Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Di dalam agama islam, ibadah yang paling awal disyari’atkan adalah salat. Salat
mempunyai kedudukan yang paling penting dalam kehidupan seorang muslim dan
menempati urutan kedua dalam rukun Islam setelah syahadat.1
Dalam menjalankan kewajiban salat, tidak semena-mena hanya menjalankannya
begitu saja tanpa memperhatikan rukun dan syaratnya. Banyak rukun dan syarat yang
1
Isnatin Ulfah, Fiqh Ibadah Menuru Al-Qur’an, Sunnah dan Tinjauan Berbagai Madzhab
(Ponorogo: STAIN Po, 2009), 59
wajib diketahui dan dipenuhi sebelum maupun saat menjalankan ibadah salat. Salah satu
syarat untuk menjalankan salat secara sah dan benar adalah mengetahui arah kiblat.2
Menghadap kiblat dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan dasar peribadatan
umat Islam. Hal ini dikarenakan untuk mengerjakan salat wajib maupun sunnah
diharuskan untuk menghadap kiblat. Meskipun imam madzhab berbeda pendapat
mengenai pengertian arah kiblat, kewajiban menghadap kiblat merupakan suatu
kesepakatan dan tidak ada perbedaan pendapat mengenainya. Madzhab Syafi’i
merupakan salah satu madzhab yang mengharuskan menghadap kiblat pada saat salat
sedangkan madzhab yang lain memfatwakan cukup menghadap kearah masjidil haram
sekalipun tidak tepat kearah masjidil haram.3
Sebagaimana halnya yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 144,
dalam ayat tersebut disebutkan bahwa dalam salat wajib menghadap kearah kiblat.
Artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit 4,
Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu
sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana
saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan
Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al
kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke
Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-
kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan."(QS. Al-
Baqarah:144).5
Dalam menentukan arah kiblat, pada umumnya umat muslim di Indonesia
menentukan arah kiblat masjid maupun mushala dengan cara mengira-ngira tanpa
mengadakan pengukuran yaitu dengan melihat peta atau bola dunia. Berhubung kota
mekah terletak di sebelah barat laut Indonesia. Maka umat muslim yang tinggal di
Indonesia menghadapkan dirinya kearah barat laut pada saat melakukan salat.
Di sini penulis mengambil penelitian di Kecamatan Lebakwangi Kabupaten
Kuningan dikarenakan arah kiblat masjid-masjidnya kurang tepat dikarenakan dalam
menentukan arah kiblat di masjid yang terdahulu di Kecamatan Lebakwangi itu hanya
memakai metode yang tradisional dan metode taqribi dengan patokan terbenamnya
matahari dan dimiringkan ke utara sedikit yang kebanyakan belum sesuain dengan cara
penentuan arah kiblat menurut ilmu falak dan para tokoh agamanya juga kurang
memahami dalam hal ilmu falak sehingga dalam penentuan arah kiblat masjid-masjid
yang ada di Kecamatan Lebakwangi menggunakan perkiraan saja. Karena hal ini
penulis berkeinginan meneliti mengenai arah kiblat masjid-masjid yang ada di
kecamatan tersebut.
2
Syamsul Arifin, Ilmu Falak (Ponorogo: Lembaga Penerbit dan Pengembangan Ilmiah STAIN
Ponorogo), 11.
3
M. Athillah, Petunjuk Peraktis Sulamunayirayn dan Penentuan Arah Kiblat, cet. 4 (Jakarta:
Alqafrin Jatinangor, 2011), 70.
4
Maksudnya ialah Nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit mendoa dan menunggu-
nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah.
5
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: HALIM, 2014), 22.
Berangkat dari sini, penulis tertarik untuk melakukan penulisan lebih lanjut guna
dalam rangka melihat keakurasian arah kiblat masjid-masjid di kecamatan tersebut
dengan cara mengukur kembali arah kiblat masjidnya dengan menggunakan cara atau
metode yang lain yang lebih modern dan tujuan yang tidak kalah penting yakni sebagai
pemahaman yang lebih komprehensif penulis. Dalam penelitian ini, penulis akan
menggunakan alat Kompas Magnetic dan Mizwala Qibla Finder untuk menguji
keakurasian arah kiblat masjid-masjid di Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan.
