You are on page 1of 20

VOLUME 4 No.

2, 22 Juni 2015 Halaman 101-198

KAJIAN SEBARAN POTENSI EKONOMI SUMBER DAYA


KELAUTAN DI PANTAI SELATAN DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN INVESTASI
Latif Sahubawa
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
Email: latifsahuawa2004@yahoo.com

Nurul Khakim
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada

Musrowati Lasindrang
Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT
The objectives of research is to identify and inventory the economic potential of marine resources (fisheries and
environmental services/beach tourism) and competitive commodity in the South Coast of DIY Province for
investment purposes. The research method used is: a survey, the travel cost, the willingness to pay and analysis
of competitive commodities. South Coast region of DIY Province which have valuable marine resources are
economically important: Kulon Progo Regency (Congot and Galagah-Karangwuni Beach); Bantul (Pandansimo,
Kuwaru, Depok and Parangtritis Beach); Gunungkidul (Sadeng, Wediombo, Siung, Sundak/Indrayanti, Drini,
Baron, Ngerenehan, Gesing and Purwosari). The economic value of the resources of each coastal region as follows:
(1) Kulon Progo Regency (fisheries = 519.817 IDR. billion and beach tourism = 0.608 IDR. billion, total 520.425
IDR. billion); (2) Bantul (fisheries = 121.455 IDR. billion and beach tourism = 2.961 IDR. billion: total 124.416
IDR. billion); (3) Gunung (fisheries = 63.957 IDR. billion and beach tourism = 6.803 IDR. billion; total 70.244
IDR. billion). The total economic value of marine resources of the South Coast of DIY Province DIY is 715.085
IDR. billion. Competitive commodity marine resources in Kulon Progo Regency Beach and Bantul is vanamme
shrimp while in Gunungkidul are tuna, skipjack, tongkol, marlin, lemadang, layur, snapper, manyung and lobster.

Keywords: Economic potential; Fishery resources; Beach tourism; Compotitive commodity

ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi dan inventarisasi potensi ekonomi sumber daya kelautan
(perikanan dan jasa lingkungan/wisata pantai) serta komoditas unggulan untuk tujuan investasi. Metode
penelitian yang dipakai yaitu: survey, biaya perjalanan, kesediaan membayar dan analisis komoditas
unggulan. Kawasan Pesisir Selatan DIY yang memiliki sumber daya kelautan bernilai ekonomis penting
yaitu: Kabupaten Kulon Progo (Congot dan Galagah-Karangwuni); Bantul (Pandansimo, Kuwaru,
Depok dan Parantritis); Gunungkidul (Sadeng, Wediombo, Siung, Sundak/Indrayanti, Drini, Baron,
Ngerenehan, Gesing dan Purwosari). Nilai ekonomi sumber daya masing-masing kawasan pesisir
sebagai berikut: (1) Kabupaten Kulon Progo (perikanan = Rp 519,817 miliar dan wisata = Rp 0,608 miliar
; total Rp 520,425 milyar) ; (2) Bantul (perikanan = Rp 121,455 milyar dan wisata = Rp 2,961 milyar :
total Rp. 124,416 milyar) ; (3) Gunungkidul (perikanan = Rp 63,957 milyar dan wisata = Rp 6,803 milyar
; total Rp 70,244 milyar). Total nilai ekonomi sumber daya kelautan di Pantai Selatan DIY mencapai
Rp 715,085 milyar. Komoditas unggulan sumber daya kelautan di Pesisir Kabupaten Kulon Progo dan
Bantul adalah udang vaname sedangkan di Gunungkidul adalah ikan tuna, cakalang, tongkol, marlin,
lemadang, layur, kakap, manyung dan lobster.

Kata Kunci: Potensi ekonomi; Sumber daya perikanan; Wisata pantai; Komoditas unggulan

101
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 101-120

PENGANTAR sumber daya kelautan di wilayah pesisir


Wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau DIY makin meningkat dan beragam seiring
kecil dijuluki sebagai daerah produktif dan dengan meningkatnya kebutuhan manusia
padat aktivitas karena memiliki sumber dan industri sehingga makin meningkatkan
daya kelautan yang beragam, potensial dan tekanan terhadap kelestarian ekosistem dan
bernilai ekonomis penting dengan kecepatan sumber daya. Hal yang memprihatinkan
eksploitasi yang semakin meningkat. Di­ adalah kecenderungan kerusakan sumber
katakan sebagai daerah produktif dan daya pesisir lebih disebabkan praktek-praktek
padat aktivitas karena pada kawasan ini eksploitasi yang tidak ramah lingkungan,
berkembang beragam aktivitas industri seperti penggunaan bahan beracun dalam
dan manusia yang pesat seperti: perikanan, penangkapan lobster (Sahubawa, dkk., 2009).
pariwisata, transportasi, pertanian, pertam­ Selain potensi sumber daya perikanan, juga
bangan dan lain-lain (OECD, 1998; 2003). terdapat kawasan wisata pantai/laut berbasis
Sumber daya kelautan dan perikanan kuliner ikani yang berkembang sangat pesat.
Indonesia diperkirakan bernilai US$ 136,5 Kawasan wisata pantai makin ber­
milyar yang mencakup: perikanan US$ 31,9 kembang seiring dengan dukungan sarana
milyar; wilayah pesisir lesstari US$ 56,0 dan prasana pokok dan penunjang serta
milyar; bioteknologi US$ 40,0 milyar; wisata aktivitas manusia dan industri di sektor
US$ 2,0 milyar dan migas US$ 6,6 milyar kelautan dan perikanan, transportasi, dan
(Pustek Kelautan UGM, 2005; Sahubawa sektor lainnya yang saling mendukung serta
dkk. 2009). kebutuhan manusia akan sarana rekreasi.
Guna meningkatkan nilai ekonomi Perkembangan industri pariwisata di Pantai
sumber daya kelautan secara berkelanjutan, Selatan Yogyakarta dalam kurun waktu 10
perlu dirumuskan strategi pengelolaan tahun terakhir meningkat drastis sehingga
secara tepat dengan mengintegrasikan setiap mengundang perhatian para investor
kepentingan dalam keseimbangan aspek untuk berinvestasi dalam skala kecil hingga
ekonomi, ekologis, sosial, antarsektor, dan besar, seperti terlihat di pantai Baron dan
segenap pelaku pembangunan. Penyu­ Indrayanti, Siung, Ngerenehan, Parantritis,
sunan strategi pemanfaatan sumber daya Depok, Pandansimo, Kuwaru, Glagah-
pesisir harus didasarkan pada analisis Karangwuni, dan Congot. Berdasarkan
isu-isu strategis dan permasalahan serta kondisi terkini potensi serta peluang peman­
karakteristik wilayah untuk mencapai faatan sumber daya kelautan di atas, maka
sasaran ekonomi, sosial, lingkungan, dan dirumuskan tujuan penelitian sebagai
mencegah konflik kepentingan. Diharapkan berikut: (1) mengidentifikasi dan inventarisasi
pemerintah serta dunia usaha berperan aktif sumber daya kelautan (perikanan dan
dalam memfasilitasi pemanfaatan sumber jasa lingkungan/wisata) bernilai ekonomi
daya kelautan yang berpotensi sebagai penting dan (2) kajian komoditas unggulan
komoditas andalan dan unggulan daerah. untuk tujuan investasi.
Wilayah pesisir Daerah Istimewa Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
Yogyakarta (DIY) memiliki sumber daya tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir,
kelautan bernilai ekonomi penting, seperti: Laut dan Pulau-Pulau Kecil menyebutkan
ikan pelagis besar (tuna, cakalang, marlin, bahwa pengelolaan wilayah pesisir, laut,
lamadang), udang, lobster, terumbu karang dan pulau-pulau adalah suatu rangkaian
dan jasa lingkungan (wisata), yang strategis kegiatan perencanaan, pemanfaatan, peng­
dalam perdagangan lokal, nasional, regional awasan, dan pengendalian sumber daya
dan internasional. Kecepatan pemanfaatan kelautan serta perikanan yang dilakukan

