You are on page 1of 7

J. Agron.

Indonesia 40 (2) : 125 - 131 (2012)

Perlakuan Benih dengan Rizobakteri Meningkatkan Mutu Benih


dan Hasil Cabai (Capsicum annuum L.)

Seed Treatment using Rhizobacterium Improved Seed Quality and


Yield of Hot Pepper (Capsicum annuum L.)

Gusti Ayu Kade Sutariati* dan La Ode Safuan

Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo


Jl. H.E. Mokodompit, Kampus Bumi Tridharma
Anduonohu Kendari Sulawesi Tenggara, 93232. Indonesia

Diterima 10 Agustus 2011/Disetujui 20 Mei 2012

ABSTRACT

7KH GHYHORSPHQW RI ELRORJLFDO SURGXFWV EDVHG RQ EHQH¿FLDO PLFURRUJDQLVPV FRXOG H[WHQG WKH UDQJH RI RSWLRQV IRU
maintaining the health and yield of crops. Rhizobacteria have been used for ‘promoting plant growth. The objectives of this
research were to determine the best method of preplant seed treatment through seed conditioning with rhizobacteria which
would be effective to improve yields and increase seed quality of hot pepper. This research was conducted in Agronomy
/DERUDWRU\ +DOXROHR 8QLYHUVLW\ DQG LQ WKH ¿HOG RI :DZRWREL 6HHG )DUP &HQWUH RI 6RXWKHDVW 6XODZHVL 3URYLQFH 6HHG
conditioning with rhizobacteria was effective in improving plant growth, yield and seed quality of hot pepper. However, the
most effective treatment was the integration of sawdust seed matriconditioning with rhizobacteria Bacillus SRO\PL[D BG25.
The seed treatment increased fruit total per plant to 51, compared with 26 in the control seeds. The treatment was also
HIIHFWLYH LQ LQFUHDVLQJ VHHG YLDELOLW\ DQG YLJRU JHUPLQDWLRQ SHUFHQWDJH DQG YLJRU LQGH[ WR DQG FRPSDUHG ZLWK
DQG LQ WKH FRQWURO VHHGV %DVHG RQ WKLV H[SHULPHQW UKL]REDFWHULD B. SRO\PL[D BG25 integrated with sawdust seed
matriconditioning could be recommended as biofertilizer in improving yield and seed quality of hot pepper.

Keywords: hot pepper, matriconditioning, rhizobacteria, sawdust, seed treatment

ABSTRAK

3HQJJXQDDQ PLNURRUJDQLVPH PHQJXQWXQJNDQ \DQJ EHUDVRVLDVL GHQJDQ GHQJDQ WDQDPDQ VHEDJDL SXSXN KD\DWL VHMDXK
LQL WHUEXNWL PDPSX PHQLQJNDWNDQ KDVLO WDQDPDQ GDQ GDSDW PHQJXUDQJL SHQJJXQDDQ EDKDQ NLPLDZL 3HUODNXDQ EHQLK
GHQJDQ UL]REDNWHUL \DQJ GLODNXNDQ GL /DERUDWRULXP $JURQRPL 8QLYHUVLWDV +DOXROHR GDQ GL %DODL %HQLK ,QGXN :DZRWREL
3URYLQVL 6XODZHVL 7HQJJDUD LQL EHUWXMXDQ XQWXN PHQLQJNDWNDQ KDVLO GDQ NXDOLWDV EHQLK FDEDL 'DODP SHQHOLWLDQ LQL
GLJXQDNDQ GXD MHQLV PHGLD PDWULFRQGLWLRQLQJ EHQLK \DLWX VHUEXN DUDQJ VHNDP SDGL GDQ VHUEXN JHUJDML VHPHQWDUD WLJD LVRODW
UL]REDNWHUL \DQJ GLJXQDNDQ DGDODK Bacillus SRO\PL[D BG25, 3VHXGRPRQDV ÀXRUHVFHQV 3* GDQ 6HUUDWLD liquefaciens
6* +DVLO SHQHOLWLDQ PHQXQMXNNDQ EDKZD SHUODNXDQ EHQLK GHQJDQ UL]REDNWHUL HIHNWLI GDODP PHQLQJNDWNDQ NXDOLWDV EHQLK
SHUWXPEXKDQ GDQ KDVLO FDEDL 3HUODNXDQ EHQLK \DQJ SDOLQJ HIHNWLI DGDODK SHQJJXQDDQ UL]REDNWHUL Bacillus SRO\PL[D BG25
\DQJ GLLQWHJUDVLNDQ GHQJDQ PDWULFRQGLWLRQLQJ VHUEXN JHUJDML 3HUODNXDQ LQL PDPSX PHQLQJNDWNDQ MXPODK EXDK WRWDO SHU
WDQDPDQ OHELK WLQJJL GLEDQGLQJNDQ GHQJDQ NRQWURO VHUWD PHQLQJNDWNDQ YLDELOLWDV GDQ YLJRU EHQLK PHQLQJNDW PDVLQJ
PDVLQJ GDQ GLEDQGLQJNDQ GHQJDQ NRQWURO

