You are on page 1of 8

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 3, No.

2 April – Juni 2014

FAKTOR YANG MEMENGARUHI ADOPSI TEKNOLOGI


BIOPESTISIDA OLEH PETANI SAYUR DI SENDANA DAN
PURANGI KOTA PALOPO
Piter Barto Tarukallo, Andi Alimuddin Unde, Ladaha
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Darussalam Ambon
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin

Abstract

Biopesticide is one of the environmentally friendly technology that supports the development of organic farming, but
biopesticides would be useless without the adoption. This research aimed (1) to investigate the decision to adopt the
biopesticide technology by the vegetable horticulturalists in Sendana and Purangi Villages, Sendana Sub-District,
Palopo City, (2) to investigate the effects of factors that affected the adoption of the biopesticide technology by the
vegetable horticulturalists in Sendana and Purangi Villages. Sendana Sub-District, Palopo City. The research used
descriptive approach with the quantitative research method. The data were collected using the sensus technique, i.e.
involving the three horticulturalist groups who implemented the Integrated Pest Management program of the
Farmer Field School (IPM FFS) in Organic Vegetables in Sendana and Purangi Villages, Sendana Sub-District,
Palopo City. The data were then analyzed using Logistic Regression analysis Y = (P. Adoption / P. Was not
adopted) C+β1X1+β2X2+ …+ β19X19. The research revealed that the results of the Logistic Regression analysis
variables X1 through X19 based on R Square Cox & Snell of 0.702 had positive effects on the variable Y. This
indicated that 70.20% of the biopesticide adoption by the farmers as a group were influenced by the variable X, and
the rest 18.40% influenced by other factors. The majority (71%) of the vegetable horticulturalists in Sendana and
Purangi Villages, Sendana Sub-District, Palopo City had adopted the biopesticides technology in their farming
activities.

Keywords: effect; adoption of biopesticide technology; vegetable horticulturalists

Abstrak

Biopestisida merupakan salah satu teknologi ramah lingkungan yang mendukung pengembangan pertanian organik,
namun biopestisida tidak akan berguna tanpa adanya adopsi. Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui keputusan
adopsi teknologi biopestisida oleh petani sayur di Kelurahan Sendana dan Purangi Kecamatan Sendana Kota Palopo,
(2) mengetahui pengaruh antara faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi dengan adopsi teknologi biopestisida oleh
petani sayur di Kelurahan Sendana dan Purangi Kecamatan Sendana Kota Palopo. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif dengan metode penelitian kuantitatif. Metode penarikan atau pengambilan data dilakukan
secara sensus yaitu melibatkan tiga kelompok tani yang melaksanakan program Sekolah Lapang Pengendalian Hama
Terpadu (SL-PHT) Sayur Organik di Kelurahan Sendana dan Purangi Kecamatan Sendana kota Palopo. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis Regresi Logistik Y=(P. adopsi/P. tidak adopsi) C+β1X1+β2X2+ …+
β19X19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis Regresi Logistik menunjukkan bahwa variabel x1
sampai x19 berdasarkan R Square Cox & Snell sebesar 0,702 berpengaruh positif terhadap variabel y. Hal ini
menunjukkan bahwa 70,20% adopsi biopestisida oleh petani secara bersama-sama dipengaruhi oleh variabel x dan
sisanya 18,40% dipengaruhi oleh faktor lain. Petani sayur di Kelurahan Sendana Dan Purangi Kecamatan Sendana
Kota Palopo sebagian besar (71%) telah mengadopsi teknologi biopestisida dalam kegiatan usaha taninya.

Kata Kunci: pengaruh; adopsi teknologi Biopestisida; petani sayur

PENDAHULUAN berpengaruh terhadap perubahan perilaku


masyarakat. Perubahan kondisi petani yang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan semakin maju, menuntut lembaga
teknologi dalam beberapa dekade ini telah penyuluhan kabupaten/kota untuk