102
LATIF SAHUBAWA, NURUL KHAKIM DAN MUSROWATI LASINDRANG e KAJIAN SEBARAN
POTENSI EKONOMI SUMBER DAYA KELAUTAN DI PANTAI SELATAN DAERAH ...

antarsektor, antarpemerintah, dan antar­ ekspor makin meningkat dengan harga jual
disiplin ilmu untuk meningkatkan kesejah­ yang fantastik, yaitu mencapai Rp 135.000/
teraan masyarakat. Pemerintah dan stake­ kg pada akhir Tahun 2012 sampai awal 2013.
holders, termasuk Perguruan Tinggi Bahan utama yang dipakai dalam penen­
me­miliki tanggung jawab besar untuk tuan lokasi sampling adalah Peta Wilayah
menyusun rencana investasi pengelolaan Pesisir, Laut, dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi
dan pemanfaatan sumber daya kelautan DIY skala 1:450.000 (Dinas Kelautan dan
(perikanan dan jasa lingkungan/pariwisata) Perikanan DIY, 2010). Alat yang digunakan
yang dapat dipakai sebagai acuan oleh untuk pengambilan data dan informasi
pihak swasta dan masyarakat umum untuk adalah (1) daftar pertanyaan (kuesioner)
berinvestasi (Anonim. 2007). untuk pencatatan potensi dan nilai ekonomi
Provinsi DIY memiliki garis pantai sumber daya kelautan (perikanan dan jasa-
sepanjang 113 km, yang terbentang pada jasa lingkungan) serta wawancara dengan
3 (tiga) kabupaten yaitu Gunungkidul (71 orang/pihak terkait, (2) kamera digital
km), Bantul (17 km) dan Kulon Progo (25 untuk memotret dan merekam kondisi
km) serta wilayah perairan Laut Selatan perkembangan wisata pantai, (3) GPS untuk
DIY dan Samudera Hindia yang memiliki menentukan posisi lokasi pengamatan serta
potensi sumber daya perikanan serta jasa- (4) sejumlah peralatan penunjang lainnya.
jasa lingkungan (wisata pantai) yang sangat Metode pengambilan data/informasi. Metode
menarik dan bernilai ekonomis penting. yang digunakan untuk pengambilan data
Potensi lestari dan produksi hasil perikanan dan informasi potensi kelautan (perikanan
bernilai ekonomis penting (ikan pelagis besar dan jasa-jasa lingkungan) adalah ”metode
dan kecil dan lobster) di perairan Pesisir dan survey” yang mencakup pengamatan,
Laut Selatan DIY serta Samudera Hindia pencatatan dan wawancara menggunakan
cukup besar, tetapi tingkat eksploitasinya kuesioner dan kamera.
baru mencapai 28,04% (Dinas Perikanan dan
Kelautan Provinsi DIY, 2012). Metode analisis data.
Beragam jenis sumber daya kelautan a. Metode analisis komoditas kawasan
di kawasan Pesisir dan Laut Selatan DIY (Suparmoko dan Suparmoko, 2000).
memiliki spesifikasi komoditas unggulan Perhitungan nilai ekonomi sumber
dan andalan, antara lain: ikan tuna, cakalang, daya perikanan dan wisata pantai
marlin, lemadang, lobster, layur, kakap, Vi = Q x Rt
manyung, dan udang vaname serta kawasan
Keterangan
wisata pantai yang dapat dimanfaatkan
Vi : rente ekonomi ikan
sepanjang tahun (PUSTEK Kelautan UGM,
Q : produksi sumber daya perikanan/th
2003 ; Sahubawa dkk, 2009). Ikan tuna yang
Rt : unit rent sumber daya perikanan
didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai
b. Travel cost method dan biaya karcis
(PPP) Sadeng hampir sepanjang tahun dapat
masuk (Sahubawa, 2012). Pendekatan
mencapai 2.500 ton dengan harga jual yang
ini dipakai untuk menghitung besarnya
kompetitif antara Rp 25.000-30.000/kg,
biaya perjalanan serta karcis masuk
juga cakalang, tongkol, dan marlin. Lobster
pengunjung pada kawasan/ lokasi
dapat dieksploitasi di sepanjang perairan
wisata pantai.
Pantai Selatan DIY dengan harga jual yang
c. Willingess to pay (kesediaan membayar)
kompetitif (±Rp. 750.000 – 900.000/kg). Usaha
(Sahubawa, 2012). Pendekatan ini
budidaya udang vaname semakin pesat
dipakai untuk menghitung besarnya
karena permintaan pasar lokal, nasional, dan
biaya yang dikeluarkan oleh setiap

103
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 101-120

pengunjung selama beraktivitas di HASIL DAN PEMBAHASAN


lokasi wisata. Identifikasi dan Inventarisasi Potensi
d. Identifikasi komoditas potensial, Sumber daya Kelautan
unggulan dan andalan (SK. Dirjen
Bangda Depdagri No. 672/ 2413/ Kabupaten Kulon Progo
Bangda, 1998). Kawasan pantai Selatan Kabupaten
Kulon Progo yang teridentifikasi memiliki
Lokasi potensi sumber daya kelautan (perikanan
Lokasi Penelitian adalah kawasan Pantai dan jasa-jasa lingkungan) ekonomis penting
Selatan DIY sepanjang 113 km (Gambar 1). Di yaitu: Pantai Congot Barat, Pantai Congot
sepanjang pantai 113 km, dilakukan kajian Timur dan Kawasan Pelabuhan Perikanan
(identifikasi, inventarisasi, dan analisis Glagah-Karangwuni. Di Pantai Congot Barat,
ekonomi) sumber daya kelautan (perikanan berkembang pesat usaha budidaya udang
dan jasa-jasa lingkungan) yang memiliki vaname, Panta Congot Timur hanya terdapat
dampak ekonomik luas (multiflier effect). aktivitas penangkapan dan pendaratan ikan
Karakteristik dan spesifik lokasi/kawasan dalam skala terbatas serta usaha budidaya
berpotensi ekonomi tinggi yang dijadikan hortikultura (sayur dan buah), sedangkan
lokasi penelitian, yaitu kawasan pelabuhan di Pantai Glagah-Karangwuni berkembang
perikanan, tempat pendaratan ikan, dan aktivitas wisata perahu motor tempel, wisata
budidaya udang serta wisata (pantai/bahari, pemacingan, aktivitas penangkapan ikan
kuliner, dan permainan). dan lobster yang cukup pesat.

Gambar 1
Peta Administrasi Wilayah Pesisir/Pantai Daerah Istimewa Yogyakara

104
LATIF SAHUBAWA, NURUL KHAKIM DAN MUSROWATI LASINDRANG e KAJIAN SEBARAN
POTENSI EKONOMI SUMBER DAYA KELAUTAN DI PANTAI SELATAN DAERAH ...