.DWD NXQFL FDEDL PDWULFRQGLWLRQLQJ SHUODNXDQ EHQLK UL]REDNWHUL VHUEXN JHUJDML

PENDAHULUAN meningkatkan mutunya sangat penting dilakukan, terlebih


lagi bila benih tersebut memiliki permasalahan dormansi,
Penggunaan benih bermutu tinggi merupakan seperti halnya pada benih cabai. Dormansi temporer yang
salah satu syarat penting dalam proses budidaya tanaman terjadi pada benih cabai, disebabkan oleh adanya hambatan
agar dapat berproduksi secara maksimal. Oleh karena mekanis pada jaringan endosperma yang menutupi embrio
itu persiapan dan perlakuan benih sebelum tanam untuk benih cabai, sehingga ujung akar mengalami kesulitan dalam
menembus kulit benih, akibatnya proses perkecambahan
berlangsung lebih lama dan pertumbuhan tidak seragam
* Penulis untuk korespondensi. e-mail: sutariati69@yahoo.co.id (Watkins dan Cantliffe, 1983; Andreoli dan Khan, 1993).

Perlakuan Benih dengan Rizobakteri ...... 125


J. Agron. Indonesia 40 (2) : 125 - 131 (2012)

Permasalahan hambatan mekanis pada perkecambahan pipet, pinset, labu Erlenmeyer, autoklaf, ODPLQDU DLU ÀRZ
benih cabai tersebut telah dapat diatasi melalui teknologi cabinet, URWDU\ VKDNHU, batang pengaduk, jarum ose, dan
invigorasi (matriconditioning) benih (Ilyas, 2006). Aplikasi lampu Bunsen.
teknik invigorasi benih sebelum tanam mampu mengatasi
permasalahan hambatan mekanis pada benih, mempercepat 3HUEDQ\DNDQ 5L]REDNWHUL
dan menyeragamkan pertumbuhan serta meningkatkan
persentase pemunculan kecambah dan bibit (Wahid et Sebelum digunakan, rizobakteri (dalam tabung
al., 2008; Moradi dan Younesi, 2009). Namun demikian, eppendorf) ditumbuhkan terlebih dahulu dalam medium TSA
untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal dan lestari, padat (untuk % SRO\PL[D BG25 dan 6 OLTXHIDFLHQV SG01)
masih diperlukan solusi strategis dalam penanganan atau atau King’s B (untuk 3 ÀXRUHVFHQV PG01) dan diinkubasi
perlakuan benih yang lebih berorientasi pada pemanfaatan selama 48 jam. Koloni bakteri yang tumbuh disuspensikan
teknologi ramah lingkungan. Teknologi dimaksud adalah dalam akuades steril hingga kerapatan populasi 109 cfu mL-1
perlakuan benih yang diintegrasikan dengan mikroorganisme (Bai et al., 2002).
(kelompok rizobakteri), yang mampu berperan sebagai
pemacu pertumbuhan tanaman. Teknologi ini semakin 8ML /DSDQJDQ 3HQJDUXK 3HUODNXDQ %HQLK GHQJDQ
populer dengan semakin meningkatnya kepedulian akan 5L]REDNWHUL WHUKDGDS 3HUWXPEXKDQ GDQ +DVLO &DEDL
keamanan lingkungan dan kesehatan serta masalah
¿WRWRNVLVLWDV VHKXEXQJDQ GHQJDQ SHQJJXQDDQ SHVWLVLGD Percobaan lapangan menggunakan rancangan acak
sintetik yang berlebihan. Selain memacu pertumbuhan kelompok (RAK), terdiri atas 18 perlakuan dengan 4
tanaman, penggunaan mikroorganisme non-antagonis dalam ulangan: tiga perlakuan biopriming rizobakteri tunggal (B.
perlakuan benih juga dapat berperan ganda sebagai pengendali SRO\PL[D BG25, 3 ÀXRUHVFHQV PG01, 6 OLTXHIDFLHQV SG01);
hayati yang dapat memberikan perlindungan selama siklus tiga perlakuan campuran dua agens (% SRO\PL[D BG25+ 3
hidup tanaman dan beberapa jenis mikroorganisme mampu ÀXRUHVFHQV PG01, % 3RO\PL[D BG25 + 6 OLTXHIDFLHQV SG01,
menghasilkan hormon tumbuh (Sutariati et al., 2006; Idris 3 ÀXRUHVFHQV PG01 + 6 OLTXHIDFLHQV SG01); satu perlakuan
et al., 2007; Kang et al., PHP¿NVDVL 1 0HKUDE et campuran agens (% SRO\PL[D BG25 + 3 ÀXRUHVFHQV PG01
