You are on page 1of 16

SUBSEKTOR PERTANIAN UNGGULAN DAN STRUKTUR EKONOMI

WILAYAH DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

(Agriculture Subsector Advantages and Economic Structures in the region of


West Nusa Tenggara Province)

Muhamad Hirzan Hadi Muslim1, Jamhari2, Dwidjono Hadi Darwanto3


Magister Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

This research aims to know [1] the agricultural sector contribution to the GDRP
of West Nusa Tenggara Province; [2] in which district/city has the dominant
contributions in the agricultural sector; [3] Agricultural subsector plays a role as a
leading sector; [4] subsector which affecting economic growth for subsectors of
agriculture and [5] typology growth of economic subsectors in the selected districts/cities
in the West Nusa Tenggara province. Analysis of this research is using a descriptive
method, then the data analysis is using Location Quotient, Dynamic Location Quotient,
Shift-Share, and Klassen Typology. The results show that the agricultural sector is the
highest contribution sector to the West Nusa Tenggara GDRP. The district that has the
highest contribution in the agricultural sector to West Nusa Tenggara GDRP is Bima.
Based on the Location Quotient analysis, forestry and logging along with fisheries
subsectors are a basic subsector and the agricultural subsector* is nonbasic subsector.
In addition, based on Dynamic Location Quotient analysis, there are subsectors
repositions; forestry and logging along with fisheries subsectors which are firstly
becoming the basic subsector turned into a nonbasic sector. There are changing position.
Meanwhile, the agricultural subsector * which is firstly becoming a nonbasic subsector
turned into a basic subsector position. Moreover, based on Shift-Share Analysis,
agricultural subsector* has a dominant performance and influence in the agricultural
sector than the fisheries and agriculture subsector* have grown well in Bima. Lastly,
based on Klassen Typology analysis, forestry and logging along with fisheries subsectors
are categorized into the primary subsectors and agriculture subsector* is a potential
subsector.

Keywords: Agricultural Sector, GDRP, Klassen Typology, Shift-Share, Subsector


Advantages
* Agriculture subsector with (agriculture, livestock, hunting and agricultural service)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk [1] mengetahui kontribusi sektor pertanian terhadap
PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat; [2] menentukan kabupaten/kota dengan kontribusi
tertinggi pada sektor pertanian; [3] peran subsektor terhadap sektor pertanian; [4]
pengaruh subsektor terhadap pertumbuhan sektor pertanian dan [5] tipologi pertumbuhan
subsektor pada sektor pertanian di kabupaten/kota terpilih di Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Analisis menggunakan metode deskriptif, analisis data menggunakan Location
Quotient, Dynamic Location Quotient, Shift-Share, dan Tipologi Klassen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor dengan kontribusi
tertinggi terhadap PDRB Nusa Tenggara Barat. Kontribusi sektor pertanian di Kabupaten
Bima merupakan yang tertinggi terhadap PDRB sektor pertanian Nusa Tenggara Barat.
Berdasarkan analisis Location Quotient, subsektor kehutanan dan penebangan kayu serta
subsektor perikanan merupakan subsektor basis dan subsektor pertanian* merupakan
subsektor non basis. Analisis Dynamic Location Quotient, terdapat reposisi subsektor
yaitu subsektor kehutanan dan penebangan kayu serta subsektor perikanan yang awalnya
basis berubah posisi menjadi non basis dan subsektor pertanian* awalnya subsektor non
basis menjadi subsektor basis. Analisis Shift Share, subsektor pertanian* memiliki kinerja
dominan dan berpengaruh dominan terhadap sektor pertanian serta terdapat subsektor
perikanan dan subsektor pertanian yang tumbuh dengan baik di Kabupaten Bima.
Analisis tipologi klassen, subsektor kehutanan dan penebangan kayu serta subsektor
perikanan adalah subsektor prima dan subsektor pertanian* merupakan subsektor
potensial.

Kata Kunci: PDRB, Sektor Pertanian, Shift Share, Subsektor Unggulan, Tipologi Klassen
* Subsektor Pertanian meliputi (pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian)

