You are on page 1of 40

LAMPIRAN 1

LISTING PROGRAM

1. Index.php
<!DOCTYPE HTML>
<html>
<head>
<title>Sejarah kemerdekaan Indonesia</title>
<link href="css/style.css" rel="stylesheet" type="text/css" media="all" />
<script src="js/jquery.min.js"></script>
<script type="text/javascript" src="js/rhinoslider-1.02.min.js"></script>
<script type="text/javascript" src="js/mousewheel.js"></script>
<script type="text/javascript" src="js/easing.js"></script>
<script type="text/javascript">
$(document).ready(function() {
$('#slider').rhinoslider({
autoPlay: true
});
});

</script>
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenu.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenu.js" type="text/javascript"></script>
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenufooter.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenufooter.js" type="text/javascript"></script>
</head>
<body>
<div class="header">
<div class="wrap">
<div class="logo"><a href="index.php">Sejarah kemerdekaan
indonesia</a></div>
<div class="phone"> </div>
<div class="clear"></div>
<div class="nav">
<div class="AJXCSSMenuDQEebGB"><!-- AJXFILE:css/ajxmenu.css -->
<ul>
<li><a href="index.php">Awal&nbsp;Sejarah</a></li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Belanda</a>
<ul>
<li><a href="erabelanda1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erabelanda2.php">Fase Pertengahan</a></li>
<li><a href="erabelanda3.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galeribelanda.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Jepang</a>
<ul>
<li><a href="erajepang1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erajepang2.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galerijepang.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</a>
<ul>
<li><a href="erakemerdekaan1.php">Persiapan Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan2.php">Peristiwa
Rengasdengklok</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan3.php">Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="galerikemerdekaan.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub" href="#">Komentar</a>
<ul>
<li><a href="contact.php">Lihat Komentar</a></li>
<li><a href="komentar.php">Isi Komentar</a></li>
</ul>
</li>

L-1
</ul>
</div>
<div class="clear"></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="wrap">
<div class="content">
<div class="slide-box">
<ul id="slider">
<li><img
src="images/bung_karno_20170818_065453__1532446178_92706.jpg"></li>
<li><img
src="images/maxresdefault__1532446242_42398.jpg"></li>
<li><img
src="images/pejuang_kemerdekaan__1532446303_83598.jpg"></li>
</ul>
</div>
<div class="b-box">
<h1><span style="font-weight:bold">Sejarah Awal
Indonesia</span></h1>
<p>Indonesia adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis
khatulistiwa dan berada di antara daratan benua Asia dan Australia, serta
antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan
terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Nama alternatif yang biasa
dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi Hampir 270.054.853 juta jiwa pada
tahun 2018, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan
negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 230 juta
jiwa. Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan dan bentuk pemerintahan
Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah dan Presiden yang dipilih secara langsung.</p>
<p><p>Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya.
Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting sejak abad ke-7, yaitu
sejak berdirinya Kerajaan Sriwijaya, sebuah kemaharajaan Hindu-Buddha yang
berpusat di Palembang. Kerajaan Sriwijaya ini menjalin hubungan agama dan
perdagangan dengan Tiongkok dan India, juga dengan bangsa Arab. Kerajaan-
kerajaan beragama Hindu dan/atau Buddha mulai tumbuh pada awal abad ke-4
hingga abad ke-13 Masehi, diikuti para pedagang dan ulama dari jazirah Arab
yang membawa agama Islam sekitar abad ke-8 hingga abad ke-16, serta kedatangan
bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 yang saling bertempur untuk memonopoli
perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah
berada di bawah penjajahan Belanda selama hampir 3 abad, Indonesia yang saat
itu bernama Hindia Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II,
tepatnya tanggal 17 Agustus 1945.</p>
</p>
</div>
</div>
</div>
<div class="footer">
<div class="wrap">
<div class="f-menu">
<div class="AJXCSSMenuScGcAED"><!--
AJXFILE:css/ajxmenufooter.css -->
<ul>
<li>
<h1>Sejarah&nbsp;Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</h1>
</li>
</ul>
</div>
</div>
</div>
</div>
</body>
</html>
2. Erabelanda1.php
<!DOCTYPE HTML>
<html>
<head>
<title>Sejarah Kemerdekaan Indonesia</title>
<link href="css/style.css" rel="stylesheet" type="text/css" media="all" />
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenu.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenu.js" type="text/javascript"></script>
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenufooter.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenufooter.js" type="text/javascript"></script>
</head>
<body>

L-2
<div class="header">
<div class="wrap">
<div class="logo">&nbsp;<a href="index.php"><em>sejarah
Kemerdekaan Indonesia</em></a></div>
<div class="phone"> </div>
<div class="clear"></div>
<div class="nav">
<div class="AJXCSSMenuDQEebGB"><!-- AJXFILE:css/ajxmenu.css -->
<ul>
<li><a href="index.php">Awal&nbsp;Sejarah</a></li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Belanda</a>
<ul>
<li><a href="erabelanda1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erabelanda2.php">Fase Pertengahan</a></li>
<li><a href="erabelanda3.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galeribelanda.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Jepang</a>
<ul>
<li><a href="erajepang1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erajepang2.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galerijepang.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</a>
<ul>
<li><a href="erakemerdekaan1.php">Persiapan Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan2.php">Peristiwa
Rengasdengklok</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan3.php">Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="galerikemerdekaan.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub" href="#">Komentar</a>
<ul>
<li><a href="contact.php">Lihat Komentar</a></li>
<li><a href="komentar.php">Isi Komentar</a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>
<div class="clear"></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="wrap">
<div class="content">
<div class="b-box">
<h1><span style="font-weight:bold">Fase Awal Penjajahan Belanda
(1596 - 1799)</span></h1>
<p>
<p style="font-weight: bold;">Awal Kedatangan Belanda ke
Indonesia (1596 - 1601)</p>
</p>
<p><p>Belanda pertama kali mendarat di Indonesia yaitu di
pelabuhan Banten dengan empat buah kapal yang dipimpin oleh Kapten Pieter
Keyzer dan Cornelsi de Houtman pada 23 Juni 1596. Kedatangan kapal Cornelis de
Houtman dan awak kapalnya semula disambut dengan baik oleh para pribumi
Banten. Banyak penduduk pribumi yang naik ke kapal tersebut untuk menawarkan
makanan ataupun dagangan kepada mereka. Namun, sambutan baik ini disalah
artikan oleh Cornelis de Houtman yang justru bertindak kasar kepada pribumi
Banten yang menawarkan keramah tamahan kepada mereka. Walau demikian, pribumi
banten masih saja menawarkan lada yang Belanda butuhkan. Tujuan Belanda ke
Indonesia semula murni untuk berdagang rempah - rempah, mengambil keuntungan
besar dari penjualan rempah - rempah yang sangat di butuhkan di Eropa. Namun
pada perkembangannya tujuan tersebut berubah dari yang semula berdagang dan
selanjutnya memonopoli perdagangan hingga menjajah Indonesia.</p></p>
<p><p><img src="images/Era
Belanda/Fleet_of_Cornelis_de_Houtman.jpg" width="800" height="368"
alt=""/></p>

L-3
<p class="txt-center">Empat Kapal Pimpinan Kapten Keyzer dan
Houtman</p>
<p>Kedatangan Belanda ke Banten bertepatan dengan rencana
penyerangan Banten ke Palembang. Banten meminta Belanda meminjamkan kapalnya
untuk dipergunakan sebagai tambahan kapal pengangkut pasukan Banten untuk
penyerangan ke Palembang. Namun rencana tersebut ditolak oleh Belanda dengan
alasan mereka datang ke Banten untuk berdagang dan akan kembali ke Belanda
setelah selesai melakukan transaksi perdagangan.
</p>
<p>Ketika Banten selesai melakukan penyerangan ke Palembang,
sekembalinya dari Palembang mereka masih mendapati Belanda di tanah Banten.
Belanda beralasan, mereka menunggu panen lada yang tidak lama lagi. Pada waktu
panen, harga lada akan lebih murah. Hal ini membuat Mangkubumi Jayanegara
marah. Yang lebih parah adalah suatu malam Belanda membawa dua kapal dari
Banten yang penuh dengan lada dan memindahkan ke kapalnya. Karena kepergok
melakukan hal tersebut, Belanda kemudian menembaki kota Banten.</p>
<p><p>Atas kejadian ini mengakibatkan rakyat Banten sangat marah.
Beberapa dari tentara Banten menyerbu ke kapal Belanda dan selanjutnya
menangkap kapten Houtman beserta delapan anak kapalnya. Houtman baru
dilepaskan dengan tebusan 45.000 Gulden serta diusir dari tanah Banten pada 2
Oktober 1596. Dua tahun kemudian tepatnya pada 1 Mei 1598, rombongan pedagang
dari Belanda berangkat dipimpin oleh Jacob van Neck dibantu van Waerwijk dan
van Heemskerck tiba di Banten pada 28 November 1598. Pribumi Banten menerima
dengan baik karena sikap Belanda berbeda dengan pada saat kedatangan Houtman.
Nampaknya, pengusiran Houtman dijadikan pelajaran bagi Belanda.</p></p>
<p><img src="images/Era
Belanda/Jacob_Cornelisz_Banjaert,_genaamd_van_Neck_by_Cornelis_Ketel.jpg"
style="float:left" width="220" height="276" alt=""/></p>
</p>
<p>Pembawaan mereka sanggup membuat hati Sultan Banten terpikat,
bahkan permohonan mereka untuk bertemu dengan Sultan pun dikabulkan. van neck
membawakan piala berkaki emas sebagai tanda persahabatan dengan Sultan Banten,
Sultan Abdul Mafakhir. Mangkubumi Jayanegara kemudian membujuk van Neck untuk
membantu melakukan penyerangan ke Palembang atas pembalasan kematian Sultan
Muhammad dengan janji memberikan dua kapal penuh lada. Awalnya van Neck
menyetujui tapi dengan syarat satu kapal diberikan di awal dan satu kapal
diberikan setelah perang sedangkan Mangkubumi menghendaki pembayaran dilakukan
sekaligus setelah perang. Kesepakatan tidak tercapai dan penyerangan ke
Palembang tidak dilanjutkan.</p>
<p><p>Van Neck membawa pulang tiga kapal yang penuh dengan muatan,
sementara dua pembantunya yaitu van Waerwijk dan van Heemskerck melakukan
pelayaran lagi untuk mencapai wilayah Maluku dengan lima buah kapal.
</p></p>
<p>Setelah dua pelayaran Belanda berhasil, selanjutnya berduyun -
duyun orang - orang Belanda berlayar ke Nusantara. Pada tahun 1598 tercatat
sebanyak 22 kapal baik milik perorangan maupun perserikatan dagang dari
Belanda melakukan pelayaran ke Indonesia. Bahkan pada tahun 1602 sebanyak 65
kapal kembali ke Belanda dengan muatan penuh.</p>
<p><p>Suatu hari pemerintah Portugis mengirimkan utusan dari Malaka
dengan membawa uang 10.000 rial untuk meminta Banten memutuskan hubungan
dengan Belanda dalam perdagangan dan apabila Belanda tetap melakukan
perdagangan maka kapal - kapal Belanda akan di rusak serta diusir. Dikabarkan
pula, Portugis akan melakukan pembersihan kapal - kapal Belanda di Banten dan
negeri timur lain. Mangkubumi Jayanegara menyetujui hal tersebut dan menerima
pemberian dari Portugis. Namun, secara rahasia Mangkubumi Jayanegara
mengirimkan utusan untuk menyampaikan akan datangnya pasukan Portugis yang
akan menyergap mereka. Mendengar apa yang disampaikan utusan Mangkubumi,
kemudian kapal Belanda pun meninggalkan wilayah Banten.</p></p>
<p><img src="images/Era Belanda/Perang Banten Melawan Portugis.JPG"
width="633" height="378" alt=""/></p>
<p><p>Kemudian pada tahun 1598 angkatan laut Portugis sampailah di
Banten yang dipimpin Laurenco de Brito dari pangkalannya di Goa. Ketika sampai
di Banten, kapal - kapal Belanda sudah tidak ada dan marahlah dia. Mangkubumi
yang dituduh telah bersengkongkol dengan Belanda dituntut untuk mengembalikan
hadiah yang Portugis berikan. Mangkubumi pun tidak mau menuruti karena ia
berpendapat bahwa Portugis tidak berhak melakukan pengusiran kapal - kapal
yang berlabuh di Banten.</p></p>
<p><p>Pasukan Portugis marah, pelabuhan Banten diserang dan
dijarah. Bahkan pedagang Cina pun ikut dirampas dangangannya. Melihat adanya
serangan dari Portugis, tentara Banten kemudian menyerang balik hingga tiga
kapal Portugis dapat direbut dan awak kapalnya melarikan diri meninggalkan
kapal dan barang rampasan.</p></p>
<p><p style="font-weight: bold">Penjajahan Belanda pada Masa VOC
(1602 - 1799)</p></p>
<p><p><img src="images/Era Belanda/Tentang-VOC-(Vereenigde-
Oos.jpg" width="609" height="402" alt=""/></p>
</p>

L-4
<p style="font-weight: bold">Latar belakang dibentuknya</p>
<p><p>Keinginan Belanda untuk melakukan monopoli dibidang perdagangan
dikawasan Nusantara, ternyata tidak hanya merupakan keingan Belanda sendiri,
tetapi juga negara lainnya, seperti Inggris. Bahkan Inggris telah mendahului
langkah VOC dengan membentuk sebuah perserikatan dagang untuk kawasan Asia di
tahun 1600 yang diberi nama EIC (East India Company), yang mana telah
menimbulkan kekawatiran dikalangan para pedagang Belanda sehingga persaingan
yang tadinya ada diantara mereka sendiri berubah menjadi kesepakatan untuk
membentuk sebuah badan dagang guna membendung EIC.</p></p>
<p><p>Untuk menghilangkan persaingan antar pedagang Belanda dan
untuk mengahadapi persaingan dagang dengan bangsa Eropa lainya, seorang
anggota parlemen dari Belanda bernama Johan van Oldebanevelt mengajukan usul
mengenai penggabungan pedagang - pedagang Belanda menjadi serikat dagang. Maka
pada tanggal 20 Maret 1602, atas prakarsa Pangeran Maurits dan Olden Barneveld
didirikan kongsi perdagangan bernama Verenigde Oost-Indische Compagnie - VOC
(Perkumpulan Dagang India Timur). Pengurus pusat VOC terdiri dari 17 orang.
Pada tahun 1602 VOC membuka kantor pertamanya di Banten yang di kepalai oleh
Francois Wittert.</p></p>
<p><p style="font-weight: bold">Perlawanan kerajaan-kerajaan Islam
terhadap VOC </p></p>
<p><p style="font-weight: bold">Perlawanan Mataram terhadap VOC
(1628-1629)</p></p>
<p><p>Sultan Agung (1613-1645) adalah raja terbesar Mataram
yang bercita-cita: (1) mempersatukan seluruh Jawa di bawah Mataram, dan (2)
mengusir Kompeni (VOC) dari Pulau Jawa. Untuk merealisir cita-citanya, ia
bermaksud membendung usaha-usaha Kompeni menjalankan penetrasi politik dan
monopoli perdagangan.</p></p>
<p><p>Pada tanggal 18 Agustus 1618, kantor dagang VOC di
Jepara diserbu oleh Mataram. Serbuan ini merupakan reaksi pertama yang
dilakukan oleh Mataram terhadap VOC. Pihak VOC kemudian melakukan balasan
dengan menghantam pertahanan Mataram yang ada di Jepara. Sejak itu, sering
terjadi perlawanan antara keduanya, bahkan Sultan Agung berketetapan untuk
mengusir Kompeni dari Batavia.</p></p>
<p><p>Serangan besar-besaran terhadap Batavia, dilancarkan dua
kali. Serangan pertama, pada bulan Agustus 1628 dan dilakukan dalam dua
gelombang. Gelombang I di bawah pimpinan Baurekso dan Dipati Ukur, sedangkan
gelombang II di bawah pimpinan Suro Agul-Agul, Manduroredjo, dan Uposonto.
Batavia dikepung dari darat dan laut selama tiga bulan, tetapi tidak menyerah.
Bahkan sebaliknya, tentara Mataram akhirnya terpukul mundur. Perlawanan
pertama mengalami kegagalan disebabkan :</p></p>
<p>
<p>A. Kondisi pasukan Mataram yang kelelahan<br>
B. Terserang penyakit</p>
</p>
<p><p>Perlawanan rakyat Mataram kedua terhadap VOC di Batavia
dilaksanakan tahun 1629. Sultan Agung menyerang Batavia untuk kedua kalinya
yang dipimpin oleh Dipati Puger dan Dipati Purbaya. Pasukan Mataram berusaha
membendung sungai Citarum yang melewati kota Batavia. Pembendungan itu pun
bermaksud agar VOC di Batavia kekurangan air dan mudah kelelahan. Strategi ini
ternyata cukup efektif, terbukti bangsa Belanda kekurangan air dan terjangkit
wabah penyakit malaria dan kolera yang sangat membahayakan jiwa
manusia.</p></p>
<p><p>Perlawanan pasukan Mataram yang kedua terpaksa mengalami
kegagalan lagi karena :<br>
A. Kalah persenjataan.<br>
B. Kekurangan persediaan makanan, karena lumbung-lumbung persediaan
makanan yang dipersiapkan di Tegal, Cirebon, dan Kerawang telah dimusnahkan
oleh Kompeni.<br>
C. Jarak Mataram - Batavia terlalu jauh.<br>
D. Datanglah musim penghujan, sehingga taktik Sultan Agung untuk membendung
sungai Ciliwung gagal.<br>
E. Terjangkitnya wabah penyakit yang menyerang prajurit Mataram.</p>
</p>
<p><p><strong style="font-weight: bold">Perlawanan Banten terhadap VOC
(1651-1682)</strong></p>
</p>
<p><p>Pertentangan antara banten dengan VOC diawali Pada tahun 1619
J.P Coen berhasil merebut Jayakarta. VOC yang berpusat di Batavia ingin
menguasai Selat Sunda, karena Selat Sunda merupaka daerah perdagangan Banten
yang sangat penting, langkah Belanda ditentang terus oleh Sultan Ageng
Tirtayasa. Perlawanan Banten meningkat setelah Sultan Ageng Tirtayasa naik
tahta pada tahun 1651.
</p>
</p>
<p>Untuk melemahkan kerajaan banten VOC melakukan politik "devide et
impera". Pada tahun 1671 Sultan Ageng Tirtoyoso mengangkat putra mahkota
(dikenal dengan sebutan Sultan Haji karena pernah naik haji) sebagai pembantu

