You are on page 1of 8

Pillar of Physics Education, Vol 13.

No 1, 2020, 17-24

ANALISIS SAJIAN BUKU TEKS PELAJARAN FISIKA SMA KELAS XII SEMESTER 2
TERKAIT KOMPONEN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING and LEARNING (CTL)

Iftitah Khairunnisa1) Desnita2) Amali Putra2) Hidayati2)


1)
Mahasiswa Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
2)
Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang

khairunnisaiftitah@gmail.com desywaznadil@gmail.com
amali.unp@gmail.com hidayati@fmipa.unp.ac.id

ABSTRACT
One approach that is suggested by the government to be applied in the learning process is a contextual
approach. The contextual approach stimulates students to organize knowledge by relating it to facts in their
lives. The implementation of contextual approaches in learning physics is determined by the textbook used. This
study aims to determine whether the presentation of high school physics textbooks for Class XII Semester 2
which is widely used today has facilitated the application of the CTL approach in learning. This type of research
is a descriptive study with a qualitative approach in presenting the results of research. The population in this
study were all high school physics class XII textbooks used in Indonesia and circulating in West Sumatra.
Sampling in this study with Nonprobability Sampling technique with the type of Purposive Sampling. The
research data were obtained from documentation studies, namely textbooks used in learning physics. The
research instrument consisted of a physics textbook assessment sheet related to the contextual approach
component. Data in this study were analyzed using simple statistics. Based on research conducted, it was found
that textbooks that received the highest scores were textbooks written by Sunardi et al in 2016 and published by
Yrama Widya with a percentage of 79.9% in the "facilitating" category, while textbooks that received the scores
The lowest is a textbook written by Muhammad Fachrani Rosyid in 2016 published by Tiga Srangkai which has
a percentage of 55.6% with the category of "sufficiently facilitating". The results of the research that have been
conducted state that the textbooks analyzed in general have facilitated the component of the contextual approach
in learning.

Keywords : Isikan Keyword


This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original work is properly cited . ©2019 by author and Universitas Negeri Padang.

PENDAHULUAN kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta


keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat
Pendidikan memiliki peranan yang sangat
bangsa dan negara[10]. Terdapat beberapa hal yang
penting bagi pengembangan diri dan pola pikir
perlu menjadi perhatian dari tuntutan pendidikan
manusia yang mewadahi manusia untuk membangun
menurut undang-undang tersebut. Salah satunya
kompetensi diri. Oleh karena itu pendidikan
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana, berarti
diharapkan mampu menciptakan sumberdaya
dalam dunia pendidikan harus dikelola dengan
manusia yang memiliki kompetensi dan
perencanaan yang matang diperlukan suatu pedoman
keterampilan. Di era globalisasi sekarang ini
yang menjadi acuan penyelenggaraan pendidikan
Indonesia sedang menghadapi berbagai macam
yang dapat mengarahkan semua elemen pedidikan
tantangan di berbagai sektor, yang diantaranya
pada pencapaian tujuan pendidikan. Maka diperlukan
globalisasi di sektor budaya, etika, dan perdagangan
kurikulum sebagai acuan dalam mencapai tujuan
bebas. Pendidikan harus mampu menyokong
pendidikan.
pembangunan di masa depan dan mampu
Indonesia telah beberapa kali melakukan
mengembangkan potensi peserta didik. Peserta didik
perubahan dalam kurikulum sejak tahun 1947 sampai
yang memiliki kompetensi adalah yang mampu
tahun 2013. Perubahan kurikulum harus dengan
menghadapi dan memecahkan permasalahan
pertimbangan yang jelas dan berlandaskan konsep
kehidupan yang akan dihadapinya di masa
yang dapat mentransformasi kehidupan manusia agar
mendatang.
menjadi lebih berkualitas. Arus globalisasi dan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
teknologi Informasi yang semakin berkembang
sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa
membuat Indonesia perlu menyempurnakan
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
kurikulum yang ada untuk disesuaikan dengan
mewujudkan suasana belajar dan proses
perkembangan zaman. Perubahan kurikulum tersebut
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
dilakukan untuk mnghadapi tantangan zaman yang
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
terus berubah agar Indonesia tidak semakin tertinggal
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
dari negara lain. Tahun 2006 Indonesia mulai