Dalam hal ini penulis menggunakan Kompas Magnetic dan Mizwala Qibla Finder
dikarenakan menurut penulis alat dan metode tersebut merupakan metode yang mudah
untuk diterapkan dan simple dalam cara penggunaannya diantara metode-metode
pengukuran arah kiblat yang lain, yaitu tidak membutuhkan waktu yang lama dalam
perhitungannya. Selain itu, Kompas Magnetic dan Mizwala Qibla Finder ini telah di uji
keakurasiannya dengan membandingkan hasil pengukuran Kompas Magnetic dan
Mizwala Qibla Finder dengan Tongkat Istiwa’ dan bayang-bayang Kiblat. Dari keempat
metode yang digunakan menghasilkan ukuran kiblat yang sama, dengan artian tidak
terdapat selisih.
Atas dasar itu penulis memilih judul “ UJI AKURASI ARAH KIBLAT PADA
MASJID-MASJID DI KECAMATAN LEBAKWANGI KABUPATEN KUNINGAN”
PENELITIAN TERDAHULU
1. Ismail Chudori, Skripsi 2005 “Studi Tentang pengecekan Arah Kiblat Masji Agung
Surakarta” yang menjelaskan bahwa arah kiblat Masjid Agung Surakarta tersebut
pada kenyataannya menghadap ke timur (bergeser 140 dari titik timur ke selatan),
dengan kata lain kiblat Masjid adalah ini adalah 14 0 dari titik barat ke utara. Padahal
perhitungan arah kiblat Masjid Agung Surakarta ini sebenarnya adalah 24 0 32‟
03,93”dari titik barat ke utara 650 27‟ 56,07” UTSB. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa Masjid ini mengalami kekurangan atau pergeseran dari arah kiblat
dengan selisih sebesar 100 dari titik barat ke utara. 6
Dalam skripsi yang telah di teliti oleh Ismail Chudori dengan penelitian yang
diteliti oleh penulis terdapat beberapa persamaan dan perbedaan. Diantaranya
penelitian ini sama-sama meneliti tentang arah kiblat masjid, namun yang
membedakan penelitian ini terletak pada tempat penelitianya itu terletak di wilayah
Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan selain itu Kondisi Objektif wilayahnya
juga berbeda sehingga titik kordinat wilayah nya juga berbeda dengan penelitia
sebelumnya.
2. Afni Desiana Dalimunthe, Skripsi 2011 “Akurasi Arah Kiblat Masjid di Wilayah
Kecamatan Pamulang” yang menjelaskan tentang akurasi arah kiblat 8 masjid di 8
kelurahan pada Kecamatan Pamulang. 7
Dalam skripsi yang telah diteliti oleh Afni Desiana Dalimuthe dengan
penelitian yang telah diteliti oleh penulis terdapat beberapa persamaan dan
perbedaan. Diantaranya penelitian ini sama-sama meneliti akurasi arah kiblat dalam
ruang lingkup kecamatan namun yang menjadikan pembeda dengan penelitian ini
adalah jumlah masjid dan desanya penelitian ini ada 22 masjid namun diambil
6
Ismail Chudori, “Studi Tentang Pengecekan Arah Kiblat Masjid Agung Surakarta.” (Skripsi,
IAIN Walisongo Semarang, 2005).
7
Alfi Desiana Dalimunthe, “Akurasi Arah Kiblat Masjid di Wilayah Kecamatan Pamulang.”
(Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, 2011).
sample hanya 11 masjid dari 13 desa yang ada di kecamatan lebakwangi sehingga
menjadi perbedaan yang mendasar.
