Professional Documents
Culture Documents
1
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, Jalan Letjen Suprapto Telanaipura, Jambi 36122;
2
Program Pascasarjana Universitas Jambi, Jalan Arif Rahman Hakim Telanaipura, Jambi 36124;
*
Penulis korespondensi. e-mail:wibisono.tian@gmail.com
(Diterima: 17 Desember 2018; Disetujui: 1 April 2019)
ABSTRACT
Identification of leading sectors or leading subsectors is one of the main tasks of the local
government and is an important part of regional development planning before formulating,
drafting, and establishing a better development policy strategy. The main objective of this research
is to analyze and identify subsectors in the manufacturing industry sector that have leading
comparativeness and leading competitiveness in Jambi Province. Main data of this study are
secondary data of districts and cities in Jambi Province during 2011–2015, which were sourced
from the Statistics Indonesia and the Ministry of National Development Planning (Bappenas). Data
were analyzed using descriptive and quantitative analysis methods, namely Location Quotient
analysis and Shift Share analysis. Results of the study show that manufacturing industry subsectors
of Jambi Province that can be classified as leading comparative and leading competitive
subsectors are timber/wood products industry, paper/goods industry, rubber/rubber goods
industry, and furniture industry.
Keywords: comparativeness, competitiveness, Location Quotient, manufacturing sector, Shift Share analysis
ABSTRAK
Identifikasi sektor atau subsektor unggulan adalah salah satu tugas utama pemerintah daerah
dan merupakan bagian penting dalam perencanaan pembangunan daerah sebelum merumuskan,
menyusun dan menetapkan strategi kebijakan pembangunan yang lebih baik. Analisis keunggulan
secara komparatif maupun kompetitif cukup banyak dilakukan pada level sektor dan belum pada
level subsektor secara lebih mendalam. Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis dan
mengidentifikasi subsektor industri pengolahan yang memiliki keunggulan komparatif sekaligus
keunggulan kompetitif di Provinsi Jambi. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari kabupaten
dan kota di Provinsi Jambi selama periode tahun 2011–2015 yang bersumber dari Badan Pusat
Statistik, dan BAPPENAS. Data dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif dan kuantitatif
Location Quotient dan Shift Share Analysis. Hasil penelitian menunjukkan subsektor industri
pengolahan Provinsi Jambi yang dapat digolongkan menjadi subsektor yang memiliki keunggulan
komparatif sekaligus keunggulan kompetitif adalah industri kayu/barang dari kayu, industri
kertas/barang dari kertas, industri karet/ barang dari karet, dan industri furnitur.
Kata kunci: industri pengolahan, keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, Location Quotient, Shift
Share Analysis
105
Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2019, 3 (2): 105-116
kompetitif pada komponen CS inilah yang Tabel 2 Matriks analisis gabungan SLQ, DLQ dan
dinyatakan sebagai pengaruh keunggulan CS
kompetitif. SLQ > 1 SLQ < 1
Berdasarkan penjelasan tersebut maka Industri Industri
tahapan/prosedur analisis Shift Share (Rs, Ms DLQ>1 CS>0 unggulan andalan
dan Ds/Cs) dapat dirinci sebagai berikut: kompetitif kompetitif
Industri
Industri
andalan
Langkah 1: Menghitung nilai Rs pada masing- CS<0 unggulan tidak
tidak
masing sektor/subsektor industri pengolahan di kompetitif
kompetitif
Provinsi Jambi terhadap subsektor industri Industri Industri
pengolahan Indonesia yang dijadikan acuan, DLQ<1 CS>0 prospektif tertinggal
kompetitif kompetitif
pada periode tahun awal 2011 dan tahun akhir
Industri
2015 lalu disajikan dalam tabel Rs. Industri
tertinggal
CS<0 prospektif tidak
Langkah 2: Menghitung nilai Ms pada masing- tidak
kompetitif
masing Subsektor industri pengolahan di kompetitif
Sumber: Data olahan
Provinsi Jambi terhadap subsektor industri
pengolahan Indonesia yang dijadikan acuan,
HASIL DAN PEMBAHASAN
pada periode tahun awal 2011 dan tahun akhir
2015 lalu disajikan dalam tabel Ms. Subsektor industri pengolahan Basis
Langkah 3: Menghitung nilai CS pada masing- di Provinsi Jambi
masing subsektor industri pengolahan di
1) Tahap 1: Analisis Static LQ (SLQ)
Provinsi Jambi terhadap subsektor industri
Berdasarkan hasil analisis SLQ diketahui
pengolahan Indonesia yang dijadikan acuan,
bahwa tidak semua subsektor dalam sektor
pada periode tahun awal 2011 dan tahun akhir
industri pengolahan di Provinsi Jambi memiliki
2015 lalu disajikan dalam tabel CS.
