditolak, yang dimulai dengan perbaikan struktur sosial
maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang memungkinkan terjadinya mobilitas
antara dimensi kebijakan pemerintah dan peran vertikal nelayan. Pada tingkat mikro-desa,
serta masyarakat dengan kondisi pesisir dan laut perbaikan struktur sosial nelayan dilakukan
di Benoa. Adapan model persamaan regresinya melalui penguatan solidaritas nelayan untuk
adalah sebagai berikut: selanjutnya berhimpun dalam suatu kelompok
Kondisi Pesisir = 59,909 + 0,546 Kebijakan yang memperjuangkan kepentingan nelayan
Pemerintah + 0,676 Peran Serta Masyarakat (Satria, 2015).
Desa Pamige, Kelurahan Benoa, Kuta
Berdasarkan persamaan di atas, dimensi Selatan merupakan salah satu desa di Badung
pada variabel x bernilai positif. Hal ini berarti, yang berhasil menghimpun kesadaran kolektif
apabila terjadi kenaikan pada dimensi kebijakan nelayan untuk bersatu dalam wadah Kelompok
pemerintah dan dimensi peran serta masyarakat, Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Yasa Segara
maka dimensi kondisi pesisir dan pantai pun akan Bengiat. Pokmaswas Yasa Negara dibentuk pada
meningkat pula. Begitu juga sebaliknya. 1 Januari 2010 sebagai bentuk keprihatinan
Telah ada beberapa penelitian mengenai nelayan akan kerusakan ekosistem laut yang
model pengembangan pesisir yang berkelanjutan, secara tidak langsung memengaruhi kehidupan
namun terdapat kekosongan penelitian dari sisi nelayan. Pokmaswas berperan dalam penataan
keterpaduan pembangunan yang mengaitkan pantai, pengawasan penangkapan ikan di laut,
kebijakan pemerintah dan peran serta masyarakat pengawasan dan perlindungan terumbu karang
dengan kualitas lingkungan pesisir itu sendiri. serta membantu aparat melaporkan apabila
Padahal sebagaimana disampaikan sebelumnya terjadi pelanggaran dan hal-hal yang bersifat
unsur keberlanjutan terdiri dari tiga unsur, mencurigakan di Pantai Bengiat (Wahyuni et
yakni keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan al., 2016: 21). Hal ini sesuai dengan dengan
juga ekologis. Sinergi ketiganya diperlukan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
agar dampak kegiatan di kawasan pesisir dapat Nomor 58 Tahun 2001 tentang Tata Cara
diantisipasi dan ditangani secara efektif, serta Pelaksanaan Sistem Pengawasan Masyarakat
tidak timbul permasalahan lingkungan maupun Dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber
sosial ekonomi di kemudian hari Daya Kelautan dan Perikanan, bahwa Pokmaswas
Intervensi kebijakan pemerintah sangat merupakan unsur yang membantu pelaksanaan
diperlukan dalam pemanfaatan ruang laut pengawasan di tingkat lapangan yang terdiri
di Teluk Benoa. Hal ini perlu dilakukan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
dalam upaya penegakan regulasi penataan adat, LSM, nelayan, pembudidaya ikan serta
ruang di kawasan pesisir dan laut sekaligus masyarakat kelautan dan perikanan lainnya.

182 Aspirasi Vol 10 No 2, Desember 2019


Pada awal pembentukan, Pokmaswas Yasa 5) Program peningkatan kegiatan budaya
Segara Bengiat mempunyai anggota sebanyak 28 kelautan dan wawasan maritim kepada
orang dan pada tahun 2014 meningkat menjadi masyarakat.
33 orang. Anggota kelompok adalah nelayan 6) Program pemberdayaan penyuluh perikanan
asli dari warga masyarakat yang ada di Pantai dan kelautan.
