You are on page 1of 28

GREEN TOURISM MARKETING MODEL1

Ali Hasan
Dosen Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta
Email : ali43ibc@gmail.com

ABSTRACK

Green Tourism Marketing Model research as efforts to develop environmentally friendly


tourism destination, the synergy of government, business and community participation
become the driving force of tourism product development with highly competitive.
In the long term, this research aims to provide the marketing concept of green
tourism as economic development efforts and strengthen the environment (eco-growth)
through the development of green tourism marketing models. The object of this research
is achieved by (1) mapping a superior product green tourism; (2) generating a model of the
development of green tourism marketing; (3) applying a model of development of green
tourism marketing by groups of local community of the tourism business, (4) developing
a model of green tourism marketing with quality function development (5) building green
tourism areas; (6) involving the government to formulate laws/policies about tourist area
of green zones and patterns of tourism business development for local communities which
are optimal in economic development based on environmental sustainability (integrated
eco-growth green tourism); (7) international publications in the journal of hospitality
and tourism research (powered by scopus) and (8) a draft of the green tourism marketing
textbook.
The methods of the research were conducted by (1) a theoretical analysis of mapping
superior product of green tourism; (2) identification of issues based on data in the
field; (3) the development of green tourism models with test instruments; (4) achieving
experiments in a limited test models, (5) the improvement of models and instruments; (6)
implementation of the model (7) foster the spirit and commitment to build a small business
tourism (8) the establishment of the concept of green tourism area. Therefore, the starting
point of this research is the development of green tourism marketing models in developing
this area of green tourism can encourage the growth of tourism businesses that have
capability to create a multiplier effect for the improvement of employment opportunities and
increaseopportunities of tourism community welfare.
The mix methods of quantitative and qualitative used in the research are achieved
by three stages; stages of development and design, the pilot phase in a limited scope and
validation phase in the form of an experimental analysis of the most effective to encourage
the existence of green tourism marketing models into an embryo of growing area of superior
products of green tourism which are needed to integrate the development of tourism industry
based on environment for both economic sustainability, social and culture community and
environmental resources itself.
Keywords: Green Tourism Marketing Model, Empowerment, Local Communities
Tourism, Business Development and Mix Analysis.
Tulisan ini telah di usulkan sebagai syarat mengikuti Program Doktor Marketing Universtas Islam Indonesia 2015

Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015 267


PENDAHULUAN terhadap produk atau jasa mereka. Di
pasar, jenis strategi ini dapat memberikan
Kepariwisataan muncul dan tumbuh
perusahaan keunggulan diferensial lebih
dari kebutuhan setiap orang, daerah, negara,
dari pesaing mereka. Penggunaan logo
serta interaksi wisatawan dengan masyarakat
pariwisata hijau biasanya dimaksudkan
setempat, sesama wisatawan, pemerintah
untuk (1) mengendalikan dampak negatif
daerah, dan pengusaha untuk meningkatan
pada lingkungan sumber daya alam daerah
nilai ekonomi. Pariwisata sebagai industri
tujuan wisata dengan mendorong perusahaan
telah mampu menciptakan perubahan yang
pariwisata untuk mencapai standar
luar biasa dalam kegiatan ekonomi global,
lingkungan yang tinggi, (2) untuk mendidik
pariwisata mampu menempatkan kegiatan
wisatawan mengenai dampak tindakan
ekonomi terbesar ketiga di dunia yang paling
dan keputusan mereka, dan (3) untuk
cepat berkembang (Batta, 2009). Tren
mengembangkan standar produk dan jasa
pertumbuhan nilai ekonomi dari peningkatan
pariwisata ramah lingkungan (Sasidharan,
jumlah pengunjung akan mendorong dan
Sirakayab, and Kerstettera, 2012)
menjamin investasi yang memungkinkan
destinasi wisata dapat dikembang-kan untuk Pemanfaatan logo pariwisata hijau
bersaing dalam memperluas pasar. berkaitan dengan manajemen sumber
daya alam, pelestarian lingkungan dan
Dalam kegiatan pariwisata tradisional
perlindungan, dan pengendalian pencemaran
dimana peningkatan jumlah wisatawan
sesuai dengan konsep pengembangan
yang berkunjung ke sebuah destinasi
pariwisata ramah lingkungan (Erdogan
menimbulkan dampak buruk seperti
dan Tosun, 2009). Konsep pariwisata hijau
kerusakan lingkungan yang sangat serius.
akan sangat menarik bagi perusahaan
Dampak merusak pengembangan pariwisata
pariwisata karena meningkatnya tekanan
kini semakin disadari semua pihak dan
pemerintah pada industri pariwisata untuk
menyadari lingkungan alam sebagai
meningkatkan kinerja lingkungan dengan
sumber daya pariwisata penting, publik dan
mengadopsi teknik manajemen lingkungan
sektor industri pariwisata swasta semakin
yang efektif dan nyata. Prestasi dan promosi
mengadopsi dan menerapkan lingkungan
yang mengakui penghargaan lingkungan
yang kompatibel dengan langkah-langkah
akan berperan untuk perusahaan pariwisata
pengembangan untuk membatasi dampak
dalam pemasaran jasa mereka.
lingkungan negatif yang terkait dengan
pembangunan pariwisata. Elemen-elemen Dalam mengenali kebutuhan untuk
kunci dari pengembangan pariwisata menjaga keseimbangan antara pembangunan
yang peka terhadap lingkungan, secara pariwisata dan lingkungan melalui
umum, termasuk membatasi dan mengatur perencanaan yang tepat dan pengelolaan
perkembangan baru, melestarikan sumber daya pariwisata, banyak pihak yang
dan melindungi keindahan alami dan bersangkutan mengajukan rekomendasi
keanekaragaman hayati, dan merehabilitasi untuk produk pariwisata hijau untuk
resort dan destinasi (Furqan, Matsom and mengatur dampak negatif pariwisata (Batta,
Hussin, 2010). 2009). Logo pariwisata hijau dapat diterapkan
untuk hotel, resort, agen perjalanan, tour
Industri pariwisata menggunakan
operator, layanan dasar dan transportasi,
logo pariwisata hijau atau penghargaan
air, penerbangan dapat diperpanjang untuk
lingkungan sebagai merek dagang untuk
menjamin kesehatan lingkungan destinasi
komunikasi kualifikasi lingkungan dari
wisata dan sumber daya alam di daerah tujuan
perusahaan, dengan harapan bahwa
wisata. Sementara perusahaan pariwisata
pelanggan mengembangkan sikap positif
milik pribadi, rantai waralaba di satu sisi,

268 Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015


dan bisnis berskala kecil pada sumber daya sampai saat ini kondisinya masih stagnan.
lainnya sebagian besar dikendalikan dan Perkebunan Mangunan sangat potensial
dioperasikan oleh sektor publik. untuk dikembangkan menjadi green
Polonsky (2011) mempertegas pada tourism dengan konsep integrated agri-
sebagian besar kegiatan ekonomi dipicu tourism business (memadukan perkebunan
oleh proses pemasaran yang menawarkan dengan pariwisata), misalnya penambahan
kesempatan untuk memenuhi kebutuhan jenis produk yang dapat ditawarkan ke
dan keinginan manusia dan akan dihargai pasar seperti (1) wisata pendidikan, wisata
jika (1) mampu menciptakan manfaat yang keluarga, perseorangan, outbond, kolam
berkelanjutan sumberdaya lingkungan renang anak-anak, area api unggun, area
dalam memenuhi kebutuhan ekonomi kemping, (2) wisata alam, seperti gua
tanpa mengorbankan kemampuan generasi gajah dan puncak gardu pandang panorama
mendatang untuk memenuhi kebutuhan alam, (3) wisata advanture, seperti jembatan
mereka sendiri; (2) tidak hanya sebatas goyang, flying fox, refling, tracking.
mampu memasarkan dan menjual layanan, Sejalan dengan spirit GTM adalah sikap
tetapi juga harus dapat memasarkan konsisten terhadap nilai-nilai sumberdaya
dan menjual solusi perjalanan wisata alam, sosial budaya dan masyarakat,
dan lingkungan yang berkualitas secara dimana tuan rumah dan wisatawan dapat
keseluruhan. Oleh karena itu pembangunan berinteraksi untuk menikmati dan layak
pariwisata dengan model green tourism berbagi pengalaman positif, oleh karena
dinyatakan sehat dan berhasil jika (1) itu jika Perkebunan Mangunan ini berhasil
mampu meningkatkan partisipasi usaha dikembangkan dengan konsep integrated
lokal, meningkatkan keragaman dan daya agri-tourism business maka tidak hanya
saing produk setiap destinasi; (2) mampu menguntungkan bagi pemerintah, tetapi
membangun usaha pariwisata masyarakat juga (1) mampu menjadi lokomotif
lokal; (3) mampu memebrikan kontribusi pengangguran, (3) menciptakan peluang
terhadap pendapatan asli daerah, (3) kesempatan kerja, (4) peningkatan
mampu mendorong atau setidaknya dapat pendapatan masyarakat setempat (5)
memfasilitasi investasi usaha pariwisata; mondorong capital invesment dan pajak bagi
(4) mampu mengintergrasikan ekosistem pemerintah.
pariwisata dengan lingkungan, ekonomi, Hasil survey awal di Perkebunan
sosial dan budaya. Proses pemasaran Mangunan (Kamis, 13 Agustus 2015),
semacam ini kami sebut sebagai MODEL Sugiarto selaku pengelola menuturkan
GREEN TOURISM MARKETING (GTM) sejumlah kendala yang dihadapi saat ini
Perkebunan Mangunan (35 km dari adalah (1) keterbatasan modal untuk
Yogyakarta) menempati tanah seluas 23,4 penyediaan home stay yang layak, (2) akses
ha yang relatif datar dan lendah seluas 0.6 transportasi masih sangat terbatas (kecil
ha sangat potensial dikembangkan menjadi dan berlubang-lubang); (3) keterbatasan
green tourism atau kawasan wisata berbasis teknologi berskala kecil untuk diversifikasi
lingkungan milik Pemerintah Bantul mulai produk buah-buahan misalnya pembuatan
dirintis tahun 2003 dengan tanaman (1) jus, belum adanya teknologi pembuatan
buah- buahan seperti : klengkeng, sirsak, minuman sari buah termasuk kemasannya
matoa, cempedak, jambu dersono, nangka, (4) lemahnya peran pemerintah, asosiasi
papaya, rambutan, mangga, durian, jambu air, pariwisata, serta lemahnya kesadaran dan
jeruk, cendana, gaharu, (2) sayur-sayuran peran serta masyarakat sekitar sebagai
organik seperti sawi, tomat, terong, lombok, bagian penting dari SDM pariwisata
wortel, termemes, kacang panjang; yang berbasis lingkungan dalam menciptakan

Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015 269


inovasi produk, (5) lemahnya upaya tentang kelayakan usaha di kawasan destinasi
pemasaran (belum ada upaya penajaman wisata, (5) meningkatkan peran pemerintah,
promosi), (6) belum ada upaya membangun pelaku usaha dan perguruan tinggi
konektivitas, dan sinergi antar pelaku wisata dalam memberikan penyuluhan kepada
untuk mendukung terciptanya partumbuhan masyarakat di wilayah destinasi wisata
ekonomi berbasis lingkungan yang mengenai pola pengembangan destinasi
berkualitas. wisata yang bertumpu pada masyarakat.
Trend kesadaran wisatawan terhadap Dengan cara ini diharapkan akan mampu
green tourism semakin menguat, akan menghasilkan manfaat ekonomi dan nilai
menjadi tambahan dukungan terhadap tambah sebagai alat untuk memutus mata
keberadaan produk dan fasilitas wisata rantai kemiskinan tanpa harus merusak
yang ramah ligkungan. Dalam kaitan ini, sumberdaya lingkungannya adalah esensi
Sen (2014) mencatat dampak kesadaran penggunaan model green tourism
konsumen terhadap lingkungan, ditunjukkan marketing, oleh karena itu tujuan penelitian
oleh kesediaan konsumen membayar pada secara khusus untuk :
tingkat harga lebih untuk produk eco-friendly. 1. memetakan potensi dan menentukan
Dengan demikian, model GTM diyakini indikator pembentuk destinasi wisata
mampu menjadi generator pemberdayaan hijau;
masyarakat lokal dalam meningkatkan 2. mengidentifikasi potensi jejaring
pendapatan dan nilai tambah ekonomi kelembagaan (pemerintah, dunia usaha,
mereka, penciptaan peluang kerja tanpa asosiasi pariwisata, kelembagaan
harus merusak lingkungan dan sumberdaya masyarakat) yang mendukung model
alam sekitarnya. Pada sisi lain, desa green tourism marketing di perkebunan
Mangunan sebagai desa yang kaya dengan mangunan;
potensi sumber daya alam, dan budaya,
sampai saat ini belun dikembangkan menjadi 3. menentukan dan atau mengembangkan
green tourism, oleh karena itu fokus utama strategi dan program pelestarian
penelitian ini adalah Sejauhmanakah lingkungan dan pembangunan destinasi
Green Tourism Marketing Perkebunan wisata hijau yang saling menguntungkan
Mangunan Dapat Meningkatkan Kinerja bagi masyarakat dan pemerintah daerah
Bisnis Pariwisata 4. menghasilkan naskah akademik model
Usaha milik pemerintah daerah harus green tourism marketing sebagai kerangka
mampu menciptakan pemberdayaan dasar pengembangan green tourism
masyarakat sebagai bagian penting dari marketing untuk (a) mendorong integrasi
upaya membuka wawasan, pikiran, program pening-katan kesejahteraan
meningkatkan pengetahuan, keahlian masyarakat berbasis lingkungan (eco-
dan partisipasi masyarakat dalam (1) growth); (b) meningkatan kualitas proses
melestarikan kekayaan Daerah dengan dan sinergi dalam mengaktivasi gerakan
menggali potensi alam maupun budaya green tourism marketing di masa
yang dapat dijadikan destinasi wisata; mendatang.
(2) mengembangkan dan membangun 5. menditeksi dampak kesadaran
kawasan destinasi wisata tanpa merusak lingkungan, fitur produk hijau, harga
lingkungan; (3) meningkatkan kemandirian produk hijau, promosi produk hijau
masyarakat setempat untuk berperan aktif dan karakter demografi konsumen pada
dalam pengembangan destinasi wisata dan perilaku pembelian konsumen dan untuk
pelestarian lingkungan; (4) mempromosikan menentukan apakah ada hubungan yang
destinasi wisata dan memberikan gambaran signifikan antara mereka dan arah dan

270 Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015


tingkat hubungan ini. lingkungan dan masyarakat Mangunan,
Urgensi Penelitian ini dirancang tetapi juga riset ini sangat bermanfaat untuk
berdasarkan fakta kerusakan lingkungan bahan penyusunan naskah akademik (buku
setiap tahun mengakibatkan kerugian yang teks) pemasaran wisata hijau (Green Tourism
tidak terhitung nilainya untuk memenuhi Marketing) berbasis riset di negeri sendiri
keinginan manusia yang tidak terbatas, dalam yang saat ini masih sangat langka, (2)
konteks ini model GTM menjadi alat penting meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
dalam mendorong tumbuhnya kesadaran dan tentang model GTM dalam pemberdayaan
keinginan pelaku pariwisata dan wisatawan masyarakat terkait dengan efektivitas, dan
untuk melindungi lingkungan hidup. Oleh kegunaan gerakan GTM bagi masyarakat itu
karena itu penelitian ini menjadi sangat sendiri, (3) pengembangan ilmu pengetahuan
penting diteliti terutama karena alasan dan teknologi, yang berperan sebagai
: (1) selain sebagai starting point untuk pedoman implementasi GTM dalam
memberikan kontribusi kepada pemerintah meningkatkan partisipasi masyarakat untuk
daerah dalam merumuskan kebijakan dalam menanggulangi kemiskinan mereka sendiri.
membangun destinasi wisata berbasis Secara khusus urgensi, output dan outcome
lingkungan yang berdampak positifbagi penelitian ini seperti dalam tabel 1.

Tabel 1. Urgensi, Output dan Outcome Penelitian

Subyek Penjelasan
Urgensi 1. Menjadi bahan masukan rumusan rencana induk, kebijakan dan
implemen-tasi pengembangan destinasi wisata hijau Pemerintah
Kabupaten Bantul di masa yang akan datang
2. Menjadi contoh bagi desa lain dalam skala lokal (di Bantul) dan skala
nasional dalam hal yang sama.
Output Tersedianya naskah model GTM dalam pemberdayaan masyarakat sehingga
dapat diakses oleh instansi, masyarakat umum dan akademisi. Dengan
demikian dapat diketahui kelemahan model GTM dan dapat dilakukan kaji
ulang untuk sebuah kebijakan lanjutan sesuai dengan kondisi riil di lapangan
Outcome Dampak sampingan adalah terentaskannya pengangguran dan kemiskinan
di desaMangunan baik kuantitas maupun kualitas, merubah citra dari desa
miskin/tertinggal menjadi desa yang makmur/maju sehingga cita-cita
pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masayarakat
dapat tercapai.

Target/hasil akhir yang ingin dicapai dari luaran penelitian ini seperti dalam tabel 2
Tabel 2. Target Luaran Penelitian
Jenis Spesifikasi
Publikasi Name : Journal of Hospitality and Tourism Research
Internasional Country : United Kingdom
SJR : Q1, 3.093
Publisher : SAGE Publications Inc.
ISSN : 15577554, 10963480w
Powered by : Scopus

Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015 271


Bahan Jenis : Buku Ber ISBN
Ajar/Buku Judul : Green Tourism Marketing (GTM)
Tesk Isi (12 Bab) : 1. Konsep Green Tourism Marketing
2. Perencanaan Green Tourism Marketing
3. Model Green Tourism Marketing
4. Driver Green Tourism Marketing
5. Segmentasi Green Tourism Marketing
6. Targeting Green Tourism Marketing
7. Posisioning Green Tourism Marketing
8. Branding Green Tourism Marketing
9. Program Green Tourism Marketing
10. Strategi Green Tourism Marketing
11. e-Green Tourism Marketing
12. Implementasi Green Tourism Marketing

Penerbit : Center for Academic Publishing Service


Tempat Penerbit : Yogyakarta

LANDASAN TEORI untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan


atau keinginan wisatawan, dengan dampak
Green Tourism Marketing minimal pada lingkungan alam. GTM
bergantung pada definisi dasar ekonomi yang
Konsep green tourism marketing (GTM)
secara umum dikenal sebagai sebuah studi
merupakan konsep adopsi dari ecological
tentang bagaimana orang menggunakan
marketing, atau sustainable marketing.
sumber daya mereka yang terbatas untuk
Doktrinnya adalah semua kegiatan
mencoba memuaskan keinginan yang tidak
pemasaran harus membantu dan memberikan
terbatas. GTM melihat bagaimana kegiatan
solusi terhadap masalah lingkungan,
pemasaran memanfaatkan sumber daya
pengembangan teknologi yang bersih dalam
yang terbatas, dapat memuaskan keinginan
mengurusi masalah polusi dan limbah
konsumen, baik individu dan industri, serta
serta merancang produk baru yang lebih
mencapai tujuan organisasi. Peningkatan
inovatif. GTM mendorong keberlanjutan
penggunaan GTM ini disamping pemerintah
pengembangan program pemasaran untuk
memaksa perusahaan untuk menjadi lebih
menarik wisatawan yang sadar lingkungan,
bertanggung jawab, tetapi juga didorong
respek terhadap komponen alam, mimiliki
oleh :
kepedulian terhadap kelestarian lingkungan
dan sensitifitas budaya lokal yang dianggap 1. GTM diyakini dapat memberi kesempatan
sebagai model wisata yang paling baik dalam yang dapat digunakan untuk mencapai
menyelamatkan sumber daya yang terbatas tujuan;
untuk memenuhi variasi kebutuhan baik 2. Organisasi percaya bahwa mereka
sekarang maupun untuk generasi mendatang. memiliki kewajiban moral untuk lebih
bertanggung jawab secara sosial;
GTM merupakan semua kegiatan
3. Adanya pesaing yang memulai kegiatan
yang dirancang untuk menghasilkan dan
bisnisnya dengan kegiatan yang ramah
memfasilitasi setiap pertukaran dimaksudkan