keunggulan komparatif pada tahun pengamatan
Langkah 4: Menggunakan nilai CS dan
2011–2015. Terdapat enam jenis subsektor
memasukkannya kedalam tabel Shift Share-CS
industri yang mempunyai keunggulan
menurut masing-masing subsektor di Provinsi
komparatif yaitu; industri pengolahan batubara
Jambi.
dan migas, industri makanan dan minuman,
4. Tahap 4: Gabungan Hasil Analisis SLQ, industri kayu/barang dari kayu, industri
DLQ dan CS-Shift Share kertas/barang dari kertas, industri karet/barang
Dari hasil perhitungan Tahap 1 dan dari karet, dan industri furnitur.
Tahap 2 diperoleh subsektor industri yang Industri-industri tersebut digolongkan
memiliki keunggulan komparatif. Dari hasil sebagai industri basis atau memiliki keunggulan
perhitungan Tahap 3 diperoleh subsektor komparatif karena memiliki nilai rata-rata
industri yang memiliki keunggulan kompetitif. SLQ>1. Industri ini disebut memiliki
Nilai yang diambil pada Tahap 3 tidak semua keunggulan komparatif dikarenakan memiliki
komponen shift share analysis tetapi hanya nilai ouput/PDRB yang tinggi dan pertumbuhan
komponen CS saja yang digunakan sebagai yang lebih cepat. Sementara itu, sepuluh jenis
tolak ukur daya kompetitif dari subsektor yang subsektor industri lainnya tidak memiliki
dianalisis. Langkah terakhir pada Tahap 4 keunggulan komparatif karena memiliki nilai
adalah menggabungkan hasil analisis Tahap 1 rata-rata SLQ<1 selama periode 2011–2015.
sampai dengan Tahap 3 ke dalam matriks Industri-industri ini memiliki nilai
analisis gabungan LQ dan shift share-CS output/PDRB yang lebih rendah dibandingkan
berikut ini: dengan nilai rata-rata secara nasional. Industri
tersebut antara lain; industri pengolahan
tembakau, industri tekstil, industri kulit/barang
dari kulit, industri kimia/obat-obatan, industri dan industri alat angkutan. Hasil perhitungan
barang galian, industri logam dasar, industri SLQ disajikan pada Tabel 3.
logam/elektronik, industri mesin/perlengkapan,
Tabel 3 Hasil analisis SLQ subsektor industri pengolahan di Provinsi Jambi (2011–2015)
SLQ
No Subsektor 2011 2012 2013 2014 2015
Rata-rata
1 Pengolahan batubara & migas 2.32 2.53 2.74 2.80 2.88 2.65
2 Makanan/minuman 1.36 1.32 1.32 1.29 1.26 1.31
3 Pengolahan tembakau 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
4 Tekstil/pakaian jadi 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
5 Kulit/barang dari kulit 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
6 Kayu/barang dari kayu 3.33 3.34 3.18 3.14 3.52 3.30
7 Kertas/barang dari kertas 1.74 1.75 1.85 1.87 2.03 1.85
8 Kimia dan obat-obatan 0.02 0.02 0.02 0.03 0.03 0.02
9 Karet/barang dari karet 2.16 2.22 2.40 2.61 2.52 2.38
10 Barang galian (non logam) 0.46 0.47 0.48 0.49 0.50 0.48
11 Logam dasar - - - - - -
12 Logam, komputer, dan elektronik 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
13 Mesin/perlengkapan 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.02
14 Alat angkutan 0.05 0.05 0.04 0.05 0.04 0.05
15 Furnitur 1.37 1.43 1.40 1.47 1.48 1.43
16 Pengolahan lainnya 0.05 0.05 0.05 0.06 0.06 0.05
Sumber: BPS (hasil pengolahan data)
Tabel 7 Hasil analisis gabungan LQ dan Shift Share-CS subsektor industri pengolahan di Provinsi Jambi
2011–2015
SLQ > 1 SLQ < 1
INDUSTRI ANDALAN KOMPETITIF:
INDUSTRI UNGGULAN KOMPETITIF:
Tekstil/pakaian jadi
Kayu dan barang dari kayu;
Kimia dan obat-obatan
CS>0 Kertas/barang dari kertas;
Barang galian (non logam)
Karet/barang dari karet;
Mesin/perlengkapan
DLQ>1 Furnitur
Pengolahan lainnya
INDUSTRI ANDALAN TIDAK
INDUSTRI UNGGULAN TIDAK
KOMPETITIF:
CS<0 KOMPETITIF:
Pengolahan tembakau
-
Kulit/barang dari kulit
INDUSTRI PROSPEKTIF KOMPETITIF: INDUSTRI TERBELAKANG KOMPETITIF:
DLQ<1 CS>0
Pengolahan batubara & migas -
INDUSTRI TERBELAKANG TIDAK
INDUSTRI PROSPEKTIF TIDAK KOMPETITIF:
CS<0 KOMPETITIF: Logam dasar
Makanan/minuman Logam, komputer, elektronik
Alat angkutan
Sumber: Data diolah
Berdasarkan analisis gabungan SLQ dan Competitive Shift (CS) menunjukkan bahwa
DLQ pada Tabel 4, terdapat empat subsektor sektor dan subsektor ini secara umum bernilai
industri unggulan, tujuh subsektor industri positif yang artinya sektor dan subsektor
andalan, dua industri prospektif, dan tiga industri pengolahan di Provinsi Jambi masih
industri terbelakang. Subsektor industri memiliki daya saing jika dibandingkan dengan
unggulan dapat dikatakan memiliki keunggulan provinsi lain di Indonesia.