al., 2010) dan melarutkan fosfat (Park et al., 2009) sehingga + 6 OLTXHIDFLHQV SG01); enam perlakuan integrasi agens
memberi manfaat ganda bagi tanaman. (% SRO\PL[D BG25, 3 ÀXRUHVFHQV PG01 6 OLTXHIDFLHQV
Inkorporasi rizobakteri pada matriconditioning disebut SG01) dengan matriconditioning (serbuk gergaji, abu arang
biomatriconditioning. Rizobakteri %DFLOOXV SRO\PL[D BG25 sekam); dua perlakuan matriconditioning (serbuk gergaji,
yang diintegrasikan dengan matriconditioning serbuk abu arang sekam); satu perlakuan benih dengan hidrasi;
JHUJDML HIHNWLI PHQLQJNDWNDQ PXWX ¿VLRORJLV GDQ SDWRORJLV satu perlakuan benih dengan fungisida Dithane M45; satu
benih cabai (Sutariati, 2009). kontrol tanpa perlakuan rizobakteri.
Penelitian ini bertujuan: (1) mengevaluasi efektivitas
perlakuan invigorasi pada benih cabai sebelum tanam yang 3HUODNXDQ %HQLK GHQJDQ 5L]REDNWHUL
diintegrasikan dengan rizobakteri terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman cabai, dan (2) mengevaluasi efektivitas Sebelum diberi perlakuan, benih cabai didesinfeksi
perlakuan tersebut pada benih cabai hasil panen di lapangan dengan natrium hipoklorit 2% selama 5 menit, dicuci tiga
WHUKDGDS PXWX ¿VLRORJLV EHQLK WHUXWDPD \DQJ EHUNDLWDQ kali dengan air steril, kemudian dikering-anginkan dalam
dengan kemampuannya mengatasi masalah hambatan ODPLQDU DLU ÀRZ FDELQHW selama satu jam. Benih yang telah
mekanis pada endosperma benih cabai (penyebab dormansi dikering-anginkan selanjutnya diberi perlakuan.
temporer) pasca panen. Hasil penelitian ini diharapkan Perlakuan hidrasi adalah perlakuan benih dengan cara
dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya peningkatan merendam benih dalam air bebas. Perlakuan benih dengan
vigor benih cabai. matriconditioning dilakukan dengan cara mencampur benih
dengan media padatan serbuk arang sekam atau serbuk gergaji
BAHAN DAN METODE dengan perbandingan benih:media:air = 2:1.5:1. Perlakuan
benih dengan biopriming dilakukan dengan merendam
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Agronomi benih dalam suspensi masing-masing rizobakteri yang diuji.
Universitas Haluoleo dan Kebun Percobaan Balai Benih Perlakuan benih dengan biomatriconditioning menggunakan
Induk (BBI) Wawotobi Provinsi Sulawesi Tenggara. prosedur yang sama dengan perlakuan matriconditioning,
Pelaksanaan kegiatan dimulai bulan April hingga Oktober namun air diganti dengan suspensi rizobakteri. Suspensi
2009. rizobakteri dibuat dengan cara memasukkan air steril 50 mL
Bahan-bahan yang digunakan berupa benih cabai pada cawan petri (I 9 cm) yang mengandung rizobakteri
bersari bebas yaitu varietas Tit Super; rizobakteri (B. (% SRO\PL[D BG25, 3 ÀXRUHVFHQV PG01, 6 OLTXHIDFLHQV
SRO\PL[D BG25, 3 ÀXRUHVFHQV PG01 dan 6 OLTXHIDFLHQV SG01). Air steril dan rizobakteri diaduk hingga tercampur
SG01); bahan kimia untuk perbanyakan bakteri antara lain dan siap digunakan dalam perlakuan benih. Perlakuan
Tryptic Soy Broth, Nutrient Broth, Protease pepton, gliserol, benih dengan fungisida dilakukan dengan cara merendam
K2HPO4, MgSO4.7H2O. Alat-alat yang digunakan antara benih dalam larutan fungisida 0.02%. Benih yang telah
lain cawan petri, termometer, tabung eppendorf, gelas ukur, mendapat perlakuan diletakkan pada suhu kamar selama