3. Pitri Wulandari, Skripsi 2013 “Akurasi Arah Kiblat Masjid Daerah Pertokaan di
Wilayah Kecamatan Grogol Petambunan Jakarta Barat” yang menjelaskan tentang
akurasi arah kiblat pada masjid yang dilakukan diperkotaan dengan menggunakan
kompas dan meneliti keterkaitannya dengan pengetahuan masyarakat perkotaan
dengan tingkat keakuratan arah kiblat. 8
Dalam skripsi yang telah diteliti oleh Pitri Wulandari dengan penelitian yang
telah diteliti oleh penulis terdapat beberapa persamaan dan perbedaan. Diantaranya
penelitian ini sama-sama meneliti arah kiblat masjid dan meneliti pemahaman
masyarakat dan tokoh agama terhadap keakuratan arah kiblat. Namun yang menjadi
pembeda dengan penelitian ini adalah alat atau metode yang digunakan nya berbeda
penelitian diatas hanya menggunakan kompas saja namun dalam penelitian yang
diteliti oleh penulis menggunakan alat atau metode kompas magnetic dan mizwala
qibla finder dan perhitungan yang paling baru dan sederhana dalam menentukan titik
kodinat kiblat.
4. Ahmad Munif, Skripsi 2013 “Analisis Kontroversi dalam Penetapan Arah Kiblat
Masjid Agung Demak” yang menjelaskan tentang bagaimana respon masyarakat
terhadap kalibrasi nasjid Agung Demak yang merupakan masjid yang bersejarah di
Indonesia ini. Ada dua respon masyarakat terhadap permasalahan ini. Pertama,
kelompok yang mendukung terhadap hasil earth, terhadap kemelencengan berkisar 4ͦ
55’ 12”, namun setelah diteliti langsung kelapangan dengan menggunakan
Theodolite dan aplikasi Sofwer Winhisab 2010 kemelencengan arah kiblat yang
didapat yaitu 4ͦ 55’ 23,76” maka arah kiblat masjid ini cukup akurat.9
METODOLOGI PEMIKIRAN
Dalam Metode penelitian ini terbagi dalam beberapa bagian, yakni :
1. Jenis penelitian yang adalah kualitatif, dimana data dan fakta yang diperoleh dari lapangan
akan dianalisa dan dijabarkan secara runtut dan terperinci sehingga dapat ditarik kesimpulan
yang valid.10
2. Pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat
ialah berupa wawancara dan dokumentasi.11
3. Teknik analisis data yaitu teknik pengolahan data dan melakukan uraian dan
penafsiran pada suatu dokumen. Analisis data dapat digambarkan dalam tahapan
reduksi data, pengorganisasian data dan interpretasi data. Setelah data terkumpul,
maka akan dimanfaatkan sesuai dengan kegunaan masing-masing dan dianalisis
sesuai dengan kenyataan yang ada dan pengolahan berikutnya digunakan analisis
kualitatif.
12
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya,
cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), 26.
13
Mircea Eliade, The Encyclopedia of Religion, volume.7, (New York: Macmillan Library
Reference USA, 1993), 225.
14
Perpustakaan Nasional, Ensiklopedi Islam, cet.V, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1999),
6.
15
Maskufa, Ilmu Falak, cet.II,(Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), 129.
16
Zuhairi Miswari, Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, cet.II, (Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2009), 216.
17
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Vol.I,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), 324.
18
Departemen Agama RI, al Qur’an dan Terjemahnya, 20.
kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan
mereka bersyukur”.(QS. Ibrāhim ayat 37)19
Nabi Ismail AS menerima Hajar Aswad (batu hitam) dari Malaikuat Jibril di
Jabal Qubais, lalu diletakkan di sudut Tenggara bangunan. Hajar Aswad ini
merupakan batu yang disakralkan oleh umat Islam. Mereka mencium atau
menyentuh Hajar Aswad tersebut saat melakukan thawaf karena Nabi Muhammad
SAW juga melakukan hal tersebut. Setelah Nabi Ismail wafat, pemeliharaan Ka’bah
dipegang oleh keturunannya, lalu Bani Jurhum, lalu Bani Khuza‟ah yang
memperkenalkan penyembahan berhala. Selanjutnya pemeliharaan Ka’bah dipegang
oleh kabilah-kabilah Quraiys yang merupakan generasi penerus garis keturunan Nabi
Ismail.20
3. Dasar Hukum Menghadap Kiblat dalam Salat
QS. Al-Baqarah ayat 144
Artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit 21,
Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu
sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana
saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan
Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al
kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke
Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-
kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”(QS. Al-Baqarah
ayat 144)22
Ali bin Thalhah berkata dari Ibnu Abbas, “Masalah yang pertama kali di
nasakh dalam al-Qur‟an ialah masalah berkiblat (ke Baitul Maqdis).”Yaitu ketika
Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah yang mayoritas penduduknya adalah Yahudi,
maka Allah menyuruhnya agar berkiblat ke Baitul Maqdis. Kaum Yahudi pun senang
Rasulullah SAW berkiblat ke sana selama 10 bulan. Akan tetapi, Rasulullah
mencintai kiblatnya Ibrahim, oleh karenanya dia berdo’a kepada Allah Ta‟ala dan
menengadah ke langit. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Firman Allah “Dimanapun kamu berada, maka palingkanlah wajahmu ke
arahnya” Maksudnya, Allah Ta‟ala menyuruh mengahadap ke kiblat dari segala
penjuru bumi Timur, Barat, Utara, dan Selatan. Tidak ada satu perkara shalatpun
yang dikecualikan dari perintah ini selain shalat sunnah ketika bepergian.23
4. Metode Penentuan Arah Kiblat
a. Metode Pengukuran Taqribi (menggunakan acuan pemikiran)
Model yang digunakan dalam metode ini biasanya mengambil bentuk cara-
cara yang sederhana. Data yang diperlukan cukup dengan mengetahui titik mata
19
Departemen Agama RI, al Qur’an dan Terjemahnya, 260.
20
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya,50.
21
Maksudnya ialah Nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit mendoa dan menunggu-
nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah.
22
Departemen Agama RI, al Qur’an dan Terjemahnya, 22.
23
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyu Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir,Jilid 1,
penerjemah Syihabuddin, cet.I, (Jakarta: Gema Insani, 1999), 245-246.
angin utama, yakni Utara, Timur, Selatan, dan Barat. Biasanya yang melakukan
pengukuran dengan cara ini telah memiliki pengetahuan dasar yang sederhana
perihal posisi Ka’bah ditinjau dari tempat atau lokasi pengukuran. Dengan bekal
pengetahuan arah mata angin utama tersebut, dimana letak Ka’bah dari tempat
pengukuran cukup dikenali apakah lurus, miring ke kanan, atau miring ke kiri.
Perihal seberapa besar angka kemiringannya cukup ditentukan secara kira-kira
saja. Karena penggunaan data dalam metode ini dilakukan secara perkiraan, maka
pengukuran arah kiblat seperti ini dikategorikan pada metode taqribi.24
Data utama yang diperlukan dalam metode pengukuran taqribi ini hanya
arah mata angin. Untuk mengetahui arah mata angin cara yang digunakan
bermacam-macam. Tingkat akurasi penentuan titik mata angin ini pun kemudian
menampakkan hasil yang bertingkat-tingkat. Adapun hasil yang diperoleh dalam
pengukuran titik mata angin ini selama sudut kemiringannya ditentukan secara
kira-kira, tetap akan membuahkan hasil yang taqribi yang memiliki tingkat
keakuratan rendah.25Adapun beberapa alat dalam metode taqribi dan teknik untuk
melakukan pengukuran arah kiblat di suatu lokasi antara lain:
1. Menggunakan pisau silet
2. Menggunakan Kompas
3. Menggunakan Rubu’ Mujayab
4. Menggunakan Tongkat Istiwa
5. Menggunakan Rashdul Kiblat
b. Metode Pengukuran Tahqiqi (metode pengukuran yang akurat)
Metode ini dikerjakan melalui perhitungan matematis dengan menggunakan
rumus-rumus ilmu ukur segitiga bola (Spherical Trigonometri). Perhitungan
dimaksudkan untuk mencari sudut arah kiblat, yakni sudut dari sebuah segitiga
bola yang sisi-sisinya terbentuk dari lingkaran-lingkaran besar yang saling
berpotongan melalui titik Ka’bah, kota atau lokasi pengukutan, dan titik Utara.