PENDAHULUAN kesejahteraan bagi seluruh masyarakat


Pembangunan ekonomi daerah yang ada di daerah/wilayah.
dengan pembangunan ekonomi wilayah Untuk mendukung tercapainya
memiliki hubungan timbal balik pembangunan daerah/wilayah maka
sebagaimana pembangunan daerah pemerintah daerah/wilayah harus
dengan tujuan untuk meningkatkan taraf mengetahui potensi yang dimiliki oleh
hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah atau wilayahnya dengan
wilayah. Pembangunan ekonomi daerah memperhatikan kondisi perekonomian
atau wilayah merupakan sebuah proses masyarakat, potensi sumberdaya alam,
yang melibatkan pemerintah setempat sumberdaya manusia dan infrastruktur.
dan masyarakatnya dalam mengelola Pembangunan ekonomi dapat diukur
sumberdaya yang ada dan membentuk berdasarkan besaran nilai dari produk
pola kemitraan antar pemerintah daerah domestik regional bruto (PDRB)nya.
dengan sektor swasta untuk menciptakan Hal tersebut sejalan dengan yang
suatu lapangan pekerjaan baru dan disampaikan oleh Widianingsih, et al.
merangsang perkembangan kegiatan (2015) yaitu adanya pertumbuhan dan
ekonomi pada suatu daerah/wilayah peningkatan produk domestik regional
(Arsyad, 1999). Tujuan utama dari bruto (PDRB) dari tahun ke tahun
pembangunan ekonomi daera atau merupakan suatu tolak ukur/indikator
wilayah adalah untuk menciptakan keberhasilan pembangunan daerah.
Provinsi Nusa Tenggara Barat Transportasi dan Pergudangan; 9)
terdiri dari sepuluh kabupaten/kota yaitu Penyediaan Akomodasi dan Makan
(Lombok Barat, Lombok Tengah, Minum; 10) Informasi dan Komunikasi;
Lombok Timur, Lombok Utara, 11) Jasa Keuangan dan Asuransi; 12)
Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Real Estate; 13) Jasa Perusahaan; 14)
Bima, Kota Mataram dan Kota Bima) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
merupakan daerah yang memiliki dan Jaminan Sosial Wajib; 15) Jasa
kebebasan dalam mengelola potensi Pendidikan; 16) Jasa Kesehatan dan
ekonomi dan sumber-sumber keuangan Kegiatan Sosial dan 17) Jasa lainnya.
yang dimilikinya untuk peningkatan PDRB Provinsi Nusa Tenggara
kesejahteraan masyarakat. Menurut Barat pada tahun 2011-2015 rata-rata
Sjafrizal (2008), sejak dilaksanakannya mencapai 73.130.304,62 (juta). Dilihat
otonomi daerah pemerintahan dan dari trendnya secara, umum jumlah
pembangunan daerah di indonesia telah PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat
memasuki era baru yaitu era otonomi dari tahun ke tahun terus mengalami
daerah dan desentralisasi fiskal yaitu peningkatan. Dari tujuh belas sektor
pemerintah daerah diberi wewenang yang ada di Provinsi Nusa Tenggara
dalam mengelola sumber keuangannya Barat, kategori yang memiliki nilai
untuk mendorong proses pembangunan paling tinggi adalah sektor pertanian
disetiap daerah untuk mendorong proses dengan nilai rata-rata mencapai
pembangunan nasional. 17.046.225,39 (juta) dan yang paling
Perekonomian Provinsi Nusa rentah adalah sektor Pengadaan Listrik
Tenggara Barat didukung dengan tujuh dan Gas dengan nilai rata-rata 50.844,03
belas lapangan usaha/sektor yang dapat (juta).
menghasilkan barang dan jasa Berdasarkan uraian di atas maka
sebagaimana termuat dalam PDRB perlu untuk diteliti mengenai kontribusi
yaitu: 1) Pertanian, Kehutanan, dan sektor pertanian terhadap PDRB
Perikanan; 2) Pertambangan dan Provinsi Nusa Tenggara Barat;
Penggalian; 3) Industri Pengolahan; 4) kabupaten/kota yang memiliki
Pengadaan Listrik dan Gas; 5) kontribusi tertinggi terhadap sektor
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, pertanian; peran subsektor terhadap
Limbah dan Daur Ulang; 6) Konstruksi; sektor pertanian; pengaruh subsektor
7) Perdagangan Besar dan Eceran; terhadap pertumbuhan sektor pertanian
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; 8) dan tipologi pertumbuhan subsektor
pada sektor pertanian di kabupaten/kota apakah termasuk basis atau non basis
terpilih di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan membandingkan besaran peran
sektor pertanian wilayah terhadap
METODE PENELITIAN besaran peran sektor pertanian daerah.
Penelitian ini dilakukan di Menurut Arsyad (2010) secara umum
Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Location Quotient dapat diformulasikan
menggunakan metode deskriptif, yaitu sebagai berikut:
mendeskripsikan, menggambarkan atau Keterangan :
melukiskan secara sistematis, faktual xib : Nilai tambah subsektor
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-
xib / xb
sifat, serta hubungan antara fenomena LQ = --------------
yang diteliti (Nazir, 2005). Xin / Xn
Data yang digunakan dalam
pertanian i di wilayah
penelitian ini yaitu data sekunder yang
xb : PDRB wilayah
berupa data time series dari Produk
Xin : Nilai tambah subsektor
Domestic Regional Bruto (PDRB) atas
pertanian i di daerah
dasar harga konstan 2010 menurut
Xn : PDRB daerah
lapangan usaha dari periode tahun
2011–2015 (lima tahun). Data dalam Kriteria:
penelitian ini bersumber dari Badan LQ > 1 : Peran subsektor pertanian
Pusat Statistik provinsi Nusa Tenggara i di wilayah lebih besar
Barat. Data dikumpulkan dengan dibanding dengan peran
pendekatan metode kepustakaan subsektor pertanian i di
(Library Research) dan studi literatur daerah.
dari buku, jurnal maupun dari hasil LQ < 1 : Peran subsektor pertanian
penelitian yang telah dilakukan. i di wilayah lebih kecil
Data penelitian dianalisis daripada peran subsektor
menggunakan analisis Location pertanian i terhadap daerah.
Quotient (LQ), Dynamic Location b. Dynamic Location Quotient (DLQ)
Quotient (DLQ), Shift-Share (SS) dan Untuk menentukan sektor
Tipologi Klassen (TK). pertanian basis pada masa yang akan
a. Location Quotient (LQ) datang pada subsektor pertanian. Secara
LQ bertujuan untuk mengetahui matematis DLQ dapat dirumuskan
posisi sektor pertanian yang dianalisis
sebagai berikut (Bendavid, 1972 dalam menjadi basis di masa
Oktavia et al, 2015): yang akan datang.

