You are on page 1of 7

e-J.

Agrotekbis 2 (3) : 425-431 , Agustus 2016 ISSN : 2338-3011

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI


GIBERELIN (GA3 ) TERHADAP VIABILITAS
BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.)
The Efect of Soking Time and The Concentration of Gibberelin (GA3) of seed
Viability Cacao (Theobroma cacao L.)

Supardy1), Enny Adelina2), Usman Made2)


1)
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu.
E-mail : supardyagrotek@gmail.com
2)
Staf Dosen program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
Jl. Soekarno-Hatta. Km 9 Tondo-Palu 94118. Sulawesi Tengah. Telp. 0451-429738
E-mail : ennyadelina@gmail.com, E-mail : Usman_Made_atjong@yahoo.com

ABSTRACT

Cocoa is one of the national commodity and plays an important role for the economy of
Indonesia, especially in terms of farmer’s income and source of foreign exchange Cocoa seeds are
recalcitrant i.e. prone to drought, sensitive to temperature and humidity. Cacao seeds have no
dormancy, low storage capacity and sensitive to environmental changes. This study aimed to
determine soaking time periods and concentration of gibberellin (GA3) for best cocoa seed
viability. The study was conducted in the Seed Laboratory of Faculty of Agriculture, Tadulako
University from March to April 2016. It was arranged in a Completely Randomized Design with
two factors. The first factor is the time length of soaking i.e. 2 h, 4 h, and 6 h while the second
factor is the concentration of gibberellins i.e. 5 ppm, 10 ppm, and 15 ppm. Thus there were
9 treatment combinations and replicated 3 times resulting in 27 experimental units where each unit
consisting of 20 grains of seed. Data was analyzed using Variance Analysis and then continued
with the Honestly Significant Difference if there is a significant effect. The research results showed
that the interaction effect between the length of time and the gibberellin concentrations is
significant on root length but not significant on germination rate and root volume.

Key Words : Soking time, and gibberellin concentration.

ABSTRACT

Kakao (Theobroma Kakao L.) merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan
berperan penting bagi perkonomian Indonesia, terutama dalam hal pendapatan petani dan sumber
devisa negara. Benih kakao merupakan benih rekalsitran, yaitu benih yang tidak tahan pengeringan,
peka terhdap suhu dan kelembaban. Secara alami benih kakao tidak mempunyai dormansi, berdaya
simpan rendah dan peka terhadap perubahan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
lama perendaman dan konsentrasi giberelin (GA3) yang terbaik terhadap viabilitas benih kakao.
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret sampai April 2016. Bertempat di Laboratorium Benih
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak
Langkap yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama yaitu Lama Perndaman 2 jam, 4 jam, dan 6
jam faktor kedua yaitu Konsentrasi Giberelin 5 ppm, 10 ppm, dan 15 ppm. Dengan demikian
terdapat 9 kombinasi perlakuan dan diulang 3 kali sehingga menghasilkan 27 unit percobaan,
masing-masing unit terdiri atas 20 butir benih. Untuk mengetahui perlakuan yang dicobakan data
dianalisis menggunakan analisis keragaman. Jika perlakuan berpengaruh nyata maka dilakukan Uji
Beda Nyata Jujur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama perendaman dan
konsentrasi giberelin serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap daya
berkecambah, dan lama perendaman berpengaruh nyata pada panjang akar namun tidak nyata pada
kecepatan berkecambah (etmal), dan volume akar

Kata Kunci : Konsentrasi giberelin dan lama perendaman.

