You are on page 1of 10

JURNAL

MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK MKP


MENYOAL DUALISME KEBIJAKAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA
SEKTOR HULU MINYAK DAN GAS BUMI

Puji Wibowo
Politeknik Keuangan Negara STAN]
Alamat Korespondensi: puji.wibowo@pknstan.ac.id

NFORMASI ARTIKEL ABSTRAK


Transfer or payment policy of national revenue from upstream oil and
Diterima Pertama gas has been interesting to discuss for years. The main issue of this
12 Juli 2017 policy is Indonesian government has recognized two models of
transfer in oil and gas revenue for national account, which are direct
Dinyatakan Diterima and indirect transfer to national account. Direct transfer is dedicated
30 Juli 2017 for oil revenue from Pertamina in Rupiahs, while indirect transfer
allows foreign currency (dollars) payments from other sources.This
KATA KUNCI: dual policies result in liquidity issues regarding government’s ability to
earning process, hulu migas, kontrak kerjasama, cover liabilities in upstream oil mandated by Production Sharing
penyetoran Contracts (PSC) and regulation. Another issue has been intensively
debated with external auditors is national revenue delayed during
KLASIFIKASI JEL: earning process. By reviewing current business process based on a
H27, H32, H61, Q38 number of regulations and interviewing with several middle
management officers in the Ministry of Finance, we propose two
options to consider. First, direct transfer or one-step transfer is
modified by gathering all revenue sources from upstream oil and gas
either in Rupiahs or dollars. The second model, indirect transfer or
two-step transfer gathering all payments from oil and gas lifting in
dollars. By considering fiscal impacts of these two alternative payment
models, we conclude that the second model is preferable than the first
scheme.

Halaman 47
MENYOAL DUALISME KEBIJAKAN PENYETORAN PENERIMAAN Jurnal Manajemen Keuangan Publik
NEGARA SEKTOR HULU MINYAK DAN GAS BUMI Vol.1, No.1, (2017), Hal.47-56
Puji Wibowo
Halaman 48

1. PENDAHULUAN Dana tersebut digunakan untuk membayar dan/atau


mengganti beban perpajakan dan pungutan lainnya
1.1. Latar Belakang dari kontraktor migas. Dana dimaksud selama ini
Kegiatan usaha hulu migas merupakan industri dialokasikan dari uang hasil penjualan lifting migas
strategis di tanah air yang sarat dengan risiko bagian negara (penerimaan migas) yang ditampung
kegagalan bisnis. Dalam hal ini, Pudyantoro (2013) dalam Rekening Nomor 600.000411980 (Rekening
menjelaskan bahwa yang dapat dipastikan dari Migas) pada Bank Indonesia.
kegiatan hulu migas adalah ketidakpastian Wibowo (2017) berpendapat bahwa ditinjau
menemukan cadangan yang berdampak pada proses dari perspektif pendapatan negara, sektor hulu migas
bisnis. Semakin tinggi tingkat ketidakpastian, semakin memiliki beberapa atribut penting. Pertama, potensi
tinggi pula probabilitas investor mendapatkan hasil pendapatan negara dari kegiatan usaha hulu migas
nihil. Terlebih, cadangan migas di tanah air lebih berbasis kontrak yang disepakati oleh Pemerintah dan
banyak berlokasi di laut dalam sehingga untuk KKKS. Kedua, sumber pendapatan negara utamanya
penemuan cadangan migas terbukti (proven reserved) berasal dari uang hasil penjualan lifting migas bagian
menuntut biaya yang sangat mahal. negara. Ketiga, Pemerintah berhak atas jenis
Tingginya risiko bisnis dan kebutuhan dana pendapatan negara non-lifting sepanjang disepakati
yang sangat besar mendorong Pemerintah untuk dalam kontrak, seperti pendapatan dalam bentuk
membuka pintu kerja sama dengan pihak swasta bonus atau komitmen pasti. Keempat, dengan adanya
dalam pengelolaan tambang minyak dan gas bumi. kebijakan desentralisasi fiskal, pendapatan negara dari
Kerjasama pengelolaan migas tersebut dikemas dalam lifting migas juga menjadi sumber pendapatan
sebuah kontrak kerjasama yang populer dengan istilah pemerintah daerah dalam bentuk dana bagi hasil.
kontrak kerjasama (KKS) atau production sharing Dana hasil penjualan lifting migas bagian
contract (PSC). Melalui skema PSC, Wibowo (2017) negara pada praktiknya tidak hanya ditampung di
menjelaskan bahwa Pemerintah memiliki beberapa dalam Rekening Migas. Sebagian hak negara yang
keuntungan. Pertama, Pemerintah hanya perlu bersumber dari volume migas yang dijual kepada
menyediakan wilayah kerja untuk dikelola oleh pembeli tersebut (khususnya Pertamina) disetor
kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) tanpa langsung ke kas negara dalam bentuk Rupiah sebagai
mengeluarkan dana sama sekali. Kedua, kepemilikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Adapun dana
sumber daya alam migas pun masih berada di tangan yang ditampung di dalam Rekening Migas (berbentuk
Pemerintah sampai pada titik serah. Adapun valas), akan disetor ke kas negara secara periodik
keunggulan ketiga, Pemerintah tidak perlu setelah memperhitungkan kewajiban Pemerintah
mengeluarkan penggantian biaya operasional migas sektor hulu migas dalam rangka pelaksanaan prinsip
apabila sumur migas yang dikelola oleh kontraktor A&D. Dualisme mekanisme penyetoran tersebut
tidak menghasilkan lifting migas secara komersil. diatur di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41
Keempat, semua aset yang dibeli oleh kontraktor Tahun 1982 tentang Kewajiban dan Tata Cara
migas menjadi hak milik Pemerintah sejak tiba di tanah Penyetoran Pendapatan Pemerintah dari Hasil Operasi
air. Dengan skema PSC ini, Pemerintah tidak Pertamina Sendiri dan Kontrak Production Sharing.
menanggung exposure APBN terkait kegiatan Meski PP tersebut merupakan peraturan pelaksanaan
eksplorasi dan eksploitasi migas. Disamping itu, dari UU Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertamina (telah
keunggulan lain dari skema PSC adalah pilihan atas dicabut dengan terbitnya UU Nomor 22 Tahun 2001
model PSC karena skema ini tetap mensaratkan tentang Minyak dan Gas Bumi), namun hingga
Pemerintah selaku tuan rumah mempunyai sekarang PP tersebut masih dinyatakan berlaku.
kewenangan manajemen (Lubiantara 2012). Persoalan yang kerap kali muncul di dalam
Di sisi lain, klausul yang diatur di dalam PSC dualisme penyetoran PNBP Migas adalah terkait aspek
setidaknya memberikan keuntungan ganda bagi KKKS likuiditas dan akuntansi. Persoalan likuiditas timbul
(Wibowo 2017). Pertama, kontraktor migas akan karena terpisahnya rekening pengumpulan dana (fund
memperoleh pengembalian seluruh biaya operasional pooling) penerimaan migas, yaitu di Rekening Kas
yang dikeluarkan apabila lifting migas memenuhi Umum Negara (RKUN) dalam Rupiah dan Rekening
aspek ekonomis. Dalam kondisi ini, KKKS akan Migas dalam USD. Tingkat likuiditas pemerintah perlu
memperoleh jaminan pengembalian modal selama dipertahankan dalam level yang mencukupi agar
jangka waktu kontrak (20-30 tahun). Kedua, kewajiban pemerintah sektor migas dapat diselesaikan
perusahaan migas akan memperoleh fasilitas fiskal melalui Rekening Migas. Dengan semakin banyaknya
berupa pembebasan dan penanggungan (assume and penyetoran PNBP migas dalam bentuk rupiah ke
discharge) atas pajak-pajak tidak langsung dan RKUN, mengindikasikan bahwa dana yang disetor
pungutan lainnya. dalam bentuk valas ke Rekening Migas mengecil. Di
Terkait dengan pelaksanaan kebijakan assume tahun 2016, PNBP migas dalam bentuk rupiah tercatat
and discharge (A&D) di atas, Pemerintah harus sebesar Rp35,9 trilyun, sementara dana penerimaan
menyediakan sejumlah dana tertentu setiap tahunnya. migas dalam valas yang berasal dari Rekening Migas
MENYOAL DUALISME KEBIJAKAN PENYETORAN PENERIMAAN Jurnal Manajemen Keuangan Publik
NEGARA SEKTOR HULU MINYAK DAN GAS BUMI Vol.1, No.1, (2017), Hal.47-56
Puji Wibowo
Halaman 49

