You are on page 1of 14

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2020

KARAKTERISTIK SAMPAH LAUT DI PANTAI TUMPAAN DESA TATELI


DUA KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA
Nafiri C. Patuwo 1*, Dr. Wilmy E. Pelle S, IK, M. Si1, Ir. Hermanto W.K Manengkey, M. Si1, Dr.
Joshian N.W Schaduw, S. IK. M. Si1, Dr. Indri S. Manembu, S. IK. M. Si1
Dr. Ir. Edwin L. A. Ngangi, M. Si2

1). Program Studi Ilmu Kelautan FPIK Unsrat Manado.


2). Program Studi Budidaya Perairan FPIK Unsrat Manado
*Email: nafiripatuwo010@gmail.com

Abstract
The coastal region is the transitional area between the terrestrail and marine environment that
has a great change of experiencing pressure due to pollution. This matter can be caused by the strong
population of Indonesia, quite high tourist activities, sea transportations, and large infra structure
development. Marine debris in particular plastic is a big problem, not only in Indonesia, but around the
world. Indonesia is also considered to be the second largest plastic waste producer in the world. Marine
debris is part of a broader problem regarding waste management. Solid waste management has become
a challenge for public health. Garbage observation is done by adapting the shoreline survey methodology
method based on the national oceanic and atmospheric administration (NOAA, 2013). The results of
observations at the research site found the type of macro-debris and meso-debris collected in the transect
of observations of 228 items with a total weight of 2062.32 grams. The results showed that plastic debris
was found in most quantities followed by rubber, glass and metals. The main factor for the abundance of
marine debris in the coastal area of Tateli dua village Mandolang subdistrict Minahasa regency is the
household waste, indicating that land-based sources provide a key factor for plastic pollution on the coastal
area.

Keywords: Marine debris, shoreline survey, pollution, coastal environment, Minahasa regency.

Abstrak
Wilayah pesisir yang merupakan sumber daya potensial di Indonesia, adalah daerah peralihan
antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai
sepanjang sekitar 81.000 km. Garis pantai yang panjang ini menyimpan potensi kekayaan sumber alam
yang besar.Potensi itu diantaranya potensi non hayati dan hayati. Disamping potensi sumberdaya alam
yang tersebar luas di pesisir Indonesia, potensi pencemaran terhadap lingkungan pesisir dan laut pun
memiliki peluang yang cukup besar.Peluang ini dapat disebabkan oleh padatnya penduduk Indonesia,
aktivitas wisata yang cukup tinggi termasuk transportasi, dan pembangunan yang besar.Sampah laut
khususnya plastik merupakan masalah besar, bukan hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia.Indonesia
juga dianggap sebagai produsen sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia.Sampah laut merupakan
bagian dari masalah yang lebih luas terkait pengelolaan sampah.Pengelolaan sampah padat telah
menjadi tantangan kesehatan masyarakat.Pengamatan sampah dilakukan dengan adaptasi metode
shoreline survey methodology berdasarkan National Oceanic and Atmospheric Administration(NOAA,
2013). Hasil pengamatan di lokasi penelitian di temukan jenis sampah makro-debris dan meso-debris yang
dikumpulkan pada transek pengamatan sebanyak228 item dengan bobot total 2062,32 gram. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa plastik debris ditemukan dalam jumlah terbanyak diikuti oleh karet, kaca
dan logam. Faktor utama penyebab kelimpahan sampah laut di Pantai Tumpaan Desa Tateli Dua,
Kecamatan Mandolang, Kabupaten Minahasa adalah sampah aktivitas penduduk yang menunjukkan
bahwa sumber-sumber berbasis lahan menyediakan input utama untuk polusi plastik di pantai tersebut.

Kata Kunci: Sampah laut, survey garis pantai, pencemaran, lingkungan pesisir, Kabupaten Minahasa

