You are on page 1of 12

Journal of Islamic Education Research | Vol 1 No.

01 Desember (2019)

Transformasi Kepemimpinan:
Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang
dalam Menjawab Globalisasi

Ahmad Ihwanul Muttaqin 1*, Canda Ayu Pitara2


1 Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang, Indonesia
2 Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang, Indonesia

Abstract: This article aims to look at a crucial problem in Islamic


boarding schools which is transformation of leadership. As it is
known, the existence of boarding schools cannot be separated from
Keywords:
Transformastional Leadership,
Kiai as the founder, owner and caretaker of the boarding school
Pondok Pesantren, Globalization itself. Such situation makes kiai has become a central figure within
the process. Kiai appears to be charismatic figure and tends to be
"authoritarian". However problems often arise in the process of
_________ succession in his leadership. The founding successors, most of the
Keywords: time, do not have the same charisma and influence as their
Transformasi Kepemimpinan, predecessors. This situation made islamic boarding school
Pondok Pesantren, Globalisasi experience a decline in the output quality and some of the islamic
boarding schools went out of business. For this particular reason, the
author would like to know how islamic boarding schools make
changes in leadership patterns. The research locus took place at
________________________ Bustanul Ulum islamic boarding school Krai Yosowilangun
*Correspondence Address: Lumajang. This particular islamic boarding school can be
ihwan@iaisyarifuddin.ac.id considered as a school that is able to adapt for changing times. The
result of the research shown that in order to maintain the existence
of islamic boarding school, the successors changed the pattern of
leadership, from a single pattern to a collegial collective leadership
and in the form of a foundation. As a result, the existence of islamic
boarding school can be preserved, and to this day it has developed
quite advanced.

Abstrak: Artikel ini hendak melihat problem krusial di pondok


pesantren yakni transformasi kepemimpinan. Bahwa pesantren
tidak bisa dipisahkan dari Kiai sebagai pendiri, pemilik dan
pengasuh. Kiai merupakan figur sentral dan muncul sebagai sosok
yang kharismatik namun cenderung “otoriter”. Namun seringkali
muncul problematika dalam proses suksesi kepemimpinannya.
Kerapkali para penerus tidak memiliki kharisma dan pengaruh
yang sama dengan pendahulunya. Keadaan ini membuat
pesantren mengalami penurunan kualitas output dan membuat
sebagian pesantren gulung tikar. Atas dasar itulah, penulis ingin
melihat bagaimana pesantren melakukan perubahan-perubahan
pola kepemimpinan. Locus riset di Pondok Pesantren Bustanul
Ulum Krai Yosowilangun Lumajang. Pesantren ini sejak berdiri
hingga hari ini dapat disebut sebagai pesantren yang mampu
beradaptasi dengan perubahan zaman. Dari hasil riset ditemukan
bahwa untuk menjaga eksistensi pesantren, para penerus
melakukan perubahan pola kepemimpinan, dari pola tunggal
menjadi kepemimpinan kolektif kolegial dan berbentuk yayasan.
Hasilnya, eksistensi pesantren dapat tetap terjaga, dan hingga hari
ini pesantren mengalami perkembangan yang cukup maju.

© 2019 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan


Institut Agama Islam Negeri Jember
Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

Pendahuluan yang mempunyai implikasi terhadap


Pesantren merupakan lembaga kehidupan sosial yang melingkupinya.2
pendidikan tertua yang melekat dalam Di Indonesia istilah pesantren lebih
perjalanan kehidupan Indonesia sejak populer dengan sebutan pondok
ratusan tahun silam. Ia adalah lembaga pesantren. Lain halnya dengan
pendidikan yang dapat dikategorikan pesantren, pondok pesantren dari
sebagai lembaga unik dan mempunyai bahasa Arab funduq, yang berarti hotel,
karakteristik tersendiri yang khas, asrama, rumah dan tempat tinggal
bahkan hingga saat ini ia mampu sederhana. Pengertian terminologi
menunjukkan kapabilitasnya yang pesantren di atas, mengindikasikan
cemerlang dengan mampu melewati bahwa secara kultural pesantren lahir
berbagai episode zaman serta melewati dari budaya Indonesia. Dari sinilah
ragam polemik yang mengitarinya. Hal Nurcholis Madjid berpendapat, secara
ini terjadi karena pesantren mampu historis pesantren tidak hanya
melayani kebutuhan (needs) pendidikan mengandung makna keislaman, tetapi
masyarakat, terutama ketika lembaga- juga makna keaslian Indonesia. Sebab,
lembaga pendidikan modern yang pada memang cikal bakal lembaga pesantren
umumnya bersifat formal, belum sebenarnya sudah ada sejak lama.3
mampu menembus ke pelosok desa. Pesantren juga sebagai lembaga
Pada saat itu dunia pesantren menjadi yang mengiringi dakwah Islamiyah di
simbol yang menghubungkan dunia Indonesia memiliki persepsi yang
pedesaan dengan dunia luar.1 Bahkan plural.4 Bahkan sejarah masuknya Islam
dalam perjalanan sejarahnya, pesantren di Indonesia yang prosesnya disebarkan
telah banyak memberikan andil dan dengan damai, salah satunya juga
kontribusi yang sangat besar dalam ikut dengan cara membuat lembaga
serta mencerdaskan kehidupan bangsa pendidikan pesantren.5 Pondok
dan memberikan pencerahan terhadap pesantren yang sering disingkat PPs ini
masyarakat, serta dapat menghasilkan merupakan lembaga pendidikan Islam
komunitas intelektual yang setaraf yang lahir dan tumbuh dari kultur
dengan sekolah gubernemen. Sehingga Indonesia yang bersifat indegenous. Ia
pada tataran ini pesantren tidak dapat tumbuh atas prakarsa dan dukungan
diklaim sebagai institusi sosial yang masyarakat, serta didorong oleh
tidak hanya berbentuk lembaga dengan permintaan dan kebutuhan
seperangkat elemen pendukungnya masyarakat.6 Atas dasar itulah, saat
seperti masjid, ruang mengaji, asrama krisis multi dimensional melanda
santri, beberapa guru, dan kiai. Tetapi elemen bangsa, dengan semakin
pesantren merupakan entitas budaya merosotnya moralitas generasi
mudanya akibat globalisasi, maka

