Professional Documents
Culture Documents
iv
Under the conditions stated below the owner of copyright for this book hereby grants permission to users to make photocopy reproductions of any part or all of its
contents for personal or internal organi ational use, or for personal or internal use of specific clients. This consent is given on the condition that the copier pay the stated
percopy fee through the Copyright Clearance Center, Incorporated, 27 Congress Street, Salem, MA 01970, as listed in the most current issue of "Permissions to
Photocopy" (Publisher's Fee list, distributed by CCC, Inc.), for copying beyond that permitted by sections 107 or 108 of the US Copyright Law. This consent does
not extend to other kinds of copying for general distribution, for advertising or promotional purposes, for creating new collective works, or for resale.
Subject Editor: Stephanie Diment
Design: Laura Ierardi
Senior Managing Editor: John Sollami
Marketing Managers: David Stier and David Steltenkamp
Manufacturing Manager: Rick Mumma
Illustration Coordinator: Barbara Kennedy
Illustrations and Cover: Page Two
This book was set in ITC Garamond Light by BiComp Incorporated, and was printed and bound by Von Hoffmann Press.
Textbook of biochemistry: with clinical correlations/edited by
Thomas M. Devlin 4th ed.
p. cm.
Includes bibliographical references and index.
ISBN 0471154512
1. Biochemistry. 2. Clinical biochemistry. I. Devlin, Thomas M.
DNLM: 1. Biochemistry. QU 4 T355 1997
QP514.2.T4 1997 971078
612'.015 dc21 CIP
10 9 8 7 6 5 4 3
Page 1083
muscle cells in particular take up large amounts of dietary lipids for storage or metabolism. The bypass of the liver may have evolved to protect this organ from a lipid
overload after a meal.
The differential handling of medium and longchain fatty acids by intestinal cells can be specifically exploited to provide the liver with highcaloric nutrients in the form
of fatty acids. Short and mediumchain fatty acids are not very palatable; however, triacylglycerols synthesi ed from these fatty acids are quite palatable and can be
used as part of the diet.
26.7
Bile Acid Metabolism
Primary and secondary bile acids are reabsorbed by the intestine into the portal blood, taken up by the liver, and then resecreted into bile. Within the liver, primary as
well as secondary bile acids are linked to either glycine or
Figure 26.35
Bile acid metabolism in the rat.
Green and black arrows indicate reactions cataly ed by liver en ymes; red arrows
indicate those of bacterial en ymes within the intestinal lumen. (NH ), glycine
or taurine conjugate of the bile acids.
Page 1084
taurine via an isopeptide bond. These derivatives are called glyco and tauroconjugates, respectively, and constitute the forms that are secreted into bile. With the
conjugation, the carboxyl group of the unconjugated acid is replaced by an even more polar group. The pK values of the carboxyl group of glycine and of the sulfonyl
group of taurine are lower than that of unconjugated bile acids, so that conjugated bile acids remain ioni ed over a wider pH range (see Table 26.10). The conjugation
is partially reversed within the intestinal lumen by hydrolysis of the isopeptide bond.
The total amount of conjugated and unconjugated bile acids secreted per day by the liver is 16–70 g for an adult. As the total body pool is only 3–4 g, bile acids have
to recirculate 5–14 times each day between the intestinal lumen and the liver. Reabsorption of bile acids is important to conserve the pool. Most of the uptake is
probably by passive diffusion along the entire small intestine. In addition, the lower ileum contains a speciali ed Na+bile acid cotransport system for concentrative
reuptake. Thus during a meal, bile acids from the gallbladder and liver are released into the lumen of the upper small intestine, pass with the chyme down the small
intestinal lumen, are reabsorbed by the epithelium of the lower small intestine into the portal blood, and are then extracted from the portal blood by the liver
parenchymal cells. The process of secretion and reuptake is referred to as the enterohepatic circulation (Figure 26.36). Reabsorption of bile acids by the intestine is
quite efficient as only about 0.5 g of bile acids escapes reuptake each day and is secreted with the feces. Serum levels of bile acids normally vary with the rate of
reabsorption and therefore are highest during a meal.
Cholate, deoxycholate, chenodeoxycholate, and their conjugates continuously participate in the enterohepatic circulation. In contrast, most of the lithocholic acid that
is produced by bacterial en ymes is sulfated during the next passage through the liver. The sulfate ester of lithocholic acid is not a substrate for the bile acid transport
system in the ileum and therefore is excreted in the feces.