125
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 3, No. 2 April – Juni 2014

melakukan perubahan sistem pertanian yang mengandalkan bahan-bahan


penyelenggaraan penyuluhan, alami tanpa menggunakan bahan-bahan
pengembangan sistem informasi inovasi kimia sintetis. Sayuran organik adalah
teknologi, peningkatan profesionalisme berbagai macam sayur yang dihasilkan dari
penyuluh lapangan untuk dapat merespons teknik pertanian organik. Konsep penting
semua perubahan yang terjadi secara cepat dari sayuran organik adalah teknik
dan proporsional. Penyuluhan pertanian pengolahan dan pembudidayaannya harus
sebagai suatu sistem pemberdayaan petani murni tanpa menggunakan bahan-bahan
merupakan suatu sistem pendidikan non kimia. Umumnya teknik pertanian organik
formal bagi keluarga petani yang bertujuan diarahkan untuk komoditas pertanian
membantu petani dalam meningkatkan bernilai ekonomis (Pracaya, 2007).
keterampilan teknis, pengetahuan, Biopestisida merupakan salah satu teknologi
mengembangkan perubahan sikap yang ramah lingkungan yang mendukung
lebih positif dan membangun kemandirian pengembangan pertanian organik.
dalam mengelola lahan pertaniannya. Biopestisida dapat dibedakan menjadi
Salah satu tugas pokok di dalam pestisida nabati dan pestisida hewani.
pembangunan pertanian adalah menemukan Biopestisida adalah pestisida yang bahan
cara berusaha tani yang dapat dipraktikkan dasarnya berasal dari bahan alami yang
dengan efektif oleh petani yang mempunyai relatif mudah dibuat dengan kemampuan
kemampuan rendah, asal saja mereka mau dan pengetahuan yang terbatas. Penggunaan
belajar sedikit dan mengembangkan biopestisida dapat menjamin keamanan
keterampilan yang lebih baik (Mosher, ekosistem sehingga dapat mendukung
1970). Menyadari akan efek yang pertanian berkelanjutan karena tidak
ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia meninggalkan residu bagi lingkungan.
sintetis yang berlebihan dalam pertanian, Kelemahannya daya kerjanya relatif lambat,
karena merupakan bahan kimia yang tidak dapat membunuh secara langsung
beracun yang sangat membahayakan bagi hama sasaran, tidak tahan terhadap sinar
lingkungan dan kesehatan manusia, sehingga matahari, dan kurang praktis karena
orang semakin arif dalam memilih bahan memerlukan penyemprotan berulang.
pangan yang aman bagi kesehatan dan Seperti penelitian sebelumnya tentang
ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan Pengaruh Penyuluhan Terhadap Keputusan
slogan back to nature telah menjadi trend Petani Dalam Adopsi inovasi Teknologi
baru meninggalkan pola hidup lama yang Usaha Tani terpadu di Desa Telaga,
menggunakan bahan kimia non alami, kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur
seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan dan Desa Jatiwangi, Kecamatan Pakenjeng,
hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Kabupaten Garut. Faktor-faktor yang
Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat mempengaruhi keputusan petani adopter
diproduksi dengan metode baru yang dikenal untuk mengadopsi teknologi adalah manfaat
dengan pertanian organik. langsung dari teknologi berupa keuntungan
Menurut Soenandar dan Tjahjono (2012), relatif, kesesuaian teknologi, serta persepsi
menyatakan bahwa organik bukan hanya petani terhadap pengaruh media/informasi
merujuk ke pertanian tanpa bahan kimia, interpersonal, pada petani non adopter
tetapi merupakan sistem pertanian ramah adalah kesesuaian dan kerumitan teknologi
lingkungan yang mengutamakan serta persepsi petani terhadap pengaruh
keseimbangan ekosistem. Sistem pertanian media/informasi interpersonal sebagai
organik merupakan teknik budidaya penyampai teknologi yang komunikatif bagi

126
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 3, No.2 April – Juni 2014

