You are on page 1of 9

Bul.

Agrohorti 6(1) : 59-67 (2018)

Penentuan Metode Pematahan Dormansi Benih Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) Aksesi
Cilacap

Determination Dormancy Breaking Method of Winged Bean Seed (Psophocarpus tetragonolobus L.)
Cilacap Accession

Nur Melasari, Tatiek Kartika Suharsi*, dan Abdul Qadir

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor


(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp. & Faks. 62-251-8629353 e-mail agronipb@indo.net.id
*Penulis Korespondensi : tsuharsi@yahoo.co.id

Disetujui : 15 Januari 2018 / Published Online 23 Januari 2018

ABSTRACT

Winged bean is a plant that has many benefits and potential to preserved. The characteristics of
winged bean seed that impermeable to water and gas are factors thought to cause winged difficult to
germinate. This research aims to studied the effectiveness of dormancy breaking methods and their effects on
the structure of winged bean seed. This research was conducted at IPB Seed Storage and Seed Quality
Testing Laboratory and SEAMEO BIOTROP Silviculture Laboratory for 6 months. Dormancy breaking
methods by treatment with a strong acid solution of 5% HNO3 for 10 minutes with the germination value
93.33% and the simultaneity growing value 86.67% is a method that can increase the germination and
simultaneity growing percentage of winged bean seed. Treatment by a strong acid solution HNO3 10% for 15
minutes with the index vigor value 56.67% is a treatment that can increase the index vigor percentage of
winged bean seed. Treatment by temperature or 50 0C for 10 minutes with the grow rate value 14.79%
etmal-1 is a treatment that can increase the grow rate and produce sprouts with longer root than the control
and other treatment. Treatment by sandpaper can not repair both viability and vigor, more over appaer the
growth of fungi that cause seed deterioration.

Keywords : impermeable tissue, strong acid treatment, temperature treatment, viability, vigor

ABSTRAK

Kecipir merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat dan berpotensi untuk dilestarikan.
Karakteristik benih kecipir yang impermeabel terhadap air dan gas merupakan faktor yang diduga
menyebabkan kecipir sulit untuk berkecambah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas
metode pematahan dormansi dan pengaruhnya terhadap struktur benih kecipir. Penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB dan Laboratorium Silvikultur SEAMEO BIOTROP selama 6
bulan. Metode pematahan dormansi dengan perlakuan larutan asam kuat HNO 3 5% selama 10 menit dengan
nilai daya berkecambah 93.33% dan keserempakan tumbuh 86.67% merupakan nilai yang nyata lebih baik
dibanding kontrol sehingga metode ini dapat meningkatkan persentase daya berkecambah dan
keserempakan tumbuh benih kecipir. Perlakuan larutan asam kuat HNO 3 10% selama 15 menit dengan nilai
indeks vigor 56.67% merupakan perlakuan yang dapat meningkatkan persentase indeks vigor benih kecipir.
Perlakuan suhu 50 0C selama 10 menit dengan nilai kecepatan tumbuh 14.79% etmal -1 merupakan
perlakuan yang dapat meningkatkan kecepatan tumbuh dan menghasilkan kecambah dengan akar yang lebih
panjang dibandingkan kontrol maupun perlakuan lain. Perlakuan amplas tidak dapat meningkatkan
viabilitas maupun vigor benih, bahkan menimbulkan pertumbuhan cendawan yang menyebabkan
kemunduran benih.

Kata kunci : jaringan impermeabel, perlakuan asam kuat, perlakuan suhu tinggi, viabilitas, vigor