1 + gib / 1 + gb DLQ = 1 : Laju pertumbuhan

DLQ =----------------------- t subsektor pertanian i di


1 + Gin / 1 + Gn wilayah terhadap laju

Keterangan : pertumbuhan di daerah

DLQ : Indeks laju pertumbuhan sebanding.

subsektor pertanian i di c. Shift-Share

wilayah Untuk menentukan kinerja atau

gib : rata-rata laju pertumbuhan produktivitas dari subsektor pertanian i

subsektor pertanian i di di wilayah dibandingkan dengan daerah

wilayah dan dapat mempengaruhi pertumbuhan

gb : Rata-rata laju pertumbuhan dengan jumlah output-nya. Secara

total subsektor pertanian i di matematis menurut Soepomo (1993)

wilayah bentuk umum formulasi analisis shift

Gin : Rata-rata laju pertumbuhan share dan komponen-komponennya

subsektor pertanian i di daerah adalah:

Gn : Rata-rata laju pertumbuhan Dib = Nib + Mib + Cib


total subsektor pertanian i di
Keterangan:
daeerah
i : Subsektor pertanian yang
t : Kurun waktu analisis
diteliti
b : Variabel subsektor pertanian
Kriteria :
wilayah yang diteliti
DLQ > 1 : Laju pertumbuhan n : Variabel subsektor pertanian
subsektor pertanian i di
daerah
wilayah masih dapat Dib : Perubahan subsektor
diharapkan untuk
pertanian di wilayah
menjadi basis di masa Nib : Pertumbuhan nasional
yang akan datang.
subsektor pertanian di wilayah
DLQ < 1 : Laju pertumbuhan Mib : Bauran industri subsektor
subsektor pertanian i di
pertanian di wilayah
wilayah tidak dapat Cib : Keunggulan kompetitif
diharapkan nuntuk
subsektor pertanian di wilayah
Laju Kontribusi
Penelitian ini meggunakan pertum
yi > yn yi < yn
variabel subsektor pertanian dan PDRB buhan
yang dinotasikan sebagai (y), maka: Subsektor Subsektor
ri > rn
a) Dampak riil pertumbuhan subsektor Prima Potensial
Subsektor
pertanian wilayah: (Dib = Nib + Mib + Subsektor
ri < r n Berkemban
Cib atau y*ib - yij) Terbelakang
g
b) Pengaruh pertumbuhan subsektor
pertanian daerah: (Nib = yib . rn) Keterangan:
c) Pergeseran proporsional atau ri : Laju pertumbuhan subsektor
pengaruh bauran subsektor pertanian i wilayah
pertanian: (Mib = yib (rin – rn)) rn : Laju pertumbuhan subsektor
d) Pengaruh keunggulan kompetitif: pertanian i daerah
(Cib = yib (rib – rin)) yi : Kontribusi sektor pertanian i
wilayah
Keterangan: yn : Kontribusi sektor pertanian i
yib : Kontribusi subsektor daerah
pertanian i wilayah
y*ib : Kontribusi subsektor HASIL DAN PEMBAHASAN
pertanian i wilayah akhir tahun
analisis Kontribusis PDRB wilayah
Terhadap Provinsi Nusa Tenggara
rib : Laju pertumbuhan subsektor Barat
pertanian i wilayah Pertumbuhan ekonomi di suatu

rin : Laju pertumbuhan subsektor daerah mencerminkan adanya perubahan

pertanian i di daerah struktur perekonomian di daerah

rn : Rata-rata laju pertumbuhan tersebut menjadi lebih baik dan

subsektor pertanian i di daerah meningaktnya tingkat kesejahteraan

d. Tipologi Klassen masyarakat. Pertumbuhan ekonomi

Tipologi klassen membandingkan dapat dijadikan indikator keberhasilan

tingkat dan laju pertumbuhan subsektor dari pembangunan ekonomi di daerah.