Figure 26.36
Enterohepatic circulation of bile acids.
Redrawn from Clark, M. L., and Harries, J. T. In: I. McColl and G. E. Sladen (Eds.),
Intestinal Absorption in Man. New York: Academic Press, 1975, p. 195.
Fisiologi Hewan (2019)
Laboratorium Biokimia
Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Walisongo
*Corresponding Author: athoqsara11@gmail.com
Abstrak. Sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas
mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian struktur alat pencernaaan
bebeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat
organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. Tujuan dari percobaan analisis enzim
pencernaan adalah untuk mengetahui macam-macam enzim yang terdapat dalam sistem
pencernaan dan membuktikannya. Pertama, kami membuktikan adanya enzim amilase pada
pencernaan dengan cara menggunakan ekstrak usus yang dicampurkan dengan reagen
benedict; 2,5 ml larutan amilum 1% dan aquades. Pada perlakuan uji, diperoleh bahwaa ada
aktivitas enzim amilase yang menghidrolisis amilum. Selanjutnya kami juga membuktikan
adanya enzim sukrase pada sistem pencernaan dengan cara menggunakan ekstrak usus yang
ditambah dengan larutan sukrosa 2,5 ml, reagen benedict, dan aquades. Perubahan warna
terjadi karena enzim sukrase menguraikan sukrosa menjadi glukoa dan fruktosa. Pengujian
enzim sukrase positif apabila larutan mengandung endapan warna coklat dan terdapat
gelembung, jadi hasil pada tabung kedua yaitu positif mengandung sukrase. Yang ketiga
kami membuktikan adanya enzim tripsin dengan menggunakan albumin yang telah
diencerkan kemudian dipanaskan, setelah itu ditambahkan ekstrak usus dan aquades kedalam
tabung reaksi. Hasil yang didapatkan yaitu pada larutan uji yang ditambah dengan ekstrak
enzim yaitu terbentuk warna coklat muda pada larutan. Hal ini menunjukan bahwa larutan
kedua positif mengandung enzim tripsin. Uji terakhir yang kami lakukan pada percobaan
kemarin adalah uji pengaruh empedu terhadap lemak. Dengan cara menggunakan cairan
empedu yang telah diencerkan dan ditambah dengan aquades dan minyak goreng, kemudian
dikocok dengan kuat selama 10 menit. Terakhir diamati perubahan yang terjadi pada masing
tabung uji. Pada uji ini terbukti bahwa empedu memiliki fungsi dapat menyerap lemak atau
minyak.
Kata Kunci: Amilase, maltase, tripsin, empedu
1
Fisiologi Hewan (2019)
merah bata dengan jumlah sangat sedikit. bahan utama berupa aquades. Setelah itu
Hal ini menunjukkan bahwa amilum masing-masing tabung diberi 2 ml minyak,
tersebut telah berubah menjadi gula-gula lalu di kocok selama 5 menit. Dan
sederhana. Hal ini sesuai Isnaeni (2006) didiamkan.
bahwa enzim amilase berfungsi mengubah Berdasarkan hasil pengamatan
amilum menjadi glukosa. pada tabung A empedu dan minyak
Larutan Benedict adalah larutan tercampur menjadi satu dan bewarna hijau
yang mengandung ion-ion tembaga(II) gelap. Hal ini membuktikan fungsi
yang dikompleks dalam sebuah larutan empedu yaitu dapat menyerap lemak.
basa. Larutan Benedict mengandung ion- Karena minyak merupakan senyawa non
ion tembaga(II) yang membentuk polar, sehingga dapat bercampur dengan
kompleks dengan ion-ion sitrat dalam empedu yang juga bersifat non polar.
larutan natrium karbonat. Pengompleksan Sedangkan pada tabung B diperoleh hasil
ion-ion tembaga(II) dapat mencegah ada dua larutan yang terbentuk yaitu
terbentuknya sebuah endapan - kali ini minyak dan air. Hal ini membuktikan
endapan tembaga(II) karbonat. Benedict bahwa minyak dan air tidak bia menyatu
merupakan reagen yang dapat karena berbeda sifat. Minyak bersifat non
membuktikan adanya zat yang polar, sedangkan air bersifat polar.
