You are on page 1of 65
19 20 aa 22 23 24 25 26 28 29 30 31 32 33 PENAMBAHAN VITAMIN E DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PAKAN BUATAN TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SKRIPSI ISYA ANDAR SYAMDANI JURUSAN AKUAKULTUR FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2021 34 35 36 37 38 39 40 a1 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 61 62 63 65 66 PENAMBAHAN VITAMIN E DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PAKAN BUATAN TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Akuakultur Jurusan Akuakultur Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako Oleh : ISYA ANDAR SYAMDANI 0271 16022 JURUSAN AKUAKULTUR FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2021 67 69 70 7 2 B 74 7 76 7 78 79 81 82 83 Judul Nama Stambuk Tanggal Seminar HALAMAN PENGESAHAN Penambahan Vitamin E Dengan Dosis Yang Berbeda Pada Pakan Buatan Terhadap Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Isya Andar Syamdani 0271 16022 06 Februari 2020 Palu, Februari 2021 Menyetujui Pembimbing Utama hie Dr. Ir, Novalina Serdiati, M.Si, NIP. 19651122 199001 2 001 Disahkan Oleh, Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako Dr. Ir, Rusdin, MP., IPU NIP. 19650130 199302 1 001 iii 86 87 99 90 o1 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Penambahan Vitamin E Dengan Dosis Yang Berbeda Pada Pakan Buatan Terhadap Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nila (Oreochromis niloticus)” dengan baik. Oleh karenanya penulis mengucapkan terima Kasih yang tulus kepada kedua orang tua, yang telah memberikan doa, nasehat dan kasih sayang kepada penulis, kakak dan adik yang telah memberikan dukungan dan semangat. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1 Ibu Dr. Ir, Novalina Serdiati, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dengan ikhlas untuk meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan proposal ini Bapak Ir, Achmad Rizal, M.App. Sc., Ph.D selaku dosen wali yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis Bapak Rusaini $.Pi., M.Sc, Ph.D selaku ketua jurusan akuakultur fakultas peternakan dan perikanan universitas tadulako, yang selalu memberikan arahan sehingga perkuliahan dapat berjalan dengan baik. Seluruh staff dan dosen program studi akuakultur fakultas peternakan dan perikanan universitas tadulako, Kepada Senior saya Mbak Dewi Sholekha yang sekaligus saya anggap kakak bagi saya, Annisa Indrianingsih Badrusalam, Risdawati, dan Rahmat 108 Wahyu Bumi Wardoyo yang telah banyak membantu dan menyemangati 109 dalam penyusunan proposal 110 6. Teman-teman Pejuang Toga Moh. Sya’ban, Agustiawarman, Hamzah, a1 ‘Umar, Meylan Suardin, Ariatna Dewi Mangia, Grace Madelyn Tambuwun, 2 Sundari, Karmila, Riska Windari dan teman-teman lainnya yang banyak 113 ‘membantu dalam penyusunan proposal 1147. Teman-teman Akuakultur 2016 dan senior yang telah memberikan waktu us dan tenaganya serta saran dan masukan dalam penyelesaian penyusunan 116 proposal ini. 17 Penulis menyadari proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh 118 karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua 119 _ pihak untuk memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan yang lebih optimal 120 121 Palu, Februari 2021 122 123 Isya Andar Syamdani 124 125 126 127 128 123 130 131 132 133 B34 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148, ag 150 151 152 153 154 155 156 157 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN, UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2. Tujuan dan Kegunaan 1.3 Manfaat. 1.4 Hipotesis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, 2.1 Deskripsi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 2.1.1 Kalsifikasi dan morfologi 2.1.2 Habitat dan penyebaran 2.1.3 Pakan dan kebiasaan makan 2.1.4 Reproduksi dan kematangan gonad... 2.2 Pakan Buatan 2.3 Aplikasi Vitamin E 24 Kualitas Air. 24,1 Suhu 2.4.2 Derajat keasaman (pH), 2.4.3 Oksigen terlarut (DO). 2.44 Amonia (Nb) BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2. Materi Penelitian vi Halaman vnn wauuwn 10 ul 12 12 13 158 159 160 161 162 163 164, 165 166 167 168, 169 170 wi 172 173 17a 175 176 v7 178, 179 180 181 182 183 184 185 186 187 33 3.6 3.2.1 Organisme Uji 3.2.2 Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 33.1 Persiapan wadah, 3.3.2 Persiapan pakan 3.3.3 Penebaran organisme uji. 3.3.4 Pemeliharaan organisme uji. 3.3.5 Kualitas air. 3.3.6 Pengamatan Kematangan Gonad. Desain Penelitian Peubah yang Diamati. 3.5.1 Kelangsungan hidup (SR) 3.5.2 Pertumbuhan Bobot Mutlak. 3.5.3 Persentase Induk Matang Gonad Analisis Data BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4A 42 Hasil 4.1.1 Kematangan Gonad 4.1.2 Persentase Induk Matang Gonad 4.1.3 Kelangsungan Hidup 4.1.4 Pertumbuhan Bobot Mutlak. 4.1.5 Kualitas Air. Pembahasan. 4.2.1 Kematangan Gonad 4.2.2 Persentase Induk Matang Gonad. 4.23 Kelangsungan Hidup 4.2.4 Pertumbuhan Bobot Mutlak. 4.2.5 Kualitas Air vii 15 15 16 16 16 18 18 19 19 20 21 21 21 21 22 23 23 25 26 7 28 29 29 31 33 35 36 188 189 190 191 192 193 194 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 7.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT PEN! LIS viii 38 38 195 196, 197 198, 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 DAFTAR TABEL Tabel 2-1 Ciri Sekunder Ikan Nila Jantan dan Betina Tabel 2-2 Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nila Tabel 3-1 Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian abel 3-2 Bahan-bahan yang Digunakan dalam Penelitian Tabel 3-3 Bahan Komposisi Pakan Buatan. Tabel 4-1 Pengamatan Gonad Ikan Nila Tabel 4-2 Persentase Kematangan Gonad Ikan Nila ‘abel 4-3 Kualitas Air Pemeliharaan Ikan Nila 21s 216 27 218 219 220 DAFTAR GAMBAR Gambar 2-1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Gambar 3-1 Desain Penelitian Gambar 4-1 Letak Gonad Ikan Nila Gambar 4-2 Grafik Kelangsungan Hidup Tkan Nila Gambar 4-3 Grafik Bobot Mutlak Ikan Nila 20 23 27 28 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 2a1 BAB 1 PENDAHULUAN LI Latar belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan komoditas utama dalam budidaya air tawar dan termasuk produk penting dalam —perdagangan internasional. Potensi ikan nila sebagai komoditas akuakultur sangat besar karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat bereproduksi pada kondisi terkontrol, pertumbuhan relatif cepat, kandungan protein tinggi, daya adaptasi tinggi terhadap kisaran kualitas air yang luas dan resisten terhadap stress dan penyakit. Selain itu, ikan nila merupakan komoditas akuakultur terbaik pada daerah tropis dan subtropis (Agusnandi, 2017). Salah satu komoditas perikanan yang digemari masyarakat dalam memenuhi kebutuhan protein hewani yaitu ikan nila, karena memiliki daging yang tebal serta rasa yang enak. Ikan nila sangat potensial untuk dibudidayakan karena mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan dengan kisaran yang luas. Kendala dalam usaha budidaya perikanan yang banyak dikeluhkan pembudidaya salah satu adalah tingginya harga pakan (Mulyani, 2014), Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi, termasuk tingkat kematangan gonad (Rachmawati dkk, 2006). Kandungan protein dalam pakan yang berbeda dapat mempengaruhi tingkat kematangan gonad ikan, Pemberian pakan dengan kandungan nutrisi (protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin E) yang baik 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 287 258 259 260 261 262 263 264 akan mempengaruhi pematangan gonad, fekunditas dan kualitas telur (Habibi bk, 2013). Vitamin E merupakan istilah umum untuk kelompok molekul larut-lemak, yaitu tokoferol dan tokotrienol, yang berfungsi melindungi organisme dari oksidasi dan fungsi-fungsi biologis spesifik lainnya (Napitu akk., 2013). Vitamin E berfungsi dalam proses fertilisasi dan memperngaruhi fekunditas, antioksidan inter dan intra-seluler untuk mempertahankan homeostasis dari proses metabolis, yang labil dalam sel dan plasma jaringan, Penambahan Vitamin E telah menjadi nutrien penting untuk proses reproduksi ikan, (Tarigan dkk., 2017). Hasil penelitian Napitu dk&. (2013), bahwa penambahan vitamin E pada pakan berbasis tepung ikan rucah selama 40 hari berpengaruh nyata terhadap kematangan gonad ikan nila merah, Tingkat kematangan gonad yang terbaik terdapat pada perlakuan B pemberian vitamin E 300 mg/kg pakan berkembang hingga tahap TKG IV, diikuti perlakuan C pemberian vitamin E 600 mg/kg pakan berkembang menjadi TKG II, selanjutnya perlakuan D dengan pemberian vitamin E 900 mg/kg pakan menjadi TKG IL Penelitian Tarigan dkk, (2017) yang di uji coba terhadap ikan_nilem (Ostheochilus hasselti, CV) mengacu pada penelitian Napitu dkk, (2013) memberikan hasil yang berbeda dengan perlakuan terbaik terdapat pada penambahan vitamin E sebanyak 375 mg/kg pakan, Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan mengenai pemberian pakan buatan terhadap tingkat kematangan gonad ikan menunjukan nilai yang sangat berbeda. Sehingga perlu dilakukan_penelitian 265 266 267 268 269 270 am 272 273 274 275 276 277 278 mengenai pemberian vitamin E 450 mg/kg pada pakan mengahasilkan tingkat kematangan gonad yang baik yaitu mencapai tahap kematangan gonad ke V. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Vitamin E dalam pakan buatan terhadap tingkat kematangan gonad ikan nila (Oreochromis niloticus). 1.3 Manfaat Peneliti Manfaat penelitian ini sebagai informasi bagi pembudidaya atau peneliti mengenai penambahan Vitamin E pada pakan untuk kematangan gonad ikan nila (Oreochromis niloticus) 14 Penambahan vitamin E dalam pakan buatan memberikan pengaruh tethadap tingkat kematangan gonad ikan nila (Oreochromis niloticus), 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2d kan Nila (Oreochromis niloticus) 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Klasifikasi ikan nila adalah Kindom Animalia, Phylum Chordata, Class Actinopterygii, Ordo Perciformes, Family Cichlidae, Genus Oreochromis, Species Oreochromis niloticus (Integrated Taxonomy International System, 2010 dalam Priambodo, 2011) (Gambar 2-1). Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Ikan nila dapat mencapai panjang total sekitar 30 cm. Ikan nila memiliki garis vertikal yang khas berwarna gelap di sirip ekor (caudal fin), sirip punggung (dorsal fin) dan sirip dubur (anal fin). Bentuk mata ikan nila besar dan menonjol Jumlah sisik pada gurat sisi sebanyak 34 buah, Gurat sisi (linea lateralis) miring ikan nila terputus di bagian tengah tubuh, kemudian berlanjut lagi tetapi letaknya lebih ke bawah dibandingkan dengan letak garis yang memanjang di atas sirip dada (Sari dan Usman, 2012), 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 a1 312 313 314 31s 316 37 Bentuk tubuhnya memanjang dan ramping, sisik ikan ni (Oreochromis niloticus) relatif besar, matan menonjol dan besar dengan tepi berwara putih. Ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai lima buah sirip yang berada di punggung, dada, perut, anus, dan ekor (Priambodo, 2011). 2.1.2 Habitat dan penyebaran ikan nila (Oreochromis niloticus) Toleransi yang tinggi dimiliki oleh ikan nila terhadap lingkungan hidupnya sehingga dapat dibudidayakan di dataran rendah yang berair payau hingga dataran tinggi yang berair tawar. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air payau dengan proses adaptasi bertahap, ikan yang masih kecil ukuran 2-5 em, lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dari pada ikan yang sudah berukuran besar. Pemindahan secara mendadak dapat menyebabkan ikan tersebut stress bahkan mati (Ariwibowo, 2010). Bersifat euryhaline ikan nila dapat hidup pada kisaran salinitas yang tinggi Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat menjadi masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan hidup di perairan dingin, yang umumnya bersuhu di bawah 21°C (Mujalifah dk, 2018) Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan spesies yang berasal dari kawasan Sungai Nil dan beberapa dan beberapa danau di Afrika, Pertama kali di kawasan Asia, pengembangan ikan nila menjadi perhatian Filipina dan Tiongkok. Negara Filipina melakukan budidaya ikan nila secara intensif melalui seleksi genetik dan perbaikan strain unggul berlangsung selama 50 tahun yang dipusatkan 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 di Luzon, Strain ikan nila unggul yang dihasilkan Filipina adalah nila merah dan nila hitam hibrida (nila GIFT), Selanjutnya, ikan nila meluas dibudidayakan di Taiwan, Thailand, Vietnam, Bangladesh, dan Indonesia (Abarike dan Yeboah, 2016). 2.1.3 Pakan dan kebiasaan makan ikan nila (Oreochromis niloticus) Ikan nila merupakan hewan pemakan segala (omnivora), makanan ikan nila pada ukuran benih adalah zooplankton (plankton hewani). Ikan nila juga dapat memanfaatkan lumut yang menempel pada benda-benda di habitat atau Jingkungan hidupnya sebagai pakan. Ikan nila dapat juga memakan tanaman air yang tumbuh pada habitatnya, Pada sistem budidaya ikan nila dewasa dapat diberi makanan tambahan, misalnya pelet (Singh dkk, 2012), Menurut Satia dkk., (2011) Ikan nila memakan makanan alami berupa plankton, perifiton dan tumbuh-tumbuhan lunak seperti hydrilla, ganggang sutera dan Klekap. Ikan nila budidaya tumbuh lebih cepat hanya dengan pakan yang mengandung protein sebanyak 20-25%. Nutrisi yang diperlukan ikan nila yaitu protein sebanyak 30%, lemak 10%, sedangkan untuk energi, ikan membutuhkan karbohidrat dari pakan. Ikan nila pada habitat alami memakan makanan alami berupa plankton, perifiton dan tumbuh-tumbuhan lunak seperti hydrilla, ganggang sutera dan klekap, sedangkan pada lingkungan budidaya ikan nila diberi pakan berupa pellet dan plankton hewani (Ariwibowo, 2010) 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 2.1.4 Reproduksi dan kematangan gonad ikan 1a (Oreochromis niloticus) Menurut Agusnandi (2017), secara morfologi Jenis kelamin ikan nila dapat dibedakan pada saat berumur 3-6 bulan, Ciri sekunder induk ikan nila jantan dan induk betina, dapat dilihat pada Tabel 2-1 Tabel 2-1. Ciri sekunder ikan nila (Oreochromis niloticus) jantan dan betina, Karakteristik Induk Jantan, Induk Betina Bentuk badan Lebar dan lebih ramping Pendek dan gemuk Kelamin sekunder — Tubuh —berwama_—hiitam) Tubuh berwarna_hitam kelam dan pada bagian dan pada bagian bawah bawah mulut berwarna putih_mulut berwarna putih. serta pada bagian ujung sirip ekor berwama merah cerah Jumlah lubang genital Satu, berfungsi sebagai Dua, berfungsi sebagai saluran pengeluaran rin saluran urin dan saluran dan sperma. pengeluaran telur. Alat kelamin Berbentuk tonjolan Berbentuk bundar. ‘memanjang dan meruneing Ikan nila dapat dikatakan dewasa pada umur 4-5 bulan dan akan meneapai pertumbuhan maksimal untuk bertelur sampai berumur 1,5-2 tahun (Widyastuti dkk., 2008), Selanjutnya, saat ikan nila berumur lebih dari 1 tahun kira-kira beratnya mencapai 800g dan saat ini ikan nila bisa mengeluarkan 1200-1500 larva setiap kali memijah, dan dapat berlangsung selama 6-7 kali dalam setahun (Widyastuti dkk., 2008). Menurut Erni dkk, (2018) ikan nila pertama kali pematangan gonad dan dapat bereproduksi pada umur 4-5 bulan dengan ukuran 16-20 cm dan bobot seberat 20-250 gram, Ikan nila setiap melakukan pemijahan memerlukan waktu selama kurang lebih satu bulan untuk dapat kembali melakukan pematangan gonad. Ikan nila (Oreochromis niloticus) yang siap memijah memiliki beberapa 358 359 360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 ciri-ciri yaitu, ikan sehat dan tidak cacat, sisik besar dan tersusun rapi, bagian kepala relatif kecil dibandingkan badan, badan tebal dan berwarna mengkilap, serta gerakan lineah dan responsif terhadap pemberian pakan. Menurut Solang, (2010), ikan nila memiliki 5 tahap tingkat kematangan gonad. (Tabel 2-2) yang meliputi Tabel 2-2. Tingkat kematangan gonad ikan nila (Oreochromis niloticus) Tingkat Kematangan Gonad Deskrip: I (Tahap muda) " (Tahap Pengembangan) Mm (Tahap dewasa) Iv (Tahap matang) v (Tahap salin) ‘Ovarium masih Kecil, transparan, dan oosit muda hanya terlihat dengan menggunakan mikroskop. Ovarium berwarna kuning gelap, dan oosit dapat terlihat dengan mata. Ovarium besar, kuning pucat kecoklatan, dan osit mulai mengandung kuning telur Ovarium besar, kuning gelap, banyak oosit berukuran maksimal dan mudah dipisahkan Ovarium berwarna kuning terang, ukurannya berkurang karea telur yang sudah matang telah di lepaskan ovarium berisi ooginia, oosit berprotoplasma, dan sedikit oosit mengandung kuning telur dan banyak dijumpai folikel pecah, Perkembangan oosit adalah bertambahnya ukuran 00s (previtelogenesis), yaitu dengan terbentuknya dua lapisan sel dan membentuk folikel, yaitu sel granulosa dan sel teka yang disertai dengan penambahan materi kuning telur (disebut vitelogenesis). Proses previtelogenesis dan vitelogenesis akan terhenti ketika oosit sudah mencapai ukuran maksimal (Prabowo, 2007). Selama awal pertumbuhan oosit (stadia perinukleolar), oosit dikelilingi oleh lapisan sedethana sel-sel granulosa yang rata (skuamosa) dan munculnya lapisan sederhana sel teka 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 luar, Dua tipe sel tersebut dipisahkan oleh membran dasar nonselular (Masitha, 2013). osit terbentuk dari proses oogenesis (proses transformasi yang tersebar di dalam ovari), sedangkan oogonia (ovum) akan berkembang menjadi oosit primer (hasil_pembelahan oogonium secara mitosis) dan oosit sekunder (hasil pembelahan oosit primer secara meiosis). Oosit yang telah berkembang penuh akan memiliki satu nukleus (GV, germinal vesicle) yang terletak di tengah oosit. Selanjutnya, nukleus akan mulai bergeser menuju ke kutub anima mendekati Jubang mikrofil, kemudian membran akan pecah dan mengalami GVBD (germinal vesicle break down) dan telur siap untuk diovulasikan (Waweru dkk, 2019). 