petani.
Suatu teknologi baru tidak akan berguna Populasi adalah suatu data yang menjadi
tanpa adanya adopsi. Demikian juga dengan perhatian kita dalam suatu ruang lingkup
biopestisida yang merupakan pendukung dan waktu yang kita tentukan. Populasi
pengembangan pertanian organik tidak akan disini adalah tiga kelompok tani yang
berguna tanpa adanya adopsi. Adopsi melaksanakan program Sekolah Lapang
merupakan proses perubahan perilaku yang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT)
berupa pengetahuan (cognitive), sikap sayur berbasis organik dan memproduksi
(affective) maupun ketrampilan biopestisida sendiri. Kaitan dengan batasan
(psikomotorik) pada diri seseorang setelah tersebut, populasi dapat dibedakan menjadi
menerima pesan yang disampaikan penyuluh dua yaitu, populasi terhingga adalah
pada sasarannya (Mardikanto, 1993). populasi yang memiliki kuantitatif secara
Penelitian ini bertujuan untuk (1) jelas karena memiliki karakteristik yang
mengetahui keputusan adopsi teknologi terbatas. Sedangkan populasi tidak terhingga
biopestisida oleh petani sayur di Kelurahan yaitu populasi yang tidak dapat ditemukan
Sendana dan Purangi Kecamatan Sendana batas-batasnya, sehingga tidak dapat
Kota Palopo, (2) mengetahui pengaruh dinyatakan dalam bentuk jumlah secara
antara faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitatif. Sampel sebanyak 25 petani
adopsi dengan adopsi teknologi biopestisida ditiap kelompok tani, jadi total 75 petani.
oleh petani sayur di Kelurahan Sendana dan
Purangi Kecamatan Sendana Kota Palopo. Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Metode pengumpulan data dilakukan dengan


tiga tahapan, yaitu observasi adalah teknik
Lokasi Penelitian pengumpulan data yang bersifat non verbal.
Observasi umumnya dilakukan pada awal
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan dari kegiatan survai yang dijalankan
Sendana dan Purangi Kecamatan Sendana bersama studi dokumentasi atau eksperimen.
Kota Palopo, dengan pertimbangan bahwa Observasi dilakukan dengan
ada tiga kelompok tani yang melaksanakan melihat/mengamati biopestisida yang ada di
program Sekolah Lapang Pengendalian kelurahan Sendana dan Purangi Kecamatan
Hama Terpadu (SL-PHT) sayur berbasis sendana Kota Palopo. Tahapan kedua yaitu
organik dan memproduksi biopestisida wawancara merupakan suatu proses
sendiri. integrasi dan komunikasi antara
pewawancara dengan responden untuk
Desain dan Variabel Penelitian mendapatkan informasi dengan bertanya
secara langsung (Singarimbun dan Effendi,
Metode penarikan atau pengambilan data 1995). Wawancara dilakukan dengan petani
dalam penelitian ini dilakukan secara sensus yang merupakan responden dalam penelitian
yaitu melibatkan tiga kelompok tani yang ini. Peneliti memberikan daftar pertanyaan
melaksanakan program Sekolah Lapang kepada responden dan responden
Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) memberikan tanggapan atau respon terhadap
Sayur Organik di Kelurahan Sendana dan pertanyaan yang diajukan. Tahapan ketiga
Purangi Kecamatan Sendana kota Palopo. adalah pencatatan, dilakukan dengan
mencatat hasil wawancara pada kuisioner
Populasi dan Sampel dan mencatat data sekunder dari instansi

127
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 3, No. 2 April – Juni 2014