59
Bul. Agrohorti 6(1) : 59-67 (2018)

PENDAHULUAN bulan Juni 2016. Bahan yang digunakan adalah


benih kecipir aksesi Cilacap yang telah ditanam di
Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus Bogor dan dipanen pada bulan September 2015,
L.) merupakan tanaman dari famili Leguminosae larutan H2SO4, larutan HCl, larutan HNO3, air
(kacang-kacangan) yang seluruh bagian panas, akuades, pasir, natrium hipoklorit. Bahan
tanamannya selain batang dapat dimanfaatkan. yang digunakan untuk pembuatan preparat kulit
Kecipir mempunyai potensi yang baik untuk benih kecipir adalah larutan FAA, alkohol, larutan
dikembangkan dan dilestarikan keberadaannya, xylol, parafin, pewarna safranin dan metilen blue,
akan tetapi pengembangan tanaman ini serta gliserin. Alat yang digunakan meliputi
mempunyai kendala karena benihnya yang sulit autoklaf, bak tanam, timbangan, desikator, oven,
untuk dikecambahkan. Karakteristik benih yang termometer, cawan oven, gelas ukur, amplas,
impermeabel terhadap air dan gas merupakan sendok pengaduk, label, pinset, scapel, cawan
faktor yang diduga menyebabkan benih sulit petri, silet, mikrotom, gelas objek, mikroskop, dan
untuk berkecambah, sehingga muncul sifat kamera.
dormansi. Rancangan percobaan yang digunakan
Dormansi merupakan suatu kondisi dalam penelitian adalah Rancangan Kelompok
dimana benih hidup tidak berkecambah sampai Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor yaitu
batas waktu akhir pengamatan perkecambahan perlakuan pematahan dormansi dengan 38 taraf.
walaupun faktor lingkungan optimum untuk Taraf terdiri dari kontrol, skarifikasi mekanik
perkecambahannya (Widajati et al., 2013). Sifat menggunakan kertas amplas, skarifikasi kimia
dormansi benih dapat dipatahkan melalui menggunakan asam kuat H2SO4, HNO3, dan HCl
perlakuan pematahan dormansi. Perlakuan dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15% selama 5
pematahan dormansi adalah istilah yang menit, 10 menit, dan 15 menit, dan stratifikasi
digunakan untuk proses atau kondisi yang menggunakan air suhu 40 0C, 50 0C, dan 60 0C
diberikan guna mempercepat perkecambahan dengan waktu perendaman 5 menit, 10 menit, dan
benih. Perlakuan pematahan dormansi dapat 15 menit pada masing-masing suhu. Masing-
dilakukan melalui skarifikasi secara mekanik dan masing taraf diulang sebanyak tiga kali sehingga
kimia maupun stratifikasi (Widhityarini et al., secara keseluruhan terdapat 114 satuan percobaan.
2011). Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan
Skarifikasi mekanis merupakan metode uji F, jika terdapat hasil yang berbeda nyata maka
yang sesuai sebagai perlakuan pematahan analisis dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan
dormansi pada benih impermeabel, namun masih Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf 5%.
dianggap kurang efektif karena membutuhkan Pelaksanaan penelitian diawali dengan
tenaga kerja yang banyak untuk skala besar dan sortasi benih kecipir secara manual, benih yang
pekerjaannya kurang sederhana dibandingkan digunakan adalah benih berwarna testa hitam dan
dengan perlakuan kimia maupun perlakuan suhu coklat tua dengan ukuran yang seragam. Sebelum
(Astari et al., 2014). Bahan kimia yang sering dikecambahkan benih disterilkan dengan
digunakan dalam perlakuan pematahan dormansi merendamnya dalam larutan natrium hipoklorit
diantaranya adalah asam H2SO4, HCl, HNO3, serta 5.25% selama 5 menit sebelum perlakuan dan 10
garam KNO3 sedangkan suhu berkisar antara 40 detik setelah perlakuan. Ulangan dilakukan pada
0
C–80 0C. Penelitian mengenai metode pematahan waktu penanaman yang berbeda. Benih ditanam
dormansi merupakan informasi yang penting dalam bak dengan media pasir yang telah
untuk menentukan metode yang tepat sebagai disterilkan, dimana satu bak ditanam 20 benih
metode pematahan dormansi benih kecipir agar kecipir. Bak diletakkan di dalam rumah kaca
dapat memperbaiki viabilitas dan vigor benih. dengan kondisi lingkungan yang sesuai untuk
perkecambahan benih kecipir.
METODE PENELITIAN Perlakuan skarifikasi mekanis dilakukan
dengan cara melukai kulit benih menggunakan
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium kertas amplas. Pengamplasan dilakukan sampai
Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen testa berwarna keputihan pada tiga titik yaitu
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, bagian samping kanan, bagian samping kiri, dan
IPB untuk pemberian perlakuan pada benih, bagian bawah benih. Perlakuan stratifikasi suhu
rumah kaca di Kebun Percobaan Leuwikopo, IPB tinggi dengan cara merendam benih pada air suhu
untuk perkecambahan benih dan Laboratorium 40 0C, 50 0C, dan 60 0C dengan waktu
Silvikultur, SEAMEO BIOTROP untuk perendaman 5 menit, 10 menit, dan 15 menit pada
pembuatan preparat benih. Penelitian masing-masing suhu. Perlakuan skarifikasi kimia
dilaksanakan pada Desember 2015 sampai dengan dilakukan dengan cara merendam benih kecipir ke

60 Nur Melasari, Tatiek K. Suharsi, dan Abdul Qadir


Bul. Agrohorti 6(1) : 59-67 (2018)

dalam larutan asam kuat H2SO4, HNO3, dan HCl 2013). Ruang penyimpanan benih yang digunakan
dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15% selama 5 dalam penelitian merupakan ruang penyimpanan
menit, 10 menit, dan 15 menit. dengan suhu dan kelembaban berkisar antara 17
0
Pengamatan terhadap kadar air dilakukan C–22 0C dan 54% - 62%. Penyimpanan benih
pada saat setelah panen dan setiap sebelum seperti ini bertujuan untuk memperlambat
perlakuan. Pengamatan viabilitas benih dilakukan kemunduran benih sampai benih ditanam.
pada tolok ukur daya berkecambah dan potensi Kemunduran benih yang terjadi selama periode
tumbuh maksimal pengamatan daya berkecambah penyimpanan dapat diperlambat dengan teknologi
dilakukan dengan menghitung persentase jumlah penyimpanan yang baik (Widajati et al., 2013).
kecambah normal pada 6 HST sebagai hitungan Wadah yang digunakan untuk menyimpan benih
pertama dan 8 HST sebagai hitungan kedua. adalah toples plastik yang bersifat semi permeabel
Pengamatan potensi tumbuh maksimum dilakukan terhadap udara. Benih telah disimpan selama 5
dengan menghitung jumlah persentase kecambah bulan sebelum penelitian, yaitu mulai bulan
normal hitungan pertama, jumlah kecambah September 2015 sampai dengan bulan Januari
normal hitungan kedua, serta kecambah abnormal 2016.
hitungan kedua. Pengamatan vigor benih Metode perkecambahan yang digunakan
dilakukan pada tolok ukur indeks vigor, kecepatan merupakan metode in sand. Rahayu (2015)
tumbuh, dan keserempakan tumbuh. Pengamatan menyatakan bahwa substrat pasir dengan metode
indeks vigor dilakukan dengan menghitung in sand merupakan substrat terbaik untuk media
persentase jumlah kecambah normal pada perkecambahan benih kecipir. Pasir merupakan
hitungan pertama. Pengamatan kecepatan tumbuh media yang porous sehingga mudah ditembus oleh
dilakukan berdasarkan jumlah kecambah normal akar kecambah. Proses pengecambahan dilakukan
yang dapat tumbuh setiap etmal (24 jam). di dalam rumah kaca dengan suhu, kelembaban,
Pengamatan keserempakan tumbuh dihitung dan intensitas cahaya yang cukup. Utomo (2006)
berdasarkan jumlah kecambah normal kuat menyatakan bahwa cahaya, suhu, kelembaban
diantara hitungan pertama dan kedua. Pengamatan merupakan tiga faktor utama yang mempengaruhi
histologi dilakukan secara mikroskopis dengan perkecambahan.
membuat preparat penampang melintang benih Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan
pada perlakuan yang memberikan pengaruh nyata. pematahan dormansi terhadap semua peubah yang
Preparat tiap-tiap perlakuan diamati menggunakan diamati disajikan pada Tabel 1. Hasil pengamatan
mikroskop kemudian dibandingkan dengan menunjukkan bahwa pemberian perlakuan
kontrol. Pengamatan morfologi dilakukan pematahan dormansi pada benih kecipir
terhadap struktur kecambah benih kecipir setiap berpengaruh sangat nyata terhadap hampir semua
perlakuan untuk mempelajari pengaruh perlakuan peubah yang diamati yaitu daya berkecambah
terhadap pertumbuhan kecambah. (%), indeks vigor (%), kecepatan tumbuh (%
etmal-1), dan keserempakan tumbuh (%), hanya
HASIL DAN PEMBAHASAN pada peubah potensi tumbuh maksimal (%) yang
berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa
Pengamatan kadar air benih menunjukkan pemberian perlakuan pematahan dormansi pada
bahwa benih kecipir memiliki kadar air rata-rata benih kecipir mampu memperbaiki vigor dan
sebesar 10.93% . Tergolong dalam kadar air yang viabilitas benih. Azad et al. (2012) menyatakan
aman untuk dilakukan penyimpanan mengingat bahwa perlakuan sebelum tanam akan
benih kecipir yang tergolong dalam benih mempengaruhi tingkat perkecambahan dari suatu
ortodoks. Kadar air selama periode penyimpanan benih. Salah satu perlakuan sebelum tanam yang
merupakan faktor yang sangat penting untuk umum dilakukan adalah pematahan dormansi.
mempengaruhi masa hidup benih (Widajati et al.,

Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh metode pematahan dormansi terhadap parameter viabilitas dan
vigor benih
Tolok Ukur F value
Daya berkecambah (%) 7.65**
Indeks Vigor (%) 7.40**
-1
Kecepatan tumbuh (% etmal ) 8.93**
Keserempakan tumbuh (%) 8.98**
Potensi tumbuh maksimal (%) 1.74*-
Keterangan : **= berpengaruh sangat nyata; *= berpengaruh nyata berdasarkan uji ANOVA pada taraf nyata 5%.

Penentuan Metode Pematahan . . . 61


Bul. Agrohorti 6(1) : 59-67 (2018)

Hasil analisis ragam pada Tabel 1 mengetahui perlakuan terbaik. Tabel 2.


menunjukkan bahwa perlakuan pematahan merupakan hasil uji lanjut nilai tengah masing-
dormansi memberikan pengaruh yang nyata baik masing perlakuan pematahan dormansi terhadap
pada parameter viabilitas maupun vigor benih, viabilitas benih kecipir.
oleh karena itu dilakukan uji lanjut DMRT untuk

Tabel 2. Nilai tengah masing-masing perlakuan pematahan dormansi terhadap viabilitas benih kecipir
Perlakuan DB (%) PTM (%) Perlakuan DB (%) PTM (%)
Kontrol 83.33b-e 96.67a HNO3 15% 15 menit 68.33g 86.67abc
Amplas 70.00fg 80.00c HCl 5% 5 menit 83.33b-e 90.00abc
H2SO4 5% 5 menit 71.67fg 85.00bc HCl 5% 10 menit 86.67abc 91.67ab
H2SO4 5% 10 menit 90.00ab 91.67ab HCl 5% 15 menit 78.33c-f 80.00c
H2SO4 5% 15 menit 71.67fg 90.00abc HCl 10% 5 menit 88.33ab 91.67ab
H2SO4 10% 5 menit 83.33b-e 96.67a HCl 10% 10 menit 78.33c-f 91.67ab
H2SO4 10% 10 menit 83.33b-e 91.67ab HCl 10% 15 menit 86.67abc 93.33ab
H2SO4 10% 15 menit 75.00efg 91.67ab HCl 15% 5 menit 90.00ab 91.67ab
H2SO4 15% 5 menit 78.33c-f 88.33abc HCl 15% 10 menit 76.67def 85.00bc
H2SO4 15% 10 menit 76.67def 90.00abc HCl 15% 15 menit 73.33fg 88.33abc
H2SO4 15% 15 menit 83.33b-e 90.00abc suhu 40 0C 5 menit 90.00ab 91.67ab
HNO3 5% 5 menit 71.67fg 90.00abc suhu 40 0C 10 menit 88.33ab 91.67ab
HNO3 5% 10 menit 93.33a 95.00ab suhu 40 0C 15 menit 78.33c-f 90.00abc
HNO3 5% 15 menit 78.33c-f 86.67abc suhu 50 0C 5 menit 85.00bcd 90.00abc
HNO3 10% 5 menit 88.33ab 93.33ab suhu 50 0C 10 menit 90.00ab 95.00ab
HNO3 10% 10 menit 78.33c-f 88.33abc suhu 50 0C 15 menit 70.00fg 90.00abc
HNO3 10% 15 menit 76.67def 86.67abc suhu 60 0C 5 menit 88.33ab 95.00ab
HNO3 15% 5 menit 76.67def 95.00ab suhu 60 0C 10 menit 83.33b-e 95.00ab
HNO3 15% 10 menit 73.33fg 90.00abc suhu 60 0C 15 menit 83.33b-e 90.00abc
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5%

Tabel 3 menyajikan hasil uji lanjut nilai pematahan dormansi terhadap vigor benih kecipir
tengah masing-masing perlakuan metode pada beberapa tolok ukur.