126 Gusti Ayu Kade Sutariati dan La Ode Safuan


J. Agron. Indonesia 40 (2) : 125 - 131 (2012)

48 jam kecuali untuk perlakuan hidrasi selama 24 jam relatif diamati persentase benih yang berkecambah normal
dan perlakuan dengan fungisida selama 30 menit. Setelah setiap hari hingga 14 HST, sedangkan pengamatan indeks
perlakuan, benih dibersihkan dari media yang melekat vigor dilakukan dengan menghitung persentase benih
kemudian dikering-anginkan dalam ODPLQDU DLU ÀRZ FDELQHW berkecambah normal pada hari ke-7 setelah tanam.
kemudian disimpan sampai siap digunakan. Semua data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan analisis ragam dengan taraf kepercayaan
3HUVHPDLDQ 95%. Uji nilai tengah dilakukan dengan metode DMRT
('XQFDQ 0XOWLSOH 5DQJH 7HVW SDGD WDUDI Q\DWD .
Benih cabai yang telah diberi perlakuan, disemaikan
dalam boks-boks persemaian berukuran 35 cm x 20 cm x HASIL DAN PEMBAHASAN
15 cm (panjang x lebar x tinggi). Media persemaian
berupa campuran tanah, kompos dan arang sekam dengan 3HQJDUXK 3HUODNXDQ %HQLK GHQJDQ 5L]REDNWHUL WHUKDGDS
perbandingan 1:1:1. Setelah berumur 14 hari, bibit cabai 3HUWXPEXKDQ GDQ +DVLO &DEDL
dipindahkan dari boks persemaian ke kantung-kantung
plastik kecil berdiameter 5 cm dan tinggi 8 cm. Perlakuan benih GHQJDQ UL]REDNWHUL VHFDUD VLJQL¿NDQ
mampu meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah cabang
3HQDQDPDQ primer cabai (Tabel 1). Diantara ke-18 perlakuan benih
yang diuji, teknik biomatriconditioning % SRO\PL[D BG25 +
Bibit cabai dalam kantung plastik dipindahkan ke serbuk gergaji (Biomatric BG25 + MS) atau abu arang sekam
lapangan setelah berumur 21 hari setelah semai. Bibit (Biomatric BG25 + MA) dan ELRSULPLQJ 6 OLTXHIDFLHQV
ditanam dalam petakan-petakan percobaan (3 m x 2 m) SG01, mampu menghasilkan tanaman yang lebih tinggi dan
dengan jarak tanam 0.6 m x 0.4 m. Bersamaan dengan berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan benih lainnya
penanaman, dilakukan pemupukan menggunakan pupuk namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan biopriming
anorganik separuh dosis yaitu N (100 kg ha-1) dilakukan % SRO\PL[D BG25 dan biomatriconditioning 6 OLTXHIDFLHQV
dua kali (1/3 dosis pada saat tanam dan 2/3 dosis saat umur SG01 + serbuk gergaji (Biomatric SG01 + MS).
empat minggu), sedangkan P2O5 (75 kg ha-1) dan K2O (75 Perlakuan benih dengan rizobakteri berpengaruh secara
kg ha-1) diberikan saat tanam. Pengamatan respon tanaman VLJQL¿NDQ WHUKDGDS MXPODK FDEDQJ SULPHU FDEDL .HFXDOL
terhadap perlakuan yang diuji menggunakan parameter: perlakuan kontrol, fungisida dan ELRPDWULFRQGLWLRQLQJ 3
(1) pertumbuhan tanaman, dengan peubah tinggi tanaman ÀXRUHVFHQV PG01, semua perlakuan benih baik biopriming
dan jumlah cabang primer yang diamati pada umur 60 hari maupun biomatriconditioning memberikan efek yang
setelah pindah tanam, dan (2) hasil tanaman, dengan peubah hampir sama dalam meningkatkan jumlah cabang primer
jumlah buah konsumsi (75% berwarna merah), bobot buah cabai. Jumlah cabang primer terendah diperoleh pada
konsumsi dan jumlah buah total. Pengamatan hasil tanaman kontrol dan berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya
GLPXODL VHWHODK EXDK PHQFDSDL PDWDQJ ¿VLRORJLV NDWHJRUL (Tabel 1).
buah konsumsi), dan hanya dilakukan sampai tanaman 3HUODNXDQ EHQLK GHQJDQ UL]REDNWHUL VHFDUD VLJQL¿NDQ
berumur 90 hari setelah pindah tanam. meningkatkan hasil cabai dibandingkan dengan kontrol.
Diantara berbagai perlakuan benih yang diuji, rizobakteri
8ML 9LDELOLWDV GDQ 9LJRU %HQLK &DEDL +DVLO 3DQHQ 6 OLTXHIDFLHQV SG01 baik yang diaplikasikan secara
mandiri (Biopriming SG01) maupun menggunakan media
Benih cabai hasil panen dari tanaman induk yang matriconditioning serbuk gergaji (Biomatric SG01 + MS)
mendapat perlakuan benih di lapangan, diuji viabilitas dan VHFDUD VLJQL¿NDQ PDPSX PHQLQJNDWNDQ MXPODK EXDK
vigornya di laboratorium. Benih cabai yang digunakan konsumsi dibandingkan dengan kontrol dan berbeda nyata
untuk pengujian berasal dari buah yang telah masak (100% dengan perlakuan lainnya, namun tidak berbeda nyata dengan
berwarna merah). Bagian yang digunakan sebagai benih perlakuan biopriming BG25 + SG01 dan matriconditioning
berasal dari biji yang berada pada bagian tengah buah. Biji abu arang sekam. Jumlah buah konsumsi pada kedua
\DQJ WHUOHWDN ” FP GDUL SDQJNDO GDQ FP • XMXQJ EXDK perlakuan tersebut masing-masing 19 buah dibandingkan
dibuang. Sebelum diuji, benih diberi perlakuan benih sama dengan 11 buah pada kontrol (Tabel 2).
seperti pada perlakuan benih untuk uji di lapangan. Pengujian Rizobakteri 6 OLTXHIDFLHQV SG01 yang diaplikasikan
menggunakan boks perkecambahan berukuran 20 cm x 15 pada benih (Biopriming 6* VHFDUD VLJQL¿NDQ MXJD PDPSX
cm x 10 cm (panjang x lebar x tinggi) berisi arang sekam steril meningkatkan bobot per buah konsumsi dibandingkan
sebagai media perkecambahan. Setiap perlakuan ditanam dengan kontrol dan berbeda nyata dengan perlakuan
25 benih, tiga ulangan. Pengaruh perlakuan benih terhadap lainnya kecuali perlakuan biopriming % SRO\PL[D BG25
viabilitas dan vigor benih yang diuji, dievaluasi dengan dan biomatriconditioning % SRO\PL[D BG25 + serbuk
mengamati daya berkecambah, kecepatan tumbuh relatif gergaji yang memberikan efek hampir sama. Bobot buah
benih dan indeks vigor. Pengamatan daya berkecambah konsumsi terendah diperoleh pada kontrol. Bobot per buah
dilakukan dengan mengamati persentase benih yang konsumsi menggunakan perlakuan tersebut mencapai
berkecambah normal pada akhir pengamatan, yaitu 14 hari 7.65 g dibandingkan dengan kontrol yang hanya mencapai
setelah tanam (HST), sementara itu pada kecepatan tumbuh 5.88 g (Tabel 2).