Bengiat Kelurahan Benoa. Pokmaswas Yasa 7) Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran
Negara melakukan kaderisasi melalui taruna produksi perikanan.
nelayan pada setiap kegiatan pembinaan maupun Hasil perikanan dan kelautan yang
pengawasan. Pada tahun 2014, Pokmaswas Yasa dipasarkan tidak hanya berupa ikan, namun
Segara menjadi duta Provinsi Bali dalam ajang juga dikembangkan produk olahan ikan
lomba Kelompok Pengawas tingkat nasional seperti kerupuk kulit ikan dan produk olahan
(Suryantala, 2014). mangrove seperti sirup mangrove. Selain
Sementara itu pada tingkat makrostruktural, itu, limbah duri ikan juga dimanfaatkan
pemberdayaan dilakukan melalui kebijakan untuk bahan pembuatan krim spa. Kegiatan
Pemerintah Kabupaten Badung untuk ekowisata ini dikelola oleh istri-istri nelayan
meningkatkan kesejahteraan nelayan antara lain untuk membantu perekonomian keluarga.
(Wahyuni et al., 2016: 22–24):
Anggota Pokmaswas Yasa Segara sendiri
1) Program pengembangan budidaya perikanan.
pada Juni 2016 telah mengikuti kegiatan pelatihan
Program pengembangan budidaya perikanan
dengan tema “Pengembangbiakkan Jenis Ikan
dilakukan melalui operasional BBI kapal,
/ Kima dan Karang Berbasis Pada Masyarakat"
operasional BBI petang, pengawasan dan
yang diselenggarakan Balai Pengelolaan Sumber
pengendalian hama/penyakit ikan, serta
Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar.
pengembangan budidaya perikanan. Budidaya
Kima merupakan jenis ikan yang dilindungi
perikanan yang telah dikembangkan nelayan
melalui Undang-Undang No.5 Tahun 1990
adalah rumput laut.
tentang konservasi sumber daya alam hayati
2) Program pengembangan perikanan tangkap.
yang diperkuat lagi dengan keluarnya UU No 31
Berupa pengawasan dan pengendalian
Tahun 2004 tentang Perikanan, PP No. 7 Tahun
pencemaran ikan, pengadaan sarana
1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan
prasarana penangkapan ikan bagi nelayan,
dan Satwa dan Peraturan Pemerintah No.60
pembangunan instalasi pengolahan limbah
Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya
terpadu (IPLT) di kawasan perikanan
Ikan (UPT BPSPL Denpasar, 2016). Sejalan
Kedonganan dan pembangunan gedung
dengan konservasi pengembangbiakan kima
Pokmaswas.
di lokasi tersebut, anggota Pokmaswas Yasa
3) Program pemberdayaan ekonomi masyarakat
Segara Bengiat diberikan pengetahuan dalam
pesisir.
mengembangbiakkan dan merawat kima. Kima
Berupa bimbingan teknis perbaikan sarana
(Tridacna sp) atau Giant Clams merupakan hewan
prasarana penangkapan ikan, pelatihan
laut yang dikenal dengan sebutan kerang raksasa.
menyelam di kawasan sumber daya kelautan
Pengembangbiakan Kima di lokasi tersebut
dan perikanan, pengadaan alat selam di
diharapkan dapat mengembalikan populasi kima
kawasan pesisir Tanjung Benoa, serta
di Nusa Dua dan dapat memberikan manfaat
penyusunan basis data dan pemetaan potensi
ekonomi bagi masyarakat lokal dan pariwisata
wilayah pesisir di Kabupaten Badung
yang ramah lingkungan dan bernilai edukasi.