L-5
yang mengurusi urusan dalam negeri, sedangkan urusan luar negeri dipercayakan
kepada Pangeran Purboyo ( adik Sultan Haji). Atas hasutan VOC, Sultan Haji
mencurigai ayahnya dan menyatakan bahwa ayahnya ingin mengangkat Pangeran
Purboyo sebagai raja Banten. Pada tahun 1680, Sultan Haji berusaha merebut
kekuasaan, sehingga terjadilah perang terbuka antara Sultan Haji yang dibantu
VOC melawan Sultan Ageng Tirtoyoso (ayahnya) yang dibantu Pangeran Purboyo.
Sultan Ageng Tirtoyoso dan Pangeran Purboyo terdesak ke luar kota, dan
akhirnya Sultan Ageng Tirtoyoso berhasil di tawan oleh VOC; sedangkan Pangeran
Purboyo mengundurkan diri ke daerah Priangan. Pada tahun 1682 Sultan Haji
dipaksa oleh VOC untuk menandatangani suatu perjanjian yang isinya :</p>
<p>a. VOC mendapat hak monopoli dagang di Banten dan daerah
pengaruhnya.<br>
b. Banten dilarang berdagang di Maluku.<br>
c. Banten melepaskan haknya atas Cirebon.<br>
d. Sungai Cisadane menjadi batas wilayah Banten dengan VOC.</p>
<p><strong style="font-weight: bold">Perlawanan Makasar terhadap VOC
(1666-1667)</strong></p>
<p>Pada abad ke-17 di Sulawesi Selatan telah muncul beberapa kerajaan
kecil seperti Gowa, Tello, Sopeng, dan Bone. Di antara kerajaan tersebut
yang muncul menjadi kerajaan yang paling kuat ialah Gowa, yang lebih dikenal
dengan nama Makasar yang mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan
Sultan Hasanudin antara tahun 1654 - 1669.<br>
</p>
<p>Kerajaan Makasar menjadi pesaing berat bagi kompeni VOC pelayaran
dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Persaingan dagang tersebut
terasa semakin berat untuk VOC sehingga VOC berpura-pura ingin membangun
hubungan baik dan saling menguntungkan. Upaya VOC yang sepertinya terlihat
baik ini disambut baik oleh Raja Gowa dan kemudian VOC diizinkan berdagang
secara bebas. Setelah mendapatkan kesempatan berdagang dan mendapatkan
pengaruh di Makasar, VOC mulai menunjukkan perilaku dan niat utamanya, yaitu
mulai mengajukan tuntutan kepada Sultan Hasanuddin.</p>
<p>Tuntutan VOC terhadap Makasar ditentang oleh Sultan Hasanudin dalam
bentuk perlawanan dan penolakan semua bentuk isi tuntutan yang diajukan oleh
VOC. Oleh karena itu, kompeni selalu berusaha mencari jalan untuk
menghancurkan Makassar sehingga terjadilah beberapa kali pertempuran antara
rakyat Makassar melawan VOC.</p>
<p>Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633 dan pertempuran kedua
terjadi pada tahun 1654. Kedua pertempuran tersebut diawali dengan perilaku
VOC yang berusaha menghalang-halangi pedagang yang masuk maupun keluar
Pelabuhan Makasar. Dua kali upaya VOC tersebut mengalami kegagalan karena
pelaut Makasar memberikan perlawanan sengit terhadap kompeni. Pertempuran
ketiga terjadi tahun 1666 - 1667 dalam bentuk perang besar. Ketika VOC
menyerbu Makasar, pasukan kompeni dibantu oleh pasukan Raja Bone (Aru
Palaka) dan Pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Pasukan angkatan laut VOC,
yang dipimpin oleh Speelman, menyerang pelabuhan Makasar dari laut,
sedangkan pasukan Aru Palaka mendarat di Bonthain dan berhasil mendorong
suku Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin serta
melakukan penyerbuan ke Makasar.</p>
<p>Peperangan berlangsung seru dan cukup lama, tetapi pada saat itu
Kota Makassar masih dapat dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Pada akhir
kesempatan itu, Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani
perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun 1667.</p>
<p>Perlawanan rakyat Makasar akhirnya mengalami kegagalan. Salah satu
faktor penyebab kegagalan rakyat Makasar adalah keberhasilan politik adu
domba Belanda terhadap Sultan Hasanudin dengan Aru Palaka. Perlawanan rakyat
Makasar selanjutnya dilakukan dalam bentuk lain, seperti membantu Trunojoyo
dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan terhadap VOC.</p>
<p>Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada
tanggal 18 November 1667, yang isinya :<br>
a. Wilayah Makasar terbatas pada Goa, wilayah Bone dikembalikan kepada
Aru Palaka.<br>
b. Kapal Makasar dilarang berlayar tanpa izin VOC.<br>
c. Makasar tertutup untuk semua bangsa, kecuali VOC dengan hak
monopolinya.<br>
d. Semua benteng harus dihancurkan, kecuali satu benteng Ujung Pandang
yang kemudian diganti dengan nama Benteng Roterrdam.<br>
e. Makasar harus mengganti kerugian perang sebesar 250.000
ringgit.</p>
<p><strong style="font-weight: bold">Perlawanan Rakyat Maluku
(1817)</strong></p>
<p>Perlawanan yang dilakukan oleh Thomas Matulesi (Pattimura) terjadi
di Saparua, yaitu sebuah kota kecil di dekat pulau Ambon. Adapun Sebab-
sebab terjadinya perlawanan ini adalah :<br>
a. Rakyat Maluku menolak kehadiran Belanda karena pengalaman mereka yang
menderita dibawah VOC<br>
b. Pemerintah Belanda menindas rakyat Maluku dengan diberlakukannya kembali
penyerahan wajib dan kerja wajib<br>

L-6
c. Dikuasainya benteng Duursteide oleh pasukan Belanda</p>
<p>Akibat penderitaan yang panjang rakyat menetang Belanda dibawah
pimpinan Thomas Matulesi atau Pattimura. Tanggal 15 Mei 1817 rakyat Maluku
mulai bergerak dengan membakar perahu-perahu milik Belanda di pelabuhan
Porto. Selanjutnya rakyat menyerang penjara Duurstede. Residen Van den Berg
tewas tertembak dan benteng berhasil dikuasai oleh rakyat Maluku.</p>
<p>Pada bulan Oktober 1817 pasukan Belanda dikerahkan secara besar-
besaran, Belanda berhasil menangkap Pattimura dan kawan-kawan dan pada
tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dijatuhi hukuman mati ditiang gantungan,
dan berakhir perlawanan rakyat Maluku.</p>
<p><strong style="font-weight: bold">Kemunduran VOC</strong></p>
<p>Pemerintah Belanda di Eropa terjadi perubahan yang diakibatkan
adanya Revolusi Perancis (1789 - 1799) dan membuat Republik Btaaf pada tahun
1795. Hutang VOC pada saat itu mencapai 136,7 juta gulden dan tak lagi
tertolong. Pemerintah Belanda akhirnya memutuskan untuk membubarkan VOC pada
tanggal 31 Desember 1799. Semua hutang-hutang dan kekayaan VOC diambil alih
oleh pemerintah Belanda. Runtuhnya disebabkan oleh hal-hal berikut :<br>
a. Banyak pegawai VOC yang korupsi<br>
b. VOC terjerat banyak hutang<br>
c. Pengeluaran VOC yang semakin besar akibat intervensi politik<br>
d. Adanya persaingan yang ketat dari pedagang Eropa<br>
e. Penggunaan tentara sewaan yang membebani kas VOC<br>
f. Menejemen yang jelek<br>
g. Mutu pegawai yang merosot<br>
h. Sistem monopoli yang sudah tidak sesuai lagi </p>
<p>VOC kemudian diambil alih oleh Belanda (repubik Bataaf /
Bataafche Republiek). Pada awal pemerintahannya, Belanda menghadapi
permasalahan yang kacau balau akibat dari sistem VOC yang kurang baik.
Selain adanya perang yang berkepanjangan di Eropa, Belanda juga
ketergantungan terhadap pemasukan berupa impor perak dari VOC yang pada saat
itu terhambat oleh blokade yang dilakukan Inggris di Eropa. Inggris juga
mengincar wilayah Indonesia untuk dijadikan wilayah jajahannya. Jawa adalah
wilayah koloni Belanda Perancis yang belum jatuh ke tangan Inggris. Pada
akhir abad ke 18 dan awal ke 19 terjadi perang antara Perancis dan Belanda
di daratan Eropa. Perancis memenangkan peperangan tersebut pada 1806 dan
menyebabkan tanah jajahan Belanda diserahkan kepada pemerintahan
Perancis.</p>
</div>
</div>
</div>
<div class="footer">
<div class="wrap">
<div class="f-menu">
<div class="AJXCSSMenuScGcAED">
<!-- AJXFILE:css/ajxmenufooter.css -->
<ul>
<li>
<h1>Sejarah&nbsp;Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</h1>
</li>
</ul>
</div>
</div>
</div>
</div>
</body>
</html>
3. Erabelanda2.php
<!DOCTYPE HTML>
<html>
<head>
<title>Sejarah Kemerdekaan Indonesia</title>
<link href="css/style.css" rel="stylesheet" type="text/css" media="all" />
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenu.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenu.js" type="text/javascript"></script>
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenufooter.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenufooter.js" type="text/javascript"></script>
</head>
<body>
<div class="header">
<div class="wrap">
<div class="logo">&nbsp;<a href="index.php"><em>sejarah
Kemerdekaan Indonesia</em></a></div>
<div class="phone"> </div>
<div class="clear"></div>
<div class="nav">
<div class="AJXCSSMenuDQEebGB"><!-- AJXFILE:css/ajxmenu.css -->

L-7
<ul>
<li><a href="index.php">Awal&nbsp;Sejarah</a></li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Belanda</a>
<ul>
<li><a href="erabelanda1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erabelanda2.php">Fase Pertengahan</a></li>
<li><a href="erabelanda3.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galeribelanda.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Jepang</a>
<ul>
<li><a href="erajepang1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erajepang2.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galerijepang.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</a>
<ul>
<li><a href="erakemerdekaan1.php">Persiapan Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan2.php">Peristiwa
Rengasdengklok</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan3.php">Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="galerikemerdekaan.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub" href="#">Komentar</a>
<ul>
<li><a href="contact.php">Lihat Komentar</a></li>
<li><a href="komentar.php">Isi Komentar</a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>
<div class="clear"></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="wrap">
<div class="content">
<div class="b-box">
<h1><span style="font-weight: bold">Fase Pertengahan Penjajahan
Belanda (1806 - 1814)</span></h1>
<p style="font-weight: bold;"><u><strong>Pemerintahan Herman
Willem Daendels (1806-1811)</strong></u></p>
<p><p><img src="images/Era Belanda/Daendels.JPG"
style="float:left" width="200" height="278" alt=""/></p></p>
<p>VOC di bubarkan pada tahun 1799 dengan segala permasalahan
yang ada. Setelah VOC di bubarkan, tanggung jawab kongsi dagang di Indonesia
diambil alih oleh Hindia Belanda (<em>Nederlands Indies</em>). Pengambilan
kekuasaan ini bertujuan agar wilayah Indonesia masih dalam kekuasaan
Belanda. Pemerintahan Belanda hanya bertahan sampai 1806, saat itu Belanda
yang menggantikan VOC harus menanggung hutang - hutang VOC. Pada akhir abad
18 dan awal abad 19, Belanda di Eropa mengalami peperangan melawan Perancis.
Akhirnya pada tahun 1806 Perancis meguasai pemerintahan Belanda yang ada di
Eropa dan berimbas kepada pemerintahan Hindia Belanda. Pemerintahan Hindia
Belanda diambil alih oleh Perancis pada tahun 1808. Herman Willem Daendels
diutus oleh Lodewijk (Louis) Napoleon untuk menjadi Gubernur yang menjabat
di Batavia dengan tugas utama yaitu mempertahankan pulau Jawa dari serangan
Inggris. Tuntutan pemerintahan Belanda kepada Daendels hanyalah pada sektor
pertahanan dan ketentaraan.</p>
<p>
<p>Untuk menambah kekuatan militernya, Daendels melatih
orang - orang pribumi menjadi tentaranya, sabab tidak mungkin Daendels
merekrut orang - orang dari negara Belanda yang kemudian didatangkan ke
Hindia Belanda. Kegiatan memperkuat militer Perancis juga sejalan dengan
pembangunan tangsi - tangsi atau benteng - benteng, pabrik mesiu dan juga
rumah sakit tentara. Selain itu, guna mempertahankan pemerintahan di pulau
Jawa, Daendels mendirikan jalan <em>Grote Postweg</em> atau sekarang dikenal
dengan Pantura dari Anyer, Jawa Barat hingga Panarukan, Jawa Timur.
Pembangunan jalan ini menggunakan sistem kerja paksa atau kerja rodi yang
dilakukan rakyat pribumi secara paksa dan tanpa upah. Keberhasilan

L-8
pembangunan jalan pos ini merupakan pencapaian yang gemilang oleh
pemerintahan  Daendels, namun disisi lain bagi orang - orang Indonesia
setiap jengkal jalan pantura merupakan rintihan jiwa orang yang mati dari
pribumi yang dipekerjakan secara paksa.</p>
</p>
<p><p>Setelah pembuatan <em>Grote Post Weg</em> selesai,
Daendels memerintahkan untuk membuat perahu - perahu kecil dan kemudian
membuat pelabuhan - pelabuhan untuk tempat bersandarnya kapal perang,
rencana pembuatan pelabuhan ini akan dibangun di daerah Banten Selatan.
Pembangunan pelabuhan juga memakan korban jiwa yang tidak sedikit bagi
Banten yang diakibatkan dari penyakit malaria yang menyerang para pekerja
paksa. Akhirnya pembangunan pelabuhan tidak terselesaikan. Meskipun
demikian, Daendels bersikeras untuk tetap menyelesaikan pembangunan
pelabuhan dan disisi lain Sultan Banten menentangnya. Daendels menganggap
jiwa para pekerja paksa orang - orang Banten tidak ada harganya, sehingga
mangakibatkan pecahnya perang antara pemerintahan Daendels melawan Kerajaan
Banten.</p>
</p>
<p>
<p>Di samping itu, pembanguna pelabuhan yang ada di Merak
juga mengalami kegagalan dan hanya usaha perluasan di Surabaya yang cukup
memuaskan. Pada 1810, Kerajaan Belanda di bawah pemerintahan Louis Napoleon
dihapuskan oleh Napoleon menjadi kekuasaan Perancis. Otomatis Indonesia
berganti dari pemerintahan Belanda beralih ke pemerintahan Perancis. Akibat
tindakannya yang otoriter, pada 1811 Daendels di panggil kembali oleh
Napoleon untuk kembali ke Eropa dan digantikan Gubernur Jansens.</p>
</p>
<p><strong style="font-weight: bold">Kebijakan - Kebijakan
Daendels</strong><br>
Berikut ini adalah kebijakan - kebijakan yang dilakukan Daendels selama
Dendels menjabat di Indonesia terutama di Jawa :<br>
A. Dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan<br>
<ul>
<li style="color: #070707; font-size: 16px;">- Membangun benteng
pertahanan</li>
<li style="color: #020202; font-size: 16px;">- Membangun
pangkalan angkatan laut di Anyer dan Ujung Kulon</li>
<li style="color: #020202; font-size: 16px;">- Mengangkat
pribumi sebagai tentara Daendels</li>
<li style="color: #020202; font-size: 16px;">- Membangun
<em>Grote Postweg</em> dari Anyer hingga Panarukan</li>
</ul>
B. Bidang Pemerintahan<br>
<ul>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Membatasi kekuasaan raja -
raja di Jawa</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Membagi Jawa menjadi 9 daerah
prefectur yang masing - masing prefectur dipimpin oleh seorang Gubernur</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Bupati sebagai penguasa
diubah menjadi pegawai pemerintahan yang kemudian digaji</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Wilayah Kerajaan Banten dan
Cirebon di hapuskan dan dinyatakan sebagai wilayah pemerintahan kolonial.</li>
</ul>
C. Bidang Sosial dan Ekonomi<br>
<ul>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Memaksakan perjanjian kepada
penguasa Surakarta dan Yogyakarta untuk melebur ke dalam pemerintahan
kolonial</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Meningkatan pemasukan dari
pajak</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Meningkatkan kegiatan
penanaman paksa</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Penyerahan wajib hasil
bumi</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Melakukan penjualan tanah
kepada pihak swasta</li>
</ul>
</p>
<p>
<p>Daendels juga memberantas sistem feodal yang sebelumnya
digunakan oleh VOC. Selain itu Daendels juga membatasi hak - hak bupati
terutama dalam hal penguasaan tanag serta pemakaian tenaga rakyat.
Pemerintahan Daendels dianggap sebagai pemerintahan bertangan besi atau
otoriter. Ia menerapkan disiplin, kerja keras dan kejam. Bagi yang
membangkang, Daendels tidak segan untuk memberi hukuman. Hal ini dapat
dilihat ketika pembangunan jalan pantura yaitu dengan menerpakan kerja paksa

