Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The coastal areas in Sayafi and Liwo islands have the potential of natural resources that are classified as still quite
high. The potential of natural resources owned by the two islands reflected on coral reefs, reef fish, ornamental fish,
seagrass beds and fisheries. In addition to ecological function, this ecosystem also have a high aesthetic value to the
development of marine tourism. The purpose of this study is to determine the suitability index and carrying capacity
of the marine ecotourism for the type of diving and snorkeling activities that can be developed on the island Sayafi and
Liwo Patani subdistrict of North Central Halmahera in North Maluku province. The results showed that the suitability
index of marine ecotourism Sayafi and Liwo islands are in the appropriate category and very appropriate category with
the capacity for this type of diving tourism activities 260 people/day in the area of the utilization is equal to 18.07 ha,
and for snorkel tour with the utilization is equal to 16.01 ha area, tourists can accommodate as many as 231 people/
day. So, the total tourists who can fit both types of tourist activities is equal to 491 people/day.
ABSTRAK
Kawasan pesisir pulau Sayafi dan Liwo memiliki potensi sumberdaya alam hayati yang tergolong masih cukup tinggi.
Potensi sumberdaya alam yang dimiliki kedua pulau ini dapat dilihat pada ekosistem terumbu karang, ikan karang, ikan
hias, padang lamun dan perikanan. Selain memiliki fungsi ekologis, ekosistem ini juga memiliki nilai estetika yang tinggi
untuk pengembangan wisata bahari (marine tourism). Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kelas kesesuaian dan
daya dukung ekowisata bahari untuk jenis kegiatan diving dan snorkeling yang dapat di manfaatkan di pulau Sayafi dan
Liwo Kecamatan Patani Utara Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kelas kesesuaian ekowisata bahari pulau Sayafi dan Liwo berada dalam kategori sesuai dan sangat sesuai, dengan
daya tampung untuk jenis kegiatan wisata diving sebanyak 260 orang/hari dengan area pemanfaatan sebesar 18.07 ha,
dan untuk wisata snorkeling dengan area pemanfaatan sebesar 16.01 ha, mampu menampung wisatawan sebanyak 231
orang/hari. Dengan demikian total wisatawan yang dapat ditampung kedua jenis kegiatan wisata sebesar 491 orang/
hari.
Kata kunci: daya dukung, ekowisata bahari, pulau kecil, sumberdaya alam
2 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 8 No. 1 Mei 2017: 1-17
ISSN 2087-4871
seperti ini, tentu sangat kompleks terhadap sehingga diharapkan dapat menghasilkan
pembangunan yang nanti dimanfaatkan di suatu arahan pengelolaan dengan konsep
Pulau Sayafi dan Pulau Liwo. Oleh karena ekowisata bahari yang berkelanjutan.
itu, rencana pengelolaan ekowisata bahari Tujuan dari penelitian ini adalah
di Pulau Sayafi dan Liwo memerlukan menentukan kelas kesesuaian ekowisata
suatu konsep pengelolaan yang berbasis bahari serta mengkaji DDK dan DDA sebagai
pada pulau-pulau kecil dengan pendekatan ekowisata bahari untuk jenis kegiatan diving
ekologi. Permenbudpar No. KM.67/ UM.001/ dan snorkeling yang dapat di manfaatkan di
MKP/ 2004, menjelaskan bahwa implikasi pulau Sayafi dan Liwo Kecamatan Patani
pengembangan kegiatan wisata maupun Utara Kabupaten Halmahera Tengah
penyediaan penunjang kepariwisataan Provinsi Maluku Utara.
di pulau-pulau kecil akan berdampak
pada lingkungan fisik, sosial, budaya dan METODE PENELITIAN
ekonomi pulau-pulau kecil. Oleh karena
itu diperlukan pertimbangan-pertimbangan Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
khusus dalam pengembangan kegiatan tahapan. Tahap awal dimulai pada bulan
pariwisata di pulau-pulau kecil. Agustus 2013 untuk survei lokasi dan data
Upaya pencegahan laju kerusakan awal. Sedangkan tahap kedua dilaksanakan
ekosistem pesisir dan laut dengan pola selama tiga bulan, dimulai pada bulan Juli
pemanfaatan yang berlebihan, maka -September 2014. Lokasi penelitian berada
hal yang paling utama dalam konsep di Pulau Sayafi dan Pulau Liwo. Secara
pemanfaatan sumberdaya untuk ekowisata administratif kedua pulau ini termasuk
bahari memerlukan model pengelolaan dalam wilayah Kecamatan Patani Utara
yang didasarkan pada pendekatan Daya Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi
Dukung Kawasan (DDK) dan koreksi Maluku Utara. Peta lokasi penelitian dapat
Daya Dukung Adaptif (DDA) terhadap dilihat pada Gambar 1.