2.2 Pakan Buatan Pakan merupakan unsur penting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan, Usaha pengembangan budidaya perikanan khususnya pada ikan nila, mas dan lele sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang cukup dalam jumlah dan kualitasnya untuk mendukung produksi yang lebih maksimal. Pakan merupakan faktor biaya terbesar dalam kegiatan budidaya, sekitar 60-70% biaya untuk budidaya pembesaran ikan berasal dari pakan sehingga perlu pengelolaan yang efektif dan efesien (Kusnadi, 2014). Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dari bahan makanan baik nabati maupun hewani dengan memperhatikan kandungan gizi, sifat dan ukuran ikan, (Sary, 2013), Komposisi pakan buatan disusun berdasarkan kebutuhan zat gizi setiap jenis biota air, Komposisi ini sering disebut formulasi pakan, Formulasi 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404. 405 406 407 408 409 410 au 412 413 414 41s 416 10 yang baik berarti mengandung semua zat gizi yang diperlukan ikan dan secara ekonomis murah serta mudah diperoleh (Sary, 2013), Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan, Untuk dapat tumbuh dengan baik, ikan pada umumnya membutuhkan nutrien atau gizi yang lengkap. Aspek kebutuhan gizi pada ikan adalah sama dengan makhluk hidup lain, yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral (Kusnadi, 2014). Nutrisi yang diperlukan ikan nila yaitu protein sebanyak 30%, lemak 10%, sedangkan untuk energi, ikan membutuhkan karbohidrat dari pakan (Ariwibowo, 2010). Pakan yang bermutu merupakan komponen yang sangat penting dalam proses pematangan gonad. Pematangan gonad dan peningkatan kualitas telur sangat ditentukan oleh kualitas pakan. Proses pematangan gonad, vitelogenin yang disintesis oleh hati akan diangkut ke ovari melalui pembuluh darah sehingga ovari akan menyerap kuning telur sebagai nutrisi, Terserapnya nutrisi secara optimal pada telur menyebabkan ukuran telur meningkat dan proses pematangan gonad dapat dipercepat (Yulfieperius dkk:, 2003) 2.3 Aplikasi Vitamin E dalam akuakultur Vitamin E merupakan istilah umum untuk sekelompok molekul larut-lemak, yaitu. tokoferol dan tokotrienol, yang berfungsi melindungi organisme dari oksidasi dan fungsi-fungsi biologis spesifik lainnya (Napitu dkk, 2013). Fungsi vitamin E yang paling nyata adalah sebagai antioksidan dan antiradikal bebas (Tarigan, 2016). Sebagai antioksidan, vitamin E dapat melindungi lemak supaya tidak teroksidasi, misalnya lemak atau asam lemak yang terdapat pada membran 417 418 419 420 aaa 422 423 424. 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434, 435 436 437 438 439 sel, sehingga proses embriogenesis berjalan dengan normal dan hasil reproduksi dapat ditingkatkan (Napitu dkk, 2013) Vitamin E memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan percepatan reproduksi ikan dan peningkatan kualitas telur, Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mempertahankan keberadaan asam lemak dan mencegah terjadinya oksidasi lemak pada membran sel serta dapat mempercepat sekresi hormon reproduksi (Tarigan, 2016) Menurut Tarigan did, (2017) penambahan vitamin E dalam pakan memberikan hasil terhadap kecepatan pematangan gonad yang sudah terlihat pada minggu ke-4 pemeliharaan, Dosis vitamin E sebanyak 375 mg/kg dalam pakan merupakan dos fang terbaik untuk mempercepat pematangan gonad ikan, Penelitian Napitu dkk, (2013) mengemukakan pendapat dengan penambahan vitamin E sebanyak 300 mg/kg pakan memberikan hasil yang berpengaruh nyata pada penelitian dengan lama waktu pemeliharaan selama 6 minggu. 24° Kualitas Air 2.4.1 Suhu Suhu berpengaruh secara langsung ataupun tidak langsung tethadap Jingkungan perairan (Rasyid, 2010). Hal ini di perjelas oleh Soesono, (1974) dalam — Rasyid, (2010) yang menyatakan bahwa suhu dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan organisme perairan serta jumlah oksigen terlarut dalam air Suhu dalam perairan akan mengalami peningkatan pada siang hari yang disebabkan oleh adanya penetrasi cahaya matahari yang yang diterima cukup lama 440 aan 42 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 oleh perairan. Sedangkan pada malam hari suhu perairan akan semakin akibat tidak terjadi proses penyinaran matahari dalam perairan (Panggabean dkk., 2016) Ikan nila dapat hidup dan tumbuh pada kisaran suhu antara 28°C sampai 32°C, Namun demikian, ikan nila yang dibudidayakan mampu beradaptasi dengan suhu air, mulai dari 14°C sampai 38°C (Permatasari, 2012) 2.4.2 Derajat Keasaman (pH) Menurut Silalahi (2009), derajat keasaman (pH) adalah aktivitas ion hidrogen dalam perairan, Nilai pH menunjukkan besarnya tingkat keasaman atau kebasaan dari suatu perairan. Cotobnya, nilai pH = 7 menunjukan perairan yang netral, pH <7 menunjukkan perairan yang bersifat asam, sedangkan pH > 7 menunjukkan perairan bersifat basa. Organisme perairan dapat hidup dalam perairan yang memilki nilai pH netral dan dapat mentolerir perairan yang bersifat antara asam lemah dan basa lemah. pH yang baik untuk kehiduan organisme perairan adalah 7-8,5 Menurut Panggabean dké. (2016), bahwa pada lingkungan dengan pH rendah pertumbuhan ikan nila mengalami penurunan namun demikian ikan nila masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5-10, sedangkan pH optimal untuk ikan nila yaitu berkisar 7-8 2.4.3 Oksigen Terlarut (DO) Salah satu gas yang larut didalam air adalah oksigen (Effendi, 2003). Oksigen merupakan unsur kimia yang penting bagi kehidupan berbagai makhluk hidup (Simanjuntak, 2007). Oksigen terlarut juga adalah faktor penentu dari 462 463 464 465 466 467 468 469 470 an 47 473 474. 475 476 a7 478 479 480 481 482 483 kesuburan suatu perairan serta variabel kualitas air yang sangat menentukan dalam proses budidaya (Wyrtki, 1961 dalam Simanjuntak, 2007), ‘Oksigen terlarut dalam perairan bersumber dari difusi atmosfer dan reaksi fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan air (Debataraja dkk. 2011). Oksigen yang terdapat dalam atmosfir bumi berkisar 210 mg/L. Kondisi air yang diam akan mempermudah proses masuknya oksigen dari atmosfir ke dalam perairan, Selain itu, adanya pergolakan massa air sepeti gelombang dan air akan menyebabakan oksigen dari atmosfer akan masuk kedalam perairan, Namun, sumber oksigen terlarut dalam perairan lebih banyak diperoleh dari hasil fotosintesis oleh tumbuhan air. Proses fotosintesis mengakibatkan air mengalami dehidrogenasi yang akan menjadi oksigen (Effendi, 2003). Menurut Salsabila dan Suprapto (2018), kadar oksigen terlarut yang optimal bagi pertumbuhan ikan nila adalah lebih dari 3 mg/L. Oksigen terlarut yang baik pada penelitian Napitu dkk. (2013) yaitu berkisar pada agka 6-7 mg/L, Apriliza (2012), juga berpendapat bahwa kisaran oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan nila sebesar 5 mg/L. 2.4.4 Amonia (NH) Amonia merupakan produk metabolisme protein pada ikan yang di ekskresikan melali insang dan ginjal. Amonia juga dikeluarkan bersama dengan urin dan feses. Ikan mengekskresikan metabolit amonia sebanyak 50-100mg/kg berat badan setiap harinya, Kadar amonia akan meningkat beberapa jam setelah pemberian pakan pada ikan (Azhari dan Tomasoa, 2018) 484 485 486 4387 438 439 490 491 492 493 494 4 Amonia adalah variabel kualitas air yang paling penting setelah oksigen, terutama dalam kolam intensif dan semi intensif. Amonia akan menjadi racun bagi ikan jika dibiarkan menumpuk dalam jumlah banyak di kolam, Ketika amonia terakumulasi sampai pada tingkat yang beracun, ikan tidak dapat mengekstrak energi dari pakan secara efisien akhimya ikan akan menjadi lesu, sakit dan mati (Marlina dan Rakhmawati, 2016), Panggabena dkk, (2016) mengemukakan, ikan nila dapat bertahan pada kadar amonia kisaran 0,002-0,017 mg/l dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 75-85%, Menurut Napitu dkk. (2013) bahwa kadar amonia 0,051-0,076 me/L dapat di tolerir ikan nila uji 495 496 497 498 499 500 S01 502 503 504 505 506 507 BAB3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2020. Penelitian bertempat di Desa Binangga, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi 3.2 Materi Penelitian 3.2.1 Organisme Uji Organisme uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah calon induk ikan nila (Oreochromis niloticus) berkelamin betina, ukuran 15-20 em dengan bobot 300-500 gram sebanyak 100 ekor. Organisme uji diperoleh dari hasil budidaya di Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Kalawara, Kabupaten Sigi. 3.2.