komparatif pada masa sekarang serta memiliki Berdasarkan hasil analisis LQ dan Shift
potensi untuk tetap unggul di masa depan. Hal Share-CS subsektor industri pengolahan di
tersebut dapat terlihat dari nilai SLQ dan DLQ Provinsi Jambi pada periode 2011–2015 seluruh
yang memiliki nilai lebih dari satu (SLQ>1 dan industri unggulan yang telah diklasifikasikan
DLQ>1). dalam matriks LQ juga memiliki keunggulan
Subsektor industri andalan di Provinsi kompetitif yang ditunjukkan oleh nilai CS yang
Jambi terdiri dari tujuh subsektor. Disebut bertanda positif. Dapat dikatakan bahwa
sebagai subsektor andalan dikarenakan industri yang memiliki nilai LQ dan CS
subsektor industri tersebut bukan merupakan bertanda positif unggul secara komparatif
subsektor industri unggulan disaat sekarang sekaligus secara kompetitif.. Industri yang
(SLQ<1) namun memiliki potensi untuk tergolong ke dalam industri yang unggul secara
menjadi industri unggulan di masa yang akan komparatif maupun kompetitif di Provinsi
datang (DLQ>1). Industri yang menjadi industri Jambi terdiri dari empat jenis yaitu: Industri
terbelakang berjumlah tiga subsektor industri. kayu/barang dari kayu; Industri kertas/barang
Industri terbelakang memiliki arti bahwa dari kertas; Industri karet/ barang dari karet;
industri tersebut tidak memiliki keunggulan dan Industri furnitur.
baik saat ini maupun prospeknya di masa depan Industri pengolahan lain yang pada
(Kurniawan, 2017). Hal ini ditunjukkan dengan matriks LQ diklasifikasikan sebagai industri
nilai SLQ dan DLQ yang memiliki nilai kurang andalan, juga dapat dikatakan industri yang
dari satu (SLQ<1 dan DLQ<1). memiliki nilai kompetitif jika nilai CS pada
Selain ketiga golongan industri tersebut subsektor tersebut bertanda positif. Sedangkan
ada golongan industri prospektif yaitu jenis industri yang memiliki nilai CS bertanda
industri yang meskipun saat ini memiliki negatif antara lain: Industri pengolahan
keunggulan (SLQ>1) namun industri jenis ini tembakau dan Industri kulit/barang dari kulit,
diperkirakan tidak akan menjadi industri dapat dikatakan sebagai industri andalan namun
unggulan di masa yang akan datang (DLQ<1). tidak kompetitif.
Industri prospektif tetap memiliki potensi Industri makanan dan minuman
untuk menjadi industri unggulan di masa yang merupakan industri prospektif karena memiliki
akan datang karena dengan melihat keunggulan nilai SLQ rata-rata lebih dari satu tetapi nilai
komparatif (SLQ) dalam satu tahun atau rata- DLQ kurang dari satu. Tetapi jika kita melihat
rata lima tahun, hanya saja laju pertumbuhan nilai CS yang bertanda negatif, industri ini tidak
selama periode awal dan periode akhir memiliki keunggulan kompetitif di masa yang
pengamatan menunjukkan pertumbuhan yang akan datang sehingga klasifikasi industri ini
cenderung atau relatif lambat. Oleh karena itu digolongkan sebagai industri prospektif yang
subsektor industri prospektif dan subsektor tidak kompetitif. Sedangkan industri
industri andalan dapat menjadi fokus pengolahan batubara dan pengilangan migas,
pemerintah daerah agar mampu bergeser meskipun hanya digolongkan sebagai industri
menjadi industri unggulan di masa yang akan prospektif, industri ini memiliki nilai CS
datang. bertanda positif sehingga dapat dikatakan
Hasil analisis Shift Share yang digunakan bahwa industri pengolahan batubara dan
dalam analisis adalah komponen Competitive pengilangan migas sebagai industri prospektif
Shift (CS). Hasil analisis komponen yang memiliki daya kompetitif.