L-9
tanpa upah atau makanan sehingga sebagian melarikan diri akan ditangkap dan
sisiksa.</p>
</p>
<p><strong style="font-weight: bold">Sejarah Jalan
Pantura</strong></p>
<p><img src="images/Era Belanda/Grote Posweg.JPG" width="794"
height="270" alt=""/></p>
<p><p>Jalan pantura atau bisa dinamakan Jalan Daendels dan
<em>Grote Postweg</em> merupakan jalan yang dibangun oleh pemerintahan
Daendels yang berkuasa di Hindia Belanda dari tahun 1808 sampai 1811. Jalan
ini membentang dengan jarak 1000 km dari Jawa Barat hingga Jawa Timur
menyusuri pantai utara Jawa. Karena itulah jalan ini juga disebut dengan
nama Pantura atau jalan pantai utara. Jalur ini menjadi urat nadi
perekonomian Jawa hingga saat ini dan dianggap sangat penting. Jalur ini
menjadi jalur terpendek apabila ingin mengitari pulau Jawa serta menjadikan
jalur ini favorit bagi lalu lintas barang maupun manusia di Jawa. Letaknya
yang ada di pantai utara Jawa menambah nilai strategis yang tidak sedikit
pelabuhan - pelabuhan besar pada zaman dahulu berada tak jauh dari pantura
dari Tanjung Priok, Tanjung Perak, hingga pelauhan kecil seperti yang ada di
Tuban dan Panarukan.</p></p>
<p><p>Tujuan awal dibangunnya Jalan Daendels ini adalah untuk
mobilisasi tentara antara Batavia dan Surabaya dalam rangka pertahanan
terhadap serangan laut Inggris. Selain itu jalur ini juga digunakan sebagai
jalur pos dan penumpang. Ada catatan yang menyebutkan bahwa pada 1810
Daendels memerintahkan untuk membeli kuda sebanyak 200 ekor untuk keperluan
pos dan penumpang sepanjang jalur pantura. Namun keberhasilan Daendels dalam
membangun jalur pantura juga mendapat kecaman terutama oleh para aktivis
intelektual yang menganggap pembangunan jalur ini tidak manusiawi karena
mengorbankan rakyat Jawa. Daendels memaksa penguasa Jawa untuk membangun
serta memperlebar jalan yang sudah ada dalam kurun waktu setahun harus sudah
selesai. Apabila gagal memenuhi target tersebut, penguasa serta pekerjanya
akan dibunuh serta kepalanya di gantung di tepian pantura. Akibatnya, para
penguasa lokal mengerahkan rakyatnya untuk bekerja keras tanpa adanya
imbalan hingga terjadi kelaparan. Selain itu, pekerja paksa juga terserang
penyakit malaria yang menjadi faktor kedua kematian pribumi selain
kelaparan. Data dari Inggris mencatat sebanyak 12.000 orang tewas dalam
proyek ini. Mulai 1809 jalur ini sudah beroprasi menjadi jalur utama yang
strategis dan tidak tergantikan.Pada pelaksanaan pembangunan jalan pantura
ini tidak sepenuhnya membuat jalan baru, melainkan melakukan pelebaran jalan
yang sudah ada di kota - kota pesisir utara pulau Jawa serta membuat jalan
penghubung antar satu kota dengan kota lain. Tak jarang candi - candi baik
Buddha maupun Hindu dikorbankan untuk "nguruk" jalan <em>Grote Postweg</em>
ini.</p>
</p>
<p><p>Daendels yang dikenal dengan sikap kerasnya terkadang juga
melakukan tindakan keras terhadap raja - raja di Jawa seperti :<br>
</p>
<ol>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">1. Raja Solo dan
Yogyakarta dimana raja kerajaan tersebut harus mengakui bahwa raja Belanda
sebagai junjungannya</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">2. Karena Banten
tidak mau melakukan pembangunan jalan raya Post Groteweg, Daendels mengambil
kebijakan keras dengan mengasingkan Sultan Banten ke Banten</li>
</ol>
</p>
<p>
<p>Ada dua versi mengapa Daendels dipanggil kembali ke negaranya
(Perancis) yaitu :<br>
</p>
<ol>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">1. Daendels sangat
dibutuhkan untuk memimpin pasukan Perancis guna melakukan serangan ke
Rusia</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">2. Hubungan buruk
antara Daendels dengan raja - raja di Jawa yang dikhawatirkan akan
memperburuk situasi menjelang serangan dari Inggris.</li>
</ol>
</p>
<p>
<p style="font-weight: bold"><u><strong>Pemerintahan Jan Willem
Janssen (1811)</strong></u></p>
</p>
<img src="images/Era Belanda/Jansen.JPG" style="float:left"
width="201" height="260" alt=""/>
<p>Jansen merupakan seorang Gubernur yang menggantikan Daendels pada bulan
Mei 1811, ia tiba di istana Bogor pada tanggal 15 Mei 1811. Pemerintahan

L-10
Jansen tidak berlangsung lama yaitu hanya sampai 18 September 1811 yang
kemudian menyerah kepada Raffles yang tertuang dalam Kapitulasi Tuntang.Isi
Kapitulasi Tuntang diantaranya :<br>
</p>
<ol>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">1. Pemerintah Belanda
menyerahkan Indonesia kepada Inggris di Kalkutta (India)</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">2. Semua tentara Belanda
menjadi tawanan perang Inggris</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">3. Orang Belanda dapat
dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">4. Hutang Belanda tidak menjadi
tanggungan Inggris</li>
</ol>
<p>Singkatnya pemerintahan Jansen hingga dianggap pada periode
pemerintahannya tidak meninggalkan apa - apa dan seolah hanya ditugaskan
mempertahankan bendera Perancis di Hindia Belanda selama enam bulan.</p>
<p style="font-weight: bold"><u><strong>Pemerintahan Thomas
Stamford Raffles (1811-1814)</strong></u></p>
<p>Setelah Inggris mampu menguasai pulau Jawa, Raffles kemudian
ditunjuk untuk menjadi Gubernur di Jawa. Kebijakan - kebijakan Raffles
diantaranya<br>
</p>
<ul>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Menghapus sistem
Preangerstelsel, kerja paksa, dan menghentikan perdagangan budak</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Membebaskan
rakyat dalam melakukan penanaman</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Menghapuskan
sistem pajak hasil bumi (<em>Contingenten</em>)</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Menerapkan sistem
tanah sebagai milik pemerintah sedangkan petani sebagai pengarap</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Pemberlakuan
pajak tanah</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Pengangkatan
Bupati sebagai pegawai pemerintahan dan menetapkan jabatan Bupati diwariskan
turun temurun</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Membagi pulau
Jawa menjadi 16 Karesidenan</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Membentuk sistem
pemerintahan yang serupa dengan sistem pemerintahan di negara Inggris </li>
</ul>
<p>Adapun hambatan pemberlakuan kebijakan - kebijakan yang
dilakukan oleh Inggris diantaranya :<br>
</p>
<ul>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Terbentur adanya
budaya dan tradisi Jawa</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Belum adanya
kepastian hukum atas tanah</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Uang
belumsepenuhnya berlaku di Jawa sebagai alat pembayaran pajak</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Singkatnya masa
pemerintahan Raffles</li>
</ul>
<p>Kekuasaan Raffles hanya sampai   1814 setelah Perancis kalah
oleh Rusia, Prusia, Austria dan Swedia dalam pertempuran Leipzig pada tahun
1813. Imbasnya negara Belanda memerdekakan diri dan berhak kembali atas
tanah jajahan terdahulu yang tertuang dalam Konvensi London.</p>
</div>
</div>
</div>
<div class="footer">
<div class="wrap">
<div class="f-menu">
<div class="AJXCSSMenuScGcAED">
<!-- AJXFILE:css/ajxmenufooter.css -->
<ul>
<li>
<h1>Sejarah&nbsp;Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</h1>
</li>
</ul>
</div>
</div>
</div>
</div>
</body>

L-11
</html>
4. Erabelanda3.php
<!DOCTYPE HTML>
<html>
<head>
<title>Sejarah Kemerdekaan Indonesia</title>
<link href="css/style.css" rel="stylesheet" type="text/css" media="all" />
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenu.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenu.js" type="text/javascript"></script>
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenufooter.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenufooter.js" type="text/javascript"></script>
</head>
<body>
<div class="header">
<div class="wrap">
<div class="logo">&nbsp;<a href="index.php"><em>sejarah
Kemerdekaan Indonesia</em></a></div>
<div class="phone"> </div>
<div class="clear"></div>
<div class="nav">
<div class="AJXCSSMenuDQEebGB"><!-- AJXFILE:css/ajxmenu.css -->
<ul>
<li><a href="index.php">Awal&nbsp;Sejarah</a></li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Belanda</a>
<ul>
<li><a href="erabelanda1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erabelanda2.php">Fase Pertengahan</a></li>
<li><a href="erabelanda3.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galeribelanda.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Jepang</a>
<ul>
<li><a href="erajepang1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erajepang2.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galerijepang.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</a>
<ul>
<li><a href="erakemerdekaan1.php">Persiapan Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan2.php">Peristiwa
Rengasdengklok</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan3.php">Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="galerikemerdekaan.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub" href="#">Komentar</a>
<ul>
<li><a href="contact.php">Lihat Komentar</a></li>
<li><a href="komentar.php">Isi Komentar</a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>
<div class="clear"></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="wrap">
<div class="content">
<div class="b-box">
<h1><span style="font-weight:bold">Fase Akhir Penjajahan Belanda
(1816 - 1942)</span></h1>
<p><u><strong style="font-weight: bold">Masa Kekuasaan Belanda
Ke Dua (1816-1942)</strong></u></p>
<p>Adanya perang melawan Perancis serta hutang VOC menyebabkan
kekosongan kas Belanda. Kemudian dikirimlah Van der Capellen (1816 - 1826)
untuk menjabat sebagai Gubernur Jenderal di Nusantara dengan tugas utama
mengekploitasi kekayaan nusantara guna mengisi kos Belanda yang kosong.
Setelah Van Der Capellen lalu dilanjutkan oleh de Gisignies (1826-1830).

L-12
Karena ketidak adilan serta kesewenang - wenangan mengakibatkan munculnya
perlawanan - perlawanan oleh para pribumi, diantaranya :<br>
</p>
<ul>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Perang Saparua
(1817)</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Perlawanan
Sultan Palembang (1818-1825)</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Perang
Diponegoro (1825-1830)</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Perang Padri
(1815-1838)</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Perang Bone
(1824)</li>
</ul>
<p><p>Adanya perlawanan - perlawanan tersebut mengakibatkan
terkurasnya kas Belanda. Kemudian Belanda mengirim Johannes van Den Bosch
untuk menyelamatkan kas negara dari kebangkrutan. van Den Bosch kemudian
memberlakukan kebijakan peningkatan produksi tanaman ekspor dengan sistem
tanam paksa</p>
</p>
<p><p><u><strong style="font-weight: bold">Kebijakan Sistem
Tanam Paksa (<em>Cultuurstelsel</em>): Van den Bosch (1830-
1870)</strong></u></p>
</p>
<p><p><strong style="font-weight: bold">A. Latar Belakang
Adanya Tanam Paksa</strong></p>
</p>
<p>Cultuurstelsel atau tanam paksa merupakan kebijakan
Belanda dengan mempekerjakan pribumi untuk menanam tanaman tertentu secara
paksa. Kebijakan ini sangat merugikan pribumi sebagai orang yang melakukan.
Tanpa gaji dan tanpa istirahat, orang - orang pribumi banyak yang meninggal
dikarenakan kebijakan ini. Kebijakan ini diberlakukan karena adanya faktor
yang mempengaruhi yaitu adanya tekanan dari pemerintah negara Belanda untuk
memaksimalkan jumlah pendapatan Belanda dan besarnya pengeluaran Belanda
untuk melakukan penumpasan - penumpasan pemberontakan di berbagai wilayah
Belanda. Selain itu Negara Belanda juga sedang mengalami peperangan dan
sumber pemasukan Belanda adalah dari kas - kas tangsi Belanda seperti
Belanda yang ada di Indonesia. Oleh karena itu diangkatlah Johanes van den
Bosch untuk memaksimalkan pendapatan Belanda. Dana yang didapatkan akan
digunakan untuk mengisi kekosongan kas negara, membayar hutang dan membiayai
perang. Dengan adanya tugas dari Belanda tersebut, van den Bosch melakukan
kebijakan dengan meningkatkan produksi tanaman - tanaman ekspor seperti
rempah - rempah. Kemudian van den Bosch melakukan kebijakan tanam paksa
dengan komoditas yang laku di pasaran dunia secara paksa kepada pribumi
Indonesia. Tanam paksa ini diberlakukan setelah van den Bosch tiba di
Indonesia pada 1830. Selain itu van den bosch juga memberlakukan program
sebagai berikut :<br>
</p>
<ol>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">1.
Penghapusan sewa tanah karena pemasukannya sedikit dan pelaksanaannya
sulit.</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">2.
Pemberlakuaan tanaman wajib dengan jenis tanaman yang sudah ditentukan oleh
pemerintah</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">3. Pajak
tanah diganti dengan penyerahan hasil tanaman kepada Belanda</li>
</ol>
<p><strong style="font-weight: bold">B. Aturan Tanam Paksa
</strong></p>
<p>Sistem tanam paksa pada dasarnya adalah gabungan dari
sistem tanam wajib yang diberlakukan VOC dan pajak tanah yang diberlakukan
Raffles. Sistem tanam paksa tersebut memiiki ketentuan - ketentuan sebagai
berikut :<br>
</p>
<ol>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">1. Pribumi
yang mempunyai tanah diwajibkan menanam seperlima dari tanahnya untuk ditanami
tanaman wajib yang laku di pasaran</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">2. Hasil dari
tanaman tersebut diserahkan kepada Belanda. Apabila hasil dari tanaman
tersebut melebihi pajak yang ditentukan maka kelebihan tersebut akan
dikembalikan kepada petani</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">3. Waktu
penanaman tidak boleh melebihi waktu penanaman padi</li>

L-13
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">4. Kegagalan
panen sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">5. Wajib
tanam dapat diganti dengan tenaga kepada Belanda dengan mempekrjakan selama 66
hari</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">6. Pengawasan
tanam paksa sepenuhnya di awasi oleh kepala - kepala pribumi sedangkan
pemerintah Belanda pengawasan secara umum</li>
</ol>
<p><strong style="font-weight: bold">C. Pelaksanaan Tanam
Paksa</strong></p>
<p>Melihat aturan tanam paksa memang tidak terlalu memberatkan,
namun kenyataan di lapangan aturan tersebut sangat bersebrangan, menekan dan
memberatkan rakyat. Adanya Cultuur procenten atau hadiah bagi para kepala
daerah yang menyerahkan hasil bumi pribumi tepat waktu maka akan diberi
hadiah semakin memberatkan rakyat. Dengan adanya Cultuur Procent ini para
penguasa pribumi berlomba meningkatkan setoran untuk mendapatkan hadiah
lebih banyak dari Belanda, akibatnya muncul penyelewangan - penyelewengan,
antara lain :<br>
</p>
<ol>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">1. Pembagian tanah
yang diwajibkan untuk ditanami yang semula seperlima dari tanah bertambah
menjadi sepertiga bahkan seperdua, adapula yang seluruhnya karena tanahnya
subur</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">2. Kegagalan panen
dibebankan pada petani</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">3. Tenaga kerja
yang seharusnya dibayar oleh pemerintah ada kenyataannya tidak dibayar</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">4. Waktu penanaman
yang dibutuhkan melebihi waktu penanaman padi</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">5. Kelebihan hasil
yang seharusnya diserahkan ke petani ternyata tidak dikembalikan</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">6. Pekerjaan yang
diberikan Belanda ternyata lebih berat </li>
</ol>
<p><strong style="font-weight: bold">D. Akibat yang ditimbulkan
oleh Tanam Paksa</strong></p>
<p>Tanam paksa yang pada pelaksanaannya menyimpang dari aturan
menimbulkan akibat - akibat sebagai berikut :<br>
</p>
<ol>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">1. Bagi Indonesia
Terutama Jawa<br>
<ul>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Banyak sawah
dan ladang terbengkalai karena petani yang tidak mampu mengolah tanamannya
karena kurangnya modal dengan adanya sistem pajak dan tanam paksa serta
menurunnya penghasilan secara drastis</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Tanam paksa
semakin memberatkan rakyat dengan aturan - aturan yang ditetapkan Belanda</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Tekanan fisik
dan mental yang berkepanjangan</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Kemiskinan
semakin meluas</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Meningkatnya
kematian secara drastis karena kelaparan dan wabah penyakit</li>
</ul>
</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">2. Bagi Belanda<br>
<ul>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Keuntungan
dan kemakkmuran bagi Belanda</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Hutang yang
sebelumnya membebani sedikit demi sedikit terlunasi</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Pemasukan
yang melebihi anggaran belanja</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Terpenuhinya
kas negrei Belanda</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Berkembangnya
perdagangan Belanda di Indonesia </li>
</ul>
</li>
</ol>
<p><strong style="font-weight: bold">E. Akhir Tanam
Paksa</strong></p>