penggunaan sumberdaya lingkungan
menjadi penting untuk dikaji secara ilmiah
4 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 8 No. 1 Mei 2017: 1-17
ISSN 2087-4871
Tabel 1 Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt)
Unit area
Jenis Kegiatan K (Orang) Keterangan
(Lt)
Selam 2 2000 m² Setiap 2 orang dalam 200 m x 10 m
Snorkeling 1 500 m² Setiap 1 orang dalam 100 m x 5 m
Sumber : Yulianda et al. (2010)
6 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 8 No. 1 Mei 2017: 1-17
ISSN 2087-4871
ke perairan laut (outflow) memiliki kadar untuk abiotik terdiri dari sand dan rubble
garam yang relatif lebih rendah (rata-rata sedangkan kategori other terdiri dari turf
32‰) dibandingkan kadar pada perairan algae, bottle brush dan assemblage.
dengan substrat berbatu berkisar 32–35 Pemanfaatan ekowisata bahari dengan
(DKP Provinsi Malut 2012). menikmati ekosistem terumbu karang
Kecerahan perairan di pulau Sayafi sebagai objek dalam kegiatan diving dan
dan pulau Liwo dari hasil penelitian berkisar snorkeling. Tujuan pengunjung dalam
antara 85%–95% dengan kedalaman 3–10m. melakukan penyelaman tidak hanya sebatas
Pengukuran parameter kecerahan perairan untuk menikmati hard coral tetapi soft coral
dilakukan pada waktu siang hari dengan juga menjadi objek dalam wisata diving dan
kondisi cuaca cerah dan tidak berombak. snorkeling. Nontji (2009) menyatakan bahwa
Pengukuran tingkat kecerahan pada kolom dari segi estetika terumbu karang yang
air untuk melihat kemampuan suatu masih utuh menampilkan pemandangan
perairan dalam meloloskan cahaya matahari. yang sangat indah, jarang dapat ditandingi
Tingkat kecerahan dengan kondisi perairan oleh ekosistem lain (Gambar 2).
yang jernih dan cahaya yang cukup, tentu Gambar 2 memperlihatkan komposisi
menjadi faktor paling penting untuk proses tutupan ekosistem terumbu karang di
fotosintesis (Nybakken 1988). Pulau Sayafi dan Liwo berada pada kategori
Arus merupakan gerakan mengalir bagus dan memuaskan. Namun demikian,
suatu massa air yang disebabkan oleh pada beberapa titik pengamatan ditemukan
tiupan angin, perbedaan dalam densitas air karang dalam kondisi kurang baik. Hasil
laut atau pasang surut (Nontji 2009). Pola penyelaman pada enam lokasi pengamatan
arus yang terjadi di sekitar wilayah perairan ditemukan karang dalam kondisi rusak
Halmahera Tengah menunjukkan pola yang (dead coral), seperti di Mandawalai dan
berfluktuasi. Pola fluktuasi tersebut lebih Bucili. Persentase data kerusakan dapat
banyak dipengaruhi oleh pergerakan massa dilihat pada. Kerusakan karang tersebut
air di laut Samudera Pasifik untuk wilayah diindikasikan karena terjadinya aktivitas
sekitar khatulistiwa (DKP Provinsi Maluku penangkapan ikan dengan menggunakan
Utara 2008). Hasil pengukurun kecepatan alat tangkap ikan yang tidak ramah
arus di pulau Sayafi dan pulau Liwo berada lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan
pada kisaran 0.05 – 0.43 m/detik. ditemukannya patahan-patahan karang
dengan jumlah yang cukup besar. Tahun
Kondisi terumbu karang 2008 sebuah penelitian yang dilakukan
oleh DKP Provinsi Maluku Utara juga
Formasi terumbu karang di Pulau menemukan karang dengan kondisi rusak.
Sayafi dan Pulau Liwo tergolong dalam Namun dalam laporan penelitiannya tidak
tipe karang tepi (fringing), dengan dataran mencantumkan angka persentase tutupan
karang yang bervariasi. Friging reef adalah karang hidup dan karang yang rusak.
terumbu karang yang berada dekat dan Selanjutnya DKP Provinsi Maluku Utara
sejajar dengan garis pantai (Nurjanah et (2008), juga mengatakan bahwa hancurnya
al. 2011). Pertumbuhan terumbu karang karang di Pulau Sayafi dan Liwo lebih
tepi yang berada dekat dengan daratan dan banyak diakibatkan oleh penggunaan bahan
berkembang di sekeliling pulau-pulau kecil peledak. Penelitian lain yang dilakukan oleh
dapat menerima pukulan ombak, sehingga Gladstone et al. (2013) menjelaskan bahwa
menopang pertumbuhan karang dengan pembangunan infrastruktur pendukung
baik. English et al. (1997), mengklasifikasi ekowisata yang dibangun di daerah pesisir,
pertumbuhan karang ke dalam enam secara tidak langsung dapat memberikan
kategori yaitu acropora, non-acropora, dead pengaruh lingkungan dan ekosistem
coral, abiotic, soft coral dan other. Untuk perairan laut.