Pantai Congot Barat Kajian Potensi Ekonomi Sumber Daya


Umumnya merupakan lahan gumukan Kelautan
pasir, lahan pasiran, dan sebagian kecil lahan Nilai ekonomi sumber daya perikanan
aluvial. Wilayah ini dikembangkan sebagai (budidaya udang vaname) di Pantai Congot
kawasan usaha budidaya vaname dengan Bagian Barat mencapai Rp18,900 milyar,
teknologi biocreate dan asbes skala intensif sedangkan di Pantai Congot Bagian Timur
dan superintensif. Usaha budidaya udang hanya sebesar Rp0,352 milyar (Tempat Pen­
vaname masih sangat terbatas sampai akhir daratan Ikan), serta jasa-jasa lingkungan
tahun 2011, hanya dikembangkan oleh CV. (wisata pantai/bahari) Rp0,082 milyar
Bina Mina Lestari dengan produksi yang dengan jumlah kunjungan wisatawan se­
terbatas, juga oleh penduduk sekitar pada banyak 5.400 orang/tahun (Total Nilai
skala ekstensif. Sejak Tahun 2013 mulai Ekonomi = Rp19,307 milyar) (Tabel 1).
terjadi peningkatan permintaan udang
vaname di pasar internasional, di mana
kondisi ini berimbas terhadap pelaku usaha
tambak udang vaname di Pantai Selatan DIY.
Dampak ini memberikan rangsangan kepada
kelompok-kelompok pembudidaya untuk
merevitalisasi kolam-kolam tradisional serta
membangun yang baru dengan teknologi
budidaya intensif dan superintensif. Udang
vaname yang diproduksi dengan teknologi
a
intensif dan superintensif memiliki kualitas
yang sangat baik sebagai udang organik
dengan harga kompetitif/tinggi yang
mencapai Rp135.000/kg (Gambar 2).

Pantai Congot Sebelah Timur


Umumnya terdiri dari lahan pasiran
pasiran serta sebagian lahan aluvial untuk
tanaman hortikultura (cabai dan tomat) serta
kelapa. Pada lokasi ini belum dikembangkan
b
usaha perikanan (budidaya udang atau ikan)
tetapi hanya untuk Tempat Pendaratan Ikan
(TPI) dengan aktivitas penangkapan yang
sangat terbatas dibandingkan lokasi TPI
lainnya di pantai Selatan DIY (Gambar 3).

Pantai Glagah-Karangwuni
Memiliki multi fungsi, yaitu (1) tempat
penangkapan serta pendaratan ikan dan
lobster, (2) wisata perahu motor tempel, (3)
c
wisata pantai/bahari, (4) wisata pemancingan
Gambar 2
serta (5) tempat labuh dan bongkar-muat Tambak Udang Ekstensif (a) Tambak Intensif
kapal ikan (Gambar 4). dan Superintensif (CV. Bina Mina Lestari) (b),
udang vaname (c) di Pantai Congot Barat
(Data Sekunder: 14 Juni 2013)

105
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 101-120

Di Kawasan Pelabuhan Perikanan


Glagah-Karangwuni, nilai ekonomi sumber
daya perikanan (ikan pelagis serta demersal)
dari penangkapan ikan dengan perahu motor
tempel (PMT) dan penangkapan ikan dengan
Kapal Motor sebesar Rp 500,562 milyar. Nilai
ekonomi dari wisata pantai hanya sebesar
Rp0,526 milyar dengan jumlah kunjungan
sebanyak 16.200 orang/tahun (Total Nilai
Ekonomi = Rp 520,426 milyar) (Tabel 1).

Gambar 4
TPI (a), perahu wisata pantai (b), kolam labuh
dan bongkar-muat kapal motor ikan (c) di
kawasan pelabuhan Glagah-Karangwuni
(Data Primer: 14 Juni 2013)

c
Gambar 3
Lahan pertanian hortikultura (a), kebun kelapa
(b), dan tempat pendaratan ikan di Pantai
Congot Timur
(Data Primer, 14 Juni 2013)

106
LATIF SAHUBAWA, NURUL KHAKIM DAN MUSROWATI LASINDRANG e KAJIAN SEBARAN
POTENSI EKONOMI SUMBER DAYA KELAUTAN DI PANTAI SELATAN DAERAH ...

Tabel 1
Potensi Ekonomi Sumber Daya Kelautan Pantai Selatan Kabupaten Kulon Progo
Nilai Ekonomi Nilai Ekonomi
Total Nilai
No Lokasi Sumber daya Jasa-Jasa Ket.
Ekonomi
Perikanan1)
Lingkungan 2)

(Rp. milyar)
1 Pantai Congot Barat 19,255 0,082 19,337 :ikan, udang, lobster.
1)

dan Timur :wisata pantai, kuliner


2)

2 Pantai Glagah- 500,562 0,526 501,088


Karangwuni
519,817 0,608 520,425

Kajian Potensi Sumber Daya Potensial, Komoditas kelautan potensial adalah


Andalan, dan Unggulan produk perikanan dan atau jasa lingkungan
Berdasarkan hasil analisis potensi yang secara kuantitas terdapat dalam jumlah
dan pengelolaan (pemanfaatan dan besar, tetapi belum dimanfaatkan secara
pengembangan) sumber daya kelautan optimal oleh masyarakat pada skala ekonomi
di Kabupaten Kulon Progo, maka yang karena keterbatasan penguasaan ipteks dan
tergolong ”kelompok sumber daya sarana-prasarana penunjang. Komoditas
potensial” di Kabupaten Kulon Progo potensial hanya dimanfaatkan secara terbatas
adalah ikan pelagis besar (tuna, baby tuna, untuk memenuhi kebutuhan individu atau
cakalang, marlin, dan lemadang) karena kelompok kecil tanpa sentuhan inovasi.
belum mampu dieksploitasi oleh nelayan Komoditas andalan telah dimanfaatkan
akibat keterbatasan kapasiatas armada dan pada skala usaha mikro-kecil-menengah,
alat tangkap, tetapi secara potensi terdapat serta telah dipasarkan di pasar lokal dan
dalam jumlah besar. Selain sumber daya nasional secara luas, tetapi belum menembus
ikan pelagis besar, potensi pariwisata pantai pasar eskpor (regional dan internasional)
belum dikelola secara profesional (terutama (Depkimpraswil, 2003; Sahubawa, 2012).
aspek pelayanan serta penyediaan fasilitas Komoditas unggulan adalah produk
penunjang) untuk menarik pengunjung perikanan dan atau jasa lingkungan yang
domestik. secara potensial terdapat dalam jumlah
Sumber daya kelautan yang tergolong besar, berkualitas tinggi, bernilai komersial
“kelompok andalan” adalah ikan pelagis dan dengan permintaan konsumen tinggi, dan
demersal kecil (layur dan kakap) serta lobster. telah dimanfaatkan secara optimal dengan
Ketiga jenis sumber daya ini cukup potensial teknologi tepat guna (skala intensif dan
serta telah dieksploitasi secara berkelanjutan superintensif) serta dukungan sarana-
tetapi belum menembus pasar regional dan prasaran yang memadai.
ekspor, hanya untuk kebutuhan konsumen/ Komoditas unggulan adalah produk
industri lokal dan nasional. Sumber daya andalan yang paling menguntungkan untuk
yang tergolong ”kelompok unggulan” adalah diusahakan atau dikembangkan pada suatu
udang vaname karena telah diproduksi daerah (Depkimpraswil, 2003). Menurut
dalam jumlah besar dengan teknologi intensif Saragih (2001), komoditas unggulan adalah
dan superintensif dan dipasarkan untuk pro­duk agribisnis yang dihasilkan dalam
kebutuhan konsumen/industri dalam dan jum­lah besar untuk dipakai oleh konsumen/
luar negeri dengan harga kompetitif. Sampai in­dustri suatu daerah sehingga kelebihan ter­
pertengahan Tahun 2014, harga udang sebut dapat dijual ke luar wilayah (nasional,
vaname dari Pantai Selatan DIY stabil pada regional, dan internasional). Adapun kriteria
kisaran Rp 60.000 sampai 90.000/kg. komoditas unggulan sesuai Surat Keputusan