mengandung glukosa dan turunannya, Uji Sukrosa
hasil yang positif memberikan endapan Yang ketiga yaitu uji enzim
berwarna merah bata karena terbentuknya sukrase. Yang dilakukan yaitu dua tabung
ikatan antara atom Cu atau tembaga yang diisi dengan 2,5 ml larutan sukrosa pada
berikatan dengan gugus aldehid dari tiap-tiap tabungnya. Kemudian ditambah
glukosa yang bersifat aktif. Pada keadaan dengan 1 ml ekstrak enzim, dan yang satu
ini atom tembaga yang berada pada bentuk ditambah dengan 1ml aquades,
ioniknya dengan bilangan oksidasi 2 akan penambahan tersebut dilakukan secara
membentuk ikatan ionik dengan oksigen bersamaan. Kemudian kedua tabung reaksi
pada sisi aldehid atau keton membentuk tersebut digojog selama 10 menit. Setelah
endapan Tembaga(II) Oksida. itu kedua tabung ditambah dengan 2ml
reagen benedict dan dipanaskan selama
Uji Empedu 10menit.
Pada uji empedu digunakan dua
Hasil yang didapatkan yaitu tabung
perlakuan. Tabung A menggunakan bahan
reaksi yang ditambah dengan akuades
utama empedu. Tabung B menggunakan
5
Acquisitions Editor: Susan Rhyner
Product Manager: Angela Collins
Development Editor: Kelly Horvath
Marketing Manager: Joy Fisher-Williams
Production Manager: David Salt berg
Art and Page Design: Debbie McQuade
Cover Design: Holly McLaughlin
Sixth Edition
Copyright 2014 (2011, 2008, 2005, 1994, 1987) Lippincott Williams Wilkins, a Wolters Kluwer business
351 West Camden Street Two Commerce Square; 2001 Market Street
Baltimore, MD 21201 Philadelphia, PA 19103
Printed in China
All rights reserved. This book is protected by copyright. No part of this book may be reproduced or transmitted in any
form or by any means, including as photocopies or scanned-in or other electronic copies, or utili ed by any information
storage and retrieval system without written permission from the copyright owner, except for brief quotations embodied in
critical articles and reviews. Materials appearing in this book prepared by individuals as part of their official duties as U.S.
government employees are not covered by the above-mentioned copyright. To request permission, please contact
Lippincott Williams Wilkins at Two Commerce Square, 2001 Market Street, Philadelphia, PA 19103, via email at
permissions@lww.com, or via website at lww.com (products and services).
987654321
Ferrier, Denise R.
Biochemistry / Denise R. Ferrier. -- 6th ed.
p. ; cm. -- (Lippincott s illustrated reviews)
Rev. ed. of: Biochemistry / Richard A. Harvey, Denise R. Ferrier. 5th ed. c2011.
Includes bibliographical references and index.
ISBN 978-1-4511-7562-2 (alk. paper)
I. Title. II. Series: Lippincott s illustrated reviews.
DNLM: 1. Biochemistry--Examination Questions. QU 18.2
612.3 9--dc23
2012025941
DISCLAIMER
Care has been taken to confirm the accuracy of the information presented and to describe generally accepted practices.
However, the authors, editors, and publisher are not responsible for errors or omissions or for any consequences from
application of the information in this book and make no warranty, expressed or implied, with respect to the currency,
completeness, or accuracy of the contents of the publication. Application of this information in a particular situation remains
gene for the CF transmembrane conductance regulator (CFTR) protein that functions
as a chloride channel on epithelium in the pancreas, lungs, testes, and sweat gands.
Defective CFTR results in decreased secretion of chloride and increased uptake of
sodium and water. In the pancreas, the depletion of water on the cell surface results
in thickened secretions that clog the pancreatic ducts, preventing pancreatic
en ymes from reaching the intestine, thereby leading to pancreatic insufficiency.
Treatment includes replacement of these en ymes and supplementation with fat-
soluble vitamins. Note: CF also causes chronic lung infections with progressive
pulmonary disease and male infertility.