hanya tercatat ekuivalen Rp31,7 trilyun. Adapun dana konsitusi diatur di dalam UU Migas. Pasal 31 mengatur
yang harus dikeluarkan untuk kewajiban sektor migas bahwa negara memperoleh pajak dan PNBP. Hak
di tahun yang sama dilaporkan sebesar ekuivalen negara yang berasal dari PNBP dinyatakan secara jelas
Rp31,8 trilyun, belum termasuk utang sebesar Rp6,7 di dalam Pasal 31 ayat (3) bahwa PNBP yang dihasilkan
trilyun. terdiri dari (i) bagian negara, (ii) pungutan negara yang
Aspek likuiditas menjadi persoalan menarik berupa iuran tetap dan iuran eksplorasi dan
mengingat dana yang dipergunakan untuk eksploitasi, dan (iii) bonus-bonus. Penerimaan negara
menyelesaikan kewajiban sektor migas sangat yang berasal dari volume lifting migas pada prinsipnya
terbatas, yakni hanya bersumber dari hasil penjualan merupakan bagian negara. Di dalam penjelasan Pasal
lifting migas bagian negara yang masuk ke Rekening 31 ayat (3) dinyatakan bahwa bagian negara
Migas. Oleh karena itu, tingkat likuiditas penyelesaian merupakan bagian produksi yang diserahkan oleh
kewajiban dimaksud bergantung sepenuhnya pada badan usaha atau Bentuk Usaha Tetap (BUT) kepada
kinerja kegiatan usaha hulu migas dan tingkat negara sebagai pemilik sumber daya minyak dan gas
kepatuhan wajib bayar dalam menyelesaikan piutang bumi. Mekanisme penyerahan bagian produksi
negara ke Rekening Migas. Berbeda halnya dengan tersebut termasuk bagaimana Pemerintah menjual
kewajiban Pemerintah non hulu migas yang bagian produksinya kepada pembeli, diatur oleh
diselesaikan melalui Rekening Kas Umum Negara Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
(RKUN). Sepanjang dana di RKUN tersedia dan masih Migas (SKK Migas) yang berkoordinasi dengan
terdapat pagu anggaran, maka Pemerintah dapat Direktorat Jenderal Migas, Kementerian Energi dan
menyelesaikan kewajiban atau komitmen kepada Sumber Daya Mineral (KESDM). Hasil penjualan atas
pihak ketiga. lifting migas tersebut selanjutnya oleh negara setelah
Aspek penting berikutnya adalah terkait melalui earning process akan diakui sebagai
pertanggungjawaban PNBP migas berbasis akrual. pendapatan sumber daya alam minyak bumi dan gas
Salah satu temuan BPK atas Laporan Keuangan bumi dalam kelompok PNBP.
Pemerintah Pusat (LKPP) TA 2015 adalah mengenai
Pada prinsipnya penyetoran penerimaan negara
pengeluaran dari Rekening Migas yang dilakukan tidak
di luar perpajakan yang berasal dari kegiatan usaha
melalui mekanisme APBN. BPK-RI menyarankan agar
hulu migas dapat dipandang dari dua sisi. Pertama,
Menteri Keuangan meninjau kembali kebijakannya
ditinjau dari sisi mata uang, sedangkan yang kedua
atas penggunaan Rekening Migas secara langsung
ditinjau dari sisi rekening tujuan (beneficiary account).
tanpa melalui mekanisme APBN.
Berdasarkan jenis mata uang, dana yang dihasilkan
Isu ini sebelumnya telah diangkat pula dalam
dari kegiatan usaha hulu migas terbagi dua, yakni
temuan BPK dalam LHP LKBUN 2013 menyatakan
Rupiah dan USD. Adapun berdasarkan rekening
perlunya “menetapkan payung hukum yang
tujuan, dana Rupiah disetorkan langsung ke kas negara
diperlukan dalam upaya pengamanan penerimaan
(RKUN), sementara dana valas (USD) disetorkan ke
Negara dari hasil penjualan migas bagian Negara
Rekening Migas. Hal ini sejalan dengan ketentuan PP
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31 ayat (5) UU
Nomor 41 Tahun 1982. PP ini sejatinya disusun untuk
Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
mengatur Pertamina yang pada waktu itu berperan
(UU Migas), yang didalamnya termasuk antara lain
ganda baik sebagai regulator maupun operator
mekanisme offsetting hasil penjualan migas dengan
industri hulu migas.
DMO Fee KKKS”.
Pasal 4 ayat (1) PP 41/1982 mengatur bahwa
1.2. Rumusan Masalah
Pertamina diwajibkan untuk menyetor secara
Berdasarkan uraian di atas, Penulis bermaksud
langsung seluruh hasil ekspor minyak mentah milik
melakukan penelitian dengan fokus permasalahan
Pemerintah yang berasal dari KPS (sebutan untuk KKS
apakah mekanisme penyetoran penerimaan negara
waktu itu) ke Rekening Valuta Asing Departemen
dari kegiatan usaha hulu migas saat ini masih ideal?
Keuangan pada Bank Indonesia setelah diterimanya
Adakah alternatif kebijakan penyetoran penerimaan
pembayaran hasil ekspor tersebut. Yang dimaksud
migas dengan tetap memperhatikan kekhususan
dengan Rekening Valuta Asing pada waktu itu adalah
maupun karakteristik industri hulu migas? Adapun
Rekening Nomor 600.000411980 pada Bank Indonesia
penerimaan negara yang menjadi topik penelitian ini
yang selanjutnya lebih popular dengan sebutan
adalah penerimaan negara di luar pajak yang
Rekening Migas.
bersumber dari volume lifting migas bagian negara
sebagai pelaksanaan PSC. Selanjutnya, pasal 4 ayat (2) PP 41/1982 tersebut
juga mengatur bahwa Pertamina diwajibkan untuk
2. KERANGKA TEORI menyetor nilai minyak mentah milik Pemerintah yang
dipergunakan untuk keperluan pembekalan minyak
PNBP pada prinsipnya merupakan hak negara dalam negeri ke Rekening Bendahara Umum Negara
atau pemerintah pusat di luar perpajakan. Hak negara (rekening kas negara dalam bentuk Rupiah pada saat
yang berasal dari kegiatan usaha hulu migas, secara
MENYOAL DUALISME KEBIJAKAN PENYETORAN PENERIMAAN Jurnal Manajemen Keuangan Publik
NEGARA SEKTOR HULU MINYAK DAN GAS BUMI Vol.1, No.1, (2017), Hal.47-56
Puji Wibowo
Halaman 50