107
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 101-120

Dirjen Bangda No. 671/2413/ Bangda Tahun adalah sejak tahun 2010, sebagian besar petani
1998 sebagai berikut: (1) memiliki kan­dungan mulai mengalihfungsikan lahan pertaniannya
teknologi yang cukup menonjol dan inovatif menjadi usaha tambak udang skala kecil
dalam skala usaha mikro, kecil, me­nengah menggunakan teknologi intensif dengan
dan besar, (2) memiliki jangkauan pe­masaran pendampingan tenaga-tenaga praktisi.
yang luas (lokal, nasional, ekspor); (3) me­ Melihat prospek pengembangan usaha
miliki ciri khas komoditas daerah dan me­ budidaya udang vaname yang makin cerah,
libatkan banyak tenaga kerja lokal, (4) me­­­ maka pada tahun 2011 mulai dibentuk
miliki kandungan bahan baku lokal yang kelompok-kelompok usaha bersama (KUB)
ter­jamin (dapat dibudidayakan), dan (5) pe­ pembudidaya untuk memanfaatkan lahan
man­faatannya secara lestari dan dipakai un­ pertanian ±4,0 ha menjadi kawasan budidaya
tuk promosi potensi ekonomi lokal. udang. Kelompok-kelompok pembudidaya
mem­bangun petakan-petakan berukuran
Kabupaten Bantul 1.000m2–1600m2 yang di­kembangkan
Identifikasi dan Inventarisasi Potensi dengan teknologi intensif sehingga mampu
Sumber Daya Kelautan mem­produksi 6–7 ton/kolam/musim panen
Kawasan pesisir Pantai Selatan Kabu­ (Gam­bar 5). Selain lahan gumuk pasir, juga
paten Bantul yang teridentifikasi memiliki ter­sedia lahan pertanian ±15 ha (Gambar 5),
sumber daya perikanan dan jasa-jasa ling­ yang direncanakan dikonversi menjadi lahan
kungan bernilai ekonomis penting, yaitu (1) budidaya udang vaname. Keputusan ini
Pantai Pandansimo, (2) Kuwaru, (3) Depok, didasarkan pada pertimbangan “besarnya
dan (4) Parangtritis. Jenis usaha kelautan yang keuntungan” usaha budidaya udang di­
me­nonjol, yaitu (1) usaha budidaya udang bandingkan dengan usaha pertanian (±15
vaname skala intensif dan superintensif di kali lipat).
Pantai Pandansimo, Kuwaru dan Depok,
(2) usaha penangkapan ikan dan lobster Pantai Kuwaru
de­ngan PMT di Pantai Depok, (3) wisata sejak tahun 90-an dikenal sebagai
pantai di Pantai Depok dan Parangtritis serta kawasan pengembangan usaha budidaya
(4) wisata kuliner di Pantai Kuwaru, Depok, udang vaname skala intensif oleh perusahaan
dan Parangtritis yang sudah berkembang swasta nasional PT. Indokor Bangun Desa.
pesat. Sampai tahun 2013, PT. IBD menambah 12
kolam ukuran 3600 m2, 4 kolam berukuran
Pantai Pandansimo 1800 m2, dan 8 kolam kecil ukuran 200 m2.
Pada mulanya dijadikan sebagai Tempat Kapasitas produksi tambak ukuran 3600 m2
Pen­daratan Ikan (TPI), tetapi mengalami berkisar 5,5–7,0 ton/musim panen, kolam
abrasi secara besar-besaran sehingga sejak ukuran 1800 m2 sebesar 5,0–6,5 ton dan
tahun 2000-an tidak difungsikan lagi. Mes­ ukuran 200 m2 sebesar 0,25 ton.
kipun demikian, melalui kerja keras dan ini­ Konstruksi tambak udang di PT. IBD
siatif kelompok nelayan dan petani serta meng­gunakan teknologi biocrete (beton
dengan melihat perkembangan usaha budi­ ber­struktur kayu/bambo dengan lapisan
daya udang di PT. Indokor Bangun Desa plastik) (Gambar 6). Tambak udang di Pantai
yang berkembang sangat baik, maka mulai di­ Pandansimo, Kuwaru, dan Congot umumnya
bentuk kelompok-kelompok budidaya udang menggunakan konstruksi dinding asbes yang
untuk menggarap lahan gumukan pasir dan dilapisi plastik (Gambar 6). Udang vaname
lahan pertanian nonproduktif seluas ±2,5 ha yang diproduksi bermutu sangat baik yang
(muara sungai). Hal yang sangat menarik memenuhi standar ekspor (untuk industri
dalam dan luar negeri) (Gambar 7).
108
LATIF SAHUBAWA, NURUL KHAKIM DAN MUSROWATI LASINDRANG e KAJIAN SEBARAN
POTENSI EKONOMI SUMBER DAYA KELAUTAN DI PANTAI SELATAN DAERAH ...

Pantai Depok (Rp23,850 milyar) dan Parantritis (Rp1,989


Pantai Depok memiliki lahan gumukan milyar). Nilai ekonomi sumber daya perikanan
pasir yang terluas di sepanjang Pantai Selatan (ikan, lobster dan udang) di Pantai Selatan
Provinsi DIY (di sebelah Timur sampai Kabupaten Bantul mencapai Rp121,455 milyar
perbatasan Pantai Parantritis dan sebelah Barat dan jasa-jasa lingkungan sebesar Rp2,961
sampai berbatasan Pantai Samas) (Gambar milyar (Total Nilai Ekonomi Rp124,416
8). Lahan gumukan pasir tersebut belum milyar). Secara riil, total nilai ekonomi sumber
dimanfaatkan secara optimal untuk usaha- daya perikanan dan jasa-jasa lingkungan
usaha perikanan (terutama usaha budidaya Pantai Bantul lebih besar dibandingkan Kulon
udang), padahal memiliki potensi ekonomi Progo dan Gunungkidul. Sebaliknya, jika
yang sangat besar. Selain memiliki sumber pelabuhan perikanan Glagah-Karangwuni
daya lahan untuk usaha budidaya udang sudah beroperasi, maka diprediksi nilai
vaname, juga memiliki kawasan wisata pantai ekonomi sumber daya perikanan (terutama
dan kuliner, ditunjang dengan pasar ikan segar dari hasil tangkapan ikan pelagis besar: tuna,
higienis, serta pabrik es untuk menunujang cakalang, marlin, tongkol, lemadang dan
usaha pemasaran ikan segar dan kuliner di jenis lainnya serta industri pengolahan hasil
sekitarnya (Gambar 9). Kawasan ini memiliki perikanan) dan jasa-jasa lingkungan akan
multifungsi sehingga memberikan dampak jauh lebih besar dibandingkan Kabupaten
ekonomi yang luas (multiflier effect) kepada Bantul dan Gunungkidul.
ekonomi masyarakat sekitarnya. Kawasan Pada kurun waktu 7 tahun terakhir
ini telah ditetapkan oleh Pemerintah DIY dan (2005 – 2012), harga jual udang vaname dari
Kabupaten Bantul sebagai kawasan industri pertambakan Pantai Selatan DIY (Pantai
perikanan dan wisata kuliner (Anonim, 2012). Congot, Kuwaru, Pandansimo, Samas dan
Depok), stabil pada kisaran Rp 60.000 –
Pantai Parantritis 90.000/kg. Seiring dengan peningkatan
Salah satu kawasan wisata pantai yang permintaan udang di pasar internasional
luas dan sangat ramai pengunjung diban­ serta kehancuran industri udang di beberapa
dingkan tempat wisata lainnya di Kabuaten negara Amerika Latin, ternyata berdampak
Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul positif pada peningkatan harga udang dunia
(kecuali Pantai Baron dan Indrayanti). Jenis secara dramatis. Harga udang vaname
kegiatan ekonomi kelautan yang berkembang dari Pantai Selatan DIY meningkat dari
cukup pesat adalah: (1) keindahan alam ±Rp80.000/kg pada awal tahun 2012 menjadi
pantai, (2) tempat permainan anak-anak, Rp135.000/kg selama akhir Tahun 2013 dan
(3) poli pantai, (4) moda wisata transportasi awal 2014 serta stabil pada harga ±Rp80.000/
andon, (5) wisata rally mobil dan sepeda kg hingga akhir Tahun 2014.
motor mini, (6) wisata speed boat terbang Dari data di atas, diketahui bahwa nilai
layang serta (7) kuliner dan pasar sandang- ekonomi sumber daya perikanan terbesar
pangan khas Yogyakarta (Gambar 10). diperoleh sari kawasan Pantai Depok
(Rp58,005 milyar), disusul Pantai Kuwaru
Kajian Potensi Ekonomi Sumber Daya dan Pandansimo (Tabel 2). Besarnya nilai
Kelautan ekonomi sumber daya kelautan pada ke-3
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa lokasi tersebut karena makin berkembang
nilai ekonomi sumber daya perikanan dan usaha-usaha budidaya udang vaname skala
jasa-jasa lingkungan di Pantai Depok sangat intensif dan super intensif dengan produksi
besar (Rp58,725 milyar) dibandingkan Pantai cukup tinggi dan harga jual yang kompetitif,
Kuwaru (Rp 39,852 milyar), Pandansimo dibarengi dengan kunjungan wisata pantai