RESEARCH ARTICLE
Abstract
Bile acids are implicated as aetiological factors in many types of gastrointestinal tract cancer including
cholangiocarcinoma (CCA). Alterations in bile acid concentrations may affect the pathogenesis of these different
t es of cancer. Our aim was to determine the bile acid ro le in gallbladder bile from atients who underwent
liver resection. Thirty-seven patients with cholangiocarcinoma, 5 with hepatocellular carcinoma, and 7 with
benign biliary diseases were studied. High pressure liquid chromatography was used to analyze conjugated and
uncon ugated bile acids. A atients with low ( 2 mg dl and high ( 2 mg dl levels of total serum bilirubin
had signi cantl higher total bile acid and con ugated bile acid concentrations than the benign biliar disease
group. Markedly elevated levels of cholic and chenodeoxycholic acid were found in CCA cases with high levels
of total serum bilirubin. Concentrations of total bile acids and primary bile acid were correlated with serum
cholesterol, bilirubin and ALP in CCA. Notably, correlation of the carcinoembryonic antigen, a tumor marker,
was found with level of total bile acids and chenodeox cholic acid. hese ndings suggest a different attern of
bile acid concentration in cancer patients compared to patients with benign biliary diseases. Thus, accumulation
of certain bile acids may be involved in carcinogenesis.
Keywords: Bile acids - cholangiocarcinoma - hepatocellular carcinoma
ABSTRACT
INTRODUCTION
In-Gel Digestion
UNESA Journal of Chemistry Vol.2 No. 3 September 2013
Abstrak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh variasi pH dan lama perebusan kacang panjang
terhadap kadar asam kolat dan asam deoksikolat pada feses Rattus norvegicus L. Rancangan penelitian
menggunakan faktorial dua faktor yaitu pH (3 dan 7) dan Lama perebusan 0 (tanpa perebusan), 5, 20, dan 35
menit sebanyak 36 sampel. Analisis pengikatan asam kolat dan asam deoksikolat pada feses Rattus norvegicus
L oleh serat pangan ditentukan melalui metode spektrofotometri UV-Vis, data dianalisis dengan Anova dua
arah ( asil litia m j kka ah a ada gar h da lama perebusan terhadap
pengikatan asam kolat dan asam deoksikolat oleh serat pangan pada feses Rattus norvegicus L (p < 0,005).
Persentase pengikatan asam kolat dan asam deoksikolat tertinggi didapat pada perlakuan pH 3- Lama
perebusan 35 menit secara berturut-turut sebesar 31,301 ppm dan 34,497 ppm, sedangkan; pengikatan asam
kolat dan asam deoksikolat terendah terjadi pada perlakuan pH 7- tanpa perebusan secara berturut-turut
sebesar 11,211 00m dan 13,463 ppm.
Kata kunci: asam kolat, asam deoksikolat, pH, lama perebusan, kacang panjang
Abstract. The research has purpose are to know the effect of pH variation and length of boiling time of
yard-long bean (Vigna Sesquipedalis (L) fruhw) on the percentage of cholic acid and deoxycholic acid in Rattus
norvegicus L fecal. Design of the research use two factors factorial, namely, pH (3 and 7) and length of boiling
time 0 (without boiling), 5, 20, and 35 minutes. Binding analysis of cholic acid and deoxycholic acid in Rattus
norvegicus L fecal by dietary fiber is determined through UV-Vis spectrophotometry, data analyzed by using
two ways Anova ( ). The results of this research was presented that there is effect of pH and length of
boiling time on cholic acid and deoxycholic acid binding by dietary fiber in Rattus norvegicus L fecal (p <
0.005). The highest binding percentages of cholic acid and deoxycholic acid gained in the treatment of pH 3-
length of boiling time 35 minutes are 31.301 ppm and 34.497 ppm respectively but the lowest binding of
percentages of cholic acid and deoxycholic acid gained in the treatment of pH 7- length of boiling time 0
(without boiling) are 11.211 ppm dan 13.463 ppm respectively.
Keyword: cholic acid, deoxycholic acid, pH, boiling time, yard-long bean
156
UNESA Journal of Chemistry Vol. 2No. 3 September 2013
ditunjukkan oleh nilai signifikan > 0.05, maka mengakibatkan sub unit lignin memiliki ikatan yang
akan dilanjutkan uji Anava dua arah untuk stabil dan ikatan rantai selulosa terhidrolisis melalui
mengetahui ada tidaknya pengaruh variasi pH dan ikatan glikosidik. Sifat tersebut mendukung dalam
lama perebusan serat pangan terhadap kadar asam pengikatan dengan serat pangan kacang panjang.
deoksikolat pada feses hewan coba dan dilanjutkan Asam deoksikolat di dalam tubuh khususnya dalam
dengan uji LSD (Least Significant Difference) yang usus besar, nantinya akan langsung dikeluarkan
dapat dilihat pada Tabel 2. bersama dengan feses.