L-14
<p>Adanya protes - protes mengenai adanya tanam paksa yang
dilakukan oleh Belanda membuat pemerintah negeri Belada berangsur - angsur
menghapus sistem tanam paksa. Protes - protes tersebut diantaranya adalah
berikut :<br>
</p>
<ul>
<li><span style="font-size: 16px; color: #020202;">Golongan
Pengusaha</span><br>
<span style="font-size: 16px; font-weight: normal;">Golongan
ini menganggap bahwa tanam paksa menyalahi ekonomi liberal dan menghendaki
adanya kebebasan bagi para pribumi</span><br>
</li>
<li><span style="font-size: 16px; color: #020202;">Baron van
Hoevel</span><br>
<span style="font-size: 16px; font-weight: normal;">Baron van
Hoevel melihat adanya penderitaan di Indonesia yang diakibatkan adanya tanam
paksa, oleh karna itu ia mengecam pelaksanaan tanam paksa. Setelah kembali
ke Belanda dan terpilih sebagai anggota parlemen, ia semakin gigih
memperjuangkan tuntutannya terhadap penghapusan tanam paksa.</span><br>
</li>
<li><span style="font-size: 16px; color: #020202;">Eduard Douwes
Dekker</span><br>
<span style="font-size: 16px; font-weight: normal;">Ia walaupun
seorang Belanda namun ia cinta terhadap penduduk Indonesia khususnya setelah
melihat penderitaan setelah pemberlakuan tanam paksa. Dengan nama samarannya
yaitu Multatuli, ia menulis buku Max Havelaar yang menggambarkan penderitaan
pribumi akibat adanya tanam paksa.</span></li>
</ul>
<p>Akibat protes - protes ini pemerintah belanda &nbsp;berangsur -
angsur menghapus sistem tanam paksa. </p>
<p><u><strong style="color: #020202; font-weight: bold;">Kebijakan
Pintu Terbuka (1870-1900) : Eksploitasi Manusia dan Agraria</strong></u></p>
<p>Adapun latar belakang dari kebijakan pintu terbuka yaitu :<br>
</p>
<ul>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Perubahan Politik
di Belanda. Di tahun 1850 politik di Belanda dimenangkan oleh partai liberal
dan kemudian menyebabkan sistem pemerintahan Belanda berubah menjadi sistem
liberalis. Karena sistem liberalis  tidak bisa lepas dari para pemilik
modal, maka perekonomian digerakkan dengan sistem kapitalisme.</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Adanya pengaruh
revolusi industri</li>
</ul>
<p><u>Penerapan Politik Terbuka</u></p>
<p>Adapun penerapan politik terbuka yaitu munculnya pabrik -
pabrik baru milik swasta yang mulai menjamur di Indonesia seperti Pabrik
tembakau di Deli, Besuki dan Kediri, Pabrik tebu dai Batavia, Semarang dan
lain - lain, pabrik kina di Jawa Barat, Pabrik teh di Jawa Barat dan
Sumatera dan lain sebagainya. Dampak dari penerapan pintu terbuka ini
menjadikan Belanda semakin makmur dan penderitaan bagi rakyat Indonsia.<br>
</p>
<p><u>Eksploitasi Manusia</u></p>
<p>Ekploitasi manusia yang dimaksud adalah pengerahan manusia yang
dilakukan dengan tipudaya, paksaan, ketidakadilan serta kesewenang -
wenangan yang dialami pribumi di perkebunan baik milik Belanda maupun swasta
asing. Pada masa ini muncul sebutan <em>Koeli</em> (buruh) dan
<em>Ordernemer</em> (pemilik perkebunan). Dalam menerapkan eksploitasi
manusia, pemerintah Belanda memberlakukan aturan Koeli Ordonantie 1881 yang
menjamin pemilik perkebunan dapat memperoleh, mempekerjakan serta
mempertahankan kuli di perkebunan mereka sesuai kebutuhan. Para pribumi
diwajibkan bekerja dari pagi hingga sore dengan membuka lahan, dan upah
serta makan dan juga tempat tinggal jauh dari kata layak. Rakyat Jawa juga
ada yang dipekerjakan di Suriname dan Guyana Belanda untuk bekerja di
perkebunan milik Belanda. Tidak sedikit para pekerja melarikan diri, namun
Belanda telah membuat aturan dengan istilah <em>Poenal Sanctie</em> yaitu
hukuman bagi para pekerja yang melarikan diri berupa denda,
disekap,ditelanjangi, kerja paksa tanpa upah serta ada yang dibunuh.<br>
</p>
<p><u>Eksploitasi Agraria</u><br>
</p>
<p>Yang dimaksud disini adalah memaksimalkan penggunaan lahan -
lahan produktif di Indonesia dengan melakukan pembukaan lahan kosong untuk
perkebunan dan pertambangan yang dikerjakan oleh pribumi.Tanah yang dimaksud
dibagi menjadi tiga yaitu :<br>
</p>
<ol>

L-15
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">1. Tanah yang
dikuasai langsung (bumi narawita)</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">2. Tanah
hadiah</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">3. Tanah
mancanegara yang dikuasai bupati
</li>
</ol>
<p><u>Reaksi Terhadap Kebijakan Pintu Terbuka</u><br>
</p>
<p>Akibat adanya politik pintu terbuka, banyak reaksi serta
kritikan dari berbagai pihak. Para kaun humanis menentang praktek ekploitasi
oleh kolonial Belanda. Hal ini memicu Theodore van Deventer mengkritik
kebijakan Belanda dan menuntut untuk memperhatikan serta mensejahterakan
masyarakat pribumi. Kritik ini kemudian dikenal dengan Politik Etis atau
Politik Balas Budi.</p>
<p><u><strong style="font-weight: bold">Politik Etis (1901-
1942)</strong></u></p>
<p>Adanya kebijakan tanam paksa memaksa orang - orang Belanda
untuk memaksimalkan pendapatan pada sektor pertanian. Pihak yang dirugikan
oleh kebijakan ini lebih mengarah kepada pribumi sebagai subjek tanam paksa.
Pribumi Indonesia terutama Jawa menjadi pihak yang tertindas, banyak
diantara mereka mengalami kerugian bahkan ada yang meninggal karena adanya
praktek tanam paksa ini. Keadaan ini membuat salah seorang Belanda bernama
C.Th. van Deventer merasa prihatin terhadap apa yang dialami orang - orang
Indonesia ketika diadakannya tanam paksa. Sementara itu Belanda mengakui
bahwa bangsanya adalah bangsa yang memiliki peradaban yang tinggi dan
menghargai nilai - nilai kemanusiaan, sangat berbanding terbalik dengan apa
yang terjadi di Indonesia oleh pemerintahan Belanda. Van Deventer menilai
bahwa kebijakan yang dilakukan Belanda di Indonesia merupakan ekspoitasi
alam untuk  Belanda. Menurut van Deventer apa yang dilakukan Belanda
merupakan hutang kepada Hindia Belanda. Dengan begitu van Deventer
berpendapat pemerintah Belanda harus menyediakan anggaran belanja mereka
untuk rakyat Hindia Belanda.</p>
<p>Dengan apa yang dikemukakan van Deventer, kemudian pemerintah
Belanda mengubah kebijakan tanam paksa dengan kebijakan baru yaitu kebijakan
yang dikenal dengan politik etis. Politik etis ini kemudian dikenal dengan
trilogi van Deventer sesuai apa yang dituntut van Deventer ketika menentang
adanya praktek tanam paksa. Trilogi van Deventer mencakup tiga kebijakan
yaitu :<br>
<br>
</p>
<ol>
<li><span style="font-size: 16px; color:
#020202;">Migrasi</span><br>
<span style="font-size: 16px; color: #020202; font-weight:
normal;">Kebijakan ini yaitu memindahkan pekerja pribumi yang pada tanam
paksa memilih untuk memberikan tenaga bukan hasil bumi kepada Belanda.
Kebijakan ini sangat menguntungkan Belanda karena persebaran pekerja tidak
terkonsentrasi di satu daerah saja. Dengan kebijakan migrasi ini daerah yang
jarang pekerjanya menjadi semakin merata dan pada akhirnya semakin bertambah
hasil yang didapat Belanda sedangkan bagi Indonesia kebijakan ini membuat
rakyat Indonesia semakin miskin.</span><br>
</li>
<li><span style="font-size: 16px; color:
#020202;">Irigasi</span><br>
<span style="font-size: 16px; color: #020202; font-weight:
normal;">Sistem saluran air merupakan salah satu keahlian Belanda. Pengairan
ini diterapkan di Indonesia bukan hanya semata - mata untuk pribumi, namun
kebijakan ini memang lebih menguntungkan Belanda, karena dengan adanya
kebijakan ini Belanda bisa lebih banyak mengeruk hasil alam Indonesia.
Bangunan sistem irigasi masih tersisa sampai sekarang, bahkan sistem yang
dibuat Belanda sampai sekarang masih dipakai dalam bidang irigasi pertanian
di Indonesia.</span><br>
</li>
<li><span style="font-size: 16px; color:
#020202;">Edukasi</span><br>
<span style="color: #020202; font-size: 16px; font-weight:
normal;">Dengan adanya kebijakan edukasi ini, rakyat pribumi bisa mengenyam
pendidikan. Namun kebijakan edukasi ini hanya terbatas pada para bangsawan
atau keluarga priyai. Para tokoh nasionalis Indonesia lahir dari kebijakan
ini. Dari sinilah Indonesia mulai bangkit dengan para pemuda berintelektual
serta sadar akan nasionalisme.</span></li>
</ol>
<p>Politik Etis menyebabkan efek samping yang besar. Komponen
pendidikan dalam politik ini berkontribusi signifikan pada kebangkitan
nasionalisme Indonesia dengan menyediakan alat-alat intelektual bagi

L-16
masyarakat Indonesia untuk mengorganisir dan menyampaikan keberatan-
keberatan mereka terhadap Pemerintah Kolonial. Politik Etis ini memberikan
kesempatan, untuk sebagian kecil kaum elit Indonesia, untuk memahami ide-ide
politik Barat mengenai kebebasan dan demokrasi. Maka, untuk pertama kalinya
orang-orang pribumi mulai mengembangkan kesadaran nasional sebagai 'orang
Indonesia'.</p>
<p>Pada 1908, para mahasiswa di Batavia mendirikan asosiasi Budi
Utomo, kelompok politis pribumi yang pertama. Peristiwa ini dianggap sebagai
saat kelahiran nasionalisme Indonesia. Hal ini memulai tradisi politik kerja
sama antara elit muda Indonesia dan para pejabat pemerintahan Belanda yang
diharapkan untuk membantu wilayah Hindia Barat mencapai kemerdekaan yang
terbatas.</p>
<p>Bab selanjutnya dalam proses kebangkitan nasionalisme Indonesia
adalah pendirian partai politik pertama berbasis masa, Sarekat Islam, pada
tahun 1911. Pada awalnya, organisasi ini didirikan untuk mendukung para
pengusaha pribumi terhadap pengusaha Tionghoa yang mendominasi ekonomi lokal
namum Sarekat Islam ini kemudian mengembangkan fokusnya dan mengembangkan
kedasaran politik populer dengan tendensi subversif.</p>
<p>Gerakan-gerakan penting lainnya yang menyebabkan terbukanya
pemikiran politik pribumi adalah Muhammadiyah, gerakan reformis sosio-
religius Islam yang didirikan pada tahun 1912 dan Asosiasi Sosial Demokrat
Hindia, gerakan komunis yang didirikan pada tahun 1914 yang menyebarluaskan
ide-ide Marxisme di Hindia Belanda. Perpecahan internal di gerakan ini
kemudian mendorong pendirian Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun
1920.</p>
<p>Pada awalnya, Pemerintah Kolonial Belanda mengizinkan pendirian
gerakan-gerakan politik lokal namun ketika ideologi Indonesia diradikalisasi
pada tahun 1920an (seperti yang tampak dalam pemberontakan-pemberontakan
komunis di Jawa Barat dan Sumatra Barat di tahun 1926 dan 1927) Pemerintah
Belanda mengubahkan kebijakannya. Sebuah rezim yang relatif toleran
digantikan dengan rezim represif yang menekan semua tindakan yang diduga
subversif. Rezim represif ini hanya memperparah keadaan dengan
meradikalisasi seluruh gerakan nasionalis Indonesia. Sebagian dari para
nasionalis ini mendirikan Partai Nasionalis Indonesia (PNI) pada tahun 1927
sebagai sebuah reaksi pada rezim yang represif. Tujuannya adalah mencapai
kemerdekaan penuh untuk Indonesia.</p>
<p>Peristiwa penting lainnya bagi nasionalisme Indonesia adalah
Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Pada kongres yang dihadiri organisasi-
organisasi pemuda ini, tiga idealisme diproklamasikan, menyatakan diri
memiliki satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Tujuan utama dari
kongres ini adalah mendorong persatuan antara kaum muda Indonesia. Di dalam
kongres ini lagu yang kemudian menjadi lagu kebangsaan nasional (Indonesia
Raya) dikumandangkan dan bendera nasional di masa kemerdekaan (merah-putih)
dikibarkan untuk yang pertama kalinya. Pemerintah Kolonial Belanda bertindak
dengan melakukan aksi-aksi penekanan. Para pemimpin nasionalis muda, seperti
Sukarno (yang di kemudian hari menjadi presiden pertama Indonesia) dan
Mohammad Hatta (wakil presiden Indonesia yang pertama) ditangkap dan
diasingkan.</p>
</div>
</div>
</div>
<div class="footer">
<div class="wrap">
<div class="f-menu">
<div class="AJXCSSMenuScGcAED">
<!-- AJXFILE:css/ajxmenufooter.css -->
<ul>
<li>
<h1>Sejarah&nbsp;Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</h1>
</li>
</ul>
</div>
</div>
</div>
</div>
</body>
</html>
5. Galeribelanda.php
<!DOCTYPE HTML>
<html>
<head>
<title>Sejarah Kemerdekaan Indonesia</title>
<style>
img {
width: 300px;
height: 200px;

L-17
border: 4px solid #575D63;
padding: 10px;
margin: 20px;
}
</style>
<link href="css/style.css" rel="stylesheet" type="text/css" media="all" />
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenu.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenu.js" type="text/javascript"></script>
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenufooter.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenufooter.js" type="text/javascript"></script>
</head>
<body>
<div class="header">
<div class="wrap">
<div class="logo">&nbsp;<a href="index.php"><em>sejarah
Kemerdekaan Indonesia</em></a></div>
<div class="phone"> </div>
<div class="clear"></div>
<div class="nav">
<div class="AJXCSSMenuDQEebGB"><!-- AJXFILE:css/ajxmenu.css -->
<ul>
<li><a href="index.php">Awal&nbsp;Sejarah</a></li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Belanda</a>
<ul>
<li><a href="erabelanda1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erabelanda2.php">Fase Pertengahan</a></li>
<li><a href="erabelanda3.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galeribelanda.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Jepang</a>
<ul>
<li><a href="erajepang1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erajepang2.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galerijepang.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</a>
<ul>
<li><a href="erakemerdekaan1.php">Persiapan Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan2.php">Peristiwa
Rengasdengklok</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan3.php">Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="galerikemerdekaan.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub" href="#">Komentar</a>
<ul>
<li><a href="contact.php">Lihat Komentar</a></li>
<li><a href="komentar.php">Isi Komentar</a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>
<div class="clear"></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="wrap">
<div class="content">
<div class="b-box">
<h1><span style="font-weight: bold">Galeri Era Penjajahan
Belanda</span></h1>
<img class="gambar1" src="images/Era
Belanda/Fleet_of_Cornelis_de_Houtman.jpg"><img class="gambar2" src="images/Era
Belanda/Grote Posweg.JPG">
<img class="gambar3" src="images/Era Belanda/Perang Banten
Melawan Portugis.JPG"><img class="gambar4" src="images/Era
Belanda/kapalvoc.jpg">
<img class="gambar5" src="images/Era
Belanda/erabelanda1.jpg"><img class="gambar6" src="images/Era
Belanda/erabelanda2.jpg">

L-18
</div>
</div>
</div>
<div class="footer">
<div class="wrap">
<div class="f-menu">
<div class="AJXCSSMenuScGcAED">
<!-- AJXFILE:css/ajxmenufooter.css -->
<ul>
<li>
<h1>Sejarah&nbsp;Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</h1>
</li>
</ul>
</div>
</div>
</div>
</div>
</body>
</html>
6. Erajepang1.php
<!DOCTYPE HTML>
<html>
<head>
<title>Sejarah Kemerdekaan Indonesia</title>
<link href="css/style.css" rel="stylesheet" type="text/css" media="all" />
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenu.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenu.js" type="text/javascript"></script>
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenufooter.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenufooter.js" type="text/javascript"></script>
</head>
<body>
<div class="header">
<div class="wrap">
<div class="logo">&nbsp;<a href="index.php"><em>sejarah
Kemerdekaan Indonesia</em></a></div>
<div class="phone"> </div>
<div class="clear"></div>
<div class="nav">
<div class="AJXCSSMenuDQEebGB"><!-- AJXFILE:css/ajxmenu.css -->
<ul>
<li><a href="index.php">Awal&nbsp;Sejarah</a></li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Belanda</a>
<ul>
<li><a href="erabelanda1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erabelanda2.php">Fase Pertengahan</a></li>
<li><a href="erabelanda3.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galeribelanda.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Jepang</a>
<ul>
<li><a href="erajepang1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erajepang2.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galerijepang.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</a>
<ul>
<li><a href="erakemerdekaan1.php">Persiapan Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan2.php">Peristiwa
Rengasdengklok</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan3.php">Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="galerikemerdekaan.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub" href="#">Komentar</a>
<ul>
<li><a href="contact.php">Lihat Komentar</a></li>
<li><a href="komentar.php">Isi Komentar</a></li>
</ul>
</li>

