You are on page 1of 13

Pemeraman Benih Gandum Untuk Meningkatkan Kualitas Perkecambahan (Fernando Okky Permana Putra dan Theresa Dwi Kurnia)

Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana


Jl. Diponegoro 52-60 SALATIGA 50711 - Telp. 0298-321212 ext 354
email: jurnal.agric@adm.uksw.edu, website: ejournal.uksw.edu/agric
Terakreditasi Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi berdasarkan SK No 21/E/KPT/2018

PEMERAMAN BENIH GANDUM (Triticum aestivum L.)


UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PERKECAMBAHAN
PADA KONDISI CEKAMAN KERING

WHEAT SEEDS (Triticum aestivum L.) PRIMING TO INCREASE GERMINATION


QUALITY UNDER DROUGHT STRESS

Fernando Okky Permana Putra dan Theresa Dwi Kurnia


Agroteknologi, Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
okkyfernando50@gmail.com
email korespondensi: theresa.dk@staff.uksw.edu

Diterima: 23 Mei 2019, disetujui 9 Juli 2019

ABSTRACT

Priming is one of the practical method which is able to change the physiological condition,
stimulate the drought tolerance mechanism in wheat genotypes under the water deficit and
help the initial germination stage. The study aims at analyzing the effect of germination of
wheat seeds under normal conditions and drought stress condition after applying priming
treatments. This study used a Randomized Block Design (RBD). The data was collected, analyzed
and processed using statistical analysis system version 9.1 software. Duncan multiple range
test is used to find out the effect between treatments with the confidence level of 5%. There are
10 treatments: (1) control (2) aquadest, (3) CaCl2, (4) Gibberellin 50 ppm, (5) gibberellin 100
ppm, (6) control stress condition, (8) aquadest stress condition, (8) CaCl2 stress condition, (9)
gibberellin 50 ppm stress condition, (10) gibberellin 100 ppm stress condition. The research
was repeated three times. The observation parameters include the germination percentage,
viability and vigor growth of wheat, sprout length, root sprout length, shoot sprout length and
dry weight. The result and conclusions revealed that there was an effect of treatment on
germination of wheat seeds, which priming with distilled water under stress condition can
increase the value of growth speed significantly and simultaneous growth..
Keywords: Wheat seeds, drought stress, priming

89
AGRIC Vol. 31, No. 1, Juli 2019: 89-101

ABSTRAK

Priming merupakan salah satu langkah yang praktis yang mampu mengubah kondisi fisiologis
dan mampu memicu mekanisme toleransi kekeringan pada genotipe gandum dibawah situasi
defisit air dan membantu selama munculnya dan tahap perkecambahan awal. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis pengaruh perkecambahan benih gandum pada kondisi normal dan
kondisi cekaman kekeringan setelah diberi perlakuan priming. Penelitian menggunakan Rancangan
Acak Kelompok dan data yang diperoleh dianlisis dan diolah dengan menggunakan software
SAS (Statistical Analysis System) versi 9.1. Untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan digunakan
Uji Duncan dengan taraf kepercayaan 5%. Terdapat 10 perlakuan, yaitu: (1) kontrol, (2) priming
akuades, (3) priming CaCl2, (4) priming Giberelin 50 ppm, (5) priming giberelin 100 ppm, (6) kontrol
cekaman kekeringan, (7) priming akuades cekaman kekeringan, (8) priming CaCl 2 cekaman
kekeringan, (9) priming giberelin 50 ppm cekaman kekeringan, (10) priming giberelin 100 ppm
cekaman kekeringan. Penelitian diulang sebanyak 3 kali. Parameter pengamatan meliputi daya
berkecambah, kecepatan tumbuh, dan keserempakan tumbuh, tinggi kecambah normal, panjang
akar kecambah normal, panjang batang kecambah normal dan bobot kering. Hasil dan kesimpulan
penelitian menunjukkan adanya pengaruh perlakuan terhadap perkecambahan benih gandum,
dimana priming dengan akuades pada kondisi cekaman secara nyata mampu meningkatkan nilai
kecepatan tumbuh dan keserempakan tumbuh dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Kata kunci: Benih gandum, cekaman kekeringan, priming

PENDAHULUAN Masing-masing genotipe memiliki karakter


Gandum sebagai bahan pangan sekaligus agronomi yang berbeda dengan hasil terbaik
sumber karbohidrat sudah menjadi bahan terlihat pada genotipe ALTAR (Kurnia et al.,
konsumsi masyarakat Indonesia terbesar kedua 2016). Wahyu et al., (2013 ) juga melaporkan
setelah beras. Pada tahun 2017/2018 konsumsi hasil penanaman gandum pada percobaan yang
gandum diperkirakan meningkat sebesar 8,9 dilakukan di Merauke, Papua (15 mdpl) dapat
juta ton dan sejalan dengan populasi dan mencapai 2.37 ton/ha, oleh karena itu
pertumbuhan ekonomi, kebutuhan dan pengembangan gandum di daerah tropis
konsumsi gandum diperkirakan akan semakin berpotensi untuk diarahkan pada daerah
meningkat menjadi 9.3 juta ton (USDA, 2018). dataran menengah sampai dataran rendah.
Pengembangan budidaya gandum di Indonesia Cekaman suhu tinggi dan kekeringan ini
sejauh ini lebih banyak berada di dataran tinggi menyebabkan rendahnya produksi gandum
dimana budidaya pada dataran tinggi lebih apabila dibandingkan dengan potensi produksi
didominasi oleh komoditi hortikultura tanaman gandum sesungguhnya. Salah satu cara
(Widowati et al., 2016). Beberapa penelitian yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan
dalam rangka pengembangan gandum dataran produksi gandum dataran rendah tropis adalah
menengah sampai rendah sudah banyak dengan perlakuan priming. Priming merupakan
dilakukan di Indonesia. Salah satunya yaitu kegiatan hidrasi secara perlahan sebelum benih
penelitian gandum dataran rendah pada dikecambahkan yang bertujuan agar potensial
penelitian (Kurnia et al., 2016) menunjukkan air benih mencapai keseimbangan yang optimal
beberapa genotipe gandum yang sudah adaptif untuk mengaktifkan kegiatan metabolisme
pada dataran rendah yaitu ALTAR, dalam benih (Rouhi et al., 2011). Hasil
BASRIBEY, LAJ3302, dan OASIS. Pada penelitian Ghobadi et al., (2012) menunjukkan