Tabel 3. Nilai tengah masing-masing perlakuan pematahan dormansi terhadap vigor benih kecipir
Perlakuan IV Kct Kst Perlakuan IV Kct Kst
b-e e-k bcd a-d mn ijk
Kontrol 43.33 12.49 70.00 HNO3 15% 15 menit 46.67 10.57 51.67
abc n h-k b-e d-k b-f
Amplas 50.00 9.94 53.33 HCl 5% 5 menit 45.00 12.72 65.00
d-h lmn d-i a-d b-f b-f
H2SO4 5% 5 menit 36.67 10.93 60.00 HCl 5% 10 menit 46.67 13.44 65.00
b-e a-e bcd b-e d-k b-f
H2SO4 5% 10 menit 45.00 13.72 70.00 HCl 5% 15 menit 45.00 12.61 65.00
j klm ijk c-f a-e b-e
H2SO4 5% 15menit 21.67 11.47 51.67 HCl 10% 5 menit 41.67 13.66 68.33
e-h d-k c-h c-g d-k c-h
H2SO4 10% 5 menit 35.00 12.76 61.67 HCl 10% 10 menit 40.00 12.54 61.67
d-h d-i b-f c-f d-h b-e
H2SO4 10% 10 menit 36.67 12.91 65.00 HCl 10% 15 menit 41.67 13.02 68.33
hij lmn g-j a-d j-m e-i
H2SO4 10% 15 menit 28.33 11.13 55.00 HCl 15% 5 menit 46.67 11.53 58.33
c-g g-l h-k d-h i-m b-e
H2SO4 15% 5 menit 40.00 11.93 53.33 HCl 15% 10 menit 36.67 11.70 68.33
b-e e-k bcd c-g h-m f-j
H2SO4 15% 10 menit 45.00 12.51 70.00 HCl 15% 15 menit 40.00 11.75 56.67
a-d c-f b-f 0 c-g abc b
H2SO4 15% 15 menit 46.67 13.32 66.67 suhu 40 C 5 menit 40.00 14.50 75.00
b-e i-m c-g 0 b-e d-k b
HNO3 5% 5 menit 45.00 11.57 63.33 suhu 40 C 10 menit 43.33 12.67 75.00
abc ab a 0 hij d-k c-g
HNO3 5% 10 menit 50.00 14.67 86.67 suhu 40 C 15 menit 28.33 12.59 63.33
ab d-j f-j 0 b-e d-g bcd
HNO3 5% 15 menit 51.67 12.84 56.67 suhu 50 C 5 menit 43.33 13.11 70.00
a-d a-d b 0 abc a bc
HNO3 10% 5 menit 46.67 13.86 75.00 suhu 50 C 10 menit 50.00 14.79 71.67
g-j f-k jk 0 ij n k
HNO3 10% 10 menit 30.00 12.19 48.33 suhu 50 C 15 menit 25.00 10.22 46.67
a g-l b-f 0 ij b-f b
HNO3 10% 15 menit 56.67 11.92 66.67 suhu 60 C 5 menit 25.00 13.45 75.00
f-i i-m b-f 0 a-d b-f b
HNO3 15% 5 menit 31.67 11.60 65.00 suhu 60 C 10 menit 46.67 13.41 75.00
b-e lmn d-i 0 d-h g-m h-k
HNO3 15% 10 menit 43.33 11.09 60.00 suhu 60 C 15 menit 36.67 11.77 53.33
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5%

62 Nur Melasari, Tatiek K. Suharsi, dan Abdul Qadir


Bul. Agrohorti 6(1) : 59-67 (2018)

Pengaruh Pematahan Dormansi dengan Asam benih dan merusak embrio sehingga menyebabkan
Kuat terhadap Viabilitas Benih Kecipir benih tidak berkecambah atau mati.
Metode pematahan dormansi dengan
Hasil uji lanjut pada tolok ukur daya perlakuan asam kuat tidak menunjukkan
berkecambah pada Tabel 2 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap viabilitas total
perbedaan yang cukup signifikan antara benih benih kecipir pada tolok ukur potensi tumbuh
kontrol dengan benih yang mendapatkan maksimal (PTM). Hal ini terlihat dari nilai PTM
perlakuan, dimana kontrol menghasilkan daya terbaik hanya pada perlakuan H2SO4 10% selama
berkecambah yang lebih rendah dibandingkan 5 menit dan kontrol sedangkan perlakuan lain
beberapa perlakuan asam kuat. Hal ini menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata
mengindikasi bahwa metode pematahan dormansi ataupun lebih rendah. Hal ini karena potensi
dengan perlakuan asam kuat dapat meningkatkan tumbuh maksimum merupakan tolok ukur yang
viabilitas potensial benih kecipir pada tolok ukur lemah dalam pengujian viabilitas benih. Benih
daya berkecambah. Daya berkecambah yang memenuhi kriteria ini walaupun tidak tumbuh
dihasilkan pada perlakuan asam kuat HNO3 5% kecambah normal dan hanya menunjukkan sedikit
selama 10 menit adalah 93.33% yang merupakan gejala pertumbuhannya. Persentase PTM yang
daya berkecambah tertinggi dibandingkan dengan tinggi pada benih kontrol mengindikasi bahwa lot
kontrol maupun perlakuan lain, dimana kontrol benih yang digunakan merupakan lot benih yang
hanya menghasilkan daya berkecambah 83.33%, masih baik karena memiliki viabilitas yang cukup
sedangkan perlakuan asam kuat H2SO4 5% selama tinggi selaras dengan nilai daya berkecambah.
10 menit, HNO3 10% selama 5 menit, HCl 5% Ilyas (2012) menyatakan bahwa viabilitas
selama 10 menit, HCl 10% selama 5 menit, HCL merupakan sifat benih yang menunjukkan daya
10% selama 15 menit, dan HCl 15% selama 5 hidup benih untuk berkecambah.
menit merupakan perlakuan asam kuat yang tidak
berbeda nyata baik terhadap perlakuan HNO 3 5% Pengaruh Pematahan Dormansi dengan Suhu
selama 10 menit sebagai perlakuan terbaik Tinggi terhadap Viabilitas Benih Kecipir
maupun kontrol.
Perlakuan asam kuat HNO3 5% selama 10 Hasil uji lanjut pada Tabel 2
menit mampu meningkatkan nilai daya menunjukkan bahwa perlakuan suhu tinggi yang
berkecambah benih kecipir. Hal ini disebabkan dilakukan pada percobaan belum dapat
oleh adanya aktivitas asam (HNO3) yang membuat memperbaiki viabilitas benih kecipir. Baik pada
kulit benih menjadi lunak dan benih kehilangan tolok ukur daya berkecambah maupun potensi
lapisan yang impermeabel terhadap air dan gas, tumbuh maksimal menunjukkan hasil yang tidak
sehingga metabolisme dapat berjalan dengan baik berbeda secara signifikan antara kontrol dengan
dan benih dapat berkecambah lebih cepat. benih yang mendapat perlakuan.
Peningkatan permeabilitas pada permukaan kulit Perlakuan perendaman benih pada suhu
benih disebabkan oleh larutnya sebagian tinggi berfungsi untuk melunakkan kulit benih dan
komponen lignin kulit benih, sehingga air lebih memudahkan proses penyerapan air oleh benih
mudah masuk ke dalam benih untuk merangsang sehingga proses-proses fisiologi dalam benih
pertumbuhan embrio pada proses perkecambahan. dapat berlangsung untuk proses perkecambahan.
Sadjad (1975) menyatakan bahwa perlakuan Suhu yang tepat dan kondisi lingkungan yang
pematahan dormansi dengan asam kuat memadai akan memudahkan benih memecahkan
berpengaruh terhadap penguraian lignin yang dormansinya dan mulai tumbuh. Hasil uji lanjut
menyusun komponen dinding sel sehingga dengan nilai tengah tolok ukur daya berkecambah dan
adanya penguraian lignin maka kulit benih akan potensi tumbuh maksimal (Tabel 2.) pada
menjadi permeabel terhadap air dan gas. Tabel 2 perlakuan suhu 40 0C sampai 60 0C dengan waktu
juga menunjukkan bahwa perlakuan HNO3 15% 5-15 menit menunjukkan hasil yang tidak
15 menit merupakan perlakuan dengan nilai daya signifikan bahkan menurun dibandingkan dengan
berkecambah 68.33%, yang artinya lebih rendah kontrol. Perlakuan suhu 40 0C 5 menit, 40 0C 10
dari kontrol dan standar mutu fiologi benih. Hal menit, 50 0C 10 menit, dan 60 0C 5 menit
ini terjadi karena adanya perlakuan yang terlalu merupakan perlakuan yang tidak berbeda nyata
berlebihan dalam hal konsentrasi dan durasi baik terhadap perlakuan terbaik (HNO3 5% selama
perendaman dapat menyebabkan kematian pada 10 menit) maupun kontrol, sedangkan perlakuan
benih. Peristiwa over treatment akan suhu 50 0C 15 menit merupakan perlakuan yang
menyebabkan rusaknya embrio sehingga benih tidak berbeda nyata dengan perlakuan terendah
tidak dapat berkecambah atau mati. Peristiwa over (HNO3 15% 15 menit). Hal ini diduga karena
treatment menyebabkan zat asam masuk ke dalam perlakuan suhu 40 0C sampai 60 0C dengan waktu