itu) pada Bank Indonesia selambat-lambatnya dalam pengelolaan uang negara antara lain untuk
waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak saat pengambilan meminimalisasi kas menganggur (idle cash) dan
minyak tersebut. mempercepat penyetoran negara. Percepatan
penyetoran negara dibutuhkan agar dana dapat
Di ayat selanjutnya diatur bahwa Pertamina juga
segera dipergunakan untuk membiayai kegiatan
diwajibkan untuk menyetor kewajiban lainnya yang
Pemerintah. Pada praktiknya selama ini, manajemen
terhutang yang merupakan bagian Pemerintah dalam
kas di Rekening Migas menimbulkan idle cash karena
rangka KKS ke Rekening Bendahara Umum Negara dan
sejumlah persoalan. Wibowo (2010) menjelaskan
ke Rekening Valuta Asing Departemen Keuangan pada
bahwa keterlambatan atas pemrosesan dan
Bank Indonesia masing-masing untuk penyetoran
perhitungan pendapatan negara berpotensi menunda
dalam Rupiah dan Valuta Asing, selambat-lambatnya
capaian pendapatan negara yang terkait dengan
satu bulan terhitung sejak saat terjadinya kewajiban
pengelolaan SDA migas.
tersebut. Oleh karena itu, dualisme mekanisme
penyetoran hak negara dari kegiatan usaha hulu migas Lebih lanjut, terkait dengan unsur pengeluaran
di luar perpajakan sebenarnya telah berlangsung lama. negara, Pemerintah perlu melakukan perhitungan
yang cermat atas saat yang tepat untuk melunasi
PP 41/1982 hanya mengatur mengenai tata cara
kewajibannya. Pemerintah dapat saja melunasi
perhitungan dan penyetoran hak negara dari kegiatan
kewajibannya lebih cepat atau lebih lambat jika
usaha hulu migas. PP tersebut tidak mengatur
memang hal tersebut lebih menguntungkan
bagaimana seharusnya Pemerintah menggunakan
(Murwanto, et al. 2006).
dana yang ditampung di dalam Rekening Migas
tersebut. Pengaturan mengenai penggunaan dana di Dengan terbitnya PMK yang mengatur Rekening
dalam Rekening Migas baru hadir di tahun 2009 Migas, maka dipandang perlu untuk menerbitkan
melalui penerbitan Peraturan Menteri Keuangan ketentuan formal yang mengatur mekanisme
(PMK) Nomor 113/PMK.02/2009 tentang Rekening penyelesaian untuk masing-masing kewajiban sektor
Minyak dan Gas Bumi. migas. Pembayaran PBB Migas diatur di dalam PMK
Nomor 26/PMK.03/2015, pembayaran DMO fee dan
Pengelolaan dana yang ditampung di dalam
underlifting KKKS diatur di dalam PMK Nomor
Rekening Migas pada akhirnya berjalan sangat
230/PMK.02/2015, reimbursement PPN diatur di
dinamis. Setelah PMK 113 Tahun 2009 terbit,
dalam PMK Nomor 158/PMK.02/2016, dan pajak
Kementerian Keuangan melakukan penyempurnaan
daerah diatur di dalam PMK Nomor 9/PMK.02/2016.
beberapa kali, terakhir dengan PMK Nomor
Untuk peraturan perundangan yang mengatur fee
178/PMK.02/2015. Ketentuan PMK 178 Tahun 2015
penjualan migas bagian negara, sampai saat ini masih
antara lain mengatur bahwa penerimaan pada
dalam pembahasan intensif internal Pemerintah.
Rekening Migas berasal dari Bagian Pemerintah dari
Sumber Daya Alam (SDA) yang berupa hasil penjualan Terlepas dari perangkat hukum yang dapat
minyak mentah, gas alam, dan overlifting KKKS. Yang dianggap relatif lengkap dari sisi pengeluaran dana di
dimaksud dengan overlifting KKKS adalah kontraktor Rekening Migas, mekanisme penyetoran yang diatur di
migas mengambil lifting tahun sebelumnya lebih tinggi dalam PP 41 Tahun 1982 masih menyisakan sejumlah
dari proporsi yang diatur di dalam KKS, sehingga harus persoalan. Polemik yang sering menjadi bahan diskusi
dikembalikan ke negara dalam bentuk tunai. berkepanjangan dengan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) antara lain mengenai relevansi pengaturan
Selanjutnya, dana yang tersedia di Rekening
penerimaan migas dengan ketentuan peraturan di
Migas tersebut dipergunakan untuk melakukan
bidang PNBP. PP 41 Tahun 1982 terbit jauh sebelum
penyelesaian kewajiban sektor migas dan penyetoran
diluncurkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun
PNBP SDA Migas ke RKUN. Kewajiban sektor migas
1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.
yang didanai dari Rekening Migas meliputi Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), reimbursement Pajak Isu yang sering hangat diperdebatkan adalah
Pertambahan Nilai (PPN), dan pajak daerah (pajak mengenai dua hal yaitu jatuh tempo dan ketentuan
penerangan jalan, pajak air tanah, dan pajak air denda. Di dalam PP 41 Tahun 1982 jatuh tempo
permukaan). Adapun pengeluaran non perpajakan penyetoran hak negara secara umum ditetapkan satu
terdiri dari Domestic Market Obligation (DMO) fee, bulan untuk pengambilan minyak mentah domestik
underlifting KKKS (dalam hal ini Pemerintah yang yang dikirim ke kilang pertamina. Adapun jatuh tempo
mengambil lebih), fee kegiatan hulu minyak dan gas untuk setoran ke Rekening Migas dalam valas tidak
bumi, dan kewajiban lainnya (Affan dan Yunianto diatur secara eksplisit. Oleh karena itu, terdapat
2010). unequal treatment antara setoran Rupiah dan valas.
Penampungan dana di Rekening Migas Di sisi lain, ketentuan jatuh tempo akan
sebernarnya tidak steril dari permasalahan. berkorelasi terhadap denda. UU PNBP dan peraturan
Murwanto, et al. (2006) menyatakan bahwa tujuan pelaksanaannya, antara lain PP Nomor 29 Tahun 2009
MENYOAL DUALISME KEBIJAKAN PENYETORAN PENERIMAAN Jurnal Manajemen Keuangan Publik
NEGARA SEKTOR HULU MINYAK DAN GAS BUMI Vol.1, No.1, (2017), Hal.47-56
Puji Wibowo
Halaman 51