Selanjutnya melalui modifikasi rumus, untuk posisi Indonesia misalnya, hasil
yang diperoleh sudut arah kiblatnya bisa terbaca sekian derajat dari titik Barat ke
arah Utara atau dari titik Utara ke arah Barat.26
Adapun data yang diperlukan dalam proses perhitungan arah kiblat adalah:
a. Lintang tempat (φ tp)
b. Bujur Tempat (λ tp)
c. Lintang Ka’bah (φ k)
d. Bujur Ka’bah (λ k)
Untuk data lintang dan bujur suatu tempat yang akan dicari arah kiblatnya
biasanya sudah tersedia, tetapi untuk saat sekarang berkaitan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi maka data yang sudah ada itu perlu diverifikasi
lagi dengan alat kontemporer yaitu GPS (Global Positioning System). 27
Sedangkan untuk lintang Ka’bah menurut penelitian terakhir yang dilakukan oleh
Departemen Agama RI adalah 21º 25‟ LU dan garis bujur Ka’bah adalah 39º 50‟
BT.28
24
Sirril Wafa, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat,”Laporan
Penelitian,(Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002),16.
25
Sirril Wafa, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat,16.
26
Sirril Wafa, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat,20.
27
Maskufa, Ilmu Falak, 136.
28
Depag RI, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan
Agama, 1994, 1994), 16.
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari sudut arah kiblat suatu
tempat adalah rumus ilmu ukur segitiga bola (spherical trigonometri):29
Keterangan:
Q : arah kiblat
λtp : bujur tempat
φtp : lintang tempat
λk : bujur Ka’bah
φk : lintang Ka’bah
Hasil yang diperoleh dari rumusan tersebut adalah sudut arah kiblat dihitung
dari titik Utara ke arah Barat, berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Atau
bisa dari titik Barat ke Utara dengan cara dikurangi dengan 90º.
Setelah besaran sudut diperoleh, maka untuk praktik pengukurannya harus
dipersiapkan terlebih dahulu empat arah mata angin utama. Penentuan arah mata
angin bisa dilakukan dengan tongkat istiwa, kompas setelah dikoreksi dengan
angka magnetic variation, atau dengan menggunakan program Mizwala Qibla
Finder.
Mizwala Qibla Finder merupakan sebuah alat praktis karya Hendro Setyanto
untuk menentukan arah kiblat secara praktis dengan menggunakan sinar matahari.
Mizwalah merupakan modifikasi bentuk sundial, terdiri dari sebuah gnomon
(tongkat berdiri), bidang dial (bidang lingkaran) yang memiliki ukuran sudut
derajat, dan kompas kecil sebagai ancar-ancar.30
Cara menentukan arah mata angin menggunakan program Mizwala Qibla
Finder adalah sebagai berikut:
1) Persiapkan alat-alat yang diperlukan seperti benang dengan panjang lebih
kurang 1 meter (sesuai dengan kebutuhan), waterpass, GPS (jika ada).
2) Siapkan data yang diperlukan seperti Lintang tempat, Bujur tempat, tanggal
dan waktu pengecekan. Untuk mengetahui lintang, bujur dan waktu akan lebih
baik jika menggunakan GPS atau dengan media lain seperti google earth.
3) Jalankan software Mizwah.xls pada PC atau media lain yang mendukung
program Microsoft office Excel seperti notebook, laptop, dan sebagainya.
