You are on page 1of 12

STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA

(Studi Kasus Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat)

STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA


(STUDI KASUS PANTAI PANGANDARAN KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT)

Marceilla Hidayat
Politeknik Negeri Bandung

Abstract

Tourism can be defined as a whole activity by people who do traveling to stay in one place out of the
daily activities for not more than one year for leisure, business, and other purpose. Ecotourism as
mentioned on UU No.9 year 1990, article 16 as an objects groups for an attractive tourism can be
defined as a unique travel at national park, forest and nature tourism. Bay tourism and marine tourism
is a part of Ecotourism. Marine tourism development in general is an effort for developing and using
tourism object and marine tourism in Indonesian sea. The consumers behavior patterns from the tourist,
they are not focus on leisure enjoying sun, sea and sand but change to higher tourism, that is enjoying
the product or cultural creation and heritage. Than nature or ecotourism from one place to other
country. This change need to be taken care with a lot of development tourism product also promotion
on government and self investor. Marine tourism activities will need a big investment, condition, and
law. To handle all this complex problems with optimal, will need to arrange regulation in order using
the potential of the sea for tourism activities in marine tourism development. Indonesia so rich with
marine assets that can be use or oriented, so that the marine tourism development paradigm must be
handle soon with the regulation from all parties, to explore all marine tourism potential through
strategic planning with obeying the save principal.

Keywords: Strategy, Planning, Development.

I. PENDAHULUAN tarik wisata tersebut telah menarik kunjungan


1.1 Latar Belakang tidak hanya wisnus tetapi juga wisman. Wisata
Pariwisata di Indonesia menurut UU rekreasi berbasis alam menjadi daya tarik
Kepariwisataan No. 9 tahun 1990 pasal 1 (5) utama, berdasarkan data jumlah kunjungan
adalah segala sesuatu yang berhubungan wisatawan ke objek dan daya tarik wisata yang
dengan wisata serta usaha-usaha yang terkait di terdapat di Jawa Barat, dimana tercatat ada 7
bidangnya. Pada dasarnya Indonesia umumnya objek wisata yang memiliki jumlah kunjungan
memiliki kekayaan bahari yang berlimpah, terbanyak, yakni Kebun Raya Bogor (Kota
yang mencakup kehidupan sekitar 28 ribu Bogor), Air Panas Ciater (Kab Subang),
species flora, 350 species fauna, 110 ribu Makam Sunan Gunung Jati (Kab Cirebon),
species mikroba, serta sekitar 600 species Kebun Binatang Bandung (Kota Bandung),
terumbu karang. Keanekaragaman terumbu Taman Safari Indonesia (Kab Bogor), Pantai
karang di Indonesia mencapai 600 species dari Pangandaran (Kab Ciamis) serta Gunung
400 genera, jauh lebih kaya dari yang Tangkuban Parahu (Kab. Bandung).
dikandung Laut Merah yang hanya memiliki 40 Diluar dari jumlah kunjungan
species. Laut Indonesia memiliki ratusan titik terbanyak, dilain hal terdapat ketidakpuasan
harta karun. Benda-benda berharga itu berasal wisatawan yang tercemin dari sikap 20 biro
dari muatan kapal yang tenggelam. perjalanan wisata (BPW) yang mencoret objek
Bagi Indonesia wilayah pesisir memiliki wisata primadona Jabar itu dari paket wisata
arti strategis karena merupakan wilayah yang mereka buat. Faktor-faktor tersebut akan
peralihan antara ekosistem darat dan laut, serta menjadikan pembangunan ataupun
memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa- pengembangan objek wisata Pantai
jasa lingkungan yang sangat kaya. Kekayaan Pangandaran belum dilaksanakan secara
sumberdaya tersebut menimbulkan daya tarik maksimal, hal ini dapat dilihat dari data
bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan kunjungan wisatawan kawasan Pangandaran
sumberdayanya dan berbagai instansi untuk dalam kurun waktu 2000 2005 mengalami
meregulasi pemanfaatannya. penurunan yang signifikan.
Potensi objek dan daya tarik di Propinsi
Jawa Barat sangat beragam dan tersebar di
kabupaten/kota di Jawa Barat. Objek dan daya