yang terkait dengan penelitian. X16 = Sifat inovasi kesesuaian


X17 = Sifat inovasi kerumitan
Analisis Data X18 = Sifat inovasi dapat dicobakan
X19 = Sifat inovasi dapat dilihat/diamati
Metode analisis data yang digunakan adalah β1-β6 = Koefisien regresi
analisis Regresi Logistik. Regresi Logistik
digunakan jika variabel terikatnya (Y) HASIL
berupa variabel masuk kategori klasifikasi,
misalnya variabel Y berupa dua respons. Kelembagaan tani adalah salah satu bagian
Persamaan Regresi Logistik tersebut adalah dalam penyelenggaraan penyuluhan
(Agung, 2002): pertanian yang peranannya sangat
Y = (P. adopsi/P. tidak adopsi) diharapkan untuk meningkatkan hasil
C+β1X1+β2X2+ …+ β19X19 usahatani anggotanya. Di Kecamatan
Dimana: Sendana, terdapat 4 (empat) Gabungan
Y1 = Adopsi biopestisida oleh petani = 1 Kelompok tani (GAPOKTAN), dan 25
Y2 = Petani tidak mengadopsi biopestisida kelompok tani dengan 9 kelompok dengan
=0 status kelas Pemula, 12 kelompok status
C = Konstanta kelas Lanjut, dan 4 kelompok status kelas
X1 = Banyaknya sumber informasi yang Madya, yang bergerak di bidang tanaman
dimanfaatkan dari dinas pertanian pangan, perkebunan, dan peternakan. Dari
X2 = Banyaknya sumber informasi yang kelompok tani tersebut, ada 3 kelompok tani
dimanfaatkan dari penyuluh dengan masing-masing 25 orang anggotanya
X3 = Banyaknya sumber informasi yang yang telibat dalam kegiatan program
dimanfaatkan dari kontak tani Sekolah Lapang Pengendalian Hama
X4 = Banyaknya sumber informasi yang Terpadu (SL-PHT) Sayur Berbasis Organik.
dimanfaatkan dari petani lain Mata pencaharian penduduk suatu wilayah
X5 = Banyaknya sumber informasi yang umumnya dipengaruhi keaadaan geografis
dimanfaatkan dari keluarga dan sumberdaya alam yang dimiliki oleh
X6 = Banyaknya sumber informasi yang wilayah tersebut, di samping itu masalah
dimanfaatkan dari media massa lain yang ikut berpengaruh adalah
X7 = Frekuensi akses saluran komunikasi perkembangan teknologi, pendidikan,
media interpersonal lapangan pekerjaan, dan modal usaha.
X8 = Frekuensi akses saluran komunikasi Kondisi geografis wilayah Kecamatan
media massa Sendana yang sebagian besar dimanfaatkan
X9 = Status sosial umur responden sebagai lahan pertanian, perkebunan dan
X10 = Status sosial pendidikan formal peternakan mengindikasikan bahwa mata
responden pencaharian utama penduduk sebagian besar
X11 = Status sosial pendidikan non formal adalah sebagai petani. Hal tersebut dapat
responden dilihat pada Tabel 1.
X12 = Status sosial luas lahan usaha tani Pendidikan merupakan salah satu faktor
responden penting dalam mendukung keberhasilan
X13 = Status sosial Tingkat pendapatan pembangunan. Tingginya tingkat pendidikan
responden penduduk di suatu wilayah akan
X14 = Status sosial Jumlah tanggungan berpengaruh pada kualitas sumber daya
Keluarga manusia yang merupakan subjek sekaligus
X15 = Sifat inovasi keuntungan relatif objek dalam pembangunan di wilayah

128
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 3, No.2 April – Juni 2014