1 In’am Sulaiman, Masa Depan Pesantren: 5 Ahmad Ihwanul Muttaqin, “Dinamika


Eksistensi Pesantren di Tengah Gelombang Islam Moderat, Studi atas Peran LP. Ma’arif NU
Modernisasi, (Malang: Madani, 2010), 3. Lumajang dalam Mengatasi Gerakan Radikal,”
2 Hamdan Farchan dan Syarifuddin, Titik Tabiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 12, No.
Tengkar Pesantren: Resolusi Konflik Masyarakat 1 Februari 2019, 20.
Pesantren, (Yogyakarta: Pilar Religia, 2005), 1. 6 In’am Sulaiman, Masa Depan Pesantren
3 Yasmadi, Modernisasi Pesantren..,62. (Malang : Madani, 2010), 1.
4 Mujamil Qomar, Pesantren dari
Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi
Institusi (Jakarta: Eirlangga, 2002), 1.

24 | Journal of Islamic Education Research Vol 1 No. 01 Desember (2019)


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

perhatian para intelektual dan dalam gegap gempita berbagai


akademisi kembali melirik pesantren perubahan yang merupakan hasil dari
sebagai solusi pemecahannya. pengaruh globalisasi. Tanpa terkecuali,
Belakangan, pesantren dicitrakan realitas ini bahkan turut menjamah
sebagai kunci dari penyelesaian krisis lembaga pendidikan pondok pesantren.
moral bangsa tapi kadang ditinggal Keadaan ini tidak dapat dihindari,
setelah bangsa ini “sembuh.” Nurcholis mengingat pesantren pun adalah bagian
Madjid bahkan menyebut pesantren dari masyarakat yang membutuhkan
sebagai pendidikan alternatif. berbagai fasilitas untuk kemudahan dan
Perubahan dan perkembangan efesiensi hidup, itulah sejatinya
zaman dengan berbagai variannya telah penawaran globalisasi itu.
membawa implikasi terhadap Pendidikan Islam dan dakwah,
pesantren. Para pengamat sosial khususnya pesantren sudah pasti
mengidentifikasi perubahan-perubahan bersentuhan dengan dinamika
dengan membaginya menjadi beberapa globalisasi tersebut. Disadari atau tidak,
komponen. Pertama, terjadinya secara pasti globalisasi merupakan
teknologisasi. Kedua, perilaku yang proses dan dinamika yang pengaruhnya
semakin fungsional. Ketiga, penguasaan telah berhasil mengebiri tradisi dan
informasi dan teknologi. Keempat, nilai-nilai luhur keagamaan umat Islam
kehidupan masyarakat yang makin dewasa ini. Dinamika modernisasi serta
sistemik dan terbuka.7 Komponen- globalisasi telah membawa dampak
komponen tersebut harus direspon yang cukup serius dalam tatanan
pesantren. Pesantren diharapkan dapat kehidupan umat beragama, khususnya
memberikan reaksi atas tuntutan era bagi agama Islam. Sejatinya, globalisasi
global setidaknya dalam dua aspek, sudah menjadi keharusan sejarah yang
yakni universal dan nasional. Aspek banyak memberikan tantangan (threat)
universal yaitu ilmu pengetahuan dan juga peluang (opportunity) dalam dunia
teknologi, sedangkan dalam skala pendidikan yang akan menggoyang
nasional adalah pembangunan di tatanan kebudayaan, adat istiadat, dan
Indonesia. Untuk terakhir ini, peran nilai-nilai luhur ajaran Islam. Menyikapi
pesantren harusnya semakin besar alasan tersebut, maka pelu dikaji
karena dituntut terlibat dalam pola beberapa peluang juga tantangan yang
pembangunan, sebagai perwakilan ditimbulkan oleh globalisasi sehingga
lembaga asli sesuai aspirasi bangsa temuannya nanti menjadi seuntai
Indonesia sendiri.8 masukan untuk menanggulangi
Fenomena global memang tidak pengaruhnya terhadap dunia
dapat dihindari, karena ia adalah pendidikan Islam.9
kolonialisme dengan wajah baru yang Ketika globalisasi telah jadi realitas
merambah ke dalam berbagai sendi keseharian yang harus dihadapi umat
kehidupan manusia, terlebih dunia manusia termasuk pesantren dan
pendidikan. Nilai-nilai pendidikan masyarakat di negeri ini, pesantren
secara umum dan khususnya harus mampu mencari solusi yang
pendidikan Islam hari ini semakin larut benar-benar mencerahkan sehingga

7 Moch. Chotib, Pesantren dan Masyarakat 9 Suriana, "Pendidikan Islam Di Era

Transformatif (Jember: Pena Salsabila, 2010), Globalisasi : Menggapai Peluang Menuai


21-22. Tantangan", Jurnal Mudarrisuna, Volume 4,
8 Yasmadi, Modernisasi Pesantren..,130. Nomor 2, Juli – Desember, 2014,358-359.