70
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2020

1. PENDAHULUAN Salah satu yang dapat mengubah


kualitas perairan adalah adanya sampah laut
Wilayah pesisir merupakan daerah yang diakibatkan oleh kegiatan antropogenik
yang penting bagi produktivitas biologi, (Hetherington, 2005). Berbagai macam
geokimia, dan kegiatan manusia. Daerah ini masalah muncul akibat adanya sampah laut
sangat penting sebagai penyedia makanan, (Marine Debris) seperti berkurangnya
rekreasi, dan transportasi yang mewakili keindahan wilayah pesisir, menimbulkan
bagian penting dari perekonomian dunia. berbagai macam penyakit, mempengaruhi
Tapi hal ini berbarengan dengan berbagai jejaring makanan, berkurangnya
aktivitas manusia di wilayah pesisir yang produktivitas sumberdaya ikan serta dapat
berpotensi mengganggu kesehatan lautan mempengaruhi keseimbangan ekosistem di
(Hetherington, 2005). wilayah pesisir. Bila hal tersebut terjadi dan
Di samping potensi sumberdaya terus berlangsung, maka pengaruh terhadap
alam yang tersebar luas di pesisir Indonesia, rantai makanan, perekonomian dan
potensi pencemaran terhadap lingkungan kesehatan masyarakat di daerah tersebut
pesisir dan laut pun memiliki peluang yang tidak dapat dihindari (Citasari et al., 2012).
cukup besar. Peluang ini dapat disebabkan Sampah laut (Marine Debris)
oleh padatnya penduduk Indonesia, aktivitas merupakan bahan padat persisten, yang
wisata yang cukup tinggi termasuk sengaja atau tidak sengaja dibuang dan
transportasi, dan pembangunan yang besar. ditinggalkan di lingkungan laut. Pada
Kepadatan penduduk Indonesia mencapai perairan laut terdapat berbagai macam
126 jiwa/km2, yang diperoleh dari jumlah ukuran sampah yang ditemukan di garis
penduduk populasi hampir 270.054.853 jiwa pantai dan hal tersebut dikategorikan
pada tahun 2018 dibagi dengan luas wilayah menjadi 3 bagian yaitu mega-debris (>1 m),
1.910.931 km2 (Wikipedia, 2018). Data dari macro-debris (1m sampai 2,6 cm) dan meso-
bank dunia menyatakan terjadi kenaikan debris (2.5 cm sampai 5 mm) (CSIRO, 2014).
sebesar 1.1 % pada tahun 2018 (World Penyebaran sampah laut di wilayah
Bank, 2018). pesisir sangat dipengaruhi oleh pergerakan
Permasalahan umum tentang arus. Gerakan massa air (arus) tersebut
sampah dihadapi pada daerah perkotaan di dapat membawa sampah di perairan dengan
negara Asia Tenggara, seiring meningkatnya jarak yang cukup jauh (NOAA, 2013). Arus di
jumlah penduduk, diikuti oleh peningkatan wilayah pesisir atau peristiwa pergerakan
pendapatan, perubahan pola konsumsi, massa air sangat dipengaruhi oleh
pertumbuhan ekonomi, serta urbanisasi dan hembusan angin dan pasang surut (Nontji,
industrialisasi sehingga mengakibatkan 1987).
meningkatnya potensi timbulkan sampah Khusus di wilayah lingkungan pesisir
perkapita dan beragamnya jenis sampah dan laut, sebesar 80% sampah laut karena
yang dihasilkan (Nguyen dan Schnitzer, polusi darat yang terangkut melalui sungai,
2009). Berdasarkan UU Lingkungan Hidup terutama sampah dari pantai dan rekreasi
No. 32 Tahun 2009 pasal 1 (14) bahwa pantai dan dari gabungan sampah yang
pencemaran adalah masuk atau disebabkan oleh badai-air dan got yang
dimasukannya makhluk hidup, zat, energi meluap. Sisanya (20%) terutama terdiri dari
dan atau komponen lain ke dalam penambakan ikan, misalnya garis dan jaring,
lingkungan dan atau berubahnya tatanan- “strapping band”, dan sampah dibuang atau
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia hilang dari kapal dan perahu. Dari sejumlah
atau oleh proses alam, sehingga kualitas sampah laut yang ada diperkirakan sekitar
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu 60% - 80% dari sampah laut terdiri dari
yang menyebabkan lingkungan menjadi plastik. Plastik terakumulasi di lautan karena
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi penggunaannya yang berkelanjutan.
dengan peruntukannya. Pembuangan dari kapal saja telah
diperkirakan kontribusinya 6,5 juta ton plastik

71
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2020

per tahun. Abad terakhir penelitian baru-baru adalah yang tergolong sampah makro
ini juga menemukan akumulasi luas dari dengan diameter 20-100 mm berdasarkan
plastik mikroskopis dan partikel serat dalam NOAA (2013). Dengan teridentifikasinya
sedimen pesisir dan perairan pelagis jenis-jenis sampah laut yang tersebar di
(Lebreton, et al., 2017). pantai maka diharapkan mampu men trace
Pantai Tumpaan terletak di Desa sumber sampah laut dari mana saja.
Tateli Dua, Kecamatan Mandolang,
Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi 1.2 Rumusan Masalah
Utara. Desa Tateli Dua dengan total luas 220
ha memiliki 2133 penduduk. Sebelah Utara 1. Jenis-jenis sampah apa saja
berbatasan dengan Laut Sulawesi, sebelah yang mendominasi sebaran
Selatan dengan perkebunan Desa Koha, sampah di perairan Pantai
sebelah Timur dengan Desa Tateli Satu, dan Tumpaan Desa Tateli Dua,
sebelah Barat dengan Desa Tateli Tiga. Kecamatan Mandolang,
Masyarakat Tateli Dua sebagian besar Kabupaten Minahasa, Sulawesi
bermata pencaharian sebagai pengusaha Utara.
kecil dan menengah seperti usaha pabrik 2. Berapakah jumlah sampah laut
tahu, usaha properti (rumah kost), rumah yang terdistribusi di pesisir
makan dan Hotel Mercure. perairan pantai Tumpaan Desa
Sistem pengolahan sampah di Desa Tateli Dua, Kecamatan
Tateli Dua masih bersifat tradisional dimana Mandolang, Kabupaten
pengolahan sampah dilakukan dengan cara Minahasa, Sulawesi Utara.
dibakar. Lokasi pengolahan sampah secara
terpusat terletak di Jaga V. Sampah yang 1.3 Tujuan Penelitian
tersebar umumnya berupa sampah hasil
buangan limbah rumah tangga (gambar 1). 1. Menghitung jumlah sampah laut
baik berat maupun jumlah
(Volume) yang terdampar di
Pantai Tumpaan Desa Tateli
Dua, Kecamatan Mandolang,
Kabupaten Minahasa, Sulawesi
Utara.
2. Mengidentifikasi jenis sampah
laut yang terdampar di Pantai
Tumpaan Desa Tateli Dua,
Kecamatan Mandolang,
Kabupaten Minahasa, Sulawesi
Utara berdasarkan kategori
NOAA, (2013).
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah Laut

Gambar 1. Pengolahan Sampah Wilayah pesisir yang merupakan


Tradisional Desa Tateli sumber daya potensial di Indonesia, adalah
Dua. (foto: Patuwo, daerah peralihan antara daratan dan lautan.
2019) Sumber daya ini sangat besar yang
Berdasarkan permasalahan di atas didukung oleh adanya garis pantai
maka penelitian tentang kondisi sebaran sepanjang sekitar 81.000 km. Garis pantai
sampah laut yang tersebar di pesisir Desa yang panjang ini menyimpan potensi
Tateli Dua. Sampah laut yang ditelaah kekayaan sumber alam yang besar. Potensi