Kemudian masukkan data-data yang diperlukan pada tabel Mizwah.xls sesuai
dengan kolom yang telah disediakan. Setelah itu akan diketahui nilai azimuth
kiblat (kolom Qiblat), data azimuth Matahari (kolom as Simtu), dan azimuth
bayangan Matahari (kolom Mizwah).
4) Letakkan Mizwala Qibla Finder di tempat yang datar, kemudian letakkan
waterpass diatas mizwala untuk mengukur level bidang dial, jika belum sejajar
maka dapat diatur dengan cara memutar tripod atau kaki tiga yang telah
terpasang pada bidang level hingga seimbang. Ikatkan tali yang telah
dipersiapkan pada gnomon.
29
Maskufa, Ilmu Falak, 136.
30
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya,
83.
5) Apabila Mizwala Qibla Finder sudah terpasang dengan baik, perhatikan
bayang-bayang gnomon (tongkat berdiri) pada bidang dial putar dan catatlah
waktunya (waktu pengamatan).
6) Letakkan benang yang telah diikat pada gnomon, kemudian tarik dan letakkan
benang tersebut ditengah bayang-bayang.
7) Putarlah bidang dial sampai nilai mizwah yang telah disesuaikan dengan waktu
bidik atau waktu pengamatan berada tepat dibawah benang atau bayang-
bayang.31
8) Setelah bidang dial yang memiliki ukuran sudut derajat diputar sesuai dengan
angka yang ditunjukkan oleh kolom mizwah pada program Mizwala Qibla
Finder, maka diketahuilah arah mata angin yaitu arah Utara pada sudut 0º/360º,
arah Timur pada sudut 90º, arah Selatan pada sudut 180º, arah Barat pada sudut
270º.
Setelah ditemukan arah mata angin, langkah selanjutnya yaitu menentukan
arah kiblat dengan cara:
1) Tarik benang yang terikat pada gnomon sesuai dengan angka kiblat yang telah
dicari menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri)
yang diukur dari arah Barat ke arah Utara maupun dari Utara ke Barat.
2) Setelah benang ditarik lurus sesuai dengan angka kiblat yang telah dicari
menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri), maka
arah tersebut adalah arah kiblat yang dicari.
CARA MASYARAKAT DALAM MENENTUKAN ARAH KIBLAT DI
KECAMATAN LEBAKWANGI KABUPATEN KUNINGAN
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Lebakwangi, penentuan arah kiblat ketika awal pembangunan masjid
diwilayah ini hanya menggunakan cara-cara perkiraan atau metode taqribi saja. Hal ini
dikarenakan pengetahuan masyarakat yang sangat awam mengenal ilmu pengukuran
arah kiblat yang akurat.32
Dilihat dari alat ukur yang digunakan untuk menentukan arah kiblat masjid-masjid
di wilayah Kecamatan Lebakwangi ditemukan beberapa variasi. Dari 11 masjid yang
dijadikan sample dalam satu kecamatan yang penulis teliti, masjid yang menggunakan
kompas sebanyak 5 masjid atau 45,45%, menggunakan bayang-banyang matahari
sebanyak 2 masjid atau 18,18% dan menggunakan perkiraan arah barat dengan pendapat
yang penting menghadap matahari terbenam itu adalah barat sebanyak 4 masjid atau
36,36%.
a. Masjid yang menggunakan Kompas
Setelah diteliti, masjid yang diukur menggunakan kompas jika dihubungkan
dengan keakuratan arah kiblat, dari 5 masjid yang menggunakan kompas dalam
penentuan arah kiblatnya, tidak ada satupun yang akurat arah kiblatnya. Keakuratan
arah kiblat dengan menggunakan alat bantu kompas ini karena adanya masukan dari
tokoh agama setempat bahwa arah kiblat masjid ini bukan kearah barat kompas,
31
Muhammad Umar Setiawan, “Perancangan Aplikasi Perhitungan Mizwala Qibla Finder dengan
Java 2 Micro Edition (J2ME) Pada Mobile Phone,” (Skripsi, IAIN Walisongo Semarang, 2013), 63-64.
