You are on page 1of 8

JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

PENGARUH RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP


INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH

Orien Permana1, Sofiana Nurchayati2, Herlina3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: permana.orien@yahoo.com

Abstract

Fracture was a breat of continuity and disconnection condition or cartilage which is generally caused by involuntary and
also caused by trauma or physical exertion. One of the effects of fractures caused primarily limited activity in patient with
postoperative fracture. Postoperative fracture can be recovered gradually through movement exercises. The aim of this study
was to determine the effect of range of motion (ROM) to reduce pain in post surgery patients of lower extremity fracture.
This study used quasy experiment with non-equivalent control group design. Purposive sampling technique with inclusion
criteria was used to recruit 30 respondents. The instrument in this study was observational sheet with Numeric Rating Scale
(NRS). The data were analyzed by using paired sample t-test and independent sample t-test.The result showed p value 0,000.
It meant there was a differences between experimental group and control group. This result showed that range of motion was
effective to reduce pain. Based on this result, it is recommended to health provider especially nurses to use range of motion
as one of non pharmacological therapy to reduce pain.

Keywords : Fracture, (ROM), Pain

PENDAHULUAN luasnya trauma. Penyebab fraktur adalah trauma,


Kecelakaan lalu lintas merupakan yang dibagi atas trauma langsung, trauma tidak
masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung
khususnya di negara berkembang. Menurut yaitu benturan pada tulang, biasanya penderita
Global Status Report on Road Safety 2013 yang terjatuh dengan posisi miring dimana daerah
dibuat oleh World Health Organization (WHO), trochanter mayor langsung terbentur dengan
sebanyak 1,24 juta korban meninggal tiap benda keras (jalanan). Trauma tidak langsung
tahunnya di seluruh dunia akibat kecelakaan lalu yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur
lintas. Di Indonesia pada tahun 2010 telah terjadi berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar
31.234 kematian akibat kecelakaan lalu lintas. mandi. Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat
(WHO, 2013). Trauma yang dialami seseorang menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri
akan menyebabkan masalah-masalah seperti, sudah rapuh atau underlying deases atau fraktur
biaya yang besar untuk mengembalikan fungsi patologis (Sjamsuhidayat & Wim de Jong,
tulang setelah mengalami trauma, risiko 2010).
kematian yang tinggi, produktivitas menurun Dampak yang ditimbulkan oleh trauma
akibat banyak kehilangan waktu untuk bekerja, pada fraktur diantaranya terbatasnya aktivitas,
dan kecacatan sementara sampai permanen. karena rasa nyeri akibat tergeseknya saraf
Salah satu bentuk trauma yang diakibatkan oleh motorik dan sensorik pada luka fraktur. Nyeri
kecelakaan lalu lintas tersebut adalah yang adalah sesuatu hal yang bersifat subjektif, tidak
mengenai sistem muskuloskeletal yaitu ada dua orang sekalipun yang mengalami
terjadinya fraktur (Muttaqin, 2008). kesamaan rasa nyeri dan tidak ada dua kejadian
Fraktur atau patah tulang merupakan menyakitkan yang mengakibatkan respon atau
suatu kondisi terputusnya kontinuitas tulang dan perasaan yang sama pada individu. Asosiasi
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan internasional yang khusus mempelajari tentang
oleh rudapaksa dan juga disebabkan oleh trauma nyeri (The International Association For the
atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan Study of Pain/IASP) (1977) dalam (Potter &
1327
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Perry, 2010), mendefinisikan nyeri sebagai dini terhadap penurunan intensitas nyeri pada
sesuatu yang tidak menyenangkan, bersifat pasien post operasi laparatomi di RSUD Kudus
subjektif dan berhubungan dengan panca indera, mendapatkan hasil bahwa mobilisasi pasca