272 Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015


lingkungan dan membri tekanan untuk dan jasa (Peattie, 2001). Karakteristik
mengubah kegiatan pemasaran; strategis GTM memiliki hubungan
4. Faktor biaya yang terkait dengan signifikan dengan keberlanjutan bisnis dan
pembuangan limbah, atau pengurangan pemasaran yang berkelanjutan yang tidak
penggunaan bahan pasokan perusahaan hanya membutuhkan kepuasan tetapi juga
untuk memodifikasi perilaku perusahaan. inovasi, proses dan proses perbaikan
produk, pelaksanaan dan pengendalian
GTM ditandai dengan fokus pada isu-
pembangunan, harga, promosi dan distribusi
isu lingkungan, dengan penekanan
produk sedemikian rupa untuk memenuhi
pada mengurangi kerusakan lingkungan.
kebutuhan pelanggan, mencapai tujuan yang
GTM adalah langkah alami untuk masa
ditetapkan oleh organisasi dan pada saat
depan lingkungan, dengan penekanan pada
yang sama melalui proses yang kompatibel
keberlanjutan kemajuan yang lebih besar.
dengan ekosistem.
Oleh karena itu GTM harus merupakan
proses perencanaan, pelaksanaan, dan GTM sebagai bentuk pemasaran
pengendalian pembangunan, harga, promosi, wisata alternative yang berfokus kegiatan
dan distribusi produk yang memenuhi tiga berbasis alam, dukungan konservasi,
kriteria: (1) kebutuhan pelanggan terpenuhi, keberkelanjutan, dan pendidikan lingkungan
(2) tujuan organisasi tercapai, dan (3) (Grundey, and Zaharia, 2011) dalam
prosesnya kompatibel dengan ekosistem. mengkarakterisasi, mendesign, proses
pembuatan, mempromosikan dan menjual
Grundey dan Zaharia (2011)
produk (Lekhanya. 2014) yang memuaskan
GTM bukanlah tugas yang mudah dan
wisatawan, memupuk pengalaman belajar
mendefinisikannya sebagai jumlah
dan apresiasi dalam mengelola keseimbangan
dari kegiatan untuk menghasilkan,
lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi
memfasilitasi dan memenuhi kebutuhan
(Klimek, 2013) dengan cara :
dan keinginan manusia sedemikian rupa
1. melestarikan sumber daya alam dan
dengan dampak minimal pada lingkungan
meminimalkan dampak negatif pariwisata
alam. Demikian pula, Peattie (2001)
2. memelihara kekayaan dan kesempurnaan
mendefinisikan pemasaran hijau sebagai
destinasi wisata itu untuk generasi
proses manajemen holistik yang bertujuan
mendatang
mengenali, memahami dan akhirnya
3. meningkatkan daya tarik destinasi wisata
memuaskan kebutuhan pelanggan dan juga
dan reputasi yang ramah lingkungan,
masyarakat secara keseluruhan, dengan cara
4. memaksimalkan kontribusi ekonomi
yang menguntungkan dan berkelanjutan.
pariwisata terhadap masayarakat lokal
Kedua definisi menekankan tujuan akhir
5. memenuhi kebutuhan dan keinginan
dari memuaskan kebutuhan pelanggan
konsumsi wisatawan terhadap produk
sebagai kunci dari pemasaran klasik dengan
berbasis keberlanjutan sumberdaya
penambahan dampak merugikan yang lebih
lingkungan.
kecil sehingga dapat membuat lingkungan
6. meningkatkan kesejahtraan pribadi,
yang berkelanjutan.
masyarakat lokal, publik dan stakeholders
Dengan meningkatnya kekhawatiran
atas keberlanjutan lingkungan, maka GTM Model Green Tourism Marketing
dianggap sebagai salah satu cara untuk
Model Green Tourism Marketing (gambar
mengurangi dampak sosial dan lingkungan
1) memiliki kemampuan untuk memenuhi
yang negatif yang tidak hanya ada
kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan
pada produk dan sistem produksi, tetapi
kebutuhan generasi mendatang. Konsep
juga pada kegiatan mempromosikan produk
dasar model GTM dibangun berdasarkan tiga

Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015 273


gagasan utama: Pertama, mutual simbiosis 3. Keberlanjutan sosial yang menjamin
antara pariwisata, lingkungan, ekonomi dan peningkatan pembangunan kehidupan
sosial budaya berada dalam ikatan sistem masyarakat setempat, kompatibel dengan
yang terintegrasi, Kedua, kebutuhan akan budaya dan nilai-nilai, memelihara
kepedulian masyarakat dan keterlibatannya dan memperkuat identitas masyarakat
dalam pengembangan pariwisata – mereka (soc-growth) menjadi perhatian sebab
adalah komponen sumber daya terkait erat pada beberapa daerah terlihat adanya
dengan pariwisata - mereka bisa merugikan - ketidakberlanjutan pariwisata ditinjau
sebaliknya, mereka bisa menjadi daya gerak dari aspek sosialnya sebagai akibat dari
kelestarian lingkungan destinasi wisata, dan masyarakat lokal yang terbawa pengaruh
Ketiga, memperkuat konsep tanggungjawab nilai-nilai yang dibawa wisatawan.
keberlanjutan ekologi, sosial, budaya dan Seharusnya tatanan sosial dan budaya
ekonomi (Fennell, 2010). lokal mampu menciptakan citra tertentu
untuk terus dipertahankan.
Penegmbangan GTM yang menekankan
pada prinsip meningkatkan kepuasan 4. Keberlanjutan budaya sebagai kekuatan
pelanggan, kualitas lingkungan profitabilitas daya tarik wisatawan, budaya sebuah
dan value bagi stakeholder. Oleh karena objek wisata tertentu patut ditingkatkan
itu strategi GTM tidak dilihat sebagai cost (cul- growth). Seni budaya yang tercipta
center tetapi sebagai sumber efisiensi biaya, di masyarakat bisa saja mengalami
sehingga meningkatkan kualitas lingkungan perubahan. Perubahan ini merupakan
dan pada akhirnya akan mengarah ke harga dampak negatif yang berlangsung dalam
premium. Kepuasan pelanggan tujuan dari jangka panjang.
pemasaran harus mengacu dan berlangsung
Ottman, Stafford & Hartman (2006)
sesuai spirit dasar GTM yaitu untuk
menunjukkan adanya perubahan signifikan
menciptakan :
dalam perspektif lingkungan yang menggeser
1. Keberlanjutan ekonomi yang menjamin gangguan biaya atau ancaman yang tak
peningkatan pembangunan sumber daya terelakkan untuk diakui sebagai ekonomi
ekonomi yang efisien untuk mendukung dan peluang kompetitif dalam pergeseran
keberdayaan generasi mendatang (eco- paradigma lama - menjadi pemasaran
growth), yang dipergunakan sebagai berbasis lingkungan terhadap pasar yang
kriteria untuk meningkatkan pendapatan lebih didorong dengan strategi membangun
masyarakat dan pemerintah. Lebih dari lingkungan. Pasar yang berparadigma
itu, nilai ekonomi yang diperoleh dari lingkungan membawa perbaikan lingkungan
pariwisata dapat menutup seluruh nilai dan daya saing untuk menggunakan sumber
untuk melakukan pencegahan dampak daya produktif. Jika perusahaan terjebak
negatif bagi lingkungan. dengan metode pembuangan sumber daya
dan mengabaikan standar lingkungan,
2. Keberlanjutan ekologis untuk menjamin
perusahaan akan beroperasi dengan biaya
kompatible pembangunan ekonomi
yang terlalu mahal, dan akan sulit menjadi
dengan proses pemeliharaan ekologi,
kompetitif.
keragaman biological dan sumber daya
hayati (res- growth) sesuai dengan daya Grundey dan Zaharia (2011) menunjukan
dukung pengembangan GTM secara bahwa perubahan orientasi jangka
individual atau secara bersama dibuat pendek ke jangka panjang juga melekat
perencanaan yang mempertimbangkan dalam perubahan struktural (misalnya
keberlanjutan pemanfaatan lingkungan perubahan budaya perusahaan dan sistem
dengan kriteria daya dukung komunikasi dan informasi). Mereka lebih

274 Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015


lanjut menjelaskan perlunya perubahan perusahaan harus peduli dengan apa yang
perspektif bahwa pengurangan limbah terjadi pada produk selama dan setelah masa
sederhana pun akan membuang biaya pakainya (Grundey dan Zaharia, 2011).
organisasi, oleh karena itu penggunaan Keprihatinan yang terbaik diungkapkan
kembali dan daur ulang bahan yang benar- melalui eksperimen dengan cara- cara
benar sebagai kegiatan penghematan biaya untuk menilai dan mendesain ulang tahap
daripada praktik menciptakan biaya dalam kehidupan produk. Pengembangan siklus
jangka panjang. GTM menunjukkan sebuah hidup dan desain termasuk energi dan bahan
perubahan dalam perspektif pembangunan input dan output produksi, konsumsi serta
eco-efisiensi, istilah umum untuk proses pembuangan produk harus mengevaluasi
desain ulang yang ramah lingkungan dan isu- isu lingkungan secara sistemik,
efisiensi sumber daya. Proses ini dapat bersama dengan manufaktur yang terkait,
menyebabkan hasil positif terhadap kinerja faktor ekonomi, regulasi, sosial, dan politik
GTM (kepuasan wisatawan, profitabilitas, (Grundey dan Zaharia 2011).
nilai dan perbaikan lingkungan) sebagai
proposisi utama dari penelitian ini. Proses desain ulang juga harus
mencerminkan loop vs rantai pasokan
Proses yang efisien sumber daya linear di mana bahan baku yang diambil,
didesain ulang terlihat dalam gagasan kemudian diteruskan dari pemasok ke

Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015 275


produsen, barang melewati saluran sewa dan leasing, kinerja penjualan produk
distribusi untuk menjangkau konsumen, tertentu dalam rangka memperpanjang
dan akhirnya dibuang sebagai limbah siklus hidup produk dan memastikan bahwa
(Peattie 2001). Struktur produk dan bahan produk yang digunakan dapat diproduksi
kemasan ulang atau daur ulang, membawa ulang. Dengan cara ini, semakin banyak
perubahan signifikan untuk produsen perusahaan yang merancang produk untuk
dalam hubungannya dengan konsumen dan perbaikan produksi, distribusi ulang dan
dengan demikian membuat hubungan ini penggunaan ulang.
lebih dinamis dengan memasukkan dimensi
waktu dalam pertukaran. Lokalisasi Implementasi model GTM dilakukan
sistem pasokan, teknologi informasi paling tidak melalui dua langkah berikut:
(komputerisasi), sistem produksi dan Pertama, keterlibatan pemangku
distribusi menjadi rantai distribusi global. kepentingan, perencana pariwisata dan
Artinya, visi jangka panjang dari ekonomi pemerintah, perusahaan swasta, asosiasi
yang lebih berkelanjutan memerlukan pariwisata, organisasi non-pemerintah
teknologi tinggi dan hemat energi. (LSM) yang berwawasan lingkungan,
Salah satu faktor penting dalam masyarakat setempat dan wisatawan, para
membangun eco-efisiensi dan proses desain pelaku wisata lainnya seperti tour operator,
ulang yang efisien adalah gagasan inovasi. agen perjalanan, resort, hotel, dan usaha
Inovasi memungkinkan perusahaan untuk pariwisata yang dibangun masyarakat.
menggunakan berbagai masukan lebih Kedua, evaluasi terhadap semua dampak
produktif melalui seluruh proses dari bahan lingkungan yang mungkin ditimbulkan
baku untuk energi dan tenaga kerja yang atau dihasilkan oleh kegiatan pariwisata,
memainkan peran penting mengimbangi misalnya polusi udara dan air, polusi suara,
biaya meningkatnya dampak lingkungan. limbah padat, perubahan komposisi flora
Peningkatan produktivitas sumber daya dan fauna, erosi tanah, perubahan geofisika,
adalah cara untuk membuat perusahaan lebih pemanfaatan bahan baku, konsumsi energy,
kompetitif, dalam hubungannya dengan dan sebagainya.
paradigma lingkungan yang lebih efisien
(Haden, Pane, & Humphreys, 2009). Strategi Green Tourism Marketing
Ini berarti bahwa hubungan inovasi dengan Penggunaan green marketing telah
proses adalah kesediaan menanggung biaya terbukti sangat berguna dalam hal
tambahan ketika mereka menggunakan menganalisis berbagai isu normatif dan
produksi yang mencemari atau energi praktis. Polonsky (2011) mengidentifikasi
limbah dan kehilangan sumber bahan baku tiga langkah strategis perlu dilakukan
dan waktu yang dapat digunakan membuat pada tingkat penghijauan untuk sampai
pelanggan membayar baik langsung atau pada resep sehat, yaitu strategis, kuasi
tidak langsung - untuk pembuangan produk. dan taktis, yang melibatkan kegiatan
Miller & Buys, (2008) menunjukkan dua berbeda untuk tindakan yang berbeda.
gagasan dalam lingkup eko-efisiensi yang Terlalu banyak penghijauan taktis dapat
memediasi hubungan GTM dengan hasil menciptakan kompetensi pada perusahaan,
positif. Pertama adalah menjual kinerja di daerah tertentu bahwa perusahaan tidak
produk bukan menjual produk itu sendiri dan memiliki sumber daya yang diperlukan dan
gagasan lingkaran ekonomi di mana rantai kemampuan untuk membangun strategi
nilai tradisional berubah menjadi siklus hijau, langkah taktis dapat membuktikan
nilai. Kedua adalah orientasi fungsional kemanfaatan seperti iklan atau kampanye
dan konsumsi tanpa kepemilikan seperti public relations. Oleh karena itu berpikir

276 Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015


dengan cara yang sama, dapat diusulkan sedikit, memiliki dampak yang relatif
empat tingkatan GTM pada level tindakan kurang.
yang berbeda yaitu transformatif, normatif,
Green Tourism Marketing Mix
strategis dan operasional.
Lee & Park (2013) mempertegas
a. Transformasi green tourism marketing
bahwa pemasaran hijau harus dapat
– pengembangan pasar ekologi dilakukan
membangun dan meme-lihara kesadaran
dengan cara mengubah set-up kebijakan
untuk mengkonsumsi produk hijau. Kinoti
publik ke pasar yang ada.
(2011) menunjukkan bahwa program bauran
b. Normatif green tourism marketing,
pemasaran hijau sangat bermanfaat dalam
didefinisikan sebagai jembatan antara
mendorong transaksi yang dapat melindungi
tingkat transformatif makro green
lingkungan. Elemen bauran green tourism
marketing dan tingkat mikro green
marketing yang digunakan dalam kajian
marketing strategis dan operasi. Pada
teoritis ini adalah sebagai berikut :
tingkat ini, kriteria prosedural dari
transformatif disediakan, visi masyarakat
1. Green Product
ekologi dan gaya hidup yang dikembangkan
dan asumsi dasar pemasaran secara umum Produk adalah satu bundel manfaat yang
dan green marketing khususnya. dapat ditawarkan ke pasar. Peattie dan Crane
c. Strategic green tourism marketing (2005) menggambarkan sebuah produk
berkaitan dengan lingkungan jauh disebut hijau, jika pembuatan design, label,
lebih strategis dalam rentang tindakan kemasan dan penggunaannya memberikan
perusahaan, karena memiliki dampak manfaat positif bagi masyarakat dan ling-
yang lebih tinggi pada nilai inti bisnis kungannya. Fokus penilaian daur hidup
atau mengubah fundamental struktur produk berkonsentrasi pada keberlanjutan
biaya perusahaan. Pada tingkat strategis, nilai ekonomi lingkungan sebagai dasar
isu ini melibatkan banyak pihak (seperti pengembangan, pembuatan, utilisasi, dan
pemerintah dan stakeholder lainnya), penjualan produk. Penilaian akan membantu
memiliki dampak yang lebih tinggi pada pengelolaan produk yang ramah lingkungan
lingkungan eksternal dan organisasi itu dan eco-efficient. Eco–Efficiency dipahami
sendiri, memiliki anteseden yang lebih dalam proses konsumsi sesuai dengan
kompleks dan hasil dalam model GTM utilisasi sumber daya alam, batasan waktu,
didistribusikan untuk rentang waktu yang dan kesempatan untuk memperbaharui
lebih lama. dirinya sendiri (produk)
d. Operational green tourism marketing,
memiliki dampak pada rantai nilai mulai 2. Green Pricing
dari level menengah sampai level tinggi,
Harga berkait dengan nilai suatu produk.
tetapi respon diskresi manajer umumnya
Penetapan harga produk hijau merupakan
rendah. Tingkat diskresi manajerial
strategi yang mengijinkan marketer untuk
bervariasi mulai dari level tinggi ke
melakukan penyesuaian struktur harga
level rendah dan membawa nilai relatif
sejalan dengan investasi pengembangan
sedikit. Tetapi tetap penting untuk
produk hijau dan ketahanan perusahaan
mempertimbangkan potensi efek buruk
dimasa mendatang. Marketer dalam
pada nilai stakeholder ketika melihat
penetapan harga produk perlu memasukkan
akumulasi ribuan keputusan. Keputusan
biaya-biaya lingkungan, biaya- biaya limbah
dan isu-isu yang mencakup rentang
buangan dan biaya-biaya lainnya. Pariwisata
waktu yang lebih singkat, memerlukan
dikenal sebagai kombinasi produk dan jasa/
mobilisasi sumber daya yang lebih
layanan akan selalu berhubungan dengan

Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015 277


kerusakan lingkungan oleh karenanya perlu melakukan perjalanan wisata, termasuk
diberi harga lebih (Ali Hasan, 2015a). produk barang dan jasa yang rendah polusi,
hemat energi, bersih, hijau, serta terstandar
3. Governmental Pressure dalam pengelolaan sampah.Konsumen hijau
memiliki kontrol internal yang lebih kuat
Aktivitas capaian hijau harus diperkuat
dengan berbagai cara. Perusahaan perlu karena mereka percaya bahwa secara individu
diperla-kukan dengan tekanan kompetitif, bisa lebih efektif dalam perlindungan
dan diharapkan semakin mengikat lingkungan. Dengan demikian, mereka
penggunaaan strategi pemasaran hijau merasa bahwa pekerjaan perlindungan
dalam mereduksi masalah linnkungan, lingkungan tidak harus diserahkan kepada
dan kenaikan ongkos produksi. Pada pemerintah, bisnis, lingkungan dan ilmuwan
sisi lain, tekanan pemerintah dan publik saja; mereka sebagai konsumen juga dapat
semakin meluas pada tataran global memainkan peran. Mereka juga kurang
bersamaan dengan tumbuhnya kesadaran dogmatis dan lebih berpikiran terbuka
atas permintaan produk hijau. Usaha ini atau toleran terhadap produk dan ide baru.
dapat membuat biaya- biaya substansial Keterbukaan pikiran membantu mereka
berpengaruh positif terhadap capaian untuk menerima produk hijau dan perilaku
kinerja lingkungan dan keuangan yang lebih hijau akan jauh lebih mudah (Brunoro,
besar, memiliki daya saing, dan manfaat 2010).
inovasi akan semakin mapan (Kassinis and
Vafeas, 2006). Secara umum ada dua tipe wisatawan
yang datang ke sebuah destinasi yaitu :
4. Cost - Profits Issues (1) wisatawan dengan tingkat pengeluaran
yang tinggi, (2). Wisatawan dengan tingkat
Isu biaya dan profit akan mempengaruhi pengeluaran yang rendah (Ernawati, 2010).
perusahaan dalam menjalankan aktivitas Wisatawan jenis pertama adalah wisatawan
pemasaran lingkungan, menjadi two- masal yang menghabiskan sebagian besar
fold dalam pengembangan industri untuk uangnya untuk akomodasi hotel mewah
mengurangi pencemaran lingkungan, yang yang sebagian besar berasal dari luar
pada umumnya akan mengurangi cost dan destinasi, yang menimbulkan kebocoran
karenanya akan meningkatkan keuntungan devisa. Wisatawan jenis kedua merupakan
wisatawan dengan ceruk pasar berbasis
5. Green Tourist masyarakat, pengeluaran wisatawan jenis
Vernekar dan Wadhwa (2011) ini dirasakan langsung oleh masyarakat
mendeskripsikan konsumen (wisatawan) lokal.
hijau sebagai orang yang mengadopsi
perilaku environmentally-friendly, dan/atau 6. Green Promotion
orang yang membeli produk hijau (di) atas Pada tahap seleksi pelanggan semakin
alternatif standard. Mereka mempunyai lebih memperhatikan kriteria yang memandu
sikap positif terhadap lingkungan dan bisnis. Bisnis dipahami bergerak pada arah
lebih berkeinginan membeli produk hijau. yang penuh perhatian dan menghormati
Kesadaran lingkungan semakin tumbuh di kebutuhan sosial, lingkungan dan
dalam diri wisatawan, faktor lingkungan keberlanjutan. Untuk alasan ini, manajemen
selanjutnya menjadi pemicu lahirnya bisnis yang etis akan menciptakan
gerakan dan perilaku baru yaitu preferensi pengembalian yang lebih besar untuk bisnis
memakai produk ramah lingkungan, dari sekedar citra positif. Meningkatnya
wisatawan mencari dan mempergunakan perhatian untuk berkelanjutan pariwisata.
produk berlabel ekologi (ecolabel) selama Investasi dalam promosi dilakukan untuk