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 1, 2011 - 33


Marceilla Hidayat

TABEL 1 (Sustainable Tourism) dari objek wisata


JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN Pantai Pangandaran dalam rangka
KE PANGANDARAN pengembangan wisata bahari.
Tahun Jumlah Pengunjung
2000 1.462.525 II. KAJIAN PUSTAKA
2001 888.816 2.1 Kebijakan Pariwisata
2002 1.162.255 Menurut Goeldner il. ali es., tourism
2003 1.030.265 policy adalah:
2004 613.845 Suatu kelompok peraturan, ketentuan,
2005 423.687 tujuan dan strategi untuk
Sumber : Litbang Kompas, 2006 pengembangan/promosi, yang
Kerusakan lingkungan dan penurunan menyediakan suatu kerangka untuk
jumlah wisatawan, yang ditandai dengan mengambil keputusan secara kolektif
dihilangkannya Pangandaran dari paket-paket dan invidual yang mempengaruhi
wisata anggota ASITA menunjukkan bahwa pengembangan pariwisata secara
Pangandaran telah memasuki fase stagnasi langsung, serta aktifitas harian dalam
(butler, 1980), sehingga daerah wisata suatu destinasi.
tersebut memiliki dua pilihan, memasuki fase Dapat dikatakan bahwa kebijakan
penurunan atau memperbaiki diri menuju fase pariwisata mencoba untuk menyediakan
pertumbuhan kedua (rejuvenasi). Sehingga pengalaman pengunjung yang berkualitas dan
saat ini pangandaran harus menentukan memberikan profit/keuntungan kepada para
pilihan : ditinggalkan wisatawan/pasar atau stakeholder destinasi sambil memastikan
segera memperbaiki diri. bahwa destinasi tidak dikompromi dalam
Proses pengembangan yang tidak integritas lingkungan, sosial dan budaya.
terencana dengan baik akan menyebabkan Terdapat beberapa fungsi dari kebijakan
daerah wisata mencapai fase stagnasi dalam pariwisata, yakni sebagai berikut :
jangka waktu yang pendek. Pangandaran Mendefinisikan rules of the game yakni
dalam hal ini, mencapai fase stagnasi dalam kerangka yang menjadi dasar untuk operator-
jangka waktu sekitar 25 tahun, dengan operator pariwisata.
masalah yang sudah demikian kompleks. 1. Menentukan aktifitas dan perilaku yang
Sebagai sebuah system, perencanaan dan diharapkan.
penyelesaian masalah dalam pariwisata harus 2. Memberikan suatu arahan (direction) dan
diselesaikan secara komprehensif dan bimbingan untuk semua stakeholder
terintegrasi dengan melibatkan berbagai pariwisata di suatu destinasi
sektor . Oleh karena itu, paper ini akan 3. Memfasilitasi consensus berdasarkan
mengupas: STRATEGI PERENCANAAN strategi dan tujuan yang spesifik untuk
DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA suatu daerah destinasi tertentu.
(STUDI KASUS PANTAI 4. Memberikan kerangkan untuk diskusi
PANGANDARAN KABUPATEN CIAMIS public/swasta tentang peran dan kontribusi
JAWA BARAT) dari sektor pariwisata kepada ekonomi dan
kepada masyarakat secara umum.
1.2 Rumusan Masalah 5. Memberikan kerangka untuk diskusi
1. Bagaimana kondisi aktual (fisik dan non- publik/swasta tentang peran dan kontribusi
fisik) aspek pengembangan wisata bahari di dari sektor pariwisata kepada ekonomi dan
objek wisata pantai pangandaran. kepada masyarakat secara umum.
2. Bagaimana analisis kebijakan 6. Memungkinkan pariwisata bisa berhadapan
pengembangan objek wisata pantai bersama dengan sektor-sektor lain dari
Pangandaran sebagai strategi perencanaan ekonomi.
pengembangan wisata bahari.
3. Bagaimana aktivitas wisata pantai 2.2 Perencanaan Pariwisata
Pangandaran sebagai daya tarik Kebijakan pariwisata memberikan
pengunjung yang mempengaruhi kepuasan filsafat dasar untuk pembangunan dan
wisatawan Pantai Pangandaran serta menentukan arah pengembangan pariwisata di
analisis pasar produk wisata pantai destinasi tersebut untuk masa depan. Sebuah
Pangandaran sebagai strategi perencanaan destinasi dapat dikatakan akan melakukan
pengembangan wisata bahari. pengembangan wisata jika sebelumnya sudah
4. Bagaimana strategi perencanaan ada aktivitas wisata. Dalam pelaksanaan
pengembangan pariwisata berkelanjutan pengembangan, perencanaan merupakan faktor

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 1, 2011 - 34


STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA
(Studi Kasus Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat)

yang perlu dilakukan dan dipertimbangkan. 8. Application of systematic planning


Menurut Inskeep (1991:29), terdapat beberapa approach, pendekatan ini diaplikasikan
pendekatan yang menjadi pertimbangan dalam dalam perencanaan pariwisata berdasarkan
melakukan perencanaan pariwisata, logika dari aktivitas.
diantaranya: Goals biasanya termasuk aspek-aspek
1. Continous Incremental, and Flexible seperti meningkatkan kepuasan pengunjung,
Approach, dimana perencanaan dilihat diversifikasi pasar pariwisata, meningkatkan
sebagai proses yang akan terus berlangsung kontribusi pariwisata kepada ekonomi local,
didasarkan pada kebutuhan dengan dan mengembangkan potensi pariwisata suatu
memonitor feed back yang ada. daerah. Sementara objectives adalah lebih
2. System Approach, dimana pariwisata spesifik (khusus) dan berhubungan dengan
dipandang sebagai hubungan sistem dan tindakan-tindakan yang aktual. Objectives
perlu direncanakan seperti dengan tehnik bertujuan untuk mengarahkan tindakan yang
analisa sistem. akan membantu mencapai goal-goal
3. Comprehensive Approach, berhubungan pembangunan. Jadi objectives harus lebih
dengan pendekatan sistem diatas, dimana realistis, dapat diukur dan mampu dicapai
semua aspek dari pengembangan pariwisata dalam jangka waktu yang ditentukan.
termasuk didalamnya institusi elemen dan GAMBAR 1
lingkungan serta implikasi sosial ekonomi, TOURISM STRATEGY
sebagai pendekatan holistik. TOURISM STRATEGY
4. Integrated Approach, berhubungan dengan Examples for
pendekatan sistem dan keseluruhan dimana
pariwisata direncanakan dan
dikembangkan sebagai sistem dan
keseluruhan dimana pariwisata
direncanakan dan dikembangkan sebagai Goal Objectives
sistem yang terintegrasi dalam seluruh Mengembangkan Menentukan atraksi-
rencana dan total bentuk pengembangan
potensi atraksi baru yang dapat
pada area.
pariwisata di dikembangkan.
5. Environmental and sustainable
daerah tertentu Mendorong masyarakat
development approach, pariwisata
direncanakan, dikembangkan, dan untuk membangun
dimanajemeni dalam cara dimana sumber penginapan/homestay
daya alam dan budaya tidak mengalami
penurunan kualitas dan diharapkan tetap Sumber : Godfrey & Clarke , 113
dapat lestari sehingga analisa daya dukung
lingkungan perlu diterapkan pada Menurut Godfrey & Clarke Goals and
pendekatan ini. Objectives yang realistis adalah inti untuk
6. Community Approach, pendekatan yang pengembangan pariwisata yang bersukses.
didukung dan dikemukakan juga oleh Peter Tourism Action Steps menyangkut siapa, apa,
Murphy (1991) menekankan pada dimana dan bagaimana yang menjelaskan
pentingnya memaksimalkan keterlibatan bagaimana caranya goals and objectives akan
masyarakat lokal dalam perencanaan dan dilaksanakan. Tindakan pariwisata menyatakan
proses pengambilan keputusan pariwisata, apa yang akan dilakukan, kapan akan
untuk dapat meningkatkan yang diinginkan dilakukan dan oleh siapa. Tourism Action Steps
dan kemungkinan, perlu memaksimalkan harus jelas dan mempunyai jangka waktu yang
partisipasi masyarakat dalam ditentukan dan tujuan yang diharapkan.
pengembangan dan manajemen yang Pelaksanaan tindakan itu dapat didelegasikan
dilaksanakan dalam pariwisata dan secara individu atau berkelompok.
manfaatnya terhadap sosial ekonomi. Menurut Godfrey and Clarke proses
7. Implementable Approach, kebijakan membentuk strategi pariwisata terdiri dari tiga
pengembangan pariwisata, rencana, dan langkah, yaitu:
rekomendasi diformulasikan menjadi 1. Identifying Opportunities and Constraints
realistis dan dapat diterapkan, dengan (Based on an evacuation of supply and
tehnik yang digunakan adalah tehnik demand).
implementasi termasuk pengembangan, 2. Setting development Goals and Objective
program aksi atau strategi, khususnya (Addressing issues needing attention in the
dalam mengidentifikasi dan mengadopsi. short, medium and longer term).