4) Program pemberdayaan masyarakat dalam
pengawasan dan pengendalian sumber daya Aspek Ekonomi
kelautan. Tujuannya untuk pengembangan
kapasitas masyarakat pesisir. Sasaran dari Dilihat dari segi profesi, penduduk
kegiatan ini adalah masyarakat di wilayah Kabupaten Badung yang tinggal di kawasan
pesisir terutama ketua kelompok nelayan, pesisir dulunya merupakan nelayan penuh (full
kepala adat, dan penyuluh nelayan. fishermen), namun seiring dengan perkembangan

Anih Sri Suryani Pengaruh Kebijakan Pemerintah dan Peran Serta Masyarakat terhadap... 183
wilayah pesisir terutama dalam hal pariwisata, telah turut menaikkan derajat perekonomian
perlahan banyak yang berubah menjadi nelayan masyarakat. Misalnya Budidaya Perikanan dan
sambilan (fishermen sideline). Nelayan sambilan Rumput Laut di sekitar Teluk Bengiat. Keramba
adalah nelayan yang sebagian waktunya kadang Jaring Apung telah memproduksi ikan kerapu
berprofesi sebagai nelayan penuh dan sebagian sebanyak 1,4 ton/tahun dan Produksi Rumput Laut
waktunya menjalani profesi lainnya seperti menghasilkan produksi 311,89 ton/tahun, di mana
memandu wisata, membuat kerajinan, dan potensi yang tersedia seluas 56 Ha (Wahyuni et
lain-lain. Jumlah penduduk yang berprofesi al., 2016: 23). Apabila berbagai program tersebut
sebagai nelayan penuh dari tahun demi tahun berjalan secara terarah, terencana dan bergulir
terus mengalami menurun. Pada tahun 2000, secara kontinyu di berbagai lapisan masyarakat,
masyarakat yang masih berprofesi sebagai tentu sustainable dari aspek ekonomi dapat terus
nelayan penuh adalah 605 orang, dan nelayan dijaga kawasan ini.
sambilan 1.348 orang. Pada tahun 2014 menurun,
nelayan penuh 404 orang, dan nelayan sambilan Aspek Lingkungan Ekologis
958 orang (Wahyuni et al., 2016: 20). Salah satu Aspek keberlanjutan secara lingkungan/
alasan beralihnya nelayan penuh menjadi nelayan ekologis selain perlunya berbagai tindakan
sambilan atau sering disebut dengan istilah nyata di lapangan juga perlu dukungan dari segi
nelayan bahari diambil karena Badung semakin regulasi. Adanya Perda Provinsi Bali No. 4 Tahun
berkembang sebagai tujuan wisata bahari. 2005 tentang Pengendalian Pencemaran dan
Dilihat dari aspek keberlanjutan secara Perusakan Lingkungan Hidup yang menyatakan
ekonomis, hasil pengolahan data di Benoa bahwa pengendalian pencemaran lingkungan
Badung Bali menunjukkan bahwa pesisir telah hidup harus berasaskan pada pelestarian fungsi
menunjang kesejahteraan masyarakat. Ditandai lingkungan hidup dengan menjunjung tinggi peran
dengan indeks untuk indikator ini adalah sebesar serta masyarakat dan nilai-nilai Tri Hita Karana
89,17. Hal tersebut didukung oleh kondisi yang merupakan payung hukum untuk menjadikan
terjadi di mana Pokmaswas Yasa Segara, BPSPL Kawasan Badung pada khususnya dan kawasan
Denpasar, akademisi, dan LSM telah berhasil Bali pada umumnya menjadi berkelanjutan dari
mengembangkan kawasan Badung Selatan segi ekologis. Demikian juga adanya pengaturan
menjadi destinasi wisata konservasi dengan dan pengontrolan yang lebih ketat bagi perusahaan
memperbaiki kualitas terumbu karang. Terumbu pengolahan ikan merupakan upaya penegakan
karang yang baik ini telah meningkatkan potensi hukum bidang lingkungan.