17
menerapkan kurikulum berbasis kompetensi yang pembelajaran. Ketujuh komponen CTL tersebut
dikenal dengan KTSP. Tahun 2013 Indonesia yaitu: 1) Konstruktivisme; 2) Inkuiri; 3) Bertanya; 4)
menetapkan kurikulum yang baru yaitu Kurikulum Masyarakat Belajar; 5) Pemodelan; 6) Refleksi; dan
2013 yang merupakan pengembangan dan 7) Penilaian Autentik.
penyempurnaan dari KTSP. Pendekatan kontekstual dikenal juga dengan
Kebijakan pelaksanaan Kurikulum 2013 ini pendekatan CTL membantu peserta didik untuk
berdampak pada banyak aspek pendidikan di menghubungkan materi yang mereka pelajari dengan
Indonesia. Salah satunya dalam penyusunan standar fakta kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
nasional pendidikan yang menjadi standar minimal kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Standar adalah pembelajaran yang dapat membantu guru
Nasional Pendidikan meliputi : a) Standar Isi; b) untuk menuntun peserta didik mengaitkan materi
Standar Proses; c) Standar Kompetensi; d) Standar pelajaran yang mereka pelajari dengan keadaan fakta
Pendidik dan Tenaga Kependidikan; e) Standar yang terjadi dan mendorong peserta didik untuk
Sarana dan Prasarana; f) Standar Pengelolaan; g) mengaitkan antara pengetahuan yang dipelajari
Standar Pembiayaan; dan h) Standar Penilaian dikelas dengan penerapannya dalam kehidupan
Pendidikan[6].Penetapan standar nasional pendidikan mereka peserta didik[1]. Dengan pembelajaran
tersebut bertujuan agar dapat meningkatkan kualitas berbasis pendekatan kontekstual akan melibatkan
pendidikan. siswa memahami pengetahuan yang sedang mereka
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, pelajari dengan cara menghubungkan kehidupan
Standar Proses memiliki peran yang sangat penting mereka
karena berkaitan langsung dengan proses Pendekatan kontekstual menuntun siswa
pembelajaran disekolah. Dalam Permendikbud agar mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri
Nomor 22 proses pembelajaran diamanatkan untuk dengan mengaitkan materi pelajaran tersebut dengan
menerapkan model-model yang dapat merubah kehidupan mereka sehari-hari. Modul pembelajaran
prinsip pembelajaran dari peserta didik diberi tahu yang berbasis kontekstual dapat membantu siswa
menjadi peserta didik mencari tahu[4]. Pembelajaran mengaitkan pengetahuan yang diperoleh siswa
juga diperkuat dengan menggunakan pendekatan dengan kehidupan nyata dan modul fisika berbasis
dalam pembelajaran, seperti pendekatan ilmiah CTL yang dibuat terkait materi Fluida Dinamis
(scientific approach), tematik terpadu, dan tematik. memenuhi syarat dan bisa digunakan sebagai bahan
Salah satu pendekatan lain yang sesuai dengan ajar fisika SMA kelas XI IPA serta meningkatkan
tuntutan ini yaitu pendekatan kontekstual. Semua hasil belajar fisika peserta didik [10]. Jadi
pendekatan pembelajaran ini dapat membantu guru pendekatan kontekstual dapat diintegrasikan kedalam
agar lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran agar sumber belajar untuk memfasilitasi terlaksananya
proses pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna. pendekatan kontekstual dalam pembelajaran.
Untuk menghadapi tantangan-tantangan Untuk mendukung tercapainya tujuan
perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi pembelajaran maka dibutuhkan sumber belajar. Salah
maka peserta didik dalam pembelajaran harus dilatih satu sumber belajar yang memiliki peran penting
berfikir untuk memecahkan masalah-masalah pada dalam proses pembelajaran adalah buku teks atau
materi pelajaran dan kemudian mengaitkannya juga disebut buku ajar. Sitepu menyatakan buku ajar
dengan kehidupan mereka sehari-hari. Mata pelajaran berfungsi sebagai media informasi dan sumber
fisika merupakan pelajaran yang mempelajari tentang belajar yang dapat berbentuk cetakan maupun
gejala alam lengkap dengan segala keteraturannya. elektronik. Adapun buku ajar dalam bentuk cetak
Pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dapat membantu peserta didik dalam proses belajar
yang berperan penting dalam perkembangan dan secara langsung dan memudahkan guru untuk
kemajuan dibidang teknologi. Karakteristik menyampaikan materi kepada peserta didik. Dengan
pembelajaran fisika yang berupa miniatur penelitian menggunakan buku ajar, peserta didik dapat
akan sangat cocok dikolaborasikan dengan model mempersiapkan diri sebelum mengikuti pembelajaran
dan pendekatan pembelajaran yang banyak sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung
melibatkan keaktifan siswa. Pada dasarnya peserta didik dapat lebih berpartisipasi di dalam
pembelajaran Fisika dalam pelaksanaannya harus kelas.
menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan Pandu menyatakan bahwa dengan adanya
tertentu. Materi pelajaran fisika kelas XII Semester 2 buku teks pelajaran maka guru dan siswa akan
memuat materi pelajaran yang berhubungan dengan terbantu dalam memperlancar proses belajar
kehidupan sehari-hari. mengajar[3]. Buku ajar juga tidak dapat dipisahkan
Pembelajaran Contextual Teaching and dengan pelajaran Fisika di SMA, baik dengan
Learning (CTL) jika dipandang sebagai suatu pembelajaran secara konvensional maupun
pendekatan pembelajaran memiliki 7 komponen. pembelajaran yang dilakukan dengan model
Komponen-komponen ini akan menjadi dasar pembelajaran inovatif. Dengan adanya tuntutan
penerapan pendekatan kontekstual (CTL) dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan standar