72
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2020

itu di antaranya potensi non hayati dan lainnya, sampah sisa makanan, sampah
hayati (Dahuri, dkk. 2002). Sumber berupa kotoran serta bangkai hewan.
pencemaran dan kerusakan di wilayah d. Sampah industri termaksud di antaranya
pesisir berasal dari kegiatan yang ada di air limbah industri, debu industri, sisa
daratan dan di lautan. bahan baku dan bahan jadi dan
Sampah merupakan material sisa sebagainya.
yang tidak diinginkan setelah berakhirnya e. Sampah yang berasal dari perkantoran.
suatu proses. Proses yang dimaksud adalah Sampah ini dari perkantoran, baik
proses yang dilakukan oleh manusia, dalam perkantoran pendidikan, perdagangan,
proses-proses alam tidak ada sampah, yang departemen, perusahaan dan
ada hanya produk-produk yang tak bergerak. sebagainya. Sampah ini berupa kertas-
Sampah dapat berupa padat, cair, dan gas. kertas, plastik, karbon, klip, dan
Sampah yang berupa gas disebut emisi. sebagainya. Umumnya sampah ini
Emisi biasa juga dikaitkan dengan polusi. bersifat kering dan mudah terbakar
Dalam kehidupan manusia, sampah banyak (rabbish).
dihasilkan oleh aktivitas industri yang f. Sampah yang berasal dari pertanian atau
kemudian dikenal dengan istilah limbah. perkebunan. Sampah ini merupakan hasil
Tidak hanya dari industri, limbah dapat pula dari perkebunan atau pertanian misalnya
dihasilkan dari kegiatan pertambangan, jerami, sisa sayur-mayur, batang padi,
manufaktur (proses pabrik), dan konsumsi. batang jagung, ranting kayu yang patah,
Hampir semua produk indusrti menjadi dan sebagainya.
sampah pada suatu waktu, dengan jumlah g. Sampah yang berasal dari
sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah pertambangan. Sampah ini berasal dari
konsumsi (Haggar, 2007). daerah pertambangan dan jenisnya
Berdasarkan sumbernya, sampah tergantung dari jenis usaha
dapat dibagi atas enam yaitu sampah alam, pertambangan itu sendiri misalnya batu-
manusia, konsumsi, nuklir, industri, dan batuan, tanah/adas, pasir, sisa-sisa
pertambangan. Namun, berdasarkan pembakaran (arang), dan sebagainya.
sifatnya terdiri dari sampah organik (dapat h. Sampah yang berasal dari peternakan
diurai atau degradable) dan sampah dan perikanan. Sampah yang berasal dari
anorganik (tidak dapat diurai atau peternakan dan perikanan ini berupa
undegradable). kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa
Menurut Dainur (1995) sumber- makanan, bangkai binatang, dan
sumber sampah yang sering dijumpai yaitu: sebagainya.
a. Sampah buangan rumah tangga
Sampah buangan rumah tangga,
termasuk sisa bahan makanan, sisa
pembungkus makanan dan pembungkus
perabotan rumah tangga sampai sisa
tumbuhan kebun dan sebagainya.
b. Sampah buangan pasar dan tempat-
tempat umum (warung, toko, dan
sebagainya) termasuk sisa makanan,
sampah pembungkus makanan, dan
pembungkus lainnya, sisa bangunan,
sampah tanaman dan sebagainya.
c. Sampah buangan jalanan, termasuk di
antaranya sampah berupa debu jalan, Gambar 2. Sampah Yang Berada Di
sampah sisa tumbuhan taman, sampah Pantai Tumpaan Desa Tateli Dua (foto:
pembungkus bahan makanan dan bahan Patuwo, 2019)

