Professional Documents
Culture Documents
Kepatuhan Konsumsi Suplemen Gizi Berbasis Lipid Dosis Kecil Pada Bayi Di Perdesaan, Kabupaten Bangkalan
Kepatuhan Konsumsi Suplemen Gizi Berbasis Lipid Dosis Kecil Pada Bayi Di Perdesaan, Kabupaten Bangkalan
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
2
ABSTRACT
The objective of this study was to assess compliance to small-quantity lipid-based nutrient supplements
(SQ-LNS) and associated factors. The community-based non randomized controlled intervention
was conducted among 117 infants aged six months old in Bangkalan district and received a daily 20
g SQ-LNS (n=58) or three pieces biscuit (n=59) for six months. In SQ-LNS group, the compliance
was 71.7%, 62.7%, 59.3% over one, three, and six-month intervention. The proportion of infant with
compliance as recommended (7 sachets SQ-LNS per week) was 68.6%, 34.3%, 18.6%. In Biscuit group,
the proportion was 96.6%, 92.8%, 91.1% and compliance as recommended (21 pieces per week) was
94.9%, 93.2%, 91.5%. Logistic regression analysis showed that low mother education (OR=3.67;
95%CI:1.14-11.74), food secure household (OR=3.87; 95%CI:1.26-11.88), high household dietary
diversity (OR=3.78; 95%CI:1.20-11.89), and low social economy status (OR=3.81; 95%CI:1.16-
12.56) were significantly associated with compliance of SQ-LNS as recommended. The mean of day and
proportion of recommended daily serving consumed were 3.3 days and 98.8%, in SQ-LNS group; while
in Biscuit group were 3.5 days and 87.2%. Mother reported that side effect of consuming SQ-LNS and
biscuit were children felt bored (60.3%, 13.6%), vomiting (43.1%, 18.6%), suffering diarrhea (15.5%,
1.7%), respectively. The reason of irregular provision of SQ-LNS and biscuit were vomiting at the early
consumption period response, boring, and did not like the smell/taste of SQ-LNS or biscuit. Mother
perceived that the benefit of SQ-LNS and biscuit was increase body immunity, weight gain, appetite, and
child become more active.
ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengkaji kepatuhan konsumsi suplemen gizi berbasis lipid dosis kecil (small-
quantity lipid-based nutrient supplement, SQ-LNS) dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Desain
penelitian adalah community-based non randomized controlled intervention selama 6 bulan. Subjek
berjumlah 117 anak usia 6 bulan di Kabupaten Bangkalan, terbagi atas kelompok subjek yang menerima
20 g SQ-LNS (n=58) dan subjek yang menerima 3 keping biskuit per hari (n=59). Tingkat kepatuhan
konsumsi SQ-LNS sebesar 71,7%; 62,7%; 59,3% selama 1, 3, dan 6 bulan intervensi. Proporsi bayi
dengan kepatuhan sesuai rekomendasi (7 bungkus SQ-LNS per minggu) sebesar 68,6%; 34,3%; 18,6%.
Pada kelompok Biskuit, tingkat kepatuhan konsumsi sebesar 96,8%; 92,8%; 91,1% dengan kepatuhan
sesuai rekomendasi (21 keping per minggu) sebesar 94,9%; 93,2%; 91,5%. Analisis regresi logistik
menunjukkan bahwa pendidikan ibu yang rendah (OR=3,67; 95%CI:1,14-11,74), rumah tangga (RT)
tahan pangan (OR=3,87; 95%CI:1,26-11,88), keragaman pangan RT tinggi (OR=3,78; 95%CI:1,20-
11,89), dan indeks kesejahteraan RT rendah (OR=3,81; 95%CI:1,16-12,56) berhubungan signifikan
dengan kepatuhan SQ-LNS sesuai rekomendasi. Rata-rata hari dan proporsi penyajian harian rekomendasi
adalah 3,3 hari dan 98,8%, pada kelompok SQ-LNS; sementara pada kelompok Biskuit adalah 3,5 hari
dan 87,2%. Ibu melaporkan keluhan mengonsumsi SQ-LNS dan biskuit adalah anak menjadi bosan
(60,3%; 13,6%), muntah (43,1%; 18,6%), mengalami diare (15,5%; 1,7%). Alasan pemberian SQ-LNS
dan biskuit yang tidak rutin karena anak mual atau muntah pada awal mengonsumsi, rasa bosan, dan
tidak suka rasa atau bau SQ-LNS atau biskuit. Ibu percaya manfaatnya dapat meningkatkan daya tahan
tubuh, berat badan, nafsu makan, dan menjadi lebih aktif.
plemen gizi dosis kecil atau small-quantity lipid- Bahan dan alat
based nutrient supplement (SQ-LNS) 1 bungkus Produk intervensi SQ-LNS merupakan se-
per hari @20 g per hari dan biskuit 3 keping @30 lai kacang yang diperkaya dengan vitamin dan
g per hari. Penelitian ini dilakukan di 50 desa dari mineral yang didonasi oleh Nutriset SAS (Ma-
8 kecamatan di Kabupaten Bangkalan, Provinsi launay, Prancis). Satu bungkus SQ-LNS (20 g)
Jawa Timur dari bulan Oktober 2014 sampai bu- mengandung 118 kkal, 2,6 g protein, 12 vitamin
lan Agustus 2015. (Vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, B12, asam fo-
lat, C, D, E, K), 10 mineral (kalsium, tembaga,
Jumlah dan cara pengambilan subjek iodium, zat besi, magnesium, mangan, fosfor,
Subjek adalah bayi dengan kriteria inklusi kalium, selenium, seng), asam linoleat, dan asam
adalah anak usia 6 bulan yang sudah mengon- α-linolenat. Pada kelompok SQ-LNS, subjek
sumsi makanan selain ASI; lahir cukup (>37 bu- menerima satu bungkus SQ-LNS (20 g) setiap
lan); dan berat badan lahir normal (>2.500 g). Ibu hari.