90
Pemeraman Benih Gandum Untuk Meningkatkan Kualitas Perkecambahan (Fernando Okky Permana Putra dan Theresa Dwi Kurnia)

bahwa priming benih gandum dengan GA 50 sudah ditentukan yaitu Akuades 250 ml, CaCl2
ppm mampu memberikan pengaruh positif 30 ppm, Giberelin (GA) 50 ppm dan 100 ppm.
terhadap perkecambahan. Arief et al., (2011) Proses perkecambahan dilakukan dengan Uji
menyatakan penggunaan CaCl2 dalam priming Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik
benih menyebabkan terjadinya perubahan (UKDDP) pada kondisi normal dengan masing-
fisiologi pada benih dan meningkatkan hidrolisis masing gulungan berisi 20 benih dan pada
pati dan gula yang digunakan untuk menambah kondisi cekaman kekeringan. Pada simulasi
cadangan makanan embrio, sehingga pertum- cekaman kekeringan pasokan air pada
buhan kecambah lebih vigor, mempecepat perkecambahan benih gandum diganti dengan
pertumbuhan tanaman, dan memperbaiki mutu larutan PEG 50g/200 ml dengan menyemprot
dan hasil benih. Tingginya efisiensi osmotik pada 1 hari sekali selama perkecambahan.
CaCl2 berkaitan dengan unsur Ca2+ yang Perlakuan tersebut meliputi: (1) kontrol, (2)
mampu memerbaiki status air sel. Kedua unsur akuades, (3) CaCl2, (4) Giberelin 50 ppm, (5)
ini sekaligus berfungsi sebagai kofaktor dalam giberelin 100 ppm, (6) kontrol cekaman, (8)
berbagai aktivitas sejumlah enzim yang aktif akuades cekaman, (8) CaCl2 cekaman, (9)
pada proses metabolisme cadangan makanan. giberelin 50 ppm cekaman, (10) giberelin 100
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan ppm cekaman. Rancangan percobaan yang
sebelumnya mengenai priming benih gandum digunakan adalah rancangan acak kelompok
di daerah tropis, keterbaharuan penelitian ini (RAK). Parameter pengamatan dalam
adalah pemanfaatan zat pengatur tumbuh penelitian ini meliputi daya berkecambah (DB),
giberelin sebagai bahan priming. Tujuan kecepatan tumbuh (KCT), dan keserempakan
penelitian ini adalah untuk menganalisis tumbuh (KST), tinggi kecambah normal,
pengaruh invigorasi atau pemeraman benih panjang akar kecambah normal, panjang
gandum dalam meningkatkan kualitas batang kecambah normal dan bobot kering.
perkecambahan. Metode pengukuran adalah sebagai berikut:
BAHAN DAN METODE · Daya Berkecambah
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei
2018 di Laboratorium Teknologi Benih
Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas
Kristen Satya Wacana (UKSW), salatiga yang · Kecepatan Tumbuh
berada pada 500 mdpl. Terdapat 10 perlakuan
priming dengan berbagai larutan yang ·Keserempakan Tumbuh
kemudian dikecambahkan pada kondisi normal
dan cekaman kekeringan, diulang sebanyak 3
kali sehingga diperoleh 30 satuan percobaan
dengan berbagai variasi kondisi dan priming. Keterangan :
Priming dilakukan dengan cara perendaman DB : Daya berkecambah (%)
benih gandum selama ± 20 jam pada masing- KCT : Kecepatan tumbuh (%/etmal)
masing gelas ukur menggunakan larutan yang KST : Keserempakan tumbuh (%)

