You are on page 1of 6

JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO.

1 ISSN 2338 - 6649

Received: February 2019 Accepted: Maret 2019 Published: April 2019

KARAKTERISTIK BIO-OIL HASIL PIROLISIS LIMBAH BREM DENGAN


VARIASI TEMPERATUR
1* 2
Edi Murnawan , Farid Majedi
1
Prodi Mesin Otomotif, Jurusan Teknik, Politeknik Negeri Madiun

*
edhymhurnawan@gmail.com

Abstract
The increasing number of automotive technology and vehicle cause using fossil fuel also rises. So it is needed
alternative fuel as replacement or mixing of the fuel, for keeping the existence so that the crisis of fuel will not
happen. Bio-oil is a product resulted from pyrolisis which can be used as solar fuel mixing. Bio-oil is a obtained
from brem waste which is processed with pyrolisis technique. Pyrolisis is a substance burning process in high
temperature without using oxygen. In this research is using 250oC, 350oC, 450oC and 550oC temperature variation
which need 3 hours of time and mass 500 grams. The Bio-oil which is produced by pyrolisis is combined by solar
and tested to determine the characteristic. The first trial is done to earn the volume pyrolisis result from each
temperature. The second trial uses ASTM D 445-12 method to earn viscosity in 40oC temperature and ASTM D 93-
12 method to get flash point. The result of the trial shows the highest volume is earned from 5500C temperature
which produce bio-oil around 254 ml. The trial result of 5% bio-oil combination from every temperature is earned
the best result from 450oC temperature, while the optimal mixing percentage bio-oil with solar is earned the highest
viscosity inmixture of 15% bio-oil which 85% solar around 4,779 mm2/s and the highest flash point is earned from
mixture of 5% bio-oil which 95% solar around 61oC.

Keywords : Bio-oil, Pyrolysis, Flash point, Viscosity

Abstrak
Peningkatan teknologi otomotif dan jumlah kendaraan yang meningkat menyebabkan penggunaan bahan bakar fosil
semakin meningkat. Maka dibutuhkan bakan bakar alternatif sebagai pengganti atau campuran bahan bakar, untuk
menjaga agar tidak terjadi krisis bahan bakar. Bio-oil merupakan salah satu produk hasil pirolisis yang dapat
digunakan sebagai campuran bahan bakar solar. Bio-oil diperoleh dari limbah brem yang diproses dengan cara
pirolisis. Pirolisis merupakan proses pembakaran suatu bahan pada suhu tinggi tanpa oksigen. Pada penelitian ini
menggunakan variasi temperatur 250oC, 350oC, 450oC dan 550oC dengan waktu 3 jam dan massa 500 gram. Bio-oil
hasil pirolisis divariasikan dengan solar dan diuji untuk mengetahui karakteristiknya. Pengujian pertama dilakukan
untuk mendapatkan volume hasil pirolisis dari tiap temperatur. Pengujian kedua menggunakan metode ASTM D 445-
12 untuk mendapatkan viskositas pada suhu 40oC dan metode ASTM D 93-12 untuk mendapatkan titik nyala. Hasil
pengujian menunjukkan volume tertinggi diperoleh dari temperatur 5500C menghasilkan bio-oil sebanyak 254 ml.
Hasil pengujian variasi campuran 5% bio-oil dari tiap temperatur diperoleh hasil yang terbaik yaitu dari temperatur
4500C, sedangkan persentase campuran yang optimal bio-oil dengan solar diperoleh viskositas tertinggi pada
campuran 15% bio-oil dengan 85% solar sebesar 4,779 mm2/s dan titik nyala tertinggi diperoleh dari campuran 5%
bio-oil dengan 95% solar sebesar 61oC