pariwisata bahari dan peningkatan perekonomian Dalam tataran teknis, pembangunan Sistem
masyarakat. Adapun manfaat ekonomi yang Pengelolaan Air Limbah (SPAL) sebanyak 20.210
dirasakan masyarakat sekaligus peran serta dan unit, Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT)
keterlibatan aktif mereka di kawasan tersebut sebanyak 7 unit di 9 kab/kota, serta pengelolaan
antara lain dengan menjadi Bala Wisata. Bala air limbah dengan sistem perpipaan melalui
Wisata berperan dalam penyelamatan pantai; Denpasar Sewerage Development Project (DSDP)
penyediaan fasilitas Pura Segara untuk upacara dan IPAL Regional Ubud merupakan upaya teknis
keagamaan; dan kerja sama dengan perhotelan di agar permasalahan limbah dapat diselesaikan di
kawasan Nusa Dua dalam pelayanan jasa antar darat, hingga tidak menjadi pencemar bagi pesisir
jemput tamu, penyewaan sun chair dan sun deck, dan laut.
dsb. Dilihat dari aspek keberlanjutan secara
Di samping itu, program pemerintah lingkungan/ekologis beberapa program perbaikan
sebagaimana disebutkan sebelumnya, seperti: kualitas lingkungan juga telah dilakukan. Saat
pengembangan perikanan tangkap, pemberdayaan ini, Pokmaswas Yasa Segara beserta beberapa
ekonomi masyarakat pesisir, pemberdayaan pemangku kepentingan seperti Balai Pengelolaan
penyuluh perikanan dan kelautan, optimalisasi Sumber daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar,
pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan pihak akademisi, dan Lembaga Swadaya

184 Aspirasi Vol 10 No 2, Desember 2019


Masyarakat (LSM), telah berhasil mengembangkan serta masyarakat 78,06 (baik), indeks kondisi
kawasan Badung Selatan menjadi destinasi wisata perairan 72,78 (baik) dan indeks kondisi daratan
konservasi. Program konservasi yang dilakukan 74,62 (baik).
antara lain: penangkaran penyu melalui pelepasan Terdapat hubungan yang signifikan antara
tukik bekerja sama dengan penangkaran penyu kebijakan pemerintah dengan peran serta
Bulih Bali, konservasi/rehabilitasi karang dan masyarakat terhadap kualitas lingkungan pesisir
kima (karang raksasa), dan penanganan mamalia dan pantai. Kebijakan pemerintah dan peran
laut terutama jenis hiu, paus, dan lumba-lumba. serta masyarakat berpengaruh positif terhadap
Dengan adanya program-program tersebut, dalam kondisi kualitas lingkungan pesisir dan pantai.
tiga tahun terakhir kondisi pesisir dan laut Bali Berbagai kegiatan dan program yang dilakukan
secara umum relatif membaik dibandingkan masyarakat dan pemerintah di Teluk Benoa
kondisi tiga tahun lalu. Berdasarkan survei Coral telah memenuhi prinsip-prinsip pembangunan
Triangle Center (CTC) yang dilakukan pada Juli– wilayah pesisir secara terpadu dan berkelanjutan
Oktober 2015, terumbu karang di Bali berada dalam baik dari segi ekonomi, sosial/ peran serta
kondisi cukup baik dengan persentase penutupan masyarakat maupun lingkungan. Dari aspek
karang hidup di kedalaman 3 meter mencapai ekonomi, pengembangan kawasan Badung
60,7%. Sementara itu, kedalaman di atas 10 meter menjadi destinasi wisata konservasi dan juga
rata-rata mencapai 60%. Survei dilakukan dengan program pemerintah dalam pengembangan
menyelam di 41 titik di seluruh Bali setelah usaha dan budidaya perikanan turut
dilakukan pengamatan visual di kedalaman 3–5 meningkatkan pendapatan masyarakat. Dari
meter secara menyeluruh (Wahyuni et al., 2016). aspek ekologis, nilai-nilai Tri Hita Karana telah
Dengan kondisi ini, tentu saja akan meningkatkan mendukung upaya pelestarian kawasan pesisir.