73
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2020

Salah satu jenis bahan pencemar dibedakan menjadi sampah organik dan
bersumber dari sampah berupa plastik yang anorganik. Pada satu sisi sampah organik
berpotensi mencemari lingkungan pesisir dapat menjadi makanan bagi ikan dan
dan laut. Plastik banyak digunakan dalam mahluk hidup lainnya, tetapi pada sisi lain
aktivitas manusia termasuk rumah tangga juga sampah dapat mengurangi kadar
karena manfaatnya sebagai wadah paten oksigen dalam lingkungan perairan. Sampah
yang tahan air dan mudah digunakan, yang anorganik dapat mengurangi sinar matahari
tampilannya dalam bentuk plastik kemasan yang masuk ke dalam lingkungan perairan.
ataupun pada alat-alat listrik dan peralatan Akibatnya proses esensial dalam ekosistem
rumah tangga (Arifin, 2017). Bahan seperti fotosintesis menjadi terganggu.
penyusunnya berupa polimer sintesis yang Sampah organik maupun anorganik juga
dibuat melalui proses poli-merisasi. membuat air menjadi keruh. Kondisi ini akan
Menurut Wahyudin (2005) mengurangi organisme yang hidup dalam
pertumbuhan penduduk yang semakin pesat perairan tersebut. Akibatnya populasi hewan
memberikan dampak positif bagi maupun tumbuhan tertentu akan berkurang.
perekonomian suatu daerah melalui Cairan rembesan sampah yang
berkembangnya pusat-pusat perekonomian masuk ke dalam drainase atau sungai akan
dalam upaya memenuhi segala kebutuhan mencemari air. Berbagai organisme tersebut
masyarakat. Namun disisi lain, dampak seperti ikan dapat mati sehingga beberapa
negatif dari tingginya pertambahan spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan
penduduk yaitu munculnya permasalahan berubahnya ekosistem perairan biologis,
pencemaran lingkungan khususnya sampah penguraian sampah yang dibuang ke dalam
yang berasal dari masyarakat seperti terlihat air akan mengakibatkan asam organik dan
pada gambar 2. gas-cair organik, seperti metana. Selain
Perkembangan dari plastik bermula berbau kurang sedap, dalam kosentrasi
dari ditemukannya plastik pertama yang tinggi gas ini dapat meledak (Saile, 2003).
berasal dari polymer alami, yakni selluloid Menurut Siahainenia, (2001)
pada tahun 1869 oleh investor Amerika John pencemaran sampah plastik merupakan
W, Hyatt dan dibentuk pada tahun 1872. faktor utama penyebab rusaknya lingkungan
Plastik pertama tersusun oleh nitrat selulosa, pesisir dan laut. Dampak utama pencemaran
kamfer, dan alkohol. Plastik menjadi industri sampah, terutama sampah plastik adalah
modern setelah adanya produksi Bakelite matinya vegetasi melalui dua mekanisme,
oleh American Chemist L. H Baakeland pada yaitu mati setelah tertimbun sampah dan
tahun 1909. Bakelite tersusun dari polymer mati akibat tumpukan sampah plastik yang
fenol dan formaldehid. Dalam mempengaruhi aliran keluar masuknya air
perkembangannya, plastik digunakan dalam pasang surut. Pada hal pasang surut
berbagai bentuk dan kegunaan, seperti merupakan faktor lingkungan penting bagi
peralatan makan, pembungkus makanan, pertumbuhan mangrove, karang, dan lamun
lensa optik, struktur bangunan, furniture, (Kusmana dan Onrizal, 1998).
fiberglass, dan lain-lain (Azizah, 2009). Dampak langsung dari suatu bahan
Di Indonesia, komposisi sampah pencemar sering dinilai lebih berbahaya
terbesar berada di tempat pembuangan meskipun dampak tidak langsung dari
akhir (TPA) adalah sampah organik (70%) akumulasi bahan pencemar tersebut pada
dan diikuti oleh sampah non organik berupa akhirnya dapat menimbulkan kerusakan
sampah plastik (14%) (Purwaningrum, yang cukup parah dampak pencemaran
2016). Persentasi angka ini cukup besar terhadap tumbuhan tidak hanya disebabkan
mengingat plastik merupakan bahan yang oleh bahan pencemar dengan konsentrasi
sulit terurai sehingga jika di timbun akan yang tinggi, tetapi dengan konsentrasi
memberikan banyak dampak. rendah (di bawah ambang batas) dan jika
Menurut (Saile, 2003) sampah yang terakumulasi dalam waktu relatif lama dan
dibuang dari berbagai sumber dapat kontinyu juga dapat menimbulkan kerusakan

74
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2020

khususnya pada ekosistem perairan. tempat rekreasi dan fasilitas


Berdasarkan jenis dan sumbernya sampah umum lainnya.
dapat dibedakan atas beberapa bagian. 2.2. Karakteristik Sampah Laut
Menurut Nurhasanah dan Azhan (1993). Pada prinsipnya sampah dibedakan
Sampah laut diklasifikasikan atas sampah menjadi sampah padat, cair dan gas.
domestik, sampah komersial, sampah Namun, untuk sampah laut pada marine
industri dan limbah. Secara rinci uraiannya debris survey monitoring of NOAA (2013)
adalah sebagai berikut: telah membagi jenis-jenis sampah ke dalam
beberapa tipe/jenis yang mewakili semua
a. Sampah domestik, yaitu sampah jenis sampah laut yang sering didapatkan,
yang berasal dari permukiman seperti pada Tabel 1 berikut.
masyarakat. Jenis limbah ini Tabel 1. Tipe Sampah Laut (NOAA,
sangat beragam tetapi pada 2013 ; Djaguna dkk., 2019)
umumnya berupa sampah No. Jenis Sampah Laut
dapur. 1. Plastik
b. Sampah komersial, yaitu 2. Logam/Metal
sampah yang berasal dari 3. Kaca
lingkungan perdagangan atau 4. Karet
jasa komersial baik warung, toko 5. Kayu
maupun pasar. 6. Pakaian/Fiber dan lainnya
c. Sampah industri, yaitu sampah
yang berasal dari buangan Menurut United Nations Environment
proses industri. Oleh karena itu Programme (UNEP, 2009) sampah laut
jenis, jumlah, dan komposisi dapat digolongkan ke dalam beberapa
limbah tergantung pada jenis kategori yaitu :
industrinya. A. Plastik mencakup beragam materi
d. Limbah yang berasal dari selain polimer sintesis, termasuk jaring
yang disebutkan di atas, ikan, tali, pelampung dan
misalnya limbah dari perlengkapan penangkapan ikan
pertambangan, pertanian dan lain, barang-barang konsumen
bencana alam. keseharian, seperti kantong plastik,
Selain mengelompokkan jenis-jenis kemasan plastik, mainan plastik,
sampah laut, Widyatmoko dan Sintorini wadah tampon, pokok, barang-
(2002), juga mengelompokkan sampah barang untuk merokok, seperti
sebagai berikut: puntung rokok, korek api, pucuk
1. Sampah komersil yaitu sampah cerutu; butir resin plastik, partikel
yang berasal dari pasar, plastik mikro.
pertokoan, rumah makan, B. Logam ternasuk kaleng minuman,
tempat hiburan, penginapan, kaleng aerosol, pembungkus kertas
bengkel, kios, dan sebagainya. timah dan pembakar (barbeque)
2. Sampah bangunan, yaitu sekali pakai
sampah yang berasal dari C. Gelas termasuk botol dan bola
kegiatan pembangunan lampu.
termasuk pemugaran dan Secara umum, sampah laut dapat
pembongkaran suatu bangunan, diklasifikasikan dalam beberapa ukuran
seperti semen, kayu, batu bata seperti yang ditampilkan pada tabel 2
dan sebagainya. (Stevenson, 2011 Lippiat et al., 2013).
3. Sampah fasilitas umum, yaitu Tabel 2. Karakteristik Sampah Laut
sampah yang berasal dari Berdasarkan Ukuran
pembersihan dan penyapuan
jalan, trotoar, taman lapangan,