pertanian wilayah: Pertumbuhan ekonomi dapat diukur


dengan kenaikan nilai tambah pada
sektor-sektor ekonomi yang ada di
daerah tersebut.
Provinsi Nusa Tenggara Barat dan eceran; reparasi mobil dan sepeda
terdiri dari sepuluh kabupaten/kota motor senilai 18,60 persen dan Kota
yaitu: 1) Kabupaten Lombok Barat, 2) Bima memiliki kontribusi tertinggi pada
Kabupaten Lombok Tengah, 3) sektor perdagangan besar dan eceran;
Kabupaten Lombok Timur, 4) reparasi mobil dan sepeda motor senilai
Kabupaten Sumbawa, 5) Kabupaten 22,00 persen.
Dompu, 6) Kabupaten Bima, 7) Umumnya kontribusi rata-rata
Kabupaten Sumbawa Barat, 8) sktor di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kabupaten Lombok Utara, 9) Kota adalah sektor pertanian. Besarnya
Mataram dan 10) Kota Bima dan terdiri kontribusi sektor pertanian di Provinsi
dari tujuh belas lapangan usaha/sektor Nusa Tenggara Barat sangat didukung
berdasarkan data PDRB. Dari sepuluh oleh besarnya kontribusi sektor
Kabupaten/kota yang ada di Provinsi pertanian Kabupaten Bima dengan nilai
Nusa Tenggara Barat mayoritas 46,82 persen yang merupakan nilai
memiliki kontribusi yang tinggi pada kontribusi tertinggi dari total PDRB
sektor pertanian diantaranya: Kabupaten sektor pertanian di Nusa Tenggara Barat
Lombok Barat memiliki rata-rata dan kontribusi sektor pertanian terkecil
kontribusi tertinggi pada sektor adalah di Kabupaten Sumbawa Barat
pertanian dengan nilai kontribusi sebesar yaitu sebesar 4,39 persen.
21,99 persen, Kabupaten Lombok Berdasarkan keunggulan
Tengah pada sektor pertanian yaitu porsentase kontribusi sektor pertanian
27,46 persen, Kabupaten Lombok Timur Kabupaten Bima kemudian dianalisis
pada sektor pertanian sebesar 29,86 untuk melihat komponen subsektor
persen, Kabupaten Sumbawa pada pertanian penyusun besaran kontribusi
sektor pertanian sebesar 40,17 persen, sektor pertanian di Kabupaten Bima.
Kabupaten Dompu pada sektor pertanian Komponen (subsektor) pertanian di
yaitu 41,16 persen, Kabupaten Bima Kabupaten Bima dianalisis guna
pada sektor pertanian yaitu 46,82 mengetahui subsektor tersebut basis atau
persen, Kabupaten Sumbawa Barat pada non basis dan pengaruh pertumbuhannya
sektor pertambangan dan pengggalian yang dianalisis dengan analisis Location
senilai 83,36 persen, Kabupaten Quotient (LQ), Dynamic Location
Lombok Utara pada sektor pertanian Quotient (DLQ), Shift Share (SS) dan
yaitu sebesar 37,02 persen, Kota Tipologi Klassen (TK). Hasil analisis
Mataram pada sektor perdagangan besar dari metode tersebut dapat dijadikan
pijakan dalam menyusun kebijakan dengan mengidentifikasi sektor
untuk pembangunan daerah, karenanya unggulan yang dimiliki oleh suatu
untuk melakukan pembangunan daerah daerah/wilayah.
akan lebih mudah berdasarkan
spesialisasi/potensi dari daerah tersebut. Analisis Location Quotient (LQ)
Menurut Hidayat & Supriharjo (2014), Berdasarkan struktur PDRB,
pengembangan kawasan strategis sektor pertanian meliputi: a) subsektor
merupakan pokok dari pertumbuhan pertanian, peternakan, perburuan dan
ekonomi yang memiliki tahapan dan jasa pertanian; b) subsektor kehutanan
langkah yang harus dirumuskan dalam dan penebangan kayu dan c) subsektor
mencapai suatu tujuan, salah satu perikanan. Data hasil analisis Location
tahapan yang dapat dirumuskan untuk Quotient (LQ) disajikan pada tabel 1.
mengembangkan kawasan strategis yaitu

Tabel 1. Location Quotient Kabupaten Bima


LQ (%)
No. Sektor Ekonomi
2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Peternakan, Perburuan dan
1 0.96 0.96 0.95 0.96 0.96
Jasa Pertanian
2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 2.41 2.41 2.41 2.41 2.39
3 Perikanan 1.15 1.17 1.18 1.17 1.15
Sumber: Data Sekunder Tahun 2011-2015 Diolah