potensi pariwisata bahari dan hasil usaha perikanan Demikian juga pembangunan IPLT dan IPAL
yang bermuara pada peningkatan perekonomian di beberapa lokasi di Badung turut berdampak
masyarakat Kabupaten Badung pada umumnya pada berkurangnya pencemaran limbah di
dan nelayan pada khususnya. kawasan ini. Adanya Pokmaswas Yasa Segara
Selain program-program tersebut, Dinas yang turut aktif dalam pengelolaan pesisir dan
Peternakan Perikanan dan Kelautan bersama Nusa pantai merupakan salah satu bentuk aktifnya
Dua Reeff Foundation dan atas dukungan penuh peran serta masyarakat yang turut menjadikan
masyarakat yang diwakili oleh Pokmaswas Yasa pembangunan kawasan pesisir di Benoa Badung
Segara Bengiat berinisiatif membangun Badung Bali berkelanjutan.
Underwater Cultural Park. Badung Underwater Berdasarkan hasil penelitian, dimensi
Cultural Park merupakan taman bawah laut yang dinilai masih rendah adalah kebijakan
yang berisi kumpulan karya seni artificial reef pemerintah, terutama terkait belum adanya
berbentuk patung yang menggambarkan budaya sanksi yang tegas terhadap pihak-pihak yang
Bali berinteraksi dengan science, lingkungan dan mencemari lingkungan. Oleh karena itu, payung
konservasi alam yang berlandaskan pada konsep hukum yang tegas dan penegakan hukumnya
nyegara gunung tri hita karana. Pembangunan perlu diimplementasikan agar lingkungan pesisir
Badung Underwater Cultural Park merupakan dan laut dapat lebih terjaga dan berkelanjutan.
salah satu upaya rehabilitasi terumbu karang di Untuk mempertahankan kelestarian daya
Nusa Dua dan Tanjung Benoa dengan pendekatan guna perairan wilayah pesisir, kebiasaan
budaya Bali. menggunakan perairan sebagai tempat
pembuangan sampah dan bahan buangan industri
Penutup perlu diatur berdasarkan peraturan perundangan.
Gambaran berbagai dimensi pada penelitian Bahan buangan yang beracun perlu diberi
ini diwakili oleh besaran indeks pada masing- perlakuan terlebih dahulu sebelum dibuang ke
masing dimensi tersebut yang mencerminkan badan air, dan perairan tempat pembuangan harus
kategorisasinya. Indeks untuk kebijakan mempunyai kondisi oseanografi yang memadai.
pemerintah sebesar 67,45 (cukup), indeks peran Industri-industri yang mutlak harus didirikan di

Anih Sri Suryani Pengaruh Kebijakan Pemerintah dan Peran Serta Masyarakat terhadap... 185
wilayah pesisir wajib memproses bahan-bahan Daftar Pustaka
buangan untuk keperluan lain, sehingga dampak
terhadap lingkungan dapat dibatasi.
Berbagai strategi dalam pengelolaan dan Ayuningtyas, R., Imron, A., dan Maskun. (2015).
pengendalian pencemaran pesisir dan laut perlu Kehidupan Masyarakat Nelayan Dusun Kapuran
dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan Kelurahan Pasar Madang Kecamatan Kotaagung
Kabupaten Tanggamus. PEGASI (Jurnal
mulai dari pencegahan, pengendalian sampai
Pendidikan dan Penelitian Sejarah), 3(3).
dengan pengelolaan. Hal ini perlu didukung juga Retrieved from http://jurnal.fkip.unila.ac.id/
oleh kebijakan pemerintah antara lain lain dalam index.php/PES/article/view/9305, on 12 Juni
upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan 2019.
lingkungan. Demikian juga aksi pengelolaan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung. (2014)
lingkungan pesisir dan pantai perlu dilakukan Badung Dalam Angka 2014. Retrieved from
pada setiap sektor kegiatan pembangunan yang https://badungkab.bps.go.id/publication/
melibatkan berbagai unsur terutama masyarakat download.html, on 11 Juni 2019.
setempat.