Menurut hasil uji Anava 2 arah yang disajikan Pengaruh lama perebusan didapatkan rerata
pada Tabel 2 diperoleh angka signifikan (p) sebesar pengikatan tertinggi yaitu lama perebusan 35 menit.
0,007 kurang dari 0,05 yang menunjukkan bahwa Perebusan yang semakin lama dapat meningkatkan
hipotesis penelitian yang berbunyi “pH dan lama pengikatan dengan asam empedu dikarenakan pada
perebusan kacang panjang berpengaruh terhadap proses perebusan terjadi kerapuhan dinding sel
kadar asam deoksikolat pada feses hewan coba” akibat degradasi komponennya, hal ini
dapat diterima, serta hasil yang ditunjukkan pada uji mengakibatkan meningkatnya luas permukaan
lanjutan LSD menyatakan bahwa ada beberapa adsorpsi [7]. Gorecka [3], mengungkapkan bahwa
perlakuan mengalami perbedaan yang nyata pada lama pemasakan pada sayuran dapat meningkatkan
taraf signifikansi 0,05. pengikatan serat pangan dengan asam empedu.
Tabel 2 Rerata Persentase Kadar Pengikatan Asam Pengikatan asam empedu oleh serat pangan
Deoksikolat tang terekskresi pada hewan dipengaruhi sifat kehidrofobikan asam empedu, hal
coba oleh Serat Pangan (Pengaruh pH dan ini dikarenakan pengikatan asam empedu oleh serat
Lama Perebusan)
pangan melalui interaksi hidrofobik. [12]
menerangkan, proses perebusan dapat menghasilkan
Lama Perebusan (menit) F,p
pH produk milliard yang dianggap lignin. [7], produk
0 5 20 35 F=
milliard memiliki karakter fenol yang sama dengan
3 23.863c 26.137cd 28.259cd 34.497d 75.198
p= lignin. Semakin lama perebusan maka semakin
7 13.463a 15.196ab 17.567ab 19.497b 0,000 besar produk milliard yang dihasilkan, sehingga
F= semakin banyak klason lignin yang terbentuk dan
F = 865.282 5,046 semakin banyak yang dapat mengikat asam
p = 0,000 p=
0,007 deoksikolat.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pengikatan Asam deoksikolat merupakan asam empedu
tertinggi didapat pada perlakuan pH 3 dengan lama sekunder yang dihasilkan dari sintesis asam kolat
perebusan 35 menit dengan persentase sebesar yang terjadi di dalam hati pada siklus enterohepatik.
34.189% dan pengikatan terendah terjadi pada Asam deoksikolat salah satu asam empedu yang
perlakuan pH 7 dengan lama perebusan 0 menit memiliki 2 gugus hidroksil dan bersifat hidrofobik.
13.463%. Pada pengaruh pH didapatkan rerata Sifat hidrofobik asam deoksikolat dalam tubuh
kadar tertinggi yaitu pH 3.. Asam empedu semakin dapat membantu proses interaksi pengikatan oleh
terikat dengan serat pangan pada pH rendah, serat pangan dengan baik. Asam deoksikolat yang
dikarenakan komponen-komponen serat pangan telah terikat oleh serat pangan di dalam tubuh
seperti lignin akan mengalami degradasi melalui khususnya di usus besar, akan langsung dikeluarkan
hidrolisis disebabkan antara sub unit lignin bersamaan dengan feses, karena asam deoksikolat
berikatan dengan stabilitas yang tinggi, yaitu ikatan terdapat dalam jumlah yang cukup banyak pada
–C-O-C dan –C-C [7]. Lignin merupakan senyawa usus besar. Asam deoksikolat yang telah
yang efisien dalam mengikat asam deoksikolat pada dikeluarkan dalam tubuh mempunyai manfaat,
asam dengan g g s metoksil dan -karboksil. antara lain : mencegah kegemukan (obesitas),
Pada selulosa dalam keadaan asam dengan mencegah kanker usus besar (colon), mencegah
konsentrasi tinggi atau asam kuat akan terjadi penyakit divertikular, dan mencegah penyakit
degradasi melalui hidrolisis ikatan glikosidik atau kardiovaskular.