278 Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015


menghilangkan hambatan terhadap pasar kecil menjadi pemicu penggunakan
kecurigaan konsumen terhadap kerusakan promosi dari mulut ke mulut semakin
lingkungan. menguat (Ali Hasan, 2010)..
Termasuk dalam sektor pariwisata, Sinergi Peran Pelaku Tawaran
kepuasan pelanggan merupakan faktor Pariwisata
mendasar. Faktor ini berubah menjadi
Pasaribu (2011) mencatat bahwa
kendaraan promosi yang kuat, kepuasan
instansi pemerintah di Indonesia memiliki
pelanggan umumnya akan berubah menjadi
ego sektoral tinggi yang mengakibatkan
kesetiaan, terutama karena kesulitan
rendahnya kualitas koordinasi dan
dalam menemukan hal baru yang lebih
sinkronisasi pembangunan itu sendiri.
cocok, karena itu mereka akan memilih
Sinergi pemerintah, dunia usaha dan
kembali ke resort dan fasilitas yang sudah
masyarakat (gambar 2.2) dalam model
dirasakan sebelumnya di mana mereka
green tourism marketing memiliki
merasa diperlakukan dengan baik. Selain
kemampuan dan kontribusi potensial dalam
itu, kecenderungan umum melayani segmen

Gambar 2 Sinergi Pengembangan GTM

memaksimalkan peluang ekonomi dan diperlukan secara terus menerus dalam


minghilangkan/meminimilkan dampak mengembangkan kebijakan, implementasi
negatif terhadap lingkungan, dengan termasuk sanksi bagi sai apapun yang
demikian voice green tourism berkembang merusak lingkungan, mendorong gerakan
dalam pengaturan mutual-simbiosis dengan wisata hijau untuk meminimalkan
ekonomi, lingkungan alam, sosial dan dampak kerusakan lingkungan, hal yang
budaya. sama juga berlaku bagi masyarakat harus
mimiliki kepedulian, komitment dan
a. Pemerintah harus menjadi proaktif
partisipasi aktif untuk mencegah
terhadap masalah lingkungan hidup.
kerusakan lingkungan.
Tanggung jawab perlindungan lingkungan
b. Dunia usaha harus menjadi bagian yang
harus berada di pundak pemerintah, oleh
proaktif dan peduli terhadap pelestarian
karena itu masalah lingkungan tidak
lingkungan. Pengusaha harus menyadari
bisa ditangani tanpa kebijakan proaktif
tanggung jawab perlindungan lingkungan
pemerintah. Intervensi pemerin-tah

Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015 279


dan menyediakan sedikit investasi untuk Manfaat yang paling menonjol dari
upaya riil pelestarian lingkungan. model GTM adalah untuk mendorong
c. Masyarakat memiliki ‘freedom of perkembangan yang memberikan manfaat
choice’ baik sebagai individu, kelompok bagi komunitas lokal dan lingkungan
atau organisasi mempunyai hak dimana destinasi setempat, peluang pekerjaan baru,
keinginan mereka harus terpenuhi. bisnis dan tambahan penghasilan, pasar baru
Rintisan pengembangan destinasi wisata untuk pasar lokal; perbaikan infrastruktur,
sebagai usaha mikro Mangunan, misalnya pelayanan masyarakat, fasilitas; keterampilan
dengan icon tanaman buah dan daya dan teknologi baru; meningkatkan kesadaran
tarik wisata lainnya, pengembangan budaya dan lingkungan, konservasi
usaha wisata (homestay, kuliner, guiding, dan perlindungan, serta meningkatkan
souvenier) dan diversifikasii produk penggunaan lahan.
untuk memenuhi kebutuhan pasar dan
memuaskan keinginan wisatawan.

Indikator Keberhasilan GTM

Kelompok Indikator

Masyarakat 1. Terciptanya partisipasi dan kepuasan masyarakat mangunan berkaitan


Mangunan aplikasi manajemen pariwisata hijau
2. Terciptanya kesadaran dan keinginan untuk mewariskan sumber
daya lingkungan yang bersih untuk anak turunan mereka dimasa
mendatang,
3. Menciptakan keharmonisan pertumbuhan ekonomi, lingkungan,
sosial dan budaya yang berkelanjutan
4. Meningkatkan kesejahtraan dan peluang kesempatan kerja

Wisatawan 1. Meningkatkan pemahaman tentang peran kunjungan wisatawan


terhadap upaya melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan hidup
2. Meningkatkan kesadaran wisatawan untuk bersedia membayar lebih
untuk produk hijau dan konservasi lingkungan
3. Meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan dalam berwisata

Pemerintah
1. Meningkatkan pendapatan asli daerah
2. Tersedianya rekomendasi kebijakan GTM yang optimal dalam
pembangunan keberlanjutan ekonomi berbasis destinasi hijau (integra-
ted green economic growth tourism)
3. Dapat menciptakan model monev dalam memastikan bahwa
kegiatan parwisata tidak berimplikasi negative terhadap lingkungan

280 Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015


Usaha 1. Terbentuknya usaha wisata lokal (baru) baik sebagai pemasok wisatawan,
Wisata tour
Lokal
2. leader, tour guide, usaha kuliner, homestay dan souvenir,
3. Meningkatkan kesadaran terhadap praktik wisata berwawasan hijau,
4. Meningkatkan kesadaran untuk mengurangi kerusakan lingkungan,
melakukan penghematan energi dan keberlanjutan lingkungan

Roadmap Penelitian dan sinergi pelaku dengan memperhatikan


keberlanjutan pembangunan, keserasian,
Mohanasundaram (2012); Thakur
dan keseimbangan proses pemberdayaan
dan Gupta (2012) menyatakan bahwa
ekonomi, sosial, budaya, lingkungan dan alih
pemahaman green marketing masih dalam
teknologi ramah lingkungan yang dirancang
tahap awal, konsepsi green marketing
dalam roadmap gambar 2.3.
memperoleh daya gerak tetapi langkah
adopsinya lambat. Banyak riset green
Penelitian Terdahulu dan
marketing dilakukan oleh akademisi luar
Pengembangan Hipotesis
negeri, di Indonesia disamping masih
adanya kelangkaan riset ini, tetapi juga Riset Bhatia and Jain (2013) mencatat
belum menandai maraknya kesadaran kesadaran terhadap nilai-nilai green product
green, implementasi kebijakan dan gerakan berdampak positif dalam mempersuasi
managerial dalam bisnis pariwisata. konsumen menyukai dan membeli green
product dibanding marketing konvensional.
Keberhasilan pembangunan ekonomi
Riset Ottman, Stafford & Hartman (2006)
lokal tergantung pada keterlibatan aktif dari
menyimpulkan bahwa penggunaan
banyak pihak dan kelancaran komunikasi
green marketing : (1) dapat meningkatkan
serta koordinasi diantara pihak-pihak yang
mutu lingkungan dan kepuasan pelanggan
terkait. Inisiatif pembangunan ekonomi
(2) dapat menarik dan meningkatkan
lokal berbasis pariwisata yang sukses
pangsa pasar, (3) mendapatkan
bergantung kemampuan dan semangat
keunggulan kompetitif, (4) membangun
masyarakat, aktor bisnis, pemerintah,
kepedulian terhadap lingkungan hidup,
asosiasi pariwisata, dan perguruan tinggi
dan (5) meningkatkan pendapatan dan
yang terpanggil secara bersama-sama
menanggulangi pengangguran. Riset
bersinergi dan saling menguntungkan
Singh (2013) menunjukan bahwa jenis
dalam memberikan kontribusi terhadap
kelamin, kesadaran dan umur berpengaruh
pembangunan. Model GTM dirancang
signifikan terhadap pembelian produk
dalam rangka pemberdayaan masyarakat
ramah lingkungan. Kajian Lekhanya
berbasis pariwisata hijau (green tourism)
sebagai bagian penting dari pem- (2014) mempertegas adanya kebutuhan
pelaku usaha kecil dan menengah untuk
bangunan dan penguatan ekonomi meningkatkan kesadaran dan pemahaman
berwawasan lingkungan (eco-growth) konsep pemasaran hijau untuk memperluas
dalam mendorong kesejahteraan masyarakat, target pasarnya. Ketiadaan pengetahuan
penurunan pengangguran dan kemiskinan. dan pemahaman pemasaran hijau mem-
Keberhasilan dalam mengembangkan buat aktivitas pemasaran hijau menjadi
destinasi wisata hijau harus dilaksanakan atas mahal dan berimplikasi negatif pada
dasar kebijakan pemerintah secara sistemik perusahaan dan pelanggan.

Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015 281


Gambar 2.3 Roadmap Penelitian

Temuan Sudana (2010) menunjukkan mengenai sensitivitas konsumen. Dalam


bahwa pengembangan pariwisata implementasinya, kesadaran lingkungan
kerakyatan yang didukung pemerintah dan kebijakan hijau dalam bisnis sebagai
dan asosiasi pariwisata serta masyarakat akibat dari kesadaran konsumen terhadap
memanfaatkan peluang dengan membuka lingkungan.
usaha sangat berpengaruh terhadap
Kajian terakhir menyebutkan bahwa (1)
peningkatan sumber penghasilan
mayoritas wisatawan bersedia membayar
masyarakat setempat, meningkatnya rasa
lebih tinggi untuk produk hijau, membayar
bangga dan keinginan masyarakat untuk
premi untuk mendukung perlindungan
melestarikan lingkungan, dan seni budaya
lingkungan, (2) batas kewajaran harga
mereka.
premium ditetapkan maksimum 10%
Daily dan Huang (2011) menemukan (tingkat harga yang dapat dirima wisatawan)
sepuluh persen dari konsumen mengenali dan divisualisasikan secara transparan
label produk ekologi atau label hijau dan kredibel untuk menghindari persepsi
pada produk energy yang dijual di “green wash “. (3) GTM akan
supermarket. Meskipun perusahaan berhasil jika marketer menyadari bahwa
berjalan dengan kecepatan yang signifikan pembeli tawaran wisata hijau bukan pasar
dalam hal lingkungan, namun tidak masal, tetapi ceruk pasar yaitu wisatawan
mungkin bagi kita untuk mengatakan bahwa individu, kelompok atau organisasi yang
mereka telah mencapai tingkat yang sama peduli lingkungan (Ali Hasan, 2015b).