18
proses pendidikan dimana pembelajaran harus yang dijadikan sampel adalah Buku A : Rosyid,
menerapkan pendekatan-pendekatan ilmiah Muhammad Fachrani. 2014. Buku siswa kajian
didalamnya maka hal ini akan memiliki konsekuensi konsep Fisika Kelas XII. Tiga Serangkai, Buku B :
terhadap sumber belajar yang dipakai dalam Sunardi, dkk. 2016. Fisika untuk Siswa SMA/MA
pembelajaran. Sumber belajar yang dipakai harus Kelas XII. Yrama Widya, Buku C : Kamajaya, Ketut,
dapat memfasilitasi terlaksananya pendekatan- dkk. 2016. Buku siswa aktif dan kreatif belajar fisika
pendekatan ilmiah tersebut dalam pembelajaran. kelas XII. Grafindo Mediapratama dan Buku D :
Dalam pembelajaran Fisika yang menggunakan Kanginan, Marthen. 2008. Fisika untuk SMA/MA
pendekatan kontekstual didalamnya juga harus Kelas XII. Erlangga
didukung oleh sumber belajar buku ajar yang Penelitian ini dilakukan meliputi tiga
memfasilitasi terlaksananya pendekatan kontekstual. tahapan dalam pelaksanaannya. Pertama peneliti
Penelitian terdahulu mengenai kesesuaian melakukan tahap persiapan dengan melakukan
buku ajar yang telah dilakukan oleh Junaydi beberapa kegiatan seperti menyiapkan rancangan
mengintegrasikan model pembelajaran kedalam buku penelitian, menentukan subjek dan objek penelitian
ajar. Hasil penelitian didapatkan bahwa dalam model berupa buku ajar yang akan dianalisis, menyusun
pembelajaran berbasis masalah menggunakan buku draft instrumen penelitian, melakukan uji validitas
ajar yang memuat nilai-nilai kecerdasan intelektual instrumen, menganalisis uji validitas instrumen dan
memberikan perbedaan yang signifikan pada melakukan perbaikan instrumen. Tahap kedua
kompetensi yang dimiliki peserta didik[2]. peneliti melakukan analisis terhadap keempat buku
Karena banyaknya buku teks Fisika yang ajar terkait komponen CTL menggunakan instrumen
sudah beredar oleh banyak penerbit, maka perlu analisis yang sudah divalidasi. Ketiga tahap analisis
dikaji apakah buku-buku tersebut sudah data hasil yang didapatkan dan merumuskan
memfasilitasi keterlaksanaan pendekatan kontekstual kesimpulan.
dalam pembelajaran. Dari data observasi dipilih Instrumen yang digunakan dalam penelitian
empat buku teks terbanyak yang dipakai di Sekolah ini berupa lembar penilaian buku teks pelajaran fisika
sebagai sampel dalam penelitian yang akan dianalisis terkait komponen pendekatan CTL. Instrumen ini
dari aspek sajian materinya yang berkaitan dengan berisi pernyataan terkait komponen pendekatan CTL
komponen CTL. Oleh karena itu, perlu diadakan dengan skor 1 jika pada buku teks pelajaran memuat
sebuah analisis sajian buku teks terkait dengan butir CTL dan skor 0 jika tidak ada.
komponen kontekstual untuk mendapatkan buku ajar Untuk menguji kevalidannya, instrumen tersebut
yang relevan dan dapat memfasilitasi terlaksananya sebelum digunakan divalidasi dulu kepada ahli.
pendekatan kontekstual (CTL) dalam pembelajaran. Validasi dilakuakan dengan menggunalan lembar
Solusi dari masalah ini adalah melakukan penelitian validasi instrumen yang didalamnya terdapat 13 butir
deskriptif dengan judul penelitian yang dilakukan pertanyaan. Penilaian Lembar validitas ini
adalah analisis sajian buku ajar fisika sma kelas XII menggunakan daftar centang atau check-list dengan
semester 2 terkait komponen pendekatan Contextual skala 1 sampai 4. Nilai validitas secara keseluruhan
Teaching and Learning (CTL). Adapun tujuan dari dicari menggunakan persamaan untuk mendapatkan
penelitian ini adalah untuk mengatahui apakah sajian nilai rerata total untuk semua kriteria :
buku ajar Fisika SMA Kelas XII Semester 2 yang Dengan:
digunakan saat ini telah memfasilitasi keterlaksanaan Va = nilai rerata total untuk kriteria
pendekatan Contextual Teaching and Leatning (CTL) Ai = nilai untuk kriteria
dalam pembelajaran. n = banyak kriteria
Hasil validasi instrumen analisis buku ajar
METODE PENELITIAN
fisika SMA kelas XII semester 2 terkait memfasilitasi
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
keterlaksanaan pendekatan contextual teaching and
penelitian deskriptif dan pendekatan yang digunakan
learning divalidasi oleh ahli. Hasil validasi dapat
adalah pendekatan kualitatif dalam pemaparan dari
dilihat pada Tabel 1.
hasil penelitian. Adapun yang menjadi populasi pada
penelitian ini adalah seluruh buku teks pelajaran
Tabel 1. Hasil Validasi Instrumen
Fisika SMA Kelas XII yang digunakan di Indonesia
Validator Skor Kategori
dan beredar di Sumatera Barat. Sampel dipilih
Validator 1 3.35 Valid
dengan menggunakan teknik Nonprobabilility
Sampling dengan jenis Sampling Purposive. Sampel Validator 2 3.56 Sangat Valid
diambil dengan pertimbangan tertentu tanpa Validator 3 3.5 Sangat Valid
mengubah tujuan penelitian. Sampel dalam penelitian Dari validasi instrumen yang telah
ini adalah empat buku ajar paling banyak digunakan dilakukan oleh ahli didapatkan bahwa rata-rata skor
disekolah berdasarkan hasil observasi. Peneliti validasi instrumen adalah 3.47 dengan kategori
mengambil sampel 4 sampel buku teks pelajaran sangat valid. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
Fisika SMA kelas XII yang terbanyak digunakan instrumen yang telah divalidasi dapat digunakan
oleh beberapa SMA di Sumatera Barat. Buku-buku