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 1, 2011 - 35


Marceilla Hidayat

3. Define a series of action steps (Designed to GAMBAR 2


achieve the goals and objectives within TOURISM STRATEGIC PLANNING
some specified time frame). PROCESS
Memaksimalkan keuntungan
2.3 Konsep Perencanaan Strategis pariwisata di destinasi, sambil
Perencanaan adalah proses kumpulan Policy
mendorong penggunaan sumber
kebijakan dan bagaimana daya local secara sustainable.
mengimplementasikannya. Pendapat yang
sama dikemukakan juga oleh Claire A. Gunn
(1993: 141) yang menegaskan bahwa ada 1. Meningkatkan standard
beberapa hal penting di dalam fungsi kebijakan kualitas pelayanan.
regional dan lokal sebagai alat yang sangat 2. Mendorong lebih banyak
penting di dalam kegiatan kepariwisataan, Goals
wisatawan mengunjungi
yaitu antara lain: Pertama, perencanaan harus tempat alternative.
mampu meningkatkan pertumbuhan yang 3. Memperpanjang musim
berkualitas, membutuhkan perubahan- pariwisata.
perubahan yang membangun, disamping 1. Meningkatkan program
pengembangan lokasi yang potensial untuk pelatihan customer service
mengembangkan kualitas atraksi yang dapat 50% dalam 2 tahun.
dijual. Kedua, kebijakan kepariwisataan harus 2. Meningkatkan jumlah trips ke
lebih memiliki peranan penting dari kegiatan Objectives tempat non-core dari 20 30
promosi, kebijakan tersebut harus didukung % dari seluruh trips dalam 3
oleh penelitian. Ketiga, perencanaan tahun.
kepariwisataan memerlukan kerjasama publik 3. Meningkatkan jumlah off-
dan privat agar segala harapan stakeholders season tourism trips sebanyak
bisa terpenuhi. Keempat, perencanaan 10% dalam 2 tahun.
kebijakan regional dan lokal harus dapat
memperkuat semua perencanaan, mendukung
pembangunan pariwisata yang baik hingga 1. Review penyediaan program
pada tingkat destinasi. Kelima, perencanaan pelatihan customer care di
kebijakan regional dan lokal harus dapat daerah ini.
2. Hubungi perusahaan local
merangsang usaha (bisnis) untuk memberikan Action untuk mengatur pelatihan
sumbangsihnya kepada pembangunan daerah. Plan dengan customer care
Keenam, kebijakan harus dapat trainers
menghubungkan bisnis dengan pemerintah dan 3. Mengkoordinasi pelatihan ini
non-profit atraction, seperti kebijakan dengan 50% perusahaan local.
perencanaan usaha atraksi (alam dan budaya)
harus didukung oleh bisnis perjalanan dan
akomodasi lainnya. 2.4 Konsep dan Prinsip Sustainable
Tourism
Sustainable Tourism (pariwisata
berkelanjutan) dan Sustainable development
(pembangunan berkelanjutan) adalah istilah
yang mengakibatkan bermacam-macam
tanggapan/respons dari manajer-manajer,
perencana-perencana pariwisata, serta
pembela/advokat lingkungan, baik skeptis
sampai yang memperhatikan.
Menurut WTO dalam agenda 21 untuk
industri travel dan pariwisata menyatakan :
Sustainable tourism development
memenuhi kebutuhan wisatawan dan
masyarakat daerah tujuan wisata
sambil melindungi dan
mengembangkan peluang pada masa
depan. Dipandang sebagai sesuatu
yang mengarahkan ke manajemen,
seluruh sumber daya dengan cara