Hasil dari analisis LQ dapat Bima terkait subsektor tersebut dan juga
dijelaskan bahwa subsektor kehutanan dapat untuk memebuhi kebutuhan
dan penebangan kayu serta subsektor kabupaten/kota lainnya karena adanya
perikanan merupakan sub basis artinya surplus dan merupakan sektor yang
kedua subsektor tersebut merupakan prioritas dalam menggerakkan
subsektor yang memiliki peran yang perekonomian untuk pembangunan
dominan di Kabupaten Bima Kabupaten Bima.
dibandingkan perannya di Provinsi Nusa Kedua subsektor yang basis
Tenggara Barat dengan kata lain tersebut yang memiliki nilai basis paling
subsektor kehutanan dan penebangan tinggi yaitu subsektor kehutanan dan
kayu serta subsektor perikanan dapat penebangan kayu yaitu 2,39 persen dan
memenuhi kebutuhan di Kabupaten
adapun untuk subsektor perikanan yang fungsinya adalah untuk
sebesar 1,15 persen. memprediksi subsektor yang ada pada
Kegiatan yang berlangsung pada sektor pertanian termasuk basis atau non
subsektor kehutanan dan penebangan basis pada masa yang akan datang dan
kayu meliputi penebangan berbagai jenis juga informasi terkait reposisi subsektor
kayu, pengambilan dedaunan, getah, dan yang menekankan pada laju
jenis akaran, termasuk didalamnya jasa pertumbuhan sektoral. Analisis DLQ
penunjang kegiatan kehutanan yang membandingan laju pertumbuhan
berdasarkan pada sistem balas subsektor yang ada di Kabupaten Bima
jasa/kontrak. Hasil dari kegiatan pada dengan laju pertumbuhan subsektor di
subsektor kehutanan meliputi kayu Provinsi Nusa Tenggara Barat.
gelondongan (yang berasal dari hutan Nilai DLQ > 1 artinya bahwa
rimba/budidaya), rotan, bambu, kayu subsektor pada sektor pertanian yang
bakar, dan hasil hutan lainnya juga ada di Kabupaten Bima memiliki
termasuk jasa penunjang kegiatan kesempatan menjadi basis di masa
kehutanan. mendatang atau laju pertumbuhan
Subsektor pertanian meliputi subsektor pada sektor pertanian di
(pertanian, peternakan, perburuan dan Kabupaten Bima lebih cepat
jasa pertanian) merupakan subsektor non dibandingkan laju pertumbuhan
basis artinya subsektor tersebut tidak subsektor yang sama di Provinsi Nusa
dapat memenuhi kebutuhan di Tenggara Barat. Adapun jika nilai DLQ
Kabupaten Bima dan juga belum < 1 menunjukkan bahwa subsektor pada
mampu untuk menjalankan kegiatan sektor pertanian tidak dapat diharapkan
ekspor ke kapupaten/kota lainnya. menjadi subsektor basis di masa
mendatang artinya laju pertumbuhan
Analisis Dynamic Location Quotient subsektor pada sektor pertanian di
(DLQ)
Kabupaten Bima bertumbuh lebih
Penerapan dari analisis LQ
lambat dibandingkan laju pertumbuhan
terdapat kelemahan yaitu hasil dari
subsektor yang sama di Provinsi Nusa
analisisnya bersifat statis, oleh karea
Tenggara Barat. Data hasil analisis DLQ
kelemahan tersebut maka dilengkapi
disajikan pada tabel 2.
dengan menggunakan analisis DLQ

Tabel 2. Dynamic Location Quotient Kabupaten Bima


No DLQ (%)
Sektor Ekonomi
. 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa 0.99 0.99 1.00 1.00
1
Pertanian 6 8 2 4
0.99 1.00 0.99 0.99
2 Kehutanan dan Penebangan Kayu
9 0 9 2
1.01 1.01 0.98 0.98
3 Perikanan
6 0 9 4
Sumber: Data Sekunder Tahun 2011-2015 Diolah

Hasil dari analisis DLQ pada tabel 2013 senilai 1,000 persen. Dan
4. dapat dijelaskan bahwa subsektor subsektor perikanan merupakan sektor
yang dapat diharapkan menjadi basis basis pada tahun 2012-2013 dan 2014-
pada masa yang akan datang adalah 15 berubah menjadi sektor non basis.
subsektor pertanian meliputi (pertanian, Subsektor non basis artinya subsektor
peternakan, perburuan dan jasa tersebut tidak dapat diharapkan menjadi
pertanian) yang ditunjukkan dengan sektor basis di masa mendatang dan
nilainya lebih dari satu yaitu 1,004 cenderung tidak dapat memenuhi
persen pada tahun 2015 (akhir tahun kebutuhan di Kabupaten Bima atau
analisis) artinya subsektor tersebut lebih subsektor tersebut berkembang lebih
cepat berkembang dibandingkan laju lambat dibandingkan laju pertumbuhan
pertumbuhan subsektor yang sama di subsektor yang sama di tingkat Provinsi
tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Nusa Tenggara Barat.
Terdapat juga reposisi subsektor pada
sektor pertanian yaitu pada tahun 2012- Faktor Mempengaruhi Pertumbuhan
2013 subsektor pertanian meliputi Untuk mengetahui kinerja dari
(pertanian, peternakan, perburuan dan subsektor pada sektor pertanian yang
jasa pertanian) merupakan subsektor non ada di Kabupaten Bima dan Provinsi
basis yaitu dengan nilai (0,996 persen Nusa Tenggara Barat dapat dianalisis
dan 0,998 persen) akan tetapi pada tahun dengan menggunakan analisis Shift
2014-2015 berubah menjadi subsektor Share. Pembahasan mengenai kinerja
basis ditunjukkan dengan nilai (1,002 subsektor pada sektor pertanian secara
persen dan 1,004 persen). Adapun untuk umum terhadap perubahan PDRB
subsektor kehutanan dan penebangan selama periode analisis (2011-2015)
kayu menjadi basis hanya pada tahun dipengaruhi oleh komponen
pertumbuhan Kabupaten Bima dan kompetitif (Cib). Data hasil analisis Shift
provinsi Nusa Tenggara Barat (Nib), Share di Kabupaten Bima disajikan pada
bauran industri (Mib) dan keunggulan tebel 3.