Perlakuan Benih dengan Rizobakteri ...... 127


J. Agron. Indonesia 40 (2) : 125 - 131 (2012)

Pada peubah jumlah buah total, hasil tertinggi diperoleh (Tabel 3). Di antara berbagai perlakuan benih yang diuji,
pada teknik biomatriconditioning % SRO\PL[D BG25 + perlakuan BG25 dengan matriconditioning abu arang sekam
serbuk gergaji yang berbeda nyata dengan kontrol dan semua (Biomatric BG25 + MA) atau matriconditioning serbuk
perlakuan benih lainnya, kecuali ELRPDWULFRQGLWLRQLQJ 6 gergaji (Biomatric BG25 + MS) memberikan persentase
liquefaciens SG01 + serbuk gergaji. Jumlah buah total yang daya berkecambah yang lebih tinggi yakni masing-masing
mendapat perlakuan biomatriconditioning BG25 + serbuk mencapai 82% dan 81% dibandingkan dengan 41% pada
gergaji mencapai 51 buah dibandingkan dengan 26 buah kontrol.
pada kontrol (Tabel 2). Perlakuan benih menggunakan rizobakteri secara
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, B. VLJQL¿NDQ MXJD PHQLQJNDWNDQ NHFHSDWDQ WXPEXK UHODWLI
SRO\PL[D dan 6 OLTXHIDFLHQV adalah kelompok bakteri benih cabai hasil panen. Perlakuan % SRO\PL[D BG25
PGPR (3ODQW *URZWK 3URPRWLQJ 5KL]REDFWHULD) yang menggunakan matriconditioning serbuk gergaji (Biomatric
efektif meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. BG25 + MS) memberikan kecepatan tumbuh relatif yang
Peran PGPR dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil lebih tinggi dan berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan
tanaman berhubungan dengan kemampuannya mensintesis benih lainnya namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan
KRUPRQ WXPEXK PHP¿NVDVL QLWURJHQ DWDX PHODUXWNDQ IRVIDW biomatriconditioning % SRO\PL[D BG25 + abu arang sekam
(Kang et al., 2007). Bacillus spp. mampu mensintesis IAA (Biomatric BG25 + MA). Peningkatan kecepatan tumbuh
(Ashrafuzzaman et al., 2009), giberelin (Joo et al., 2005) relatif dengan menggunakan perlakuan tersebut mencapai
dan sitokinin, disamping kemampuannya melarutkan fosfat, 10.73% dibandingkan dengan kontrol 5.53% (Tabel 3).
GDQ PHP¿NVDVL QLWURJHQ 7LPPXVN et al., 2005). Demikian Perlakuan benih dengan rizobakteri secara nyata
pula 6HUUDWLD spp. dilaporkan mampu melarutkan fosfat, mampu meningkatkan indeks vigor benih cabai hasil panen.
PHQVLQWHVLV ,$$ GDQ PHP¿NVDVL QLWURJHQ 6DODQWXU et al., Di antara semua perlakuan yang diuji, biomatriconditioning
2006). % SRO\PL[D BG25 + abu arang sekam, biomatriconditioning
% SRO\PL[D BG25 + serbuk gergaji, dan biomatriconditioning
3HQJDUXK 3HUODNXDQ %HQLK GHQJDQ 5L]REDNWHUL WHUKDGDS 6 OLTXHIDFLHQV SG01 + serbuk gergaji memberikan indeks
0XWX )LVLRORJLV %HQLK &DEDL +DVLO 3DQHQ vigor yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol dan
perlakuan benih lainnya. Dibandingkan dengan kontrol
Perlakuan benih dengan rizobakteri juga mampu yang hanya mencapai 26%, peningkatan indeks vigor benih
PHQLQJNDWNDQ PXWX ¿VLRORJLV EHQLK FDEDL KDVLO SDQHQ pada ketiga perlakuan tersebut masing-masing mencapai
48%, 46% dan 46% (Tabel 3).