Journal of Islamic Education Research Vol 1 No. 01 Desember (2019) | 25


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

pada satu sisi, dapat lahirnya masyarakat religius di


menumbuhkembangkan kaum santri sekitarnya. Tidak hanya karena
yang tidak gamang menghadapi kedalaman spiritual, juga karena
modernitas dan sekaligus tidak kecakapan keilmuan kiai yang mampu
kehilangan identitas dan jati dirinya.10 memberikan jawaban atas problem
Pendidikan pesantren perlu berbenah yang terjadi di masyarakat. Namun,
dalam menghadapi tantangan pasca wafatnya pendiri pesantren, ada
zamannya antara lain soal keterlibatan sistem yang berubah di internal
dalam pembangunan nasional, pesantren terutama dalam aspek
kemajuan ilmu dan teknologi.11 Dari kepemimpinan. Tulisan ini hendak
sekian banyak problem yang dihadapi melihat pola dan model kepemimpinan
pesantren, problem kepemimpinan yang berkembang pada periode kedua
menjadi yang paling krusial. Karena pesantren Bustanul Ulum Krai
itulah, perlu dilakukan modernisasi dan Yosowilangun Lumajang.
transformasi dalam bidang
kepemimpinan tersebut. Harus diakui, Diskursus Kepemimpinan di Pondok
bahwa pola kepemimpinan di pesantren Pesantren dan Globalisasi
bersifat otoritas, pemegang keputusan Diskursus mengenai kepemimpinan
sepenuhnya ada di tangan pimpinan di pondok pesantren banyak ditulis oleh
pesantren. Bahkan Abdurrahman para peneliti, salah satunya
Wahid (Baca: Gus Dur) mengakui bahwa Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
kepemimpinan di pesantren bersifat Menurut Gus Dur, selain kepemimpinan
alamiah, karena pemimpin pesantren di pesantren bersifat alamiah, ada
berikutnya tidak memiliki bentuk yang keuntungan lain yang didapat jika
teratur dan tetap.12 Atas dasar itulah, pesantren tetap mengembangkan
Gus Dur menawarkan modernisasi model kepemimpinan alamiah, namun
kepemimpinan sebagai bentuk Gus Dur tidak menampik jika terdapat
transformasi dan modernisasi dalam pula kerugian yang muncul, misalnya
pendidikan Islam secara keseluruhan. penurunan kualitas kepemimpinan
Berkenaan dengan itu pula, dengan berlangsungnya pergantian itu
pesantren Bustanul Krai Yosowilangun disebabkan tidak adanya bentuk dan
Lumajang juga berupaya melakukan aturan tetap.
pengelolaan pondok pesantren dengan Kerugian tersebut antara lain
memperhatikan kecenderungan munculnya ketidakpastian
perubahan internal maupun eksternal. perkembangan pesantren karena semua
Semasa KH. Affan Abdul Malik pengasuh aspek akan bergantung pada keputusan
pertama pondok pesantren Bustanul pemimpinnya yang tentu akan
Ulum, pesantren di pesisir pantai berpengaruh pada penurunan kualitas
selatan ini menjadi magnet tersendiri output.
bagi masyarakat di daerah Selain itu, ada kekhawatiran akan
Yosowilangun dan sekitarnya. Kharisma terjadinya pembauran dalam tingkat
dan ketokohan pendiri dan pengasuh kepemimpinan di tingkat lokal, regional
pesantren pertama menjadi embrio dan bahkan nasional.13 Atas dasar itulah

10 Abd A’la, Pembaruan Pesantren Perubahan)(Yogyakarta : Pustaka Pelajar


(Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2006), 6-8. 2010),3.
11 M. Ridwan Nasir, Format Pendidikan 12 Abdurrahman Wahid, Menggerakkan

Ideal (Pondok Pesantren Tengah Arus Tradisi (Yogyakarta: LKiS, 2011), 179.
13 Wahid, Menggerakkan, 181-182

26 | Journal of Islamic Education Research Vol 1 No. 01 Desember (2019)