19
untuk menganalisis atau memberi penilaian terhadap Widya tahun 2016 (sebagai buku kode B), 3) Buku
buku teks pelajaran yang akan dianalisis. siswa Aktif dan Kreatif Belajar Fisika SMA/MA
Teknik pengumpulan data merupakan cara Kelas XII karangan Ketut Kamajaya dan Wawan
yang digunakan untuk memperoleh data atau Purnama terbitan Grafindo Media Pratama tahun
informasi penelitian. Teknik pengumpulan data 2016 (sebagai buku kode C), 4) Buku Fisika untuk
dalam penelitian ini yaitu melalui studi dokumentasi, SMA/MA Kelas XII karangan Marthen Kanginan
artinya informasi diperoleh dari berbagai macam terbitan Erlangga tahun 2018 (sebagai buku kode D).
sumber tertulis atau dari dokumen. Adapun dokumen Analisis dilakukan pada setiap bab pada semester 2.
yang digunakan pada penelitian ini berupa dokumen
tertulis yaitu empat buku ajar Fisika SMA kelas XII 2. Hasil Analisis Ssjian Buku Teks Pelajaran
semester 2 yang terbanyak yang digunakan di Terkait Komponen CTL
beberapa sekolah di Sumatera Barat. Analisis buku teks pelajaran dilakukan terhadap
Teknik analisa data yang digunakan pada buku teks pelajaran dengan menilai ketujuh
penelitian ini adalah teknik analisa isi (content komponen Contextual Teaching And Learning (CTL)
analysis) yaitu menganalisa isi (content) dari data yaitu konstruktivisme (Constructivisme),
yang tertulis. Analisis isi ini adalah penelitian yang Menemukan (inquiry), bertanya (questioning),
dilakukan secara sistematis terhadap catatan-catatan Masyatakay belajar (learning community),
atau dokumen sebagai sumber data. Teknik pemodelan (Modeling), refleksi (reflection),
pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini penilaian yang sebenarnya (authentic assesment).
dengan cara : Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
1. Menjumlahkan kemunculan komponen CTL kemampuan buku teks pelajaran yang banyak dipakai
pada setiap buku ajar yang dianalisis. saat ini dalam memfasilitasi keterlaksanaan
2. Menghitung persentase sajian buku ajar Fisika pendekatan CTL dalam pembelajaran. Materi dari
SMA Kelas XII Semester 2 yang dapat buku teks pelajaran yang akan dianalisis yaitu semua
memfasilitasi komponen CTL pada setiap buku materi pokok Fisika SMA Kelas XII Semester 2
ajar yang dianalisis dengan rumus : Kurikulum 2013 yaitu dari KD 3.7 sampai dengan
Komponen CTL yang muncul KD 3.11. materi pokok pada KD yang dianalisis
total komponen CTL yang muncul
× 100%
dapat dilihat pada Tabel 3.
3. Menentukannrata-rata persentase proporsi pada Tabel 3. Materi Pokok Fisika SMA Kelas XII
masing-masing kategori Contextual Teaching Semester 2
and Learning (CTL) dari seluruh buku yang di
KD MATERI POKOK
analisis.
4. Menentukan kriteria sajian buku ajar Fisika 3.7 Teori Relativitas Khusus
SMA kelas XII Semester 2 yang dapat
3.8 Fenomena Kuantum
memfasilitasi Contextual Teaching and
Learning (CTL) dapat dilihat pada Tabel 2. [5] 3.9 Teknologi Digital
Tabel 1. Kriteria sajian buku ajar yang dapat 3.10 Inti Atom dan Radioaktivitas
memfasilitasi latihan CTL 3.11 Sumber Energi
Kriteria
Kategori (Sumber : Permendikbud No. 22 Tahun 2016)
Persentase
81 – 100 Sangat Memfasilitasi
61- 80 Memfasilitasi Kelima KD Fisika SMA Kelas XII Semester
41 – 60 Cukup Memfasilitasi 2 didapatkan hasil persentase skor rata-rata analisis
21 – 40 Kurang Memfasilitasi sajian buku ajar terkait komponen CTL. Dari hasil
analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa masing-
0 – 20 Tidak Memfasilitasi
masing buku memiliki kelebihan dan kelemahan
yang berbeda-beda pada masing-masing komponen.
Hasil analisis ditunjukan pada Gambar 1
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Hasil Analisis Studi Pendahuluan
Berdasarkan observasi buku yang dianalisis
penilaian terhadap empat subjek buku ajar fisika
yang terbanyak digunakan disekolah. Keempat buku
tersebut yaitu : 1) Buku Siswa Kajian Konsep Fisika
untuk Kelas XII SMA dan MA karangan Muhammad
Farchani Rosyid terbitan Tiga Serangkai tahun 2016
(sebagai buku kode A), 2) Fisika untuk Siswa
Gambar 1. Hasil Analisis sajian buku teks pelajaran
SMA/MA Kelas XII karangan Sunardi, Paramita
Terkait komponene pendekatan CTL
Retno P dan Andreas B. Darmawan terbitan Yrama