serta merupakan suatu pengalaman emosional laparatomi dapat menurunkan nyeri dengan
yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan baik menggunakan uji independent samples t test
aktual maupun potensial, atau digambarkan didapatkan hasil ρ value (0,009 < α = 0,05).
sebagai suatu kerusakan/cedera. Salah satu Kemudian penelitian Purwanti dan Purwaningsih
dampak dari fraktur yang ditimbulkan (2013) tentang pengaruh latihan range of motion
diantaranya terbatasnya aktivitas terutama pada (ROM) aktif terhadap kekuatan otot pada pasien
pasien post operasi fraktur. post operasi fraktur humerus di RSUD Dr.
Post operasi yang tidak mendapatkan MOEWARDI didapatkan hasil ada pengaruh
perawatan maksimal setelah pasca bedah dapat signifikan pada latihan range of motion (ROM)
memperlambat penyembuhan dan menimbulkan aktif terhadap kekuatan otot pada pasien post
komplikasi. Pasien post operasi sering kali operasi fraktur humerus di RSUD Dr. Moewardi
dihadapkan pada permasalahan adanya proses dengan hasil ρ value (0,000 < α = 0,05).
peradangan akut dan nyeri yang mengakibatkan Penelitian lainnya dari Syahputra (2013)
keterbatasan gerak. Sedangkan kecacatan fisik tentang hubungan tingkat nyeri dengan tingkat
dapat dipulihkan secara bertahap melalui latihan kecemasan pada pasien fraktur tulang panjang di
rentang gerak yaitu dengan latihan Range of RSUD Arifin Achmad Pekanbaru didapatkan
Motion (ROM) yang dievaluasi secara aktif, hasil ρ value (0,04 < α = 0,05).
yang merupakan kegiatan penting pada periode Fraktur atau patah tulang merupakan
post operasi guna mengembalikan kekuatan otot suatu kondisi terputusnya kontinuitas tulang dan
pasien (Lukman dan Ningsih, 2009). Rasa nyeri atau tulang rawan yang umumnya disebabkan
post operasi yang dialami pasien, membuat oleh rudapaksa dan juga disebabkan oleh trauma
pasien takut untuk menggerakkan ekstremitas atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan
yang cedera, sehingga pasien cenderung untuk luasnya trauma. Trauma menyebabkan tulang
tetap terbaring lama, membiarkan tubuh tetap patah dapat berupa trauma langsung dan trauma
kaku. Untuk mencegah tidak terjadinya tidak langsung. Fraktur biasa terjadi karena
kekakuan otot dan tulang pada daerah yang trauma langsung eksternal, tetapi dapat juga
dilakukan operasi, serta mengurangi rasa nyeri terjadi karena deformitas tulang misalnya fraktur
yang dialami pasien maka tindakan yang dapat patologis karena osteoporosis, penyakit paget
dilakukan adalah mobilisasi contohnya yaitu dan osteogenesis imperfekta) (Sjamsuhidayat,
dengan melakukan Range Of Motion (Smeltzer 2005; Potter & Perry, 2005).
& Bare, 2009). Nyeri post operasi adalah nyeri yang
Range Of Motion (ROM) adalah Latihan dirasakan akibat dari hasil pembedahan.
gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya Kejadian, intensitas, dan durasi nyeri post
kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien operasi berbeda-beda. Lokasi pembedahan
menggerakan masing-masing persendiannya mempunyai efek yang sangat penting yang
sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun hanya dapat dirasakan oleh pasien. Nyeri pasca
pasif (Perry & Potter, 2006). Meningkatkan operasi tidak hanya terjadi setelah operasi besar,
kemampuan aktivitas mandiri pasien harus tetapi juga setelah operasi kecil. Selain faktor
melakukan pergerakan, hal tersebut juga fisiologis, nyeri juga dipengaruhi oleh rasa takut
bertujuan untuk menghilangkan kekakuan pada atau kecemasan mengenai operasi (dimensi
otot dan tulang, terutama pada pasien post afektif), yang dapat meningkatkan persepsi
operasi. Pergerakan badan sedini mungkin dan individu terhadap intensitas nyeri (dimensi
nyeri yang dirasakan pada saat latihan gerakan sensorik). Meskipun semua pasien post operasi
sendi harus dapat ditahan dan keseimbangan mengalami sensasi rasa nyeri, ada perbedaan
tubuh tidak lagi menjadi gangguan (Kusmawan, dalam ekspresi atau reaksi nyeri (dimensi
2008). perilaku), latar belakang budaya (dimensi
Hasil penelitian Rustianawati (2013), sosiokultural) (Suza, 2007).
dalam penelitiannya tentang efektivitas ambulasi