425
PENDAHULUAN berakibat pada produksi tanaman yang
rendah. Mutu benih dapat mengalami
Kakao merupakan salah satu kemunduran seiring dengan berjalannya
komoditas andalan nasional dan berperanan waktu dan tidak dapat balik atau irreversibel
penting bagi perekonomian Indonesia, (Jyoti, 2013).
terutama dalam hal pendapatan petani Dasar pemikiran perlakuan benih
dan sumber devisa negara. Produksi kakao sebelum ditanam adalah memobilisasi
saat ini 435.000 ton dengan produksi dari sumber daya internal benih untuk
perkebunan rakyat sekitar 87%. Produksi memperbesar potensi genetik. Jumlah
tertinggi yakni 67% diperoleh dari wilayah kandungan metabolit seperti karbohidrat,
sentra produksi kakao yang berpusat di protein, lemak, asam organik dan hormon
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan akan sangat berpengaruh terhadap fase
Sulawesi Tengah. Awal perluasan areal pertumbuhan karena memberikan bahan
kakao dilakukan sekitar 25 tahun yang makanan dan energi potensial untuk embrio
lalu namun produksinya cenderung terus yang sedang tumbuh.
menurun. Hal ini diduga pertanaman kakao Kandungan endosperma merupakan
di Indonesia telah cukup tua (Suhendy, 2007). faktor internal biji yang berpengaruh
Benih kakao merupakan benih terhadap keberhasilan perkecambahan
rekalsitran, benih rekalsitran adalah benih biji, karena hal ini berhubungan dengan
yang tidak tahan terhadap suhu tinggi atau kemampuan biji melakukan imbibisi dan
dikeringkan, peka terhadap suhu dan ketersediaan sumber energi kimiawi
kelembaban yang rendah (Maemunah, 2009). potensial bagi biji.
Benih mempunyai batasan umur, Pada awal fase perkecambahan, biji
artinya benih akan mengalami penuaan membutuhkan air untuk mulai berkecambah,
dan akhirnya mati. Peristiwa penurunan hal ini dicukupi dengan menyerap air secara
kondisi benih disebut deteroriasi atau imbibisi dari lingkungan sekitar biji. Setelah
kemunduran benih. Indikasi kemunduran biji menyerap air maka kulit biji akan
benih ditandai dengan meningkatnya melunak dan terjadilah hidrasi protoplasma,
kandungan lipid peroksida yang merusak kemudian enzim-enzim mulai aktif, terutama
integritas membran. enzim yang berfungsi mengubah lemak
Upaya meminimalkan peroksidasi menjadi energi melalui proses respirasi
lipid dapat dilakukan melalui modifikasi (Sutopo, 2002).
lipid, perlakuan tekanan oksigen, pemberian Kusumo (1990) berpendapat bahwa
antioksidan dan perlakuan hidrasi-dehidrasi salah satu cara perlakuan menggunakan
(priming). Prinsip priming adalah ZPT adalah dengan cara merendam benih.
mengaktifkan sumber daya yang dimiliki Perendaman ini memungkinkan benih
benih ditambah dengan sumberdaya dari mengalami inbibisi sehingga kadar air benih
luar untuk memaksimumkan perbaikan setelah perendaman akan meningkat dan
pertumbuhan dari hasil tanaman. menstimulir perkecambahan.
Priming akan memberikan Giberellin merupakan senyawa
perbaikan fisiologi, antara lain benih akan diterpenoit. Struktur dasar kimia giberellin
berkecambah lebih cepat dan serempak, adalah kerangka giban dan kelompok
serta dapat meningkatkan persentase karboksil bebas. Terdapat bermacam-
perkecambahannya. (Ilyas, 1995). macam bentuk giberellin yaitu GA1, GA2,
Ketersediaan benih bermutu menjadi GA3, sampai GA52. Zat ini memiliki
hal yang penting untuk kesinambungan sifat-sifat antara lain : berbentuk kristal,
produksi tanaman. Penggunaan benih sedikit larut dalam air, larut dengan bebas
bermutu rendah menyebabkan daya adaptasi alam methanol, ethanol, aseton, dan larut
tanaman di lapang menjadi berkurang, dan sebagian dalam etil asetat (Saut, 2002).