Tabel 1. Pengaruh perlakuan benih terhadap tinggi tanaman dan jumlah cabang primer cabai umur 60 HST

Perlakuan Benih Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang primer


Kontrol 50.42f 3.50d
Hidrasi 58.78e 5.17ab
Matric Abu arang sekam (MA) 62.32cd 5.08ab
Matric Serbuk gergaji (MS) 63.21bcd 5.08ab
Biopriming BG25 64.85ab 5.83a
Biopriming PG01 63.52bc 5.33a
Biopriming SG01 65.60a 5.75a
Biopriming BG25 + PG01 61.29d 5.33a
Biopriming BG25 + SG01 64.00abc 5.50a
Biopriming PG01 + SG01 63.42bc 5.50a
Biopriming BG25 + PG01 + SG01 63.17bcd 5.08ab
Biomatric BG25 + MA 65.46a 5.75a
Biomatric PG01 + MA 63.27bc 5.08ab
Biomatric SG01 + MA 63.15bcd 5.58a
Biomatric BG25 + MS 65.78a 5.75a
Biomatric PG01 + MS 58.21e 4.50bc
Biomatric SG01 + MS 64.75ab 5.75a
Fungisida 57.58e 4.25c

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
pada D = 5%. BG25 (% SRO\PL[D BG25), PG01 (3 ÀXRUHVFHQV PG01), SG01 (6 OLTXHIDFLHQV SG01), MA (matriconditioning
dengan abu arang sekam), MS (matriconditioning dengan serbuk gergaji)

128 Gusti Ayu Kade Sutariati dan La Ode Safuan


J. Agron. Indonesia 40 (2) : 125 - 131 (2012)

3HQLQJNDWDQ PXWX ¿VLRORJLV EHQLK FDEDL KDVLO SDQHQ Perlakuan benih dengan biomatriconditioning abu
disebabkan oleh adanya inkorporasi rizobakteri pada benih, arang sekam atau serbuk gergaji memberikan pengaruh
dalam penelitian ini sejalan dengan hasil-hasil penelitian langsung terhadap perbaikan komponen struktural di dalam
sebelumnya yang menunjukkan bahwa penggunaan benih. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, perlakuan pada
rizobakteri sebagai perlakuan benih mampu memperbaiki benih (seed conditioning) bertujuan untuk mempercepat
atau meningkatkan perkecambahan benih tanaman (Sutariati dan menyeragamkan pertumbuhan serta meningkatkan
et al., 2006; Sutariati, 2009). Terlebih lagi pada benih cabai persentase pemunculan kecambah dan bibit. Prinsipnya
yang mengalami dormansi temporer akibat adanya hambatan adalah memobilisasi sumber daya yang dimiliki benih
mekanis pada endosperma (ditunjukkan dengan rendahnya (internal) ditambah sumberdaya dari luar (eksternal)
PXWX ¿VLRORJLV EHQLK NRQWURO GD\D EHUNHFDPEDK untuk memaksimumkan perbaikan komponen seluler
kecepatan tumbuh relatif 5.59% dan indeks vigor 26%). Jika yang terakumulasi dalam percepatan perkecambahan
kondisi tersebut tidak diatasi, maka terjadi penghambatan dan peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman. 6HHG
proses perkecambahan sehingga dibutuhkan waktu yang conditioning PHUXSDNDQ SHUEDLNDQ ¿VLRORJLV GDQ ELRNLPLDZL
lebih lama untuk menyelesaikan perkecambahan, akibatnya yang berhubungan dengan kecepatan dan keserempakan,
pertumbuhan bibit menjadi tidak seragam (Andreoli dan perbaikan dan peningkatan potensial perkecambahan
Khan, 1993). dalam benih selama penundaan perkecambahan oleh
%HUGDVDUNDQ KDVLO SHQJXMLDQ PXWX ¿VLRORJLV EHQLK media potensial matriks rendah (matriconditioning) atau
perlakuan benih dengan % SRO\PL[D BG25 menggunakan oleh media berpotensial osmotik rendah (priming atau
matriconditioning serbuk gergaji atau serbuk arang sekam osmoconditioning) (Desai et al., 1997). Penggunaan teknik
dan 6 OLTXHIDFLHQV SG01 menggunakan matriconditioning invigorasi benih memiliki pengaruh langsung terhadap
serbuk gergaji memberikan kontribusi yang sangat positif SHQLQJNDWDQ PXWX ¿VLRORJLV EHQLK \DQJ GLEHUL SHUODNXDQ
GDODP PHPEDQWX PHPSHUEDLNL PXWX ¿VLRORJLV EHQLK FDEDL (Ilyas et al., 2002; Ilyas, 2006; Gholami et al., 2008; Wahid
dibandingkan dengan kontrol. et al., 2008; Sutariati, 2009).