Tabel 3. Analisis Shift Share Kabupaten Bima


Sektor
No Nib Mib Cib Dib
Ekonomi
Pertanian,
Peternakan,
1,528,542,567,068.1 1,528,544,064,778.9
1 Perburuan 3,955.69 1,493,755.13
5 6
dan Jasa
Pertanian
Kehutanan
dan
2 20,878,341,750.62 (53,063.38) 11,375.60 20,878,300,062.83
Penebangan
Kayu
3 Perikanan 395,279,440,932.47 27,347.59 289,658.60 395,279,757,938.66
1,944,700,349,751.2 1,944,702,009,484.6
Sektor Pertanian (113,295.79) 1,773,029.22
3 6
Sumber: Data Sekunder Tahun 2011-2015 Diolah

Berdasarkan hasil analisis Shift Share, kenaikan kinerja semua subsektor


subsektor pada sektor pertanian di pertanian. Kinerja subsektor pada sektor
Kabupaten Bima diketahui bahwa pertanian terbesar adalah subsektor
pertumbuhan ekonomi masing-masing pertanian meliputi (pertanian,
subsektor bernilai positif, artinya peternakan, perburuan dan jasa
pertumbuhan riil sektor pertanian pertanian) yaitu senilai Rp
mengalami peningkatan di seluruh 1.528.544.064.778,96 (juta).
subsektor pada sektor pertanian. Kinerja Pertumbuhan ekonomi subsektor
perekonomian pada sektor pertanian di pada sektor pertanian di Provinsi Nusa
Kabupaten Bima berdasarkan data kurun Tenggara Barat berpengaruh terhadap
waktu lima tahun (2011-2015) sebesar pertumbuhan subsektor pada sektor
Rp 1.944.702.009.484,66 (juta). pertanian di Kabupaten Bima. Hal ini
Kenaikan kinerja sektor pertanian terlihat dari nilai Nib masing-masing
tersebut didukung dengan adanya subsektor yang positif. Besaran
pengaruh pertumbuhan ekonomi jasa pertanian). Adapun pertumbuhan
Provinsi Nusa Tenggara Barat terhadap subsektor perikanan dan subsektor
sektor pertanian adalah Rp pertanian meliputi (pertanian,
1.944.700.349.751,23 (juta). Subsektor peternakan, perburuan dan jasa
yang memiliki pengaruh paling dominan pertanian) di Provinsi Nusa Tenggara
adalah subsektor pertanian meliputi Barat lebih cepat dibandingkan
(pertanian, peternakan, perburuan dan pertumbuhan subsektor perikanan dan
jasa pertanian) dengan nilai Nib sebesar subsektor pertanian meliputi (pertanian,
Rp 1.528.542.567.068,15 (juta). peternakan, perburuan dan jasa
Subsektor kehutanan dan pertanian) total di Provinsi Nusa
penebangan kayu di Kabupaten Bima Tenggara Barat.
tidak menjadi spesialisasi dalam Berdasarkan nilai Competitif Shift
meningkatkan pendapatan wilayah (Cib), subsektor pertanian meliputi
ditunjukkan dengan nilai bauran industri (Pertanian, Peternakan, Perburuan dan
(Mib) yang negatif. Jika dilihat secara Jasa Pertanian), subsektor kehutanan
parsial, pengaruh bauran industri (Mib) dan penebangan kayu serta subsektor
dari masing-masing subsektor perikanan merupakan subsektor yang
menunjukkan bahwa subsektor yang memiliki keunggulan kompetitif atau
tidak dapat tumbuh dengan baik adalah daya saing yang lebih tinggi
hanya subsektor kehutanan dan dibandingkan subsektor yang sama di
penebangan kayu yang ditunjukkan wilayah lain di tingkat Provinsi Nusa
dengan nilainya yang negatife yaitu Tenggara Barat. Laju pertumbuhan
-53,063.38 (juta). Adapun subsektor sektor pertanian di Kabupaten Bima
yang dapat tumbuh dengan baik adalah lebih cepat dibandingkan dengan laju
subsektor perikanan dan subsektor pertumbuhan sektor pertanian di
pertanian meliputi (pertanian, Provinsi Nusa Tenggara Barat hal
peternakan, perburuan dan jasa tersebut didukung dengan laju
pertanian) dengan nilai masing masing pertubuhan yang tinggi pada subsektor
yaitu 27,347.59 dan 3,955.69 (juta). pertanian meliputi (Pertanian,
Artinya kegiatan ekonomi pada sektor Peternakan, Perburuan dan Jasa
pertanian di Kabupaten Bima Pertanian). Sejalan dengan hasil analisis
terkonsentrasi pada subsektor perikanan DLQ, subsektor pertanian dapat menjadi
dan subsektor pertanian meliputi basis dan memiliki daya saing
(pertanian, peternakan, perburuan dan dibandingkan dengan nilai rata-rata di
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Daya Analisis tipologi klassen
saing subsektor pada sektor pertanian dilakukan di Kabupaten Bima dengan
tentunya didukung oleh kondisi sumber Provinsi Nusa Tenggara Barat pada
daya alam wilayah dan kebijakan sektor pertanian. Hasil analisis tipologi
pemerintah setempat. klassen dapat dimanfaatkan sebagai
pedoman dalam perencanaan
Tipologi Pertumbuhan Sektor pembangunan ekonomi dan penentuan
Pertanian
subsektor yang prioritas dalam
Berdasarkan analisis tipologi
menjalankan program pembangunan
klassen, Kuncoro (2012)
ekonomi khususnya pada sektor
mengkalsifikasi subsektor menjadi
pertanian di Kabupaten Bima dan
empat bagian yaitu subsektor prima,
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
subsektor potensial, subsektor
Hasil analisis tipologi klassen
berkembang dan subsektor terbelakang.
disajikan pada tabel 4.
Analisis tipologi klassen dapat
digambarkan oleh hasil dari analisis LQ
dan DLQ.