426
Tujuan penelitian untuk Keterangan :
mendapatkan konsentrasi giberelin yang % DB = persentase daya kecambah
lebih baik pada lama perendaman tertentu Σ KN = jumlah kecambah normal
terhadap peningkatan viabilitas benih kakao. Σ TB = jumlah total benih yang
dikecambahkan ( Badan Standar
METODE PENELITIAN Nasional, 2014)
b) Kecepatan berkecambah (% etmal)
Penelitian ini akan dilaksanakan Kecepatan berkecambah dihitung dalam
pada Bulan Maret sampai dengan April satuan etmal (24 jam) dengan rumus
2016 bertempat di Laboratorium Ilmu dan sebagai berikut:
Teknologi Benih Fakultas Pertanian
% 𝑲𝑵𝟏 % 𝑲𝑵𝟐 % 𝑲𝑵𝟕
Universitas Tadulako. Kct = + +... 𝒆𝒕𝒎𝒂𝒍 𝟕
𝒆𝒕𝒎𝒂𝒍 𝟏 𝒆𝒕𝒎𝒂𝒍 𝟐
Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dua faktor. Keterangan :
Faktor pertama yaitu konsentrasi giberelin Kct = kecepatan berkecambah
terdiri dari 3 taraf yaitu, (K1) 5 ppm, (K2) KN = kecambah normal
10 ppm, dan (K3) 15 ppm. Faktor kedua 1 etmal = 24 jam. ( Sutopo, 2004)
lama perendaman (L) yang terdiri dari c) Volume Akar (ml)
3 taraf yaitu perendaman 2 jam (L1), Pengukuran volume akar dilakukan pada
perendaman 4 jam (L2) dan perendaman 6 akhir penelitian 14 Hst. Akar
jam (L3). Terdapat 9 kombinasi perlakuan, dimasukkan kedalam gelas ukur 25 ml
setiap kombinasi perlakuan di ulang 3 kali yang telah berisi air sebanyak 15 ml.
sehingga diperoleh 27 unit percobaan, d) Panjang Akar (cm)
setiap unit percobaan menggunakan 20 butir Pengukuran panjang akar dilakukan
benih sehingga keseluruhan benih yang setelah bibit berumur 14 Hst. Akar diukur
digunakan 540 butir. dari pangkal batang sampai ujung akar
Prosedur pelaksanaan penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Benih kakao dikeluarkan dari buahnya
dengan cara membelah buah kakao secara Hasil sidik ragam pada beberapa
melintang menggunakan pisau. Biji bagian perlakuan yang diamati seperti; daya
ujung dan pangkal buah tidak digunakan. berkecambah, kecepatan berkecambah
Benih kakao yang telah dikeluarkan (etmal), kecepatan berkecambah (rata-rata
dari cangkangnya dibersihkan dari pulpnya hari), Volume akar akar dan panjang akar
mengunakan kain selanjutnya dipisahkan ditampilkan pada Tabel 1 sebagai berikut.
menjadi tiga kelompok dan direndam dalam
larutan giberalin sesuai dengan perlakuan. Daya Berkecambah. Hasil Sidik ragam
menunjukkan bahwa interaksi antara lama
Penanaman benih yang telah
perendaman dan konsentrasi giberelin
direndam kemudian ditanam pada media
berpengaruh nyata terhadap daya kecambah.
tanam pasir dengan cara dibenamkan
Rata-rata daya berkecambah ditampilkan
sedalam 3 cm dengan posisi vertikal, pada Tabel 2.
Variabel Pengamatan yaitu lama perendaman Hasil uji BNJ (Tabel 2)
dan konsentrasi giberelin. Parameter yang menunjukkan bahwa pengaruh lama 2 jam
diamati pada penelitian ini meliputi perendaman berbeda pada konsentrasi 5
daya berkecambah, kecepatan berkecambah, ppm dan 15 ppm, tetapi tidak berbeda pada
volume akar dan panjang akar. konsentrasi 10 ppm. Pada konsentrasi 5
a) Daya berkecambah (%) dengan rumus ppm lama perendaman 2 jam menghasilkan
sebagai berikut : daya berkecambah lebih tinggi dan berbeda
𝐊𝐍 dengan lama perendaman 4 jam tetapi tidak
% DB = x 100%
𝐓𝐁 berbeda dengan lama perendaman 6 jam.
427
Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Berdasarkan Variebel yang Diamati
Perlakuan
Variabel
Konsentrasi Lama Interaksi kedua KK
Pengamatan
Giberelin Perndaman Perlakuan
Daya Berkecambah * * * 3,42 %
Kecepatan
Berkecambah tn tn tn 15,64 %
Volume Akar tn tn tn 23,61 %
Panjang Akar tn * tn 16,91 %
tn
Ket : *) nyata, ) tidak nyata.