75
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2020

No. Jenis Skala

1. Mega >1 m

2. Makro >2,5 cm-100 cm

3. Meso >5 mm-2,5 cm

4. Mikro 1µm- 5mm

5. Nano <1 µm
Gambar 3. Peta lokasi penelitian
Penjelasan umum tentang sebaran sebaran 3.2 Metode Pengambilan Sampel
sampah laut adalah sebagai berikut. Pengamatan sampah dilakukan
1. Mega-debris merupakan ukuran dengan adaptasi metode shoreline survey
sampah yang panjangnya lebih dari 1 methodology berdasarkan NOAA, (2013).
m yang pada umumnya didapatkan di Ada beberapa hal penting untuk disiapkan
perairan lepas. sebelum melakukan pengamatan sampah
2. Macro-debris merupakan ukuran yang terdampar di daerah pantai seperti
sampah yang panjangnya berkisar pemilihan lokasi pengamatan, bahan yang
>2,5cm sampai <100 cm. Pada diperlukan untuk pengamatan dan waktu
umumnya sampah ini ditemukan di pengamatan.
dasar maupun permukaan perairan.
3. Meso-debris merupakan sampah laut Pemilihan lokasi sampling
yang berukuran >5mm sampai  Pantai memiliki kemiringan
<2,5cm ini pada umumnya terdapat  Pantai mudah dijangkau dan
di permukaan perairan maupun langsung berhadapan dengan lautan
dengan sedimen.  Pantai jauh dari pelabuhan atau
4. Mikro-debris merupakan jenis penahan gelombang
sampah yang sangat kecil dengan  Pantai terlihat jelas batas pasang
kisaran ukuran 1µm sampai 5 mm, surutnya
yang berukuran seperti ini sangat  Tidak ada kegiatan pembersihan
mudah terbawa oleh arus, selain itu pantai secara regular
sangat berbahaya karena dapat
dengan mudah ke organ tubuh Pengamatan
organisme laut seperti ikan dan kura-  Metode pengamatannya yaitu garis
kura. transek kuadran
 Posisi pengamatan dilakukan saat
3. METODE PENELITIAN kondisi surut
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian  Posisi transek garis dilakukan pada
Pelaksanaan penelitian dilakukan ± 2 area di antara pasang tertinggi
bulan, lokasi penelitian dilakukan di pantai dengan sepanjang surut terendah
Tumpaan Desa Tateli Dua, Kecamatan 100 m dan lebar sepanjang 1m.
Mandolang, Kabupaten Minahasa, Sulawesi  Pengobservasi diharuskan berjalan
Utara. Sampel yang diambil kemudian di kaki sepanjang transek garis
bersihkan, hitung dan timbang.  Kumpulkan semua sampah yang
terlihat dan bersihkan dari
pasir/lumpur

76
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2020

 Timbang berat total semua sampah Tabulasi data dianalisis dengan


(kg) dan langsung diklasifikasikan, menggunakan Microsoft Exel 2016,
dihitung jumlah dan ditimbang kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel,
beratnya. grafik dan gambar/sketsa.
 Hasil klasifikasi dan penimbangan
langsung dicatat dalam logbook 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengamatan sesuai dengan fom 4.1 Kondisi Visiual Lokasi penelitian
yang sudah disiapkan. Penelitian sampah laut dilakukan di
Pantai Tumpaan Desa Tateli Dua yang
terletak di Kecamatan Mandolang,
Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Lokasi ini merupakan daerah yang
berhadapan langsung dengan laut. Pantai
Tumpaan merupakan salah satu pantai
dengan kegiatan rutinitas nelayan. Pantai
Tumpan memiliki panjang garis pantai
Gambar 4. Sketsa Metode Garis
sekitar 200 m dengan substrat berpasir dan
Transek.
berbatu. Lokasi penelitian, Pantai Tumpaan
merupakan daerah yang jauh dari Kota
3.3 Analisis Data
Manado dengan jarak tempuh sekitar 1 km.
Setelah sampel yang berupa sampah laut
Hal ini sangat mempengaruhi pola sebaran
dikumpulkan, maka dilanjutkan dengan
sampah di daerah ini.
pengelompokkan sampel ke dalam kategori
4.2 Komposisi Sampah Laut
berupa plastik dan karet, logam, kaca, serta
Berdasarkan hasil pengamatan
kayu dan turunannya (Tabel 3). Masing-
sampel sampah laut yang diperoleh di lokasi
masing jenis dihitung jumlah dan beratnya
penelitian, terdapat 2 karakteristik sampah
pada tiap-tiap transek.
laut yaitu makro-debris dan meso-debris.
Perhitungan total jenis dan berat penelitian ini menunjukkan bahwa sampel
sampah mengikuti persamaan berikut ini sampah laut yang dikumpulkan terdiri atas 5
(Djaguna dkk, 2019). kategori jenis sampah laut secara garis
Jn Tot = JnTransek 1 + JnTransek 2 + besar berdasarkan NOAA (2013) yaitu
JnTransek 3 sampah plastik, logam/metal, karet, kaca,
BnTot = BnTransek 1 + BnTransek 2 + kayu, dan lain-lain. Sampah plastik adalah
BnTransek 3 jenis sampah yang mendominasi pantai
J𝑛Ẋ Tumpaan seperti yang diperlihatkan pada
J𝑛Transek 1 + J𝑛Transek 2 + J𝑛Transek 3 gambar 6.
=
X transek