Penentuan Metode Pematahan . . . 63


Bul. Agrohorti 6(1) : 59-67 (2018)

5-15 menit belum mampu mengurai kandungan tumbuh maupun keserempakan tumbuh. Sadjad et
tanin dan lignin yang terdapat pada kulit benih, al. (1999) menyatakan bahwa disamping memiliki
sehingga proses penyerapan air melalui imbibisi vigor yang tinggi, benih dituntut untuk dapat cepat
masih terhalang menyebabkan mekanisme tumbuh. Homogenitas perkecambahan diawali
perkecambahan terhambat. Suhu yang tidak sesuai oleh keserempakan perkecambahan benih
juga dapat menyebabkan aktivitas enzim dalam sehingga selain cepat tumbuh, benih dengan vigor
benih tidak optimal bahkan menyebabkan enzim- tinggi juga harus tumbuh serempak.
enzim dalam benih rusak dan embrionya akan Mekanisme yang terjadi pada peristiwa
mati (Isnaeni dan Habibah, 2014). perendaman benih dalam asam kuat yaitu asam
kuat memfasilitasi larutnya kandungan lignin pada
Pengaruh Pematahan Dormansi dengan Asam benih sehingga benih bercelah. Celah yang
Kuat terhadap Vigor Benih Kecipir terbentuk menyebabkan air mudah masuk
sehingga benih mudah berkecambah. Pernyataan
Tabel 3. menyajikan uji lanjut nilai tengah ini sesuai dengan hasil perlakuan HNO3 5% 10
vigor benih dalam tiga tolok ukur yaitu indeks menit untuk tolok ukur kecepatan tumbuh dan
vigor, kecepatan tumbuh, dan keserempakan keserempakan tumbuh serta perlakuan HNO3 10%
tumbuh. Tolok ukur indeks vigor menunjukkan 15 menit untuk tolok ukur indeks vigor, dimana
bahwa perlakuan HNO3 10% 15 menit merupakan ketiga tolok ukur tersebut merupakan tolok ukur
perlakuan dengan nilai indeks vigor 56.56 % yang yang mewakili vigor benih. Hal tersebut
lebih tinggi dan berbeda nyata terhahap kontrol menunjukkan bahwa asam kuat khususnya HNO3
yaitu 43,33%. Perlakuan H2SO4 15% 5 menit, pada konsentrasi dan lama perendaman yang
HNO3 5% 10 menit, HNO3 5% 15 menit, HNO3 optimal dapat meningkatkan vigor benih sebagai
10% 5 menit, HNO3 15% 15 menit, dan HCl 15% metode pematahan dormansi benih kecipir.
5 menit merupakan perlakuan asam kuat yang Pematahan dormansi dengan larutan asam HNO3
tidak berbeda nyata terhadap perlakuan terbaik apabila dilakukan dengan konsentrasi dan waktu
dan kontrol. Indeks vigor merupakan salah satu perendaman yang tidak sesuai akan menyebabkan
tolok ukur yang sangat kuat. Nilai indeks vigor rusaknya embrio dan menyebabkan benih tersebut
diperoleh dari benih-benih yang telah tumbuh tidak dapat tumbuh. Hal ini seperti yang terjadi
menjadi kecambah normal pada hitungan pertama, pada perlakuan H2SO4 5% 15 menit pada tolok
sehingga hanya benih-benih yang memiliki vigor ukur indeks vigor, perlakuan HNO3 15% 15 menit
tinggi yang mampu memenuhi kriteria ini. Hal ini pada tolok ukur kecepatan tumbuh, dan perlakuan
yang menyebabkan perlakuan pematahan HNO3 10% 10 menit pada tolok ukur
dormansi memberikan pengaruh yang lebih keserempakan tumbuh. Kerusakan pada kulit
beragam terhadap hasil pengujian. Tolok ukur benih yang disebabkan oleh asam kuat
kecepatan tumbuh menunjukkan bahwa perlakuan menyebabkan zat asam tersebut masuk ke dalam
HNO3 5% 10 menit, H2SO4 5% 10 menit, HNO3 benih dan merusak embrio.
10% 5 menit, dan HCl 10% 5 menit merupakan
perlakuan asam kuat yang mempunyai nilai Pengaruh Pematahan Dormansi dengan Suhu
kecepatan tumbuh yang tidak berbeda nyata Tinggi terhadap Vigor Benih Kecipir
dengan perlakuan terbaik (suhu 50 0C 10 menit)
dan memberikan nilai kecepatan tumbuh yang Hasil uji lanjut nilai tengah (Tabel 3)
lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan suhu tinggi tidak
menunjukkan bahwa perlakuan asam kuat mampu berpengaruh secara yang signifikan terhadap tolok
memperbaiki vigor benih melalui kecepatan ukur indeks vigor. Perlakuan suhu 50 0C 10 menit
tumbuhnya. Benih yang mempunyai kecepatan dan suhu 60 0C 10 menit merupakan perlakuan
perkecambahan yang tinggi menunjukkan bahwa yang hasilnya tidak berbeda secara nyata terhadap
benih tersebut memiliki vigor yang tinggi dan perlakuan terbaik maupun kontrol. Tolok ukur
akan menghasilkan tanaman yang tahan terhadap keserempakan tumbuh juga menunjukkan hal
keadaan lingkungan (Kartasapoetra, 2003). Tolok 0
yang serupa dimana perlakuan suhu 40 C 5 menit,
ukur keserempakan tumbuh pada Tabel 3 suhu 40 0C 10 menit, suhu 60 0C 5 menit, dan
menunjukkan bahwa perlakuan HNO3 5% 10 suhu 60 0C 10 menit memberikan hasil yang tidak
menit merupakan perlakuan dengan nilai berbeda nyata terhadap kontrol maupun perlakuan
keserepakan tumbuh 86.67%, yang lebih tinggi lain. Berbeda dengan dua tolok ukur sebelumnya,
secara signifikan dibandingkan dengan kontrol pada tolok ukur kecepatan tumbuh perlakuan suhu
dengan nilai 70.00%. Hal ini menunjukkan bahwa 50 0C 10 menit memberikan hasil yang berbeda
perlakuan HNO3 5% 10 menit mampu secara signifikan terhadap kontrol dan perlakuan
memperbaiki vigor benih baik melalui kecepatan lainnya. Perlakuan suhu 50 0C 10 menit