Tabel 2. Pengaruh perlakuan benih terhadap jumlah kumulatif buah konsumsi (JBK), bobot per buah konsumsi (BBK) dan
jumlah buah total (JBT) sampai dengan umur 90 HST
Hasil tanaman cabai
Perlakuan benih
JBK BBK (g) JBT
Kontrol 10.92g 5.88h 26.42i
Hidrasi 16.58bc 6.55efg 36.08g
Matric Abu arang sekam (MA) 17.83ab 6.58efg 44.33cde
Matric Serbuk gergaji (MS) 14.83c-f 6.74ef 43.75de
Biopriming BG25 13.92def 7.53ab 46.58c
Biopriming PG01 16.50bc 7.44abc 44.50cde
Biopriming SG01 18.67a 7.65a 46.00c
Biopriming BG25 + PG01 15.17cd 6.79def 43.67de
Biopriming BG25 + SG01 17.83ab 7.36a-d 42.58e
Biopriming PG01 + SG01 16.17bc 7.16a-e 46.00c
Biopriming BG25 + PG01 + SG01 15.00cde 6.31fgh 45.67cd
Biomatric BG25 + MA 16.42bc 7.44abc 49.17b
Biomatric PG01 + MA 16.33bc 6.87c-e 46.25c
Biomatric SG01 + MA 15.75cd 7.00b-e 39.50f
Biomatric BG25 + MS 15.58cd 7.62ab 51.33a
Biomatric PG01 + MS 13.33ef 6.11gh 33.00h
Biomatric SG01 + MS 18.50a 7.41abc 49.75ab
Fungisida 13.17f 6.29fgh 36.50g
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
pada D = 5%. BG25 (% SRO\PL[D BG25), PG01 (3 ÀXRUHVFHQV PG01), SG01 (6 OLTXHIDFLHQV SG01), MA (matriconditioning
dengan abu arang sekam), MS (matriconditioning dengan serbuk gergaji)

Perlakuan Benih dengan Rizobakteri ...... 129


J. Agron. Indonesia 40 (2) : 125 - 131 (2012)

Tabel 3. Daya berkecambah (DB), kecepatan tumbuh relatif (KCT-R) dan indeks vigor (IV) benih cabai hasil panen yang
diberi perlakuan rizobakteri

0XWX ¿VLRORJLV EHQLK


Perlakuan benih
DB (%) KCT-R (%) IV (%)
Kontrol 41.00i 5.59h 26.00e
Hidrasi 61.00d-g 8.24d-g 36.00bc
Matric Abu arang sekam (MA) 66.00cd 8.62c-f 36.00bc
Matric Serbuk gergaji (MS) 56.00e-h 7.42efg 35.00bc
Biopriming BG25 71.00bc 9.32a-d 38.00b
Biopriming PG01 53.00gh 7.00fgh 33.00b-e
Biopriming SG01 57.00e-h 7.53efg 34.00bcd
Biopriming BG25 + PG01 63.00cde 8.21d-g 37.00bc
Biopriming BG25 + SG01 62.00def 8.12d-g 35.00bc
Biopriming PG01 + SG01 67.00cd 9.10a-e 39.00b
Biopriming BG25 + PG01 + SG01 49.00h 6.62gh 27.00de
Biomatric BG25 + MA 82.00a 10.30ab 48.00a
Biomatric PG01 + MA 63.00cde 8.28d-g 30.00cde
Biomatric SG01 + MA 67.00cd 10.02abc 36.00bc
Biomatric BG25 + MS 81.00a 10.73a 46.00a
Biomatric PG01 + MS 54.00fgh 7.21fg 34.00bcd
Biomatric SG01 + MS 76.00ab 10.26abc 46.00a
Fungisida 59.00d-f 8.69c-f 30.00cde
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
pada D = 5%. BG25 (% SRO\PL[D BG25), PG01 (3 ÀXRUHVFHQV PG01), SG01 (6 OLTXHIDFLHQV SG01), MA (matriconditioning
dengan abu arang sekam), MS (matriconditioning dengan serbuk gergaji).

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan Andreoli, C., A. Khan. 1993. Matriconditioning integrated
bahwa perlakuan benih dengan rizobakteri dapat with gibberellic acid to hasten seed germination and
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. improve stand establishment of pepper and tomato.
Perlakuan benih dengan rizobakteri juga berpengaruh Pesquisa Agropecuaria Bras. 34:1953-1958.
ODQJVXQJ GDODP PHQLQJNDWNDQ PXWX ¿VLRORJLV EHQLK FDEDL
hasil panen ini hasil penelitian lain. Perlakuan benih dengan Ashrafuzzaman, M., F.A. Hossen, R. Ismail, M.A. Hoque,
6 OLTXHIDFLHQV SG01 baik dengan teknik biopriming, maupun M.Z. Islam, S.M. Shahidullah, S. Meon. 2009.
biomatriconditioning serbuk gergaji dan % SRO\PL[D BG25 (I¿FLHQF\ RI SODQW JURZWK SURPRWLQJ UKL]REDFWHULD
dengan teknik biomatriconditioning serbuk gergaji atau (PGPR) for the enhancement of rice growth. Afr. J.
abu arang sekam mampu memberikan hasil yang lebih Biotech. 8:1247-1252.
tinggi dan efektif meningkatkan hasil cabai dibandingkan
dengan kontrol. Pengujian pada benih cabai hasil panen Bai, Y., B. Pan, T.C. Charles, D.L. Smith. 2002. Co-
juga menunjukkan hasil yang sama. Namun demikian hasil inoculation dose and root zone temperature for plant
terbaik dan konsisten didapatkan dari perlakuan benih growth promoting rhizobacteria on soybean [Glycine
dengan biomatriconditioning % SRO\PL[D BG25 dengan PD[ (L.) Merr] grown in soil-less media. Soil Biol.
serbuk gergaji. Biochem. 34:1953-1957.