Tabel 2. Rata-Rata Daya Berkecambah Benih Kakao Pada Lama Perendaman dan Konsentrasi
Giberalin
Lama Perendaman (jam)
Perlakuan BNJ 0,05
2 4 6
𝑎
5 ppm GA3 100 𝑏𝑞 91,67 𝑝 98,33 𝑏𝑝
10 ppm GA3 99,33 𝑎𝑞 98,33 𝑎𝑞 100 𝑎𝑝 5,64
15 ppm GA3 93,33𝑎𝑝 100 𝑏𝑞 96,67𝑎𝑏
𝑝
BNJ 0,05 5,64
Ket : Rata-rata yang Diikuti Huruf yang Sama pada Baris (a,b) atau Kolom (p,q) yang Sama Tidak
Beda pada Taraf Uji BNJ 5%.

Tabel 3. Rata-rata Panjang Akar Benih Kakao pada Lama Perendaman dan Konsentrasi Giberalin
Lama perendaman (jam)
Perlakuan Rerata BNJ 0,05
2 4 6
5 ppm GA3 6,43 8,33 5,93 6,90
10 ppm GA3 5,37 6,27 6,23 5,96 -
15 ppm GA3 6,90 7,17 4,67 6,25
ab b
Rerata 6,23 7,26 5,61a - 1,56
Ket : Rata-rata yang Diikuti Huruf yang Sama pada Baris yang Sama, Tidak Berbeda pada Taraf Uji
BNJ 5%.

Kemudian pada konsentrasi 10 ppm tidak Volume Akar. Hasil Sidik ragam
berbeda antara lama perendaman 2 jam, 4 menunjukkan bbahwa lama penedaman dan
jam dan 6 jam. Selanjutnya pada konsentrasi konsentrasi giberelin serta interaksi antara
15 ppm lama perendaman 4 jam diperoleh kedua perlakuan tidak berpengaruh terhadap
daya kecambah lebih tinggi berbeda dengan kecepatan berkecambah
lama perendaman 2 jam, tetapi tidak Panjang Akar. Hasil Sidik ragam
berbeda dengan lama perendaman 6 jam. menunjukkan bahwa perlakuan lama
Kecepatan Berkecambah (etmal). Hasil perendaman berpengarauh terhadap panjang
Sidik ragam menunjukan bahwa lama akar, sedangkan konsentrasi giberalin dan
perendaman dan konsentrasi giberalin serta interaksi antara kedua perlakuan tidak
interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh. Rata-rata panjang akar
berpengruh terhadap kecepatan berkecambah. disajikan pada Tabel 3.