B𝑛Ẋ
B𝑛Transek 1 + B𝑛Transek 2 + B𝑛Transek 3
=
X transek

Keterangan:
Jn Tot = Total jumlah sampah jenis n (buah)
BnTot = Total berat sampah jenis n (gram)
JnẊ = Rata-rata jumlah sampah jenis n
(buah)
BnẊ = Rata-rata berat sampah jenis n
(gram)
Jn = Jumlah Sampah jenis n (buah) Gambar 6. Sampah Jenis Plastik Yang
Bn = Berat Sampah jenis n (gram) Dikumpulkan. (Foto: Patuwo, 2019)

77
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2020

Di antara jenis umum sampah


tersebut dibedakan lagi berdasarkan bahan Plastik
33, 15%
penyusun dari sampah yang didapatkan,
seperti plastik botol, plastik keras, plastik
Karet
kemasan, karet, tali, botol kaca, styrofoam, 21, 9%
logam dan lain-lain dapat dilihat pada Tabel
4, dan Tabel 5 menunjukkan kategori jenis, Logam
9, 4% 153, 67%
dan jumlah jenis, sedangkan Tabel 6 adalah
rata-rata jumlah sampah laut yang Kaca
12, 5%
didapatkan saat penelitian. Pada Tabel 5
berikut ini memperlihatkan bahwa jumlah Kayu dan
sampah plastik ditemukan pada daerah Turunannya
penelitian lebih banyak pada setiap transek
dibandingkan dengan jenis sampah lainnya,
kemudian perbandingan jumlah sampah per-
transek terlihat pada Gambar 7.
Tabel 5. Jumlah Sampah Laut Pada Setiap
Transek
11, 15% Plastik
Jumlah Sampah Per-transek Total Rata-rata
No Jenis Sampah Sampah Sampah Karet
Transek 1 Transek 2 Transek 3 Per-jenis per-jenis 7, 9%

1 Plastik 80 35 38 153 51 Logam


3, 4%
2 Karet 3 3 6 12 4
51, 67% Kaca
3 Logam 5 3 1 9 3 4, 5%
4 Kaca 8 4 9 21 7 Kayu dan
5 Kayu dan Turunannya 20 8 5 33 11 Turunannya
Total 116 53 59 228 76

Gambar 7. (A) Persentasi Total Sampah


laut, (B) Persentasi Rata-rata Sampah laut.
4.3 Karakteristik Ukuran dan Berat
Sampah Laut
Berdasarkan ukurannya, Lippiat et
al., (2013) membagi karakteristik sampah
laut menjadi 5 kategori yaitu mega-debris (>1
m), makro-debris (>2,5 cm - <1 m), meso-
debris (5 mm - 2,5 cm), mikro-debris (0,33
mm - 5,00 mm) dan nano-debris (<1 µm).
Hasil pengamatan sampel sampah laut yang
diperoleh di lokasi penelitian termasuk ke
dalam 2 karakteristik sampah laut
sebagaimana yang disebut Lippiat et al.,
(2013) yaitu makro-debris dan meso-debris
serta juga ditemukan beberapa dengan
karakteristik Mikro-debris. Hasil ini dapat
dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 8.

78
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2020

Tabel 6. Ukuran Sampah Laut Tabel 7. Berat Sampah Laut Per-transek


Total
Berat
Ukuran Sampah Barat
No Jenis Sampah No Jenis sampah
Total Transek 1 Transek 2 Transek 3 Sampah
Meso Makro Per-jenis
Sampah
1 Plastik 625,76 344,84 456,22 1426,82
1 Plastik 90 63 153 2 Karet 8,45 9,15 10,93 28,53
2 Karet 3 9 12 3 Logam 26,65 19,91 39,95 86,51
3 Logam 9 0 9 4 Kaca 239,76 169,56 86,06 495,38
4 Kaca 15 6 21 5 Kayu dan Turunannya 14,02 7,63 3,43 25,08
5 Kayu dan Turunannya 0 0 0 Total 914,64 551,09 596,59 2062,32
239.76;
26% Plastik
14.02;
2% Karet

26.65; Logam
3%
Kaca
625.76;
68% Kayu dan
6; 8% 0; 0% Plastik 8.45; 1%
0; 0% Turunannya
Karet
7.63, 1%
9; 11%
Logam Plastik
169.56,
Kaca 31% Karet
Kayu dan
63; 81% Turunannya Logam

19.91, 344.84,
Kaca
Gambar 8. (A) Presentase Ukuran Sampah 4% 62%
Laut Meso, (B) Presentase Ukuran Sampah Kayu dan
9.15, 2%
Laut Makro. Turunannya
Berdasarkan hasil penelitian,
karakterisasi ukuran sampah yang
86.06; 3.43; 1% Plastik
ditemukan hanya dibatasi hingga ukuran 14%
makro-debris dan meso-debris. Klasifikasi 39.95;
sampah makro berdasarkan ukuran, Karet
7%
sebagaimana yang dinyatakan oleh Lippiat
Logam
et al., (2013), merupakan ukuran sampah
yang paling banyak ditemukan di lokasi 10.93; Kaca
penelitian (jenis ukuran meso dengan 2%
panjang 5mm-2,5cm). Jumlah total meso- 456.22; Kayu dan
debris yang dikumpulkan sebanyak 117 76% Turunannya
item, sedangkan makro-debris hanya
terdapat 78 item serta ditemukan juga
sampah dengan kategori mikro-debris
sebanyak 33 item dengan total keseluruhan
228 item dan berat total keseluruhan
2062,32 gram.