mengatur bahwa terhadap pendundaan pembayaran Rekening Migas, belum dapat dicatat sebagai realisasi
(pembayaran PNBP melampaui jatuh tempo-30 hari), pendapatan PNBP. Hal ini karena Rekening Migas
wajib bayar akan dikenakan denda 2 persen dari bukan merupakan revenue recognition point dalam
bagian yang terutang. Ketentuan ini tidak diatur secara sistem akuntansi pemerintah pusat. Ketentuan
tegas di dalam PP 41 Tahun 1982. Mengingat kegiatan pengakuan pendapatan PNBP migas diatur secara jelas
usaha hulu migas berbasis KKS, pengaturan mengenai dan tegas dalam PMK Nomor 124/PMK.02/2016
denda seyogianya juga diatur di dalam kontrak yang tentang Petunjuk Teknis Akuntansi Penerimaan
disepakati oleh Pemerintah dan kontraktor migas. Negara Bukan Pajak dari Kegiatan Usaha Hulu Migas.
Implikasi akuntansi yang berbeda antara setoran
Problem berikutnya yang sering dipersoalkan
Rupiah ke RKUN dan setoran valas ke Rekening Migas
oleh BPK dalam proses pemeriksaan LKPP adalah
berujung pada persoalan ketersediaan dana untuk
tertundanya realisasi pendapatan negara.
penyelesaian kewajiban sektor hulu migas. Apakah
Pengeluaran dana berupa penyetoran PNBP SDA
dana yang sudah disetor sebagai PNBP dapat
migas ke RKUN dilakukan secara periodik (umumnya
‘digunakan’ untuk membayar kewajiban sektor hulu
bulanan) setelah dana untuk kewajiban Pemerintah
migas? Pertanyaan ini relevan mengingat manakala
yang akan dikeluarkan dari Rekening Migas
dana di dalam Rekening Migas tidak berada dalam
dialokasikan dan/atau dibayarkan kepada
jumlah yang memadai untuk penyelesaian kewajiban
beneficiaries. Perhitungan hak dan kewajiban negara
Pemerintah sektor hulu migas, apa yang sebaiknya
dari kegiatan usaha hulu migas, untuk selanjutnya
dilakukan oleh Pemerintah? Isu inilah yang seyogianya
menyetorkan hasil neto perhitungan ke RKUN dikenal
dapat didiskusikan bersama antara Pemerintah
dengan mekanisme earning process. Mekanisme
dengan BPK agar memperoleh kesepahaman dan
inilah yang sering dikenal dengan asas neto
bahkan mungkin kesepakatan.
penerimaan migas. Tertundanya realisasi pendapatan
negara seringkali juga disebabkan oleh jenis setoran Dengan adanya mekanisme billing dalam Sistem
dan nama wajib bayar penyetor yang kerap kali tidak Informasi PNBP Online (SIMPONI) yang terintegrasi
teridentifikasi secara jelas. Demikian isu yang sering dengan Modul Penerimaan Negara Generasi 2 (MPN
muncul dalam LHP BPK dalam lima tahun terakhir. G2), penyetoran pendapatan PNBP ke RKUN harus
dilakukan melalui bank persepsi dengan terlebih
Penggunaan dana hasil penjualan migas bagian
dahulu melakukan input data untuk create billing.
negara dari Rekening Migas untuk menyelesaikan
Mekanisme ini ditempuh antara lain agar Kementerian
kewajiban sektor hulu migas dapat dikatakan sebagai
Keuangan memperoleh data wajib bayar dan jenis
uncommon practice. Dana di Rekening Migas pada
setoran PNBP yang selama ini kerap kali menjadi
prinsipnya merupakan cikal bakal PNBP migas karena
persoalan. Setoran pendapatan negara melalui MPN
harus memperhitungkan terlebih dahulu tagihan yang
G2 akan disahkan oleh negara dalam bentuk
harus diselesaikan dalam rangka pelaksanaan skema
penerbitan Nomor Transaksi Penerimaan Negara
A&D. Mengenai penggunaan dana PNBP sebernaya
(NTPN). Penyetoran dana hasil kegiatan usaha hulu
diatur bahwa pada prinsipnya instansi yang mengelola
migas Rekening Migas tidak memperoleh NTPN karena
PNBP dapat menggunakan sebagian dana dari PNBP
belum dianggap sebagai pendapatan negara. Bahkan,
yang dihasilkan. Sebagaimana dinyatakan di dalam
ketika terdapat sisa dana dalam periode tertentu
Pasal 8 UU PNBP, dana tersebut dapat digunakan
untuk dipindahbukukan ke RKUN sebagai PNBP migas,
sebagian untuk jenis kegiatan tertentu. Dengan tetap
pendapatan tersebut tidak memperoleh NTPN
memenuhi ketentuan mekanisme APBN dan
sebagaimana setoran langsung ke RKUN melalui bank
penyetoran secepatnya ke kas negara, sebagian dana
persepsi.
dari suatu jenis PNBP dapat digunakan untuk kegiatan
tertentu seperti (a) penelitian dan pengembangan
teknologi; (b) pelayanan kesehatan; (c) pendidikan dan 3. METODOLOGI PENELITIAN
pelatihan; (d) penegakan hukum; (e) pelayanan yang Penulis menggunakan metode riset kualitatif
melibatkan kemampuan intelektual tertentu; dan (f) dengan menggunakan data sekunder dan data primer.
pelestarian sumber daya alam. Analisis deskriptif atas proses binsis penyetoran
Dualisme mekanisme penyetoran dan penerapan penerimaan migas dilakukan melalui tinjauan literatur
asas neto dalam penerimaan migas tersebut di atas dan wawancara. Literatur yang dikaji oleh penulis
dapat dikatakan tak luput dari persoalan akuntansi. antara lain berupa data sekunder yang terdiri dari LHP
Dana hasil penjualan lifting minyak bumi dalam Rupiah BPK atas LKPP dan LKBUN, buku-buku terkait kegiatan
yang disetor langsung ke RKUN dapat langsung diakui usaha hulu migas, PNBP, ketentuan perundangan di
sebagai pendapatan negara. Hal ini sejalan dengan bidang keuangan negara, dan artikel ilmiah. Adapun
ketentuan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) data primer diperoleh dari wawancara yang dilakukan
sebagaimana dimaksud di dalam PP Nomor 71 Tahun dengan para pihak yang mengangani langsung
2010. Sebaliknya, dana yang ditampung di dalam penatausahaan setoran penerimaan migas di
Kementerian Keuangan.
MENYOAL DUALISME KEBIJAKAN PENYETORAN PENERIMAAN Jurnal Manajemen Keuangan Publik
NEGARA SEKTOR HULU MINYAK DAN GAS BUMI Vol.1, No.1, (2017), Hal.47-56
Puji Wibowo
Halaman 52