428
Hasil uji BNJ (Tabel 3) energi yang berguna untuk aktivitas sel dan
menunjukkan bahwa perendaman 4 jam pertumbuhan (Bewley, 1997).
menghasilkan akar lebih panjang berbeda Proses perombakan cadangan
dengan lama perendaman 6 jam, tetapi tidak makanan (katabolisme) yang akan
berbeda dengan lama perendaman 2 jam. menghasilkan energi dan unsur hara akan
Hasil penelitian menunjukkan diikuti oleh pembentukan senyawa protein.
bahwa adanya interaksi antara lama Untuk pembentukan sel-sel baru pada
perendaman dan konsentrasi giberalin pada embrio akan diikuti proses diferensiasi
pengamatan daya kecambah benih kakao. sel-sel sehingga terbentuk plumula yang
Pada tabel 2 menunjukan bahwa interaksi merupakan bakal batang dan daun serta
antara lama perandaman 2 jam dan radikula yang merupakan bakal akar.
konsentrasi giberalin 5 ppm serta lama Kedua bagian ini akan bertambah
perendaman 4 jam dan konsentrasi giberalin besar sehingga akhirnya benih akan
15 ppm menghasilhan persentase benih berkecambah. Hormon giberelin ini berperan
berkecambah yang lebih tingi dibandingkan sebagai katalisator dalam perubahan pati
interaksi perlakuan lainnya. menjadi glukosa yang oleh benih digunakan
Hal ini disebabkan karena kedua untuk pertumbuhan dan perkembangan
faktor tesebut secara bersama-sama telah embrio menjadi kecambah (Krisnamoorthy,
merangsang aktifitas metabolisme di dalam 1981).
benih sehingga mendukung pertumbuhan Hasil penelitian menunjukkan
dan perkembangan embrio menjadi kecambah. bahwa lama perendaman berpengaruh
Hasil penelitian menunjukan pada terhadap pengamatan panjang akar. pada
perlakuan lama perendaman 2 jam dan tabel 3 menunjukkan lama perendaman 4
konsentrasi giberelin 5 ppm, kemudian lama jam menghasilkan akar yang lebih panjang
perendaman 4 jam dan konsentrasi giberelin dibandingkan lama perendaman 2 jam dan 6
15 ppm, serta lama perndaman 6 jam dan jam. Hal ini diduga bahwa perendaman 4
konsentrasi giberalin 10 ppm memberikan jam proses imbibisi berlangsung lebih
pengaruh interaksi terhadap daya berkecambah. maksimal sehingga munculnya radikula
Fase awal perkecambahan, benih lebih cepat.
membutuhkan air untuk mulai berkecambah, Perlakuan perendaman secara
hal ini dicukupi dengan menyerap air secara langsung merupakan teknik invigorasi
imbibisi dari lingkungan sekitar biji. Setelah benih melalui imbibisi air secara terkontrol.
biji menyerap air maka kulit biji akan Saat ini invigorasi merupakan salah satu
melunak dan terjadilah hidrasi protoplasma, alternatif yang dapat digunakan untuk
kemudian enzim-enzim mulai aktif, terutama mengatasi mutu benih yang berkualitas
enzim yang berfungsi mengubah lemak rendah dengan cara memperlakukan benih
menjadi energi melalui proses respirasi sebelum ditanam dengan mengaktifkan
(Sutopo,2002). kembali metabolisme benih sehingga benih
Bersamaan dengan proses imbibisi siap memasuki fase perkecambahan.
akan terjadi peningkatan laju respirasi Selain proses invigorasi, proses
yang akan mengaktifkan enzim-enzim yang perendaman mengakibatkan keserempakan
terdapat di dalamnya. Aktivitas metabolisme, perkecambahan serta mengurangi tekanan
giberelin yang dihasilkan oleh embrio lingkungan.
ditranslokasikan ke lapisan aleuron sehingga Keserempakan munculnya radikula
menghasilkan enzim -amilase. Selanjutnya akan berpengaruh terhadap keseragaman
enzim tersebut masuk ke dalam cadangan panjang hipokotil, parameter ini selanjutnya
makanan dan mendorong proses perubahan akan menunjukkan keragaman bibit
cadangan makanan yang berupa pati dalam kemampuan mengangkat kotiledon
menjadi gula sehingga dapat menghasilkan (Heydecker, 1973).