282 Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015


Perubahan permintaan dalam berwisata ini bahan yang tidak berbahaya bagi lingkungan
merupakan peluang yang menjanjikan untuk dan kesehatan manusia (yaitu produk hijau)
mengoptimalkan ceruk pasar yang memiliki telah menjadi populer di kalangan konsumen
inisiatif membayar lingkungan, menciptakan yang memiliki kesadaran lingkungan.
pertumbuhan untuk memperbesar target Dalam konteks ini, orang-orang yang
pasar, dan mempertebal wallet share jangka bertujuan untuk melindungi diri mereka
panjang sendiri dan lingkungan dengan daya beli
mereka diidentifikasi sebagai konsumen
Riset yang dilakukan oleh Aysel Boztepe
hijau yang terus menerus meningkat -
(2012) menunjukkan bahwa kesadaran
konsumen membangkitkan kepentingan
lingkungan, fitur produk hijau, promosi
lingkungan mereka dengan perilaku ramah
hijau dan kenaikan harga hijau, dan perilaku
lingkungan.
pembelian hijau meningkat. Destinasi
wisata berbasis lingkungan menunjukkan Riset yang dilakukan oleh Gilg, Barr, &
bahwa wisatawan bersedia membayar Ford (2005) peningkatan jumlah konsumen
lebih untuk produk ramah lingkungan yang menyatakan minatnya pada lingkungan
terhadap pencemaran lingkungan. Ketika dan produk ramah lingkungan yang dibeli.
profil demografis konsumen dianalisis, Ada korelasi antara kepedulian konsumen
promosi hijau, kesadaran lingkungan, harga terhadap lingkungan dan kemauan untuk
hijau, fitur produk hijau mempengaruhi membeli produk ramah lingkungan, ada
pembelian konsumen laki-laki, promosi hubungan antara sikap positif konsumen
hijau mempengaruhi pembelian konsumen terhadap isu-isu lingkungan dan perilaku
wanita. pembelian aktual. Perilaku pembelian produk
merupakan kecenderungan seseorang untuk
Terlepas dari kekurangan sumber
memilih salah satu dari berbagai alternatif
daya, peningkatan industrialisasi dan
produk yang ditawarkan atau produk yang
urbanisasi, perusahaan dihadapkan pada
tersedia.
lingkungan alam dan kesehatan manusia
dengan pencemaran pada tingkat yang
1. Kesadaran lingkungan dan Pembelian
berbahaya. Hal ini menempatkan operasi
Green Tourism Product
perusahaan untuk menerapkan produk
ramah lingkungan. Perusahaan harus Seorang konsumen dengan kesadaran
bahwa kesadaran melindungi lingkungan, lingkungan dapat didefinisikan sebagai ahli
dikenal sebagai gerakan hijau sangat ekologi terhadap pencemaran lingkungan dan
didukung oleh masyarakat maju, dan mulai bagaimana mereka memiliki rasa tanggung
melaksanakan program meminimalkan jawab terhadap generasi mendatang
potensi yang membahayakan lingkungan dan seluruh umat manusia untuk dapat
alam (Andreas Loka, 2015). menggunakan sumber daya. Konsumen yang
yang memiliki kesadaran lingkungan dapat
Membuat produk ramah lingkungan
menilai adanya sumber daya lingkungan,
memerlukan kesadaran lingkungan dan
biaya penggunaan, dampak penggunaan
dalam hal mengkonsumsi. Konsumen
terhadap lingkungan dan untuk diri mereka
memiliki tugas penting dalam hal ini serta
sendiri (Decarlo & Barone, 2005).
orang-orang mengelola operasi pemasaran
bisnis. Konsumen sudah mulai mendukung Survei terhadap 400 mahasiswa
lingkungan dengan menggunakan daya beli menunnjukan pembelian hijau dan
mereka untuk mengkonsumsi tanggung penggunaan produk yang berbahaya bagi
jawab. Kecenderungan untuk menggunakan lingkungan. Fitur dari produk yang dibeli,
produk ramah lingkungan mengandung kemasan dan penanganan limbah, informasi

Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015 283


tentang produk yang dibeli adalah penting lingkungan (Ali Hasan, 2014). Oleh karena
bagi mereka. Ketika polusi lingkungan itu proposisi yang akan diuji secara empirik
dan peningkatan kesadaran perlindungan dirumuskan sebagai berikut :
lingkungan mempengaruhi perilaku
H4 : Atribut green product berpengaruh
pembelian konsumen, menyadari pentingnya
terhadap perilaku pembelian green
daur ulang untuk melindungi lingkungan
tourism product.
dan pencegahan pencemaran lingkungan
(Leiserowitz, Kates, & Parris, 2005). Oleh H5 : Atribut green product berpengaruh
karena itu proposisi yang akan diuji secara terhadap profitabilitas
empirik dirumuskan sebagai berikut :
H6 : Atribut green product berpengaruh
H1 : Kesadaran lingkungan berpengaruh terhadap value bagi stakeholder
terhadap perilaku pembelian green
tourism product 3. Green Pricing dan Pembelian Green
Tourism Product
H2 : Kesadaran lingkungan berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas Harga yang lebih rendah disebabkan
lingkungan. oleh penghematan biaya akan mendorong
konsumen untuk membeli produk ramah
H3 : Kualitas lingkungan berpengaruh
lingkungan. Ketika permintaan produk
terhadap pembelian green tourism
meningkat atau menurun bisa jadi karena
product
respon harga, harga yang lebih rendah bisa
menjadi strategi yang lebih sukses
2. Green Product dan Pembelian Green
bagi perusahaan. Harga dapat diterapkan
Tourism Product
pada tingkat yang sama, terutama ketika
Pencemaran lingkungan meningkat sifat positif dari produk tentang lingkungan
pesat di seluruh industrialisasi yang dapat digunakan sebagai elemen keunggulan
mengarah ke reaksi besar terhadap kompetitif. Saat harga produk yang lebih
produk yang berbahaya bagi lingkungan tinggi, harus disediakan untuk promosi
hidup. Ketika isu produk yang berbahaya produk hijau dan harus ada konsumen yang
menjadi salah satu faktor mempengaruhi siap untuk membayar lebih untuk produk.
keputusan pembelian konsumen, bisnis Dalam hal ini, yang penting adalah tingkat
mulai memproduksi ramah lingkungan atau harga. Hasil kajian empiris menunjukkan
dengan kata lain adanya kebijakan untuk bahwa konsumen yang pernah membeli
membuat produk hijau baik melalui proses produk hijau terhalang dari pembelian
diversifikasi dan pengembangan atribut karena dianggap terlalu mahal. Harga
untuk menciptakan daya tarik produk adalah alasan utama konsumen memilih
(Goswami, 2008) untuk tidak membeli produk hijau (Tantawi,
Shaughnessy, Gad, & Ragheb, 2009). Oleh
Konsumen yang mempertimbangkan
karena itu proposisi yang akan diuji secara
produk hijau merupakan orang-orang yang
empirik dirumuskan sebagai berikut :
berusaha untuk meminimalkan dampak
terhadap lingkungan (misalnya, hemat H7 : Green pricing berpengaruh
energi, daur ulang, alami atau organik). terhadap perilaku pembelian green
30% dari konsumen mempertimbangkan tourism product.
untuk penggunaan praktik produk berlabel
H8 : Green pricing berpengaruh
hijau dan informasi dari mulut ke mulut
terhadap profitabilitas
adalah sumber utama informasi tentang
produk hijau dan perusahaan berorientasi H9 : Green pricing berpengaruh

284 Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015


terhadap kepuasan wisatawan bisnis dan struktur biaya perusahaan.
Keterpaduan pemerintah dan stakeholder
H10 : Green pricing berpengaruh
lainnya, memiliki dampak yang lebih tinggi
terhadap value bagi stakeholder
pada lingkungan eksternal dan organisasi
itu sendiri, memiliki anteseden yang
4. Green Promotion dan Pembelian Green
lebih kompleks dan hasil dalam model
Tourism Product
GTM akan terdistribusikan untuk rentang
Sebuah promosi yang baik memberikan waktu yang lebih lama (jangka panjang).
kesempatan bagi konsumen untuk bersama- Strategi konservasi dengan penekanan
sama dengan perusahaan menunjukkan pada eco-deveopment akan meningkat
tanggung jawab lingkungan. Kebijakan kualitas lingkungan dan dengan demikian
promosi bertujuan untuk menciptakan akan memperbaiki kinerja produk wisata
sebuah citra perusahaan ramah lingkungan berbasis lingkungan, selain strategi ini
di mata konsumen dan memberikan pesan merekomen-dasikan untuk mengambil
lingkungan kepada konsumen tentang produk. tindakan yang menjamin pemeliharaan
Untuk mencapai tujuan ini, kampanye iklan, sumber daya wisata (alam atau buatan
promosi, hubungan masyarakat dan lainnya manusia) jangka panjang. Pariwisata
adalah alat pemasaran yang membutuhkan memiliki ketergantungan yang kuat pada
komunikasi internal dan eksternal. sumber daya alam yang berkualitas, oleh
karena itu green tourism sebetulnya bukan
Riset Bowen, Cousins, Faruk, &
hanya cita-cita yang tetapi keharusan
Lamming, (2007) mencatat bahwa pembelian
ekonomi–ini masuk akal, karena ekonomi
produk hijau berhubungan positif dengan
yang baik akan tumbuh dari kemampuan
keyakinan terhadap iklan yang menghina
menjaga lingkungan, lingkungan sebagai
dan cenderung untuk beralih saluran selama
sumber daya yang memberi peluang untuk
iklan. Selain itu mereka juga menunjukkan
digunakan para pelaku bisnis pariwisata
bahwa wanita cenderung membeli produk
secara kompatibel (Ali Hasan, 2014). Oleh
hijau lebih skeptis terhadap iklan dibanding
karena itu proposisi yang akan diuji secara
wanita yang tidak. Sebaliknya skeptisisme
empirik dirumuskan sebagai berikut :
pria terhadap iklan tampaknya tidak terkait
dengan perilaku pembelian produk hijau. H14 : Strategi green tourism marketing
Oleh karena itu proposisi yang akan diuji berpengaruh terhadap pembelian
secara empirik dirumuskan sebagai berikut : green tourism product
H11 : Green promotion berpengaruh H15 : Strategi green tourism marketing
terhadap perilaku pembelian green berpengaruh terhadap peningkatan
tourism product. kualitas lingkungan
H12 : Green promotion berpengaruh H16 : Strategi green tourism marketing
terhadap peningkatan kualitas berpengaruh terhadap permintaan
lingkungan wisatawan
H13 : Green promotion berpengaruh H17 : Strategi green tourism marketing
terhadap permintaan wisatawan berpengaruh terhadap profitabilitas

5. Strategic Green Tourism Marketing 6. Demografi dan Pembelian Green


dan Pembelian Green Tourism Product Tourism Product
Rentang tindakan perusahaan memiliki D’Souza, Taghian, & Khosla (2007)
dampak yang lebih tinggi pada nilai inti menganalisis hubungan antara variabel

Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015 285


demografi dan sikap konsumsi dari empirik dirumuskan sebagai berikut :
kesadaran ekologis konsumen hasilnya :
H18 : Umur mempengaruhi pembelian
(1) variabel psikografis muncul menjadi
green tourism product.
lebih efektif dalam menjelaskan variasi
perilaku dan kesadaran ekologis konsumen. H19 : Jenis kelamin mempengaruhi
Keyakinan seseorang bahwa individu dapat pembelian green tourism product.
memainkan peran penting dalam memerangi
H20 : Status pernikahan mempengaruhi
kerusakan lingkungan mungkin menjadi
pembelian green tourism product
kekuatan pendorong perilaku kesadaran
ekologis konsumen; (2) pekerjaan dan H21 : Pendidikan mempengaruhi pembelian
usia menunjukkan profil konsumen hijau green tourism product
yang lebih stabil. perilaku konsumen dan
H22 : Pendidikan mempengaruhi pembelian
kesadaran ekologis melampaui batas-batas
green tourism product
ideologis; (3) variabel demografis ditemukan
cukup menentukan profil konsumen hijau,
METODE PENELITIAN
perempuan lebih terkait dengan lingkungan
dan menampilkan perilaku yang pro Runtutan pelaksanaan penelitian
lingkungan. Pasangan yang sudah menikah ini divisualisasikan dalam diagram alir
lebih mungkin untuk memiliki perilaku pro penelitian seperti dalam gambar 3.1.
lingkungan; (4) ditemukan korelasi negatif Serangkaian metode penelitian ini dimulai
antara usia dan sikap pro-lingkungan, dari: (1) menetapkan lokasi penelitian,
korelasi positif ditemukan berdasarkan (2) menetapakn data, variabel, indikator,
pendidikan, informasi, sikap dan perilaku. istrumen dan skala, (3) model penelitian,
Dalam kelas sosial, informasi lingkungan (4) rancangan penelitian, dan (5) analisis
dan kualitas lingkungan, berpartisipasi data
hipotesis ditolak.
Lokasi Penelitian
Survei Frooman ( 2005) terhadap
420 rumah tangga menunjukkan bawa Kajian green tourism marketing
masyarakat yang lebih sering mengadopsi dilaksanakan di Perkebunan Mangunan
perilaku pro- lingkungan adalah mereka terutama karena alasan berikut :
yang berpendidikan tinggi, dibanding 1. tipologi Perkebunan Mangunan memiliki
lainnya, dan usia antara 18 - 65 tahun potensi untuk dikembangkan menjadi
menyadari produk hijau dan telah membeli kawasan berbasis lingkungan alam;
produk hijau di masa lalu.
2. kompetensi SDM yang mengelola
Semua perilaku ekologi berkorelasi Perkebunan Mangunan pada level sedang
positif dengan sikap daur ulang dan locus - tinggi yang dibutuhkan belum tersedia;
of control. Perilaku daur ulang diprediksi
oleh sikap daur ulang pasca pembelian 3. mimiliki potensi komuditas unggulan
dan kegiatan berwisata ekologis diprediksi pariwisata, pertanian/perkebunan,dan
berdasarkan daya dukung fasilitas. industri rumah tangga;
Konsumen yang sebagian besar terlibat 4. keterbatasan lembaga keuangan,
dalam daur ulang, tidak energik, kegiatannya koperasi, pengelola, agen perjalanan
tradisional pada sebagian besar dipengaruhi sebagai mediasi mata rantai pemasaran
oleh sikap positif mereka terhadap daur produk (supplay chain) untuk mendukung
ulang serta dengan tanggung jawab sosial usaha dalam bidang pariwisata;
mereka (Hartmann, & Ibanez, 2006). Oleh
karena itu proposisi yang akan diuji secara 5. keterbatasan model dalam membangun

286 Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015


industri kreatif, unik, berkualitas berbasis lingkungan.
membentuk pusat pertumbuhan ekonomi
dan pengembangan entrepreneur baru Data, Variabel, Indikator, Instrumen
yang mampumemakmurkan dan dan Skala
mensejahterakan komunitas pariwisata
1. Data Penelitian
Tabel.3.1. Jenis, Bentuk dan Sumber Data Desa Produktif

Jenis Data Bentuk Data Sumber Data Instrumen


Sekunder Profil desa, Profil lembaga Pemerintah Wawancara Kamera
masyarakat dan Profil lembaga Desa dan (rekaman aktivitas )
komerial (Bank, KUD, UKM) Kecamatan
Primer Potensi SDA, GTM, Ekonomi, dan Responden Kuesioner Kamera
Sosial Budaya (rekaman aktivitas)
2. Variable Penelitian
MODEL GTM PERKEBUNAN MANGUNAN

Gambar 3.1 Alir Penelitian


Tabel.3.2. Variabel, Dimesi, Indikator dan Instrumen Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Bobot Sumber
Potensi Komoditas 1. Jenis produk destinasi wisata 0.25 FGD
SDA Unggulan hijau
2. Kualitas dan kuantitas produk
3. Kesinambungan produk
4. Pemasaran produk
5. Kontribusi terhadap PAD
Potensi 1. Letak lokasi
Geografis

Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015 287


Green Revitalisasi 1. Gentrifikasi/redevelopment 0.25 Kuesioner –
Tourism dan Konservasi 2. Pengelolaan limbah dan Responden
Lingkungan sampah
3. Penataan dan Penggunaan
ruang untuk pembangunan
infrastruktur, pemukiman,
dan tempat usaha
Revitalisasi 1. Signifikansi nilai sejarah
dan Konservasi 2. Signifikansi nilai budaya
Budaya
Pemberdayaan 1. Partisipasi dan keterlibatan
Masyarakat masyarakat
2. Kerjasama dan kepedulian
3. Kemampuan manajerial
Diverisifikasi 1. Identifiasi produk baru
Produk Wisata berbasis lingkungan
2. Menambah nilai pada produk
yang sudah ada
Daya Tarik 1. Fasilitas wisata
Produk Wisata 2. Atraksi wisata
Hijau 3. Aminitas wisata
4. Aktivitas wisata
Keterpaduan 1. Eksplorasi partner wisata
Pelaku hijau
tawaran
produk wisata 2. Sinergi pelaku wisata dengan
Hijau sektor lainnya)
Daya Dukung 1. Aksesibilitas / Transpotasi
2. Keamanan dan Kenyamanan
3. KUD, UKM, Bank/ Money
Changer
4. Lembaga Rembug Desa
Ekonomi Pasar 1. Generating economic 0.20 Kuesioner –
activities
2. Creating economic activities Responden
3. Akses pasar dan pemasaran
4. Sarana prasarana pemasaran

Teknologi 1. Pengolahan hasil skala RT 0.10 FGD


2. Pengolahan hasil skala sedang
Sosial SDM 1. Motivasi 0.20 Kuesioner –
2. Ketrampilan
Responden
3. Kemampuan
4. Innovative
5. Kreativitas
1.00

288 Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015


3. Skala Pengukuran lingkungan) menggunakan metode indeks
komposit yang diukur dengan skala likert
Pengukuran terha dap potensi
yang diklasifikasikan seperti dalam
Perkebunan Mangunan sebagai basis
tabel berikut.
green tourism (destinasi wisata berbasis
Tabel.3.3 Indeks Komposit Destinasi Wisata Berbasis Lingkungan
No Dimensi TP KP CP P SP

1 Revitalisasi dan Konservasi Lingkungan 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

2 Revitalisasi dan Konservasi Budaya 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

3 Pemberdayaan Masyarakat 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

4 Daya Tarik Produk Wisata 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

5 Diverisifikasi Produk Wisata 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

6 Keterpaduan Pelaku Wisata 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

7 Daya dukung 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

8 Komoditas Unggulan 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

9 Potensi Geografis 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

10 Pasar 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

11 Teknologi 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

12 SDM 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

TP = Tidak Potensial KP = Kurang Potensial CP = Cukup Potensial,


P = Potensial SP = Sangat Potensial

Model Penelitian model GTM dalam pengembangan wisata


hijau dimasa mendatang, penulisan publikasi
Model penelitian ini termasuk ekperimen
internasional dan penyusunan buku ajar/
terbatas yang secara khusus digunakan
buku teks green tourism marketing.
untuk menguji berbagai kegiatan ekonomi
masyarakat pariwissata, mendeskripsikan
Rancangan Penelitian
dan mela-kukan perbaikan. Hasil akhir
penelitian ini digunakan untuk penyusan Penelitian ini dilakasanakan dalam dua
naskah rekomendasi produk hukum/ tahapan dengan kegiatan dan hasil yang
kebijakan model GTM yang optimal dalam diharapkan akan diperoleh seperti dalam
pembangunan wisata hijau, dan penetapan tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4. Rancangan Penelitian

Kegiatan Hasil Yang Diperoleh


1. Identifikasi karekateritik destinasi 1. Naskah pemetaan karakteristik dan potensi
wisata hijau menjadi destinasi wisata hijau
2. Penetapan indikator potensial 2. Program usulan akselerasi model GTM
jangka pendek (1 tahun)
3. Penetapan strategi dan program
akselerasi 3. Naskah model GTM dengan quality function
deplovement
4. Melakukan uji one group pre
dan post test design

Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015 289


4. Pengukuran Hasil 4. Penetapan indikator hasil dan dampak
utama model GTM
5. Implementasi Model GTM
5. Tersusunnya naskah rekomendasi pro-duk yang
optimal dalam pembangunan keberlanjutan
ekonomi berbasis destinasi wisata hijau
(integrated green economic growth)
6. Tersosialisasikan model GTM

Metode Analisis
Analisis data penelitian menggunakan model mix method sebagai berikut.
Tabel.3.5 Mix Method Analisis Data

Sumber
Skala Jenis data Analisis Luaran
Data
1. Profil desa Data 1. Deskriptif kualitatif Informasi desa
Sekunder
2. Profil lembaga masyarakatan 2. Analisis isi triangulasi
Nominal

3. Profil lembaga komerisal


4. ((Bank, KUD, UKM)

1. Revitalisasi dan Konservasi Data 1. Analisis deskriptif 1. Tipe kawasan GTM


Lingkungan Primer
2. Analisis comparative 2. Faktor significant
2. Revitalisasi dan Konservasi performance index penghambat GTM
Budaya
3. Analisis Kelembagaan 3. Model akselerasi
3. Pemberdayaan Masyarakat GTM
4. Analisis Logical
4. Produk Unggulan Framework 4. Strategi kebijakan
pengembangan
5. Diverisifikasi Produk Wisata 5. Analisis paired sample GTM
tes
6. Daya Tarik Produk
Interval

5. P e n y u s u n a n
6. Analisis Regresi p r o g r a m
7. Wisata Hijau
7. Analisis LISREL pengembangan
8. Keterpaduan Pelaku GTM
8. Analisis Strategi
9. Wisata Hijau (SWOT)
10. Daya Dukung
11. Potensi Geografis
12. Pasar
13. Teknologi
14. SDM

Penjelasan Analisis melalui berbagai metode dan sumber


perolehan data, selain melalui wawancara
1. Analisis Isi Triangulasi ialah usaha
dan observasi terlibat (participant
menggali kebenaran informai tertentu