64 Nur Melasari, Tatiek K. Suharsi, dan Abdul Qadir


Bul. Agrohorti 6(1) : 59-67 (2018)

mempunyai nilai kecepatan tumbuh sebesar tinggi terhadap patogen-patogen yang dapat
14.79% etmal-1 sedangkan kontrol hanya 12,49% masuk ke dalam benih, terutama cendwan yang
etmal-1. mudah tumbuh dan mengambil zat-zat yang
Perlakuan pematahan dormansi dengan dibutuhkan embrio untuk hidup. Pertumbuhan
cara merendam benih pada suhu yang tinggi jamur yang lebih cepat akan menghambat
bertujuan untuk melunakkan kulit benih sehingga perkecambahan, menyebabkan benih menjadi
memudahkan proses penyerapan air, dengan kering, busuk, dan mati.
adanya air yang masuk maka proses-proses
fisiologi untuk berkecambah dapat berlangsung. Pengaruh Pematahan Dormansi dengan Asam
Biji yang direndam dalam air dengan suhu tinggi Kuat terhadap Struktur Testa Benih Kecipir
memungkinkan terurainya kandungan tanin dan
lignin yang terdapat pada kulit benih sehingga Asam kuat merupakan salah satu zat
benih menjadi lebih lunak sehingga imbibisi kimia yang mampu meningkatkan persentase
mudah terjadi (Puspitarini, 2003). Pernyataan ini perkecambahan pada benih yang memiliki
mendukung hasil dari perlakuan suhu 50 0C 10 dormansi kulit benih keras seperti kecipir. Hal ini
menit dengan nilai kecepatan tumbuh yang lebih disebabkan oleh adanya aktivitas asam yang
baik dibangding kontrol maupun perlakuan lain, membuat kulit benih menjadi lunak dan benih
sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan suhu kehilangan lapisan yang impermeabel terhapat air
50 0C 10 menit dapat meningkatkan vigor benih dan gas. Peningkatan permeabilitas pada
pada tolok ukur kecepatan tumbuh. Penentuan permukaan kulit benih disebabkan oleh larutnya
suhu dan waktu perendaman yang optimum sebagian komponen lignin kulit benih.
sebagai perlakuan pematahan dormansi benih Pengamatan histologi yang dilakukan secara
kecipir sangat penting. Penggunaan suhu yang mikroskopis terhadap permukaan kulit benih
terlalu tinggi dan waktu perendaman yang terlalu menunjukkan bahwa larutan asam kuat dapat
lama dapat menyebabkan enzim-enzim dalam mempengaruhi struktur permukaan kulit benih
benih akan rusak dan embrionya akan mati. Hal kecipir. Terlihat bahwa terjadi perubahan struktur
ini seperti yang terjadi pada perlakuan suhu 50 0C pada bagian epidermis, hipodermis, dan parenkim.
selama 15 menit, perlakuan tersebut memberikan Epidermis adalah lapisan terpenting karena
hasil terburuk pada ketiga tolok ukur vigor benih. merupakan lapisan kulit terluar benih, sehingga
menjadi penentu berhasil tidaknya air masuk ke
Pengaruh Pematahan Dormansi dengan dalam benih dan dilapisi oleh lignin dan kitin
Skarifikasi Mekanik terhadap Viabilitas dan Vigor membentuk kutikula (Shao et al., 2007). Lapisan
Benih Kecipir epidermis tersusun atas jaringan palisade (jaringan
tiang) yang di dalamnya terdapat sebuah lapisan
Benih yang diberi perlakuan skarifikasi light line yang berfungsi sebagai pengatur proses
mekanis dengan diamplas memungkinkan imbibisi ke dalam benih (Krisnawati dan Adie,
masuknya air ke dalam benih lebih mudah 2008).
sehingga imbibisi sebagai proses awal Larutan asam kuat (HNO3) dapat
perkecambahan dapat terjadi. Hasil uji lanjut nilai melarutkan komponen lignin pada bagian
tengah menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi epidermis benih kecipir yang tersusun atas
mekanis menggunakan amplas memberikan hasil jaringan palisade. Jaringan palisade merupakan
yang lebih buruk dibandingan kontrol pada tolok jaringan yang berbentuk tongkat/batang dengan
ukur daya berkecambah dan potensi tumbuh sel-sel yang mengalami penebalan sekunder oleh
maksimum sebagai variabel viabilitas serta lignin, tersusun membentuk lapisan kontinyu pada
kecepatan tumbuh dan keserempakan tumbuh testa benih. Larutnya lignin menciptakan celah
pada variabel vigor benih, sedangkan pada tolok pada lapisan light line sehingga meningkatkan
ukur indeks vigor perlakuan amplas memberikan permeabiltas benih. Krisnawati dan Adie (2008)
hasil yang lebih baik tetapi tidak berbeda secara melaporkan bahwa pada biji legum yang berkulit
signifikan terhadap kontrol. Hasil tersebut keras, light line juga bersifat impermeabilitas
menunjukkan bahwa perlakuan amplas belum tinggi. Asam kuat yang telah menembus lapisan
mampu menaikkan baik viabilitas maupun vigor epidermis dapat menyusutkan lapisan hipodermis
benih kecipir. Benih kecipir yang diamplas dan jaringan parenkim. Lapisan hipodermis
sebagian besar bagian bijinya yang keras akan merupakan lapisan dibawah sel-sel epidermis
hilang. Hal ini menyebabkan endosperm benih yang berbeda baik morfologi maupun fisiologinya
semakin terbuka lebar sehingga semakin luas dengan lapisan di atasnya. Neto (2000)
kontak dengan lingkungan sekitar. Endosperm menjelaskan bahwa asam kuat bekerja pada
yang terbuka akan memiliki resiko yang lebih bagian kutikula yang melarutkan lignin sehingga