Dahuri, R., Rais J., Ginting S.P., dan Sitepu, M.J.,
Jenis Kelompok Swadaya Masyarakat seperti (2001). Pengelolaan Sumber Daya Wilayah
Pokmaswas Yasa Negara seharusnya dirangkul Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Jakarta: PT.
pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk Pradnya Paramita.
menerima bantuan dan pembinaan. Bantuan yang
Dalton. (2014, Agustus 29). Guru Besar IPB: Teluk
dimaksud tidak hanya fasilitas fisik saja, tetapi
Benoa Layak Direvitalisasi. Retrieved from https://
juga dapat berupa bimbingan teknis dan pelatihan news.detik.com/adv-nhl-detikcom/d-2675984/
pengelolaan sampah yang lebih expand, seperti guru-besar-ipb-teluk-benoa-layak-direvitalisasi,
pelatihan manajemen pengelolaan bank sampah. on 11 Juni 2019.
Pengelolaan pesisir secara terpadu dan
Fabianto, M.D., dan Berhitu, P.T. (2014). Konsep
berkelanjutan di Badung dan pada umumnya Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu dan
Provinsi Bali ini tidak terlepas dari berbagai Berkelanjutan yang Berbasis Masyarakat. Jurnal
kearifan lokal, nilai-nilai dan budaya setempat. TEKNOLOGI. 11(2), 2044–2060. Retrieved
Oleh karena itu pelibatan para tokoh adat, tokoh from http://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_iteminfo_
masyarakat maupun tokoh agama sangatlah lnk.php?id=1005, on 11 Juni 2019.
penting. Menjaga budaya dan adat istiadat serta Hafsaridewi, R., Khairuddin, B., Ninef, J., Rahadiati,
merta dapat turut menjaga kelestarian alam dan A., dan Adimu, H.E. (2018). Pendekatan Sistem
lingkungan. Sosial-Ekologi dalam Pengelolaan Wilayah
Pesisir secara Terpadu. Buletin Ilmiah Marina
Ucapan Terima Kasih Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 4(2),
61–74.
Terima kasih disampaikan kepada Kelompok
Penelitian Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR Hamdani, H., dan Wulandari, K. (2013). Faktor
RI dengan Judul “Pembangunan Wilayah Pesisir Penyebab Kemiskinan Nelayan Tradisional.
dalam Perspektif Kesejahteraan Sosial,” yakni: Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas
Dinar Wahyuni, Sri Nurhayati Qodriyatun,
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember
Tri Rini Puji Lestari, Teddy Prasetiawan, dan (UNEJ). Retrieved from http://repository.unej.
Mohammad Teja. Sebagian data dalam tulisan ini ac.id/handle/123456789/58737, on 14 Juni 2019.
merupakan hasil dari penelitian tersebut.
Handadari, A.S.K., Soesilo, T.E.B., dan Pranowo,
W.S. (2018). Indeks Keberlanjutan Sumber Daya
Laut dan Pesisir di Lokasi Reklamasi Teluk
Benoa Bali. Jurnal Kelautan Nasional, 13(3),
121–136.
Harmadi, S.H.B. (2014, November 19). Nelayan Kita.
Retrieved from http://nasional.kompas.com/

186 Aspirasi Vol 10 No 2, Desember 2019


read/2014/11/19/21243231/Nelayan.Kita, on 10 http://ekbis.sindonews.com/read/1013402/34/
Februari 2019. ini-masalah-utama-kemiskinan-masyarakat-
pesisir-1434457234, on 10 Februari 2019.
Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.
(2016, Maret 4). Potensi Besar Perikanan Razak, A.R. (2013). Peran Serta Masyarakat dalam
Tangkap Indonesia, Retrieved from https:// Pembangunan. Jurnal Otoritas III(1), 10–15.
setkab.go.id/potensi-besar-perikanan-tangkap- doi: 10.26618/ojip.v3i154
indonesia/, on 12 Juni 2019.