Tabel 4. Tipologi Klassen Kabupaten Bima


Rata-rata Rata-rata
No. Sektor Ekonomi Kontribisi (%) Pertumbuhan (%)
Bima NTB Bima NTB
Pertanian, Peternakan, Perburuan dan
1 78,63 82,14 4,89 4,21
Jasa Pertanian
2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 1,06 0,44 2,82 2,43
3 Perikanan 20,31 17,42 4,80 4,21
Sumber: Data Sekunder Tahun 2011-2015 Diolah

Berdasarkan nilai pada bagan 3. (kontribusi subsektor pada sektor


di atas disederhanakan ke dalam bentuk pertanian di Provinsi Nusa Tenggara
tabel untuk melihat sektor pertanian Barat), rb (laju pertumbuhan subsektor
yang dianalisis termasuk pada sektor pertanian di Kabupaten
kuadran/golongan apa dengan ketentuan Bima) dan rn (laju pertumbuhan
bahwa yb (kontribusi subsektor pada subsektor pada sektor pertanian di
sektor pertanian di Kabupaten Bima), y n Provinsi Nusa Tenggara Barat). Data
hasil analisis tipologi klassen disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Tipologi Klassen Kabupaten Bima


Kontribusi Pertumbuhan
No. Subsektor Kuadran
Subsektor Subsektor
Pertanian, Peternakan,
1 perburuan dan Jasa y Bima < y NTB r Bima > r NTB II
Pertanian
Kehutanan dan
2 y Bima > y NTB r Bima > r NTB I
Penebangan Kayu
3 Perikanan y Bima > y NTB r Bima > r NTB I
Sumber: Data Sekunder Tahun 2011-2015 Diolah