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3-1 Table 3-1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian No Nama alat Jumlah Kegunaan 1 Baskom 20 unit Wadah pemeliharaan ikan nila 2. Aerator 2unit —Alat penyuplai oksigen 3. Selangaerasi 20 buah_ Untuk mengalirkan oksigen kedalam wadah 4, Timbangan I buah — Menimbang berat ikan 5, Milimeter blok I buah_— Mengukur panjang ikan 6. Termometer Tbuah — Mengukur suhu air 7, pH meter Tbuah — Mengukur pH air 8. DO meter Tbuah — Mengukur oksigen terlarut 9. Seser Tbuah — Mengambil ikan 10, Ember I buah — Wadah penyalin air IL. Selang sifon Tbuah — Menyifon wadah 12, Kamera Tbuah — Mengambil dokumentasi 13, Alattulis Tbuah — Mencatat data 14. Mikroskop I buah — Mengamati kematangan gonad 15, Baskom kecil I buah _ Mencampur pakan 508 509 510 si. S12 513 514 515 516 517 518 s19 520 S21 522 523 16. Pencetak pakan I buah Mencetak pakan 17. Pisau 1 buah ~ Memotong pakan 18, Oven Lbuah _ Mengeringkan pakan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3-2. Tabel 3-2, Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian No. Nama bahan ‘Kegunaan 1. Pellet Pakan ikan 2. Air Media hidup ikan 3, Vitamin E Sabagai bahan vitamin 4, Tepung ikan Bahan baku pakan 5. Tepung kedelai Bahan baku pakan 6. Tepung jagung Bahan baku pakan 7. Tepung tapioka Bahan baku pakan 8. Minyak ikan Bahan baku pakan 9. Minyak jagung Bahan baku pakan 10, Mineral mix Bahan baku pakan IL. Sabun cuei Meneuei alat 12,_Aquades Mengkalibrasi alat 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Persiapan wadah Langkah awal yang dilakukan adalah _mempersiapkan wadah penelitian Baskom_ berkapsitas 50 liter sebanyak 20 buah, kemudian dicuci menggunakan sabun dan membilasnya menggunakan air tawar. Baskom didesinfeksi dengan Klorin selama 24 jam, kemudian dibilas menggunakan air tawar hingga bersih. Setiap baskom diisi dengan air tawar sebanyak 20 liter, baskom dilengkapi alat penyuplai oksigen seperti blower, pipa, selang aerasi serta batu aerasi 3.3.2 Persiapan pakan Formulasipakan dilakukan dengan cara mengetahui terlebih dahulu komposisi bahan yang digunakan, kemudian menghitung jumlah bahan pakan 524 525 526 927 528 529 530 S31 532, 533 534 535 536 537 538 539 yang digunakan untuk 1 kg pakan. Setelah memformulasikan pakan, menyiapkan bahan-bahan yang digunakan dalam bentuk tepung untuk bahan kering penyusun pakan buatan dan bahan lainnya Menurut Napitu dkk., (2013) bahan penyusun pakan buatan dengan penambahan dosis Vitamin E yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3-3 berikut ini Tabel 3-3. Bahan komposisi pakan buatan Komposisi Bahan Pakan (g) No Bahan Pakan —Pefiakuan A Perlakuan B Perlakuan © Perlakuan D_ T. Tepung kedelai 2520 2520 2520 2520 2. Tepung ikan 2160 2160 2160 2160 3. Tepung jagung 1440 1440 1440 1440 4. Tepung tapioka 504 504 504 504 3. Minyak ikan 216 216 216 216 6 Minyak jagung 216 216 216 216 7. Mineral mix 144 144 144 144 8 Vitamin E 21 2,45 28 3.15 Tamlah 72021 TROLS ___‘TODS__72OB.AS Setelah melakukan formulasi pakan, melakukan pencampuran semua bahan penyusun pakan dengan menggunakan baskom hingga rata, Setelah meneampur semua bahan, melakukan pencetakan, pemotongan untuk mendapatkan ukuran pakan dan pengeringan pakan menggunakan sinar matahari Bahan pakan ikan yang telah menjadi pelet kemudian di uji proksimat untuk mengetahui kadar protein yang ada dalam pakan. Uji proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako. Hasil uji proksimat yang dilakukan memiliki kandungan protein tertinggi terdapat 540 541 542 843 544 545 846 a7 548 549 550 S51 552 553 554 555 556 557 558 559 560 561 562 pada perlakuan C dengan dosis vitamin E 400 mg/kg pakan sebanyak 31,47%, kemudian perlakuan A dengan dosis 300 mg/kg pakan mengandung 31,6% protein, perlakuan B yaitu. pemberian vitamin E sebanyak 350 mg/kg pakan memiliki kadar protein sebanyak 29,80%, dan yang paling rendah pada perlakuan D dengan dosis 450 mg/kg pakan memiliki kandungan protein 27,98%. 3.3.3 Penebaran Organisme Uj Sebelum melakukan penebaran pada wadah pemeliharaan, terlebih dahulu dilakukan proses aklimatisasi selama 12 jam di dalam wadah yang telah disiapkan yang berisi air dan ditempatkan pada tempat yang sama atau berdekatan dengan wadah penelitian, hal ini dilakukan dengan tujuan agar suhu dalam wadah tersebut relatif sama dengan suhu pada wadah penelitian, Proses aklimatisasi berguna agar ikan tidak mengalami stres selama pemeliharaan. Setelah melakukan proses aklimatisasi, Iangkah selanjutnya adalah menebar ikan ke dalam wadah pemeliharaan baskom sebanyak 5 ekor/20 liter kemudian ikan tersebut dipelihara selama 6 minggu 3.3.4 Pemeliharaan Organisme Uji Pemberian pakan ikan nila adalah 3 kali sehari dengan dosis 3% dari bobot tubuh diberi pada waktu pagi hari pukul 07.00, siang hari pukul 12.00 dan sore sore hari pukul 17.00 WITA. Hal ini juga di diterangkan oleh Napitu dkk., (2013) bahwa pemberian pakan diberi sebanyak tiga kali sehari dengan feeding rate (FR) 3% dari bobot tubuh ikan nila tersebut. Seminggu sekali peneliti mengambil ikan dalam wadah pemeliharaan untuk dilakukan sampling mengukur bobot tubuh ikan, 563 564 565 566 567 568 569 570 sa. 572 873 574 575 576 377 578 879 580 581 582 583 584 3.3.5 Kualitas air Pengukuran kualitas air dilakukan dengan mengukur suhu menggunakan termometer, derajat keasaman (ph) menggunakan pH meter, oksigen terlarut menggunakan DO meter dan amoniak menggunakan amonia test kit pada media pemeliharaan, Pengukuran suhu dan pH dilakukan setiap hari sekali (pagi hari pukul 07.30 WITA), sedangkan oksigen terlarut dan amoniak diukur pada awal dan akhir penelitian. Pergantian air di lakukan pada pagi hari atau sore hari dalam kurun waktu tiga hari sekali Menurut Tarigan d&k., (2017), selama pemeliharaan ikan, pergantian air dilakukan setiap tiga hari sekali sebanyak 85%. Penggatian air dan penyiponan bertujuan untuk mengeluarkan fases dan sisa pakan dalam wadah pemeliharaan. 3.3.6 Pengamatan Kematangan Gonad Pengamatan gonad ikan nila dilakukan dengan cara mengamati calon induk secara morfologi dan mengamati gonad ikan, Cara melihat ikan yang telah matang gonad melalui pengamatan morfologi yaitu dengan melihat panjang serta bobot, pembesaran yang terjadi pada perut ikan, melihat kelamin ikan yang sudah sangat jelas sertaberwarna putih kemerahan dan menekan perut ikan untuk mengetahui keluamya telur dari lubang urogenital Pengamatan dengan cara melihat gonad dalam dengan cara membedah ikan dan memisahkan gonad ikan dari anatomi tubuh lainnya, Kemudian di lakukan pengamatan menggunakan mikroskop elektrik dengan lensa objektif pembesaran 10x untuk melihat warna telur dan pembulu darah dalam gonad. Pengamatan sas 586 587 588 589 590 591 592, 593 94 595 596 597 598 599 20 kematangan gonad dilakukan pada akhir penelitan dengan mengamati seluruh ikan dari masing-masing perlakuan. 3.4 Desain Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 kali ulangan, sehingga didapatkan 20 unit percobaan, Desain penelitian tertera pada Gambar 3-1 Gambar 3-1. Desain Penelitian Perlakuan A: Pemberian pakan buatan dengan dosis vitamin E 300 mg/kg pakan Perlakuan B: Pemberian pakan buatan dengan dosis vitamin E 350 mg/kg pakan Perlakuan C: Pemberian pakan buatan dengan dosis vitamin E 400 mg/kg pakan Perlakuan D: Pemberian pakan buatan dengan dosis vitamin E 450 mg/kg pakan 600 601 602 603 604 605 606 607 608 609 610 611 612 613, 14 615, 616 17 618 619 620 621 622 623 21 3.5 Peubah yang Diamati 3.5.