Objek penelitian ini adalah Direktorat masuknya dana lifting migas di RKUN sebagai
Penerimaan Negara Bukan Pajak Direktorat Jenderal pendapatan negara, dana tersebut merupakan general
Anggaran (Dit. PNBP-DJA) yang mempunyai tugas dan fund bagi Pemerintah untuk mendanai kegiatan
fungsi dalam monitoring setoran PNBP Migas dan pemerintahan. Tidak ada ketentuan hingga saat ini
Direktorat Pengelolaan Kas Negara Ditjen bahwa dana yang telah disetorkan ke RKUN sebagai
Perbendaharaan yang antara lain berwenang atas PNBP migas dapat digunakan untuk kegiatan tertentu
pengeluaran dana dari Rekening Migas. sebagaimana diperkenankan di dalam UU PNBP.
Beda halnya dengan setoran valas ke Rekening
4. HASIL PENELITIAN Migas. Setoran tersebut dari perspektif hukum
keuangan negara belum dapat dianggap sebagai PNBP.
Sumber penerimaan migas saat ini masih berasal Sesuai penjelasan pejabat penatausahaan PNBP migas
dari penerimaan Rupiah dan valas (USD). Penerimaan di DJA, setoran valas dari lifting migas bagian negara
migas dalam bentuk rupiah disetorkan oleh PT belum sepenuhnya menjadi hak negara karena di
Pertamina (Persero) selaku pembeli utama minyak dalamnya masih terdapat hak-hak kontraktor dan hak
mentah bagian negara. Setoran dimaksud dilakukan ke pemerintah daerah serta pihak lain, yang harus
kas negara melalui bank persepsi. Mekansime dialokasikan atau disisihkan terlebih dahulu. Setoran
penyetoran melalui bank persepsi telah sejalan dana valas ke Rekening Migas sering disebut dengan
dengan ketentuan perundangan yang mengatur penerimaan migas, oleh karena itu penerimaan migas
penerimaan negara secara elektronik. Disamping itu, belum dapat diklasifikasikan sebagai pendapatan
setoran dalam bentuk Rupiah sebenarnya juga negara (PNBP). Dengan tidak terpenuhinya kriteria
merupakan hal yang disepakati dalam kontrak antara sebagai PNBP, penerimaan migas menjadi jenis
SKK Migas dengan PT Pertamina (Persero) selaku penerimaan negara yang memperoleh ‘kekhususan’.
penjual migas bagian negara yang ditunjuk oleh Terlebih penerimaan migas dimaksud berasal dari
Pemerintah. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam pelaksanaan KKS. Ketentuan yang diatur di dalam KKS
Seller Appointment Agreement (SAA) yang memuat dapat dipandang sebagai lex specialis oleh sebagaian
keseluruhan hak dan kewajiban antara SKK Migas praktisi keuangan negara.
dengan PT Pertamina (Persero) terkait penjualan ‘Kekhususan’ yang sering dianggap identik
lifting migas bagian negara, khususnya yang berasal dengan penerimaan migas dengan KKS-nya antara lain
dari volume minyak mentah dan kondensat. meliputi ketentuan jatuh tempo dan pengenaan sanksi
Adapun penerimaan dalam bentuk valas yang denda administrasi atas keterlambatan pembayaran.
disetorkan ke Rekening Migas berasal dari hasil Penerimaan migas tidak sepenuhnya berkiblat pada
penjualan lifting minyak bumi ke kilang non Pertamina, ketentuan perundangan di bidang PNBP. Oleh karena
lifting gas bumi, dan setoran overlifting KKKS. Setoran itu, menurut pejabat penatausahaan penerimaan
tersebut menjadi sumber pendanaan Pemerintah migas, norma jatuh tempo dan sanksi denda seringkali
dalam menyelesaikan kewajiban sektor migas yang tidak sejalan dengan ketentuan PNBP. Sebagai contoh,
berupa insentif perpajakan dan non perpajakan. ketentuan penyetoran untuk hak negara yang berasal
Namun demikian, menurut penulis, sumber dari kilang LNG dapat ditetapkan lebih dari 30 hari
pendanaan untuk penyelesaian kewajiban sektor hulu sejak pengiriman, sepanjang diatur di dalam SAA dan
migas sebenarnya tidak hanya bersumber dari kontrak Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG).
Rekening Migas. Hal ini karena ketentuan A&D tidak Disamping itu, keterlambatan penyetoran
membedakan sumber dana penyelesaian apakah overlifting KKKS juga tidak berdampak pada
berasal dari Rupiah di RKUN maupun USD di Rekening pengenaan denda. Hal ini karena adanya penerapan
Migas. Kedua setoran tersebut pada prinsipnya asas resiprokal di dalam KKS, dimana apabila sanksi
merupakan bagian negara dari kegiatan usaha hulu keterlambatan dikenakan untuk overlifting KKKS,
migas yang berasal dari penjualan lifting migas. Kondisi seyogianya sanksi serupa juga dikenakan untuk
ini yang selalu memunculkan persoalan baik dari aspek overlifting Pemerintah (underlifting KKKS). Praktik
hukum keuangan negara maupun likuiditas. yang demikian pernah dipersoalkan dalam proses
pemeriksaan LKPP oleh BPK. Menurut BPK, perlu
4.1. Permasalahan dibuat suatu mekanisme formal yang memastikan
Persoalan aspek hukum keuangan negara bahwa hak negara dapat diterima pada waktunya dan
muncul karena dua tempat penyetoran yang berbeda menihilkan kerugian negara. Ketiadaan norma sanksi
(RKUN dan Rekening Migas) berdampak pada denda atas keterlambatan penyetoran overlifting KKKS
klasifikasi jenis penerimaan negara. Setoran hak dapat dianggap merugikan negara karena uang negara
negara dari lifting migas ke RKUN melalui bank persepi tidak dapat diterima sesuai waktunya dan Pemerintah
dapat ditetapkan atau diakui sebagai PNBP migas tidak menerima kompensasi atas keterlambatan
dengan terbitnya NTPN. Hal ini merupakan dimaksud.
konsekuensi dari penerapan basis kas untuk Dengan adanya ketidaklaziman praktik
pengakuan realisasi pendapatan APBN. Dengan pengelolaan penerimaan negara di atas, timbul
MENYOAL DUALISME KEBIJAKAN PENYETORAN PENERIMAAN Jurnal Manajemen Keuangan Publik
NEGARA SEKTOR HULU MINYAK DAN GAS BUMI Vol.1, No.1, (2017), Hal.47-56
Puji Wibowo
Halaman 53