1328
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

METODOLOGI PENELITIAN HASIL PENELITIAN


Desain penelitian yang digunakan dalam Berdasarkan penelitian didapatkan hasil
penelitian ini adalah Quasy Experiment dengan sebagai berikut:
rancangan penelitian Non-Equivalent Control
Group, yaitu sebuah rancangan penelitian 1. Analisa univariat
dimana peneliti tidak melakukan randomisasi Tabel 1
untuk pengelompokan antara kelompok Gambaran karakteristik responden
eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini
melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok Eksp
erime
eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam Kontrol Jumlah
Karakteri n
(n=15) (n=30)
penelitian ini kelompok eksperimen diberikan stik (n=15
)
intervensi/perlakuan. Sedangkan pada kelompok N % N % n %
kontrol tidak diberikan intervensi/perlakuan. Umur
Pada kelompok eksperimen dan kelompok a. 12-16 1 3,3 0 0 1 3,3
kontrol masing-masing dilakukan pengukuran b. 17-25 3 10,0 1 3,3 4 13,3
sebelum diberikan intervensi (pre-test) dan c. 26-35 4 13,3 5 16,7 9 30,0
setelah diberikan intervensi (post-test) (Hidayat, d. 36-45 1 3,3 6 20,0 7 23,3
2007). e. 46-55 4 13,3 3 10,0 7 23,3
Sampel pada penelitian ini adalah pasien f. 56-65 2 6,7 0 0 2 6,7
yang mengalami post operasi fraktur ekstremitas Jenis
bawah yang ada di ruangan Dahlia RSUD Arifin Kelamin
a. Laki- 2
Achmad. Instrumen pada penelitian ini adalah 13 43,3 14 46,7 90,0
Laki 7
lembar observasi dengan menggunakan Numeric b. Pere
mpua 2 6,7 1 3,3 3 10,0
Rating Scale (NRS). n
Pengumpulan data dilakukan di ruang Pendidikan
rawat inap dahlia RSUD Arifin Achmad a. SD 2 6,7 2 6,7 4 13,3
Pekanbaru. Peneliti melakukan pemilihan sampel b. SMP 4 13,3 2 6,7 6 20,0
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. c. SMA 6 20,0 9 30,0 15 50,0
Kelompok eksperimen selanjutnya akan d. PT 2 6,7 2 6,7 4 13,3
diberikan tindakan ROM selama 20 menit, dan e. Tidak
sekola 1 3,3 0 0 1 3,3
kelompok kontrol tidak. Setelah melakukan h
intervensi kedua kelompok diukur kembali Berdasarkan tabel diatas, mayoritas umur
intensitas nyerinya dengan menggunakan skala pasien pada kelompok eksperimen dan kontrol
intensitas nyeri numerik. berada pada rentang umur 26-35 tahun yaitu
Analisa data pada penelitian ini adalah sebanyak 9 orang (30,0%). Untuk jenis kelamin
univariat dan bivariat. Analisa univariat yaitu untuk laki-laki sebanyak 27 orang (90,0%).
dilakukan untuk melihat karakteristik responden Pada karakteristik status pendidikan, responden
meliputi umur, jenis kelamin, dan status sebagian besar berpendidikan SMA yaitu
pendidikan. Analisa bivariat menggunakan sebanyak 15 orang (50,0%).
dependent t test dan independent t test.
Dependent t test digunakan untuk melihat Tabel 2
perbedaan rata-rata nilai intensitas nyeri pre-test Hasil pengukuran rata-rata intensitas
dan post-test. Independent t test digunakan nyeri pada pasien post operasi fraktur
untuk membandingkan nilai intensitas nyeri ekstremitas bawah sebelum diberikan intervensi
post-test pada kelompok eksperimen dan pada kelompok eksperimen dan kelompok
kelompok kontrol. kontrol
Intensitas Nyeri Pasien Post Mean SD
Operasi Fraktur Ekstremitas
bawah Sebelum Diberikan
Intervensi
Eksperimen 4,71 0,56
Kontrol 4,91 0,24

1329
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa penurunan, dimana hasil pre test adalah 4,71
mean intensitas nyeri pasien post operasi fraktur dengan SD 0,560 menurun saat post test menjadi
ekstremitas bawah sebelum diberikan intervensi 3,27 dengan SD 0,280. Berdasarkan uji statistik
yaitu 4,71 pada kelompok eksperimen dan 4,91 diperoleh ρ value = 0,000 < α (0,05), berarti
pada kelompok kontrol dengan standar deviasi bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
pada kelompok eksperimen 0,56 dan 0,24 pada mean intensitas nyeri sebelum dan sesudah pada
kelompok kontrol kelompok eksperimen.