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

ia menawarkan konsep penataan sistem diterima oleh ketiga entitas bersumber


pesantren salah satunya dengan dari keistimewaan (kharismatik) yang
menggabungkan pemikiran kultur dimilikinya. Maka tidak heran jika kiai
tradisional Islam yang terbaik dengan dapat berubah cepat memainkan
mengadopsi hal baru yang tentu baik perannya yakni selaku guru agama dan
pula (al hifdzu ala al qadimis shalih wal bapak (pengasuh) bagi santrinya,
alkhdu bil jadidi al ashlah). Oleh karena seorang pemimpin dan figur sentral di
itu menurut Abdurrahman Wahid (Gus sebuah pesantren serta tokoh agama
Dur) sudah seyogyanya semua unsur (ulama) dan tokoh sosial di tengah-
pemimpin di pesantren harus tengah masyarakat.
menguasai administrasi dan Kebesaran dan ketokohan seorang
manajemen lembaga pendidikan, meski kiai karena berbagai faktor akan
modelnya hanya pesantren. 14 menjadi rentan oleh sebab timbulnya
Senada dengan Gus Dur, Nurcholish ketegangan dan konflik. Ketegangan dan
Madjid merasa keberadan Kiai sebagai konflik bisa bermuara pada perilaku
pimpinan pesantren ibarat jantung bagi personal dan juga sosial. Apabila
kehidupan manusia. Hal ini terjadi seorang kiai tidak bisa mengatasinya
karena kiailah perintis, pendiri, dengan baik, maka konflik itu pada
pengelola, pemimpin, pengasuh dan akhirnya akan berdampak pada
bahkan pemilik tunggalnya. Keadaan ini perubahan posisi dan peran seorang
membuat beberapa pesantren bubar kiai yang secara langsung atau tidak
setelah ditinggal pengasuhnya. langsung juga berdampak pada jati diri
Sementara penerusnya tidak memiliki seorang kiai itu sendiri, bagi santri,
kapasitas yang sama dengan pesantren dan masyarakat yang
pendahulunya. Keadaan inilah yang menjadi bagian dari tanggungjawabnya.
lambat laun akan menimbulkan Mengenai Globalisasi, banyak pakar
kesenjangan. Kerangka berpikir inilah memberikan definisi dari sudut
yang memaksa pesantren melakukan pandang berbeda. Ada yang menyebut,
transformasi dan perubahan krusial globalisasi berasal dari Timur Tengah
dalam menerapkan model sejak peradaban Islam berkembang ke
kepemimpinannya. 15 Ia akhirnya seluruh penjuru dunia. Ada juga yang
menawarkan perubahan pola berpendapat bahwa globalisasi
kepemimpinan dari perseorangan ke bersumber dari Barat yang
dalam bentuk yayasan. berhubungan dengan sistem ekonomi,
Pada dasarnya peran kiai di politik, sains dan teknologi. Tetapi pada
pesantren terkait dengan tiga dimensi prinsipnya, globalisasi dapat dilihat dari
hubungan yakni hubungan kiai dengan beberapa aspek. Pertama, penyatuan
santri, kiai dengan pesantren dan kiai umat manusia yang melampaui batas
dengan masyarakat. Ketiga hubungan negara, bangsa, suku, ras dan agama.
tersebut akan harmonis jika kiai dapat Kedua, asimilasi dan akulturasi budaya
menempatkan peran dan posisi secara yang mengubah struktur kebudayaan
tepat ditengah ketiga entitas tersebut. setempat.16
Tidak diragukan lagi bahwa peran kiai

14 Abdurrahman Wahid, Nahdlatul Ulama 16 Abd. Rachman Assegaf , ed. Imam

dan Khittah (Yogyakarta: LKPSM, 1993), 161. Machali, Presma UIN Kalijaga, Pendidikan Islam
15 Lihat Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik & Tantangan Globalisasi: buah pikiran seputar
Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: filsafat, politik, ekonomi, sosial dan budaya,
Paramadina, 1992), 134-135 (Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2004), 12.

Journal of Islamic Education Research Vol 1 No. 01 Desember (2019) | 27


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

Globalisasi adalah sebuah istilah lapangan dengan latar alamiah,17


yang memiliki hubungan dengan peneliti sendiri yang mencari makna,18
peningkatan keterkaitan dan dan lebih menekankan pada proses dari
ketergantungan antarbangsa dan pada produk.19 Jenis penelitian ini
antarmanusia di seluruh dunia dunia menggunakan studi kasus, yang
melalui perdagangan, investasi, sasarannya berupa manusia, peristiwa,
perjalanan, budaya populer, dan latar dan dokumen, kemudian sasaran
bentuk-bentuk interaksi yang lain tersebut ditelaah secara mendalam
sehingga batas-batas suatu negara sebagai suatu totalitas, sesuai dengan
menjadi bias. latar atau konteksnya masing-masing
Dalam banyak hal, globalisasi dengan maksud untuk memahami
mempunyai banyak karakteristik yang berbagai kaitan yang ada di antara
sama dengan internasionalisasi, dan variabel-variabelnya.20
istilah ini sering dipertukarkan.
Sebagian pihak sering menggunakan Lokasi penelitian ini dilaksanakan
istilah globalisasi yang dikaitkan di Pondok Pesantren Bustanul Ulum
dengan berkurangnya peran negara Krai Yosowilangun Lumajang. Subyek
atau batas-batas negara. penelitian ini yaitu pengasuh atau kiai
Globalisasi secara umum telah sebagai informan kunci, kemudian
mengalami beragam fase. Menurut berlanjut pada informan lain,
Kepala Pusat Kajian Center Of National diantaranya: Majelis Keluarga,
Research Scientific (CNRS) Diminique Pengurus Pesantren, Ustadz, Wali
Wolton, dunia masuki perkembangan Santri, dan santri. Untuk penentuan
baru globalisasi berupa globalisasi informan yang dipilih dengan teknik
budaya, seperti k-pop dan lain purposive. Pengumpulan data dilakukan
semacamnya. Fase sebelumnya telah dengan menggunakan teknik
terjadi globalisasi massif di bidang wawancara mendalam, observasi, dan
politik terutama bidang ekonomi yang studi dokumenter. Sedangkan prosedur
dimulai sejak kurun waktu tahun 1970- analisis data melalui beberapa tahapan
an dan masih sangat terasa hingga saat yaitu: Data Condensation, Data Display,
ini sehingga membuka jurang yang dan Conclusion Drawing/Verifications.21
lebar antara negara-negara maju dan Keabsahan data penelitian ini
berkembang. menggunakan triangulasi. Triangulasi
ini peneliti lakukan dengan maksud
Metode untuk mengecek kebenaran data
Penelitian ini dirancang dengan tertentu dan membandingkannya
metode kualitatif, yang bersifat dengan data yang diperoleh dari
deskriptive dan explorative, dalam arti sumber lain, pada berbagai fase
penelitian ini termasuk penelitian penelitian lapangan pada waktu yang