tersebut, selain itu juga dapat berpengaruh protozoa yang dapat digunakan untuk
terhadap adopsi terhadap suatu inovasi mengendalikan hama dan penyakit pada
karena pada umunnya orang yang tanaman. Prinsip kerja biopestisida sama
berpendidikan tinggi akan lebih terbuka dengan pestisida kimia yaitu mengendalikan
terhadap perubahan. Keadaan penduduk hama dan penyakit tanaman. Perbedaannya,
menurut tingkat pendidikan di Kecamatan bahan aktif pestisida kimia memiliki resiko
Sendana dapat dilihat pada Tabel 2. pegaruh negatif terhadap hasil panen,
Penataan dan penggunaan lahan adalah lingkungan, dan kesehatan manusia
pemanfaatan lahan oleh masyarakat dengan sementara itu, biopestisida memiliki bahan
berbagai tujuan guna memenuhi kebutuhan aktif berupa mikroorganisme yang bersifat
hidup keluarganya. Pemanfaatan lahan dapat ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi
mencerminkan kondisi fisik sosial ekonomi kesehatan manusia, dapat dibuat untuk
suatu wilayah. Luas Kecamatan sendana pengembangan pertanian organik khususnya
37,09 km2. Pemanfaatan lahan yang cukup tanaman sayur di Kecamatan Sendana
banyak yaitu ladang/huma dan tanah sebagai sentra untuk Kota Palopo.
bangunan/pekarangan, untuk lebih jelasnya Berdasarkan asalnya biopestisida dapat
dapat dilihat pada Tabel 3. digolongkan menjadi pestisida nabati dan
Sektor pertanian memegang peranan yang hewani. Petani di Kecamatan Sendana
penting dalam keberhasilan penyediaan sendiri menggunakan pestisida nabati, yaitu
bahan pangan. Di suatu wilayah pertanian jenis pestisida yang bahan-bahannya berasal
akan berjalan dengan baik apabila didukung dari bagian tumbuh-tumbuhan. Hal ini
dengan teknologi yang sesuai dengan diketahui pada saat pelaksanaan program
kondisi wilayah itu sendiri, lahan yang Sekolah Lapang Pengendalian Hama terpadu
potensial dan kualitas sumberdaya manusia (SL-PHT) sayur berbasis organik dengan
yang mampu bersaing. Kecamatan Sendana melibatkan 75 petani dan juga sebagai
memiliki potensi yang besar dalam sektor responden.
pertanian karena sebagian besar Pestisida nabati sendiri lebih banyak
penduduknya berkonsentrasi pada sektor ini. digunakan karena bahan-bahan dari pestisida
Hal ini akan berjalan lebih baik apabila tersebut dapat diperoleh di sekitar
masyarakat tani di Kecamatan Sendana lingkungan sendiri. Bahan-bahan untuk
mampu meningkatkan pengetahuan membuat pestisida nabati tersebut antara
keterampilan dan sikap dalam berusaha tani. lain: mimba, tembakau, mindi, pacar cina,
Tanaman sayuran sangat penting dan serai, kenikir, cabe, daun paitan, buah
bermanfaat dalam peningkatan gizi mahoni, gadung, lengkuas, kunyit, daun
walaupun tidak sepenting tanaman pokok sirsak dan lainnya. Sebagai contoh ramuan-
seperti tanaman pangan namun dapat ramuan pestisida nabati tersebut adalah
memberikan tambahan penghasilan secara sebagai berikut:
ekonomi, bahkan sudah banyak yang Ramuan untuk Mengendalikan Serangga,
memproduksi sayuran secara intensif karena yang terbuat dari bahan-bahan: Daun kenikir
memberikan keuntungan yang lebih besar 500 gram, daun culan 500 gram, dan air 5
dibandingkan usaha tanaman pangan seperti liter. Cara membuat: haluskan daun kenikir
tanaman padi. Potensi produksi sayuran di dan daun culan menggunakan blender.
Kecamatan Sendana dapat dilihat pada Tabel Rendam campur keduanya dalam air selama
4. satu malam. Peras dan saring. Campurkan
Biopestisida merupakan bahan hayati, baik hasil perasan dengan detergen secukupnya.
berupa tanaman, hewan, mikroba, atau Detergen berfungsi sebagai pengemulsi.

129
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 3, No. 2 April – Juni 2014