L-19
</ul>
</div>
<div class="clear"></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="wrap">
<div class="content">
<div class="b-box">
<h1><span style="font-weight: bold">Zaman Penjajahan Jepang
(1942 - 1945)</span></h1>
<p style="font-weight: bold;"><strong>Masa Awal Pendudukan
Jepang</strong></p>
<p><p>Perang Dunia II meletus pada tahun 1939. Perang ini
melibatkan dua kubu yaitu blok sekutu yang beranggotakan Amerika Serikat,
Inggris, Prancis serta Belanda melawan blok axis yang beranggotakan Jerman,
Jepang serta Italia. Kedua belah kubu saling melakukan serangan, negara yang
tidak ikut campur dalam perang inipun merasakan akibatnya, terutama negara -
negara jajahan.</p>
</p>
<p>Pada tanggal 7 Desember 1941, keberhasilan Jepang dalam
penyerangan ke Pearl Harbor mengakibatkan kekuatan sekutu lumpuh. Perang
besar ini disebut Perang Pasifik atau bisa juga disebut Perang Asia Timur
Raya. Keberhasilan mengalahkan Amerika Serikat di Pearl Harbor dilanjutkan
dengan pengusiran Belanda di Indonesia. Pada tanggal 11 Januari 1942, Jepang
mendarat dan menguasai Pulau Tarakan di Kalimantan Timur. Selanjutnya, pada
tanggal 1 Maret 1942 Jepang mendarat serentak di Banten, Eretan Wetan (Jawa
Barat) serta Kragan (Jawa Tengah) di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi
Himamura. Pada periode 5 Maret 1942, Batavia berhasil dikuasai Jepang. Pada
tanggal 8 Maret 1942 akibat terdesaknya tentara Belanda, pada tanggal itu
Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.</p>
<p>Menyerahnya Belanda serta penyerahan Indonesia kepada
Jepang kemudian diabadikan dalam perjanjian di Kalijati, Subang. Pada
perjanjian ini, Jepang diwakili Jenderal Hitoshi Himamura dan pihak Belanda
diwakili Jenderal Ter Poorten. Sejak perjanjian inilah Jepang secara resmi
menjajah Indonesia.</p>
<p><p><strong style="font-weight: bold">Masa Pendudukan
Jepang</strong></p>
</p>
<p>
<p>Dalam pendudukan Jepang di Indonesia, Jepang mengeruk
sumber daya alam dan sumber daya manusia. Hal ini sangat membantu Jepang
dalam menghadapi perang - perang melawan sekutu. Adapun tujuan Jepang
menjajah Indonesia adalah :<br>
</p>
<ul>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Bahan
mentah yang terkandung di daerah Indonesia seperti minyak bumi dan batu bara
sangat membantu Jepang dalam keperluan perang.</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Melimpahnya
sumber daya manusia sangat membantu Jepang dalam pembangunan militer Jepang
dalam menghadapi Perang Pasifik</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Indonesia
kaya akan hasil pertanian dan perkebunan.</li>
</ul>
</p>
<img src="images/Era Jepang/Gerakan 3a.JPG"
style="float:left" width="203" height="296" alt=""/>
<p>Upaya Jepang untuk menarik simpati pribumi Indonesia agar mau
bekerja bersama Jepang diantaranya :<br>
<ul>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Mengizinkan
bendera merah putih dikibarkan di Indonesia </li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Mengizinkan
rakyat Indonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Bahasa Indonesia
diizinkan untuk dipergunakan sebagai bahasa pengantar</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Pendirian
berbagai organisasi, diantaranya:</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;"><strong
style="font-size: 16px; color: #020202; font-weight: bold;">1. Gerakan Tiga
A</strong>. Gerakan ini merupakan gerakan yang didirikan oleh Jepang  pada
tanggal 29 April 1942 yang dipimpin oleh Mr. Samsudin. Gerakan Tiga A
bertujuan menarik simpatisan pribumi dengan mengumandangkan Jepang Cahaya
Asia, Jepang Pelindung Asia dan jepang Pemimpin Asia.</li>
</ul>
<ul>

L-20
<li style="font-size: 16px; color: #020202;"><strong
style="font-size: 16px; color: #020202; font-weight: bold;">2. Majelis A'la
Indonesia (MIAI)</strong> atau Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi)
yang didirikan pada tanggal 22 November 1943, dibawah pimpinan K.H. Hasyim
Asj'ari. Organisasi ini merupakan organisasi Islam dalam naungan
pemerintahan Jepang.</li>
</ul>
<ul>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;"><strong
style="font-size: 16px; color: #020202; font-weight: bold;">3. Putera (Pusat
Tenaga Rakyat) </strong>yang didirikan pada tanggal 1 Maret 1942. Organisasi
ini dipelopori oleh empat serangkai yaitu Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta,
Ki Hajar Dewantara, serta K.H. Mas Mansyur.</li>
</ul>
<ul>
<li style="color: #020202; font-size: 16px;"><strong
style="font-size: 16px; color: #020202; font-weight: bold;">4. Jawa Hokokai
(Himpunan Kebaktian Jawa)</strong> yang didirikan pada 8 Januari 1944 </li>
</ul></p>
<p><br>
Pendudukan Jepang menurut banyak cerita lebih menderita dari
pada penjajahan Belanda. Jepang mengambil paksa semua hasil pertanian,
akibatnya kelaparan dan wabah penyakit melanda dikarenakan bahan makanan
serta pakaian sulit didapat.<br></p>
<p>Jepang juga menerapkan sistem kerja paksa layaknya pada
pemerintahan Belanda. Sistem kerja paksa di zaman penjajahan Jepang di sebut
<em>romusha</em>. Tugas romusha adalah membangun sarana prasarana untuk
dimanfaatkan Jepang seperti jalan, jembatan serta lapangan udara. Selain
mempekerjakan romusha, pemerintah Jepang juga mempekerjakan romusha ke luar
negeri seperti di Malaysia, Vietnam, Myanmar serta Thailand. Para romusha
bekerja tanpa upah dan makanan.</p>
<p><img src="images/Era Jepang/Romusha.JPG" style="float:left"
width="315" height="342" alt=""/></p>
<p><strong style="font-weight: bold">Latar Belakang Adanya
Romusha</strong></p>
<p>
<p><em>Romusha</em> merupakan panggilan bagi orang - orang yang
dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia pada
tahun 1942 hingga tahun 1945. Kata <em>romusha</em> berasal dari bahasa
Jepang yang berarti serdadu kerja. Secara harfiah romusha dapat diartikan
sebagai orang - orang yang bekerja pada pekerjaan kasar (buruh). Romusha
hampir sama dengan sistem kerja paksa atau tanam paksa pada masa penjajahan
Belanda. Para romusha dipekerjakan sebagai petani, penambang, tenaga
pembangunan dan pekerjaan pekerjaan kasar lain.</p>
</p>
<p>Jepang memberlakukan sistem romusha dengan tujuan sebagai
persiapan perang dengan segala kebutuhan perang Jepang dalam upaya
memenangkan Perang Pasifik atau perang Asia Timur Raya. Pada awalnya,
penduduk pribumi bekerja secara sukarela kepada Jepang, para romusha
terpengaruh propaganda "untuk kemakmuran bersama Asia Timur Raya".</p>
<p>
<p>Luasnya jajahan Jepang di Indonesia, membuat Jepang membutuhkan
banyak tenaga untuk secepatnya membangun sarana pertahanan seperti kubu -
kubu pertahanan, lapangan udara darurat, gedung bawah tanah, jalan raya dan
jembatan. Sebagian besar romusha adalah para petani. Sistem romusha
diberlakukan pertama kali sejak bulan Oktober 1943. Para romusha
dipekerjakan bukan hanya di Indonesia saja, tetapi juga di Birma, Muangthai,
Vietnam, Malaysia serta Serawak.</p>
</p>
<p><p><strong>Ketenaga Kerjaan Romusha</strong></p>
</p>
<p><p>Dalam sidang pertama Chuo Sangi in membahas mengenai
pembentukan badan - badan yang bertujuan untuk memotivasi rakyat menjadi
tenaga sukarela melalui kerja sama bupati, wedana, camat dan kepala desa
untuk pengerahan tenaga kerja (buruh / romusha) secara sukarela di
pemerintahan Jepang. Dalam pelaksanaannya, syarat - syarat sukarela tersebut
diabaikan. Banyak diantara keluarga yang secara terang - terangan menolak
untuk masuk dalam pekerja paksa romusha. Mereka yang menolak akan dipaksa,
ditakut - takuti dan dikucilkan. Jika anak yang mereka minta melarikan diri
dan bersembunyi ke sawah maupun hutan, pihak Jepang akan dicari dan apabila
ketemu akan dipaksa untuk masuk sebagai romusha.</p>
</p>
<p>
<p>Selama dipekerjakan sebagai romusha hingga selesai, ternyata
mereka hanya mendapat fasilitas sangat minim dan tidak diberi upah. Mereka
tidak dapat menuntut karena tidak adanya perjanjian kerja tertulis. Para

L-21
romusha dipekerjakan sebagai tenaga kerja paksa dan buruh yang dibayar upah
selayaknya..</p>
</p>
<p>
<p style="font-weight: normal">Sebelum mendapatkan wilayah jajahan
Indonesia dari tangan Belanda, Jepang telah memperhitungkan tanah Jawa akan
bisa memberikan tenaga kerja yang memadai untuk memenangkan Perang Pasifik.
Perhitungan ini didasarkan para jumlah penduduk Jawa dan tingkat pertumbuhan
penduduk yang tergolong pesat. Hal ini sangat menguntungkan Jepang apalagi
tenaga yang diambil dari Jawa didapatkan tanpa upah dan tanpa pengeluaran
biaya untuk makan maupun pengobatan. Pola pikir inilah yang kemudian membuat
para romusha banyak yang mati kelaparan maupun terserang wabah penyakit.</p>
</p>
<img src="images/Era Jepang/Romushaa.JPG" width="594" height="330"
alt=""/>
<p>Jumlah romusha yang dipekerjakan Jepang diperkirakan mencapai 4
hingga 10 juta orang. Tenaga romusha yang didapatkan dari orang - orang Jawa
melalui program <em>Kinrohosi</em> (kerja bakti). Pada awalnya para romusha
secara sukarela memabntu pemerintah Jepang, namun akibat desakan Perang
Pasifik, pemerintah Jepang memaksa melakukan pengerahan tenaga yang
diserahkan kepada panitia pengerahan (<em>Romukyokai</em>) yang ada di
setiap desa. Peraturan yang diberikan Jepang yaitu setiap keluarga petani
diwajibkan menyerahkan satu orang laki - laki untuk berangkat menjadi
romusha. Sedangkan untuk golongan masyarakat seperti pedagang, pejabat, dan
orang - orang Cina dapat menyogok para pejabat pelaksana pengerahan tenaga
atau membayar teman sekampung yang miskin agar menggantikannya sehingga
terhidar dari kerja wajib romusha.</p>
<p>Pemerintah Jepang mempropagandakan "prajurit ekonomi" atau
"pahlawan kerja" bagi para romusha. Mereka menggambarkan para romusha
merupakan orang - orang yang sedang menjalani tugas suci guna memenangkan
perang Asia Timur Raya. Pada waktu itu, sebanyak 300.000 orang Jawa dapat
dijadikan sebagai romusha dan 70.000 orang berada dalam keadaan yang
menyedihkan.</p>
<p style="font-weight: bold"><strong>Kekejaman
Romusha</strong></p>
<p>Pada pertengahan tahun 1943, para romusha semakin
tereksploitasi oleh pemerintah Jepang. Akibat kekalahan Jepang di Perang
Pasifik membuat Jepang terpaksa mengearahkan para romusha untuk dipergunakan
sebegai tenaga swasembada pendukung perang secara langsung. Para romusha
dialih fungsikan menjadi pasukan - pasukan Jepang. Pada saat itu permintaan
akan romusha semakin tak terkendali. Barulah pada tahun 1945, ketika Hindia
Belanda memerdekakan diri dan berubah nama menjadi Indonesia menandakan
berakhirnya proyek dan impian kolonisasi Jepang begitu juga dengan sistem
kerja romusha.</p>
<p><img src="images/Era Jepang/romushaaa.jpg" alt="" width="500"
height="376"/></p>
<p>Hanya pada awal pendudukan Jepang berlaku baik, setelahnya
mereka sangat kejam dengan meghilangkan makanan, pakaian, barang dan obat -
obatan di pasaran. Sulitnya mendapatkan pakaian pada masa tersebut membuat
para pribumi menggunakan karung goni sebagai celana bagi para pria.
Sedangkan para wanita menggunakan kain dari karet yang panas apabila
menempel di tubuh. Obat - obatan juga sangat langka di pasaran. Banyak
diantara para pribumi terkena penyakit koreng dalam jumlah yang banyak
sekali. Mereka sangat kesulitan mendapatkan salep. Mereka terpaksa membuat
obat - obatan sendiri untuk mengobati koreng tersebut.</p>
<p>Sepeda kala itu menggunakan ban karet mati atau ban mati. Buku
- buku di sekolah - sekolah terbuat dari kertas merang. Pencil atau potlot
dari arang hingga menyulitkan untuk menulis. Pada masa itu, banyak dari para
pribumi memungut makanan di bak - bak sampah. Bila menemukan mayat di jalan
mereka tidak terlalu kaget. Jepang bahkan mengajari para pribumi untuk makan
bekicot yang pada masyarakat Betawi disebut keong racun. Akses radio
dipersulit dan radio beberapa orang disegel. Mereka hanya boleh mendengarkan
berita dari Dai Nippon. Apabila ketahuan mendengarkan saluran dari luar
negeri maka akan dihukum berat. Orang - orang sangat takut dengan para
polisi militer Jepang yang memiliki julkan <em>Kempetai</em>.</p>
<p>Pada malam hari seringkali terdengar sirine Kuso Keho yang
merupakan penanda adanya serangan udara dari sekutu. Para orang - orang
pribumi bergegas memadamkan api penerangan dan kemudian berlari ke tempat
perlindungan. Pada halaman - halaman rumah seringkali terdapat galian lubang
dengan kapasitas empat hingga lima orang untuk berlindung ketika sirine
bahaya berbunyi.</p>
<p><strong style="font-weight: bold">Dampak Romusha</strong></p>
<p>A. Bidang Ekonomi<br>
Keadaan Indonesia mengalami kemerosotan akibat adanya romusha. Berikut ini
adalah penyebabnya :<br>
</p>
<ul>

L-22
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Penyuluh
pertanian bukan dari tenaga ahli pertanian</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Banyak hewan -
hewan yang sangat berguna dalam proses pertanian direbut pihak Jepang</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Kurangnya tenaga
kerja petani karena sebagian besar petani dilarikan menjadi tenaga kerja
romusha</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Banyaknya
penebangan hutan liar</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Kewajiban
menyerahkan hasil bumi</li>
</ul>
<p>B. Bidang Sosial Budaya<br>
Kepala desa dan camat menjadi orang yang bertanggung jawab atas pemilihan
romusha pada masyarakat mereka. Para romusha dipilih dari orang - orang yang
mereka tidak sukai. Berjuta - juta rakyat mengalami kelaparan dan dalam
kondisi serba kekurangan. Program romusha seakan menambah hancur ketentraman
masyarakat Jawa.</p>
<p>Selain romusha juga dikenal <em>Jugun Ianfu</em> yang merupakan sistem
pelacuran paksa wanita pribumi kepada Jepang. Adanya <em>Jugun Ianfu</em>
dilatarbelakangi adanya kejenuhan para tentara Jepng ketika berperang. Oleh
karena itu orang - orang Jepang memanfaatkan para pribumi untuk dikencani
ataupun di tiduri. </p>
<p>Pada tahun 1943, kekuasaan Jepang yang ada di Asia Pasifik mulai terdesak
oleh Amerika Serikat. Jepang merasa kewalahan menghadapi Amerika Serikat
sehingga mengharuskannya untuk meminta bantuan kepada Indonesia melalui
pribumi - pribumi yang dilatih guna membantu Jepang melawan Sekutu.
Organisasi kemiliteran pun dibentuk dengan anggota orang - orang pribumi,
organisasi tersebut diantaranya :<br>
</p>
<ol>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;"><em>1. Seinendan</em> (Barisan
Pemuda), prajurit dengan umur antara 14 sampai 22 tahun</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;"><em>2. Keibodan</em> (Barisan
Pembantu Polisi) prajurit dengan umur 26 sampai 35 tahun</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;"><em>3. Heiho</em> (Pembantu
Prajurit Jepang), prajurit <em>Heiho </em>ditempatkan dalam kesatuan tentara
Jepang untuk perang</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">4. Pembela Tanah Air (PETA),
ditugaskan untuk mempertahankan wilayah masing - masing</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;"><em>5. Fujinkai </em>(Barisan
Perhimpunan Wanita), <em>Suishintai </em>(Barisan Pelopor), <em>Jibatukai
</em>(Barisan Berani Mati) <em>Seinentai </em>(Barisan Murid Sekolah Dasar),
<em>Gakukotai </em>(Barisan Murid Sekolah dan Lanjutan), serta Hizbullah
(Organisasi pemuda - pemuda Islam yang dididik militer).</li>
</ol>
<p><br>
</p>
</div>
</div>
</div>
<div class="footer">
<div class="wrap">
<div class="f-menu">
<div class="AJXCSSMenuScGcAED">
<!-- AJXFILE:css/ajxmenufooter.css -->
<ul>
<li>
<h1>Sejarah&nbsp;Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</h1>
</li>
</ul>
</div>
</div>
</div>
</div>
</body>
</html>
7. Erajepang2.php
<!DOCTYPE HTML>
<html>
<head>
<title>Sejarah Kemerdekaan Indonesia</title>
<link href="css/style.css" rel="stylesheet" type="text/css" media="all" />
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenu.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenu.js" type="text/javascript"></script>
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenufooter.css" type="text/css">