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 1, 2011 - 36


STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA
(Studi Kasus Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat)

dimana kebutuhan ekonomi, sosial dan sendiri, komponen-komponen pendekatan


estetik dapat dipenuhi bersama pengembangan pariwisata menurut Edward
integritas budaya, proses-proses Inskeep (1998) adalah sebagai berikut:
ekologi yang esensial, diversitas biologi GAMBAR 3
dan sistem-sistem mendukung KOMPONEN PERENCANAAN/
kehidupan tetap dipelihara. PENGEMBANGAN PARIWISATA
Isu-isu strategis dalam Sustainable
Tourism adalah sebagai berikut: D o m e stic &
In te rn a tio n a l To u rist M a rke t G ro u p s

1. Meningkatkan tanggung jawab


Stakeholder Corporate To u rist A ttra ctio n s
a n d A ctivitie s
2. Menghasilkan Bentuk pariwisata yang
cocok T ransportation
N a tu ra l,
A c c o m o d a tio n

3. Sustaining Sumber Daya Sosial dan C u ltu ra l


and

Budaya O th e r
S o cio e co n o m ic
O th e r To u ris t

4. Sustaining Lingkungan Alam


In fra s tru c tu re F a s ilitie s a n d
S e rv ic e

5. Kebutuhan atas rencana yang efektif untuk Ins titutional


E lem ents
Perencanaan Daerah Tujuan Wisata
6. Peranan Carrying Capatities dan R e sid e n ts U se o f To u rist A ttra ctio n s
a n d F a cilitie s
indikator-indikator dalam Sustainable
Tourism.
K o m p o n e n p e re n c a n a a n / p e n g e m b a n g a n p a riw is a ta
7. Menghindari konflik S u m b e r: In s k e e p (1 9 9 1 :3 8 )
8. Peningkatan Keterlibatan Masyarakat
9. Pengarahan untuk masa depan.
III. METODE PENELITIAN
2.5 Konsep dan Strategi Pengembangan 3.1 Objek Penelitian
Daerah Tujuan Wisata Unit observasi dalam penelitian ini
Sebuah destinasi dapat dikatakan akan adalah Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis
melakukan pengembangan wisata jika sebagai regulator dalam perencanaan kegiatan
sebelumnya sudah ada aktivitas wisata. Untuk pariwisata bahari. Aspek penelitian ini
dapat meningkatkan potensi pariwisatanya, difokuskan pada strategi perencanaan
yang perlu dilakukan adalah merencanakan pariwisata. Sedangkan unit analisis dalam
pengembangan wisata agar dapat lebih baik penelitian ini adalah kawasan pantai
dari sebelumnya. Tiga prinsip utama dalam Pangandaran sebagai objek daya tarik wisata di
sustainability development (McIntyre, 1993: Kabupaten Ciamis Jawa Barat.
10):
1. Ecological Sustainability, yakni 3.2 Desain Penelitian
memastikan bahwa pengembangan yang Penelitian ini bersifat deskriptif,
dilakukan sesuai dengan proses ekologi, dilakukan untuk mendapatkan gambaran atau
biologi, dan keragaman sumber daya deskripsi tentang penilaian aspek-aspek
ekologi yang ada. pengembangan wisata bahari yang dilakukan
2. Social and Cultural Sustainability, yaitu melalui perhitungan statistic, kemudian
memastikan bahwa pengembangan yang dilakukan analisis pengembangan objek wisata
dilakukan memberi dampak positif bagi yang dilakukan menggunakan teknik analisis
kehidupan masyarakat sekitar dan sesuai SWOT, yaitu analisis untuk menemukan
dengan kebudayaan serta nilai-nilai yang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
berlaku pada masyarakat tersebut. terhadap produk, pasar, kebijakan dan program
3. Economic Sustainability, yaitu memastikan pemasaran.
bahwa pengembangan yang dilakukan Metode yang digunakan dalam
efisien secara ekonomi dan bahwa sumber peneltian ini adalah metode survey, dimana
daya yang digunakan dapat bertahan bagi informasi diperoleh dari responden yang
kebutuhan di masa mendatang. dikumpulkan secara empiric untuk
Sementara itu dilain hal, sektor memperoleh pendapat dari sebagian populasi
pariwisata terdiri atas beberapa komponen terhadap obyek penelitian. Berdasarkan jenis
yang berbeda yang harus benar-benar data dan analisisnya, desain penelitian ini
dimengerti dan direncanakan dan merupakan sebagai gabungan data penelitian
dikembangkan secara terintegrasi dalam kuantitatif serta data kualitatif.
masyarakat. Segalanya untuk kenyamanan
perencanaan pariwisata dalam masyarakat itu