429
Interval perendaman biji juga metode perendaman benih cukup efektif
ditunjukkan untuk melihat pengaruh untuk meningkatkan daya berkecambah
fisiologis benih. Pemberian air melalui dan panjang akar tanpa mempengaruhi
perendaman merupakan salah satu upaya viabilitas kecambah kakao. Pada perlakuan
yang dapat dilakukan untuk mempercepat perendaman 2 jam dan 4 jam menghasilkan
munculnya kecambah, namun perendaman daya berkecambah 100%, serta lama
yang berlebihan akan berpengaruh kurang
perendaman 4 jam menghasilkan panjang
baik yakni dapat menyebabkan biji rusak
dan busuk (Angadi dan Entz, 2002). akar sampai dengan 7,26 cm. Sedangkan
Pengaruh lama perendaman dan pada perlakuan konsentrasi giberelin
konsentrasi giberelin yang tidak nyata menghasilkan daya berkecambah 100%
terhadap viabilitas benih kakao pada pada konsentrasi 5 ppm dan 15 ppm.
variabel pengamatan kecepatan (etmal), Saran
kecepatan dan volume akar diduga lama
perendaman yang singkat dan konsentrasi Untuk memperoleh hasil yang
giberalin yang sedikit sehingga tidak maksimal sebaiknya menggunakan lama
memberikan pengaruh nyata pada beberapa perendaman 2 jam dan konsentrasi giberain
pengamatan. Hal ini juga dapat terjadi 5 ppm, selain waktunya yang singkat
karena dua faktor yaitu faktor dalam konsentrasi giberalin yang dibutuhkan
(ukuran benih, berat benih dan tingkat juga sedikit. Perlu dilakukan uji lanjut
kemasakan benih) dan faktor luar (air, suhu, dipembibitan untuk mengkaji viabilitas
oksigen, cahaya dan media tanam). dilapangan.
Benih kakao merupakan benih
rekalsitran yang akan mengalami DAFTAR PUSTAKA
kemunduran pada kadar air dan suhu yang
rendah. Benih tipe ini memiliki ciri-ciri Angadi, S.V dan M.H. Entz (2002). Water Relations
antara lain mampu hidup dalam kadar air of Standar Height and Dwarf Sunflower
tinggi (36-90 %). Penurunan kadar air pada Cultivars. Crop Science. 42. 152-159.
benih tipe ini akan berakibat penurunan
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budaya. Jakarta
viabilitas benihhingga kematian Penelitian : UI Press. Badan Standarisasi Nasional
ini menggunakan perlakuan perendaman (BSN). 2004. Benih. Bogor.
sehingga tidak memberikan pengaruh nyata
pada pengamatan kecepatan berkecambah, Bewley, J.D. (1997). Seed germination and
waktu berkecambah dan volume akar. dormancy. The Plant Cell. 9. 1055–1066.
Proses perkecambahan benih Heydecker, W. (1973). Germination of an Idea:
dipengaruhi oleh faktor genetik dan The Priming of Seeds. School of Agriculture
lingkungan. Perbaikan lingkungan eksternal Research, University of Nottingham,
secara nyata akan mendorong munculnya Nottingham.
radikula sebagai awal proses perkecambahan
benih. Pemunculan kecambah di atas Ilyas, S. 1995. Perubahan Fisiologis dan Biokimia
Benih dalam Proses Seed Conditioning.
permukaan tanah merupakan faktor yang Keluarga Benih. No : 2.
mencerminkan vigor suatu bibit. Untuk
mengetahui perlakuan yang dapat Jyoti, C.P. 2013. Seed Deterioration. International
meningkatkan vigor dilakukan pengamatan Journal of Life Sciences Biotechnology and
terhadap kecambah yang mampu muncul di Pharma Research. 2(3):374-385.
atas permukaan tanah.
Krishnamorthy, H.N. (1981). Pl ant Growth
Subtances. Tata Mc. Graw- Hill Publishing
KESIMPULANDAN SARAN Company Limited. New Delhi.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman.
Kesimpulan Bogor: Cv. Jasaguna

Berdasarkan hasil penelitian Maemunah dan E, Adelina. 2009. Lama


yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Penyimpanan dan Invigorasi Terhadap

430
Vigor Bibit Kakao (Theobroma cacao L.). Suhendy, D., 2007. Rehabilitasi Tanaman Kakao :
Media Litbang Sulteng 2 (1) : 56 – 61 Tinjauan Potensi,Permasasalahan,
Rehabilitasi Tanaman Kakao Di Desa
Saut, L. 2002. Pengaruh Perlakuan Perendaman Primatani Tonggolobibi. Prosiding Seminar
Nasional 2007. Pengembangan Inovasi
Benih Dalam Larutan GA3 dan Pertanian Lahan Marginal. Departemen
Shiimarocks Terhadap Viabilitas Benih Pertanian.
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.),
Terung (Solanum melongena L.) dan Cabai Sutopo, L. (2002). Teknologi Benih. Raja Grafindo
(Capsicum annuum L.). Skripsi. Jurusan Persada. Jakarta.
Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.

431

You might also like