91
AGRIC Vol. 31, No. 1, Juli 2019: 89-101

 KN : Jumlah kecambah normal penga- Gambar 1 menunjukkan daya berkecambah


H1
matan pertama pada 4 hari setelah pada semua perlakuan tidak berpengaruh nyata
tanam (HST) kecuali pada perlakuan 9 yaitu priming dengan
 KN : Jumlah kecambah normal akhir giberelin 50 ppm pada cekaman kekeringan
H2
periode pengamatan (10 HST) yang berbeda nyata lebih tinggi bila dibanding-
kan dengan perlakuan priming 3, 4 dan 5. Hasil
N : Persentase kecambah normal setiap ini berbanding terbalik karena daya berkecam-
waktu pengamatan bah tertinggi justru terdapat pada perkecam-
% KN : Persentase kecambah normal setiap bahan pada kondisi cekaman kekeringan.
waktu pengamatan t : waktu Meskipun begitu apabila dilihat dari penampilan
pengamatan (1x24 jam, 2x24 jam, fisik pertumbuhan tanaman gandum pada
3x24 jam hingga n x 24 jam) kondisi cekaman kekeringan memperlihatkan
tn : akhir periode pengamatan (10x24 penampilan yang kurang bagus dan tidak
jam) menarik sebagai akibat cekaman kekeringan
apabila dibandingkan dengan perkecambahan
Parameter pertumbuhan diukur pada akhir
gandum pada kondisi normal meskipun memiliki
pengamatan. Data yang diperoleh dari masing-
nilai daya berkecambah tanaman jauh lebih
masing percobaan dianalisis dan diolah dengan
baik. Akan tetapi ini membuktikan bahwa
menggunakan software SAS (Statistical
giberelin mampu meningkatkan daya
Analysis System) versi 9.1. Untuk mengetahui
berkecambah benih gandum meskipun pada
pengaruh antar perlakuan digunakan Uji Duncan
kondisi kekeringan. Hasil analisa ini juga
dengan taraf kepercayaan 5%.
menunjukkan bahwa priming dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN konsentrasi giberelin yang tepat menjadi peran
Daya Berkecambah (DB) penting dalam induksi toleransi terhadap
cekaman kekeringan dan mengatasi keter-
Pengamatan kecambah normal hari 1 (KNH1) batasan oleh tekanan lingkungan yang tidak
pada benih gandum dilakukan pada hari sesuai seperti efek osmotik, ion toksisitas dan
keempat kemudian pengamatan kecambah ketidakseimbangan nutrisi tumbuh suatu
normal akhir pengamatan dilakukan pada hari tanaman. Menurut Agustin danAprilianti (2011),
kesepuluh (KNAPP) (Aviv dan Isnaeni, 2011). giberelin berperan dalam perkecam-
bahan benih dan memobilisasi cadangan
makanan yang terdapat dalam endos-
perm selama pertumbuhan awal embrio
dan mobilisasi tersebut diatur oleh
beberapa enzim hidrolisis, terutama
enzim  -amilase yang jumlahnya cukup
melimpah. Aktifitas metabolisme
tersebut sebagian besar pada awal
perkecambahan akan dipergunakan
Gambar 1. Diagram Batang Daya Berkecambah Benih Gandum benih untuk memperbaiki kerusakan di

92
Pemeraman Benih Gandum Untuk Meningkatkan Kualitas Perkecambahan (Fernando Okky Permana Putra dan Theresa Dwi Kurnia)

dalam benih (Kurnia et al., 2016). Pada kultivar gandum diperoleh karena pengaruh
perlakuan 3, 4 dan 5 yang menunjukkan hasil penggunaan pada PEG 20%, selain itu Ghobadi
lebih rendah kemungkinan disebabkan oleh et al., (2012) menyatakan bahwa priming
efek hormon giberellin pada priming benih benih gandum dengan giberelin sedikit memiliki
gandum larut dalam air yang mengakibatkan efek negatif pada perkecambahan yang
hasil pada perkecambahan tersebut tidak menyebabkan penurunan akan tetapi memiliki
maksimal. efek positif pada pertumbuhan tunas. Hasil lain
Konsentrasi PEG yang digunakan sedemikian juga mangatakan bahwa pada hasil perlakuan
rupa awalnya untuk membuat perkecambahan 9 penggunaan giberelin 50 ppm yaitu dengan
pada benih gandum tidak memungkinkan benih pra-perawatan benih dengan jenis hormon dan
menyerap cukup air untuk berkecambah. pengatur pertumbuhan tanaman jauh lebih efektif
Temuan Yari et al., (2010) menunjukkan dalam mengurangi efek stres kekeringan pada
bahwa priming benih gandum menggunakan tanaman. Hasil dari analisa ini juga diperkuat
PEG tidak dapat secara positif mempengaruhi dari hasil Chauhan et al., (2009) yang
perkecambahan apabila dibandingkan priming menunjukkan bahwa benih yang diberi
menggunakan air yang mampu meningkatkan perlakuan dengan giberelin menunjukkan
persentase daya berkecambah. Namun hasil ini perbedaan yang signifikan apabila dibandingkan
tidak sesuai dengan Dezfuli et al., (2009) yang dengan perlakuan kontrol (tanpa priming).
melaporkan bahwa benih yang direndam PEG Akan tetapi persentase perkecambahan
tidak bekerja dengan baik dari sudut pandang gandum juga menurun seiring dengan
perkecambahan, kemungkinan karena potensi meningkatnya konsentrasi penggunaan
osmotik rendah atau durasi priming yang terlalu giberelin. Hal tersebut terlihat pada perbedaan
lama. Pada hasil kondisi cekaman kekeringan hasil pada priming pada konsentrasi 50 ppm
yaitu pada perlakuan 6-10 terhadap kecambah dan 100 ppm dimana pada hasil analisa pada
benih gandum justru mendapat hasil yang Gambar 1 yang menunjukkan perlakuan 5 dan
sebaliknya lebih baik dimana pada kondisi ini 10 tidak sebaik pada priming pada konsentrasi
perkecambahan gandum seperti mendapatkan 50 ppm.
stimultan secara instan pada awal Pada perlakuan 2, 7 dan 9 memiliki rata-rata
perkecambahan yang mengakibatkan persentase perkecambahan diatas 80% apabila
peningkatan persentase daya berkecambah. dibandingkan dengan perlakuan lain yang masih
Yari et al., (2010) melaporkan bahwa dibawah 80% meskipun pada hasil analisis
osmopriming benih gandum liar dengan PEG menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata
menghasilkan aktivitas Super Oxide Dismotase lebih tinggi. Pada uji daya berkecambah, benih
(SOD) dan Peroxidase (POD) yang lebih tinggi dikatakan berkecambah dengan baik apabila
dan pada akhirnya menghasilkan tingkat berkecambah dengan bagian-bagian yang
perkecambahan yang lebih tinggi. normal dan daya berkecambah di atas 80%
Hal ini ternyata sesuai dengan pernyataan dari (Ilmiyah, 2009 dan Rini et al., 2015). Meskipun
Yari et al., (2010) yang menyatakan bahwa demikian pada perlakuan 4 dan 5 pada kondisi
panjang akar maksimum pada beberapa normal menunjukkan adanya efek yang tidak
maksimal dimana hasil ini berbanding terbalik