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup adalah membandingkan jumlah organisme uji yang hidup pada akhir penelitian dengan jumlah yang ditebar pada awal penelitian (Mulgan dik, 2017). Kelangsungan hidup ikan nila dapat dihitung dengan menggunakan rumus = Ny 1009 SR= in 100% Dimana SR: Tingkat kelangsungan hidup Ni: Populasi pada akhir penelitian (ekor) N, _ : Populasi pada awal penelitian (ekor) 3.5.2 Pertumbuhan Bobot Mutlak Rumus pertumbuhan mutlak yang digunakan sebagai berikut W=Wt-Wo Dimana W = Pertumbuhan mutlak (2); We = Bobot rata-rata calon induk pada akhir pemeliharaan (g); Wo Bobot rata-rata calon induk pada awal pemeliharaan (g), 3.5.3 Persentase Kematangan Gonad Menurut Tarigan (2016), pengamatan persentase TKG ikan secara morfologi pada saat akhir penelitian dengan cara melakukan pembedahan melalui lubang genital induk hingga belakang operculum, Persentase TKG secara morfologi pada 624 625 626 627 628 629 630 631 22 ikan selama pemeliharaan dapat dihitung dengan menggunakan persentase sebagai berikut Jumlah tingkat kematangan gonad yang teramati %) = TKG (%) Sampel ikan yang diamati 3.6 Analisis Data Kelangsungan hidup, pertumbuhan mutlak dan tingkat kematangan gonad dianalisis secara deskriptif dengan mengamati ikan uji dan morfologi gonad. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk Tabel dan Gambar. 632 633, 634 635 636 637 638 639 640 a1 a2 643 644 645, 646 a7 ag 649 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kematangan Gonad Berdasarkan hasil penelitian selama 42 hari menunjukkan bahwa sampel gonad pada perlakuan D dengan pemberian (vitamin E 450 mg/kg pakan) berkembang hingga tahap TKG V, diikuti pada perlakuan C pemberian (vitamin E 400 mg/kg pakan) berkembang hingga tahap TKG IV. Selanjutnya ditkuti perlakuan A pemberian (vitamin E 300 mg/kg pakan) berkembang hingga tahap ‘TKG II dan pada perlakuan B (vitamin E 350 mg/kg pakan) berkembang hingga tahap TKG III. Hasil penelitian mengenai tata letak gonad ikan nila tertera pada Gambar 4-1 GONAD IKAN NILA ‘Gambar 4-1, Letak gonad ikan nila (Oreochromis niloticus) (Dokumetasi Pribadi, 2020) Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara, yaitu cara mikroskopis dilakukan di laboratorium, dan yang kedua dengan cara pengamatan morfologi yang dilakukan di lapangan, Dari penelitian mikroskopis akan diketahui 650 651 652 653 654 655 656 24 dengan jelas warna atau ciri-ciri kematangan gonad. Sedangkan pengamatan secara morfologi tidak terlihat jelas wama gonad seperti hanya melihat morfologinya, namun cara morfologi ini banyak dilakukan para peneliti (Solang, 2010). Hasil pengamatan gonad ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan menggunakan mikroskop dan tanpa menggunakan terlihat pada Tabel 4-1. ‘abel 4-1. Pengamatan gonad ikan nila (Oreochromis niloticus) Perlakuan _‘Tanpa Mikroskop Menggunakan Keterangan mikroskop > Terlihattelur berwarna kuning pucat ~ Berbentuk oval dan berukuran kecil ~ TKG II > Terlihattelur berwarna kecoklatan ~ Berbentuk oval ‘memanjang - TKG II Terlihat telur berwarna kuning gelap Berbentuk kantung ‘memanjang seperti huruf U TKGIV 657 658 659 660 661 662 663 664 665 666 667 668 669 670 671 25 D > Terlihattelur (450 mg, berwarna Vit Ekg kuning cerah pakan) = Memiliki bentuk Kantung kecil ‘memanjang - TKGV 4.1.2 Persentase Kematangan Gonad Berdasarkan hasil penelitian, persentase calon induk matang gonad ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat dilihat pada Tabel 4-2 ‘Tabel 4-2, Persentase kematangan gonad ikan nila (Oreochromis niloticus) Perlakuan JumlahTkan Perkembangan —_ Persentase Matang Gonad Gonad (%) A 18 TKGIIT 100 (300 mg Vit E/kg pakan) B 18 TKGI 100 (350 mg Vit E/kg pakan) Cc B TKGIV 100 (400 mg Vit E/kg pakan) D 2 TKGV 100 (450 mg Vit E/kg pakan) Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui tingkat kematangan gonad pada perlakuan A (300 mg Vit E/kg pakan) dan B (350 mg Vit E/kg pakan) mencapai tahap TKG III, kematangan gonad tertinggi terdapat pada perlakuan D (450 mg Vit Ekg pakan) yang mencapai TKG V setelab itu terdapat di perlakuan C (400 mg Vit E/kg pakan) dengan capaian TKG IV dan seluruh perlakuan mencapai 100% matang gonad. Penelitian ini berbeda dengan yang di kemukakan oleh Napitu. dkk., (2013) pada penelitian sebelumnya bahwa pengaruh penambahan vitamin E dalam pakan terhadap perkembangan kematangan gonad ikan nila merah, pemberian dosis berlebihan tidak memberikan pengaruh nyata, 672 673 674 675 676 677 678 679 680 681 682 683 684 685, 686 687 688 629 690 691 26 penambahan vitamin E 300 mg/kg dalam pakan buatan memberikan pengaruh paling nyata tethadap kematangan gonad ikan nila merah, sedangkan_hasil penelitian ini menunjukan tingkat kematangan gonad terbaik terdapat_ pada perlakuan D yaitu dengan dosis pemberian 450 mg Vit E/kg pakan. Menurut Darwisito dkk., (2015) bahwa tingkat kematangan gonad terjadi akibat semakin banyaknya ukuran telur di dalam gonad yang mendekati fase pematangan, Pemberian pakan yang bermutu pada induk ikan akan menentukan suksesnya reproduksi, Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pemberian pakan yang bermutu adalah melalui pemberian suplementasi vitamin E di dalam pakan (Tarigan dkk., 2017) 4.1.3 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup (SR) merupakan perbandingan antara jumlah individu pada akhir percobaan dengan jumlah individu pada awal__percobaan. Kelangsungan hidup ikan nila dengan menggunakan pakan buatan dan penambahan vitamin E diamati setiap hari pada masa pemeliharaan, Penghitungan kelangsungan hidup dilakukan pada akhir pemeliharaan dengan mengetahui jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian dan mendapatkan hasil tingkat kelangsungan hidup ikan nila tertera pada Gambar 4-2. Kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian berkisar antara 72-92% (Lampiran 3). Hasil pengamatan rata-rata kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian tertera pada Gambar 4-2. 692 693 694 695 696 697 698 699 700 701 702 703 704 705 7 Kelangsungan Hidup (SR) 300 ae 88% » 72% 2% ‘ 70 | © so ~ x0 20 10 Survival Rate (° A 8 c D Perlakuan ambar 4-2, Grafik kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama pemeliharaan ikan nila dengan penambahan vitamin E pada pakan didapatkan nilai kelangsungan hidup yaitu, perlakuan A (72%), B (72%), C (92%) dan D (88%). Nilai kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan C dan D perlakuan A dan B memiliki niai yang sama dengan nilai kelangsungan hidup rendah dari pada perlakuan C dan D. 4.1.4 Pertumbuhan Bobot Mutlak Berdasarkan data pengamatan pertumbuhan bobot mutlak ikan nila selama 6 minggu dengan penambahan vitamin E dalam pakan dilakukan uji normalitas dan sebaran datanya menggunakan aplikasi mii tab, sehingga menunjukkan data ng normal (Lampiran 2). Berdasarkan data pengamatan tersebut didapatkan hasil pertumbuhan bobot mutlak dengan penambahan vitamin E dalam pakan buatan tertera pada Gambar 4-3, 706 707 708 709 710 m1 72 713 714 75 716 77 718 79 720 28 ; : a x6 x = 5 g : : : = ee eee ee menos Gambar 4-3. Grafik bobot mutlak ikan nila (Oreochromis niloticus) Hasil perhitungan mengenai pertumbuhan bobot mutlak ikan nila selama masa pemeliharaan bahwa perlakuan C dengan penambahan vitamin E400 mL/kg (742,86a g) pakan merupakan yang tertinggi dan diikuti oleh perlakuan D (5#1,58a g), BG3#1,92a g), A(2#3,65a g). Hasil analisis ragam (ANOVA) pada selang kepereayaan 95%, pemberian pakan buatan menunjukan hasil yang tidak berpengaruh nyata dengan nilai 0,060 yang terbilang lebih dari P>0,05 terhadap pertumbuhan ikan nila yang dipelihara selama 6 minggu, Hasil menunjukkan bahwa perlakuan C(7#2,86a g) tidak berbeda nyata dengan perlakuan D(S#+1,58a g), BG+I,92a g), dan A(243,65a g). Berdasarkan hasil analisis ragam atau ANNOVA menunjukan bahwa tidak adanya pengaruh antar setiap perlakuan, 4.1.5 Kualitas Air Variabel_kualitas air yang diamati pada masa pemeliharaan adalah subu, pH, oksigen terlarut (DO) dan amonia (NH3), Berdasarkan pengukuran kualitas air 721 722 723 724 725 726 727 728 729 730 731 732 733 734 735 736 737 738 739 740 29 pemeliharaan ikan nila dengan penambahan vitamin E dalam pakan didapatkan hasil kisaran nilai masing-masing kualitas air yang tertera pada Tabel 4-3, Tabel 4-3. Kualitas Air pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus) NO Parameter —G90mgy BOR ee Cm) DM 1 Suhu (°C) 26-29°C 26-29°C 26-29°C 26-29°C 2. pH 7,0-8,3 66-84 6,6-8,5 6.6-8.6 3 DO (mg/L) 0,5-2,5 0,5-2,5 0,8-2,3 05-23 4. Amoniak (ppm) __0,05-0,2 0,05-0,2_0,05-0,2__0,05-0,2 Untuk memperoleh kualitas air yang baik perlu dilakukan pergantian air pada saat sampling dan penyifonan sisa pakan yang ada di dalam wadah peneliti yang dilakukan setiap 3 hari sekali, agar sisa pakan dan hasil metabolisme ikan tidak mempengaruhi kualitas air. Hasil pengukuran kualitas air media pemeliharaan masih berada pada kisaran yang normal untuk kelangsungan hidup ikan nila 4.2. Pembahasan 4.2.1 Kematangan Gonad Hasil peneltian ikan nila yang matang gonad selama__penelitian, memperlihatkan bahwa setelah 42 hari diberikan pakan dengan penambahan vitamin E menunjukkan pada perlakuan A berkembang menjadi