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 1, 2011 - 37


Marceilla Hidayat

3.3 Operasionalisasi Variabel menjadi subvariabel, kemudian subvariabel,


Pengukuran terhadap variabel kemudian subvariabel dijabarkan menjadi
penelitian dilakukan dengan cara menguraikan komponen-komponen yang dapat diukur.
variable penelitian ke dalam operasionalisasi Komponen-komponen yang terukur ini
variabel penelitian yang terdiri atas variable, kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk
sub variabel, dimensi dan indikator yang penyusun item instrumen yang dapat berupa
masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut pertanyaan yang kemudian dijawab oleh
responden.
TABEL 2
OPERASIONALISASI VARIABEL
Variabel Sub Indikator
Variabel IV. HASIL PENELITIAN DAN
Pengembangan Pangsa - Wisatawan PEMBAHASAN
Wisata Bahari pasar asing Hasil penelitian mengenai aspek
- Wisatawan pengembangan wisata bahari di objek wisata
nasional pantai Pangandaran adalah sebagai berikut:
- Wisatawan TABEL 3
lokal. DESKRIPSI HASIL PENGEMBANGAN
Tourist - Nilai sejarah WISATA BAHARI
Attraction - Keaslian NO INDIKATOR MEAN STD
- Panorama Deviasi
alam 1 Kerjasama antar 3.00 .452
- Flora & stakeholder
fauna 2 Penerimaan 3.06 .314
- Skala Event masyarakat
3 Kebersihan 3.26 .443
Infrastruktur - Ketersediaan
makanan dan
- Ketersediaan minuman
- Kebersihan 4 SDM Promosi 3.26 .565
5 Pengelolaan 3.36 .525
- Ketersediaan Objek
Aksesibilitas - Prasarana 6 Transportasi 3.42 .642
- Transportasi didalam objek
- Kepastian 7 SDM 3.44 .501
- Transportasi Pariwisata
- Kepastian 8 Pelayanan 3.44 .675
informasi
Fasilitas dan - Interprestasi 9 Ketersediaan 3.46 .734
pelayanan fasilitas lainnya
wisatawan - Kelengkapan
- Kualitas 10 Ketersediaan 3.50 .647
SDM fasilitas
- SDM penunjang
- Sistem 11 Ketepatan 3.52 .646
penanganan transportasi
Elemen - Kerjasama diluar objek
institusi - Penerimaan 12 Ketepatan 3.52 .505
(Institutional Masyarakat transportasi
didalam objek
13 Transportasi 3.56 .644
diluar objek
Dari masing-masing variabel, beserta 14 Keistimewaan 3.86 .405
dimensi dan indikator-indikatornya, disusun atraksi buatan
kuesioner untuk menggali informasi lebih 15 Ketersediaan 3.94 .424
lanjut dengan menggunakan skala likert. makanan dan
Skala likert digunakan untuk minuman
menyatakan sikap seperti pernyataan baik 16 Keaslian 4.00 .657
buruk, positif negative, setuju dan tidak setuju 17 Flora dan fauna 4.02 .319
maka variable yang akan diukur dijabarkan

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 1, 2011 - 38


STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA
(Studi Kasus Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat)

NO INDIKATOR MEAN STD Pada indikator ketersediaan fasilitas


Deviasi penunjang/spesifik dari responden menyatakan
18 Ketersediaan 4.24 .591 kurang (36%), cukup (10%), baik (3%) dan
akomodasi baik sekali (1%). Bangunan untuk Visitor
19 Panorama alam 4.12 .385 Information Center berada di gerbang kawasan
20 Skala kegiatan 4.58 .499 wisata Pangandaran dan dipinggir pantai tetapi
atraksi tidak dipakai, tidak ada papan informasi dan
Sumber : Diolah dari hasil kuesioner, 2006 petunjuk jalan masih kurang sekali.
4.1. Kondisi dan Kegiatan Wisata Bahari
Berdasarkan tabel tersebut, nilai Objek Wisata Pantai Pangandaran
tertinggi adalah 4.58 yang artinya sangat baik Secara geografis Kabupaten Ciamis
pada indikator skala atraksi dan nilai terendah terletak pada posisi 108 20 - 108 40 BT dan
sebesar 3.00 yang artinya cukup pada indikator 7 40 20 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten
kerjasama antar stakeholder. Indikator skala Ciamis meliputi:
kegiatan atraksi dinilai baik oleh responden Sebelah utara : Kabupaten Majalengka
diduga dikarenakan sering (hampir setiap dan Kabupaten Kuningan
tahun) diadakan berbagai acara atau festival di Sebelah barat : Kabupaten
Pangandaran seperti yang baru saja Tasikmalaya
dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2006 yaitu Sebelah timur : Propinsi Jawa Tengah
festival layang-layang yang bersifat Sebelah selatan : Samudera Indonesia
International. Sedangkan untuk indikator Kawasan objek wisata pantai
kerjasama antar stake holder dinilai rendah Pangandaran telah dibangun dengan kira-kira
oleh responden dimungkinkan karena masih 2,128 rumah masyarakat dan bangunan-
kurangnya jumlah stakeholder yang saling bangunan pemerintah, pendidikan, ibadah dan
bekerjasama dalam upaya meningkatkan jasa yang melayani masyarakat serta
aktivitas pariwisata di Pangandaran. bangunan-bangunan akomodasi dan jasa
Menurut data yang sudah diolah, bahwa pariwisata. Tinggi mayoritas bangunan adalah
rata-rata potensi wisata bahari yang ada di 1 atau 2 lantai, namun ada juga bangunan-
objek wisata pantai Pangandaran adalah 3,62 bangunan hotel sampai dengan 3 lantai.
atau dapat dikatakan baik. Dari rata-rata Tempat akomodasi yang termasuk hotel,
tersebut beberapa indikator yang terdapat di penginapan dan homestay, serta bangunan
atas rata-rata adalah keistimewaan atraksi rumah makan, restoran dan jasa pariwisata
buatan, keaslian, panorama alam, flora dan yang lain telah mempengaruhi suasana fisik
fauna, skala kegiatan atraksi, ketersediaan kawasan ini. Mayoritas dari bangunan yang
atraksi.Disamping itu nilai sejarah sebagai berkaitan dengan pariwisata terletak di pinggir
keaslian buatan manusia dapat dikatakan baik, Pantai Barat dan Pantai Timur dan bagian
dimana objek wisata pantai Pangandaran ini selatan dari genting tanah.
merupakan peninggalan penjajahan dan pernah 1. Atraksi Pantai Pangandaran
diduduki oleh tentara Jepang pada saat PD II. Objek wisata yang terdiri dari 2 (dua )
Jawaban responden terhadap indikator pantai panjang, yaitu Pantai Barat dan Pantai
ketersediaan akomodasi berupa hotel, Timur, dengan keistimewaan utama seperti:
homestay adalah baik (30%), baik sekali a. Dapat melihat terbit dan terbenamnya
(16%), cukup (4%). Akomodasi merupakan matahari dari tempat yang sama.
fasilitas yang sangat diperlukan bagi b. Pantainya landai dengan air yang jernih
wisatawan sebagai tempat untuk tinggal dan serta jarak antara pasang dan surut relative
menginap di daerah tujuan wisata yang lama sehingga memungkinkan orang untuk
dikunjunginya (Inskeep, 1998:44). Kemudian berenang dengan aman.
untuk indikator transportasi diluar objek dan c. Mempunyai garis pantai yang luas,
atau menuju objek wisata pantai Pangandaran sehingga memungkinkan untuk rekreasi
adalah baik (26%), cukup (20%), Baik sekali rombongan.
(2%) dan kurang (2%). Akses utama ke d. Suasana desa nelayan yang sangat kental.
Pangandaran adalah jalan daratan, dimana Aktivitas sehari-hari nelayan dapat dilihat
mayoritas pengunjung/wisatawan adalah naik dengan jelas.
bis dan mobil pribadi. Serta Ketepatan untuk
transportasi tersebut dijawab oleh responden
baik (24%), cukup(22%), baik sekali (2%) dan
kurang (2%).