Kata Kunci: Bio-oil, Pirolisis, Titik nyala, Viskositas

23
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 1 ISSN 2338 - 6649

PENDAHULUAN menumbuk dinding dan membentuk karbon


Penjualan mobil dalam negeri mencetak atau mengalir menuju ke oil pan dan
rekor tertinggi sepanjang sejarah. Gabungan mengencerkan minyak di oil pan. Viskositas
industri Kendaraan Bermotor Indonesia yang sesuai dengan motor diesel adalah
(GAIKINDO) pada tahun 2016 mencatat minimal 2.0 mm2/sec sampai dengan
penjualan mobil dari tahun ke tahun hingga maksimal 4.5 mm2/sec yang telah di uji
naik 1,06 juta, naik 4,5% dari tahun dengan metode ASTM D445 pada suhu 40oC.
sebelumnya [1]. Melihat perkembangan Dari Beberapa Penelitian Dengan
industri otomotif diatas akan menyebabkan Variasi Temperatur Pada Proses Pirolisis
krisis energi (kelangkaan) BBM (bahan bakar Adalah Sebagai Berikut: Laju Waktu Dan
minyak) khususnya bahan bakar fosil yang Temperatur Berpengaruh Terhadap Terhadap
tidak dapat diperbarui, dikarenakan setiap Pembuatan Asap Cair Dari Limbah Kayu
tahunnya pengguna kendaraan Berbahan bakar Pelawan (Cyanometra Cauliflora) [5], Variasi
minyak semakin meningkat. Di indonesia, suhu pirolisis sangat berpengaruh rendemen
cadangan dan produksi bahan bakar minyak dan nilai kalor pada pirolisis sampah [6],
bumi (fosil) mengalami penurunan setiap Temperatur Pirolisis dan Bahan Biomassa
tahun. Diperlukan bahan bahan bakar yang berpengaruh Terhadap Kapasitas Hasil Pada
dapat diperbaharui, untuk mengurangi Alat Pembuat Asap Cair [7], Dengan variasi
pemakaian bahan bakar fosil [2]. Biodisel temperatur pirolisis berpengaruh terhadap
sebagai salah satu bahan bakar alternatif. tendemen tar hasil pirolisis sampah dengan
Teknologi pirolisis sebagai penghasil bahan komposisi organik-anorganik [8], Dengan
bakar alternatif yaitu Char (arang), tar (bio- pirolisis cepat dengan biomassa limbah
oil) dan gas. Tar (bio-oil) bisa diolah menjadi industri hasil hutan dapat menghasilkan
biodisel [3]. karakteristik bio-oil dari biomassa serbuk kayu
Kualitas penyalaan solar yang mahoni yang terbaik yaitu rendemen sebesar
berhubungan dengan kelambatan penyalaan, rendemen liquidse besar 5%, fenol 3,66, pH
tergantung kepada komposisi bahan bakar. 2,98, berat jenis 1,092 g/cm, nilai kalor 9,28
Kualitas bahan bakar solar dinyatakan dalam MJ/kg [9].
angka cetane number dan titik nyala pada suhu Dari beberapa penelitian sebelumnya
minimal 550oC, dapat diperoleh dengan jalan bahan biomassa yang digunakan adalah kayu
membandingkan kelambatan menyala bahan pelawan, sampah, tempurung kelapa dan
bakar solar dengan kelambatan menyala bahan cangkang kopi belum ada yang membahas
bakar pembanding (reference fuels) dalam pirolisis dengan bahan limbah brem. Limbah
mesin uji baku CFR (ASTM D 613-86/D 93). brem merupakan salah satu biomassa,
Sebagai bahan bakar pembanding digunakan karena berasal dari zat organik non fosil.
senyawa hidrokarbon cetan atau n- Bahan baku dalam proses pirolisis ini adalah
heksadekana (C16H34), yang mempunyai limbah brem yang berasal dari beras ketan
kelambatan penyalaan yang pendek dan yang difermentasikan dan diambil sari patinya
heptametilnonan (isomer cetan) yang menjadi makanan khas madiun yang
mempunyai kelambatan penyalaan relatif bernama brem. Limbah brem dapat
panjang [4] dijadikan bahan baku pirolisis dikarenakan
Viskositas bahan bakar perlu dibatasi. kandungan senyawa pada beras ketan adalah
Viskositas yang terlalu rendah dapat pati. Pati terdiri polimer glukosa dengan dua
mengakibatkan kebocoran pada pompa injeksi struktur yaitu amilosa dan amilopektin.
bahan bakar, sedangkan viskositas yang terlalu Limbah brem digunakan masyarakat sekitar
tinggi dapat mempengaruhi kerja cepat alat sebagai bahan tambah untuk makanan ternak
injeksi bahan bakar dan mempersulit khususnya sapi. Selain itu limbah brem kini
pengabutan bahan bakar minyak akan sudah mulai digunakan sebagai bahan dasar