TKG III dengan ciri-ciri waa telur kueing pucat yang berukuran kecil dan berbentuk oval Perlakuan B berkembang hingga tahap TKG III dengan ciri telur berwarna kecoklatanserta berbentuk oval dan memanjang, Selanjutnya perlakuan C berkembang pada tahap TKG IV terlihat warna kuning gelap dan berbentuk kantung memanjang seperti huruf U. Kemudian pada perlakuan D menjadi TKG V dengan bentuk kantung memanjang serta telur yang berwarma kuning cerah aL 742 743 744 745 746 a7 748 749 750 71 752 753 754 755 756 7s7 758 759 760 761 762 763 30 Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tingkat kematangan gonad (Tabel 4-1) bahwa semakin lama masa pemeliharaan, maka semakin banyak ikan nila yang dapat mencapai tingkat kematangan gonad TKG V. Hal ini diduga karena ikan nila dalam merespon pakan menjadi meningkat, sehingga kandungan dalam pakan dapat dimanfaatkan dengan baik untuk proses pematangan gonad Adliana dk&., (2013), menyatakan bahwa salah satu faktor yang sangat menentukan dalam pematangan gonad adalah vitamin E. Hasil penelitian terlihat bahwa penggunaan vitamin E dalam pakan sangat mempengaruhi jumlah dan ‘waktu pencapaian matang gonad ikan dari TKG Il ke TKG IV, Hal ini disebabkan karena adanya proses vitellogenesis dalam hati sehingga hasil dari proses vitellogenesis (vitellogenin) membantu proses pembentukan telur dan pematangan ovari Menurut Habibi dk&. (2013), bahwa fungsi vitamin E sebagai antioksidan yang mencegah terjadinya okidasi asam lemak terutama pada asam lemak tak jenuh sehingga vitamin E berperan untuk meningkatkan proses kematangan pada telur. Vitamin E berpengaruh terhadap kualitas telur yang dihasilkan karena vitamin E sebagai antioksidan asam lemak dalam tubuh. Vitamin E dan asam Jemak essensial dibutuhkan secara bersamaan untuk pematangan gonad ikan dengan dosis vitamin E di dalam pakan akan bergantung pada kandungan asam lemak essens I yang ada pada pakan (Yulfiperius, 2001) ‘Tingkat kematangan gonad terbaik ditemukan pada perlakuan dengan vitamin E sebesar 450 mg/kg pakan, Hal ini sebabkan oleh kebutuhan vitamin yang diberikan pada pakan sudah memenuhi kebutuhan sehingga dapat memacu 30 764 765 766 767 768 769 770 ™m ™m 773 774 75 776 7 778 779 780 781 782 783 784 735 31 kecepatan pencapaian matang gonad. Ketika perkembangan gonad semua proses metabolisme dalam tubuh ikan bertumpu pada pertumbuhan gonadik, Pertumbuhan gonadik terjadi apabila energi yang digunakan untuk pertumbuhan sudah terpenuhi, Selain itu, vitamin E merupakan salah satu unsur nutrient yang harus dipenuhi dalam pakan, karena vitamin E diperlukan sebagai bahan penyusun struktur simatik, gonadik, dan penetuan kualitas telur. Vitamin E ini juga berfungsi sebagai antioksidan, sehingga asam lemak tidak jenuh pada posfolipid dalam membran sel terlindung (Hamre, 2011), Danwisito dké., (2006), menyatakan bahwa Vitamin E akan membentuk enzim untuk proses biosintesa hormon steroid ke dalam aliran darah menuju hati, hormon ini akan merangsang hati untuk melaksanakan proses vitellogenesis yang menghasilkan vitellogenin (pembentuk butir-butir telur). Hubungan Vitamin E dengan vitellogenin dalam perkembangan oosit yaitu. melalui prostaglandin, dalam hai ini prostaglandin disintesis secara enzimatik dengan menggunakan asam lemak esensial, sedangkan Vitamin E dapat mempertahankan keberadaan asam lemak tersebut karena salah satu fungsi Vitamin E adalah sebagai antioksidan. 4.2.2 Persentase Induk Matang Gonad Berdasarkan hasil penelitian bahwa persentase induk matang gonad pada penelitian ini mencapai 100% dengan tingkatan III-V. Perlakuan A dan B mencapai TKG III, sedangkan perlakuan C mencapai TKG IV dan perlakuan D mencapai TKG V. Tingkat kematangan gonad disebabkan akibat banyaknya telur 31 796 787 798 7389 790 791 792 793 794 795 796 797 798 799 800 801 802 803 804 805 806 807 32 di dalam gonad yang mendekati fase pematangan. Pemberian pakan yang berkualitas pada induk ikan akan menentukan suksesnya reproduksi. Kematangan gonad dipengaruhi oleh nutrisi dalam pakan buatan. Faktor yang mempengaruhi kematangan gonad ikan nila yaitu vitamin E dan protein yang mencukupi, Menurut Yulfiperius dk (2003), vitamin E berfungsi sebagai pemelihara keseimbangan intraselluler dan sebagai antioksidan, Vitamin E dapat melindungi lemak agar tidak teroksidasi, misalnya lemak atau asam lemak yang terdapat pada membran sel, sehingga proses embryogenesis berjalan dengan normal dan hasil reproduksi dapat ditingkatkan, Menurut Nurhayati dkk, (2018), bahwa ikan yang kekurangan vitamin E dapat_mempengaruhi penampilan reproduksi, penyebab tidak matang gonad, rendahnya derajat tetas telur, dan kelangsungan hidup benih, Kebutuhan vitamin E dapat bertambah seiring dengan pertambahan jumlah asam lemak dalam pakan Vitamin E ditambahkan ke dalam pakan untuk mempercepat fase pembentukan folikel Protein juga berpengaruh dalam proses reproduksi kematangan gonad ikan nila. Menurut Alawi dkk., (2015) energi ini diperlukan untuk perkembangan oosit dan pematangan akhir ovari. Kadar protein pakan mempengaruhi persentase induk ikan matang gonad, Persentase induk matang gonad akan meningkat dengan meningkatnya kadar protein pakan. Pemberian pakan berkadar protein 40-45% menghasilkan persentase induk nila matang gonad yang tinggi dibandingkan dengan pakan berkadar protein medium 30-35% dan rendah 20-25%, 808 809 810 gi. 812 813 14 ais 816 817 818 819 820 821 822 823 824 2825 826 827 828 829 830 33 Pematangan gonad dapat ditingkatkan melalui pemberian pakan induk dengan kandungan protein yang optimal (Alawi dkk., 2015). Protein pada pakan induk dapat berpengaruh pada perkembangan gonad, fekunditas, dan perkembangan embrio, Perbaikan pakan induk tidak hanya berpengaruh pada kualitas telur dan sperma, tetapi juga terhadap mutu dan jumlah benih yang dihasilkan, Kurangnya protein yang dibutuhkan dalam pakan dapat menjadi faktor utama penyebab gagalnya ikan matang gonad (Tahapari dk, 2019). 4.2.3 Kelangsungan Hidup (SR) ‘Tingkat kelangsungan hidup yang didapatkan selama pemeliharaan ikan nila dengan penambahan vitamin E pada pakan memiliki nilai kelangsungan hidup dari setiap perlakuan mencapai (72-92%). Nilai kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan C (400 mg/kg pakan) dan terandah pada perlakuan A (300 mg/kg pakan) dan B (350 mg/kg pakan). Tingginya persentase ini di sebabkan oleh terpenuhinya kebutuhan protein pada pakan dan teraturnya pemberian pakan selama pemeliharaan, Penelitian ini memiliki tingkat kematian yang rendah, terjadi pada beberapa ekor ikan pada semua perlakuan yang kematiannya pada minggu pertama dan minggu ketiga, Hal ini diduga ikan belum dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru serta terjadinya stres ketika dilakukannya pergantian air. Selain itu, kematian ikan juga disebabkan adanya persaingan dalam memperoleh makanan, ruang gerak dan lingkungan di dalam wadah pemeliharaan, Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu_nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme pada awal pemeliharaan. 831 832 933 834 835 836 837 838 839 840 a1 82 843 844 845 846 a7 848 849 850 851 952 853 34 Kelangsungan hidup adalah persentase ikan yang hidup dari jumlah seluruh ikan yang dipelihara dalam suatu wadah, Kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh ketersediaan makanan. Ikan yang berhasil memperoleh makanan akan mengalami pertumbuhan, sebaliknya ikan akan mengalami kematian apabila tidak mendapatkan makanan, Kematian ikan juga dapat disebabkan oleh faktor Jain, yaitu predator, parasit, dan kondisi abiotik. Kelangsungan hidup ikan sangat tergantung dari kondisi perairan tempat hidupnya. Faktor biotik dan abiotik mempengaruhi kelangsungan hidup_ ikan. kelangsungan hidup ikan merupakan perbandingan antara jumlah individu pada akhir percobaan dengan jumlah individu pada awal pereobaan, Faktor biotik yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan yaitu parasit, kompetitor, predasi, umur, kemampuan adaptasi, penanganan manusia dan kepadatan populasi. Faktor abiotik yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan yaitu sifat fisik dan kimia dari suatu lingkungan air (Mulgan dkk, 2017). Ikan nila adalah ikan yang terus bergerak aktif di dalam wadah pemeliharaan, Ruang gerak yang terbatas mengakibatkan ikan menjadi lebih mudah stress sehingga energi yang dihasilkan dari proses metabolisme yang digunakan untuk pertumbuhan digunakan untuk mempertahankan diri dari stress (Rivandi, 2014). Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kelangsungan hidup adalah faktor abiotik dan biotik, antara lain: kompetitor, kepadatan populasi, umur dan kemampuan organisme beradaptasi dengan lingkungan. Kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kualitas air. Beberapa faktor Jingkungan di dalam air yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan antara lain 54 855 856 857 858 859 360 861 862 863 864 865 866 867 868 869 870 a7 872 873 874 875 35 suhu, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO) dan lain sebagainya (Panggabean, 2016) 4.2.4 Pertumbuhan Bobot Mutlak Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot mutlak ikan nila selama pemeliharaan yang tertinggi terdapat pada perlakuan C dengan penambahan vitamin E 400 mL/kg (742,86a g) pakan, selanjutnya diikuti oleh perlakuan D (5#1,58a g) pakan, kemudian pada perlakuan B (3+1,92a g) pakan, sedangkan yang terendah pada perlakuan A (23,65a g) pakan Pemberian pakan buatan memperlihatkan pertumbuhan ikan nila yang berbeda, Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan nila tertinggi terjadi pada perlakuan C. Hal ini diduga karena kadar protein pada pakan buatan perlakuan C mencukupi kebutuhan protein ikan nila, Menurut Iskandar dan Elrifadah (2015), pertumbuhan merupakan perubahan ukuran ikan baik berat, panjang maupun volume dalam kurun waktu tertentu yang disebabkan oleh perubahan jaringan akibat pembelahan sel otot dan tulang yang merupakan bagian terbesar dari tubuh ikan sehingga menyebabkan penambahan berat atau panjang ikan, Kebutuhan protein ikan nila pada penelitian ini sangat terpenuhi, dimana kandungan protein pada pakan buatan yang digunakan mencapai angka 27,98- 31,47%. Menurut Mulyani dkk, (2014) bahwa kadar protein yang optimum dibutubkan ikan nila yaitu kurang lebih 28-30%. Kelebihan protein pada pakan justru akan menghambat pertumbuhan dikarenakan banyaknya protein pada 876 877 878 879 880 881 382 383, 884 885 886 887 888 889 890 391 92 393 394 895 396 397 36 saluran pencernaan sehingga penyerapan nutrisi ditubuh ikan tidak terhidrolisir dengan baik. 4.2.5 Kualitas Air Selama masa pemeliharaan suhu pada wadah pemeliharaan berkisar pada angka 26-29°C. Suhu ini dalam kategori dapat di toleransi terhadap kelangsugan hidup ikan dan pertumbuhan ikan. Menurut Panggabean dk&. (2016), bahwa suhu dalam perairan akan mengalami peningkatan pada siang hari yang disebabkan oleh adanya penetrasi cahaya matahari yang yang diterima cukup lama oleh perairan, Sedangkan pada malam hari suhu perairan akan semakin akibat tidak terjadi proses penyinaran matahari dalam perairan. Ikan nila dapat hidup dan tumbuh pada kisaran suhu antara 28°C sampai 32°C. Namun demikian, ikan nila yang dibudidayakan mampu beradaptasi dengan suhu air, mulai dari 14°C sampai 38°C (Permatasari, 2012) Derajat keasaman (pH) dalam penelitian ini berkisar antara 6,6-8,6 dan pada nilai ini ikan masih dapat hidup dan tumbuh dengan baik. Menurut Panggabean kk, (2016), bahwa air dengan derajat keasaman (pH) 6-9 dapat di tolerir ikan nila Nilai ini tidak berbeda jauh dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian. Jika pH air diatas atau dibawah angka tersebut, maka dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan nila yang dipelihara. Ikan nila dapat mentoleransi pH dengan kisaran 5-10, pada lingkungan dengan pH rendah pertumbuhan ikan nila mengalami penurunan namun demikian ikan nila masih dapat tumbuh dengan baik pada 78. kisaran pH 5-10, sedangkan pH optimal untuk ikan nila yaitu berkis. 298 399 900 901 902 903 904 905 906 907 908 909 910 out 912 913 14 ois 916 917 918 919 37 Oksigen merupakan unsur kimia yang penting bagi kehidupan berbagai makhluk hidup (Simanjuntak, 2007). Oksigen terlarut juga adalah faktor penentu dari kesuburan suatu perairan serta variabel kualitas air yang sangat menentukan dalam proses budidaya (Wyrtki, 1961 dalam Simanjuntak, 2007). Konsentrasi oksigen terlarut pada penelitian ini berkisar antara 0,5-2,5 mg/L. Tingkat kelarutan oksigen tersebut masih dapat di tolerir oleh ikan nila tetapi tidak sesuai dengan pendapat Salsabila dan Suprapto (2018), yang menyebutkan bahwa kadar oksigen terlarut yang optimal bagi pertumbuhan ikan nila adalah lebih dari 3 gil. Hasil pengukuran amonia dalam wadah pemeliharaan pada penelitian ini berkisar antara 0,05-0,2 ppm. Kenaikan konsentrasi amonia pada wadah pemeliharaan disebabkan akibat dampak dari mengendapnya sisa-sisa pakan yang menumpuk di dasar wadah pemeliharaan, hingga mengakibatkan tingkat kelangsungan hidup relatif' menurun atau terdapat kematian dikarenakan stress Agar kandungan amonia tetap stabil, maka dilakukan penggantian air secara rutin dan penyiponan, Kisaran amonia pada penelitian ini dapat di tolerir oleh ikan nila seperti pendapat yang dikemukakan oleh Panggabena dkk. (2016), yaitu ikan nila dapat bertahan pada kadar amonia kisaran 0,002-0,017 mg/l dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 75-85%, Pendapat lain juga dikemukakan oleh Napitu dkk, (2013) bahwa kadar amonia 0,051-0,076 mg/L. dapat di tolerir ikan nila uji. 920 921 922 923 924 925 926 927 928 929 930 931 932 933, 934 935 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1. Tingkat kematangan gonad tertinggi terdapat pada perlakuan D (450 mg Vit Ekg pakan) dimana tingkat kematangan gonad meneapai tahap V dan seluruh perlakuan mencapai 100% matang gonad. 2. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan bobot mutlak pada penelitian ini mendapatkan hasil tertinggi pada perlakuan C dengan dosis vitamin E sebanyak 400 mg/kg pakan, dimana kelangsungan hidupnya mencapai 92% dan pertumbuhan bobot mutlak mencapai (7+2,86a g). 3. Kualitas air dalam wadah pemeliharaan memiliki kondisi normal dan dapat di tolerir oleh organisme uji 5.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, disarankan agar dalam menyusun formulasi pakan buatan dengan penambahan vitamin E dapat dipadukan dengan bahan formulasi yang memiliki kandungan protein optimal, karena protein juga dapat mempengaruhi proses reproduksi kematangan gonad. 936 937 938 939 940 oat 942 943 944 945 946 947 94g 949 950 951 952 953 oa 955 956 957 958 959 960 961 962 963 964 965 966 967 968 969 970 71 972 973 974 DAFTAR PUSTAKA Abarike E.D. and Yeboah A.A. 2016, Reproductive Potential of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus Linnaeus, 1757) In The Golinga Reservoir In Ghana. International Journal of Aquatic Studies. Vol 4(5) : 279-283. Adliana C., Sukendi, dan Aryani N. 2013. Pematangan Gonad Ikan Silam (Trichogaster pectoralis Blkr) dengan Perlakuan Pemberian Pakan yang Berbeda, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru, Agusnandi F, 2017, Pemijahan Buatan pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Penyuntikan Ovaprim dan Hormon Oksitosin. Skripsi, Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Alawi H., Aryani N., dan Asiah N. 2015. Pengaruh Kadar Protein Pakan Terhadap Penampilan Pertumbuhan, Kematangan Gonad dan Fekunditas Ikan Katung (Pristolepis. grooti Bleeker) Matang Gonad Pertama, Jumal Akuakultur Rawa Indonesia. Vol 3(1) : 10-22. Apriliza K. 2012, Analisa Genetic Gain Anakan Ikan Nila Kunti FS Hasil Pembesaran I (190-150). Journal of Aquaculture Management and Technology. Vol 1(1) : 132-146 Ariwibowo J 2010. Karakteristik Varietas Unggulan Ikan Nila (Oreochromisniloticus) di Broodstock Center, Satker, Pbiat Janti, Klaten Berdasarkan Ciri Morfologi dan Pola Pita Serta Kandungan Protein. Skripsi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Azhari D, dan Tamasoa A.M. 2018, Kajian Kualitas Air dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Dibudidayakan dengan Sistem Akuaponik, Vol 3(2) : 84-90. Aziz. MV. Peningkatan Perekonomian Masyarakat Melalui Budidaya Tkan Air “Tawar. Skripsi. Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta. 975 976 977 978 979 980 981 982 983 984 985 986 987 988 939 990 991 992 993 994 995 996 997 998 999 1000 1001 1002 1003 1004 1005 1006 1007 1008 1009 1010 1011 1012 1013 1014 1015 1016 1017 1018 1019 Darwisito S., Junior MZ., Sjafei D.S., Manalu W., dan Sudrajat A.O, 2006. jan Performans Reproduksi Perbaikan pada Kualitas Telur dan Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Diberi Vitamin E dan Minyak Tkan Berbeda dalam Pakan, Prosiding Seminar Nasional Ikan IV. Fakultas Perikanan dan Timu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado Darwisito S., Sinjal H. J., dan Wahyuni I, 2015. Tingkat Perkembangan Gonad, Kualitas Telur dan Ketahanan Hidup Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Berdasarkan Perbedaan Salinitas. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi. Vol 2(2) : 86-94. Debataraja A., Manurung R.V., dan Hiskia. 