Industri yang memiliki nilai SLQ<1 dan sehingga dapat diketahui subsektor industri
DLQ<1 disebut sebagai industri terbelakang. yang unggul secara komparatif dan
Ada tiga jenis industri ini antara lain: industri kompetitif di kabupaten/kota.
logam dasar; industri logam, komputer, dan
elektronik, dan industri alat angkutan. Ketiga
industri ini memiliki nilai CS bertanda negatif DAFTAR PUSTAKA
yang artinya bahwa industri ini tidak memiliki
daya kompetitif di masa yang akan datang. Ahmad, A. A. (2007). Analisis Sektor-sektor
Dapat disimpulkan bahwa tiga industri Ekonomi dengan Potensi Unggulan di
terbelakang ini selain tidak memiliki Kabupaten/kota Se-provinsi Jawa Tengah
keunggulan komparatif juga tidak memiliki Tahun 2000–2004. Jurnal Ekonomi &
keunggulan kompetitif. Studi Pembangunan, 8 (2), 142-153.
[BPS Provinsi Jambi]. (2016). Provinsi Jambi
KESIMPULAN DAN SARAN Dalam Angka. Jambi: BPS Provinsi
Jambi.
Kesimpulan Faisal, F. (2015). Analisis Pergeseran Sektor
Subsektor industri pengolahan Provinsi Perekonomian Kabupaten Aceh
Jambi yang dapat digolongkan sebagai Besar. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan
subsektor industri pengolahan yang unggul baik Publik Indonesia, 2 (2), 83-92.
secara kompetitif maupun secara komparatif Gafur, G., Safri, M., & Hodijah, S. (2016).
adalah industri kayu/barang dari kayu, industri Analisis Sektor/Sub Sektor Unggulan di
kertas/barang dari kertas, industri karet/ barang Kabupaten Bungo. Jurnal Perspektif
dari karet, dan industri furnitur. Pembiayaan dan Pembangunan
Daerah, 3 (3), 175-194.
Saran Hajeri, H., Yurisinthae, E., & Dolorosa, E.
1. Hasil perhitungan DLQ dengan (2015). Analisis Penentuan Sektor
menggunakan data produksi subsektor Unggulan Perekonomian di Kabupaten
selama lima tahun pengamatan Kubu Raya. Jurnal Ekonomi Bisnis dan
menunjukkan ada sebelas subsektor yang Kewirausahaan, 4 (2), 253-269.
berpotensi memiliki keunggulan komparatif Haris, Z. (2012). Analisis Penentuan
di masa yang akan datang. Hal ini patut Sektor/Subsektor Unggulan dan
menjadi bahan pertimbangan bagi Kaitannya Dengan Perencanaan
pemerintah daerah untuk meningkatkan Pembangunan Ekonomi Kabupaten
pendapatan regional di daerahnya melalui Lampung Utara. Tidak Dipublikasikan.
subsektor industri pengolahan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia:
2. Peningkatan pendapatan regional di Sektor Jakarta.
industri pengolahan dapat dilakukan dengan Imelia. (2011). Analisis Ekonomi Antar
cara lebih fokus dan mengoptimalkan Wilayah di Provinsi Jambi. Jurnal
subsektor yang memiliki keunggulan Paradigma Ekonomika, 1 (4), 62-72.
komparatif dan kompetitif. Dengan Irmawati, S. (2015). Strategi Peningkatan Daya
demikian Sektor industri pengolahan akan Saing Industri Unggulan Provinsi Jawa
semakin memberikan kontribusi yang besar Tengah Untuk Menghadapi Asean
pada pertumbuhan ekonomi sehingga Economic Community (Aec) 2015.
akhirnya proses industrialisasi lebih cepat Dissertation, Universitas Negeri
terwujud. Semarang.
3. Penelitian selanjutnya dapat melakukan
analisis potensi relatif perekonomian
wilayah pada masing-masing kabupaten/kota