24
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 1 ISSN 2338 - 6649

Bioethanol karena masih memiliki kadar gula Pengujian volume tar (bio-oil)
dan fruktosa sebagai unsur bioethanol tersebut. Dalam pengujian untuk meneliti
Dengan adanya masalah ini penulis melakukan pembentukan volume selama proses pirolisis
penelitian pirolisis dengan bahan biomassa dilakulan pada instalasi eksperimen (Gambar
limbah brem dengan variasi temperatur untuk 1). Dalam peneltian ini sebelum diuji limbah
mengetahui volume tar (bio-oil), viskositas brem dikurangi kadar airnya < 2% dengan cara
pada suhu 40oC (ASTM D 445)dan titik nyala dikeringkan pada temperatur 110-125oC
biosolar (ASTM D93) Variasi temperatur selama 2-3 jam. Setelah pengeringan, sampel
yang digunakan adalah 250, 350, 450 dan limbah brem diambil 500gr Setelah itu
550oC. dimasukkan dalam tabung pirolisis dan
Penelitian ini bertujuan untuk ditutup.
mengetahui volume, viskositas pada suhu 40oC
Prosedur pirolisis
dan titik nyala tar/biofuel yang dihasilkan.
1) Setelah semua prosedur persiapan telah
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini
dilaksanakan maka bahan baku yang akan
adalah biofuel yang memiliki karateristik
gunakan ditimbang massa limbah brem 500
mirip solar.
gram sebelum pirolisis
2) Setelah dilakukan pengukuran massa
METODOLOGI
limbah brem dimasukan ke dalam tabung
Bahan Baku
pirolisis.
Bahan yang digunakan adalah limbah
3) Tutup tabung pyrolizer dan buka katup N2
brem. Bahan ini digunakan sebagai sampel
untuk mengalirkan N2 ke dalam tabung
pengujian. Sebelum pengujian, limbah brem
pirolisis dan buka katup buang pada tabung
dikeringkan selama 120-180 menit pada suhu
pirolisis supaya O2 dapat terdorong keluar
110 – 125oC di dalam oven pengering. Setelah
akibat dorongan dari N2 yang memenuhi
kering, serbuk kayu dimasukkan ke tabung
tabung.
pirolisis untuk dipirolisis.
4) Temperatur diatur untuk variasi pertama
yaitu 250oC, temperatur ruang pada titik
Metode Penelitian
tengah tabung pirolisis.
Penelitian ini adalah penelitian
5) Lakukan proses pirolisis selama 3 jam.
eksperimen (experimental research) dengan
Apabila setelah menempuh 3 jam maka alat
bertujuan untuk menyelidiki pengaruh variabel
pirolisis dimatikan.
Independen (variasi temperatur pirolisis)
6) Ukur volume bio-oil/tar hasil pirolisis
terhadap variasi dependen (volume, titik nyala
dengan gelas ukur.
dan viskositas) dalam kelompok
7) Ulangi prosedur pirolisis dengan variasi
eksperimental.
temperatur pemanasan pirolisis selanjutnya
Dalam penelitian ini dilakukan dengan
yaitu 350oC, 400oC dan 550oC.
variasi temperatur pirolisis 250oC, 350oC,
450oC dan 550oC. Pengujian dilakukan dengan
cara melakukan pengujian langsung dengan
memasukkan biomaas limbah brem ke dalam
tanung pirolisis untuk dilakukan proses
pirolisis. Setelah proses pirolisis maka
diperoleh data volume bio-oil, titik nyala dan
viskositas campuran bio-oil dan solar. Dan
dari titik nyala dan viskositas campuran bio-oil
dan solar dibandingkan dengan solar murni.