L-23
<script src="css/ajxmenufooter.js" type="text/javascript"></script>
</head>
<body>
<div class="header">
<div class="wrap">
<div class="logo">&nbsp;<a href="index.php"><em>sejarah
Kemerdekaan Indonesia</em></a></div>
<div class="phone"> </div>
<div class="clear"></div>
<div class="nav">
<div class="AJXCSSMenuDQEebGB"><!-- AJXFILE:css/ajxmenu.css -->
<ul>
<li><a href="index.php">Awal&nbsp;Sejarah</a></li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Belanda</a>
<ul>
<li><a href="erabelanda1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erabelanda2.php">Fase Pertengahan</a></li>
<li><a href="erabelanda3.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galeribelanda.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Jepang</a>
<ul>
<li><a href="erajepang1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erajepang2.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galerijepang.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</a>
<ul>
<li><a href="erakemerdekaan1.php">Persiapan Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan2.php">Peristiwa
Rengasdengklok</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan3.php">Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="galerikemerdekaan.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub" href="#">Komentar</a>
<ul>
<li><a href="contact.php">Lihat Komentar</a></li>
<li><a href="komentar.php">Isi Komentar</a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>
<div class="clear"></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="wrap">
<div class="content">
<div class="b-box">
<h1><span style="font-weight: bold">Akhir dari Zaman Penjajahan
Jepang (1942 - 1945)</span></h1>
<h2><span id="Perlawanan_rakyat_terhadap_Jepang">Perlawanan
Rakyat Terhadap Jepang</span></h2>
<p style="font-weight: bold;"></p>
<p style="font-weight: bold;">Peristiwa Cot Plieng, Aceh 10
November 1942</p>
<p>Pemberontakan dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil,
guru mengaji di Cot Plieng, Lhokseumawe. Usaha Jepang untuk membujuk sang
ulama tidak berhasil, sehingga Jepang melakukan serangan mendadak di pagi
buta sewaktu rakyat sedang melaksanakan salat Subuh. Dengan persenjataan
sederhana/seadanya rakyat berusaha menahan serangan dan berhasil memukul
mundur pasukan Jepang untuk kembali ke Lhokseumawe. Begitu juga dengan
serangan kedua, berhasil digagalkan oleh rakyat. Baru pada serangan terakhir
(ketiga) Jepang berhasil membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan
(Teuku Abdul Jalil) berhasil meloloskan diri dari b musuh, namun akhirnya
tertembak saat sedang salat. </p>
<p style="font-weight: bold">Peristiwa
Singaparna</p><p>Perlawanan fisik ini terjadi di pesantren Sukamanah
Singaparna Tasikmalaya, Jawa Barat di bawah pimpinan KH. Zainal Mustafa,

L-24
tahun 1943. Dia menolak dengan tegas ajaran yang berbau Jepang, khususnya
kewajiban untuk melakukan Seikerei setiap pagi, yaitu memberi penghormatan
kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari
terbit. Kewajiban Seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam
Indonesia karena termasuk perbuatan syirik/menyekutukan Tuhan. Selain itu
diapun tidak tahan melihat penderitaan rakyat akibat tanam paksa. </p>
<p>Saat utusan Jepang akan menangkap, KH. Zainal Mustafa telah
mempersiapkan para santrinya yang telah dibekali ilmu beladiri untuk
mengepung dan mengeroyok tentara Jepang, yang akhirnya mundur ke
Tasikmalaya.</p>
<p>Jepang memutuskan untuk menggunakan kekerasan sebagai upaya
untuk mengakhiri pembangkangan ulama tersebut. Pada tanggal 25 Februari
1944, terjadilah pertempuran sengit antara rakyat dengan pasukan Jepang
setelah salat Jumat. Meskipun berbagai upaya perlawanan telah dilakukan,
namun KH. Zainal Mustafa berhasil juga ditangkap dan dibawa ke Tasikmalaya
kemudian dibawa ke Jakarta untuk menerima hukuman mati dan dimakamkan di
Ancol. </p>
<p style="font-weight: bold">Peristiwa <span style="font-weight:
bold">Indramayu</span>, April 1944</p>
<p>Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan
adanya pemaksaan kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan
kerja rodi/kerja paksa/Romusha yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat
yang berkepanjangan. </p>
<p>Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawan
di desa Karang Ampel, Sindang, Kabupaten Indramayu. Pasukan Jepang sengaja
bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah (Lohbener dan Sindang) agar
daerah lain tidak ikut memberontak setelah mengetahi kekejaman yang
dilakukan pada setiap pemberontakan.</p>
<p style="font-weight: bold">Pemberontakan Teuku Hamid</p>
<p>Teuku Hamid adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan
satu pleton pasukannya melarikan diri ke hutan untuk melakukan perlawanan.
Ini terjadi pada bulan November 1944. </p>
<p>Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan
ancaman akan membunuh para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah.
Kondisi tersebut memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah, sehingga
akhirnya dapat ditumpas.</p>
<p>Di daerah Aceh lainnya timbul pula upaya perlawanan rakyat
seperti di Kabupaten Berenaih yang dipimpin oleh kepala kampung dan dibantu
oleh satu regu <em>Giyugun</em> (perwira tentara sukarela), namun semua
berakhir dengan kondisi yang sama yakni berhasil ditumpas oleh kekuatan
militer Jepang dengan sangat kejam.</p>
<p style="font-weight: bold">Pemberontakan Peta</p>
<ul>
<li style="font-size: 16px; color: #020202; font-weight:
bold;">Perlawanan PETA di Blitar (29 Februari 1945)</li>
</ul>
<p>Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco
Muradi, dan Dr. Ismail. Perlawanan ini disebabkan karena persoalan
pengumpulan padi, Romusha maupun Heiho yang dilakukan secara paksa dan di
luar batas perikemanusiaan. Sebagai putera rakyat para pejuang tidak tega
melihat penderitaan rakyat. Di samping itu sikap para pelatih militer Jepang
yang angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit Indonesia. Perlawanan PETA di
Blitar merupakan perlawanan yang terbesar di Jawa. Tetapi dengan tipu
muslihat Jepang melalui Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang), pasukan
PETA berhasil ditipu dengan pura-pura diajak berunding. Empat perwira PETA
dihukum mati dan tiga lainnya disiksa sampai mati. Sedangkan Syodanco
Supriyadi berhasil meloloskan diri. </p>
<ul>
<li style="font-size: 16px; color: #020202; font-weight:
bold;">Perlawanan PETA di Meureudu-Pidie, Aceh (November 1944)</li>
</ul>
<p>Perlawanan ini dipimpin oleh Perwira Gyugun Teuku Hamid.
Latar belakang perlawanan ini karena sikap Jepang yang angkuh dan kejam
terhadap rakyat pada umumnya dan prajurit Indonesia pada khususnya. </p>
<ul>
<li style="font-size: 16px; color: #020202; font-weight:
bold;">Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap (April 1945)</li>
</ul>
<p>Perlawanan ini dipimpin oleh pemimpin regu
(<em>Bundanco</em>), Kusaeri bersama rekan-rekannya. Perlawanan yang
direncanakan dimulai tanggal 21 April 1945 diketahui Jepang sehingga Kusaeri
ditangkap pada tanggal 25 April 1945. Kusaeri divonis hukuman mati tetapi
tidak terlaksana karena Jepang terdesak oleh Sekutu. </p>
<p style="font-weight: bold">Perlawanan Pang Suma</p>
<p>Perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Pang Suma berkobar di
Kalimantan Barat. Pang Suma adalah pemimpin suku Dayak yang besar pengaruhnya

L-25
di kalangan suku-suku di daerah Tayan dan Meliau. Perlawanan ini bersifat
gerilya untuk mengganggu aktivitas Jepang di Kalimantan. </p>
<p>Momentum perlawanan Pang Suma diawali dengan pemukulan
seorang tenaga kerja Dayak oleh pengawas Jepang, satu di antara sekitar 130
pekerja pada sebuah perusahaan kayu Jepang. Kejadian ini kemudian memulai
sebuah rangkaian perlawanan yang mencapai puncak dalam sebuah serangan
balasan Dayak yang dikenal dengan Perang Majang Desa, dari April hingga
Agustus 1944 di daerah Tayan-Meliau-Batang Tarang (Kab. Sanggau). Sekitar
600 pejuang kemerdekaan dibunuh oleh Jepang, termasuk Pang Suma.</p>
<p style="font-weight: bold">Perlawanan Koreri di Biakdi Irian
Barat tahun 1943</p>
<p>Perlawanan ini dipimpin oleh L. Rumkorem, pimpinan Gerakan
<em>Koreri</em> yang berpusat di Biak. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh
penderitaan rakyat yang diperlakukan sebagai budak belian, dipukuli, dan
dianiaya. Dalam perlawanan tersebut rakyat banyak jatuh korban, tetapi
rakyat melawan dengan gigih. Akhirnya Jepang meninggalkan Pulau Biak. </p>
<p style="font-weight: bold">Perlawanan di Pulau Yapen Selatan</p>
<p>Perlawanan ini dipimpin oleh Nimrod. Ketika Sekutu sudah
mendekat maka memberi bantuan senjata kepada pejuang sehingga perlawanan
semakin seru. Nimrod dihukum pancung oleh Jepang untuk menakut-nakuti rakyat.
Tetapi rakyat tidak takut dan muncullah seorang pemimpin gerilya yakni S.
Papare. </p>
<p style="font-weight: bold">Perlawanan di Tanah Besar Papua</p>
<p>Perlawanan ini dipimpin oleh Simson. Dalam perlawanan rakyat
di Papua, terjadi hubungan kerja sama antara gerilyawan dengan pasukan
penyusup Sekutu sehingga rakyat mendapatkan modal senjata dari Sekutu. </p>
<p style="font-weight: bold">Gerakan bawah tanah</p>
<p>Sebenarnya bentuk perlawanan terhadap pemerintah Jepang yang
dilakukan rakyat Indonesia tidak hanya terbatas pada bentuk perlawanan fisik
saja tetapi Anda dapat pula melihat betnuk perlawanan lain/gerakan bawah
tanah seperti yang dilakukan oleh: </p>
<ul>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Kelompok Sutan
Syahrir di daerah Jakarta dan Jawa Barat dengan cara menyamar sebagai pedagang
nanas di Sindanglaya.</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Kelompok Sukarni,
Adam Malik dan Pandu Wiguna. Mereka berhasil menyusup sebagai pegawai kantor
pusat propaganda Jepang Sendenbu (sekarang kantor berita Antara).</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Kelompok Syarif
Thayeb, Eri Sudewo dan Chairul Saleh. Mereka adalah kelompok mahasiswa dan
pelajar.</li>
<li style="font-size: 16px; color: #020202;">- Kelompok Mr.
Achmad Subardjo, Sudiro dan Wikana. Mereka adalah kelompok gerakan Kaigun (AL)
Jepang.</li>
</ul>
<dl>
<p>Mereka yang tergabung dalam kelompok di bawah tanah, berusaha
untuk mencari informasi dan peluang untuk bisa melihat kelemahan pasukan
militer Jepang dan usaha mereka akan dapat Anda lihat hasilnya pada saat
Jepang telah kalah dari Sekutu, kelompok pemudalah yang lebih cepat dapat
informasi tersebut serta merekalah yang akhirnya mendesak golongan tua untuk
secepatnya melakukn proklamasi.</p>
<p><strong style="font-weight: bold">Akhir Pendudukan Jepang di
Indonesia</strong></p>
<p>Berakhirnya masa penjajahan Jepang ditandai oleh dibomnya 2
kota besar di Jepang, yaitu Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9
Agustus 1945 oleh Amerika Serikat. Pengeboman Hiroshima dengan latar
belakang bahwa kota ini merupakan pusat militer negara Jepang pada waktu
itu.</p>
<p>Selain itu Hiroshima juga merupakan kota pelabuhan besar di
Jepang. Sedangkan pemilihan Nagasaki sebagai tempat pengeboman didasarkan
karena kota Nagasaki adalah target potensial. Sebelumnya Amerika memilih
Kyoto dan Niigita. Pemilihan Nagasaki merupakan pengganti dari Kyoto yang
dicoret dari peta pengeboman. Sedangkan Niigata juga di coret Amerika
Serikat dikarenakan jaraknya terlalu jauh dari pangkalan militer Filipina
sebagai basis angkatan udara Amerika Serikat tempat lepas landas waktu itu.
Nagasaki merupakan industri perkapalan yang maju pada masanya.</p>
<p>Alhasil dua kota inilah yang kemudian di bom oleh Amerika
Serikat. Sebanyak 140.000 warga Hiroshima dan 80.000 warga Nagasaki tewas
pada pengeboman ini. Atas kejadian inilah mengakibatkan Jepang melepaskan
Indonesia ke Sekutu dan beralih memberi perhatian kepada negaranya
sendiri.</p>
<p>Pada tanggal 11 Agustus 1945, tiga tokoh dari Indonesia yaitu
Ir. Soekarno, Moh. Hatta serta Radjiman Wedyodiningrat pergi ke Dalat,
Vietnam untuk bertemu dengan Panglima Tertinggi Terauchi dalam rangka
membahas kemerdekaan yang dijanjikan Jepang kepada Indonesia. Pada tanggal 15
Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu sehingga wilayah

L-26
jajahan Jepang diantaranya adalah Indonesia mengalami kekosongan
kekuasaan.</p>
</dl>
</div>
</div>
</div>
<div class="footer">
<div class="wrap">
<div class="f-menu">
<div class="AJXCSSMenuScGcAED">
<!-- AJXFILE:css/ajxmenufooter.css -->
<ul>
<li>
<h1>Sejarah&nbsp;Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</h1>
</li>
</ul>
</div>
</div>
</div>
</div>
</body>
</html>
8. Galerijepang.php
<!DOCTYPE HTML>
<html>
<head>
<title>Sejarah Kemerdekaan Indonesia</title>
<style>
img {
width: 300px;
height: 200px;
border: 4px solid #575D63;
padding: 10px;
margin: 20px;
}
</style>
<link href="css/style.css" rel="stylesheet" type="text/css" media="all" />
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenu.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenu.js" type="text/javascript"></script>
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenufooter.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenufooter.js" type="text/javascript"></script>
</head>
<body>
<div class="header">
<div class="wrap">
<div class="logo">&nbsp;<a href="index.php"><em>sejarah
Kemerdekaan Indonesia</em></a></div>
<div class="phone"> </div>
<div class="clear"></div>
<div class="nav">
<div class="AJXCSSMenuDQEebGB"><!-- AJXFILE:css/ajxmenu.css -->
<ul>
<li><a href="index.php">Awal&nbsp;Sejarah</a></li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Belanda</a>
<ul>
<li><a href="erabelanda1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erabelanda2.php">Fase Pertengahan</a></li>
<li><a href="erabelanda3.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galeribelanda.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Jepang</a>
<ul>
<li><a href="erajepang1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erajepang2.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galerijepang.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</a>
<ul>
<li><a href="erakemerdekaan1.php">Persiapan Kemerdekaan
Indonesia</a></li>

L-27
<li><a href="erakemerdekaan2.php">Peristiwa
Rengasdengklok</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan3.php">Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="galerikemerdekaan.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub" href="#">Komentar</a>
<ul>
<li><a href="contact.php">Lihat Komentar</a></li>
<li><a href="komentar.php">Isi Komentar</a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>
<div class="clear"></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="wrap">
<div class="content">
<div class="b-box">
<h1><span style="font-weight: bold">Galeri Era Penjajahan
Jepang</span></h1>
<img class="gambar1" src="images/Era Jepang/Romusha.JPG"><img
class="gambar2" src="images/Era Jepang/Romushaa.JPG">
<img class="gambar3" src="images/Era
Jepang/romushaaa.jpg"><img class="gambar4" src="images/Era Jepang/Gerakan
3a.JPG">
<img class="gambar5" src="images/Era
Jepang/tentarapeta.jpg"><img class="gambar6" src="images/Era
Jepang/tentarajepang.jpg">
</div>
</div>
</div>
<div class="footer">
<div class="wrap">
<div class="f-menu">
<div class="AJXCSSMenuScGcAED">
<!-- AJXFILE:css/ajxmenufooter.css -->
<ul>
<li>
<h1>Sejarah&nbsp;Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</h1>
</li>
</ul>
</div>
</div>
</div>
</div>
</body>
</html>
9. Erakemerdekaan1.php
<!DOCTYPE HTML>
<html>
<head>
<title>Sejarah Kemerdekaan Indonesia</title>
<link href="css/style.css" rel="stylesheet" type="text/css" media="all" />
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenu.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenu.js" type="text/javascript"></script>
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenufooter.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenufooter.js" type="text/javascript"></script>
</head>
<body>
<div class="header">
<div class="wrap">
<div class="logo">&nbsp;<a href="index.php"><em>sejarah
Kemerdekaan Indonesia</em></a></div>
<div class="phone"> </div>
<div class="clear"></div>
<div class="nav">
<div class="AJXCSSMenuDQEebGB"><!-- AJXFILE:css/ajxmenu.css -->
<ul>
<li><a href="index.php">Awal&nbsp;Sejarah</a></li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Belanda</a>
<ul>