93
AGRIC Vol. 31, No. 1, Juli 2019: 89-101

dengan penggunaan giberelin dalam kondisi kan dalam keadaan steril (Rahayu dan Suharsi,
cekaman. Pada perlakuan 4 dan 5 menunjukkan 2015).
uji daya berkecambah benih gandum rata-rata Kecepatan Tumbuh (KCT)
diangka 65%. Hal ini bisa dikategorikan daya
berkecambah benih yang rendah. Hasil Pada paramater pengamatan kecepatan tumbuh
penelitian Arief et al., (2011) menunjukkan yang ditunjukkan pada Gambar 2, terlihat
gandum yang dipanen pada kondisi tidak hujan bahwa perlakuan priming menggunakan
mempunyai daya berkecambah di atas 90% akuades memberikan hasil terbaik baik dalam
setelah disimpan selama 18 bulan pada gudang kondisi normal ataupun dalam kondisi cekaman
penyimpanan dingin (suhu 18-22°C). kekeringan apabila dibandingkan dengan yang
lain. Pada priming menggunakan CaCl2 dan
Pada hasil penelitian ini juga menunjukkan giberellin memiliki nilai kecepatan tumbuh tidak
adanya akibat dari penurunan viabilitas benih nyata lebih tinggi, tapi ketiga perlakuan tersebut
secara fisiologis yang ditandai dengan adanya nyata lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
penurunan daya berkecambah. Hal ini bisa kontrol dan akuades. Hal ini juga ditunjukkan
terlihat pada perlakuan 3, 4 dan 5 yang berakibat oleh Faijunnahar et al., (2016) yang
daya berkecambah kurang dari 70%. Kemun- menyatakan bahwa seharusnya daya kecam-
duran mutu fisiologis pada benih ini merupakan bah dan kecepatan menunjukkan pola per-
salah satu faktor yang menjadi penyebab kecambahan yang lebih baik dan lebih tinggi
lambatnya perkembangan dan pertumbuhan tingkat vigor dari pada benih tanpa priming.
tanaman apalagi ditambah dengan faktor Peranan pemberian PEG dalam proses
cekaman kekeringan. Dalam hal ini air memiliki kecambah gandum dalam kondisi cekaman
pengaruh yang besar dalam proses perkecam- kekeringan menjadi faktor yang menyebabkan
bahan benih. Faktor eksternal juga berpengaruh gandum pada kondisi tercekam mengalami
terhadap daya berkecambah benih salah proses pertumbuhan jauh lebih cepat apabila
satunya yaitu munculnya cendawan dan jamur dibandingkan dalam kondisi normal. Hal ini jelas
selama pertumbuhan yang disebabkan oleh ditunjukkan dengan PEG memang lebih
mikroorganisme yang terbawa benih, karena berpengaruh positif terhadap tanaman pada fase
substrat perkecambahan, alat pengecambah perkecambahan gandum yang dimana pada
benih, dan air yang digunakan belum dikondisi- awalnya PEG diduga memiliki kemampuan