109
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 101-120

berbasis kuliner yang makin ramai. Nilai dimanfaatkan secara optimal oleh
ekonomi kawasan wisata Pantai Parantritis masyarakat dengan teknologi lokal,
mencapai Rp 1,989 milyar karena kawasan tetapi belum dapat dikembangkan
ini sudah dikenal luas oleh masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan pasar
serta didukung sarana-prasara penunjang global (mancanegara). Untuk mengem­
(penginapan, warung makan kuliner, warung bangkan potensi ekonomi tersebut, di­
sandang khas yogyakarta, kamar mandi dan perlukan sentuhan inovasi dan penge­
WC umum) yang cukup baik/bersih. Jumlah lolaan secara profesional.
pengunjung yang tercatat sampai akhir tahun c. Kelompok Sumber daya Unggulan
2013 mencapai 46.800 orang/tahun. yaitu: komoditas udang vaname sebagai
produk organik dengan mutu sangat
Kajian Sumber Daya Potensial, baik, dan telah dikebangkan dengan
Andalan, dan Unggulan teknologi intensif dan superintensif
Berdasarkan analisis potensi fisik, nilai untuk memenuhi kebutuhan bahan
ekonomi, serta pangsa pasar dari sumber baku industri lokal, nasional, regional
daya perikanan dan jasa-jasa lingkungan, di­ dan internasional. Dengan teknologi
simpulkan bahwa pengelompokkan sumber biocreate (konstruksi beton bertulang
daya di Pantai Selatan Kabupaten Bantul kayu/bambo) dan ”konstruksi asbes”
sebagai berikut. (teknologi lokal yang dikembangkan
a. Kelompok Sumber daya Potensial, yaitu putra daerah), ternyata produksi udang
ikan pelagis besar (tuna, cakalang, marlin, vaname sangat tinggi dan produknya
lemadang, dan sejenisnya) arti­nya potensi diminati oleh konsumen mancanegara.
sumber daya ini sangat melimpah di Laut
Selatan DIY dan Samudera Hindia Selatan
DIY tetapi belum dieksploitasi oleh
nelayan akibat keterbatasan sarana dan
prasarana operasional pokok, pendukung
dan penunjang (pelabuhan perikanan,
kapal motor ikan kapasitas besar serta
jumlah dan kualitas (keterampilan
dan pendidikan) SDM yang terbatas.
Dikatakan Suwarman (2012), sumber a
daya ikan pelagis besar di Laut Selatan
DIY dan Samudra Hindia sangat besar,
tetapi belum dimanfaatkan secara optimal
karena keterbatasan sarana-pra­sarana
pendukung (pelabuhan, kapal, dan alat
tangkap), terbatasnya pengetahuan
dan keterampilan nelayan serta budaya
masyarakat.
b. Kelompok Sumber daya Andalan,
yaitu ikan pelagis dan demersal kecil
b
serta wisata (pantai/bahari, kuliner, Gambar 5
serta atraksi/permainan), artinya Usaha budidaya udang vannamae skala intensif
potensi sumber daya ini terdapat dalam dan superintensif (a), serta calon lahan konversi
jumlah besar, telah dieksploitasi, dan (b) di Pantai Pandansimo
(Dokumentasi: 15 Juni 2013)

110
LATIF SAHUBAWA, NURUL KHAKIM DAN MUSROWATI LASINDRANG e KAJIAN SEBARAN
POTENSI EKONOMI SUMBER DAYA KELAUTAN DI PANTAI SELATAN DAERAH ...

a a

b b
Gambar 6 Gambar 8
Konstruksi tambak udang dengan teknologi biocreate Lahan gumukan pasir di sebelah Timur TPI Pantai
(PT. Indokor Bangun Desa) (a), dan tambak asbes Depok (a), dan sebelah Barat, (b) untuk budidaya
(KUB) (b) (Dokumentasi: 15 Juni 2013) udang vaname (Data Primer: 22 Juni 2013)

a a

b b
Gambar 7
Udang vaname hasil panen dari PT. Indokor
Bangun Desa (a), dan KUB Pantai Kuwaru dan
Pandansimo (b) (Dokumentasi: 15 Juni 2013)

111
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 101-120

b
c
Gambar 9
Wisata pantai (b), areal parkir kendaraan yang
luas, serta pabrik es di Pantai Depok
(Data Primer: 22 Juni 2013)

c
Gambar 10
Wisata keindahan laut (a), (b) andong/kuda
wisata, (c) permainan motor balapan mini di
Pantai Parantritis (Data Primer: 22 Juni 2013)
a
Tabel 2
Potensi Ekonomi Sumber Daya Kelautan
(perikanan dan jasa lingkungan) Pantai Selatan Kabupaten Bantul, DIY
Nilai Ekonomi Nilai Ekonomi
Total Nilai
No Lokasi Sumber daya Jasa-Jasa Ket.
Ekonomi
Perikanan1) Lingkungan2)
(Rp. milyar)
1 Pantai Pandansimo 23,850 0,0 23,850 1)
: ikan, udang, dan lobster
2 Pantai Kuwaru 39,600 0,252 39,852
3 Pantai Depok 58,005 0,720 58,725 : wisata pantai, bermain,
2)

4 Pantai Parantritis 0,0 1,989 1,989 dan kuliner


121,455 2,961 124,416

Kabupaten Gunungkidul Ngrenehan, (8) Gesing dan (9) Purwosari.


Identifikasi dan Inventarisasi Potensi Jenis kegiatan ekonomi yang menonjol yaitu:
Sumber Daya Kelautan (1) usaha penangkapan ikan pelagis besar
Kawasan pesisir/pantai Selatan dengan kapal motor, (2) penangkapan ikan
Kabupaten Gunungkidul yang teridentifikasi pelagis dan demersal kecil serta lobster
memiliki potensi sumber daya kelautan dengan perahu motor tempel dan (3) usaha
bernilai ekonomis penting, yaitu (1) Pantai pemanenan rumputlaut alami. Selain itu
Sadeng (kawasan pelabuhan perikanan), juga berkembang pesat jasa-jasa lingkungan
(2) Nampu/Wediombo, (3) Siung, (4) (wisata pantai dan kuliner), terutama di
Sundak/Indrayanti, (5) Drini, (6) Baron, (7) Pantai Baron, Indrayanti, Siung, Drini dan
Gesing .