kepentingan analisis ekowisata bahari, Parameter penting lain dalam
maka bentuk pertumbuhan karang seperti penentuan kelas kesesuaian ekowisata
klasifikasi tersebut diatas, kemudian bahari untuk jenis kegiatan wisata diving
dikelompokkan menjadi 5 (lima) kategori dan snorkeling, adalah jenis lifeform. Jenis
berdasarkan data yang ditemukan pada lifeform yang digunakan dalam penentuan
lokasi pengamatan, diantaranya hard coral, kegiatan ekowisata bahari diacu dalam
soft coral, dead coral, abiotic dan other. English et al. (1997). Keseluruhan jenis
Kategori karang hidup terdiri dari acropora, lifeform yang ditemukan pada 6 lokasi
non-acropora dan soft coral, karang rusak pengamatan berjumlah 16 jenis lifeform.
terdiri dari dead coral, dead coral with algae, Jenis lifeform terbanyak ditemukan di
Gambar 2 Persentase tutupan terumbu karang di Pulau Sayafi dan Pulau Liwo
8 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 8 No. 1 Mei 2017: 1-17
ISSN 2087-4871
10 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 8 No. 1 Mei 2017: 1-17
ISSN 2087-4871
Liwobumdi termasuk sebagai stasiun yang bahwa lokasi yang memiliki kedalaman
memiliki jenis ikan karang paling rendah. lebih dari 6m terdapat di Mandawalai, Bucili
Hasil pengukuran pada 6 lokasi pengamatan dan Piyasili, dengan kedalaman mulai dari
menunjukkan kecepatan arus berkisar 8–10 m. Analisis parameter kesesuaian,
antara 0.05–0.43 m/detik. Kecepatan arus untuk kegiatan wisata diving dengan
tertinggi berada di Bucili, dan yang terendah kedalaman 8-10 m, memperlihatkan ketiga
berada di Mandawalai (Gambar 4). lokasi tersebut berada pada kelas S1 dan
Peruntukan kawasan untuk kegiatan S2. Kelas kesesuaian dari ketiga lokasi ini
diving harus memperhatikan faktor memiliki luas daerah terumbu karang yang
pembatas. Menurut Yulianda (2010) kegiatan dapat dimanfaatkan sebagai wisata diving
diving dapat dilakukan pada kedalaman lebih sebesar 7.84 ha.
dari 6 m. Hasil pengamatan menunjukan
12 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 8 No. 1 Mei 2017: 1-17
ISSN 2087-4871
Daya dukung ekowisata bahari lingkungan dan sistem ekologi. Blangy &
Mehta (2006), menambahkan bahwa langkah
UNEP (2001) mengatakan bahwa cepat dalam pengembangan pariwisata
sebagian besar populasi masyarakat dunia diseluruh dunia menyebabkan kerusakan
mendiami wilayah pesisir, dan kebanyakan tak terhitung untuk beberapa sistem ekologi
dari populasi tersebut memperoleh manfaat yang terancam mengalami kepunahan. Oleh
dari penggunaan sumberdaya pesisir dan karena itu, kaitanya dengan pemanfaatan
laut. Aktifitas pemanfaatan sumberdaya sumberdaya alam di Pulau Sayafi dan Liwo
alam untuk pemenuhan sistem sosial dan sebagai ekowisata bahari, diperlukan suatu
ekonomi akan berpengaruh pada proses pendekatan kritis untuk meminimalisir
14 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 8 No. 1 Mei 2017: 1-17
ISSN 2087-4871
dimanfaatkan di Pulau Sayafi dan Liwo. Telah ekowisata bahari yang berkelanjutan perlu
terjadi perubahan kapasitas pengunjung memperhatikan faktor pembatas untuk
antara DDK dan DDA setelah dikoreksi. Hal masing-masing jenis kegiatan yang akan di
ini dimaksudkan agar meminimalisir tekanan manfaatkan. Daya dukung ekowisata bahari
eksternal dari aktifitas pengunjung dalam juga di harapkan dapat menyeimbangkan
memanfaatkan ekosistem terumbu karang tingkat aktifitas pengunjung untuk setiap
dan ekosistem pesisir lainnya sebagai objek kegiatan.
untuk berwisata. Pendekatan pengelolaan
Tabel 6 Nilai DDK dan DDA untuk ekowisata bahari Pulau Sayafi dan Liwo
Daya Dukung
No Jenis Kegiatan Luas Area Daya Dukung Adaptif
Kawasan
1 Wisata diving 18.07 ha 723 260
2 Wisata snorkeling 16.01 ha 639 231
Total 1362 Orang/hari 491 Orang/hari
16 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 8 No. 1 Mei 2017: 1-17
ISSN 2087-4871