79
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2020

495.38, 25.08, merupakan jumlah tertinggi yang ditemukan


24% 1% Plastik di lokasi penelitian, hal ini didukung oleh
pernyataan (CBD-STAP, 2012) yang
86.51, menyatakan plastik merupakan tipe sampah
4% Karet
laut dominan. Plastik merupakan salah satu
jenis sampah yang umum ditemukan di
Logam
berbagai tempat baik di darat maupun di
perairan. Proporsi sampah plastik dominan
Kaca karena densitasnya lebih rendah
28.53,
1426.82, dibandingkan densitas kaca, logam dan air
2%
sehingga mudah ditranportasikan (Ryan et
al., 2009). Plastik merupakan polimer
Gambar 9. (A) Berat Sampah Laut Transek organik sintetis dan memiliki karakteristik
1, (B) Berat Sampah Laut Transek 2, (C) bahan yang cocok digunakan dalam
Berat Sampah Laut Transek 3, (D) Berat kehidupan sehari-hari (Derraik, 2002).
Keseluruhan Sampah Laut. Berbagai macam tipe sampah laut makro-
Hasil ini sejalan dengan penelitian plastik dan meso-debris yang ditemukan di
yang dilakukan oleh Zhukov, (2017) yang lokasi penelitian merupakan jenis sampah
menyebutkan bahwa plastik adalah sampah plastik yang biasa digunakan dalam
laut terbanyak karena plastik merupakan kehidupan sehari-hari (lampiran 3).
bahan pencemar yang sudah secara global Hal ini diduga diakibatkan oleh
terdistribusi di seluruh perairan dikarenakan adanya aktivitas masyarakat yang
sifatnya yang tahan lama dan mudah memberikan kontribusi masuknya makro-
mengapung. Jumlah sampah plastik di laut plastik ke perairan melalui saluran air.
berasal dan dipengaruhi oleh aktivitas dan Stevenson (2011) mengungkapkan bahwa
jumlah populasi manusia, seperti di daerah sampah laut berasal dari dua sumber utama,
yang jumlah penduduknya tinggi yaitu Cina, yaitu:
Indonesia (Jambeck et al., 2015 dalam (a) sampah yang dibuang dari aktivitas
Zhukov, 2017). Perbedaan jumlah sampah di rumah tangga dan,
pantai dengan terumbu karang karena faktor (b) sampah dari darat melalui aliran sungai.
musim, arus dan angin, menurut Lippiatt, et Sampah yang berasal dari darat
al., (2013), jumlah sampah di pantai terdiri atas tiga sumber utama, yaitu industri,
dipengaruhi musim sebelum dan sesudah pengelolaan sampah masyarakat yang tidak
hujan. teratur dan kebiasaan masyarakat
Selain plastik, jenis kaca, karet, membuang sampah sembarangan. Hasil
logam, dan kayu juga ditemukan di lokasi dari penelitian ini mengungkapkan bahwa
penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan sumber utama pencemaran
aktivitas manusia dari penduduk lokal plastik-debris di pantai Tumpaan Desa Tateli
ataupun objek wisata lokal memberikan Dua adalah dari aktivitas masyarakat di
dampak yang tinggi terhadap jumlah sampah darat. Keseluruhan jenis makro-plastik dan
di Pantai Tongkaina dan Talawaan bajo. meso-debris yang ditemukan di lokasi
Menurut Zhukov (2017) kedinamisan wilayah penelitian (Gambar 10). Pantai Tumpaan
pesisir juga berpengaruh terhadap sebaran Desa Tateli Dua memiliki jumlah meso-
sampah yang berbeda dari waktu ke waktu. debris tertinggi. Tingginya sampah meso-
Untuk itu dibutuhkan metode pemantauan debris di Pantai Mandolang karena lokasi
yang tepat sesuai dengan variasi musiman pantai ini yang paling dekat dengan
termasuk pasang naik dan pasang surut. pemukiman masyarakat Desa Tateli dan
Sampah laut yang terdapat di pantai sungai Mandolang. Hal ini oleh arus,
Tumpaan Desa Tateli Dua adalah plastik, gelombang, dan pasang surut yang
kayu dan turunannya, kaca, karet, dan mengindikasikan sampah-sampah terbawa
logam. Sampah (Debris) dengan tipe plastik

80
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2020

dari beberapa tempat yang merupakan Anonimus, 2018. Profil Desa Tateli dua Kec.
tempat aktivitas yang padat penduduknya. Mandolang, Kab. Minahasa 2018
Azizah, U., 2009. Polimer Berdasarkan Sifat
5. PENUTUP Thermalnya. Chem-is-Try.Org.
4.1 Kesimpulan Citasari, I. O. Nur dan, A. Nuril. 2012.
1. Jenis sampah laut yang pada Analisis Laju Timbunan dan Komposisi
umumnya ditemukan pada lokasi Sampah di Permukiman Pesisir
penelitian berupa sampah plastik, Kenjeran Surabaya.Prodi S-1 Ilmu dan
karet, logam, kaca, dan kayu. jenis Teknologi Lingkungan. Fakultas Sains
sampah yang paling banyak adalah Dan Teknologi Universitas Airlangga
sampah plastik. Jumlah jenis sampah Surabaya Kampus C, Jalan Mulyorejo,
makro-debris dan meso-debris yang Surabaya 60115, Jawa Timur,
dikumpulkan pada transek Indonesia. Berkas Penelitian Hayati:
pengamatan sebanyak 228 jenis/item 18 (83–85).
dengan bobot total 2062,32 gram.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dahuri, H. R., J. Rais., P. S. Ginting., dan J.
plastik debris ditemukan dalam jumlah M. Sitepu. 2002. Pengelolaan
terbanyak diikuti oleh karet, kaca dan Sumberdaya Wilayah Pesisir Dan
logam. Faktor utama penyebab Lautan Secara Terpadu. Bogor:
kelimpahan sampah laut di pantai Pradnya Paramita: Jakarta. 328 hal.
Tumpaan Desa Tateli Dua, Kecamatan
Mandolang, Kabupaten Mianahasa Dainur, 1995. Materi-materi Pokok Ilmu
adalah sampah aktivitas penduduk Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
yang menunjukkan bahwa sumber- Widya Medika.
sumber berbasis lahan menyediakan Derraik JGB. 2002. The pollution of the
input utama untuk polusi plastik di marine environment by plastic debris:
pantai tersebut. a review. Marine Pollution Bulletin.
4.2 Saran 44: 842-852.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan maka disarankan perlu Djaguna, A., W. E. Pelle., J. N. W. Schaduw.,
dilakukan penelitian lanjutan mengenai H. W. K. Mangengkey., N. D. C.
dampak sampah laut terhadap pertumbuhan Rumampuk., E. L. A. Ngangi. 2019.
organisme yang terdapat di daerah tersebut. Identifikasi sampah laut di pantai
Selain itu, banyaknya sampah lebih Tongkaina dan Talawaan Bajo. Jurnal
khususnya sampah yang berjenis plastik Pesisir dan Laut Tropis. Universitas
yang ditemukan dalam penelitian ini dapat sam ratulangi. Vol. 7(3). Hal. 175-182
menjadi rekomendasi kepada pemerintah
setempat kiranya menghimbau masyarakat Haggar, E. S 2007. Sustainable Industrial
di daerah tersebut dalam upaya penggunaan Design and Waste Management.
dan pengolahan bahan plastik sampah Elsevier Academic Press: United
secara baik. States of America.