Gambar 2. Diagram Kecepatan Tumbuh Batang Benih Gandum

94
Pemeraman Benih Gandum Untuk Meningkatkan Kualitas Perkecambahan (Fernando Okky Permana Putra dan Theresa Dwi Kurnia)

untuk memicu proses kecambah benih dalam kecambah gandum. Hal ini berarti sebetulnya
kondisi cekaman kekeringan dengan membatasi faktor jenis penggunaan bahan untuk priming
jumlah air yang diabsorbsi ke dalam benih tidak selalu menunjukkan interaksi yang positif
(Salehzade et al., 2009). Hal ini juga ditunjuk- terhadap keserempakan tumbuh meskipun hal
kan pada hasil analisis yang sudah dilakukan itu berpengaruh pada parameter lainnya. Kurnia
dimana pada perlakukan cekaman yaitu pada et al., (2016) menyatakan nilai keserempakan
kode perlakuan 7, 8, 9, dan 10 dengan nilai tumbuh akan menunjukkan persentase
kecepatan tumbuh yaitu lebih dari 70%. kecambah yang dapat tumbuh normal vigor
Perbedaan pada kondisi normal dan kondisi sampai hari kesepuluh selama berkecambah.
cekaman kekeringan ini terdapat pada jumlah Kecambah yang vigor tersebut diduga akan
air dalam benih sehingga mempengaruhi berpotensi menjadi benih yang berkecambah
konsentrasi enzim, semakin besar konsentrasi secara normal dan kemudian akan mengalami
enzim maka semakin tinggi pula kecepatan perbaikan seluler selama perlakuan sehingga
reaksi. Dengan kata lain konsentrasi enzim mampu tumbuh dengan vigor saat
berbanding lurus dengan kecepatan reaksi. dikecambahkan. Keserempakan tumbuh benih
Apabila air yang diserap sel dalam jumlah yang yang tinggi mengindikasikan vigor kekuatan
berlebihan maka akan menurunkan kinerja tumbuh absolute yang tinggi karena suatu
reaksi kecepatan enzim. Menurut Sadeghi et kelompok benih yang menunjukkan
al., (2011) terdapat beberapa faktor yang pertumbuhan serempak dan kuat akan memiliki
menentukan efektifitas dari perlakuan kekuatan tumbuh yang tinggi.
priming. Faktor tersebut diantaranya adalah
spesies tanaman, potensial air rendaman,
lamanya perendaman, suhu dan vigor awal
benih. Apabila kecepatan tumbuh benih
dengan bantuan hormon pengatur tumbuh
tidak maksimal bisa dijelaskan karena adanya
faktor-faktor tersebut. Chaturvedi et al.,
(2017) melaporkan peningkatan kekuatan Gambar 3 Diagram Batang Keserempakan Tumbuh Gandum
tumbuh tanaman disebabkan oleh pening-
katan penyerapan oksigen dan efisiensi Pada gambar 3 menunjukkan keserempakan
memobilisasi nutrisi dari kotiledon ke pusat tumbuh perlakuan dengan nilai tertinggi
embrio didalam benih. ditunjukkan pada perlakuan 7 yaitu akuades
Keserempakan Tumbuh (KST) dalam kondisi cekaman yaitu sebesar 68,89%.
Hasil lain menunjukkan nilai keserempakan
Pada pengamatan keserempakan tumbuh KNH1 tumbuh terendah terdapat pada perlakuan 3
yaitu hari keempat setelah tanam berdasarkan dengan CaCl2 30 ppm. Menurut Lesilolo et al.,
hasil analisis menunjukkan bahwa priming 2013 jika nilai keserempakan tumbuh lebih
menggunakan hormon dan larutan pengatur besar dari 70% mengindikasikan vigor
tumbuh rupanya tidak cukup membantu kekuatan tumbuh sangat tinggi dan kese-
meningkatkan nilai keserempakan tumbuh rempakan kurang dari 40% mengindikasikan

95
AGRIC Vol. 31, No. 1, Juli 2019: 89-101

kelompok benih yang kurang vigor. Hasil munculnya seragam dan pengembangan bibit
penelitian menunjukkan nilai keserempakan normal dalam berbagai kondisi lapangan.
tumbuh berkisar antara 69% - 30%. Rendahnya Berat Kering (BK)
keserempakan tumbuh benih berkaitan dengan
efek kerusakan fisiologis seperti hambatan Pada gambar 4 terlihat bahwa perlakuan
pertumbuhan, kematian dan sterilitas tanaman priming dalam kondisi cekaman dan kondisi
(Langlangdewi et al., 2017). Hal ini ditunjukkan normal memberikan perbedaan pengaruh yang
pada nilai keserempakan tumbuh yang sangat nyata apabila dibandingkan dengan kontrol
rendah pada perlakuan pemeraman dengan terhadap bobot kering akar maupun berat
CaCl2 30 ppm. Pada umumnya benih dengan kering pucuk. Dalam kondisi normal berat
nilai vigor rendah kurang bisa memanfaatkan kering pada tanaman gandum akan lebih tinggi
energi dibandingkan dengan benih dengan nilai apabila dibandingkan dengan kondisi cekaman
vigor tinggi. kekeringan (Gambar 4). Hal ini disebabkan
karena terhambatnya pertumbuhan dan
Benih dengan perlakuan priming akuades pemanjangan tunas. Hal ini diduga dipengaruhi
mampu meningkatkan kelembaban di dalam oleh beberapa hal seperti; terhambatnya proses
benih setelah proses imbibisi, sehingga akan repirasi sel yang disebabkan menurunnya kerja
mengaktifkan giberelin dari dalam benih
yang masih dalam kondisi tidak aktif
dan akan memicu sel alueron untuk
mengeluarkan enzim á-amilase yang
akan merombak zat pati yang terdapat
dalam endosperm ataupun kotiledon.
Selanjutnya giberelin dalam benih ini
akan memicu adanya hormon lain
didalam benih yaitu hormon sitokinin Gambar 4 Diagram Berat Kering Pucuk dan Berat Kering Akar
dan auksin yang nanti akan membantu proses enzim sehingga proses perombakan cadangan
perkembangan dan pertumbuhan benih makanan untuk pertumbuhan. Nilai berat kering
gandum. Respon dari giberelin dari dalam benih pada perlakuan priming apabila dibandingkan
itu bergantung pada jenis tanaman, bagian kontrol menunjukkan penurunan berat kering
tumbuhan, fase perkembangan, interaksi antar kecambah gandum. Hal ini diduga akibat pada
hormon didalam benih, faktor lingkungan dan beberapa benih mengalami kebocoran sel dari
jenis larutan yang terinduksi ke dalam benih priming karena waktu yang terlalu lama dan
(Dianastya, 2012). Ini berarti priming dengan kerusakan sel akibat dari cekaman kekeringan
akuades ke dalam benih merupakan hasil sehingga mengakibatkan pada perlakuan 6-10
terbaik tanpa harus diberikan induksi oleh tidak cukup mendapatkan energi untuk
hormon lain karena lebih cepat aktif bila berkecambah secara normal.
dibandingkan dengan yang lain. Nilai Keserem-
pakan Tumbuh benih yang menunjukan nilai Hasil menunjukkan bahwa berat kering pada
peubah dari parameter vigor benih meng- kondisi normal pada perlakuan 1 sampai 5 tidak
gambarkan potensi benih untuk cepat tumbuh, berbeda nyata, hasil terbaik ditunjukkan pada