112
LATIF SAHUBAWA, NURUL KHAKIM DAN MUSROWATI LASINDRANG e KAJIAN SEBARAN
POTENSI EKONOMI SUMBER DAYA KELAUTAN DI PANTAI SELATAN DAERAH ...

Pantai Sadeng konservasi (Dinas Kelautan dan Perikanan


Pelabuhan perikanan diperuntukkan Gunungkidul, 2012). Kawasan ini belum
sebagai pusat kegiatan penangkapan ikan dimanfaatkan secara optimal oleh penduduk
pelagis besar dengan armada perikanan sekitarnya untuk usaha-usaha perikanan
tangkap kapal motor kapasitas 10 - 30 tangkap, termasuk jasa lingkungan (kawasan
GT, juga penangkapan ikan pelagis kecil wisata pantai/bahari) yang sangat menarik
dan lobster dengan perahu motor tempel dibandingkan kawasan pantai lainnya di
(Gambar 13a). Kapal motor dengan alat Gunungkidul. Kondisi ini memberikan
tangkap hand-line dan purse-seine difokuskan peluang besar untuk di­usahakan sebagai
untuk penangkapan ikan pelagis besar sumber-sumber ekonomi produktif daerah
(tuna, baby tuna, cakalang, tongkol, marlin yang berkontribusi besar terhadap penyediaan
dan lemadang) di perairan Laut Samudera lapangan kerja, pe­ningkatan pendapatan
Hindia, Selatan DIY. Selain itu, pantai penduduk, PAD serta pengembangan wilayah
sadeng juga diperuntukkan sebagai kawasan sekitarnya (hinterland).
wisata mancing dan keindahan pantai,
meskipun tidak seramai pantai lainnya Pantai Siung
karena keterbatasan akses (jauh dari pusat Potensi ekonomi di bidang perikanan
Kota Wonosari dan Yogyakarta). tangkap serta wisata pantai/bahari dan
Komoditas perikanan unggulan yang kuliner. Aktivitas perikanan tangkap dan
diusahakan adalah ikan pelagis besar, wisata di kawasan ini berkembang cukup
terutama tuna dengan harga ± Rp30.000/kg pesat meskipun aksesnya cukup jauh dari
(mutu 1) (Gambar 10). Meskipun letaknya pusat Kota Wonosari dan Yogyakarta,
sangat jauh dari pusat kota Wonosari, tetapi serta didukung dengan sarana-prasarana
aktivitas penangkapan ikan cukup intensif penunjang dalam memenuhi kebutuhan
dengan produksi mencapai ± 1.500 ton/ pengunjung (areal parkir kendaraan yang
tahun. Dengan aktivitas penangkapan ikan cukup luas, warung makan dan kuliner yang
yang cukup intensif, akhirnya pelabuhan bersih, kamar mandi dan WC umum yang
perikanan Pantai Sadeng ditetapkan dan bersih serta warung kelontong).
dikembangkan sebagai Kawasan Inti Kegiatan penangkapan ikan pelagis
Minapolitan Perikanan Tangkap Kabupaten dan demersal kecil serta lobster berlangsung
Kunungkidul (Dinas Kelautan dan Perikanan cukup intensif, serta cukup banyak kun­
Gunungkidul, 2012). Kawasan pelabuhan jungan wisatawan untuk menikmati indah­
perikanan memberikan sumbangan sangat nya pantai serta citarasa kuliner. Usaha per­
besar (± 95%) terhadap total produksi ikanan tangkap ditujukan untuk memenuhi
perikanan DIY. kebutuhan warung makan dan kuliner di
Berdasarkan survey identifikasi dan kawasan ini, serta kebutuhan penduduk
inventarisasi potensi, Pantai Nampu/Wedi­ sekitarnya, termasuk pemasaran di Kota
ombo memiliki sumber daya perikanan serta Wono­sari, Yogyakarta, dan Surabaya.
jasa-jasa lingkungan yang cukup potensial. Beberapa kegiatan bermain yang cukup
Pantai Wediombo potensial sebagai tempat menarik di kawasan wisata ini adalah: poli
penangkapan dan pendaratan ikan serta pantai, bola pantai, wisata perbukitan pantai
produksi rumput laut alami (Gambar 11) dan permandian pantai (Gambar 12).
karena memiliki kawasan perairan laut yang
cukup tenang (terlindung dari hempasan Pantai Sundak/Indrayanti
ombak dan gelobang) dengan pemandangan Salah satu kawasan wisata yang sangat
pantai/laut yang indah serta sebagai kawasan menarik minat pengunjung karena dikelola

113
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 101-120

secara profesional oleh in­vestor lokal. Kawasan Pantai Ngrenehan


ini ditata secara baik dengan berbagai sarana- Salah satu sentra perikanan tangkap ikan
prasarana penunjang, seperti: kedai kopi, dan lobster. Pantai ini, juga cukup banyak
warung kuliner, tempat bermain, tempat dikunjungi oleh wisatawan domestik setiap
santai dan di­lengkapi dengan penginapan tahun karena memiliki pemandangan pantai
yang cukup nyaman (Gambar 13). Di kawasan dan laut yang indah dan menarik, dilengkapi
ini tidak ber­kem­bang kegiatan perikanan dengan sarana-prasarana kuliner yang
tangkap dibandingkan pantai lainnya, tetapi memadai dan bersih (Gambar 16). Akses
cukup ramai pengunjung karena dilengkapi Pantai Ngerenehan cukup jauh dari jalan
dengan sarana-prasarana penunjang wisata arteri dan pusat Kota Wonosari sehingga
serta suasanan yang sangat nyaman. kunjungan wisatawan tidak seramai di
Pantai Baron, Indrayani, Parantritis, dan
Pantai Drini Depok, meskipun akses jalan menuju lokasi
Salah satu kawasan yang lebih fokus ini cukup baik.
pada kegiatan perikanan tangkap di­ban­ Kegiatan ekonomik kelautan yang
dingkan kegiatan wisata. Kegiatan perikanan cukup berkembang di Pantai Gesing adalah
tangkap yang menonjol adalah penangkapan penangkapan ikan dan lobster, serta wisata
lobster dengan alat tangkap krendet diban­ pantai/bahari, mancing, dan kuliner (Gambar
dingkan dengan pantai-pantai lainnya di 17). Akses ke Pantai Gesing masih terkendala
Selatan DIY, diikuti kegiatan penangkapan karena lokasinya cukup jauh dari Pusat Kota
ikan pelagis dan demersal kecil dengan PMT Wonosari dan Yogyakarta sehingga tidak
(Gambar 14). Kegiatan wisata pantai dan diketahui oleh banyak pengunjung, jauh dari
kuliner juga cukup ramai tetapi tidak seramai jalan utama/arteri serta jalan menuju lokai
Pantai Baron, Indrayanti, Parangtritis dan pantai kurang baik dan sempit. Pantai Gesing
Depok. juga belum dikenal luas oleh masyarakat
karena kurang disosialisasikan oleh dinas/
Pantai Baron instansi terkait.
Salah satu kawasan wisata pantai yang
sangat ramai pengunjung dibandingkan pan­ Pantai Purwosari
tai wisata lainnya di Selatan DIY. Kawasan Salah satu lokasi pantai yang cukup
ini sangat luas dan ramai pengunjung­ menarik untuk kegiatan wisata pantai/bahari,
nya, dengan beragam kegiatan dan paket tetapi kurang dikenal oleh masyarakat luas,
wisata seperti: kuliner, permandian, perahu terutama di Yogyakarta. Beberapa kendala
keliling, bola dan poli pantai, serta beragam utama adalah akses jalan menuju lokasi yang
permainan lainnya. Selain kegiatan wisata, kurang baik, cukup jauh dari jalan utama dan
juga berkembang kegiatan perikanan tang­ pusat Kota Wonosari dan Yogyakarta. Pantai
kap (ikan dan lobster). Pada saat hari-hari Purwosari memiliki aktivitas penangkapan
libur besar, Pantai Baron penuh sesak dengan ikan dan lobster meskipun tidak seramai
wisatawan domestik, baik yang datang pantai lainnya di Kabupaten Gunungkidul.
dari Yogyakarta maupun daerah-daerah
sekitarnya (Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kajian Potensi Ekonomik Sumber daya
Jawa Barat). Selain kegiatan wisata tersebut, Kelautan
berkembang juga wisata kuliner khas yaitu Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa
udang krispi dan udang goreng tepung, serta nilai ekonomi sumber daya perikanan dan
produk kreatif kulit kerang dengan harga jasa-jasa lingkungan terbesar ditemui di
yang sangat menarik (Gambar 15). Pantai Sadeng (Rp 43,510 milyar), disusul