2011. Mikrotandruser Deteksi Kadar ‘Oksigen ‘Terlarut Aplikasi Monitoring Kualitas Air. Jurnal Ilmiah Elite Elektro. Vol 2(2) : 73-78 Effendi, H. 2003, Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan, Kasinus, Yogyakarta Emi R, Asriyana, dan Mustafa A. 2018. Biologi Reproduksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Perairan Rawa Aopa Watunohai Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan. Gustiano R., Otong Z. A., dan Nugroho E, 2008. Perbaikan Pertumbuhan Tkan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Seleksi Famili, Media Akuakultur, Vol 3(2) : 98-106, Habibi., Sukendi., dan Aryani N. 2013. Kematangan Gonad Ikan Sepat Mutiara (Trichogaster leeri Bikr) dengan Pemberian Pakan yang Berbeda, Jural Akuakultur Rawa Indonesia, Vol (2) : 127-134 Hamre K. 2011. Metabolism, interactions, requirements and functions of vitamin Ein fish. Aquaculuture Nutrition, Vol 17 ; 98-115, Iskandar R dan Elrifadah, 2015, Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Diberi Pakan Buatan Berbasis Kiambang. Jurmal Ziraa’ah, Vol 40(1) : 18-24. Irawan H. 2017. Potensi Kegiatan Budidaya Perikanan di Kepulauan, Jumal ‘Unggah Repository. Kusnadi H. 2014, Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan Lele, Mas, dan Nila, Makalah Kegiatan Penelitian Pengolahan Gizi dan Pakan Ternak. Marlina E. dan Rakhmawati. 2016, Kajian Kandungan Ammonia pada Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Menggunakan Teknologi Akuaponik 1020 1021 1022 1023 1024 1025 1026 1027 1028 1029 1030 1031 1032 1033 1034 1035 1036 1037 1038 1039 1040 1041 1042 1043 1044 1045 1046 1047 1048 1049 1050 1051 1052 1053 1054 1055 1056 1057 1058 1059 1060 1061 1062 1063 1064 1065 Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum). Prosiding Seminar Nasional Tahunan Ke-V Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. Masitha L. 2013. Peran Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Betina Untuk Merangsang, Pemijahan Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus B.) dalam Metode Cangkringan. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mujalifah., Santoso H., dan Laili S. 2018. Kajian Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dalam Habitat Air Tawar dan Air Payau. E-Jurnal Imiah BIOSAINTROPIS. Vol 3(3) : 10-17. Mulgan M., Rahimi S.A.E., dan Dewiyanti 1. 2017. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Gesit (Oreochromis niloticus) pada Sistem Akuaponik dengan Jenis Tanaman yang Berbeda. Jumal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah, Vol 2(1) : 183-193 Mulyani Y. N., Yulisman, dan Fitriani M. 2014, Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Dipuaskan Secara Periodik. Jumal Akuakultur Rawa Indonesia Vol 2(1) : 1-12 Napitu R., Santoso L., dan Suparmono, 2013, Pengaruh Penambahan Vitamin E pad Pakan Berbasis Tepung Ikan Rucah Terhadap Kematangan Gonad Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus). E-Jumal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Vol 1(2). Nurhayati, Thaib A., dan Irmayani, 2018. Efektifitas Penambahan Vitamin E dalam Ransum Pakan Terhadap Tingkat Kematangan Gonad Induk Ikan ‘Cupang (Betta splendens). Aquatic Sciences Journal. Vol 5(1) : 19-22 Panggabean T. K., Sasanti A, D., dan Yulisman, 2016. Kualitas Air, Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, dan Efisiensi Pakan Nila yang diberi Pupuk Hayati Cair pada Air Media Pemeliharaan, Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. Vol 4(1) : 67-79. Permatasari D. W. 2012. Kualitas Air pada Pemeliharaan Ikan Nila (Oreochromis sp.) Intensif di Kolam Departemen Budidaya Perairan Institu Pertanian Bogor. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan imu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Prabowo, W. 2007. Pengaruh Dosis Bacitracine Methyle Disalisilat (BMD) dalam Egg Stimulant yang Dicampur dengan Pakan Komersil tethadap Produktivitas Ikan Lele Sangkuriang Clarias sp. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Priambodo R. 2011. Rekontruksi Primer Polymerase Chain Reaction (PCR) Spesifik untuk Gen Transferin pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). 1066 1067 1068 1069 1070 1071 1072 1073 1074 1075 1076 1077 1078 1079 1080 1081 1082 1083 1084 1085 1086 1087 1088 1089 1090 1091 1092 1093 1094 1095 1096 1097 1098 1099 1100 1101 1102 1103 1104 1105 1106 1107 1108 1109 1110 Skripsi. Fakultas Matematika dan Iimu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. Depok. Rachmawati D,, Pinandoyo., dan Purwanti A.D. 2006. Penambahan Halquinol dalam Pakan Buatan Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Benih Ikan Baung (Mépystus nemurus), Jurnal Perikanan, Vol 8(1) : 92-100 Rasyid, A. 2010. Distribusi Suu Permukaan pada Musim Peralihan Barat-Timur ‘Terkait dengan Fishing Ground Ikan Pelagis Kecil di Perairan Spermonde Jurnal IImu Kelautan dan Perikanan. Vol. 20(1): 1 Rivandi D.O. 2014. Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Berbasis Teknologi Bioflok. Skripsi, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan fmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor, Salsabila M. dan Suprapto H. 2018. Teknik Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Instalasi Budidaya Air Tawar Pandan, Jawa Timur, Journal of Aquaculture and Fish Health. Vol 7(3). T. E. Y Dan Usman. 2012. Studi Parameter Fisika Dan Kimia Daerah Penangkapan Ikan Perairan Selat Asam Kabupaten Kepulauan Meranti Propinsi Riau, Jurnal Perikanan Dan Kelautan Vol. 17(1) : 94. Sari Sary, Intan R. 2013. Produksi Pakan Buatan Semester 2. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Satia Y., Octorina P., dan Yulfieperius. 2011, Kebiasaan Makanan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Danau Bekas Galian Pasir Gekbrong Cianjur- Jawa Barat, Jurnal Agroqua, Vol (1) Sholekha D. 2018. Penggunaan Egg Stimulant pad Pakan Komersil Terhadap Fase Kematangan Gonad Ikan Rono Lindu (Oryzias sarasinorum). Skripsi. Program Studi Akuakultur. Jurusan Akuakultur. Universitas Tadulako, Palu Silalahi, J. 2009. Analisis Kualitas Air Dan Interaksinya dengan Keanekalragaman Vegetasi Akuatik Di Perairan Balige Danau Toba, Tesi. Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara. Medan Simanjuntak, M. 2007, Oksigen Terlarut dan Apparent Oxygen Utilization di Perairan Teluk Klabat, Pulau Bangka. Junal lImu Kelautan, Vol, 12(2) : 60- 62 Singh R., Singh A.K., dan Tripathi M, 2012. Melatonin Induced Changes in Specific Growth Rate, Gonadal Maturity, Lipid and Protein Production in qui 1112 1113 1114 1115 1116 1117 1118 1119 1120 1121 1122 1123 1124 1125 1126 1127 1128 1128 1130 1131 1132 1133 1134 1135 1136 1137 1138 1139 1140 1141 1142 1143 1144 1145 1146 1147 Nile Tilapia Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758). Journal Asian-Aust. J Anim. Sei, Vol 25(1) : 37-43 Solang M, 2010. Indeks Kematangan Gonad Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Diberi Pakan Altematif dan Dipotong Sirip Ekornya. Saintek, Vol 5(2) Suminto., Sani D.A.P, dan Susilowati T. 2010, Prosentase Perbedaan Pengaruh ‘Tingkat Kematangan Gonad Terhadap Fertilitas dan Daya Tetas Telur dalam Pembenahan Buatan Abalone (Haliotis asinina). Jurnal Saintek Perikanan, Vol 6(1) : 79-87, Tahapari E., Darmawan J,, Robisalmi A., dan Setiyawan P. 2019. Penambahan Vitamin E dalam Pakan Buatan Terhadap Kualitas Reproduksi Induk Tkan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Riset Akuakultur, Vol 14(4) ; 243-252 Tarigan N, 2016. Percepatan Pematangan Gonad dan Peningkatan Kualitas Telur Ikan Nilem (Ostheochilus hasselti, CV) Melalui Penambahan Vitamin E dalam Pakan, Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tarigan N., Supriatna I., Setiadi M.A., dan Affandi R. 2017, Pengaruh Vitamin E dalam Pakan Terhadap Pematangan Gonad Ikan Nilem (Ostheochilus hasselti, CV). Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada. Vol 19(1) :1-9. Waweru JN. Raburu P.O. dan Odhiambo E.A. 2019. Gonad Histology, Proximate Composition and Growth Efficiency of Nile Tilapia Fed with Pawpaw (Carica papaya) Seeds Powder. Asian Journal of Fisheries and Aquatic Research. Vol 3(4) : 1-9 Widyastuti Y.R., Subagia J., dan Gustiano R. 2008. Reproduksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Seleksi dan Non Seleksi dengan Pemijahan Buatan Karakter Induk, Telur, Embrio dan Benih, Jurnal Ikhtiologi Indonesia. Vol (1). Yulfieperius., Mikoginta I., dan Jusadi D. 2003. Pengaruh Kadar Vitamin E dalam Pakan Tethadap Kualitas Telur Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Jurnal Ikhtiologi Indonesia Vol 3(1).

You might also like