Tabel 3 Tabel 6
Hasil Pengukuran Rata-Rata Intensitas Perbedaan Rata-Rata Intensitas Nyeri Sebelum
Nyeri Pasien post operasi fraktur ekstremitas dan Sesudah pada Kelompok Kontrol yang Tidak
bawah Setelah Diberikan Intervensi pada Diberikan Intervensi
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Intensitas Nyeri Mean SD p value
Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Mean SD Pre test 4,91 0,248
Fraktur Ekstremitas Bawah Setelah 0,004
Diberikan Intervensi Post test 4,71 0,247
Eksperimen 3,27 0,28
Kontrol 4,71 0,24 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil uji statistik didapatkan mean intensitas
mean intensitas nyeri pasien post operasi fraktur nyeri pre test adalah 4,91 dengan SD 0,248 dan
ekstremitas bawah setelah diberikan intervensi mean intensitas nyeri post test adalah 4,71
yaitu 3,27 pada kelompok eksperimen dan 4,71 dengan SD 0,247. Berdasarkan uji statistik
pada kelompok kontrol dengan standar deviasi diperoleh ρ value = 0,004 < α (0,05), berarti
pada kelompok eksperimen yaitu 0,28 dan 0,24 adanya penurunan antara mean intensitas nyeri
pada kelompok kontrol. sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol.

2. Analisa bivariate Tabel 7


Tabel 4 Perbedaan Rata-Rata Intensitas Nyeri Sesudah
Uji normalitas data dengan uji shapiro-wilk diberikan Intervensi pada Kelompok Eksperimen
Kelompok N p value dan Kelompok Kontrol yang Tidak Diberikan
Eksperimen Pre test 15 0,255 Intervensi
Mean
Post test 15 0,510
Variabel Mean SD Perbedaan p value
Kontrol Pre test 15 0,178
Post test 15 0,210
Eksperimen 3,27 0,280
Berdasarkan tabel diatas, dari uji -1,44 0,000
Kontrol 4,71 0,247
normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk
didapatkan hasil pada kelompok eksperimen pre Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil
test dan post test adalah data terdistribusi secara uji statistik Independent t test didapatkan mean
normal dengan ρ value (0,255-0,510) > α (0,05). intensitas nyeri post test kelompok eksperimen
Pada kelompok kontrol pre test dan post test adalah 3,27 sedangkan mean post test pada
adalah data terdistribusi secara normal dengan p kelompok kontrol lebih tinggi yaitu 4,71. Hasil
value (0,178-0,210) > α (0,05). uji statistik diperoleh ρ value 0,000 (ρ<α). Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
Tabel 5 intensitas nyeri antara kelompok eksperimen dan
Perbedaan Rata-Rata Intensitas Nyeri Sebelum kelompok kontrol sesudah diberikan Range Of
dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Motion (ROM).
Eksperimen
Intensitas Nyeri Mean SD p value
Pre test 4,71 0,560
PEMBAHASAN
0,000 1. Karakteristik Responden
Post test 3,27 0,280

Berdasarkan tabel diatas, dari hasil uji a. Umur


statistik didapatkan mean intensitas nyeri Hasil penelitian yang telah dilakukan
sesudah dilakukan range of motion terjadi pada pasien post operasi fraktur ekstremitas
1330
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