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 1, 2011 - 39


Marceilla Hidayat

4.2. Kebijakan Pembangunan Sightseeing


Kepariwisataan Berkemah/Camping
Undang-Undang No.22 tahun 1999 jo Penelitian/Research
Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pendidikan dan pelatihan
Otonomi Daerah Aktivitas pecinta alam
Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang Piknik/Rekreasi
Kepariwisataan Nasional. Kondisi pasar aktual (yang ada) saat ini
Perda Propinsi Jawa Barat No. 2 tahun 2003 di objek wisata pantai Pangandaran sebagai
tentang Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa berikut :
Barat. a. Analisis Aspek Geografis, sebagian besar
Perda Kabupaten Ciamis No. 17 tahun 2004 responden yang berkunjung ke objek wisata
tentang Rencana Strategik Pemerintah pantai Pangandaran berasal dari Jawa
Kabupaten Ciamis. Barat, motivasi mereka adalah mencari
Perda Kabupaten Ciamis No. 5 tahun 1987 suhu udara dan suasana pantai yang sejuk
tentang Rencana Zona Objek Wisata Pantai dan terdekat bagi mereka.
Pangandaran Kawasan Wisata Ciamis b. Aspek Demografis, mayoritas pengunjung
Selatan. yang datang ke Pangandaran adalah pria (
Perda Kabupaten Ciamis No. 20 Tahun 57%) dan wanita sisanya. Hal ini
2001 ISUP melalui Surat Edaran Bupati mengindikasikan bahwa pria mempunyai
Ciamis 31 Januari 2002 yang dikeluarkan 1 kecenderungan yang lebih besar akan
Februari 2002, H. Oma Sasmita; mengenai wisata alam. Rata-rata usia responden yang
Pemindahan pedagang ke pasar wisata berkunjung ke Pangandaran berkisar antara
Pangandaran 2001, per tanggal 31 20-29 tahun dengan aktivitas yang beragam
Desember yang memuat : seperti : trekking, pendidikan, berkemah,
1. Mengembalikan fungsi pantai sebagai dan lain-lain.
objek & tujuan wisata. c. Aspek psikografis, wisatawan memiliki
2. Memberikan tata keadilan kepada tujuan perjalanan ke pantai Pangandaran
pengunjung objek wisata. adalah untuk menikmati keindahan pantai
3. Mewujudkan ketertiban, keamanan, dan menjadi salah satu tujuan yang
kenyamanan kepada wisatawan & menyenangkan bagi pengunjung untuk
masyarakat. beraktivitas seperti berenang dan
berselancar
4.3. Objek Dan Daya Tarik Wisata Dan d. Aspek Perilaku, wisatawan mendapatkan
Analisis Pasar informasi mengenai Pangandaran dari
Untuk pengembangan pembangunan teman/saudara (relasi) yang telah pernah
pariwisata di Kabupaten Ciamis berdasarkan datang mengunjungi objek wisata ini
Rencana Strategis Tahun 2004-2009, dimana karena mayoritas pengunjung
Kabupaten Ciamis memiliki 21 objek wisata mengungkapkan bahwa tidak mengetahui
yang terbentang mulai dari utara sampai adanya layanan informasi,
selatan, dengan jenis objek dan daya tarik Dari pasar aktual tersebut dapat kita
wisata yang bervariasi dari Objek Wisata menyusun pasar potensial yang dapat di layani,
Budaya, Objek Wisata Alam dan Objek Wisata sebagai berikut:
Minat Khusus. Pengembangan kepariwisataan TABEL 4
di Kabupaten Ciamis termasuk kedalam SEGMENTASI PASAR POTENSIAL
wilayah Pengembangan Pariwisata Priangan, Aspek Pasar Pasar Potensial
pengembangannya dibagi dalam 6 (enam)
Aktual
Satuan Kawasan Wisata (SKW), yakni SKW
Geografis Asal Sebagian besar
Panjalu, Bojong Galuh, SKW Karang Nini,
wisatawa wisatawan/pengu
SKW Pangandaran, SKW Parigi dan SKW
n dari njung potensial
Batu Karas. Penelitian terpusat pada SKW
daerah berasal dari
Pangandaran-Objek Wisata Pantai
sekitar seluruh nusantara
Pangandaran (Pantai Timur, Pantai Barat &
Jawa Indonesia
Cagar Alam Pananjung).
Barat
Segmentasi pasar wisata adalah
Demograf Usia 20- Usia 20 40
terhadap wisatawan nusantara maupun
is 29 tahun
wisatawan mancanegara dengan berbagai
Pekerjaan Pekerjaan :
kegiatan wisata antara lain :
: Pekerja, Eksekutif,
Berenang/Surfing