UCAPAN TERIMA KASIH Desai, B.B., P.M. Kotecha, D.K. Salunkhe. 1997. Seeds
Handbook, Biology, Production, Processing and
Terima kasih disampaikan kepada Badan Penelitian Storage. Marcel Dekker Inc., USA.
dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian
(melalui Program Penelitian KKP3T), atas bantuan dana Gholami, A., A. Biari, S. Nezarat. 2008. Effect of Seed
yang diberikan untuk membiayai kegiatan penelitian ini. Priming with Growth Promoting Rhizobacteria

130 Gusti Ayu Kade Sutariati dan La Ode Safuan


J. Agron. Indonesia 40 (2) : 125 - 131 (2012)

at Different Rhizosphere Condition on Growth Park, K.H., C.Y. Lee, H.J. Son. 2009. Mechanism of
Parameter of Maize. International Meeting on Soil insoluble phosphate solubilization by 3VHXGRPRQDV
Fertility Land Management and Agroclimatology, ÀXRUHVFHQV RAF15 isolated from ginseng rhizosphere
Turkey. and its plant growth-promoting activities. Lett. Appl.
Microbiol. 49:222-228.
Idris, E.E., J.I. Domingo, T. Manuel, R. Borriss. 2007.
Tryptophan-dependent production of indole-3-acetic Salantur, A., A. Ozturk, S. Akten, 2006. Growth and yield
acid (IAA) affects level of plant growth promotion response of spring wheat (Triticum aestivum L.) to
by Bacillus amyloliquefaciens FZB42. Mol. Plant inoculation with rhizobacteria. Plant Soil Environ.
Microbe Interact. 20:619-626. 52:111-118.

Ilyas, S., G.A.K. Sutariati, F.C. Suwarno, Sudarsono. 2002. Sutariati, G.A.K., Widodo, Sudarsono, S. Ilyas. 2006.
Matriconditioning improved quality and protein level Pengaruh perlakuan 3ODQW *URZWK 3URPRWLQJ
of medium vigor hot pepper seed. Seed Technol. Rhizobacteria terhadap pertumbuhan bibit tanaman
24:65-75. cabai. Bul. Agron. 34:46-54.

Ilyas, S. 2006. Seed treatments using matriconditioning to Sutariati, G.A.K. 2009. Conditioning benih dengan
improve vegetable seed quality. Bul. Agron. 34: 124- UL]REDNWHUL XQWXN PHQLQJNDWNDQ PXWX ¿VLRORJLV GDQ
132. patologis benih cabai pratanam. Warta-Wiptek 17:7-
16.
Joo, G.J., Y.M. Kim, J.T. Kim, I.K. Rhee, J.H. Kim, I.J. Lee.
2005. Gibberellins-producing rhizobacteria increase Timmusk, S., N. Grantcharova, E.G.H. Wagner. 2005.
endogenous gibberellins content and promote growth 3DHQLEDFLOOXV SRO\P\[D invades plant roots and
of red peppers. J. Microbiol. 43:510-5. IRUPV ELR¿OPV $SSO (QYLURQ 0LFURELRO
7300.
Kang, S.H., H.S. Cho, H. Cheong, C.M. Ryu, J.F. Kim, S.H.
Park. 2007. Two bacterial entophytes eliciting both Wahid, A., A. Noreen, M.A. Shahzad, Basra, S. Gelani, M.
plant growth promotion and plant defense on pepper Farooq. 2008. Priming-induced metabolic changes
(&DSVLFXP DQQXXP L.). J. Microbiol. Biotechnol. LQ VXQÀRZHU Helianthus Annuus) achenes improve
27:96-103. germination and seedling growth. Bot. Study 49:343-
350.
Mehrab, Y. H., A. Rahmani, G. Noormohammadi,
A. Ayneband. 2010. Plant growth promoting Watkins, J.T., D.J. Cantliffe. 1983. Mechanical resistance
rhizobacteria increase growth, yield and nitrogen of the seed coat and endosperm during germination
¿[DWLRQ LQ 3KDVHROXV YXOJDULV. J. Plant Nutr. 33:1733- of &DSVLFXP DQQXXP at low temperatures. Plant
1743. Physiol. 72:146-150.

Moradi, A., O. Younesi. 2009. Effects of osmo- and hydro-


priming on seed parameters of grain sorghum
(6RUJKXP ELFRORU L.). Aust. J. Basic Appl. Sci.
3:1696-1700.

Perlakuan Benih dengan Rizobakteri ...... 131

You might also like