20
Dari Gambar 1 dapat dilihat persentase skor memiliki skor komponen kosntruktivisme sebesar
keterpenuhan indikator komponen CTL dalam buku 79,9% yang termasuk kedalam kategori
ajar untuk keempat buku ajar yang dianalisis. Untuk “memfasilitasi”, selanjutnya buku C memiliki skor
buku A memiliki persentase skor keterpenuhan 64,3% yang termasuk kedalam kategori
indikator CTL sebesar 55,6% dengan kategori “memfasilitasi” dan terakhir untuk buku D memiliki
“cukup sesuai”. Selanjutnya untuk buku B memiliki skor 68,9% yang termasuk dalam “memfasilitasi”,
persentase skor kesesuaian indikator CTL sebesar komponen konstruktivismetertinggi terdapat pada
79,9% dengan kategori “Sesuai”. Kemudian untuk buku D.
buku C memiliki persentase skor kesesuaian Selanjutnya persentase skor rata-rata
indikator CTL sebesar 64,3% dengan kategori indikator komponen inkuiri pada buku A yaitu
“sesuai” dan terakhir buku D memiliki persentase sebesar 20% termasuk kedalam kategori “tidak
skor kesesuaian indikator CTL sebesar 68,9% dengan memfasilitasi”. Pada buku B memiliki skor
kategori “sesuai” untuk memfasilitasi terlaksananya komponen inkuiri sebesar 63% yang termasuk
pendekatan CTL dalam pembelajaran. kedalam kategori “memfasilitasi”. Selanjutnya untuk
Begitupun untuk setiap materi ada juga yang buku C memiliki skor 63% dengan kategori
memiliki keunggulan komponen CTL yang berbeda “memfasilitasi” dan terakhir untuk buku D memiliki
disetiap materi pokoknya. Hasil analisis masing- skor 74% dengan kategori “memfasilitasi”.
masing komponen CTL untuk keempat buku teks Komponen Inkuiri tertinggi terdapat pada buku D.
pelajaran yang dianalisis ditunjukan pada Tabel 4. Pada komponen Bertanya memiliki
persentase indikator komponen bertanya pada buku
Komponen Buku Buku Buku Buku A yaitu sebesar 70% termasuk kedalam kategori
A B C D “memfasilitasi”. Pada buku B memiliki skor
(%) (%) (%) (%) komponen kontruktivisme sebesar 88% yang
1 75 80 100 100 termasuk kedalam kategori “sangat memfasilitasi”.
2 20 63 63 74 Selanjutnya untuk buku C memiliki skor 48% dengan
kategori “cukup memfasilitasi” dan terakhir untuk
3 70 88 48 81 buku D memiliki skor 82% dengan kategori “sangat
4 45 65 55 65 memfasilitasi”. Komponen bertanya tertinggi
terdapat pada buku C.
5 60 92 52 64 Pada komponen masyarakat belajar
6 50 100 75 75 persentase indikator komponen masyarakat pada
7 69 71 57 23 buku A yaitu sebesar 45% termasuk kedalam
kategori “cukup memfasilitasi”. Pada buku B
Rata-rata 55,6 79,9 64,3 68,9 memiliki skor komponen masyarakat belajar sebesar
65% yang termasuk kedalam kategori
Tabel 4. Hasil analisis sajian buku teks pembelajaran “memfasilitasi”. Selanjutnya untuk buku C memiliki
untuk masing-masing komponen CTL skor 55% dengan kategori “cukup memfasilitasi” dan
terhadap buku ajar terakhir untuk buku D memiliki skor 64% dengan
Pada gambar diatas terlihat hasil analisis kategori “memfasilitasi”. Komponen masyarakat
sajian dari keempat buku teks pelajaran terkait belajar tertinggi terdapat pada buku B.
komponen pendekatan CTL. Dengan keterangan Selanjutnya hasil analisis untuk komponen
masing-masing komponen : (1) Konstruktivisme; (2) Pemodelan menunjukkan persentase skor rata-rata
Inkuiry; (3) Pertanyaan; (4) Masyarakat Belajar; (5) indicator pemodelan pada buku A yaitu sebesar 60%
Pemodelan; (6) Refleksi; (7) Penilaian Autentik. termasuk kedalam kategori “cukup memfasilitasi”.
Adapun keterangan buku yang digunakan adalah : Pada buku B memiliki skor pemodelan belajar
Buku A yaitu buku karangan Muhammad Fachrani sebesar 92% yang termasuk kedalam kategori
Rosyid tahun 2014 yang diterbitkan oleh PT. Tiga “sangat memfasilitasi”. Selanjutnya untuk buku C
Serangkai, Buku B yaitu buku karangan Sunardi, dkk memiliki skor 52% dengan kategori “cukup
pada tahun 2016 yang diterbitkan oleh Yrama Widya, memfasilitasi” dan terakhir untuk buku D memiliki
Buku C yaitu buku karanagan Ketut Kamajaya, dkk skor 64% dengan kategori “memfasilitasi”.
tahun 2016 terbitan Grafindo Mediapratama, dan Komponen pemodelan tertinggi terdapat pada buku
Buku D yaitu katangan Marthen Kanginan pada B.
tahun 2018 yang diterbitakan oleh Erlangga. Pada komponen refleksi memiliki persentase
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada indikator komponen refleksi pada buku A yaitu
masing-masing buku memiliki nilai yang bervariasi sebesar 50% termasuk kedalam kategori “cukup
pada masing-masing komponen. Rata-rata dari buku- memfasilitasi”. Pada buku B memiliki skor
buku tersebut adalah, buku A memiliki persentase pemodelan sebesar 100% yang termasuk kedalam
skor rata-rata sebesar 55,6% termasuk kedalam kategori “sangat memfasilitasi”. Selanjutnya untuk
kategori “cukup memfasilitasi”. Pada buku B buku C memiliki skor 75% dengan kategori