96
Pemeraman Benih Gandum Untuk Meningkatkan Kualitas Perkecambahan (Fernando Okky Permana Putra dan Theresa Dwi Kurnia)

berat kering pucuk 0.16 g sedangkan pada menyebabkan keluarnya cadangan makanan
kondisi cekaman juga menunjukkan hasil tidak terlarut saat benih mengalami imbibisi. Perlakuan
berbeda nyata dan terbaik pada berat kering priming bertujuan agar pada benih terjadi
pucuk 0.11 g yaitu perlakuan akuades. Hal ini perbaikan seluler sehingga kebocoran benih
berarti pada kecambah dengan priming dapat ditutupi (Kurnia et al., 2016). Nilai BK
dengan akuades memiliki jangka waktu antar dapat menggambarkan energi perkecambahan,
proses priming hingga berkecambah lebih artinya pada benih dengan BK tinggi memiliki
pendek dari pada yang lain sehingga waktu energi perkecambahan yang tinggi (Sadeghi et
memulai melakukan proses metabolismenya al., 2011). Secara umum, peningkatan berat
pun lebih cepat, serapan air juga jauh lebih kering kecambah pada tanaman gandum
banyak sehingga berat kering kecambah juga menurut Lutts et al., (2016) disebabkan karena
akan lebih besar dari pada benih yang terlambat aktivasi pada perkecambahan tanaman gandum
berkecambah. Pada berat kering akar itu sendiri dimana akan terjadi respirasi sel,
menunjukkan pada perlakuan 1 kontrol 0.53 g perbaikan makromolekul, pergerakan akar
tidak berbeda nyata pada perlakuan 2 dan 3 yang mencari material yang diperoleh.
namun menunjukkan hasil berbeda nyata lebih Pertumbuhan Perkecambahan
tinggi pada perlakuan 4 dan 5, sedangkan pada
kondisi cekaman kekeringan semua hasil tidak Parameter pertumbuhan terdiri atas parameter
berbeda nyata. panjang pucuk normal dan parameter panjang
akar normal. Tinggi kecambah normal terdiri
Apabila dilihat dari hasil berat kering pada dari pengamatan selintas panjang total dari
masing-masing perlakuan cepat atau tidaknya pangkal akar hingga ujung daun yang dilakukan
benih tersebut berkecambah menjadi faktor selama fase tanaman gandum berkecambah
dimana benih memulai proses metabolisme. yaitu 10 hari pengamatan. Panjang pucuk dan
Selama proses priming berlangsung akan akar normal merupakan hasil dari pertambahan
terjadi peningkatan aktivitas metabolisme dalam jumlah dan panjang sel.
benih sehingga benih yang diberi perlakuan
priming akan lebih cepat berkecambah dan Parameter pertumbuhan terdiri atas parameter
bobot kering kecambah normal merupakan panjang pucuk normal dan parameter panjang
salah satu tolok ukur viabilitas potensial benih akar normal (Tabel 1). Tinggi kecambah normal
(Purnawati et al., 2014). Bobot kering (BK) diamati pada akhir periode pengamatan yaitu
kecambah akan menggambarkan jumlah pada hari ke-10. Berdasarkan analisis yang
biomassa yang tersimpan di dalam kecambah telah dilakukan menunjukkan bahwa priming
tanaman gandum. Pada umumnya biomassa menggunakan akuades, CaCl2 dan giberelin
tanaman terbentuk dari hasil fotosintesis, tetapi tidak mampu meningkatkan panjang pucuk
biomassa pada tahap perkecambahan akan lebih dan panjang akar dibandingkan kontrol.
banyak dipengaruhi oleh kandungan cadangan Pertumbuhan kecambah gandum yang
makanan yang tersimpan di dalam benih. Bukan ditunjukkan dari panjang pucuk dan panjang
tidak mungkin benih selama penyimpanan akan akar pada kondisi tanpa cekaman kekeringan
mengalami deteriorasi sehingga berakibat pada menunjukkan rata-rata hasil yang lebih tinggi
kerusakan atau kebocoran sel, yang dapat dibandingkan perkecambahan pada kondisi

97
AGRIC Vol. 31, No. 1, Juli 2019: 89-101

Tabel 1 Hasil rasio panjang pucuk dan panjang akar


Panjang Panjang akar
Perlakuan Rasio
pucuk (cm) (cm)
Kontrol 14.27 a 18.34 a 0.77
Akuades 12.94 ab 17.93 a 0.72
CaCl2 30ppm 13.37 ab 17.58 a 0.76
Giberellin 50ppm 12.51 b 16.71 ab 0.74
Giberelli 100ppm 12.65 b 16.67 ab 0.75
Kontrol cekaman 8.01 cd 10.14 de 0.78
Akuades cekaman 8.38 c 13.84 bc 0.60
CaCl2 30ppm cekaman 7.48 cd 12.48 cd 0.59
Giberellin 50ppm cekaman 7.71 cd 10.32 de 0.74
Giberelli 100ppm cekaman 6.58 d 8.90 e 0.73
Ketera ngan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata antar perlakuan, sedangkan angka yang diikuti oleh
huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan

dengan cekaman kekeringan. Hasil penelitian ini merupakan indikasi perubahan dari
Nurjannati (2017) juga menunjukkan bahwa keseluruhan tingkat kesuburan tanaman.
tolok ukur panjang plumula, berat kering Perbandingan panjang akar tanaman gandum
kecambah, bobot kering akar dan berat kering tidak boleh berbeda jauh lebih panjang dari
plumula bisa digunakan sebagai indikasi pucuk. Menurut Setiawan et al., (2015) tinggi
ketahanan atau sifat toleran tanaman terhadap tanaman merupakan salah satu indikator
kekeringan. pertumbuhan maupun parameter yang
Hasil penelitian uji rata-rata rasio akar per digunakan untuk mengukur pertumbuhan oleh
pucuk menunjukkan bahwa pada seluruh pengaruh lingkungan, karena pertumbuhan
perlakuan baik pada kondisi normal atau merupakan parameter yang paling mudah dilihat
cekaman kekeringan berada pada nilai rasio dan pengukuran dapat dilakukan tanpa merusak
sebesar 0.70. Pada hal ini hubungan antara akar tanaman sampel. Ketidakteraturan terhadap
dan pucuk pada tanaman lebih ditekankan pada hasil panjang pucuk dan akar menunjukkan
segi morfologi dan hal yang paling termudah bahwa adanya kurang respon enzim baik
dilihat dari perbedaan ini adalah perbedaan endogen maupun eksogen dari benih.
panjang akar dan panjang pucuk. Akan tetapi Berkurangnya aktifitas enzim dalam tanaman
hubungan ini bisa berubah pada suatu keadaan akan mempengaruhi arah dari pertumbuhan dan
lingkungan tertentu. Nilai rasio terendah perkembangan tanaman dan cekaman
terdapat pada perlakuan 8 yaitu pada angka kekeringan umumnya menekan pertumbuhan
0.59. Pada dasarnya pada seluruh perlakuan tajuk lebih besar dari perkembangan akar.
yang dilakukan tidak menunjukkan rasio yang Akibatnya pada perkecambahan benih gandum
baik karena rasio yang baik pada suatu perlakuan 6-10 dalam kondisi kekeringan nilai
tanaman akan dilihat dari keseimbangan nilai panjang pucuk dan panjang akar menunjukkan
yaitu 1 (satu). Namun pada setiap tanaman pasti nilai beda nyata lebih rendah apabila
akan selalu menunjukkan perubahan tingkat dibandingkan dengan perlakuan pada kondisi
kenormalan ini (turun atau naik) yang dimana normal. Pada tahap ini tanaman gandum yang

98
Pemeraman Benih Gandum Untuk Meningkatkan Kualitas Perkecambahan (Fernando Okky Permana Putra dan Theresa Dwi Kurnia)

mengalami cekaman kekeringan akan Horse Gram. Journal of American Sci.


kekurangan asupan air dan unsur hara sehingga 5, (5): 79-84.
proses perombakan cadangan makanan dari Dianastya, A.N. 2012. Hormon Giberelin dan
senyawa bermolekul besar menjadi lebih kecil Perannya Pada Fisiologi dan Meta-
tidak kompleks dan air yang digunakan sebagai bolisme Tanaman. Universitas Jember
sarana pengangkut ke membran dan dinding : Jember
sel tersendat. Dezfuli M.P., Sharif-zadeh F. dan
Janmohammadi M. 2009. Influence of
KESIMPULAN
Priming Techniques on Seed
Pengaruh perlakuan terhadap perkecambahan Germination Behavior of Maize Inbred
benih gandum, yaitu priming dengan akuades Lines (Zea mays L.). ARPN Journal of
pada kondisi cekaman secara nyata mampu Agricultural and Biological Science. 3(3):
memeberikan hasil terbaik pada nilai kecepatan 22-25.
tumbuh dan keserempakan tumbuh dibanding- Faijunnahar, M., Baque A., Habib A. Md dan
kan dengan perlakuan yang lain. Hossain T.H.M.M. 2017. Polyethylene
Glycol (PEG) Induced Changes in
DAFTAR PUSTAKA Germination, Seedling Growth and
Water Relation Behavior of Wheat
Agustin, E.K dan Aprilianti P. 2011. Pengaruh
(Triticum aestivum L.)Genotypes.
Pemakaian hormon Tumbuh GA3
Universal Journal of Plant Science 5, (4):
(Giberelin Acid) Terhadap Perkecambah
49-57
dan Pertumbuhan Biji Verschaffeltia
splendida H.A. Wendl. Berk. Penel. Ghobadi, M., Mehdi S.A., Saeid J.H.,
Hayati Edisi Khusus: 7A : 157-160 Mohmmad E.G dan Gholam R.M.
2012. Effect of Hormonal Priming
Andriani, A dan M. Isnaini. 2011. Morfologi
(GA3) and Osmopriming on Behavior
dan Fase Pertumbuhan Gandum.
of Seed Germination in Wheat
Balai Penelitian Tanaman Serealia:
(Triticum aestivum L.). Journal of
Maros.
Agricultural Science. 4, (9): 244-250.
Arief, R., Oom K dan Fauziah K. 2011.
Ilmiyah, Rizki Nur. 2009. Pengaruh Priming
Pengelolaan Benih Gandum. Balai
Menggunakan Hormon GA3 Terhadap
Penelitian Tanaman Serealia: Maros.
Viabilitas Benih Kapuk (Ceiba petan-
Chaturvedi, R.S., Rai P.K., Bara M.B., Kumar dra). Universitas Islam Negeri (UIN)
S dan Pradhan V. 2017. Effect of Maulana Malik Ibrahim: Malang.
Priming on Germination and Seed
Kurnia, T.D., Endang P dan Livia T.H. 2016.
Vigour in Wheat (Triticum aestivum
Bio-Priming Benih Kedelai (Glycine
L.) Seeds. Journal of Pharmacognosy
Max (L.) Merrill) untuk Meningkatkan
and Phytochemistry. 6, (4): 605-608.
Mutu Perkecambahan. Biota. 1 (2): 62-
Chauhan, J.S., Tomar Y., Indrakumar N dan 67.
Seema A. 2009. Effect of Growth
Kurnia, T.D., Nugraheni W., Djoko M dan
Hormones on Seed Germination and
Endang P. Karakter Agronomi
Seedling Growth of Black Gram And