17 Nasution, Metode Penelitian 20 Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan

Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, Methode, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), 18 2002), 18; Imron Arifin, Penelitian Kualitatif
18 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian dalam Ilmu-Ilmu Social dan Keagamaan
Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993), 8 (Malang: Kalimasahada Press, 1996), 57
19 Robert C. Bogdan and Sari Knopp 21 Metthew B. Miles, A. Michael Huberman

Biklen, Qualitative Research for Education: An and Johnny Saldana, Qualitative Data Analysis, A
Introduction to Theory and Methods (London: Methods Sourcebook, (Sage Publications, Inc.,
Allyn and Bacon Inc, 1992), 29-32 2014), 31-33

28 | Journal of Islamic Education Research Vol 1 No. 01 Desember (2019)


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

berlainan triangulasi akan dilakukan KH. Hamid (salah satu tokoh


dengan dua cara yaitu dengan sumber masyarakat di tanah Krai).
data dan triangulasi metode. Triangulasi Beberapa hari setelah musyawarah
dengan sumber, dengan menggunakan tersebut, KH. Hamid mulai menuturkan
cara: (1) membandingkan data hasil keinginan KH. Affan kepada Bapak
pengamatan dengan hasil wawancara; Miska (salah satu hartawan di Krai).,
(2) membandingkan apa yang dikatakan akhirnya bapak Miskapun berkeinginan
orang di depan umum dengan yang untuk mewaqafkan sebidang tanahnya
dikatakan secara pribadi; (3) untuk di bangun pesantren. Sekitar
Membandingkan apa yang orang-orang tahun 1982 beberapa tokoh masyarakat
tentang situasi penelitian dengan apa Desa Krai, yaitu Kiai Ahmad Tajuddin,
yang dikatakan sepanjang waktu; (4) KH. Hmid, H. Abd.Latif dan Bapak Miska
membandingkan keadaan dengan sowan (menghadap) kepada KH.
perspektif seseorang dengan berbagai Abdullah yaqien dan KH. Affan Abd
pendapat dan pandangan orang lain Malik untuk menuturkan tanah yang
seperti orang biasa, akademisi, praktisi akan diwaqafkan dan meminta restu
politik, dan orang pemerintahan; (5) perihal pembangunan pesantren
membandingkan hasil wawancara tersebut. Dan beliaupun merestui
dengan dokumen yang berkaitan. tentang pewaqafan tanah dan
Sedangkan triangulasi dengan metode, pembangunan pesantren tersebut.
dengan menggunakan cara: (1) Begitu besar keilkalasan dan
pengecekan derajat kepercayaan ketabahan beliau KH. Affan Abd. Malik,
penemuan hasil penelitian dengan meskipun hanya berbekal ilmu Allah
menggunakan beberapa teknik dan dua pasang helai baju, beliau terus
pengumpulan data; (2) Pengecekan tekun membangun pesantren di bumi
beberapa sumber data dengan metode Krai. Dengan membabat kebun kelapa.
yang sama. Pembangunan masjid dimulai, KH. Affan
Abd. Malik terus mengawasi
pembangunan masjid tersebut dan
Hasil Penelitian dan pembahasan wira-wiri dari pesantren Mlokorejo.
1. Sejarah Pondok Pesantren Kemudian KH. Affan membentuk panitia
Bustanul Ulum pembangunan pesantren dan
Sekitar tahun 1980-an, KH. Affan melakukan pembangunan masjid.
Abd. Malik memiliki keinginan untuk Sebelum panitia terbentuk H.Hamid
berhijrah dan membangun pesantren di mulai meminta bantuan kepada
luar Mlokerejo. Kemudian KH. Affan beberapa masyarakat Krai dan
Abd. Malik kurang berkenan dengan dibentuklah panitia pembangunan
beberapa tanah tersebut. Hingga pada pesantren yang diketuai oleh KH. Ali
suatu rutinan Malam Ju,’at manis di PP. Murtadlo (tokoh massyarakat Krai),
Bustanul Ulum Krai Mlokerejo dan selaku pencari material bangunan
menuturkan keinginan beliau untuk seperti bambu, kayu, semen dan dana
berhijrah dan mencari tanah untuk dimotori oleh Kiai Fathor Rozi (tokoh
dibangun pesantren. Kemudian Kiai masyarakat). Terdapat juga beberapa
Ahmad Tajuddin (Alumni Mlokerejo) santri dan alumni pesantren Mlokorejo
mulai bermusyawarah perihal dan kembang kuning yang masuk dalam
keinginan KH. Affan tersebut dengan kepanittiaan. Adapun keseluruhan
jumlah dari panitia pada saat itu
sebanyak 75.

Journal of Islamic Education Research Vol 1 No. 01 Desember (2019) | 29


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

Keiklasan dan ketekunan para menyetujui permintaan dari KH.