bawah didapatkan hasil bahwa sebagian besar sehingga terjadi penurunan masa tulang (Black
pasien yang mengalami post operasi fraktur & Hawks, 2005).
ekstremitas bawah sebagian besar terjadi pada
usia yaitu usia 26-35 tahun yaitu sebanyak 9 c. Pendidikan
orang (30,0%). Kategori umur menurut Depkes Secara umum pendidikan terakhir pasien
(2009) yaitu 12-16 tahun remaja awal, 17-25 post operasi fraktur ekstremitas bawah yang
tahun remaja akhir, 26-35 tahun dewasa awal, paling banyak adalah SMA sebanyak 15 orang
36-45 tahun dewasa akhir, 46-55 tahun lansia (50%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Winda
awal, 56-65 tahun lansia akhir. Hal ini juga dalam Syahputra (2014), yang mengatakan
didukung oleh Aukerman (2008), yang bahwa sebagian besar status pendidikan adalah
menyebutkan bahwa fraktur sebagian besar SMA (43,3%). Kejadian fraktur biasa terjadi
terjadi pada usia produktif antara 25-65 tahun. pada individu dengan tingkat pendidikan tinggi
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang maupun pendidikan rendah. Karena pendidikan
dilakukan Syahputra (2013) tentang hubungan SMA lebih banyak pada orang dengan tingkat
tingkat nyeri dengan tingkat kecemasan pada ekonomi bawah yang mengharuskan mereka
pasien fraktur tulang panjang di RSUD Arifin untuk lebih banyak beraktifitas diluar seperti
Achmad dimana responden yang mengalami mengendarai sepeda motor yang berisiko tinggi
fraktur mayoritas pada usia dewasa yaitu untuk mengalami cedera/fraktur.
sebanyak 22 responden (73,3%). Latar belakang pendidikan merupakan
Menurut Potter & Perry (2010) faktor yang mempengaruhi pola pikir seseorang.
menjelaskan bahwa masa dewasa merupakan Latar belakang pendidikan akan membentuk cara
masa dimana produktif dan terjadi peningkatan berpikir seseorang termasuk membentuk
kebutuhan terhadap keuangan untuk menafkahi kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang
keluarga, sehingga banyak individu yang berkaitan dengan penyakit dan menggunakan
memilih untuk bekerja diluar rumah, sehingga pengetahuan tersebut untuk menjaga kesehatan
berisiko terjadinya cedera yang mengakibatkan (Perry &Potter, 2005). Dengan demikian dengan
fraktur. pendidikan yang tinggi akan memudahkan
pasien untuk menerima pengetahuan untuk
b. Jenis kelamin upaya mengatasi masalah nyeri pasca operasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fraktur.
pasien yang mengalami post operasi fraktur
ekstremitas bawah kebanyakan adalah laki-laki 2. Pengaruh range of motion terhadap intensitas
(90,0%). Ini disebabkan karena aktifitas yang nyeri pada pasien post operasi fraktur
sering dilakukan diluar rumah seperti ekstremitas bawah
berolahraga, mengendarai sepeda motor Berdasarkan hasil penelitian yang telah
sehingga berisiko mengalami cedera/fraktur. dilakukan pada 30 pasien yang dibagi kedalam 2
Menurut Aukerman (2008) menyatakan bahwa kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
laki-laki lebih banyak terutama pada usia 30 kelompok kontrol. Kelompok eksperimen
tahun. Hal ini dikarenakan aktifitas yang diajarkan melakukan gerakan ROM selama 4
dilakukan laki-laki lebih banyak dan bervariasi hari berturut-turut selama 20 menit sedangkan
dibandingkan perempuan, laki-laki bergerak kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan
lebih aktif dibandingkan perempuan sehingga seperti kelompok eksperimen dan pada kedua
resiko kecelakaan yang dapat menyebabkan kelompok diberikan masing-masing analgetik
fraktur pada laki-laki lebih besar dibanding ketorolak. Pengukuran intensitas nyeri pada
perempuan. Sedangkan pada perempuan setelah kedua kelompok menggunakan Numeric Rating
menopause, terutama pada usia 45 tahun keatas Scale (NRS).
cenderung beresiko lebih tinggi mengalami Pengukuran intensitas nyeri dengan
fraktur akibat terjadinya osteoporosis menggunakan skala nyeri numerik didapatkan
dikarenakan perempuan pada masa ini hasil rata-rata intensitas nyeri sebelum dilakukan
kehilangan estrogen dan kekurangan protein ROM yaitu 4,71 pada kelompok eksperimen dan
4,91 pada kelompok kontrol. Sedangkan rata-rata