pertanyaan bahwa sebenarnya penerimaan migas BUMN yang pernah menjadi raja migas di tanah air ini
tersebut diklasifikasikan dalam kelompok pendapatan dicatat sebagai pendapatan PNBP SDA minyak bumi.
negara yang mana? Mengingat pendapatan negara Praktik pembayaran dalam bentuk Rupiah oleh PT
dalam APBN hanya terdiri dari pajak, PNBP, dan hibah, Pertamina (Persero) telah berlangsung sejak lama,
maka penerimaan migas, menurut penulis, tidak dapat sehingga kebijakan ini tidak akan berpengaruh
dikelompokkan ke dalam salah satu item pendapan terhadap proses bisinis korporasi yang ada di
negara di atas. Yang paling mendekati adalah bahwa perusahaan tersebut.
penerimaan migas yang disetor ke Rekening Migas Di sisi lain, pembayaran yang diterima dalam
merupakan sebuah potensi PNBP migas. Penerimaan bentuk valas umumnya berasal dari transaksi
migas dapat menghasilkan PNBP manakala hasil penjualan gas bumi baik berupa natural gas, LPG,
perhitungan antara hak dan kewajiban Pemerintah maupun LPG dan penjualan minyak bumi ke kilang non
sektor hulu migas (penerimaan migas neto) dalam Pertamina. Dengan tetap mempertahankan nilai
periode satu tahun anggaran menghasilkan saldo valuta asing untuk transaksi gas dan minyak non
positif. Sebaliknya, apabila dana yang tersedia di Pertamina, SKK Migas tidak perlu melakukan
Rekening Migas tidak dapat sepenuhnya menutup amandemen SAA maupun PJBG yang selama ini
kewajiban sektor hulu migas, maka penerimaan migas digunakan oleh wajib bayar sebagai rujukan dalam
dalam satu tahun anggaran tidak dapat ditransfer ke pembayaran hak negara.
RKUN sebagai PNBP migas. Isu likuiditas ini yang Dari sisi Pemerintah, penggunaan dua mata
kerapkali berujung pada praktik window dressing uang yang berbeda tetap dimungkinkan mengingat
akuntansi pada akhir tahun berupa koreksi saat ini sudah terdapat bank persepsi yang dapat
pembukuan (reklasifikasi akun pendapatan). menangani transaksi pendapatan negara dalam
Persoalan likuidtas memang terutama bentuk valuta asing. Keunggulan dari mekanisme ini
disebabkan oleh adanya dualisme sistem penyetoran. adalah seluruh transaksi penerimaan negara dari
Setoran rupiah yang langsung ke kas negara melalui kegiatan usaha hulu migas akan memperoleh NTPN
bank persepsi dan setoran valas ke Rekening Migas sehingga menghasilkan informasi yang lebih valid,
berdampak pada tidak utuhnya dana yang terkumpul terintegrasi dan akuntabel. Dengan penyatuan fund
di Rekening Migas yang digunakan untuk membayar pooling ke dalam RKUN melalui bank persepsi juga
kewajiban Pemerintah. Sejatinya, kedua dana tersebut meniadakan persoalan tertundanya realisasi
baik Rupiah maupun valas, sama-sama digunakan pendapatan negara. Selama ini, sebagian dana PNBP
sebagian untuk penyelesaian kewajiban Pemerintah. migas tertunda penyetorannya ke RKUN karena harus
Belum adanya potensi opportunity cost akibat dana ditampung terlebih dahulu di Rekening Migas.
yang idle di Rekening Migas. Besaran imbalan Tertundanya realisasi pendapatan negara bahkan bisa
(remunerasi) yang diperoleh dari Bank Indonesia atas memakan waktu berbulan-bulan apabila jenis setoran
dana tersebut belum sebanding dengan multiplier di Rekening Migas tidak teridentifikasi peruntukannya.
effect yang akan diperoleh apabila dana penerimaan Isu penting yang perlu diperhatikan terkait
migas dimanfaatkan untuk pendanaan APBN, implementasi one-step transfer adalah sumber
khususnya untuk percepatan pembangunan pendanaan bagi Pemerintah untuk menyelesaikan
infrastruktur. kewajiban sektor migas yang berupa PBB migas,
Polemik atas dualisme kebijakan penyetoran reimbursement PPN, pajak daerah, dan fee kegiatan
penerimaan migas di atas, menurut penulis, dapat usaha hulu migas. Apabila saat ini Pemerintah
diselesaikan dengan mempertimbangkan dua menggunakan mekanisme off-budget dengan
alternatif berikut ini. Kedua opsi tersebut adalah (i) hak mengandalkan dana dari Rekening Migas, maka hal ini
negara dari lifting migas disetor seluruhnya ke RKUN tidak lagi dapat ditempuh apabila skema one-step
melalui bank persepsi (one-step transfer) atau (ii) hak transfer diterapkan. Fleksibilitas penggunaan dana di
negara dari lifting migas disetor seluruhnya dalam Rekening Migas tidak lagi dapat dinikmati apabila
valas ke Rekening Migas (two-step transfer). Pemerintah menutup rekening ini dan mengalihkan
seluruh sumber pendanaan kewajiban sektor migas
4.2. Mekanisme Setoran ke RKUN via Bank Persepsi kepada mekanisme APBN.
(One-Step Transfer) Terdapat dua opsi pendanaan untuk beban
Mekanisme one-step transfer mensaratkan Pemerintah sektor migas apabila penyetoran
bahwa seluruh hasil penjualan lifting migas bagian penerimaan migas tidak lagi melalui Rekening Migas.
negara disetor ke RKUN melalui bank persepsi baik Pilihan kebijakan tersebut adalah berupa skema
dalam mata uang Rupiah maupun USD. Model ini penggunaan dana PNBP ataupun opsi alokasi dana
mengindikasikan bahwa setoran ke RKUN langsung non-PNBP (sering dikenal dengan istilah “Rupiah
dapat diakui sebagai pendapatan negara. Hasil Murni” atau RM) melalui mekanisme APBN. Kedua
penjualan dalam mata uang Rupiah selama ini berasal alternatif kebijakan tersebut berimplikasi pada
dari transaksi pengiriman minyak mentah ke kilang PT keharusan penggunaan dokumen anggaran berupa
Pertamina (Persero). Pembayaran yang diterima dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Namun
MENYOAL DUALISME KEBIJAKAN PENYETORAN PENERIMAAN Jurnal Manajemen Keuangan Publik
NEGARA SEKTOR HULU MINYAK DAN GAS BUMI Vol.1, No.1, (2017), Hal.47-56
Puji Wibowo
Halaman 54