21
“memfasilitasi” dan terakhir untuk buku D memiliki Selanjutnya untuk komponen inkuiri
skor 75% dengan kategori “memfasilitasi”. menunjukkan bahwa komponen inkuiri ini banyak
Komponen pemodelan tertinggi dari keempat buku ditemukan pada kagiatan ataupun aktivitas ilmiah
terdapat pada buku B. yang terdapat pada buku ajar. inkuiri berarti proses
Terakhir pada komponen penilaian autentik pembelajaran didasarkan pada pencairan dan
memiliki persentase indikator penilaian autentik pada penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
buku A yaitu sebesar 68% termasuk kedalam Secara umum proses Inquiri dapat dilakukan melalui
kategori “memfasilitasi”. Pada buku B memiliki skor beberapa langkah, yaitu: merumuskan masalah,
Penilaian Autentik belajar sebesar 71% yang mengajukan hipotesa, mengumpulkan data, menguji
termasuk kedalam kategori “memfasilitasi”. hipotesis, dan membuat kesimpulan[7]. Dalam
Selanjutnya untuk buku C memiliki skor 57% dengan pendekatan CTL pada komponen inkuiri siswa
kategori “cukup memfasilitasi” dan terakhir untuk diarahkan untuk melakukan kegiatan pengamatan
buku D memiliki skor 23% dengan kategori “kurang atau aktivitas ilmiah untuk menemukan konsep
memfasilitasi”. Komponen penilaian autentik materi yang dipelajari agar pengetahuan yang didapat
tertinggi terdapat pada buku B. tidak mudah hilang dari ingatan peserta didik.
B. Pembahasan Data hasil analisis sajian buku ajar terkait
Penelitian yang telah dilakukan mengenai komponen Inkuiri dari keempat buku yang di analisis
analisis sajian buku ajar Fisika kelas XII semester 2 ditunjukkan pada Gambar 4 dibawah ini.
terkait komponen pendekatan Contextual Teaching
and Learning menunjukkan bahwa dari analisis data
yang dilakukan dari keempat buku ajar yang
dianalisis telah memfasilitasi terlaksananya
pendekatan kontekstual (CTL) dalam pembelajaran.
Dari keempat buku tersebut memiliki kelemahan dan
keunggulan pada setiap komponen yang di analisis.
Pada komponen konstruktivisme didapatkan
penilaian dari keempat buku sudah memfasilitasi
terlaksananya komponen konstruktivisme dalam
pembelajaran. Komponen konstruktivisme dapat Gambar 4. Hasil Analisis Buku Teks Pelajaran
diartikan sebagai proses mengkonstruksi atau Terkait Komponen Inkuiri
membangun pengetahuan yang akan dipelajari Komponen ketiga yaitu komponen bertanya.
berdasarkan pengalaman yang nyata. Dalam Komponen bertanya memandang bahwa belajar pada
konstruktivisme peserta didik harus mampu hakekatnya adalah proses bertanya dan menjawab
mengkonstruksi pengetahuan yang dipelajari dan pertanyaan. Bertanya bisa dikatakan sebagai rasa
mengaitkan dengan pengalaman mereka. keingintahuan peserta didik dan menjawab
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir pertanyaan merupakan wujud kemampuan seseorang
pendekatan kontekstual yang memiliki anggapan dalam berpikir[8]. Dalam pembelajaran dengan
bahwa pengetahuan dibangun peserta didik secara pendekatan CTL guru sama sekali tidak disarankan
sedikit demi sedikit (incremental) dan hasilnya menyampaikan pengetahuan atau informasi begitu
diperluas melalui konteks terbatas. Pengetahuan saja, akan tetapi guru menstimulus siswa agar dapat
bukanlah seperangkat fakta, konsep, atau kaidah menemukan atau mengkonstruksi sendiri
yang siap untuk di ambil dan diingat, tetapi manusia pengetahuannya. Dari buku ajar yang dianalisis
harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi secara umum sudah memfasilitasi terlaksananya
makna melalui pengalaman nyata.[6] komponen bertanya dalam pembelajaran.
Data hasil analisis dari keempat buku teks Dari analisis yang dilakukan terhadap buku teks
pelajaran terkait komponen konstruktivisme dapat pelajaran terkait komponen bertanya didapatkan hasil
dilihat pada gambar 3. analisis buku ajar terkait komponen bertanya yang
disajikan pada Gambar 5 berikut.