panitia terlihat dari peristiwa tersebut Abdullah Yaqien begitu besar dan
layaknya heroik yang tak kenal tersembuinyi kebesaran Allah, tanpa di
menyerah dan terus berjuang. Para duga beberapa waktu beerselang ketika
panitia mulai mencari sumbangan Bunaden sering berjaga. Bunaden mulai
berupa kayu, bambu, batu bata, dana berikrar dan berjanji akan bertaubat
dan lain sebagainya. Hingga akhirnya dasn ikut berjuang di jalan Allah dan
beberapa truk berdatangan dengan alhamdulillah stelah itu material-
membawa material-material yang akan material tidak pernah kemalingan lagi.
digunakan untuk pembangunan masjid. Kemudian Pak Miska membuat tenda
Tak semuda seperti yang dikira, yang dikhususkan untuk menjaga
Allah selalu menguji kesabaran hamba- keamanan material, hingga pak Miska
hamba Nya. Berselang beberapa hari membawa peralatan dapur dan
setelah kedatangan material tersebut. perlengkapan memasak sekedar untuk
Banyak material yang dicuri membuat kopi dan teh.
diantaranya 10 bal semen dan beberapa Sekitar tahun 1984 KH. Affan Abd
besi cor banyak yamg hilang. Mulai saat Malik bersama keluarga mulai menetap
kejadian tersebut setiap panitia pasti ditanah pesantren. Pada saat itu,
dibebani tugas piket jaga malam. telah terbangun masjid, Mushalla Putri,
Pembangunan pun dimulai dengan 3 asrama Putra, 1 Asrama Putri dan juga
beberapa tukang dan bantuan dari para kediaman KH. Affan Abd Malik. Pondok
santri yang dibawah dari PP Bustanul peantren Bustanul Ulum Krai saat ini
Ulum Krai Mlokorejo dan PP Kembang telah berkembang pesat dari awal yang
Kuning Larangan Madura serta hanya memiliki fasilitas lengkap
masyarakat sekitar. berupaya asrama, gedung sekolah,
KH. Abdullah Yaqien tidak serta laboratorium, lapangan olaraga,
merta melepas menantunya untuk mushalah dan lain sebagainya. Fasilitas
berjuang sendiri di tempat hijra. tersebut tidak serta merta datang begitu
Terkadang beliau berkunjung ke lokasi saja, banyak perjuangan yang dilalui
pembangunan untuk ikut mengawasi. Almagfurlah dan apara santri, dari awal
Ketika beliau berkunjung banyak keluh berdirinya pesantren yang hanya di
kesah para panitia yang dituturkan pada sinari terang lilin, kemudian mulai ada
beliau, tidak terkecuali kejadian na’as mesin Desel sekitar tahun 1990an.
tersebut. Hingga aliran listrik masuk dengan pasti
Seorang panitia pun menjawab menyinari tanah perjuangan para
“bedeh ka’disak kyaeh asmanah pahlawan dan pejuang islam di bumi
Bunaden” (ada kiai disana namanya hijau Bustanul Ulum Krai Krai.
bunaden), bunaden yang merupakan Pada awalnya, santri Bustanul Ulum
orang yang ditakuti para preman dan Krai merupakan PP. Kembang Kuning
maling yang terkenal, dan memintanya Madura dan PP.Bustanul Ulum Krai
untuk menghadap KH. Abdullah Yaqien. Jember yang berjumlah belasan gingga
Sesampainya di kediaman saat ini jumlah santri bermukim
pengasuh pesantren Mlokorejo, beliau memiliki kurang lebih 500 orang dan
menuturkan maksud dan tujuan beliau lebih dari 100 santri tidak mukim yang
memanggil Bunaden, yaitu hanya ingin bersekolah dinaungan Yayasan
menitipkan dan menjaga material di Pendidikan Islam Bustanul Ulum Krai,
daerah pembangunan agar tidak Madin (madrsah Diniyah) Bustanul
kemalimgan lagi. Bunaden pun Ulum Krai awaliyah dan wustho, santri

30 | Journal of Islamic Education Research Vol 1 No. 01 Desember (2019)


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

sorogan, RA (Raudhatul Atfal) Bustanul kepesantrenan yang menangani


Ulum Krai, MA (madrasah alityah) Ma’hadiah atau progam-progam santri,
Bustanul Ulum Krai, Sekolah tinggi peraturan-peraturan kepesantrenan
Islam Bustanul Ulum Krai. lalu yang terahir biro keuangan.”23
Akses jalan yang mudah dan jenjang
pendidikan yang lengkap dari RA Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa
sampai dengan perguruan Tinggi dari perubahan pola kepemimpinan juga
TPA hingga madrassah diniyah bagian dari amanah pendiri. Mengenai
menjadikan Pondok Pesantren Bustanul hal ini, ia menuturkan:
Ulum Krai Krai menjadi pesantren yang
maju dan sangat berkembang. Jejak “Pengelolaan kepemimpinan dengan
perjuangan KH. Affan Abd. Malik selaku terbagi menjadi biro-biro ini atau yang
disebut kolektif kolegial ini
pendiri dan pengasuh serta beberapa
mempermudah podok pesantren
bantuan Kiai Mloko dan Madura, dalam menjaga para santri dan
masyarakat, para santri senior dan para meningkatkan kecerdasan para santri
panitia sangat membekas. Semoga baik kecerdasan spiritual, intelektual,
perjuangan beliau semua di terima oleh sebenarnya kepemimpinan pondok
Allah dan kita sebagai santri Bustanul pesantren yang seperti ini sudah
Ulum Krai dan mengikuti jejak amanah dari abah sebelum wafat abah
perjuangan dan meneruskan berkata ayo pondok pesantren iki
perjuangan mereka.22 dikroyok-kroyok sehingga munculah
perubahan pola kepemimpinan
2. Transformasi Kepemimpinan kolektif kolegial. Dalam proses ini
kebetulan saudara-saudara saya ini
Pondok Pesantren Bustanul Ulum
terlibat semua. Otomatis itu menjadi
Krai Lumajang
kekuatan bagi pondok pesantren
Mengenai perubahan pola karena sama sekali tidak mengurangi
kepemimpinan di pondok pesantren kewibawaan dan marwah karena yang
Bustanul Ulum Krai, Gus Naufal, salah berada di posisi puncak ini ya saudara-
satu putra pendiri pesantren saudara saya ini kalau pun ada ustadz,
mengatakan: alumni dan simpastisan itu tidak
berada di posisi puncak mereka ada di
“Pondok pesantren ini didirikan pada posisi garis bukan di top leadhernya
tahun 1980, saya ditinggal Abah selaku karna top leadhernya masih keluarga
Pendiri dan pengasuh pada waktu itu sendiri secara bersama-sama.24
saya masih proses kuliah di Malang
sehingga Kepemimpinan pada waktu Hal yang sama disampaikan ketua
itu diturunkan pada kakak saya. Pengurus Pondok Pesantren Bustanul
Namun akhirnya dibentuk yayasan dan Ulum Krai, Ustadzah Laila. Ia
melakukan perubahan pola menyampaikan:
kepemimpinan. Kami memulai
membentuk biro pendidikan ini “Untuk di pondok pesatren Bustanul
menangani seluruh tingkatan Ulum Krai sendiri baru mengalami
pendidikan yang ada dibawah naungan perubahan pola kepemimpinan
yayasan pondok pesantren mulai RA, dimana kepemimpinan kiai terbagi
MI, MTS, MA, S-1 STAIBU, ada juga biro