32
Wawancara Pribadi dengan bapak Didin Wahidin, M.Pd.I. Kepala KUA Kecamatan
Lebakwangi, 06 Januari 2020.
tetapi dari arah barat kompas itu serong kekanan dengan tidak dijelaskan berapa
angka derajatnya.33
Sedangkan dari 5 masjid yang menggunakan kompas tidak ada satupun masjid
yang akurat arah kiblatnya meskipun sudah di kasih nilai toleransi yaitu tidak boleh
lebih dari 1º.
Lihat table dibawah ini
Tabel 4.3
Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Kompas
No Nama Masjid Alamat Cara Ukur Keaku
ratan
33
Wawancara Pribadi dengan bapak Elon. Pengurus Masjid Nurul Huda Desa Lebakwangi
Kecamatan Lebakwangi, 06 Januari 2020.
tidak pernah dirubah sedikitpun walaupun pernah di renovasi tetapi tidak pernah
merubah posisi masjid tersebut.34
Kemudian berdasarkan surat himbauan dari Kemenag Kabupaten Kuningan
untuk seluruh pengurus masjid bahwa tanggal 27 atau 28 Mei pada pukul 16:18 WIB
atau setiap tanggal 15 atau 16 juli pada pukul 16:27 WIB kita bisa melihat bayangan
matahari akan menghadap kearah Kiblat. Maka berdasarkan himbauan tersebut
sesepuh desa cinagara dan pasayangan sebelum membangun masjid melakukan
pengukuran arah kiblat menggunakan bayang-bayang matahari, sehingga sampai saat
ini kiblat masjid al-barokah dan masjid al-hidayah akurat seperti adanya sekarang.35
c. Masjid yang Menggunakan Petokan arah Barat
Masjid yang diukur menggunakan perkiraan arah Barat dengan patokan
matahari terbenam sebanyak 4 masjid, dari 4 masjid itu tidak ada satupun yang
akurat. Perhatikan table dibawah ini:
Tabel 4.5
Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Perkiraan Arah Barat
No Nama Masjid Alamat Cara Ukur Keakuratan
1 Baitul Mu’minin Dusun Manis Perkiraan -7º
Rt/Rw 07/02 Arah Barat
Desa
Mekarwangi
2 Hikmatutthohiroh Blok Bale Perkiraan +7º
Desa Cipetir Arah Barat
3 Ar-Rahman Desa Perkiraan +13º
Sindang Kec. Arah Barat
Lebakwangi
4 At-Taqwa Blok Desa Perkiraan +7º
Mancagar Arah Barat
Tabel
Masjid yang Deviasi Minus (-) ke Utara
No Nama Masjid Alamat Cara Ukur Hasil Deviasi
Ukur
Tabel
Masjid yang Deviasi Plus (+) ke Utara
No Nama Masjid Alamat Cara Ukur Hasil Deviasi
Ukur
Dalam tabel di bawah ini akan dijelaskan bahwa masjid yang paling tinggi
penyimpangannya adalah masjid Baitul Mu’minin (-7º) untuk kategori kurang (-) ke
Utara dan penyimpangan tertinggi untuk kategori lebih (+) ke Utara adalah masjid
ar-Rahman (+13º).
Tabel
Masjid yang Penyimpangan Arah Kiblatnya Paling Tinggi
No Nama Masjid Alamat Keakuratan
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan dan pembahasan tentang akurasi arah kiblat pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Masyarakat di wilayah Kecamatan Lebakwangi dalam menentukan arah kiblat
masjid menggunakan metode taqribi, yaitu metode yang menggunakan acuan perkiraan
dengan alat bantu pengukuran yang bervariasi, yaitu dari 11 masjid yang diteliti, masjid
yang menggunakan kompas sebanyak 5 masjid atau 45,45%, menggunakan bayang-
banyang matahari sebanyak 2 masjid atau 18,18%, dan menggunakan perkiraan arah
Barat sebanyak 4 masjid atau 36,36%. Dari sini terlihat bahwa masyarakat dalam
pengukuran arah kiblat di wilayah Kecamatan Lebakwangi pada umumnya
menggunakan alat bantu kompas namun hanya untuk mencari arah Mata Angin saja.