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 1, 2011 - 40


STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA
(Studi Kasus Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat)

Aspek Pasar Pasar Potensial Manajemen Wisatawan yang meliputi


Aktual interprestasi dan pengaturan pola arus
mahasisw pekerja, pengunjung.
a, pelajar. mahasiswa, Membuka kesempatan bagi pihak swasta
Jenis pelajar. untuk berinvestas, serta Dinas Pariwisata
kelamin : Jenis kelamin : Kabupaten melakukan promosi objek
Dominan Balance Pria & wisata dan menyatakan Pangandaran
pria wanita sebagai kawasan yang terbuka untuk
Rekan Rekan perjalanan investasi bisnis.
perjalana : Keluarga, rekan Meningkatkan kualitas sumber daya
n: bisnis. manusia sekitar objek wisata sebagai modal
keluarga dasar pengembangan melalui pelatihan dan
Psikografi Motivasi Motivasi : pembekalan keahlian bidang pariwisata dan
s : melihat melihat sosial budaya.
keindaha keindahan pantai, Melakukan sosialisasi terhadap berbagai
n pantai menikmati event- peraturan-peraturan (PERDA) yang terkait
Suasana event, berkemah. dengan pengembangan pariwisata yang
wisata Suasana wisata berkelanjutan yang dilakukan baik oleh
yang yang diharapkan : swasta, masyarakat maupun program-
diharapka tenang dan sunyi, program dari Dinas Pariwisata dan Budaya
n : tenang nyaman, atraktif. Kabupaten Ciamis.
dan sunyi Aktivitas :
Aktivitas berenang, 4.4.2. Strategi Fasilitas dan Aktivitas Wisata
: berselancar, Untuk jumlah akomodasi yang ada
berenang parasailing, jetski diperlukan mengoptimalkan kualitas secara
& dll fisik bangunan dan pelayanan, sehingga
berselanc tercapai standar pelayanan yang baik, dengan
ar demikian diperlukan masukan-masukan dari
Perilaku Sumber Sumber pemerintah kepada para pengelola akomodasi
Informasi informasi : sebagai rekomendasi peningkatan standar
: keluarga/teman, pelayanan hotel, sanitasi dan kepuasan
Keluarga/ relasi bisnis, konsumen. Diperlukan adanya perbaikan akses
teman perusahaan, web jalan, banyaknya fasilitas makan dan minum
Moda site dll. namun belum mencapai standar dalam hal
transporta Moda sanitasi dan kesehatan, dengan demikian
si: transportasi : diperlukan pula pembuatan standar dan
kendaraa kendaraan persyaratan fasilitas makan dan minum oleh
n pribadi, pribadi, bis pemerintah sehingga kondisinya lambat laun
bus pariwisata, dapat menyesuaikan dengan standar tersebut.
pariwisat pesawat udara,
a via laut. 4.4.3. Strategi Pemasaran
Bentuk Bentuk 1. Strategi Produk.
kunjunga kunjungan : Objek wisata pantai Pangandaran sebagai
n yang bersama teman resort dengan multi atraksi, Strategi produk
dilakukan keluarga, rekan- dapat dilakukan dengan menambahkan
: bersama rekan perusahaan atraksi wisata yang unik dan menarik
teman segmen yang lebih luas lagi, misalnya bagi
atau kaum muda dapat menambahkan fasilitas
keluarga. parasailing dan bungee jumping yang dapat
dikelola langsung oleh masyarakat.
2. Strategi Harga
4.4. Strategi Perencanaan pengembangan Biaya wisata pantai Pangandaran ini masih
pariwisata berkelanjutan sangat terjangkau oleh wisatawan dan
4.4.1. Strategi Kebijakan sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
Membuat pedoman umum serta pedoman Dapat dilakukan studi yang berkelanjutan
pengelolaan objek wisata pantai mengenai perubahan pola perilaku pasar
Pangandaran yang lebih terfokus pada Pangandaran sehingga dapat lebih