22 Abdul Mughits Naufal, Wawancara, 17 24Abdul Mughits Naufal, Wawancara, 17

Maret 2019 Maret 2019


23 Abdul Mughits Naufal, Wawancara, 17

Maret 2019

Journal of Islamic Education Research Vol 1 No. 01 Desember (2019) | 31


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

menjadi tiga biro yang dibawah kepemimpinan kolektif kolegial.


pimpinan utama yakni Ny. Hj azimah Dimana pondok pesantren diasuh
abdullah sebagai pengasuh utama, KH. bersama-sama dan berbentuk bidang-
Raden Samhan Baqis Muhtadi bidang. Pengasuh utama Ny. Hj azimah
pengasuh satu, KH. Ali Murtadlo Affan
Abdullah sebagai penasehat dari
pengasuh dua, KH. Dimas Abdul Adim
permasalahan yang ada, Pengasuh 1,
Affan pengasuh ke tiga serta Gus Abdul
Mugist Naufal Affan, S.Sy sebagai KH. Raden Samhan Baqis Muhtadi
pengasuh ke empat”25 sebagai biro Ma’hadiyah yang bertugas
terkait kepesantrenan. Pengasuh 2, KH.
Senada dengan pernyataan di atas, Ali Murtadlo Affan sebagai biro
ustadz. Hasyim asy’ari, sebagai wakil adminitrasi yang bertanggung jawab
pengurus pondok menuturkan: dengan segala administrasi pondok
pesantren. Pengasuh 3, KH. Dimas Abdul
“Pondok pesantren Bustanul Ulum Krai Adim Affan sebagai biro keuangan dan
dikelola secara bersama-sama oleh pengasuh 4 , Gus Abdul Mugist Naufal
keempat pengasuh semua bekerja Affan, S.Sy sebagai biro pendidikan yang
sesuai tugas dan wewenang bagian dilakukan paska wafatnya pendiri
ma’hadiyah bertugas memantau pondok Bustanul Ulum Krai yaitu K.H.
mengarahkan segala perkara santri Affan abdul malik tepatnya pada tahun
terkait dengan ubudiyah, akhlak 2009.
masalah kepulangan dan kembalinya
Penuturan yang sama disampaikan
santri saat hari besar Islam yang sudah
Bu Indah, salah satu wali santri.
di tentukan jadwal pulangan yang di
atur oleh pengasuh utama dan Berkenaan dengan kepemimpinan
pengasuh pertama, untuk masalah kolektif kolegial, ia menyampaikan:
adminitrasi surat-surat dan sebagainya
yang sejenis di pantau oleh pengasuh “Dulu kalau mau ngijinkan pulang dan
yang ke dua, untuk masalah mau mengurusi pembayaran ataupun
pengelolaan keuangan pondok minta nasehat kami datang hanya ke
pesantren di kelola oleh pengasuh ke K.H. Raden Samhan Baqis Muhtadi,
tiga dan pengasuh keempat bertugas namun sekarang kami bisa menemui
memantau masalah pendidikan baik pengasuh-pengasuh yang berbeda
lembaga formal pesantren atau di sesuai dengan keperluan kami dan itu
dalam kepesantrenan itu sendiri selain lebih membantu kami karena tidak
itu untuk model kepemimpinan yang terpacu dengan satu kiai saja.”27
dilakukan para pengasuh adalah
mengembangkan pola kepemimpinan Perubahan yang dilakukan tentu
dengan kecakapan teknis, serta mengalami dampak yang tidak
kepemimpinan demokratis yang tidak sederhana. Menenai hal tersebut, Gus
memberi jarak antara santri dan kyai Naufal menyampaikan bahwa
begitu pula dengan masyarakat dan perubahan kepemimpinan yang baru
kyai”.26
berdampak pada perubahan sistem
juga. Secara tidak langsung, pesantren
Dapat disimpulkan bahwa dituntut untuk selalu melakukan
kepemimpinan di Pondok Pesantren musyawarah dalam menentukan
Bustanul Ulum Krai berbentuk putusan dan kebijakan-kebijakan baru

Laila, Wawancara, 18 Maret 2019.