1331
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

intensitas nyeri setelah dilakukan ROM yaitu intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur
3,27 pada kelompok eksperimen dan 4,71 pada ekstremitas bawah.
kelompok kontrol. Pada saat melakukan pre test
ditemukan sebagian besar responden PENUTUP
mengeluhkan nyeri pada daerah yang mengalami Kesimpulan
fraktur yang dilakukan operasi dan mengalami Setelah dilakukan penelitian tentang
hambatan dalam beraktifitas. Hal ini sesuai pengaruh range of motion (ROM) terhadap
dengan teori tentang dampak yang ditimbulkan intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur
oleh trauma pada fraktur yang diantaranya ekstremitas bawah didapatkan hasil yang
terbatasnya aktifitas, karena rasa nyeri akibat menunjukkan bahwa sebagian besar umur yang
tergeseknya saraf motorik dan sensorik pada mengalami post operasi fraktur ekstremitas
luka fraktur. Post operasi yang tidak bawah terjadi pada rentang umur 26-35 tahun
mendapatkan perawatan maksimal setelah pasca yaitu sebanyak 9 orang (30,0%), sedangkan
bedah dapat memperlambat penyembuhan dan untuk jenis kelamin mayoritas berjenis kelamin
sering kali dihadapkan pada permasalahan laki-laki sebanyak 27 orang (90,0%), mayoritas
adanya proses akut dan nyeri yang berpendidikan SMA yaitu sebanyak 15 orang
mengakibatkan keterbatasan gerak seperti (50,0%).
sulitnya untuk menggerakkan persendian Hasil penelitian yang telah dilakukan
(Lukman dan Ningsih, 2009). peneliti tentang pemberian ROM yaitu pada
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan
terdapat perbedaan intensitas nyeri yang gerakan ROM selama 4 hari mengalami
signifikan sebelum dan sesudah melakukan penurunan yang sangat signifikan yaitu
ROM, sehingga dapat disimpulkan bahwa didapatkan mean pretest adalah 4,71 menjadi
gerakan ROM efektif dalam menurunkan 3,27. Sedangkan pada kelompok kontrol
intensitas nyeri pada pasien. Hasil penelitian didapatkan bahwa juga terjadi penurunan sedikit
Rustianawati (2013), dalam penelitiannya yaitu didapatkan mean pretest pada kelompok
tentang efektivitas ambulasi dini terhadap kontrol 4,91 menjadi 4,71. Hasil yang
penurunan intensitas nyeri pada pasien post didapatkan dari penelitian ini yaitu pada
operasi laparatomi di RSUD Kudus kelompok eksperimen terdapat penurunan yang
mendapatkan hasil bahwa mobilisasi pasca signifikan antara pretest dan posttest, dan pada
laparatomi dapat menurunkan nyeri. kelompok kontrol juga didapatkan adanya
Penelitian yang dilakukan Galuh (2009) penurunan yang terjadi pada pretest dan posttest.
pada pasien pasca operasi fraktur femur dengan Hal ini disebakan karena pada kedua kelompok
teknik distraksi didapatkan hasil bahwa terjadi diberikan analgetik ketorolak dan pada
penurunan nyeri yang signifikan pada kelompok kelompok eksperimen diberikan latihan gerakan-
eksperimen (p=0.006). Hal ini juga sejalan gerakan ROM.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti Hasil ini membuktikan terdapat bahwa
dan Purwaningsih (2013), yang menyatakan pengaruh ROM efektif menurunkan intensitas
bahwa pengaruh latihan ROM aktif efektif untuk nyeri pada pasien post operasi fraktur
kekuatan otot pada pasien post operasi humerus ekstremitas bawah.
dengan ρ value (0,000) < α (0,05).
Saran
Pada penelitian ini dapat disimpulkan
Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
bahwa latihan ROM terbukti dapat menurunkan
khusunya keperawatan dapat menjadikan range
intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur
of motion (ROM) sebagai salah satu alternatif
ekstremitas bawah. Hal ini disebabkan karena
terapi non farmakologi dalam penatalaksanaan
dengan melakukan pergerakan ROM merupakan
nyeri dengan intensitas sedang. Peneliti
salah satu teknik yang dapat dilakukan dalam
menyarankan agar gerakan ROM dapat
menurunkan nyeri karena dapat memelihara
dimodifikasi dengan terapi lain seperti terapi
kekuatan otot, memperlancar sirkulasi darah, dan
musik, dan terapi murrotal al quran.
memelihara mobilitas persendian. Oleh karena
itu latihan ROM efektif untuk menurunkan

1332
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1 Gruendemenn, F. (2006). Keperawatan
Orien Permana: Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia. perioperatif. Jakarta : EGC.
2
Ns. Sofiana Nurchayati, M.Kep: Dosen
Bidang Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Galuh, A. N (2009). Pengaruh teknik relaksasi
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas nafas dalam terhadap penurunan tingkat
Riau, Indonesia. nyeri pada pasien pasca operasi fraktur
3 femur. Diperoleh pada juli 2015 dari
Ns. Herlina, M.Kep.,Sp.Kep.Kom: Dosen
Bidang Keilmuan Keperawatan Komunitas http://viewer.eprints.ums.ac.id
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Riau, Indonesia. Hidayat, Aziz Alimul, (2007). Metode penelitian
keperawatan teknik analisa data. Jakarta
DAFTAR PUSTAKA : Salemba Medika.
Asmadi. (2008). Tehnik prosedural
keperawatan: konsep dan aplikasi Kementerian Kesehatan RI (2010). Rencana
kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba strategis kementerian kesehatan Tahun
Medika. 2010-2014. Jakarta