demikian, terdapat dampak fiskal yang perlu dicermati Kedua, terkait mekanisme penggunaan dana
atas dua opsi tersebut. Meningkatnya mandatory PNBP. Prosedur maupun tata cara penggunaan PNBP
spending yang besarannya merupakan persentase migas akan berujung justifikasi kegiatan mana yang
tertentu dari jumlah belanja Pemerintah Pusat adalah dapat didanai oleh PNBP sesuai ketentuan UU PNBP
implikasi fiskal yang tidak terhindarkan. dan PP 73 Tahun 1999. Mengacu ketentuan tersebut,
Skema penggunaan dana PNBP merupakan kegiatan tertentu yang dapat didanai dengan PNBP
pilihan yang lebih sulit dibanding dana RM. Sesuai adalah (a) penelitian dan pengembangan teknologi; (b)
ketentuan UU PNBP dan PP Nomor 73 Tahun 1999 pelayanan kesehatan; (c) pendidikan dan pelatihan; (d)
yang mengatur mekanisme penggunaan PNBP, penegakan hukum; (e) pelayanan yang melibatkan
instansi pemerintah yang mengelola PNBP secara kemampuan intelektual tertentu; dan (f) pelestarian
prinsip dapat menggunakan sebagian dana PNBP sumber daya alam.
dengan persetujuan Menteri Keuangan. Penggunaan Menurut penulis, kewajiban pemerintah sektor
dana tersebut dimaksudkan untuk mendukung migas tidak dapat digolongkan sebagai kegiatan yang
operasional kegiatan layanan masyarakat berbasis dapat didanai dengan PNBP sebagaimana 8 item
PNBP. Apabila dana PNBP migas akan digunakan untuk kegiatan di atas. Kondisi ini dapat dipahami mengingat
menyelesaikan kewajiban Pemerintah sektor migas, pada saat penyusunan UU PNBP tahun 1997 yang
terdapat beberapa atribut yang harus dilengkapi silam, diduga pemerintah hanya berusaha
terlebih dahulu. mengakomodasi berbagai jenis kegiatan yang
Pertama, atribut hukum. Perlu adanya diselenggarakan oleh instansi pemerintah untuk
penegasan di dalam ketentuan perundangan di bidang menghasilkan PNBP. Mengingat penerimaan migas
PNBP bahwa pendapatan dari hasil penjualan lifting pada waktu itu masih diragukan ‘keabsahannya’
migas merupakan PNBP. Penegasan ini diperlukan sebagai PNBP (karena banyak terdapat unsur
mengingat UU PNBP secara tersirat tidak ‘merestui’ perpajakannya), maka kegiatan yang terkait penjualan
pendapatan dimaksud sebagai bagian dari PNBP. Di lifting migas bagian negara tidak ditampung dalam
dalam penjelasan pasal 2 UU PNBP diperoleh informasi kelompok kegiatan yang dapat didanai dengan PNBP.
bahwa walaupun sesuai dengan Undang-undang Oleh karena itu revisi UU PNBP yang saat ini sedang
Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertamina, di dalam dibahas di parlemen seyogianya bisa mencari jalan
penerimaan minyak dan gas bumi terdapat unsur keluar bagi persoalan penerimaan migas baik dari sisi
royalti (merupakan salah satu jenis PNBP), namun status pendapatann maupun dari sisi penggunaan
karena di dalamnya terkandung banyak unsur-unsur dana.
perpajakan (kewajiban Pemerintah sektor migas), Opsi berikutnya adalah penggunaan dana non
maka penerimaan yang merupakan bagian PNBP atau RM. Alternatif ini relatif tidak
Pemerintah dari minyak dan gas bumi tidak termasuk membutuhkan penegasan hukum karena aturan main
jenis PNBP. Sebaliknya, klaim atas pendapatan minyak maupun kaidah RM lebih lengkap dibanding dengan
dan gas bumi sebagai bagian dari PNBP justru datang PNBP. Apabila RM digunakan untuk membayar
dari UU Migas 2001 dan UU APBN yang terbit setiap kewajiban sektor migas, yang paling dibutuhkan oleh
tahun. Di sinilah penulis melihat terdapat inkonsistensi Pemerintah adalah klasifikasi belanja untuk seluruh
hukum yang perlu diluruskan. jenis kewajiban sektor migas baik kewajiban
Ambiguitas status penerimaan migas dalam perpajakan maupun non perpajakan. Untuk kewajiban
klasifikasi PNBP bahkan didukung dengan fakta bahwa perpajakan, Pemerintah perlu mengkaji kembali
hingga saat ini belum terdapat Peraturan Pemerintah dampak belanja APBN untuk reimbursement PPN dan
(PP) yang menetapkan pendapatan dari hasil PBB migas terhadap proses bisnis pemungutan pajak
penjualan lifting migas sebagai PNBP. Hal ini tentu saja di tanah air. Apakah dimungkinkan Pemerintah
bertolak belakang dengan ketentuan UU PNBP bahwa menempuh kebijakan PBB migas Ditanggung
segala pungutan di luar pajak itu ditetapkan dengan Pemerintah (PBB DTP) sebagaimana PPh dapat
PP. Ketiadaan PP untuk jenis dan tarif atas pendapatan ditanggung oleh Pemerintah (untuk kasus sektor panas
hasil penjualan lifting migas menyebabkan jenis PNBP bumi). Secara ringkas, skema one-step transfer tersaji
migas ini bagaikan pendapatan negara yang tidak pada Gambar 1 berikut ini. Di dalam Gambar 1
memiliki jati diri. PP yang mengatur jenis dan tarif tersebut terlihat bahwa one-step transfer dapat
PNBP secara umum mengatur tentang jenis-jenis PNBP disebut juga sebagai direct transfer karena penyetoran
yang dipungut oleh Pemerintah, besaran tarif PNBP, dana langsung disertanya pengakuan pendapatan
beserta instansi pemungutnya. Oleh karena itu, sulit PNBP migas.
rasanya dimintakan persetujuan penggunaan kepada
Menteri Keuangan sepanjang belum ada PP yang
menetapkan pendapatan hasil penjualan lifting migas
tersebut merupakan suatu jenis PNBP yang dikelola
oleh instansi pemerintah tertentu.
MENYOAL DUALISME KEBIJAKAN PENYETORAN PENERIMAAN Jurnal Manajemen Keuangan Publik
NEGARA SEKTOR HULU MINYAK DAN GAS BUMI Vol.1, No.1, (2017), Hal.47-56
Puji Wibowo
Halaman 55

Pengalihan tempat setoran untuk hasil penjualan


lifting minyak bumi dalam bentuk Rupiah (kewajiban
Pertamina) yang semula langsung ke RKUN menjadi ke
4.3. Mekanisme Setoran Valas ke Rekening Migas
Rekening Migas dalam valas USD juga tidak luput dari
(Two-Step Transfer)
potensi permasalahan. Adanya keharusan setoran dari
Mekanisme two-step transfer mensaratkan PT Pertamina (Persero) dari semula mata uang Rupiah
bahwa seluruh hasil penjualan lifting migas bagian menjadi mata uang USD sedikit banyak akan
negara disetorkan ke Rekening migas dalam valas USD. mempengaruhi tingkat permintaan mata uang USD di
Skema ini mengandung pengertian bahwa untuk dalam negeri. Disamping itu, SAA yang mengatur yang
dicatat sebagai PNBP dalam APBN, diperlukan dua antara lain mengatur mekanisme penyetoran hak
tahap penyetoran. Tahap pertama adalah setoran dari negara dari lifting minyak bumi oleh PT Pertamina
wajib bayar ke Rekening Migas. Tahap kedua adalah, (Persero) dengan sendirinya perlu diamandemen.
saldo dana penerimaan migas dalam periode tertentu,
Dibandingkan dengan mekanisme one-step
ditransfer atau dipindahbukukan dari Rekening Migas
transfer, skema two-step transfer menurut penulis
ke RKUN. Saldo dana penerimaan migas dapat
lebih layak untuk dipertimbangkan. Hal ini karena
ditransfer ke RKUN apabila dalam periode tertentu
konsekuensi atas implementasi skema full transfer
tersebut, kewajiban Pemerintah sektor migas sudah
dalam valas tidak banyak berimplikasi pada postur
dibayar atau diperhitungkan (dialokasikan). Semakin
APBN. Disamping itu, skema ini lebih meningkatkan
banyak kewajiban yang harus dibayar, semakin kecil
tingkat likuiditas dan kemudahan analisis kinerja
PNBP migas yang dapat direalisasikan. Semakin lama
penerimaan negara hulu migas. Seluruh hak negara
proses perhitungan kewajiban Pemerintah sektor
dapat sepenuhnya dipantau melalui Rekening Migas.
migas, kian lama pula tertundanya realisasi
pendapatan negara. Secara umum, proses bisnis Namun demikian, alternatif two-step transfer ini
mekanisme two-step transfer dapat dilihat pada perlu didukung dengan sistem informasi yang andal
Gambar 2 berikut ini. Dari Gambar 2 tersebut terlihat demi kemudahan monitoring penerimaan migas.
bahwa two-step transfer dapat disebut juga sebagai Selama ini, menurut penjelasan pejabat
indirect transfer. Hal ini karena dana yang ditransfer ke penatausahaan penerimaan migas, monitoring
Rekening Minyak dan Gas Bumi tidak serta merta setoran dilakukan melalui dokume rekening Koran
diakui sebagai pendapatan PNBP migas. Dana tersebut yang diperoleh dari Direktorat Pengelolaan Kas Negara
akan ditransfer ke RKUN dan diakui sebagai secara periodic (minimal satu bulan sekali). Sistem
pendapatan negara setelah Pemerintah monitoring juga harus tetap didukung dengan
mengalokasikan atau membayar kewajibannya. kodefikasi pembayaran sebagaimana billing system
yang diterpkan SIMPONI. Sistem informasi di
Kementerian Keuangan tersebut perlu juga
diintegrasikan dengan sistem lain yang ada pada
stakeholders terkait seperti SKK Migas dan Ditjen
Migas. Sejak tahun 2014, telah dilaksanakan
pembangunan sistem informasi terintegrasi antara
SKK Migas dengan Kementerian Keuangan (Ditjen
Anggaran, Ditjen Pajak, dan Ditjen Kekayaan Negara).
Belakangan hari, Ditjen Perimbangan Keuangan dan
MENYOAL DUALISME KEBIJAKAN PENYETORAN PENERIMAAN Jurnal Manajemen Keuangan Publik
NEGARA SEKTOR HULU MINYAK DAN GAS BUMI Vol.1, No.1, (2017), Hal.47-56
Puji Wibowo
Halaman 56