Cara pengaplikasian: Encerkan 500 ml cukup kuat), >0,5 - 0,75 (berkorelasi kuat),
larutan dengan 10 liter air. Semprotkan pada dan >0,75 - 1 (berkorelasi sangat kuat).
tanaman. Untuk variabel x1 (sumber informasi dinas
Ramuan untuk mengendalikan Cabuk,Ulat pertanian), pada kasus ini memberikan
dan Semut, yang terbuat dari bahan-bahan: pengaruh yang tidak nyata. Untuk variabel
Gadung dicacah 1 kg, Tembakau 0,5 kg, x2 (sumber informasi dari penyuluh),
Cabai ditumbuk 0,5 kg, Daun mimba memberikan pengaruh yang sangat nyata
ditumbuk 0,5 kg. Cara membuat: Semua terhadap adopsi teknologi biopestisida oleh
bahan dicampur dan direbuas dengan 5 liter petani sayur. Seorang penyuluh dituntut
air. Setelah itu dinginkan dan saring. Cara untuk memiliki perencanaan dan strategi
pengaplikasian: Campurkan satu gelas komunikasi karena menghadapi
ramuan (250cc) dengan 10 liter air dan karakteristik petani yang berbeda-beda,
semprotkan pada tanaman. sehingga penyajian, strategi, metode, dan
Ramuan untuk Mengendalikan Ulat, Kutu pemilihan saluran komunikasi betul-betul
dan Kumbang Daun, yang terbuat dari diperhatikan dan dipilih setepat mungkin
bahan-bahan: Serbuk biji mimba 1 kg, Serai agar proses komunikasi berjalan efektif.
1 kg, Lengkuas 1 kg, Air 10 liter. Cara Proses komunikasi yang dilaksanakan selalu
membuat: Potong kecil-kecil lengkuas dan mendapat rintangan dan hambatan, sehingga
serai, haluskan dengan blender. Masukkan dibutuhkan perencanaan komunikasi untuk
kedalam ember berisi 10 liter air. mengatasi rintangan tersebut, supaya
Tambahkan serbuk biji mimba dan aduk efektivitas komunikasi tercapai (Cangara,
rata. Masak larutan tersebut diatas api, 2013).
usahakan jangan sampai mendidih. Untuk variabel x3 (sumber informasi kontak
Dinginkan dan saring. Larutan hasil saringan tani), x4 (sumber informasi petani lain), x5
dapat digunakan untuk mengendalikan hama (sumber informasi keluarga) juga belum
ulat atau kutu daun pada tanaman. memperlihatkan pengaruh yang nyata, hal
Sementara itu, ampas sisa saringan dapat ini disebabkan karena masih terbatasnya
digunakan sebagai pupuk. atau masih rendahnya tingkat pemahaman
petani/keluarga tani akan inovasi tersebut.
PEMBAHASAN Untuk variabel x6 (sumber informasi media
massa) juga belum memperlihatkan
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan pengaruh yang nyata, hal ini disebabkan
bahwa variabel x1 sampai x19 berdasarkan karena secara umum media massa saat ini,
R Square Cox & Snell sebesar 0,702 baik cetak maupun non cetak sangat sedikit
berpengaruh positif terhadap variabel y, hal mengandung informasi tentang pertanian,
ini menunjukkan bahwa 70,20% adopsi apalagi informasi tentang inovasi teknologi
biopestisida oleh petani secara bersama- biopestisida, salah satu faktor yang
sama dipengaruhi oleh variabel x dan menentukan keefisienan petani adalah
sisanya 18,40% dipengaruhi oleh faktor lain. aksesibilitas petani terhadap sumberdaya
Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa informasi tepat guna, dan salah satu faktor
secara bersama-sama faktor-faktor x yang menentukan kemodernan petani adalah
berpengaruh kuat terhadap faktor y keterjangkauan petani terhadap sumberdaya
(Sarwono, 2007), yang memberikan kriteria informasi tepat guna (Sumardjo, 2004).
korelasi sebagai berikut: 0 - 0,25 Untuk variabel x7 (frekuensi saluran media
(berkorelasi sangat lemah dan dianggap interpersonal) memperlihatkan pengaruh
tidak berkorelasi), >0,25 - 0,5 (berkorelasi yang sangat nyata. Untuk variabel x8

130
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 3, No.2 April – Juni 2014