DAFTAR PUSTAKA Hetherington, M. J. 2005. Why trust matters:


Declining political trust and the demise
Arifin Z. M. 2017.Dampak sampah plastic of American liberalism. Princeton
pada ekosistem laut, Politeknik University Press.
Kelautan dan Perikanan Bitung.
Sulawesi utara, bulletin matric. Vol.14 Jambeck, J.R. 2015. Plastic waste inputs
(1). Hal. 44-48. from land into the ocean. Climate
Chane 2014: Impacs, Adaptation, and
Vulnerability, 347, 1655-1732.

81
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2020

Kusmana, C. and Onrizal. 1998. Evaluasi Jurnal. Penelitian Pemukiman Vol. IV,
Kerusakan Kawasan Mangrove dan No 5-6 Badan Penelitian dan
Arahan Teknik Rehabilitasinya di Pengembangan Pekerjaan Umum,
Pulau Jawa. Makalah Utama pada Jakarta, Departemen Pekerjaan
Lokakarya Pembentukan Jaringan Umum. Jakarta.
Kerja Pelestari Mangrove,tanggal 12 -
13 Agustus 1998 di Pemalang, Purwaningrum, J.P. 2016.
Jakatra. http://dx.doi.org/10.25105/urbanenviro
tech.v8i2.1421
Lebreton L. C. M., J. van der Zwet.,W. J.
Damsteeg., B. Slat ., A. Andrady., & J. Saile, M. S., 2003, Penegakan Hukum
Reisser. 2017. River plastic emissions Lingkungan Hidup, Jakarta: Restu
to the world’s oceans. Nature Agung.
Communications, 8, 15611.
https://doi.org/10.1038/ncomms 15611 Siahainenia. 2001. Pencemaran Laut,
Dampak dan Penangulangannya.
Lippiatt, S.M., D. C. Arthur., and E. N. Makalah Falsafah Sains Program
Wallace. (2013). “Assessing the Pasca Sarjana.IPB Bogor.
abundance and types of marine debris
on shorelines and surface waters in Sintorini. 2002. Menghindari, Mengolah dan
Chesapeake Bay tributaries stratified Menyingkirkan Sampah. Jakarta Abadi
by land use.” Presentation at the Tandur.
Ocean Sciences Meeting, 20-24
February 2012, Salt Lake City, UT, Stevenson, W. J. 2011. Operation
USA. Management International Edition.
Mc.Graw - Hill Education (Asia).
National Oceanic and Atmospheric
Administration [NOAA]. 2013. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Programmatic Environmental Tentang Perlindungan dan
Assessment (PEA) for the NOAA Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Marine Debris Program (MDP). NOAA.
Maryland (US). UNEP (United Nations Environment
Programme), 2009, Converting
National Oceanic and Atmospheric WastePlastics Into a Resource,
Administration (NOAA). 2016. Turning Division of Technology, Industry
The Tide On Trash. A Learning Guide and Economics International
On Marine Debris. NOAA PIFSC Environmental Technology Centre,
CRED. Osaka/Shiga.

Nontji, A. 1987.Laut Nusantara. Penerbit Wahyudin. 2005.Petani dan


Djambatan. Jakarta. Keterbelakangannya.Citra Aditya
Bhakti.Bandung
Nguyen N, U., and H. Schnitzer. (2009).
Sustainable solution for solid waste Widyatmoko, dan Sintorini. 2002.
management in Southeast Asian Menghindari, Mengolah dan
Countries. Waste Management 29 Menyingkirkan Sampah. Jakarta:
1982-1995. Abadi Tandur.

Nurhasanah, dan Azhan. 1993, Penelitian Wikipedia, 2018. Bengkuang.


Penanganan Sampah Kota http://id.wikipedia. org. 26 November
DenganIncenerator di Indonesia, 2019.

82
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 8 Nomor 1 Tahun 2020

World Bank.2018. “Data of Exchange


Rate”.diakses 4 Maret 2019. https://
data.world bank.org/indicator/PA.NUS.
FCR.

Zhukov, Andrey. 2017. The distribution,


abundance and characteristics of
plastic debris along the Coast of
Grândola, Portugal. Bachelor’s thesis
in Natural Resources Degree
Programme in Sustainable Coastal
Management. Novia University of
Applied Science. Portugal.

83

You might also like