114
LATIF SAHUBAWA, NURUL KHAKIM DAN MUSROWATI LASINDRANG e KAJIAN SEBARAN
POTENSI EKONOMI SUMBER DAYA KELAUTAN DI PANTAI SELATAN DAERAH ...

Pantai Baron, Drini, Ngrenehan, dan pantai- sumber daya di Pantai Selatan Gunungkidul
pantai lainnya. Nilai ekonomi sumber dapat dikelompokkan sebagai berikut.
daya perikanan (ikan dan lobster) terbesar
dihasilkan di Pantai Sadeng, disusul Pantai a. Kelompok Sumber daya Potensial yaitu:
Baron, Drini, Ngrenehan dan Gesing. Nilai rumput laut alami, artinya potensi
ekonomi jasa-jasa lingkungan (wisata pantai, sum­ber daya ini cukup melimpah di
bahari, laut, kuliner, pancing, dan lainnya) sepanjang Pantai Gunungkidul tetapi
yang terbesar dihasilkan di Pantai Baron belum dimanfaatkan secara opti­mal
dengan jumlah kunjungan wisatan 54.000 sebagai bahan baku industri kare­na
orang, disusul Pantai Indrayanti 21.600 rendahnya keterampilan dan penge­
orang, Ngrenehan 12.600 orang, Siung 9.720 tahuan nelayan/masyarakat setem­pat.
orang dan pantai lainnya. Total nilai ekonomi b. Kelompok Sumber daya Andalan yaitu:
sumber daya perikanan (ikan dan lobster) wisata kuliner, wisata pantai, per­main­
di Pantai Selatan Gunungkidul sebesar an/atraksi, dan jenis-jenis lainnya),
Rp63,957 milyar dan jasa-jasa lingkungan artinya sumber daya ini berpeluang
sebesar Rp 6,803 milyar (total keseluruhan dimanfaatkan secara ekonomis serta
mencapai Rp70,244 milyar). Nilai ekonomi telah dieksploitasi dan dimanfaatkan
sumber daya perikanan cukup besar karena oleh masyarakat dengan teknologi
terdapat kegiatan perikanan tangkap ikan lokal, tetapi belum dapat dikelola
pelagis besar ekonomis penting di Pelabuhan secara profesional untuk memenuhi
Perikanan Pantai Sadeng. Hal yang sama juga ke­butuhan wisatawan mancanegara.
terjadi di Bantul dan Kulon Progo dengan Untuk mengembangkan potensi eko­
usaha-usaha budidaya udang vaname skala nomi tersebut, dibutuhkan inovasi
intensif dan superintensif. dan sentuhan manajemen profesional
Secara riil, total nilai ekonomi sumber dengan kualitas pelayanan yang prima
daya perikanan dan jasa-jasa lingkungan dari berbagai pihak terkait (pemerintah
di Pantai Selatan Gunungkidul lebih kecil dan dunai usaha).
dibandingkan Bantul dan Kulon Progo. c. Kelompok Sumber daya Andalan Ber­
Meskipun demikian, nilai ekonomi jasa-jasa potensi Unggulan yaitu: produk kreatif
lingkungan, lebih besar dibandingkan Pantai kulit kerang dalam beragam bentuk/
Bantul dan Kulon Progo. Hal ini bisa terjadi model serta wisata pantai karena mulai
karena kawasan wisata pantai Gunungkidul diminati wisatawan mancanegara.
terdapat dalam jumlah cukup banyak, lebih d. Kelompok Sumber daya Unggulan
menarik dan dikelola secara profesional oleh yaitu: ikan pelagis besar (tuna, cakalang,
pihak-pihak terkait, termasuk pihak swasta marlin, tongkol, lemadang, dan sejenis­
(Pantai Indrayanti). nya), lobster, serta ikan pelagis dan
demersal kecil (layur, kakap, bawal,
Kajian Sumber Daya Potensial, manyung dan sejensinya), karena telah
Andalan, dan Unggulan dieksploitasi dalam jumlah besar de­
Berdasarkan analisis potensi fisik, ngan teknologi semi moderen guna
ekonomi, jaringan pemasaran serta pangsa memenuhi kebutuhan bahan baku
pasar produk sumber daya perikanan dan industri/konsumen lokal, nasional,
jasa-jasa lingkungan, disimpulkan bahwa regional dan internasional.

115
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 101-120

a a

b b
Gambar 10 Gambar 12
Armada Perikanan Tangkap (KM) (a) dan Hasil Perahu Motor Tempel Penangkapan Ikan dan
Tangkapan (ikan tuna) di Pelabuhan Perikanan Lobster (a) serta Wisata Permainan Bola Pantai
Pantai Sadeng di TPI Pantai Siung
(Data Primer: 2 Agustus 2013)

a
a

b
Gambar 11
Kawasan Wisata Pantai/Laut yang Indah (a)
b
serta (b) Potensi Rumputlaut Alami yang Cukup
Melimpah di Pantai Nampu/Wediomo
(Data Primer: 2 Agustus 2013)

116
LATIF SAHUBAWA, NURUL KHAKIM DAN MUSROWATI LASINDRANG e KAJIAN SEBARAN
POTENSI EKONOMI SUMBER DAYA KELAUTAN DI PANTAI SELATAN DAERAH ...

c a
Gambar 13
Aktivitas, Sarana-Prasaran Penunjang, dan
Keramaian Wisata di Pantai Indrayanti/Sundak
(Data Primer: 2 Agustus 2013)

c
Gambar 15
Aktivitas Wisata Pantai, Kuliner, dan Produk
b
Kreatif Kulit Kerang, serta Kegiatan Perikanan
Tangkap di Pantai Baron
(Data Primer: 2 Agustus 2013)

c
Gambar 14
Aktivitas Nelayan Penangkapan Lobster dan
Ikan dengan PMT serta Warung Makan Kuliner a
di Pantai Drini
(Data Primer: 2 Agustus 2013)