99
AGRIC Vol. 31, No. 1, Juli 2019: 89-101

Genotipe Gandum (Triticum aestivum Rini, D.S., Mustikoweni dan Surtiningsih. 2015.
L.) Pada Lahan Tropis Dataran Respon Perkecambahan Benih
Rendah di Indonesia. AGRIC. 28, (2): Sorgum (Sorghum bicolor (L.)
95-104 Moench) Terhadap Perlakuan
Langlangdewi, P. N dan Triono B. S. 2017. Osmoconditioning Dalam Mengatasi
Analisis Daya Perkecambahan Padi Cekaman Salinitas. Berita Biologi. 7,
(Oryza sativa L.) Varietas Bahbutong (6): 307-308
Hasil Iradiasi. Jurnal Sains dan Seni. 28, Rouhi H.R., Surki A.A., Sharif-Zadeh F.,
(2): 2337-3520 Afshari R.T., Aboutalebian M.A dan
Lesilolo, M.K., Riry J dan Matatula E.A. 2013. Ahmadvand G. 2011. Study of Different
Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih Priming Treatments on Germination
Beberapa Jenis Tanaman Yang Traits of Soybean Seed Lots. Notulae
Beredar di pasaran Kota Ambon. Sci Biol. 3, (1):101-108
Agrologia. 2, (1): 1-9 Sadeghi, H., Khazaei, F dan Sheidaei, S. 2011.
Lutts, S., Benincasa P., Wojtyla L., Kubala S., Effect of Seed Osmopriming on Seed
Pace R., Lechowska K., Quinet M dan Germination Behavior and Vigor of
Garnczarska M. 2016. Seed Priming: Soybean. J. Agric. 6, (1): 39-43.
New Comprehensive Approaches For Salehzade, H., Mousa I., Shishvan, Mehdi G.,
an Old Empirical Technique. Groupe Farshid F dan Abrahim A.S. 2009.
de Recherche en Physiologie Végétale Effect of Seed Priming on
(GRPV), Earth and Life Institute- Germination and Seedling Growth of
Agronomy, Université Catholique de Wheat (Triticum aestivum L.).
Louvain, Louvain-la-Neuve : Belgium Research Journal of Biological Sciences.
Nurjannati, Kandy. 2017. Efek Perlakuan 4, (5): 629-631
Priming Terhadap Performa Tanaman Setiawan, B., Nurul K dan Diny D. 2015. Uji
Cabai (Capsicum annuum L.) Pada Cepat Tanaman Gandum (Triticum
Kondisi Stres Air. Universitas Negeri aestivum L.) Terhadap Suhu Tinggi
Yogyakarta : Yogyakarta Pada Fase Kecambah. Jurnal Sungkai.
Purnawati, S.I dan Sudarsono. 2014. 3, (2): 24-33
Perlakuan Invigorasi untuk Meningkat- USDA. 2018. Indonesia Grain and Feed
kan Mutu Fisiologis dan Kesehatan Annual Report 2018. USDA Foreign
Benih Padi Hibrida Intani-2 Selama Agricultultural Service : US
Penyimpanan. J. Agron Indonesia. 42, Wahyu, Y., Aditya P.S dan Sri G.B. 2013.
(3) : 180-186. Adaptabilitas Genotipe Gandum
Rahayu, D.A dan Suharsi T.K. 2015. Introduksi di Dataran Rendah. Buletin
Pengamatan Uji Daya Berkecambah Agrohorti. 1, (1): 1-6
dan Optimalisasi Substrat Perkecam- Widowati, S., Nurul K., Sintho W.A dan
bahan Benih Kecipir [Psophocarpus Trikoesoemaningtyas.2016Karakterisasi
tetragonolobus L. (DC)] . Bul. Morfologi dan Sifat Kuantitatif
Agrohorti. 3, (1): 18-27. Gandum (Triticum aestivum L.) di

100
Pemeraman Benih Gandum Untuk Meningkatkan Kualitas Perkecambahan (Fernando Okky Permana Putra dan Theresa Dwi Kurnia)

Dataran Menengah. J. Agron


Indonesia. 44, (2): 162-169
Yari, L., Aghaalikani M. dan Khazaei F. 2010.
Effect of Seed Priming Duration and
Temperature on Seed Germination
Behavior of Bread Wheat (Triticum
aestivum L.) Seed and Plant
Certification and Registration Resaerch
Institute, Karaj. 5, (1): 1-6

***

101

You might also like