Professional Documents
Culture Documents
Tambahan Pembahasan
Tambahan Pembahasan
Variabel n Persentase
Paritas
Primigravida 103 22,3%
Multigravida 358 77,7%
Usia Kehamilan
Preterm (< 37 minggu) 207 44,9%
Aterm (37 – 40 minggu) 214 46,4%
Postterm (> 40 minggu) 40 8,7%
Diagnosis
Hamil normal 280 100%
Preeklamsia 181 100%
Tanpa komplikasi 66 36,4%
Dengan komplikasi 115 63,6%
Sindroma HELLP 41 35,6%
Eklamsia 48 41,7%
Edema pulmo 23 20,0%
Kardiomiopati peripartum 1 0,8%
Insufisiensi renal 7 0,6%
Pertumbuhan janin terhambat 16 13,9%
Kematian janin intrauterin 15 13,0%
Oligohidramnion 10 8,69%
Persalinan preterm 45 39,1%
Sindrom HELLP
Eklamsia
Ghulmiyyah & Sibai. 2012. Maternal mortality from preeclampsia/eclampsia. Semin Perinatol,
Vol. 36, p. 56–59.
Pada penelitian ini terdapat 115 subjek penelitian yang termasuk kedalam kelompok preeklamsia
dengan komplikasi. Hal tersebut termasuk diantaranya 23 subjek penelitian (41.7%) yang
memiliki komplikasi berupa Eklamsia yang diklasifikan ke dalam komplikasi maternal. Melalui
penelitian ini, diketahui bahwa Eklamsia memiliki insidensi yang lebih tinggi pada usia
kehamilan yang lebih tua yang dapat diketahui dari persebaran 5 subjek penelitian
diklasifikasikan dalam PE early onset dan 43 subjek penelitian diklasifikasikan dalam PE late
onset. Selanjutnya, pada penelitian ini dilakukan analisis OR penanda inflamasi seperti rasio
neutrofil-limfosit, rasio monosit-limfosit, rasio platelet-limfosit dan angka leukosit yang masing-
masing diukur untuk mengetahui besaran prognostikator yang dimiliki tiap penanda inflamasi.
Bedasarkan pengukuran tersebut didapatkan hasil bahwa OR masing-masing penanda inflamasi
secara berurutan adalah 2.77;2.40;2.36;2.63 yang dapat diartikan bahwa abnormalitas penanda
inflamasi yaitu peningkatan rasio neutrofil-limfosit memiliki 2,7 kali lebih besar terhadap risiko
Eklamsia pada ibu yang didiagnosis preeklamsia.
Teori ini menunjukkan adanya hubungan antara inflamasi, disfungsi endotel, dan eklamsia.
Kondisi hiperinflamasi, seperti pada preeklamsia, menyebabkan terjadinya disfungsi endotel
akibat paparan sitokin proinflamasi dalam jumlah besar dan dalam waktu yang berkepanjangan
(Evans et al., 2020). Semakin ekstensif disfungsi endotel yang terjadi, maka semakin tinggi pula
risiko terjadinya vasospasme yang dimediasi oleh ET-1, sehingga risiko terjadinya eklamsia
menjadi semakin besar. Kondisi hiperinflamasi dapat dinilai melalui berbagai cara, antara lain
menggunakan penanda inflamasi, seperti RNL, RML, RPL, dan AL.
Edema
Pordeus ACB, Katz L, Soares MC, Maia SB & Amorim MMR. 2018. Acute pulmonary edema in
an obstetric intensive care unit: a case series study. Medicine, Vol. 97, No. 28, p.155-158.
Pada penelitian ini terdapat 115 subjek penelitian yang termasuk kedalam kelompok preeklamsia
dengan komplikasi. Hal tersebut termasuk diantaranya 48 subjek penelitian (20.0%) yang
memiliki komplikasi berupa Eklamsia yang diklasifikan ke dalam komplikasi maternal. Melalui
penelitian ini, diketahui bahwa Eklamsia memiliki insidensi yang lebih tinggi pada usia
kehamilan yang lebih tua yang dapat diketahui dari persebaran 1 subjek penelitian
diklasifikasikan dalam PE early onset dan 22 subjek penelitian diklasifikasikan dalam PE late
onset.
Selanjutnya, pada penelitian ini dilakukan analisis OR penanda inflamasi seperti rasio neutrofil-
limfosit, rasio monosit-limfosit, rasio platelet-limfosit dan angka leukosit yang masing-masing
diukur untuk mengetahui besaran prognostikator yang dimiliki tiap penanda inflamasi.
Bedasarkan pengukuran tersebut didapatkan hasil bahwa OR masing-masing penanda inflamasi
secara berurutan adalah 2.77;2.40;2.36;2.63 yang dapat diartikan bahwa abnormalitas penanda
inflamasi yaitu peningkatan rasio neutrofil-limfosit memiliki 2,7 kali lebih besar terhadap risiko
Eklamsia pada ibu yang didiagnosis preeklamsia.