dise t dengan degradasi -1,4) [7]. Tingginya
pengikatan asam deoksikolat oleh serat pangan tak SIMPULAN
larut (lignin dan selulosa) terjadi pada pH 3 karena Dari hasil penelitian ini dapat ditarik
lignin dan selulosa memiliki sifat yang hidrofobik, kesimpulan : 1) Ada pengaruh pH dan lama
sehingga pada pH asam terjadi hidrolisis yang perebusan kacang panjang (Vigna Sesquipedalis
159
18
12 17
11 16
13
19 C D
1 9
14 15
2 8
10
A B
3 7
5
4 6
22
21
20 23
26
18 25
17
24
27
19
3
HO 5
6
8
3
7
HO 5
6
Fungsi Empedu dalam Pencernaan Lemak
Debby O.L Sihombing, Lucia D.U.A Lubis, Nisrina Setiowati, Septa Sophiana
Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Medan
Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate
ABSTRAK
Kantung empedu atau kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan
sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang
kantung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya,
melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati
dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Didalam empedu terdapat garam empedu yang
menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,
sehingga membantu penyerapannya dari usus. Tujuan dari praktikum ini antara lain mengetahui
fungsi empedu dalam proses pencernaan lemak dan mengetahui adanya lemak dalam kantung
empedu.Manfaat dari jurnal ini adalah untuk menguraikan hasil pembahasan dari praktikum fisiologi
hewan yang berjudul fungsi empedu dalam lemak sehingga mahasiswa memahami fungsi empedu dan
ada atau tidaknya lemak dalam empedu.
empedu, suatu cairan yang mengandung melakukan berbagai fungsi penting dalam
garam empedu (yang penting dalam tubuh, termasuk produksi empedu (bile),
membuat lemak menjadi emulsi dan dalam suatu campuran zat-zat yang disimpan
dan inaktivasi obat-obatan dan hormon- dan membantu dalam pencernaan dan
bahwa kandung empedu adalah suatu hasil sampingan perusakan sel darah
organ berongga berbentuk buah per (pear- merah dalam hati; pigmen empedu ini
Pembahasan pencernaan lemak dan kekurangan
vitamin-vitamin yang hanya larut dalam
Dari hasil percobaan diketahui
lemak , seperti vitamin A, D, E, dan K.
bahwa cairan empedu katak yang
ditambahkan dengan 2 ml aquades dan 2 Empedu merupakan cairan bersifat
tetes minyak kelapa kemudian dikocok basa yang pahit dan berwarna hijau
selama 5-10 menit, menghasilkan larutan kekuningan karena mengandung pigmen
homogen berwarna kuning cerah. Aquades bilirubin, biliverdin, dan urobilin, yang
dan minyak kelapa dapat menyatu berkat disekresikan oleh hepatosit hati pada
kehadiran cairan empedu. Garam-garam sebagian besar vertebrata. Pada beberapa
empedu yang terkandung di dalam cairan spesies, empedu disimpan di dalam
empedu berperan melarutkan minyak kantung empedu dan dilepaskan ke usus
kelapa dalam aquades, yakni dengan cara dua belas jari untuk membantu proses
membuat stabil emulsi lemak yang berasal pencernaan makanan.
dari minyak kelapa.
Pada percobaan II, 2 ml aquades yang Fungsi Empedu yang dihasilkan oleh
dicampurkan dengan 2 tetes minyak kelapa Hati
kemudian dikocok selama 5-10 menit,
1. Mencerna lemak
menghasilkan larutan keruh yang berwarna
2. Mengaktifkan lipase
putih. Tanpa kehadiran cairan empedu,
3. Mengubah lzat yang tak larut
minyak kelapa tidak dapat larut dalam
dalam air diubah menjadi zat yang
aquades. Minyak kelapa berada di atas
larut dalam air
aquades, karena massa jenis minyak lebih
4. Membantu daya absorbsi lemak pd
kecil daripada aquades.
dinding usus
Keberadaan cairan empedu 5. Serta tidak ketinggallan
dalam saluran pencernaan hewan sangat menetralisir racun.
penting. Cairan empedu membantu
pencernaan semua makanan berbahan Proses pembentukkan empedu