Penentuan Metode Pematahan . . . 65


Bul. Agrohorti 6(1) : 59-67 (2018)

kulit menjadi lunak dan air maupun gas dapat Pengamatan pada morfologi kecambah kecipir
masuk ke dalam benih sehingga terjadi menunjukkan bahwa perkecambahan benih
perkecambahan. kecipir dengan perlakuan asam kuat HNO3 5%
selama 10 menit terlihat lebih baik dibandingan
Pengaruh Pematahan Dormansi dengan Suhu kontrol maupun perlakuan lain, sedangkan pada
Tinggi terhadap Struktur Testa Benih Kecipir perlakuan amplas perkecambahan terlihat lebih
buruk dibandingkan dengan kontrol. Hal ini
Perlakuan pematahan dormansi benih terjadi karena banyaknya benih yang terserang
dengan merendam benih dalam air suhu tinggi cendawan pada perlakuan amplas.
berfungsi untuk melunakkan kulit benih sehingga Pemberian perlakuan suhu yang tepat
memudahkan proses penyerapan air oleh benih. menyebabkan proses perkecambahan akan
Air dengan suhu tinggi dapat mematahkan berlangsung lebih cepat dan menghasilkan akar
dormansi fisik seperti yang terdapat pada benih yang lebih panjang. Hal ini dikarenakan panjang
kecipir melalui mekanisme perbedaan tegangan akar dipengaruhi oleh kecepatan perkecambahan
yang disebabkan oleh perubahan suhu yang terjadi benih. Isnaeni dan Habibah (2014) juga
secara cepat. Perbedaan tegangan tersebut mengungkapkan bahwa perlakuan perendaman
menyebabkan timbulnya celah diantara jaringan suhu yang optimal mempengaruhi waktu
palisade yang terdapat pada epidermis benih munculnya kecambah, persentase perkecambahan,
sehingga air dan gas dapat masuk ke dalam benih. panjang radikula, dan jumlah akar cabang.
Pengamatan histologi menunjukkan bahwa Pengamatan kecambah kecipir menunjukkan
perlakuan suhu tinggi menyebabkan jaringan bahwa kecambah dengan perlakuan perendaman
palisade yang tersusun atas komponen lignin pada air suhu 50 0C selama 10 menit menghasilkan akar
lapisan epidermis benih menyusut sehingga yang lebih panjang dibandingkan dengan kontrol
menimbulkan celah akibat adanya perlakuan suhu maupun perlakuan lain, dimana perlakuan 50 0C
tinggi. Suhu air yang tinggi memungkinkan selama 10 menit merupakan perlakuan dengan
terurainya kandungan tanin dan lignin yang nilai kecepatan tumbuh terbaik. Benih yang
terdapat pada kulit benih. Lapisan hipodermis dan berkecambah lebih cepat akan menghasilkan bibit
jaringan parenkim yang terdapat di bawah yang lebih baik dari pada yang berkecambah
epidermis juga memampat sehingga memudahkan lambat.
air dan gas masuk ke dalam benih menuju embrio.
Menurut Schmidht (2002), air panas mematahkan KESIMPULAN
dormansi fisik pada Leguminoseae melalui
tegangan yang menyebabkan pecahnya jaringan Metode pematahan dormansi dengan
palisade yang mengandung lapisan light line yang perlakuan larutan asam kuat HNO3 5% selama 10
bersifat impermeabel. Krisnawati dan Adie (2008) menit dengan nilai daya berkecambah 93.33% dan
berpendapat bahwa metabolisme pada interaksi keserempakan tumbuh 86.67% merupakan nilai
suhu dan lama perendaman mampu menyerap air yang nyata lebih baik dibanding kontrol sehingga
lebih cepat, melunakkan kulit benih dan metode ini dapat meningkatkan persentase daya
meningkatkan respirasi benih sehingga membantu berkecambah dan keserempakan tumbuh benih
kegiatan sel dan enzim. kecipir. Perlakuan larutan asam kuat HNO3 10%
selama 15 menit dengan nilai indeks vigor 56.67%
Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi merupakan perlakuan yang dapat meningkatkan
terhadap Struktur Kecambah Benih Kecipir persentase indeks vigor benih kecipir. Perlakuan
suhu 50 0C selama 10 menit dengan nilai
Tipe perkecambahan benih kecipir kecepatan tumbuh 14.79% etmal-1 merupakan
termasuk dalam tipe perkecambahan hipogeal perlakuan yang dapat meningkatkan kecepatan
yang ditandai dengan terjadinya pembentangan tumbuh dan menghasilkan kecambah dengan akar
ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun yang lebih panjang dibandingkan kontrol maupun
lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi perlakuan lain. Perlakuan amplas tidak dapat
kotiledon tetap dibawah tanah. Perlakuan asam meningkatkan viabilitas maupun vigor benih,
kuat HNO3 5% selama 10 menit merupakan bahkan menimbulkan pertumbuhan cendawan
perlakuan yang dapat meningkatkan viabilitas yang menyebabkan kemunduran benih.
maupun vigor benih melalui tolok ukur daya
berkecambah dan keserempakan tumbuh, DAFTAR PUSTAKA
sedangkan perlakuan suhu 50 0C selama 10 menit
merupakan perlakuan yang mampu memperbaiki Astari, R.P., Rosmayati, E.S., Bayu. 2014.
vigor benih pada tolok ukur kecepatan tumbuh. Pengaruh pematahan dormansi secara