25 27 Indah, Wawancara, 17 Maret 2019
Hasyim asy’ari, wawancara, Lumajang,
26

17 Maret 2019.

32 | Journal of Islamic Education Research Vol 1 No. 01 Desember (2019)


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

sebagai konsekwensi perubahan pola Islam baik dalam sistim pondok


tersebut. tradisional maupun modern juga
Keadaan yang dialami Bustanul sebagai usaha Pendidikan ummat Islam.
Ulum Krai ini membenarkan pendapat Karena pesantren juga berfungsi
Gus Dur dan Nurcholis Madjid sebagai pusat pengembangan
sebagaimana pada penjelasan masyarakat. pesantren dalam kegiatan
sebelumnya. Dua hal yang diusulkan kegiatan proses belajar dan mengajar
yakni modernisasi dan yayasan, kewirausahaan dan pertanian serta
keduanya sama-sama diterapkan di kegiatan ekstra kurikulernya
pesantren ini. Dengan model melibatkan masyarakat sekitarnya.
kepemimpinan kolektif, akhirnya Bentuk tranformasi kepemimpinan
pesantren bisa menjadi lembaga dalam menjawab tantangan globalisasi
modern yang kelangsungannya tidak di Pondok Pesantren Bustanul Ulum
tergantung oleh seorang kiai sebagai Krai Lumajang tahun 2019 adalah
pemimpin tertinggi lagi tunggal. Upaya dengan melakukan perubahan pola
menerapkan model kepemimpinan kepemimpinan tunggal menjadi kolektif
kolektif dalam meenejemen pesantren kolegial. Pengelolaan pembelajaran dan
merupakan suatu ikhtiar pembinaan administrasi juga mengalami
pesantren sekaligus salah satu jawaban pembaharuan dengan inovasi yang
dari problem kepemimpinan tersebut. diciptakan oleh pengurus pondok
Senada dengan itu, Mujamil Qomar juga pesantren. Implikasinya, transformasi
mengatakan bahwa perubahan kepemimpinan dapat berdampak positif
kepemimpinan mampu menyuguhkan bagi para santri dan pondok pesantren
kerangka teoritis dan filosofis bagi terutama dalam menjawab kebutuhan
pendidikan yang relevan dengan global.
kebutuhan bangsa di masa depan. 28

Kesimpulan Referensi
Pondok Pesantren merupakan salah
satu elemen penyelenggara pendidikan
islam yang telah mengambil peran Arifin, Imron, Penelitian Kualitatif
dalam pengembangkan SDM walaupu dalam Ilmu-Ilmu Social dan
setelah merdeka telah berkembang Keagamaan, Malang: Kalimasahada
lembaga pendidikan formal namun Press, 1996
keberadaan pesantren belum mampu Bogdan, Robert C. and Sari Knopp
digeser oleh lembaga pendidikan Islam Biklen, Qualitative Research for
formal tersebut. ciri umum pesantren Education: An Introduction to
yang tersebar luas di Indonesia Theory and Methods, London: Allyn
mengandung unsur unsur: (1) Kiai and Bacon Inc, 1992
sebagai pendiri, pelaksana dan guru; (2)
Chotib, Moch, Pesantren dan Masyarakat
Pelajar (santri) yang secara pribadi
Transformatif. Jember: Pena
langsung diajar berdasarkan naskah-
Salsabila, 2010
naskah arab klasik tentang pengajaran
faham dan akidah ke islaman. Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi
pesantren sebagai institusi pendidikan Pesantren: Studi Tentang

28Muzamil Qomar, Transformsi


Kepemimpinan Pesantren, 51.

Journal of Islamic Education Research Vol 1 No. 01 Desember (2019) | 33


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: Wahid, Abdurrahman. Menggerakkan


LP3ES, 1982 Tradisi. Yogyakarta: LKiS, 2011
Hamdan, Farchan dan Syarifuddin, Titik Yasmadi. Modernisasi Pendidikan Islam.
Tengkar Pesantren: Resolusi Konflik Ciputat: Ciputat Press, 2002
Masyarakat Pesantren, Yogyakarta: Yin, Robert K., Studi Kasus Desain dan
Pilar Religia, 2005 Methode, Jakarta: PT. Raja Grafindo
In’am, Sulaiman, Masa Depan Pesantren: Persada, 2002
Eksistensi Pesantren di Tengah
Gelombang Modernisasi. Malang:
Madani, 2010
Madjid, Nurcholish. Bilik-Bilik
Pesantren, Sebuah Potret
Perjalanan. Jakarta: Paramadina,
1992
Miles, Metthew B., A. Michael Huberman
and Johnny Saldana, Qualitative
Data Analysis, A Methods
Sourcebook, Sage Publications, Inc.,
2014
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian
Kualitatif, Yogyakarta: Rake
Sarasin, 1993
Muttaqin, Ahmad Ihwanul. “Dinamika
Islam Moderat, Studi atas Peran LP.
Ma’arif NU Lumajang dalam
Mengatasi Gerakan Radikal,”
Tabiyatuna: Jurnal Pendidikan
Islam. Vol. 12, No. 1 (2019)
Nasir, M. Ridwan. Format Pendidikan
Ideal Pondok Pesantren Tengah Arus
Perubahan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik
Kualitatif, Bandung: Tarsito, 2003
Qomar, Mujamil, Pesantren dari
Transformasi Metodologi Menuju
Demokrasi Institusi. Jakarta:
Erlangga, 2002
Suriana, “Pendidikan Islam Di Era
Globalisasi: Menggapai Peluang,
Menuai Tantangan”, Jurnal
Mudarisuna, Vol 4, No 2 (2014)

34 | Journal of Islamic Education Research Vol 1 No. 01 Desember (2019)

You might also like