(frekuensi saluran media massa) juga belum aspek bioteknologi, teknologi eco-farming,
memperlihatkan pengaruh yang nyata. teknologi proses dan lain-lain. Teknologi
Variabel x9 (status sosial, umur) biopestisida adalah teknologi eco-farming
memberikan pengaruh yang sangat nyata. yang secara relatif menguntungkan petani
Variabel x10 (status sosial, pendidikan karena mengurangi pemakaian pestisida
formal) memberikan pengaruh yang sangat anorganik yang harganya relatif lebih mahal,
nyata. Variabel x11 (status sosial, mempunyai kesesuaian dengan kondisi
pendidikan non formal) memberikan setempat karena bahannya berasal dari
pengaruh yang tidak nyata. lokasi setempat, mempunyai tingkat
Variabel x12 (status sosial, luas lahan usaha kerumitan yang rendah, dapat dibuat dan
tani) memberikan pengaruh yang tidak dicobakan pada lahan dengan skala kecil,
nyata, walaupun (Saragih, 2001) dan dapat diamati pada saat pembuatan
menyatakan bahwa ukuran luas lahan selalu maupun pada saat aplikasi. Pemanfaatan
berhubungan positif dengan tingkat adopsi teknologi biopestisida dalam mendukung
petani, semakin luas lahan petani semakin pertanian organik diperlukan teknologi
cepat mengadopsi karena adanya pertanian yang ramah lingkungan,
kemampuan ekonomi yang lebih baik. meningkatkan produksi, dan sesuai dengan
Khusus mengenai penguasaan lahan, kondisi setempat.
(Nuhung, 2003) menyatakan bahwa 50%
petani di Indonesia memiliki lahan dengan KESIMPULAN
luas kurang dari 0,5 ha.
Variabel x13 (status sosial, tingkat Dalam penelitian ini dapat disimpulkan
pendapatan) memberikan pengaruh yang bahwa petani sayur di lokasi penelitian
tidak nyata. Variabel x14 (status sosial, sebagian besar (52 orang, 71%) telah
tanggungan keluarga) memberikan pengaruh mengadopsi teknologi biopestisida dalam
yang tidak nyata. Variabel x15 (sifat inovasi, kegiatan usaha taninya. Variabel Sumber
kentungan relatif) memberikan pengaruh Informasi Penyuluh, Frekuensi Saluran
yang sangat nyata. Variabel x16 (sifat Media Interpersonal, Status Sosial Umur,
inovasi, kesesuaian) memberikan pengaruh Status Sosial Umur Pendidikan Formal, Sifat
yang sangat nyata. Variabel x17 (sifat Inovasi Keuntungan Relatif, Sifat Inovasi
inovasi, kerumitan) memberikan pengaruh Kesesuaian, Sifat Inovasi Kerumitan, Sifat
yang sangat nyata. Variabel x18 (sifat Inovasi Dapat dicobakan, dan Sifat Inovasi
inovasi, dapat dicobakan) memberikan dapat dilihat/diamati berpengaruh sangat
pengaruh yang sangat nyata. Variabel x19 nyata terhadap adopsi teknologi biopestisida
(sifat inovasi, dapat dilihat/diamati) oleh petani sayur. Diharapkan agar petani
memberikan pengaruh yang sangat nyata. terus diberikan penyuluhan dan
Suatu inovasi akan sangat mudah diadopsi pendampingan tentang sistem pertanian
jika inovasi tersebut dapat disaksikan/dan yang baik, untuk peningkatan status
diamati dengan mata (Ray, 1998). ekonomi mereka, dengan memberikan
Secara umum, inovasi teknologi sangat inovasi-inovasi teknologi pertanian yang
penting dalam peningkatan produksi sesuai dengan kondisi biofisik lahan
pertanian, dalam rangka pengembangan pertanian di lokasi tersebut. Para petani
gugus agribisnis yang dimulai dari tingkat perlu diberi kesempatan untuk belajar atau
produksi sampai aspek pemasaran, aspek kaji banding pada daerah lain yang
inovasi teknologi tidak dapat dilepaskan. mempunyai sistem pertanian yang sama dan
Pengembangan teknologi tersebut mencakup lebih maju, sehingga petani tersebut dapat

131
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 3, No. 2 April – Juni 2014

belajar dan lebih berkembang. Ray. (1998). Extension Communication and


Management. Naya Prokash: Calcuta.
DAFTAR RUJUKAN Saragih. (2001). Penyuluhan, Petunjuk Bagi
Penyuluh Pertanian. Erlangga: Jakarta.
Agung. (2002). Statistika Analisis Sarwono. (2007). Analisis Jalur Untuk Riset
Hubungan Kausal Berdasarkan Data Bisnis dengan SPSS. Penerbit Andi:
Kategorik. PT Raja Grafindo: Jakarta. Yogyakarta.
Cangara. (2013). Strategi Perencanaan Singarimbun dan Effendi. (1995). Metode
Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada: Penelitian Survai. LP3ES: Yogyakarta.
Jakarta. Soenandar dan Tjahjono. (2012). Membuat
Mardikanto. (1993). Penyuluhan Pestisida Organik. PT AgroMedia
Pembangunan Pertanian. UNS Press: Pustaka: Jakarta.
Surakarta. Sumardjo. (2004). Tantangan komunikasi
Mosher. (1970). Getting Agriculture pembangunan pertanian di era global,
Moving. Pyramid Book: New York. dalam: Pertanian Mandiri (editor:
Nuhung. (2003). Membangun Pertanian Siswono Yudohusodo et. al). Penebar
Masa Depan, Suatu Gagasan Swadaya: Jakarta.
Pembaharuan. Aneka Ilmu: Semarang.
Pracaya. (2007). Persepsi petani terhadap
pemanfaatan bokashi jerami pada
tanaman ubi jalar dalam penerapan
sistem pertanian organik. Jurnal
Agrisistem 2 (1): 46-53.

132

You might also like