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 1, 2011 - 41


Marceilla Hidayat

memberikan penyesuaian untuk harga yang diantaranya dengan mengoptimalkan sub


pantas variable atraksi, amenitas, akssesibilitas dari
3. Strategi Tempat (Place/Distribution) perencanaan (pengambangan) wisata untuk
Objek wisata pantai Pangandaran sudah lebih efektif terhadap keberhasilan
terdistribusi dengan baik, meski banyak pengembangan wisata bahari termasuk segala
terdapat asumsi yang menyatakan pantai tema event kegiatan yang dilaksanakan.
Pangandaran tidak semenarik dahulu, Untuk mengoptimalkan Ancillary
namun demikian pantai Pangandaran tetap Services Pemerintah daerah perlu untuk
menjadi objek wisata pantai yang paling mengalokasikan dana yang cukup untuk
populer di Jawa. pengembangan pariwisata yang merupakan
4. Strategi Promosi sector unggulan daerah, dengan melakukan
Objek wisata Pangandaran masih termasuk koordinasi dengan semua stake holder.
minim, tidak ditemukan promosi tersendiri Pengelolaan usaha objek dan daya tarik
seperti memiliki home page khusus pantai wisata (atraksi wisata) yang berbasis
Pangandaran, hanya terdapat sedikit masyarakat di tiap desa penyediaan sarana
mengenai pangandaran dalam web site wisata seperti homestay, cottage, restoran,
SMK 1 Ciamis. penjualan
Pemerintah perlu menjalin kerjasama
V. KESIMPULAN DAN yang lebih baik dan berkelanjutan dengan
REKOMENDASI pihak-pihak yang kompeten dan
5.1. Kesimpulan berpengalaman dibidang pariwisata seperti
Objek wisata pantai Pangandaran diving centre, travel, hotel, akademisis dalam
merupakan objek wisata yang sangat popular di pengembangan pemahaman, komunikasi dan
kalangan wisatawan domestik (Nusantara) edukasi pembangunan pariwisata bahari.
sebagai daerah tujuan wisata yang sangat kuat,
sehingga objek wisata pantai Pangandaran DAFTAR PUSTAKA
masih memiliki peluang untuk menjadi sebuah A. Black, James.1999, Metoda dan Masalah
destinasi wisata unggulan di Jawa Barat. Penelitian Sosial, PT. Refika Aditama,
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap Bandung.
kondisi produk wisata dan pasar aktual, objek Butler R.1992. Alternative Tourism : The Thin
wisata pantai Pangandaran, dalam hal Edge of the Wedge, dalam Smith dan
kerusakan sarana prasarana, kesemerawutan Eadington (1992) Tourism Alternative,
pantai cukup kompleks, pantai Pangandaran Potentials and Problems in The
tengah mencapai fase stagnasi dalam daur Development of Tourism. University of
siklus hidup objek wisata, dimana fase stagnasi Pensylavinia, Philadelphia.
ini harus dapat diperbaiki sehingga tidak Clarke J & Godfrey K. 2000, The Tourism
terjerembab dalam waktu singkat dalam fase Development Handbook : A Practical
kemunduran (decline), Approach To Planning and Marketing.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap Continuum, London.
kondisi produk wisata dan pasar aktual, objek Dahuri. R, Rais J; Ginting SP; Sitepu. 2001,
wisata pantai Pangandaran dalam hal Pengelolaan Sumber Daya Wilayah
kerusakan sarana dan prasarana kesemrawutan Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT.
pantai cukup komplek, pantai Pangandaran Pradnya Paramita, Jakarta.
tengah mencapai fase stagnasi dalam daur Fandeli, Chafid, 2002, Perencanaan
siklus hidup objek wisata. Kepariwisataan Alam. Fakultas
Optimalisasi penyiapan sarana dan Kehutanan Gajah Mada. Pustaka
prasarana untuk mendukung pengembangan Pelajar, Yogyakarta.
wisata bahari, seperti penyediaan alat selam, Goeldner R, Ritchie B.R.J; McIntosh W.R.
papan penunjuk tempat wisata, alat snorkeling, 2000, Tourism : Principles, Practices,
penjaga/polisi pantai, termasuk information Philosophies. Jon Willey & Sons,
center, penyediaan toilet, dan tempat sampah Canada.
yang memadai bagi pengunjung yang Gunn C. 1994, Tourism Planning; Basic,
membutuhkan. Concepts and Cases, Taylor and
Francis, USA.
5.2. Rekomendasi Inskeep Edward, 1998, Guide for local
Untuk dapat melaksanakan Authorities on Developing Sustainable
pengembangan wisata bahari, berikut Tourism. World Tourism Organization,
merupakan rekomendasi yang dapat diberikan New York.

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 1, 2011 - 42


STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA
(Studi Kasus Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat)

Kotler, Bowen, Makens, 1999, Marketing For Community Perspective. Department of


Hospitality And Tourism, 2nd Edition, Geography Series, University of
Prentice-Hall, Inc. USA Waterloo.
Kartajaya, Hermawan., Yuswohadi, Sunarto, WTO, World Tourism Organization Agenda
2005, Attracting Tourists, Traders, 2, 1992.
Investors, Strategi Memasarkan
Daerah di Era Otonomi Jurnal Online
Daerah.Gramedia Pustaka Utama, Siklus Hidup Objek Wisata : Studi Kasus
Jakarta. Pulau Simeulue dan Pantai
Litbang Kompas, 2006 Pangandaran, Fictor Ferdinand, Ssi;
McInteyre George, 1993, Sustainable Tourism Yosep Purnama, 12 November
Development, Guide for Local 2004, www.aseanjournal.com
Planners. World Tourism Organization. Pengembangan Pariwisata Indonesia, Setyanto
Midleton Victor T C. 1998. Sustainable P. Santosa, 14 Pebruari
Tourism : A Marketing Perspective. 2002,http://kolom.pacific.net.id/ind/
Buttenworth-Heinemann. Pariwisata Berkelanjutan : Prinsip-prinsip
Moleong J,Lexy. 1999, Metodologi Penelitian Pembangunan Pariwisata
Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Berkelanjutan, Pusat Penelitian
Bandung. Kepariwisataan ITB,
Kartajaya, Hermawan; Yuswohadi, Sunarto, www.p2par.itb.ac.id
2005, Attracting Tourists, Traders, Analisis Jalur dan Strategi Pemasaran
Investors, Strategi Memasarkan Kunjungan Wisman Sebelum dan
Daerah di Era Otonomi Daerah. Setelah Berkunjung ke Indonesia, Joko
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Darmoyo, www.budpar.go.id
Ristanto, Hari. 2002. Diktat Perencanaan
Pariwisata. Manajemen Dokumen-Dokumen
Kepariwisataan. Sekolah Tinggi RUTR Kawasan Pangandaran, DIPARDA
Pariwisata Bandung. Kabupaten Ciamis.
SuDjana, 2002, Metoda Statistika, Tarsito, PERDA-PERDA Kawasan Wisata
Bandung. Pangandaran.
Tjiptono, Fandy ; 2000, Strategi Pemasaran, RENSTRA (Rencana Strategik) Tahun 2004
ANDI, Yogyakarta. 2009, Dinas Pariwisata dan
Woodley, Alison. 1993. Tourism and Kebudayaan Kabupaten Ciamis.
Sustainable Development : The

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 1, 2011 - 43


Marceilla Hidayat

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 1, 2011 - 44

You might also like