Ditjen Migas turut serta dalam proses pengembangan


sistem informasi dimaksud.
Kehadiran sistem informasi dimaksud perlu DAFTAR PUSTAKA (REFERENCES)
dilengkapi pula dengan peraturan formal yang
mengatur kewenangan dan tanggung jawab masing- Affan dan Yunianto, Roolis. (2010). Penerimaan
masing pihak, khususnya dalam hal pemanfaatan dan Sumber Daya Alam Migas. Peranan Strategis
pertukaran data. Tantangan yang dihadapi barangkali PNBP dalam APBN. Jakarta: Direktorat Jenderal
adalah percepatan verifikasi tagihan kewajiban sektor Anggaran.
migas agar dana di Rekening Migas dapat segera Lubiantara, Benny. (2012). Ekonomi Migas: Tinjauan
ditransfer ke RKUN sebagai pendapatan PNBP migas. Aspek Komersial Kontrak Migas. Jakarta: PT
Gramedia Mediasarana Indonesia.
Murwanto, Rachmadi, Insyafiah, dan Subkhan. (2006).
Manajemen Kas Sektor Publik. Jakarta: Lembaga
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi
Pemerintah (LPKPAP) Badan Pendidikan dan
Berdasarkan hasil penelitian kami dapat
Pelatihan Keuangan (BPPK).
disimpulkan bahwa pada prinsipnya dualisme
Pudyantoro, A., Rinto. (2013). A to Z Bisnis Hulu Migas.
kebijakan penyetoran migas masih menyisakan
Jakarta Selatan: Petromindo.
persoalan hingga saat ini. Permasalahan yang sering
Wibowo, Puji. (2017). Polemik Kebijakan Akuntansi
dibicarakan bersama auditor BPK antara lain berupa
Penerimaan Negara Bukan Pajak Sektor Hulu
kebijakan yang perlu ditempuh Pemerintah apabila
Migas. Prosiding Konferensi Regional Akuntan IV.
dana di Rekening Migas tidak dapat sepenuhnya
Wibowo, Puji. (2010). Peranan Rekening Migas dalam
digunakan untuk membayar kewajiban sektor migas.
Optimalisasi Pendapatan Negara. The Indonesian
Apakah praktik koreksi akuntansi tiap akhir tahun akan
Budget Overview. Jakarta : Direktorat Jenderal
menjadi sebuah kelaziman atau sesuatu yang
Anggaran.
sebenarnya dapat ditiadakan di kemudian hari.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang
Untuk mengakhiri dualisme dimaksud, terdapat
Penerimaan Negara Bukan Pajak.
dua opsi penyatuan dana penerimaan migas. Pilihan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
kebijakan tersebut adalah apakah seluruh dana disetor
Minyak dang Gas Bumi.
ke RKUN melalui bank persepsi atau disetorkan ke
Pemerintah Indonesia. (1982). Peraturan Pemerintah
Rekening Migas. Pengalihan setoran dari Rekening
Nomor 41 Tahun 1982 tentang Kewajiban dan
Migas ke RKUN akan memunculkan isu penggunaan
Tata Cara Penyetoran Pendapatan Pemerintah
dana apakah menempuh jalur rezim PNBP atau
dari Hasil Operasi Pertamina Sendiri dan Kontrak
keuangan negara pada umumnya (RM). Disamping
Production Sharing.
masalah status PNBP migas yang perlu dipayungi
Pemerintah Indonesia. (1999). Peraturan Pemeritah
dengan landasan hukum yang kuat. Adapun
Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara
pengalihan setoran dari RKUN ke Rekening Migas akan
Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak
berdampak pada potensi meningkatnya permintaan
Yang Bersumber Dari Kegiatan Tertentu.
mata uang USD di tanah air. Apakah cukup signifikan?
Pemerintah Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah
Hal ini sangat tergantung dengan perkembangan
Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara
harga minyak mentah Indonesia dan lifting migas.
Penentuan Jumlah, Pembayaran, Dan
Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak.
6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN Kementerian Keuangan RI. (2015). Peraturan Menteri
Perbaikan kebijakan penyetoran penerimaan Keuangan Nomor 178/PMK.02/2015 tentang
migas mensaratkan penyempurnaan regulasi Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
khususnya di bidang PNBP. Norma hukum yang perlu Keuangan Nomor 113/PMK.02/2009 tentang
diperkuat antara lain mengenai status penerimaan Rekening Minyak dan Gas Bumi.
migas dalam bingkai PNBP nasional, tata cara Kementerian Keuangan RI. (2016). Peraturan Menteri
penyetoran, dan penggunaan PNBP. Peraturan Keuangan Nomor 124/PMK.02/2016 tentang
Pemerintah yang merupakan amanah pasal 31 ayat (5) Petunjuk Teknis Akuntansi Penerimaan Negara
UU Migas perlu segera disusun. Hal ini sekaligus untuk Bukan Pajak dari Kegiatan Usaha Hulu Migas
menjalankan rekomendasi BPK.
Adapun opsi yang ditawarkan di dalam hasil
penelitian ini berupa one-step dan two-step transfer
perlu didiskusikan lebih lanjut dengan para pemangku
kepentingan antara lain melalui forum focus group
discussion.

You might also like