290 Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015


obervation), dokumen tertulis, arsif, peringkasan, dan penyajian suatu data
dokumen sejarah, catatan resmi, catatan sehingga memberikan informasi yang
atau tulisan pribadi dan gambar atau berguna dan juga menatanya ke dalam
foto. Masing-masing cara ini akan bentuk yang siap untuk dianalisis dengan
menghasilkan bukti atau data yang ukuran pusat, ukuran sebaran, frekuensi
berbeda, yang selanjutnya akan dan ukuran lokasi dari persebaran /
memberikan pandangan (insights) yang distribusi data
berbeda pula mengenai fenomena yang
3. Analisis Kelembagaan yaitu dengan
diteliti. Berbagai pandangan itu akan
indikator penting untuk melihat
meningkatkan kedalaman pemahaman
mekanisme pembentukan dan operasional
untuk memperoleh kebenaran handal.
kelembagaan lokal divisualisasikan
2. Analisis deskriptif - merupakan metode seperti dlam gambar 3.2.
yang berkaitan dengan pengumpulan,

Gambar 3.2. Level Analisis Kelembagaan Pengelolaan Perkebunan Mangunan

4. Analisis Comparative Performance Aij = Xij (min) . 100 / Xij


Index (CPI) dengan Formula yang (min)
digunakan dalam teknik CPI adalah A(i+1.j) = (X(i+1.j)) / Xij (min) .
sebagai berikut :
100
Xij(min) : nilai alternatif ke-i pada Iij = Aij . Pj
kriteria awal minimum ke-j
n
A(i+1.j) : nilai alternatif ke-i + 1
Ii = Σ (Iij)
pada kriteria ke-j
j =1
X(i+1.j) : nilai alternatif ke-i + 1
pada kriteria awal ke-j Keterangan :
Pj : bobot kepentingan kriteria Aij : nilai alternatif ke-i pada
ke-j kriteria ke-j
Iij : indeks alternatif ke-I
Ii : indeks gabungan kriteria
pada alternatif ke-I
i : 1, 2, 3, ..., n
j : 1, 2, 3, ..., m

Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015 291


5. LFA (Logical Framework Analysis) yang 7. Analisis LISREL - Analisis Linier
disusun berdasarkan analisis keterkaitan Structural Relation - Structural Equation
antara tujuan, strategi dan faktor Modelling
eksternal yang ditetapkan melalui
Analisis ini digunakan untuk
asumsi-asumsi sahih tentang program
menganalisis hubungan sebab akibat
kegiatan yang dievaluasi. Proses ini
yang terjadi pada regresi berganda jika
dapat dilakukan di lapangan. Sperti
variabel bebasnya mempengaruhi variabel
dalam gambar berikut ini
tergantung tidak hanya secara langsung
6. Analisis Paired Sample t Tes (uji tetapi juga secara tidak langsung
pasangan dari sampel yang sama) adalah (intervining). Structural Equation Modeling
uji t dimana sample saling berhubungan (SEM) Analysis merupakan gabungan
dalam sampel atau subyek yang sama analisis faktor konfirmatori dengan analisis
dengan memberi dua perlakuan dan jalur yang dilaksanakan secara simultan.
pengukuran perlakuan I, kemudian Analisis faktor konfirmatori (confirmatory
selang beberapa waktu diberi perlakukan factor analysis, CFA) digunakan untuk
II mengungkap model konstruk instrumen.

1. Analisis Stakeholdrs
2. Analisis isu/Masalah (Pokok)
3. Analisis Tujuan

Gambar3.3. Tahapan Perencanaan Pengelolaan Perkebunan Mangunan Berbasis LFA

Analisis jalur (path analysis) digunakan variabel endogen adalah variabel yang
untuk mengetahui efek langsung dan/atau dipengaruhi oleh variabel eksogen
tidak langsung dari variabel eksogen
ke variabel endogen maupun variabel DAFTAR PUSTAKA
endogen ke endogen. Variabel eksogen
Ali Hasan, 2015a. Tourism Marketing.
adalah variabel dalam model yang tidak
Yogyakarta: Center for Academic
pernah dipengaruhi variabel lain, sedangkan
Publishing Service.

292 Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015


-----------, 2015b. Green Hotel Marketing: advantage: implications for sustainable
Juru Selamat Bagi Lingkungan. Media agriculture producers. Leopold Center
Informasi Wisata. 64/18, 16. Progress Report, 14, 45–46.
-----------, 2014. Green Tourism. Jurnal D’Souza, C., Taghian, M. & Khosla,
Media Wisata, 12/1, 1-15 R. 2007. ‘Examination of environmental
beliefs and its impact on the inf luence
-----------, 2010. Word of Mouth Marketing. of price, quality and demographical
Yogyakarta: Media Presindo. character-ristics with respect to green
Andreas Loka, 2015. Green Economy: purchase intention’, Journal Marketing,
Menghijaukan Ekonomi, Bisnis dan 15/2, 69–78.
Akuntansi. Jakarta: Erlangga. Erdogan, N. and Tosun, C. (2009).
Batta, R.N. 2009. Green tourism Environmental performance of tourism
certification manual. Annals of Tourism accommodations in the protected
areas: Case of Goreme Historical
Research, 23/1, 48-70.
National Park. International Journal
Bhatia M, and Jain, A. 2013.Green Marke- of Hospitality Management. (28), pp.
ting: A Study of Consumer Perception 406-414.
and Preferences in India. Electronic Ernawati, N.M. 2010. Tingkat Kesiapan Desa
Green Journal, 1/36, 1-19 Wisata Sebagai Tempat Wisata Berbasis
Ma-syarakat. Analisis Pariwisata. 10 /
Boztepe, Aysel. 2012. Green Marketing
and Its Impact on Consumer Buying 1 ,1-8 Fennell, D.A. 2010. A Content
Behavior. European Journal of Analysis of Ecotourism. Tourism, 4(5)
pp 403 – 421
Economic and Political Studies. 5/1,
5-21 Frooman, J. 2005. Stakeholder inf luence
strategies: The roles of structural and
Bowen, E.F., Cousins, P.D., Faruk, A.C.
demographic determinants, Business
& Lamming, R.C. 2007. Horses for
and Society, 44/1, 3–31.
courses: Explaining the gap between
the theory and practice of green supply, Furqan A., Mat Som A.P. and Hussin
Journal of Economics, 1/35: 41–58. R. 2010. Promoting Green Tourism
for Future Sustainability. Theoretical
Brunoro, S. 2010. ‘An assessment of
and Empirical Researches in Urban
energetic efficiency improvement of
Management. 8/17, 64-74
existing building development, Manage-
ment of Environmental Quality: An Gilg, A., Barr, S. & Ford, N. 2005. Green
International Journal, 19/6, 718–730. consumption or sustainable lifestyles?
Identifying the sustainable consumer,
Daily, B.F. & Huang, S. 2011. Achieving
Future,37/6, 481–504.
sustainability through attention to
human resource factors in Goswami, P. 2008. The consumer ready for
environmental management’, clothing with eco-labels? International
International Journal of Operations Journal of Consumer Studies, 32, 438–446.
and Production Management, 21/12,
Grundey, D. and Zaharia, R. M. 2011.
1539–1552.
Sustainable marketing and strategic
Decarlo, T.E., & Barone, M.J. 2005. greening. Journal Sustainability, 14(2),
Company environmental and societal 130 –143.
positions as sources of competitive

Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015 293


Haden, S.S., Pane, O.J.D. & Humphreys, Review, 2/2, 129–146.
J.H. 2009. Practical and theoretical
Peattie, K. & Crane, A. 2005. Green
perspectives on green management:
marketing: legend, myth, farces
An exploratory analysis’, Management
or prophesies? Qualitative Market
Decision, 47/7, 1041–1055.
Research.An International Journal,
Hartmann, P., & Ibanez, V. A. 2006. Green 8/4, 357 – 370.
value added. Marketing Intelligence
Polonsky, M. J. 2011. Transformative
and Planning, 24(7), 673-680.
green marketing: a strategic approach
Kassinis, G. & Vafeas, N. 2006. Stakeholder and opportunities. Journal of Business
pressures and environmental Research, 64/12, 1311-1319.
performance.Academy of Management
Sasidharan, V., Sirakayab, E. and
Journal, 49/5, 145–159.
Kerstettera, D. 2012. Developing
Klimek, Katarzyna. 2013. management countries and tourism ecolabels.
organisations and their shift to sustainable Tourism Management. 23, 161–174.
tourism development. Journal of Tourism,
Sen, R.A. 2014. A Study of the Impact of
Hospitality and Recreation. 4/ 2, 27-47.
Green Marketing Practices on Consumer
Kinoti, M. M. 2011. Green marketing Buying Behaviour.International Journal
Intervention Strategies and Sustainable of Management and Commerce 2/1, 61-
Development. International Journal of 70.
Business and Social Science, 2/23, 263.
Singh, G. H 2013. Evolution and Practice
Leiserowitz, A., Kates, R,. & Parris, T. 2005. of Green Marketing by Various
Do global attitudes and behaviors Companies. International Journal
support sustainable development. of Management and Social Sciences
Environment, 47/9), 22-38 Research 2/7, 49-56
Lekhanya.L.M, 2014.The Level of Sudana, I.P. 2010. Grand Strategy
awareness of green marketing and Pemasaran Industri Café Di Sentra
its managerial implications amongst Pariwisata Pantai Kedonganan. Analisis
selected manufacturing Small, Medium Pariwisata. 10/1, 62-75
and Micro Enterprises.Journal of
Economics and Behavioral Studies. 6/8, Tantawi, P., Shaughnessy, N., Gad,
625-635, K., & Ragheb, M.A.S. 2009. Green
consciousness of consumers in a
Miller, E. & Buys, L. 2008. ‘Retrofitting developing country: a study of
commercial office buildings for consumers. Contemporary Management
sustainability: Tenants’ perspectives’, Research, 5/1, 29-50.
Journal of Property Investment and
Finance, 26 (6): 552–561. Thakur, K. S. & Gupta, S. 2012. Exploration
of Green Shift: Shift from
Ottman, J. A., Stafford, E. R. & Hartman, C.
trendy marketing to environmental.
L. 2006. Avoiding Green Tourism
International Journal of Arts and
Marketing Myopia: Ways to Improve
Commerce, 1/7, 1-15
Consumer Appeal for Environmentally
Products. Science and Policy for Vernekar, S.S. and Wadhwa, P. 2011. Green
Sustainable Development, 48 (5), 22-36.
Consumption An Empirical Study
Peattie, K. 2001. Wards sustainability: The of Consumers Eco-Friendly Products.
third age of green marketing, Marketing Opinion, 1/ 1, 64-74.

294 Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 2015

You might also like