Gambar 1. Instalasi pirolisis


25
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 1 ISSN 2338 - 6649

HASIL DAN PEMBAHASAN semakin besar maka ikatan atom yang


Hasil pengujian diperoleh data volume mempunyai energi besar (C-H, H-H,C-O)
tar (bio-oil), viskositas pada suhu 40oC dan sudah terputus sehingga volume tar semakin
titik nyala biosolar (tar 5% dan solar 95%) banyak yang Peningkatan volume tar (bio-oil)
pada masing-masing temperatur pirolisis, disetiap temperatur terjadi karena semakin
viskositas pada suhu 40oC dan titik nyala meningkatnya temperatur panas pada ruang
biosolar pada temperatur pirolisis 450oC pyrolizer maka semakin sempurna proses
dengan variasi tar 5, 10 dan 15%. pembakaran didalam tabung pyrolizer
sehingga menyebabkan volume tar (bio-oil)
Analisa grafik variasi temperatur terhadap menjadi naik.
volume tar (bio-oil) Dari gambar 2 yang menunjukkan bahwa
Berikut adalah grafik hasil pengujian semakin tinggi temperatur pirolisis maka
variasi temperatur pirolisis terhadap volume volume tar/bio-oil semakin meningkat. Hal ini
bio-oil hasil pirolisis limbah brem dapat dilihat sesuai dengan penelitian yang menyatakan
pada Gambar 2. dengan bertambahnya temperatur maka
300 volume tar juga meningkat pada pirolisis
250 serbuk kayu mahoni [10].
200
Analisa grafik hasil uji viskositas dan titik
Volume (ml)

volume
150
nyala
100 Berikut adalah grafik hasil uji variasi
50 campuran 5% bio-oil disetiap temperatur
0
dengan 95% solar dapat dilihat pada Gambar
200 250 300 350 400 450
Temperatur (°C)
500 550 600
3. Pengujian viskositas pada temperatur 40oC
(ASTM D 445) dan titik nyala flash point
Gambar 2. Grafik variasi temperatur terhadap volume (ASTM D93)
tar (bio-oil). 64 4,14
Pada Gambar 2. menunjukkan pengaruh 62 4,12
temperatur pirolisis terhadap volume bio-oil
60 4,1
Titik Nyala (°C)

dengan menggunakan biomassa 500 gram, titik nyala


58 4,08
variasi temperatur 250oC, 350oC, 450oC dan viskositas
550oC dengan waktu selama 3 jam. Dari grafik
56 4,06

54 4,04
diatas menunjukkan bahwa dengan semakin
52 4,02
meningkatnya temperatur pirolisis maka
50 4
volume bio-oil yang dihasilkan semakin 200 250 300 350 400 450 500 550 600
banyak/meningkat sampai batas maksimal Temperatur (°C)

550oC. Hal ini disebabkan karena pada


temperatur 250oC limbah brem belum Gambar 3. Grafik hasil uji variasi campuran 5% bio-oil
dengan 95% solar di setiap temperatur terhadap
terpirolisis secara sempurna, karena pada viskositas dan titik nyala
temperatur 250oC merupakan temperatur awal
pirolisis dan masih ada limbah brem yang Pada Gambar 3. menunjukkan pengaruh
belum terpirolisis.. Pada temperatur 250oC variasi temperatur pirolisis terhadap viskositas
volume tar (bio-oil) paling sedikit karena pada suhu 40oC dan titik nyala. Pada Grafik 3.
dengan temperatur 250oC hanya energi ikatan menunjukkan bahwa didapat nilai viskositas
terkecil yaitu ikatan C-C terputus sehingga tar tertinggi pada temperatur 250oC dan 450oC
dan gas yang terbentuk sedikit. Pada sedangkan terendah pada temperatur 350oC
temperatur 350oC, 450oC dan 550oC, volume dan 550oC. Sedangkan untuk hasil uji nilai
tar (bio-oil) yang terbentuk semakin titik nyala mengalami kenaikan disetiap variasi
bertambah karena dengan temperatur yang temperatur, diperoleh nilai titik nyala tertinggi
26
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 1 ISSN 2338 - 6649

pada temperatur 450oC dan 550oC. Dari spesifikasi solar standar adalah campuran 5%
standar spesifikasi solar (ASTM D445 dan bio-oil dan 95% solar.
ASTM D93) yaitu viskositas standar antara 2,0
– 4,5 mm2/sec dan titik nyala standar min 52oC KESIMPULAN
maka dari hasil pengujian dipilih pada Variasi temperatur berpengaruh terhadap
temperatur pirolisis 450oC. volume tar (bio-oil) yang terbentuk. Dengan
meningkatnya volume bio-oil dalam campuran
Analisa grafik perbandingan persentase biosolar maka semakin meningkat nilai
viskositas dan titik nyala biosolar.
campuran yang optimal
62 4,9 DAFTAR PUSTAKA
61 4,8
60
[1] Haryono, Widy, Perkembangan Komponen
4,7
Otomotif Di Indonesia, Jakarta: Kementerian

Viskositas (mm²/s)
59
Titik Nyala (°C)