Mayoritas arah kiblat masjid di wilayah Kecamatan Lebakwangi tidak akurat,
walaupun dalam penelitian ini telah diberikan angka toleransi penyimpangan sebesar -1º
dan +1º dari arah yang telah ditentukan yakni 24º dari arah Barat ke arah Utara. Dari 11
masjid yang menjadi sample penelitian hanya 2 masjid atau 18,18% yang akurat dan 9
masjid atau 81,81% tidak akurat. Berdasarkan alat bantu pengukuran dari 11 masjid
yang dijadikan sample yang menggunakan bayang-bayang matahari pada saat peristiwa
Rashdul Kiblat ada 2 masjid. Menggunakan kompas sebanyak 5 masjid atau 45,45%,
Menggunakan perkiraan arah Barat dengan patokan matahari terbenam ada 4 masjid,
dari keempatnya itu tidak ada yang akurat bahkan nilai ketidak akuratannya sangat
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Syamsul. Ilmu Falak.Ponorogo: Lembaga Penerbit dan Pengembangan Ilmiah
STAIN Ponorogo, tt.
Ar-Rifa‟i,Muhammad Nasib.Taisiru al-Aliyyu Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu
Katsir,Jilid 1.Penerjemah Syihabuddin. cet.I. Jakarta: Gema Insani, 1999.
Chudori, Ismail. “Studi Tentang Pengecekan Arah Kiblat Masjid Agung Surakarta.”
Skripsi, Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2005.
Depag RI, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan
Peradilan Agama, 1994, 1994.
Departemen Agama RI.Al Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: HALIM, 2014.
Desiana, Alfi Dalimunthe. “Akurasi Arah Kiblat Masjid di Wilayah Kecamatan
Pamulang.” Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011.
Eliade,Mircea.The Encyclopedia of Religion. Volume.7. New York: Macmillan Library
Reference USA, 1993.
Izzuddin,Ahmad. Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya. cet.I. Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012.
M. Athillah. Petunjuk Peraktis Sulamunayirayn dan Penentuan Arah Kiblat.cet. 4.
Jakarta: Alqafrin Jatinangor, 2011.
Maskufa.Ilmu Falak.cet.II. Jakarta: Gaung Persada Press, 2010.
Miswari, Zuhairi. Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim. cet.II. Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara, 2009.
Munif, Ahmad: “Analisis Kontroversi dakam Penetapan Arah Kiblat Masjid Agung
Demak.” Skripsi,Semarang: UIN Walisongo, 2013.
Perpustakaan Nasional. Ensiklopedi Islam. cet.V. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve,
1999.
Setiawan,Muhammad Umar. “Perancangan Aplikasi Perhitungan Mizwala Qibla Finder
dengan Java 2 Micro Edition (J2ME) Pada Mobile Phone,” Skripsi, IAIN
Walisongo Semarang, 2013.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an.
Vol.I.Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Ulfah, Isnatin. Fiqh Ibadah menurut al-Qur’an, Sunnah dan Tinjauan Berbagai
MadzhAb. Ponorogo: STAIN Ponogoro, 2009.
Wafa, Sirril. dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah
Ciputat,”Laporan Penelitian. Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2002.
Widodo. Cerdik Menyusun Proposal Penelitian. Jakarta: Magnascript Publishing, 2012.
Wulandari, Pitri.“Akurasi Arah Kiblat Masjid Daerah Pertokaan di Wilayah Kecamatan
Grogol Petambunan Jakarta Barat.” Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2013.