L-28
<li><a href="erabelanda1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erabelanda2.php">Fase Pertengahan</a></li>
<li><a href="erabelanda3.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galeribelanda.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Jepang</a>
<ul>
<li><a href="erajepang1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erajepang2.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galerijepang.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</a>
<ul>
<li><a href="erakemerdekaan1.php">Persiapan Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan2.php">Peristiwa
Rengasdengklok</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan3.php">Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="galerikemerdekaan.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub" href="#">Komentar</a>
<ul>
<li><a href="contact.php">Lihat Komentar</a></li>
<li><a href="komentar.php">Isi Komentar</a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>
<div class="clear"></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="wrap">
<div class="content">
<div class="b-box">
<h1><span style="font-weight: bold">Persiapan Kemerdekaan
Indonesia</span></h1>
<h3> <strong>Pembentukan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia)</strong></h3>
<p>10 hari sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia berlangsung,
dibentuk panitia persiapan kemerdekaan bernama PPKI. Pembentukan diumumkan
pada tanggal 7 Agustus 1945, pengumuman tersebut membuat badan sebelumnya
yaitu BPUPKI dibubarkan.<strong> </strong>Kepada anggota PPKI, Gunseikan Mayor
Jenderal Yamamoto mengucapkan terima kasih serta menegaskan kepada mereka
bahwa para anggota yang duduk dalam PPKI tidak dipilih oleh para pejabat di
lingkungan Tentara Keenambelas saja, tetapi ditunjuk oleh Jenderal Besar
Terauchi sendiri. </p>
<p><img src="images/Era Kemerdekaan/Kronologi Pemanggilan Tiga
Tokoh ke Dalat.jpg" style="float:left" width="299" height="200" alt=""/></p>
<p>Berkaitan dengan pengangkatan pemimpin, Jenderal Besar
Terauchi memanggil tiga tokoh pergerakan nasional yang terdiri dari Ir.
Soekarno, Drs. Moh Hatta dan dr. Radjiman Wediodiningrat. Pada tanggal 9
Agustus 1945 mereka berangkat menuju markas besar Terauchi di Dalat (Vietnam
Selatan). Pada pertemuan tersebut tepatnya pada tanggal 12 Agustus 1945
Terauchi menyampaikan kepada ketiga pemimpin tersebut yaitu pemerintah
Jepang telah memutuskan memberi kemerdekaan terhadap Indonesia.</p>
<p>Untuk merealisasikan kemerdekaan Indonesia, kemudian dibentuk
PPKI dengan segera setelah segala persiapan selesai. Saat proses persiapan,
luas wilayah Indonesia terdiri dari semua bekas daerah Hindia Belanda pada
masa penjajahan Belanda. Selanjutnya dipilih sebanyak 21 anggota pada badan
PPKI. Anggota tidak hanya dari wilayah Jawa saja, melainkan dari beberapa
pulau di Indonesia. Anggota tersebut meliputi : tiga<strong> </strong>wakil
dari pulau Sumatera<strong>, </strong>dua dari Sulawesi, 12 dari Jawa, 1 dari
Kalimantan, 1 dari Maluku, 1 dari Sunda kecil dan 1 dari penduduk golongan
Cina.</p>
<p>Setelah anggota PPKI terbentuk, kemudian Ir. Soekarno
ditunjuk menjadi<strong> </strong>ketua PPKI dan Mohammad Hatta sebagai
wakil serta Mr. Ahmad Subardjo sebagai penasehat. Hal menarik dari pemilihan
anggota adalah penambahan anggota tanpa diketahui oleh pihak Jepang.
Beberapa tokoh yang bergabung meliputu : Wiranantakusumah, Ki Hajar

L-29
Dewantara, Mr. Kasman Singodimedjo, Sayuti Melik, Iwa Kusumasumantri dan
Ahmad Subardjo. </p>
<p>Saat Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta dan dr. Radjiman
Wediodiningrat<strong> </strong>kembali ke Jakarta tepatnya pada tanggal 14,
peristiwa mengerikan dan bersejarah di Jepang pun terjadi. Kota Hiroshima
dan Nagasaki di luluh lantahkah oleh pasukan Sekutu melalui bom Atom.
Ditambah serangan yang dilakukan oleh Uni Soviet terhadap Jepang atas aksi
balas dendam akibat peristiwa di Mancuria. setelah melakukan penyerbuan ke
Mancuria.</p>
<p>Para tokoh-tokoh penting di Indonesia menduga bahwa kekalahan
Jepang akan terjadi dalam waktu singkat, sehingga Proklamasi Kemerdekaan
harus segera dilaksanakan. Dalam hal ini Drs. Moh Hatta berpendapat bahwa
"soal kemerdekaan Indonesia datangnya dari pemerintah Jepang atau dari hasil
perjuangan bangsa Indonesia sendiri tidak lah menjadi soal, karena Jepang
toh sudah kalah. Kini kita menghadapi serikat yang berusaha akan
mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia.</p>
<p>Tokoh golongan tua berpendapat bahwa proklamasi kemerdekaan
Indonesia harus dilakukan cara bertahap dan terorganisir. Langkah yang
dilakukan oleh Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta yaitu membicarakan masalah
pelaksanaan proklamasi pada rapat PPKI, agar proses rapat<strong>
</strong>tidak menyimpang dari ketentuan Jepang, rapat pun dilakukan pada
keesokan harinya.</p>
<h3> Perbedaan Pendapat Antara Golongan Muda Dan Golongan
Tua</h3>
<p>Langkah golongan tua terkait dengan proses proklamasi
kemerdekaan Indonesia kemudian tidak disetujui oleh anggota golongan muda,
para pemuda menganggap PPKI merupakan badan buatan Jepang. Sebaliknya mereka
(golongan muda) mengharapkan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan
dengan jerih payah sendiri tanpa bantuan dari pemerintah Jepang. </p>
<p>Sutan Sjahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia harus dilakukan tanpa menunggu janji Jepang. Ia
berpendapat bahwa janji-janji Jepang sebagai tipu muslihat belaka. Pendapat
tersebut dilontarkan berdasarkan dasar telah mendengar radio tentang berita
kekalahan Jepang pasca bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.<br>
</p>
<p>Desakan Sutan Sjahrir dilakukan langsung pada tanggal 15
Agustus 1945 dalam suatu pertemuan dengan Drs. Moh Hatta dan Ir. Soekarno
begitu kembali dari kota Dalat. Tokoh golongan tua tersebut masih tetap
ingin mengecek kebenaran berita tersebut dan tidak ingin tergesa-gesa dalam
pengambilan keputusan kemerdekaan Indonesia. Sebagai ketua, Ir. Soekarno
merasa bertanggung jawab terhadap badan yang sudah terbentuk dan ingin
membicarakannya terlebih dahulu dalam rapat PPKI.</p>
<p>Langkah yang dilakukan golongan muda adalah terlebih dahulu
mengadakan rapat pada tanggal 15 Agustus di ruang Fakultas Kesehatan UI
(lokasi sekarang). Pertemuan berlangsung pada jam 20.00 dengan keputusan
rapat yaitu "golongan pemuda menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia
merupakan hak rakyat Indonesia dan tidak dapat
bergantung<strong> </strong>kepada orang atau negara lain. Semua janji
Jepang harus segera diabaikan. Golongan muda akan melakukan perundingan
dengan Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta agar supaya para pemuda
diikutsertakan mengenai perumusan Proklamasi".</p>
<p>Hasil rapat kemudian disampaikan oleh Darwis dan Wikana pada
jam<strong> </strong>22.00 WIB di rumah Ir. Soekarno, tepatnya di Jalan
Pegangsaan Timur (sekarang jalan Proklamasi) no. 56, Jakarta. Tuntutan yang
disampaikan adalah proklamasi kemerdekaan Indonesia harus segera dilakukan
tanpa bantuan dari Jepang.</p>
<p>Pernyataan Darwis dan Wikana  kemudian menegangkan suasana
karena mereka juga menyatakan akan terjadi pertempuran darah apabila
keinginan para pemuda terkait dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak
digubris oleh golongan tua. Mendengar ancaman itu, Ir. Soekarno menjadi
marah dan melontarkan kata-kata yang berbunyi kurang lebih sebagai berikut
"Inilah leherku, saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tanyakan
kepada anggota PPKI terlebih dahulu karena sebagai ketua saya tidak bisa
melepas tanggungjawab".</p>
<p>Ketegangan disaksikan langsung oleh tokoh-tokoh nasional
angkatan tua lain seperti Drs. Moh. Hatta, Dr. Buntara dll. Nampaknya
perdebatan pendapat antara golongan tua dan muda memuncak, dimana para
pemuda tetap mendesak agar besoknya tanggal 16 Agustus 1945 itu juga
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan, sedangkan pemimpin
golongan tua masih tetap menekankan agar diadakan rapat terlebih dahulu
melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).</p>
<p>&nbsp;</p>

</div>
</div>
</div>

L-30
<div class="footer">
<div class="wrap">
<div class="f-menu">
<div class="AJXCSSMenuScGcAED">
<!-- AJXFILE:css/ajxmenufooter.css -->
<ul>
<li>
<h1>Sejarah&nbsp;Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</h1>
</li>
</ul>
</div>
</div>
</div>
</div>
</body>
</html>
10. Erakemerdekaan2.php
<!DOCTYPE HTML>
<html>
<head>
<title>Sejarah Kemerdekaan Indonesia</title>
<link href="css/style.css" rel="stylesheet" type="text/css" media="all" />
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenu.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenu.js" type="text/javascript"></script>
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenufooter.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenufooter.js" type="text/javascript"></script>
</head>
<body>
<div class="header">
<div class="wrap">
<div class="logo">&nbsp;<a href="index.php"><em>sejarah
Kemerdekaan Indonesia</em></a></div>
<div class="phone"> </div>
<div class="clear"></div>
<div class="nav">
<div class="AJXCSSMenuDQEebGB"><!-- AJXFILE:css/ajxmenu.css -->
<ul>
<li><a href="index.php">Awal&nbsp;Sejarah</a></li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Belanda</a>
<ul>
<li><a href="erabelanda1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erabelanda2.php">Fase Pertengahan</a></li>
<li><a href="erabelanda3.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galeribelanda.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Jepang</a>
<ul>
<li><a href="erajepang1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erajepang2.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galerijepang.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</a>
<ul>
<li><a href="erakemerdekaan1.php">Persiapan Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan2.php">Peristiwa
Rengasdengklok</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan3.php">Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="galerikemerdekaan.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub" href="#">Komentar</a>
<ul>
<li><a href="contact.php">Lihat Komentar</a></li>
<li><a href="komentar.php">Isi Komentar</a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>
<div class="clear"></div>

L-31
</div>
</div>
</div>
<div class="wrap">
<div class="content">
<div class="b-box">
<h1><span style="font-weight: bold">Peristiwa
Rengasdengklok</span></h1>
<h2>Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok</h2>
<p>Latar belakang peristiwa Rengasdengklok disebabkan karena
perbedaan pendapat antara golongan muda dan tua. Golongan senior seperti Ir.
Soekarno dan Mohammad Hatta menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui
mandat dari pemerintah Jepang yaitu dengan prosedur yang berlangsung di
PPKI, sementara dari pihak pemuda menginginkan proklamasi harus segera
dilakukan tanpa bantuan dari Jepang. Golongan muda menganggap PPKI merupakan
akal-akalan Jepang untuk menghambat kemerdekaan Indonesia, sehingga pihak
Sekutu dapat menguasai daerah kekuasaannya kembali.</p>
<p>Akibat perbedaan pendapat tersebut, golongan muda kemudian
pada tanggal 15 Agustus 1945 mengadakan rapat yang dilangsungkan di gedung
lembaga Jl. Pegangsaan Timur Jakarta. Rapat menghasilkan keputusan yaitu
kemerdekaan harus dilakukan tanpa bantuan atau janji-janji dari pihak
pemerintah Jepang.  Hasil rapat langsung disampaikan kepada Ir. Soekarno
saat sedang berada di kediamannya.</p>
<p>Ir. Soekarno menolak usulan pemuda karena ia sebagai ketua
harus bertanggung jawab mengenai hal tersebut. Pihak pemuda kemudian kembali
mengadakan rapat pada malam itu juga, rapat ke dua ini menghasilkan
keputusan yaitu menculik Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta menuju
Rengasdengklok. Penculikan terpaksa dilakukan untuk mendesak kedua tokoh
agar segera melangsungkan proklamasi kemerdekaan Indonesia.</p>
<p><img src="images/Era Kemerdekaan/Sejarah Peristiwa
Rengasdengklok.jpg" width="500" height="341" alt=""/></p>
<h2>Kronologi Peristiwa Rengasdengklok </h2>
<p> Pelaksanaan misi menyingkirkan Soekarno dan Moh Hatta agar
dijauhkan dari pihak Jepang menuju Rengasdengklok dilakukan pada pagi hari
tanggal 16 Agustus 1945. Penculikan dipimpin oleh Cudanco Singgih, dilakukan
pada jam 3 pagi. Kedua tokoh berhasil diculik, kemudian dibawa ke
Rengasdengklok yang lokasinya berada di sebelah timur kota Jakarta.
Dipilihnya daerah ini karena lokasinya terpencil dan juga terdapat beberapa
anggota militer PETA (pembela tanah air).</p>
<p>Selama 1 hari penuh Ir Soekarno dan Mohammad Hatta berada di
Rengasdengklok. Para anggota golongan muda berusaha membujuk dan mendesak
kedua tokoh penting tersebut agar segera melakukan proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Pihak pemuda menginginkan 2 tokoh tidak melakukan kerjasama dengan
Jepang melalui kegiatan yang dilakukan oleh PPKI, tetapi usaha tersebut sia-
sia karena mereka tetap berpegang teguh pada pendiriannya.</p>
<p> Kemudian Ir Soekarno melakukan perbincangan dengan Cudanco
Singgih, dari obrolan empat mata kedua tokoh tersebut, Singgih menganggap
Soekarno akan segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia setelah ia
dikembalikan ke Jakarta. Ia kemudian meyakinkan para golongan muda mengenai
hal tersebut. Singgih kemudian ke kota Jakarta untuk menemui Ahmad Subardjo,
pada pertemuan tersebut, tercapai kesepakatan antara golongan tua dan
muda.</p>
<p>Setelah itu, Ahmad Subardjo pergi ke Rengasdengklok untuk
menjemput Ir Soekarno dan Mohammad Hatta. Subardjo sampai pukul 18.00. Pada
proses penjemputan, Ahmad Subardjo menjamin pelaksanaan proklamasi akan segera
dilakukan. Ia memberi jaminan nyawa kepada para pemuda apabila proklamasi
belum dilakukan selambat-lambatnya tanggal 17 Agustus jam 12 siang. Atas
jaminan tersebut, Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta dilepas dan kembali ke kota
Jakarta. Setelah kembali ke Jakarta, mereka melakukan perumusan teks
proklamasi kemerdekaan di rumah Laksamana Maeda.</p>
<h2>Tujuan Peristiwa Rengasdengklok</h2>
<p>Kesimpulan tujuan peristiwa Rengasdengklok adalah untuk
mendesak Ir Soekarno dan Mohammad Hatta agar segera melakukan proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia tanpa bantuan dari pemerintah Jepang melalui
PPKI. Tujuan lain yaitu menjauhkan kedua tokoh dari pengaruh pihak Jepang.
Setelah kembali ke Jakarta, maka berakhirlah peristiwa Rengasdengklok.</p>
<p> Tokoh yang terlibat dalam peristiwa Rengasdengklok, antara
lain :</p>
<ul>
<li style="color: #020202; font-size: 16px;">- Golongan Pemuda
: Chaerul Saleh, Darwis, Subadio, Sukarni, Wikana, Suroto Kunto, Johar Nur,
Aidit, A.M Hanafie, dan Sidik Kertapati</li>
<li style="color: #020202; font-size: 16px;">- Golongan Tua :
Ir. Sukarno, Muhammad Hatta dan Mr Ahmad Subardjo</li>
</ul>
</div>
</div>

L-32
</div>
<div class="footer">
<div class="wrap">
<div class="f-menu">
<div class="AJXCSSMenuScGcAED">
<!-- AJXFILE:css/ajxmenufooter.css -->
<ul>
<li>
<h1>Sejarah&nbsp;Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</h1>
</li>
</ul>
</div>
</div>
</div>
</div>
</body>
</html>
11. Erakemerdekaan3.php
<!DOCTYPE HTML>
<html>
<head>
<title>Sejarah Kemerdekaan Indonesia</title>
<link href="css/style.css" rel="stylesheet" type="text/css" media="all" />
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenu.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenu.js" type="text/javascript"></script>
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenufooter.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenufooter.js" type="text/javascript"></script>
</head>
<body>
<div class="header">
<div class="wrap">
<div class="logo">&nbsp;<a href="index.php"><em>sejarah
Kemerdekaan Indonesia</em></a></div>
<div class="phone"> </div>
<div class="clear"></div>
<div class="nav">
<div class="AJXCSSMenuDQEebGB"><!-- AJXFILE:css/ajxmenu.css -->
<ul>
<li><a href="index.php">Awal&nbsp;Sejarah</a></li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Belanda</a>
<ul>
<li><a href="erabelanda1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erabelanda2.php">Fase Pertengahan</a></li>
<li><a href="erabelanda3.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galeribelanda.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Jepang</a>
<ul>
<li><a href="erajepang1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erajepang2.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galerijepang.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</a>
<ul>
<li><a href="erakemerdekaan1.php">Persiapan Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan2.php">Peristiwa
Rengasdengklok</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan3.php">Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="galerikemerdekaan.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub" href="#">Komentar</a>
<ul>
<li><a href="contact.php">Lihat Komentar</a></li>
<li><a href="komentar.php">Isi Komentar</a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>