Berdasarkan analisis tipologi kontibusi yang lebih kecil dibandingkan


klassen, subsektor pada sektor pertanian kontribusi subsektor sejenis di Provinsi
di Kabupaten Bima di golongkan Nusa Tenggara Barat akan tetapi laju
menjadi dua kategori subsektor yaitu; pertumbuhan subsektor pertanian
subsektor prima dan subsektor potensial. meliputi (pertanian, peternakan,
Berdasarkan pada tabel 4. di atas dapat perburuan dan Jasa pertanian) di
dijelaskan bahwa subsektor kehutanan Kabupaten Bima bernilai lebih
dan penebangan kayu serta subsektor besar/lebih cepat dibandingkan laju
perikanan merupakan subsektor yang pertumbuhan subsektor sejenis di
prima artinya bahwa kontribusi dan laju Provinsi Nusa Tenggara Barat.
pertumbuhan subsektor kehutanan dan Dilihat dari hasil analisis tipologi
penebangan kayu serta subsektor klassen, tidak terdapat subsektor yang
perikanan di Kabupaten Bima lebih tergolong subsektor berkembang dan
besar dibandingkan dengan kontibusi subsektor terbelakang akan tetapi perlu
dan laju pertumbuhan subsektor sejenis ada langkah dalam mengantisipasi
di Provinsi Nusa Tenggara Barat, terjadinya hal tersebut di bawah
sementara subsektor pertanian meliputi tanggung jawab pemerintahan setempat
(pertanian, peternakan, perburuan dan yang diterjemahkan ke dalam kebijakan
Jasa pertanian) merupakan subsektor untuk mengembangkan subsektor yang
yang tergolong subsektor kuadran II masih belum dapat menjadi subsektor
(subsektor potensial) artinya subsektor yang prima suaya dapat memberikan
tersebut di Kabupaten Bima memiliki
dampak positif yang lebih besar kedua subsektor tersebut
terhadap Kabupaten Bima. merupakan subsektor yang
berperan lebih dominan di
KESIMPULAN Kabupaten Bima dibandingkan
1. Berdasarkan pada struktur lapangan perannya di Provinsi Nusa
usaha/sektor PDRB terdiri dari tujuh Tenggara Barat. Sementara
belas sektor dan sektor pertanian subsektor pertanian di Kabupaten
merupakan sektor dengan kontribusi Bima tidak berperan dominan
tertinggi terhadap PDRB Provinsi melainkan dominan pada
Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar Provinsi Nusa Tenggara Barat
23.48%. (non basis).
2. Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri b. Dynamic Location Quotient
dari sepuluh kabupaten/kota, Sektor pertanian di Kabupaten
Kabupaten Bima merupakan Bima terdapat reposisi subsektor
kabupaten yang sektor pertaniannya yaitu subsektor kehutanan dan
memiliki kontribusi tertinggi penebangan kayu serta subsektor
terhadap PDRB Nusa Tenggara Barat perikanan yang awalnya basis
yaitu sebesar 46,82%. berubah posisi menjadi non basis
3. Berdasarkan analisis LQ, DLQ, Shift dan subsektor pertanian yang
Share dan Tipologi Klassen. semula non basis berubah posisi
Subsektor pertanian pada sektor menjadi basis di mas yang akan
pertanian memiliki struktur ekonomi: datang.
a. Location Quotient c. Shift Share
Pertumbuhan sektor pertanian Kinerja sektor pertanian dominan
Kabupaten Bima merupakan adalah subsektor pertanian yaitu
sektor yang berpengaruh senilai Rp 1.528.544.064.778,96
dominan terhadap pertumbuhan (juta). Subsektor pertanian juga
sektor pertanian di Provinsi Nusa berpengaruh dominan terhadap
Tengggara Barat. Dua subsektor sektor pertanian Kabupaten Bima
pada sektor pertanian di dibandingkan subsektor lainnya
Kabupaten Bima merupakan senilai Rp 1.528.542.567.068,15
sektor basis yaitu subsektor (juta). Subsektor yang dapat
kehutanan dan penebangan kayu tumbuh dengan baik di
serta subsektor perikanan artinya Kabupaten Bima yaitu subsektor
perikanan dan subsektor Jurnal Teknik Pomits Vol. 3, No.
pertanian meliputi (pertanian, 1.
peternakan, perburuan dan Jasa
Kuncoro. 2012. Perencanaan Daerah:
pertanian) artinya kegiatan
Bagaimana Membangun Ekonomi
ekonomi pada sektor pertanian di
Lokal, Kota dan Kawasan?.
Kabupaten Bima terkonsentrasi
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
pada subsektor perikanan dan
subsektor pertanian meliputi Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ghalia
(pertanian, peternakan, Indonesia. Bogor.
perburuan dan Jasa pertanian).
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional:
d. Tipologi Klassen
Teori dan Aplikasi. Baduose
Subsektor kehutanan dan
Media. Padang.
penebangan kayu serta subsektor
perikanan di Kabupaten Bima Soepomo. 1993. Analisis Shift-share.
merupakan subsektor prima dan Perkembangan dan Penerapan.
subsektor pertanian meliputi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
(pertanian, peternakan, Indonesia.
perburuan dan Jasa pertanian)
Oktavia, et al. 2015. Sektor Pertanian
merupakan subsektor potensial.
Unggulan di Sumatera Selatan.
Jurnal Agribisnis Vol.1 No.2 Juli
DAFTAR PUSTAKA
2015.
Arsyad. 1999. Ekonomi Pembangunan.
Edisi Keempat, BPFE. Widianingsih, et al. 2015. Kontribusi
Yogyakarta. Sektor Pertanian Pada
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi
______. 2010. Ekonomi Pembangunan.
Jawa Barat. Jurnal Agro Ekonomi
Edisi Kelima, UPP STIM YKPN.
Vol. 26/No. 2, Desember 2015.
Yogyakarta.

Hidayat & Supriharjo. 2014. Identifikasi


Subsektor Unggulan Kecamatan
di Kabupaten Lombok Tengah.

You might also like