Aukerman, 2008. Ilmu Bedah (Handbook Of Kusmawan. (2008). Spesialis bedah. Jogjakarta :
Surgery). Jakarta: Penerbit Buku Pustaka Pelajar.
Kedokteran EGC.
Li, Liu, & Herr.(2007). Post operatif pain intensity
assessment: a comparison of four scales in
Black, M. J. & Hawks, H.J. (2009). Medical chinese adult. Diunduh tanggal 25 Maret
Surgical Nursing : Clinical Management 2009 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
for Continuity of Care, 8th ed.
Philadephia: W.B. Saunders Company. Lukman & Nurmaningsih, N. (2011). Asuhan
keperawatan pada klien dengan
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2005). Medical gangguan muskuloskeletal. Jakarta :
surgical nursing: Clinical management Salemba Medika.
for positive outcomes. Missouri: elseiver
Saunders. Muttaqin, Arif. (2008). Buku ajar asuhan
keperawatan klien gangguan sistem
Burns and Grove, S.K (2005). The Practice of muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
nursing research counduct, critique &
utilization. USA :W.B. Saunders Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian
Company kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Depkes RI. (2009). Sistem Ketahanan Nasional. Potter, Perry. (2010). Fundamental of
Jakarta. nursing, Buku 3, Edisi 7. Jakarta : EGC.

Eldawati. (2011). Pengaruh latihan kekuatan Purwanti., Purwaningsih. (2013). Pengaruh


otot pre operasi terhadap kemampuan Latihan Range of Motion (ROM)
ambulasi dini pasien pasca operasi terhadap kekuatan otot pada pasien post
fraktur ekstrimitas di RSUP Fatmawati operasi fraktur humerus di RSUD Dr.
Jakarta. Skripsi tidak dipublikasikan. MOEWARDI. Skripsi tidak
Diakses pada 25 Januari 2015. dipublikasikan. Diakses pada tanggal
Juli 2015.
Evans, M. R. H. (2006). Interventions for clients
with muculoskeletal trauma. Dalam D. D. Rasjad, Chairuddin. (2007).
Ignatavicius & M. L. Workman (Eds.), Pengantar ilmu bedah ortopedi. Bab 12,
Medical surgical nursing (5th ed., hal. hal:286-287 . Makassar : Bintang
1189-1226). Philadelphia: Elseiver. Lamumpatue.
1333
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

World Health Organization. (2013). Kecelakaan


Rosyidi, Kholid. (2013). Muskuloskeletal. Lalu Lintas. Wikipedian Ensiklopedia.
Jakarta : Trans Info Media. Diakses melalui
http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan
Rustianawati, Yuni. (2013). Efektivitas ambulasi tanggal 16 Juli 2011
dini terhadap penurunan intensitas nyeri
pada pasien post operasi laparatomi di
RSUD Kudus. Skripsi tidak
dipublikasikan. Diakses pada tanggal 27
Januari 2015.

Saryono. (2011). Metodologi penelitian


kesehatan: penuntun praktis bagi pemula.
Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Sjamsuhidajat, R. Wim de jong. (2010). Buku


ajar ilmu bedah edisi 3. Jakarta : EGC

Smeltzer, SC & Bare BG. (2009). Buku ajar


keperawatan medikal bedah. Jakarta:
EGC.

Suharti C. Dasar-Dasar Hemostasis. Dalam :


Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk.
Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed
4. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
FK UI. Jakarta; 2006:749-754.

Suratun, Heryati, Manurung, S.,Raenah. (2008).


Klien gangguan sistem muskuloskeletal.
Jakarta: EGC.

Suza, D. E. (2007). Comparison of pain


experiences between Javanese and Batak.
Songkla Med J , 249.

Syahputra, H. (2013). Hubungan tingkat nyeri


dengan tingkat kecemasan pada pasien
fraktur ekstremitas bawah di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru.

Tamsuri. (2007). Konsep dan penatalaksanaan


nyeri. Jakarta : EGC.

Winda, I. R. (2014). Faktor-faktor yang


mempengaruhi tingkat kecemasan pasien
fraktur tulang panjang pra operasi yang
dirawat di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru. Skripsi tidak dipublikasikan.
Diakses pada Juli 2015.

1334

You might also like