L-33
<div class="clear"></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="wrap">
<div class="content">
<div class="b-box">
<h1><span style="font-weight: bold">Kemerdekaan Indonesia
(1945)</span></h1>
<h3> Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI</h3>
<p>Setelah sampai di kota Jakarta tepat jam 23.00 WIB, Ir
Soekarno dan Hatta langsung menuju Laksamana Maeda yaitu di Jl. Imam Bonjol
Nomor 1 (sekarang Perpustakaan Nasional), setelah Sukarno dan Hatta singgah
di rumah masing-masing terlebih dahulu. Penyusunan naskah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dilakukan di rumah ini. Sebelumnya, Soekarno dan Hatta
telah menemui <em>Somubunco</em>, Mayor Jenderal Nishimura agar
supa<strong>ya</strong> mengetahui sikapnya terkait dengan Proklamasi yang
akan dilakukan Indonesia. Yang menemani mereka adalah Laksamana Maeda
bersama Tomegoro Yoshizumi serta Miyosi sebagai penerjemah.</p>
<p>Pertemuan ini menemui jalan buntu, antara Sukarno dan Hatta
dengan Jendral Nishimura. Pihak Ir Soekarno ingin melaksanakan rapat
mengenai masalah Proklamasi Kemerdekaan pada PPKI, karena rapat yang
direncanakan sebelumnya pada tanggal 16 batal terlaksana. Pihak Indonesia
menegaskan kepada Nishimura bahwa pelaksanaan Kemerdekaan Indonesia telah
diserahkan PPKI yang ditunjuk langsung oleh Jenderal Besar Terauchi.</p>
<p>Sementara itu, Nishimura menyatakan bahwa keputusan harus
melalui persetujuan Tentara/militer ke 16 di Jawa. Yakni dengan menyerahnya
pemerintah Jepang kepada Serikat kemudian status daerah jajahannya menjadi
"status quo".Sejak tengah hari sebelumnya tentara Jepang semata-mata
merupakan sudah merupakan alat Serikat dan harus tunduk terhadap pemerintah
Serikat.</p>
<p>Berdasarkan ketentuan kebijakan, Nishimura tetap melarang Ir
Soekarno dan Moh Hatta mengadakan rapat pada Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia mengenai persiapan proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Maka kemudian
Soekarno dan Hatta menyimpulkan pihak Jepang tidak mendukung mengenai
kemerdekaan Indonesia dan tidak akan membicarakannya lagi dengan pemerintah
Jepang. Akan tetapi mereka berharap pemerintah Jepang tidak menghalangi
proses Proklamasi yang dilakukan atas inisiatif rakyat Indonesia </p>
<p>Setelah melakukan pertemuan dengan Nishimura, Ir Soekarno dan
Moh Hatta kemudian kembali kerumah Laksamana Maeda<strong>.</strong> Rumah
Laksamana Jepang itu dianggap tempat yang aman dari tindakan pemerintah
militer yang di Jawa dipegang oleh Angkatan Darat. Kedudukan Maeda sebagai
Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut di daerah kekuasaan Angkatan Darat
memungkinkan berhubungan dengan Mr. Ahmad Subardjo dan sejumlah pemuda
Indonesia yang bekerja pada kantornya. Berdasarkan hubungan baik itu rumah
Maeda dijadikan tempat pertemuan antara berbagai golongan Pergerakan
Nasional baik golongan tua dan golongan pemuda.</p>
<p>Di ruang makan, dirumuskanlah naskah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Laksamana Maeda selaku tuan rumah tidak ikut berpartisipasi,
beliau kemudian pergi ke tempat tidurnya pada lantai kedua tatkala peristiwa
bersejarah dilangsungkan. Tiga tokoh pemuda yakni Sukarni, Mbah Diro dan Mr.
Subardjo membahas tentang perumusan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Sedangkan tokoh lain dari golongan tua dan muda menunggu di depan tepatnya
di serambi rumah.</p>
<h3>Teks Proklamasi Asli (Klad)</h3>
<p>Ir. Soekarno lah yang menulis konsep Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia di secarik kertas, sedangkan Mr Subardjo dan Mohammad Hatta
menyumbangkan pemikiran yang disampaikan dengan lisan. Sebagai hasil
pembicaraan mereka bertiga diperoleh lah rumusan tulisan tangan Ir. Soekarno
yang berbunyi sebagai berikut :</p>
<div> <strong style="font-weight:
bold">Proklamasi</strong></div>
<div> <strong><br>
</strong></div>
<div> Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan
Indonesia.<br>
Hal-2 jang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l.,
diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-
singkatnja.</div>
<div> Djakarta, 17 - 8 - '05</div>
<div> Wakil-2 bangsa Indonesia</div>
<div> <br>
</div>
<p>Kalimat pertama adalah<strong> </strong>saran dari
Mister Subardjo yang di kutip dari rumusan "Dokuritsu Junbi Kosakai".
Kemudian kalimat paling akhir merupakan hasil pemikiran
Mohammad<strong> </strong>Hatta. Beliau beranggapan bahwa kalimat pertama

L-34
hanya "pernyataan dari sebuah kemauan" bangsa Indonesia untuk menentukan
nasib bangsannya sendiri. Dari hal ini, ia berpendapat perlunya ditambahkan
pernyataan terkait peralihan kekuasaan pemerintahan. Maka dihasilkan lah
rumusan kalimat terakhir dari naskah Proklamasi tersebut.</p>
<h3>Pembacaan Teks Proklamasi</h3>
<p>Setelah selesai melakukan perumusan masalah tentang
proklamasi kemerdekaan Indonesia di ruang makan, kelompok ini kemudian pergi
ke serambi rumah untuk menemui para tokoh golongan tua maupun muda yang
hadir dan sedang menunggu. Waktu saat itu menunjukkan pukul pukul 04.00
Soekarno membuka pertemuan saat menjelang subuh ini dengan membacakan hasil
rumusan masalah proklamasi yang masih berupa konsep. Soekarno kemudian
menyuruh semua yang hadir untuk menandatangani konsep proklamasi tersebut
atas nama wakil bangsa Indonesia. Saran dari Ir Soekarno diperkuat oleh
pendapat dari Mohammad Hatta yaitu mencontoh Amerika dengan Declaration of
Independence.</p>
<p>Usulan dari kedua tokoh itu ditentang oleh Golongan Muda hal
ini disebabkan Golongan Tua ikut menandatangani naskah tersebut. Golongan
Muda menganggap Golongan Tua hanya sebagai "Budak-budak pemerintah Jepang'.
Kemudian<strong> </strong>tokoh dari golongan muda yakni sukarni menyarankan
agar supaya naskah Proklamasi ditandatangani oleh 2<strong> </strong>orang
saja yaitu Ir Soekarno dan Mohammad<strong> Hatta atas nama bangsa
Indonesia</strong>. Bukankah mereka berdua yang pada masa itu di mana-mana
dikenal sebagai pemimpin utama bangsa Indonesia? Dengan disetujuinya usulan
Sukarni itu oleh hadirin, maka Ir Soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk
mengetik bersih naskah itu berdasarkan naskah tulisan tangan Soekarno,
disertai dengan perubahan yang sudah disetujui bersama.</p>
<h3>Teks Proklamasi Otentik</h3>
<p>Sayuti Melik segera mengetik naskah bersih daripada rumusan
Proklamasi. Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah bersih itu, yakni
kata "tempoh" diganti menjadi "tempo" sedangkan "wakil-wakil bangsa
Indonesia" pada bagian akhir diganti "Atas nama Bangsa Indonesia". Demikian
pula terjadi perubahan pada cara menulis tanggal, yaitu "Djakarta, 17-8-05"
menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen '05". Dengan perubahan tersebut
maka naskah proklamasi yang telah diketik kemudian segera ditandatangani
oelh Ir Soekarno dan Moh Hatta di rumah itu juga. Naskah Proklamasi setelah
mengalami perubahan :</p>
<div> <strong style="font-weight: bold; text-align:
left;">Proklamasi</strong></div>
<div> <strong><br>
</strong></div>
<div> Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekan
Indonesia.</div>
<div> Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoesaan d.l.l.
diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-
singkatnya.</div>
<div> <br>
</div>
<div> Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen '05</div>
<div> Atas nama bangsa Indonesia</div>
<div> Soekarno/Hatta</div>
<div> <br>
</div>
<div> (tandatangan Soekarno)</div>
<div> (tandatangan Hatta)</div>
<div> <br>
</div>
<p>Demikian pertemuan yang menghasilkan naskah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia itu berlangsung pada tanggal 17 Agustus 1945 dini
hari. Timbul lah persoalan bagaimana caranya naskah tersebut disebar luaskan
ke seluruh wilayah Indonesia. Kemudian Sukarni melaporkan bahwa Lapangan
Ikada sudah disiapkan sebagai tempat berkumpulnya masyarakat Indonesia yang
berada di Jakarta untuk mendengar teks Proklamasi dibacakan Ir Soekarno.</p>
<p>Tetapi kemudian Ir Soekarno menganggap bahwa lapangan ini
merupakan lapangan umum yang dapat menimbulkan masalah dengan pihak militer
Jepang. Karena itu ia mengusulkan supaya upacara Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dilaksanakan di rumahnya yakni di Jl. pegangsaan Timur Nomor 56.
Usulan yang diberikan Ir Soekarno akhinya dapat disetujui bersama dan
pembacaan naskah Proklamasi berlangsung<strong> </strong>ditempat<strong>
</strong>itu pada hari Jum'at<strong> </strong>tanggal 17 Agustus 1945 tepat
pukul 10.30 waktu Jawa jaman Jepang (pukul 10.00 WIB) di tengah-tengah bulan
Puasa.</p>
<p><img src="images/Era
Kemerdekaan/foto_2_proklamasi_indonesia1.jpg" width="482" height="337"
alt=""/></p>
</div>
</div>
</div>

L-35
<div class="footer">
<div class="wrap">
<div class="f-menu">
<div class="AJXCSSMenuScGcAED">
<!-- AJXFILE:css/ajxmenufooter.css -->
<ul>
<li>
<h1>Sejarah&nbsp;Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</h1>
</li>
</ul>
</div>
</div>
</div>
</div>
</body>
</html>
12. Galerikemerdekaan.php
<!DOCTYPE HTML>
<html>
<head>
<title>Sejarah Kemerdekaan Indonesia</title>
<style>
img {
width: 300px;
height: 200px;
border: 4px solid #575D63;
padding: 10px;
margin: 20px;
}
</style>
<link href="css/style.css" rel="stylesheet" type="text/css" media="all" />
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenu.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenu.js" type="text/javascript"></script>
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenufooter.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenufooter.js" type="text/javascript"></script>
</head>
<body>
<div class="header">
<div class="wrap">
<div class="logo">&nbsp;<a href="index.php"><em>sejarah
Kemerdekaan Indonesia</em></a></div>
<div class="phone"> </div>
<div class="clear"></div>
<div class="nav">
<div class="AJXCSSMenuDQEebGB"><!-- AJXFILE:css/ajxmenu.css -->
<ul>
<li><a href="index.php">Awal&nbsp;Sejarah</a></li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Belanda</a>
<ul>
<li><a href="erabelanda1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erabelanda2.php">Fase Pertengahan</a></li>
<li><a href="erabelanda3.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galeribelanda.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Jepang</a>
<ul>
<li><a href="erajepang1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erajepang2.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galerijepang.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</a>
<ul>
<li><a href="erakemerdekaan1.php">Persiapan Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan2.php">Peristiwa
Rengasdengklok</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan3.php">Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="galerikemerdekaan.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>

L-36
<li><a class="ajxsub" href="#">Komentar</a>
<ul>
<li><a href="contact.php">Lihat Komentar</a></li>
<li><a href="komentar.php">Isi Komentar</a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>
<div class="clear"></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="wrap">
<div class="content">
<div class="b-box">
<h1><span style="font-weight: bold">Galeri Kemerdekaan
Indonesia</span></h1>
<img class="gambar1" src="images/Era Kemerdekaan/Sejarah
Peristiwa Rengasdengklok.jpg"><img class="gambar2" src="images/Era
Kemerdekaan/proklamasi kemerdekaan indonesia 2.jpg">
<img class="gambar3" src="images/bung-
karno_20170818_065453.jpg"><img class="gambar4" src="images/Era
Kemerdekaan/Kronologi Pemanggilan Tiga Tokoh ke Dalat.jpg">
<img class="gambar5" src="images/Era
Kemerdekaan/foto_2_proklamasi_indonesia1.jpg"><img class="gambar6"
src="images/Era Kemerdekaan/3 golongan tua.jpg">
</div>
</div>
</div>
<div class="footer">
<div class="wrap">
<div class="f-menu">
<div class="AJXCSSMenuScGcAED">
<!-- AJXFILE:css/ajxmenufooter.css -->
<ul>
<li>
<h1>Sejarah&nbsp;Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</h1>
</li>
</ul>
</div>
</div>
</div>
</div>
</body>
</html>
13. Database.php
<?php
$host="localhost";
$user="root";
$password="";
$database="kemerdekaan_indonesia";
$koneksi=mysql_connect($host,$user,$password);
mysql_select_db($database,$koneksi);
//cek koneksi
if($koneksi){
//echo "berhasil koneksi";
}else{
echo "gagal koneksi";
}
?>
14. Komentar.php
<?php
session_start();
include"database.php";
?>
<!DOCTYPE HTML>
<html>
<head>
<title>Sejarah Kemerdekaan Indonesia</title>
<link href="css/style.css" rel="stylesheet" type="text/css" media="all" />
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenu.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenu.js" type="text/javascript"></script>
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenufooter.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenufooter.js" type="text/javascript"></script>
</head>
<body>

L-37
<div class="header">
<div class="wrap">
<div class="logo"><a href="index.php">Sejarah kemerdekaan
indonesia</a></div>
<div class="phone"> </div>
<div class="clear"></div>
<div class="nav">
<div class="AJXCSSMenuDQEebGB"><!-- AJXFILE:css/ajxmenu.css -->
<ul>
<li><a href="index.php">Awal&nbsp;Sejarah</a></li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Belanda</a>
<ul>
<li><a href="erabelanda1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erabelanda2.php">Fase Pertengahan</a></li>
<li><a href="erabelanda3.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galeribelanda.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Jepang</a>
<ul>
<li><a href="erajepang1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erajepang2.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galerijepang.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</a>
<ul>
<li><a href="erakemerdekaan1.php">Persiapan Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan2.php">Peristiwa
Rengasdengklok</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan3.php">Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="galerikemerdekaan.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub" href="#">Komentar</a>
<ul>
<li><a href="contact.php">Lihat Komentar</a></li>
<li><a href="komentar.php">Isi Komentar</a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>
<div class="clear"></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="wrap">
<div class="content">
<div class="b-box">
<h1>Isi Komentar</h1>
<div class="form">
<form action="konfirmasi.php" method="post">
Nama :<br> <input type="text" name="nama"><br>
E-Mail :<br> <input type="text" name="email"><br>
Isi : <br>
<textarea name="komentar" cols="45" rows="10">
</textarea><br>
<input type="submit" value="Kirim">
<input type="reset" value="Batal">
</form>
</div>
</div>
</div>
</div>
<div class="footer">
<div class="wrap">
<div class="f-menu">
<div class="AJXCSSMenuScGcAED">
<!-- AJXFILE:css/ajxmenufooter.css -->
<ul>
<li>
<h1>Sejarah&nbsp;Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</h1>

L-38
</li>
</ul>
</div>
</div>
</div>
</div>
</body>
</html>
15. Konfirmasi.php
<?php
session_start();
include"database.php";
$nama=$_POST['nama'];
$email=$_POST['email'];
$komentar=$_POST['komentar'];
$result=mysql_query("insert into data
values('null','$nama','$email','$komentar')");
if ($result) {
?>
<script language="javascript">
alert("Komentar disimpan")
document.location='contact.php';
</script>
<?php
}
?>
16. Contact.php
<?php
session_start();
include"database.php";
?>
<!DOCTYPE HTML>
<html>
<head>
<title>Sejarah Kemerdekaan Indonesia</title>
<link href="css/style.css" rel="stylesheet" type="text/css" media="all" />
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenu.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenu.js" type="text/javascript"></script>
<link rel="stylesheet" href="css/ajxmenufooter.css" type="text/css">
<script src="css/ajxmenufooter.js" type="text/javascript"></script>
</head>
<body>
<div class="header">
<div class="wrap">
<div class="logo"><a href="index.php">Sejarah kemerdekaan
indonesia</a></div>
<div class="phone"></div>
<div class="clear"></div>
<div class="nav">
<div class="AJXCSSMenuDQEebGB"><!-- AJXFILE:css/ajxmenu.css -->
<ul>
<li><a href="index.php">Awal&nbsp;Sejarah</a></li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Belanda</a>
<ul>
<li><a href="erabelanda1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erabelanda2.php">Fase Pertengahan</a></li>
<li><a href="erabelanda3.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galeribelanda.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Zaman&nbsp;Penjajahan&nbsp;Jepang</a>
<ul>
<li><a href="erajepang1.php">Fase Awal</a></li>
<li><a href="erajepang2.php">Fase Akhir</a></li>
<li><a href="galerijepang.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub"
href="#">Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</a>
<ul>
<li><a href="erakemerdekaan1.php">Persiapan Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="erakemerdekaan2.php">Peristiwa
Rengasdengklok</a></li>

L-39
<li><a href="erakemerdekaan3.php">Kemerdekaan
Indonesia</a></li>
<li><a href="galerikemerdekaan.php">Galeri</a></li>
</ul>
</li>
<li><a class="ajxsub" href="#">Komentar</a>
<ul>
<li><a href="contact.php">Lihat Komentar</a></li>
<li><a href="komentar.php">Isi Komentar</a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>
<div class="clear"></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="wrap">
<div class="content">
<div class="b-box">
<h1>Komentar</h1>
<?php
mysql_connect("localhost","root","");
mysql_select_db("kemerdekaan_indonesia");
$result=mysql_query("select * from data order by id DESC");
while($data=mysql_fetch_row($result))
{
echo "<hr/>";
echo "<b>$data[1]</b><br>";
echo "email : <i>$data[2]</i><br>";
echo "$data[3]<br>";
}
?>
</div>
</div>
</div>
<div class="footer">
<div class="wrap">
<div class="f-menu">
<div class="AJXCSSMenuScGcAED">
<!-- AJXFILE:css/ajxmenufooter.css -->
<ul>
<li>
<h1>Sejarah&nbsp;Kemerdekaan&nbsp;Indonesia</h1>
</li>
</ul>
</div>
</div>
</div>
</div>
</body>
</html>

L-40

You might also like