Gambar 3. Hasil Penilaian Buku Teks Pelajaran Gambar 5. Hasil Analisis Buku Teks pelajaran
Terkait Komponen Kosntruktivisme Terkait Komponen Bertanya(Questioning)

22
Selanjutnya untuk komponen masyarakat
belajar. proses pembelajaran yang signifikan jika
dilakukan dalam kelompok belajar, baik secara
homogen maupun secara heterogen sehingga di
dalamnya terjadi berbagai masalah, berbagai
informasi, berbagai pengalaman, dan berbagai
pemecahan masalah yang memungkinkansemakin
banyaknya pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh[7]. Sehingga dengan masyarakat belajar
inilah setiap orang bisa saling terlibat, saling Gambar 7. Hasil Analisis Buku Teks Pelajaran
membelajarkan dan bertukar informasi serta bertukar Terkait Komponen Pemodelan (Modeling)
pengalaman dalam pembelajaran.
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa
Dari analisis yang dilakukan terhadap buku yang baru dipelajarinya atau berpikir ke belakang
teks pelajaran terkait komponen masyarakat belajar tentang apa-apa yang sudah dilakukan atau
didapatkan hasil analisis buku ajar terkait komponen dipelajarinya di masa lalu, hal ini sesuai dengan apa
masyarakat belajar yang disajikan pada Gambar 6 yang apa yang telah ditemukan[6].
berikut.
Analisis data untuk kompoenen refleksi
menunjukkan bahwa untuk keempat buku ajar
umumnya masih berkategori cukup memfasilitasi
untuk komponen refleksi. Hasil analisis yang
dilakukan terhadap buku teks pelajaran terkait
komponen refleksi didapatkan hasil analisis yang
disajikan pada Gambar 8 berikut:

Gambar 6. Hasil Analisis Buku Teks Pelajaran Tekait


Komponen Masyarakat Balajar ( Learning
Community)
Pada komponen pemodelan menekankan
bahwa dalam pembelajaran yang menggunakan
pendekatan CTL memandang yang dapat dijadikan
model dalam proses pembelajaran tidak hanya guru.
pemodelan dalam pembelajaran bisa dilakukan oleh Gambar 8. Hasil Analisis Buku Teks Pelajaran
guru, peserta didik, atau dengan cara mendatangkan Terkait Kmponen Refleksi (Reflection)
nara sumber dari luar, yang tepenting dapat
membantu tehadap ketuntasan dalam belajar Terakkhir adalah penilaian autentik
sehingga peserta didik dapat mengalami akselerasi (authentic assesment) merupakan proses
perubahan secara berarti. Proses pemodelan dapat pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
dijadikan alternatif dalam mengembangkan gambaran atau informasi tentang perkembangan
pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan pengalaman belajar siswa[6]. Dari hasil analisis
siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi penilaian autentik umumnya terdapat pada tes, tugas
keterbatasan yang dimilik oleh para guru[9].Dari hasil portofolio, ataupun fitur pengayaan. Hasil analisis
analisis data menunjukkan bahwa dari keempat buku data menunjukkan buku ajar yang dianalisis masih
ajar yang dianalisis umumnya sangat memfasilitasi kurang memfasilitasai terlaksananya penilaian
terlaksananya komponen pemodelan dalam belajar. autentik. Butir dari instrumen yang jarang muncul
Komponen pemodelan muncul dalam beberapa pada keempat buku ajar tersebut seperti Buku ajar
bentuk sajian buku ajar seperti buku ajar memuat mengajak pembaca untuk melakukan penilaian
gambar yang kontekstual dengan kehidupan peserta pengetahuan. Oleh karena itu diperlukan peran
didik, sehingga dengan adanya gambar dalam buku optimal dari guru untuk menilai perkembangan
ajar maka peserta didik dapat langsung peserta didik secara objektif
menghubungkannya dengan materi yang mereka Hasil analisis yang dilakukan terhadap
pelajari tanpa harus melihat secara nyata objek yang sajian buku teks pelajaran terkait komponen
sedang mereka pelajari. penilaian autentik disajikan pada gambar 9 berikut
Hasil analisis yang dilakukan terhadap buku ini.
teks pelajaran terkait komponen pemodelan
didapatkan hasil analisis yang disajikan pada Gambar
7 berikut:

23
Farchani Rosyid terbitan Tiga Serangkai tahun
2016 (sebagai buku kode A) dengan nilai rata-rata
55,6% yang dikategorikan “cukup memfasilitasi”.
Dari kesimpulan diatas sebaiknya buku
Fisika SMA Kelas XII yang digunakan oleh sekolah
sekolah adalh buku Fisika untuk Siswa SMA/MA
Kelas XII karangan Sunardi, Paramita Retno P dan
Andreas B. Darmawan terbitan Yrama Widya tahun
2016.
Gambar 7. Hasil Analisis Buku Teks Pelajaran
Terkait Komponen Penilaian Authentik (Authentic DAFTAR PUSTAKA
Assessmen)
Dari keempat buku teks pelajaran yang telah [1] Darmansyah dan Regina A.D. 2017. Strategi
dianalisis didapatkan bahwa buku teks pelajaran yang Pembelajaran. Padang: Erka
dianalisis sudah memfasilitasi terlaksananya [2] Junaidy Syam, Asrizal, dan Zulhendri Kamus.
pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. Buku 2017. Pengaruh Buku Ajar Bermuatan
teks pelajaran yang terbaik dalam memfasilitasi Kecerdasan Komprehensif Dalam Model
terlaksananya pendekatan CTL dalam pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap
adalah buku B yaitu buku karangan Sunardi, dkk Kompetensi Fisika Peserta Didik Kelas X Sman 9
pada tahun 2016 yang diterbitkan oleh Yrama Widya Padang. Pillar of Physics Education, Vol. 9. April
sedangkan buku teks yang paling cukup 2017. Hal 73-80
memfasilitasi terlaksananya pendekatan CTL adalah [3] Pandu, Jati Laksono dkk. 2016. Analisis Bahan
buku A yaitu buku karangan Muhammad Fachrani Ajar Kimia untuk SMA/MA Di Kabupaten
Rosyid pada tahun 2014 yang diterbitkan oleh PT. Karanganyar pada Materi Kelarutan dan Hasil
Tiga Serangkai. Kali Kelarutan Berdasarkan Kurikulum 2013.
KESIMPULAN Jurnal Seminar Nasional Pendidikan Sains:390
[4] Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang Standar Proses.Jakarta.Kemdikbud
telah di uraikan dalam bab IV, dapat disimpulkan [5] Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk
bahwa: guru, karyawan, dan peneliti muda. Bandung :
1. Sajian dari keempat buku Fisika SMA/MA kelas Alfabeta
XII semester 2 yang telah dianalisis penyajiannya [6] Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran.
3 (tiga) buku telah memfasilitasi keterlaksanaan Jakarta : Rajawali Pers
pendekatan kontekstual dan 1 (satu) buku masih [7] Sanjaya, Wina . (2006). Strategi Pembelajaran.
belum cukup memfasilitasi keterlaksanaan Jakarta: Kencana.
pendekatan kontekstual. [8] Sanjaya, Wina . (2008). Kurikulum dan
2. Buku yang sudah sangat memfasilitasi dan cocok Pembelajaran Teori dan Praktik
untuk digunakan oleh sekolah adalah Buku Fisika Pengembangan KTSP. Jakarta: KENCANA
untuk Siswa SMA/MA Kelas XII karangan [9] Sumantri. 2016. Strategi Pembelajaran Teori.
Sunardi, Paramita Retno P dan Andreas B. Jakarta: Rajawali Pers
Darmawan terbitan Yrama Widya tahun 2016 [10] Zulherman, Desnita, dan Erfan Handoko. 2015.
(sebagai buku kode B). Buku karangan sunardi, Pengembangan Modul Berbasis Contextual
dkk memiliki nilai tertinggi dan stabil di setiap Teaching and Learning untuk Fisika SMA
komponen penilaian CTL dengan nilai rata-rata Kelas XI Semeter II pada Materi Fluida
79,9% dengan kategori “memfasilitasi”. Dinamis. Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-
Sedangkan buku yang memiliki nilai terendah Journal) SNF2015. Vol IV. p-ISSN: 2339-0654.
adalah Buku Siswa Kajian Konsep Fisika untuk e-ISSN: 2476-9398. Hal : 191
Kelas XII SMA dan MA karangan Muhammad

24

You might also like