117
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 101-120

b b
Gambar 16
Kegiatan Perikanan Tangkap dan Lobster serta
Wisata Pantai dan Kuliner di Pantai Ngrenehan
(Data Primer: 3 Agustus 2013)

c
Gambar 17
Kegiatan Penangkapan Ikan dan Lobster serta
Wisata Pantai dan Mancing di Pantai Gesing
(Dokumentasi: 3 Agustus 2013)
a
Tabel 3
Potensi ekonomi sumber daya kelautan (perikanan dan jasa-jasa lingkungan)
Pantai Selatan Kabupaten Gunungkidul, Provinsi DIY
Nilai Ekonomi Nilai Ekonomi Total
No Lokasi Sumber daya Jasa-Jasa Nilai Ket.
Perikanan1) Lingkungan2) Ekonomi
(Rp. milyar) 1)
: ikan, lobster,
1 Kawasan Pelabuhan 43,186 0,324 43,510 rumputlaut
perikanan Pantai Sadeng 2)
: wisata pantai,
2 Pantai Nampu/Wediombon 1,745 0,227 1,972 bermain, dan
3 Pantai Siung 1,980 0,452 2,432 kuliner
4 Pantai Sundak/Indrayanti 0,215 1,188 1,403
5 Pantai Drini 4,389 0,315 4,704
6 Bantai Baron 4,455 2,025 6,480
7 Pantai Ngrenehan 3,853 0,409 4,262
8 Pantai Gesing 3,324 0,198 3,522
9 Pantai Purwosari 0,810 0,149 0,959
Total 63,957 6,803 70,244

Berdasarkan Tabel 1, 2, 3 di atas, tercatat SIMPULAN


bahwa total nilai ekonomi potensi sumber Berdasarkan hasil survey identifikasi
daya kelautan (perikanan dan jasa-jasa dan inventarisasi, diketahui bahwa kawasan
lingkungan) di Pantai Selatan DIY sampai Pesisir Pantai Selatan DIY yang memiliki
tahun 2013 mencapai Rp715,085 milyar. sumber daya kelautan (perikanan dan

118
LATIF SAHUBAWA, NURUL KHAKIM DAN MUSROWATI LASINDRANG e KAJIAN SEBARAN
POTENSI EKONOMI SUMBER DAYA KELAUTAN DI PANTAI SELATAN DAERAH ...

jasa-jasa lingkungan/ wisata) bernilai No. 672/2413/Bangda tentang


ekonomis penting adalah: Pantai Congot Karakteristik Komoditas Sumber
dan Galagah-Karangwun (Kabupaten daya Alam Potensial, Andalan,
Kulon Progo); Pantai Pandansimo, Kuwaru, dan Unggulan. Departemen Dalam
Depok dan Parantritis (Kabupaten Bantul) Negeri Republik Indonesia, Jakarta.
serta Pantai Sadeng, Nampu/Wediombo, Anonim. 2012. Rencana Strategis (Renstra)
Siung, Sundak/Indrayanti, Drini, Baron, Dinas Kelautan dan Perikanan
Ngerenehan, Gesing, dan Purwosar Provinsi DIY. Pemerintah Provinsi
(Kabupaten Gunungkidul). Daerah Istimewa Yogyakarta.
Nilai ekonomi sumber daya perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Pantai Selatan Kulon Progo sebesar Rp DIY. 2012. Data Statistik Perikanan
519,817 milyar (terbesar di Pantai Glagah- Provinsi DIY.
Karangwuni) jasa-jasa lingkungan/wisata Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul.
pantai Rp 0,608 milyar (terbesar di Pantai 2011. Masterplan (Rencana Umum)
Galagah-Karangwuni), dengan total nilai Pengelolaan Wilayah Pesisir, Laut
ekonomi Rp 520,425 milyar. Nilai ekonomi dan Pulau-Pulau Kecil Kabuaten
sumber daya perikanan Pantai Selatan Bantul. Provinsi Daerah Istimewa
Bantul sebesar Rp 121,455 milyar (terbesar di Yogyakarta.
Pantai Depok); jasa-jasa lingkungan/wisata Dinas Kelautan dan Perikanan DIY. 2010.
pantai Rp 2,961 milyar (terbesar di Pantai Penyusunan Rencana Strategis
Parantritis), dengan total nilai ekonomi Rp Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
124,416 milyar. Nilai ekonomi sumber daya Kecil Daerah Istimewa Yogyakarta.
perikanan Patai Selatan Gunungkidul sebesar Departemen Permukiman dan Prasarana
Rp 63,957 milyar (terbesar di Pantai Sadeng); Wilayah (Depkimpraswil) RI.,
jasa-jasa lingkungan/wisata pantai Rp 6,803 2003. Pengembangan Komoditas
milyar (terbesar di Pantai Baron), dengan Potensial, Andalan dan Unggulan
total nilai ekonomi Rp 70,244 milyar. Total Wilayah dalam Mendukung
nilai ekonomi sumber daya kelautan di Pantai Otonomi Daerah.
Selatan DIY mencapai Rp715,085 milyar. OECD. 1998. INFOFISH International,
Komoditas unggulan sumber daya ke­ Number 1/2002, January/ February.
lautan di Pantai Selatan Kulon Progo adalah ISSN 1511-5976, PP 4399/10/2000.
udang vaname; Pantai Selatan Bantul adalah OECD. 2003. Tata Laksana Budidaya Udang
udang vaname; Pantai Selatan Gunungkidul Bertanggung Jawab. (Naskah asli
adalah ikan pelagis besar (tuna, cakalang, ”Codes Of Practice for Responsible
tongkol, marlin, dan lemadang), ikan pelagis Shrimp Farming”). Departemen
dan demersal kecil (layur, kakap, manyung) Kelautan dan Perikanan RI.
dan lobster. Pustek Kelautan UGM. 2005. Potensi
Perikanan di Pesisir dan Laut
DAFTAR PUSTAKA Selatan Provinsi DIY. Survey Studi
Anonim. 2007. Undang-Undang No. 26 Kelayakan Pembangunan Pelabuhan
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Perikanan Glagah-Karangwuni,
Wilayah Pesisir, Laut, dan Pulau- Kabupaten Kulon Progo DIY.
Pulau Kecil. Kementerian Kelautan
Pustek Kelautan UGM. 2003. Masterplan
dan Perikanan RI Jakarta.
Pembangunan Pelabuhan Perikanan
Anonim. 1998. Surat Keputusan Direktorat Pantai Pandansimo, Kabupaten
Jenderal Pembangunan Daerah, Bantul Provinsi DIY.
Departemen Dalam Negeri

119
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 101-120

Sahubawa, L. 2012. Valuasi Ekonomi Sumber Pengembangan Ekonomi Daerah


daya Alam dan Lingkungan Hidup. dalam Mendukung Desentralisasi
Materi Ajar Ekonomi Lingkungan Pemerintahan Daerah, Bappenas
Edisi Maret 2012. Program Magister Jakarta.
Pengelolaan Lingkungan, Sekolah Sukmadinata, A. 2006. Pendekatan Analisis
Pascasarjana UGM Yogyakarta. Komoditas Potensial, Andalan, dan
Sahubawa L., Kamiso, H.N., Iwan Yusuf, B.L., Unggulan Wilayah. Bahan Pelatihan
dan Irham. 2009. Kajian Kapasitas Analisis Komoditas Sumber daya
Infrastruktur, Kebutuhan Institusi Alam. Bappenas Jakarta.
dan SDM, serta Produksi Perikanan Suparmoko, M. dan Suparmoko, M.R. 2000.
di Pelabuhan Perikanan Pantai Ekonomi Sumber daya Alam dan
Selatan Pulau Jawa (Studi Kasus Lingkungan. Suatu Pendekatan
di Sentra Pelabuhan Perikanan Teori dan Aplikasi. Penerbit BPFE
Trenggalek, Pacitan, Gunungkidul, UGM Yogyakarta.
Cilacap dan Muara Angke).
Prosiding Konferensi Nasional Suwarma, P. 2012. Hubungan Pranata
Kadaulatan Maritim Indonesia dan Mangsa dengan Penangkapan Ikan
Rapat Kerja Kapasgama 2010. ISBN di Samudera Hindia Selatan Jawa.
978-602-95005-7-8. Disertasi, Fakultas Pertanian UGM
Yogyakarta.
Saragih, 2001. Komoditas Andalan dan
Unggulan Daerah. Bahan Pelatihan

120

You might also like