Satria, A. (2009). Pesisir dan Laut Untuk Rakyat.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bogor: IPB Press.
(2015). Inventarisasi Sumber Pencemar
Satria, A. (2015). Pengantar Sosiologi Masyarakat
Lingkungan Pesisir dan Laut yang Berasal
Pesisir. Jakarta: Kerjasama Fakultas Ekologi
dari Non Point Sources di Tanjung Benoa,
Manusia IPB dengan Yayasan Pustaka Obor
Laporan Final. Direktorat Jenderal Pengendalian
Indonesia.
Pencemaran Lingkungan Direktorat
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi.
dan Laut. Retrieved from https://studylibid.com/ Bandung: Alfabeta.
doc/15911/inventarisasi-sumber-pencemar- Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif,
lingkungan-pesisir-dan-laut, on 1 Juni 2019. Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Kusumastanto, T. (2000). Pemberdayaan Sumber Suryantala, Wira. (2014, Oktober 31). Desa Adat
daya Kelautan, Perikanan dan Perhubungan Laut Peminge Dinilai Tim Nasional. Retrieved from
dalam Abad XXI. Retrieved from http://www.lfip. http://www.antarabali.com/berita/61957/ desa-
org/english/pdf/bali-seminar/pemberdayaan%20 adat-peminge-dinilai-tim-nasional, on 2 Februari
sumber%20daya%20kelautan%20-%20 2019.
tridiyo%20kusumastanto.pdf, on 12 Juni 2019.
Wahyuni, D., Qodriyatun, S.N., Suryani, A.S., Lestari,
Mansyur, M.K. (1984). Sosiologi Masyarakat Desa T.R.P., Prasetiawan, T., dan Teja, M. (2016).
dan Kota. Surabaya: Usaha Nasional. Pembangunan Wilayah Pesisir dalam Perspektif
Mulyadi S. (2005). Ekonomi Kelautan. Jakarta: Raja Kesejahteraan Sosial. Laporan Penelitian. Pusat
Grafindo Persada. Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Tidak
diterbitkan.
Mustofa, A. (Ed). (2018, Februari 20), Nelayan Bali
Klaim Tangkapan Tuna Merosot, Harga Jual Ikut Wiranto, T. (2004). Pembangunan Wilayah Pesisir
Turun. Retrieved from https://radarbali. jawapos. dan Laut dalam Kerangka Pembangunan
com/read/2018/02/20/50923/nelayan-bali-klaim- Perekonomian Daerah (makalah). Disampaikan
tangkapan-tuna-merosot-harga-jual-ikut-turun, dalam Sosialisasi Nasional Program MFCDP,
on 15 Juni 2019. Jakarta, 22 September 2004.
Nurfadhilah. (2016). Peranan Masyarakat Nelayan Yulianda, F., Fahrudin, A., dan Adrianto, L. (2010).
terhadap Peningkatan Ekonomi di Desa Kenje Pengelolaan Pesisir dan Laut Secara Terpadu.
Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Book 3. Bogor: Pusdiklat Kehutanan-Departemen
Mandar (Skripsi). Fakultas Ekonomi Dan Kehutanan RI, SECEM Korea International
Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Cooperation Agency.
Makassar.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2005
tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan
Lingkungan Hidup.
UPT BPSPL Denpasar. (2016, Juni 11). Pokmaswas Yasa
Bengiat Nusa Dua Bali Belajar Mengembangbiakkan
dan Membesarkan Kima. Retrieved from http://
bpspldenpasar.kkp.go.id/pokmaswas-yasa-bengiat-
nusa-dua-bali-belajar-mengembangbiakkan-dan-
membesarkan-kima, on 14 Juni 2019.
Purnama, R. (2015, Juni 17). Masalah Utama
Kemiskinan Masyarakat Pesisir. Retrieved from

Anih Sri Suryani Pengaruh Kebijakan Pemerintah dan Peran Serta Masyarakat terhadap... 187

You might also like