66 Nur Melasari, Tatiek K. Suharsi, dan Abdul Qadir


Bul. Agrohorti 6(1) : 59-67 (2018)

fisik dan kimia terhadap kemampuan Departemen Agronomi dan Hortikultura.


berkecambah mucuna (Mucuna barcteata Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
D.C). Jurnal Online Agroekoteknologi. Bogor. Bogor.
2(2): 803-812.
Sadjad, S., M. Endang, S. Ilyas. 1999. Parameter
Azad, M.S., R.K. Biswas, M.A. Matin. 2012. Seed Pengujian Vigor Benih dari Komperatif
germination of Albizia procera (Roxb.) ke Simulatif. Jakarta (ID): PT Grasindo
benth in Bangladesh: a basis for seed dan PT Sang Hyang Seri.
source variation and pre-sowing treatment
effect. For.Stud.China. 14(2): 124-130. Sadjad, S., S. Hari, S.H. Sri, S. Jusup,
Sugihharsono, Sudarsono. 1975. Dasar-
Ilyas, S. 2012. Ilmu dan Teknologi Benih, Teori Dasar Teknologi Benih. Biro Penataran.
dan Hasil-hasil Penelitian. Bogor (ID): PT Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Penerbit IPB Press.
Serrato-Valenti, G., L. Cornara, M. Ferrando, P.
Isnaeni, E., N.A. Habibah. 2014. Efektifitas Modenesi. 1993. Structural and
skarifikasi dan suhu perendaman terhadap histochemical features of Stylosanthes
perkecambahan biji kepel [Stelechocarpus scaba (Leguminosae; Papilionoideae)
burahol (Blume) Hook.F & Thompson] seed coat as related to water entry.
secara in vitro dan ex vitro. Jurnal MIPA. Canadian Journal of Botani. 71:834-840.
37(2): 105-114.
Shao, S.S., C.J. Meyer, F. Ma, C.A. Peterson,
Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi benih M.A. Bernards. 2007. The outermost
pengolahan benih dan tuntunan cuticle of soybean seeds: Chemical
praktikum. Jakarta (ID): Rineka Cipta. composition and function during
imbibition. Jounal of Exp. Botany.
Krisnawati, A., M.M. Adie. 2008. Ragam karakter 58(5):1-12.
morfologi kulit biji beberapa genotip
plasmanutfah kedelai. Balai Penelitian Schmit, L. 2002. Pedoman penanganan benih
Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi- kehutanan. Terjemahan Fransiskus
umbian. Buletin Plasma Nutfah 14(1): 14- Harum. Direktorat Jendral Rehabilitasi
18. Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen
Kehutanan. Jakarta.
Neto, J.C. 2000. Germinatif pretreatment to
dormancy break in Guazuma ulmifoia Utomo, B. 2006. Ekologi benih. Karya Ilmiah.
Lamk. seed. Jurnal Scientia Forestalis. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera
58: 15-24. Utara. Medan.

Puspitarini, D.P., 2003. Struktur benih dan Widajati, E., E. Murniati, E.R. Palupi, T. Kartika,
dormansi pada benih panggal buaya M.R. Suhartanto, A. Qodir. 2013. Dasar
(Zanthoxylum rhetsa (Roxb) D.C.). Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor (ID):
[Tesis]. Program Pascasarjana. Institut IPB Press.
Pertanian Bogor. Bogor.
Widhityarini, D., M.W. Suyadi, A. Purwantoro.
Rahayu, A.D. 2015. Pengamatan uji daya 2011. Pematahan dormansi benih tanjung
berkecambah, optimalisasi substrat (Mimusops elengi L.) dengan skarifikasi
perkecambahan dan pematahan dormansi dan perendaman kalium nitrat. Fakultas
benih kecipir (Psophocarpus Pertanian. Universitas Gajah Mada.
tetragonolobus (L.) DC). [Skripsi]. Yogyakarta.

Penentuan Metode Pematahan . . . 67

You might also like