4,6
58 Perdagangan Republik Indonesia, 2014
57 4,5 titik nyala
56 4,4
[2] Kuncahyo, Priohadi.dkk. 2013. Analisa
viskositas
55 4,3
Prediksi Potensi Bahan Baku Biodiesel
54
4,2 Sebagai Suplemen Bahan Bakar Motor
53
52 4,1 Diesel DiIndonesia. Surabaya: Institut
51 4 Sepuluh November. Vol. 2, No. 1.
0% 5% 10% 15% 20%
Persentase Campuran
[3] Majedi, Farid, Widya, Wijayanti, Hamidi, Nur
kholis, “Parameter Kinetik char Hasil
Pirolisis Serbuk Kayu Mahoni (Switenia
Gambar 4. Grafik hasil uji persentase campuran bio-oil
(450oC) terhadap viskositas dan titik nyala.
Macrophylla) Dengan Variasi Heating rate
dan Temperatur,” Rekayasa Mesin. Vol. 6,
No. 1, pp. 1-7, 2015.
Berikut adalah grafik hasil uji [4] Harjono, A., Teknologi Minyak Bumi,
perbandingan persentase campuran bio-oil dari Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2007.
temperatur yang terbaik (450oC) terhadap [5] Akbar, Awhu, Paindoman, R., Coniwanti, P.,
viskositas pada suhu 40oC dan titik nyala “Pengaruh Variabel Waktu Dan Temperatur
biosolar dengan variasi volume tar (bio-oil) 5, Terhadap Pembuatan Asap Cair Dari Limbah
10, 15%, dapat dilihat pada Gambar 4. Kayu Pelawan (Cyanometra Cauliflora),”
Pada Gambar 4. menunjukkan hasil uji Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 19, pp.1-8,
campuran bio-oil (450oC) dari temperatur yang 2013.
terbaik kemudian di variasikan dengan [6] Widya M., Wirawan, Cahyono, M. Sigit,
perbandingan volume untuk mencari Ma’arif, S., Sukarjo, H.B., Wardoyo,
“Pengaruh Suhu terhadap Rendemen dan
persentase yang optimal. Diperoleh hasil uji
Nilai Kalor Minyak Hasil Pirolisis Sampah,”
nilai viskositas pada suhu 40oC tertinggi pada Jurnal Mekanika dan Sistem Termal (JMST),
campuran 15% bio-oil sedangkan yang Vol. 1, No. 2, pp. 49-52, 2016.
terendah pada campuran 5% bio-oil. Semakin [7] Hidayat, Taufik, Qomaruddin, “Analisa
banyak persentase campuran bio-oil maka Pengaruh Temperatur Pirolisis dan Bahan
viskositas pada suhu 40oC semakin tinggi nilai Biomassa Terhadap Kapasitas Hasil Pada Alat
viskositasnya. Untuk hasil uji nilai titik nyala Pembuat Asap Cair, “ in seminar SNST,
tertinggi diperoleh pada campuran 5% bio-oil Universitas Wahis Hasyim Semarang 2105,
yang menghasilkan titik nyala sebesar 61oC, 2015, pp. 29-34.
pada campuran 15% bio-oil menghasilkan [8] Beta C.D., Anggreini, Aries H., Dwi,
nilai titik nyala sebesar 550C, sedangkan hasil Masykuri, Mohammad, “Rendemen Tar
dalam pirolisis sampah kota dengan
uji nilai titik nyala terendah pada campuran
komposisi organik/anorganik (50%/50%
10% bio-oil yang menghasilkan titik nyala W/W),” Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia
sebesar 520C. (JKPK), Vol. 1, No. 3, pp. 186-195, 2016.
Dari hasil pengujian campuran solar dan [9] Santiyo, Wibowo, “Karakteristik Bio-Oil
bio-oil terbaik yang paling mendekati Dari Limbah Industri Hasil Hutan
27
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU VOL. 7 NO. 1 ISSN 2338 - 6649

Menggunakan Pirolisis Cepat,” Jurnal [10] Chandra K., Dody, Wijayanti, Widya,
Penelitian Hasil Hutan Vol. 34, No. 1,pp. 61- Widhiyanuriyawan, Denny, “Pengaruh
76, 2016. Penggunaan Katalis (Zeolit) Terhadap Kinetic
Rate TarHasil Pirolisis Serbuk Kayu Mahoni
(Switenia Macrophylla).” Rekayasa Mesin.
Vol. 6, No. 1, pp. 19-25, 2015.

28

You might also like