dari calon subjek yang lolos penapisan diberi in- Produk biskuit merupakan program
formasi yang rinci tentang proses penelitian dan pemerintah untuk pemberian makanan tambahan
diminta menandatangani formulir tertulis dari pada anak balita dan disebut Biskuit “MP-ASI”.
persetujuan setelah penjelasan (informed con- Bahan intervensi didonasi oleh Kementerian
sent). Kesehatan Republik Indonesia. Pada kelompok
Perhitungan jumlah subjek minimal pada Biskuit, subjek menerima 3 keping biskuit (30 g
kajian ini dibuat berdasarkan proporsi kepatuhan setiap hari) yang menyumbangkan 135 kkal, 2,4
dari hasil penelitian SQ-LNS sebelumnya dan g protein, 10 vitamin (Vitamin A, B1, B2, B3, B6,
diperoleh rata-rata proporsi kepatuhan sebesar B12, asam folat, D, E, K) dan 6 mineral (kalsium,
88,2% (Adu-afarwuah et al. 2007). Nilai selang iodium, zat besi, fosfor, selenium, seng).
kepercayaan yang ditetapkan adalah 95% dan SQ-LNS dapat diberikan secara langsung
diharapkan presisi 10%. Jumlah subjek minimal atau dicampur ke makanan yang biasa dikonsum-
yang dibutuhkan sebanyak 41 bayi per kelompok. si sehari-hari baik dalam 1 kali pemberian atau
Subjek dibagi ke dalam dua kelompok >1 kali pemberian. Biskuit merupakan makanan
intervensi, yaitu kelompok yang mendapatkan tambahan yang dapat dikonsumsi langsung atau
intervensi suplemen gizi dosis kecil (SQ-LNS) dicampur dengan air atau cairan lainnya. Waktu
20 g per hari dan kelompok yang mendapatkan pemberian SQ-LNS dan biskuit tidak dibatasi,
intervensi biskuit 30 g per hari. Pada tahap awal, tetapi menyesuaikan dengan keinginan dan kesu-
jumlah subjek adalah 164, tetapi total subjek kaan anak. Selama penelitian, semua subjek yang
pada akhir penelitian sebanyak 117 subjek yang terpilih dapat menerima suplemen kapsul vitamin
terdiri atas kelompok SQ-LNS sebanyak 58 bayi A dosis tinggi dari pemerintah secara rutin, vaksi-
dan kelompok Biskuit sebanyak 59 bayi. nasi rutin dan pemantauan pertumbuhan. Seluruh
Jumlah subjek yang tidak dapat melanjut- ibu diminta tetap melanjutkan memberikan ASI
kan penelitian (drop out) sebanyak 27 subjek di sesuai keinginan anak dan memberikan makanan
kelompok SQ-LNS dan 20 subjek di kelompok yang biasa dikonsumsi anak.
Biskuit dengan alasan pindah tempat tinggal ke Tim lapang melakukan kunjungan rumah
daerah lain; ibu menolak untuk melanjutkan ber- setiap bulan untuk mendistribusikan 30 bungkus
partisipasi dengan alasan anak tidak mau, anak SQ-LNS atau 8 bungkus biskuit yang berisi 96
sakit, ibu sibuk; dan tidak menerima intervensi keping pada setiap subjek penelitian, peman-
SQ-LNS atau biskuit lebih dari 3 bulan. Tidak ada tauan konsumsi dengan kuesioner terstruktur,
perbedaan signifikan tingkat drop out dan karak- pengukuran berat badan dan panjang badan, dan
teristik anak, ibu, dan rumah tangga pada kelom- menggali informasi lainnya tentang pengalaman
pok yang drop out maupun yang dapat mengikuti dan keluhan atau kejadian yang tidak diharapkan
penelitian sampai akhir (p>0,05). Kelayakan etik selama mengonsumsi SQ-LNS dan Biskuit. Tim
penelitian ini diperoleh dari komite etik Fakultas lapang memberikan edukasi gizi dan motivasi ke-
Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro pada ibu subjek untuk meningkatkan kepatuhan
dengan sertifikat No. 146/EC/FKM/2014. konsumsi SQ-LNS dan biskuit.
Jenis dan cara pengumpulan data adalah rata-rata konsumsi tujuh sachet SQ-LNS
Data yang dikumpulkan terdiri atas data atau 21 keping biskuit dalam 1 minggu berdasar-
karakteristik anak, ibu, rumah tangga (umur kan laporan ibu. Analisis regresi logistik dilaku-
dan jenis kelamin anak, tingkat pendidikan dan kan untuk melihat pengaruh prediktor terhadap
pekerjaan ibu, pengetahuan gizi ibu, status ke- kepatuhan sesuai rekomendasi. Data pengalam-
tahanan pangan rumah tangga, keragaman pa- an konsumsi SQ-LNS dan biskuit meliputi cara
ngan rumah tangga, indeks kesejahteraan rumah konsumsi, frekuensi pemberian, proporsi yang
tangga); data konsumsi bahan intervensi (jumlah dimakan, hal yang disukai dan tidak disukai, dan
dan hari mengonsumsi SQ-LNS dan biskuit, cara manfaat disajikan dalam bentuk persentase (%).
konsumsi dan catatan keluhan atau hal yang tidak Catatan keluhan ibu subjek ditanyakan dan dikla-
diinginkan selama mengonsumsi SQ-LNS dan sifikasikan sesuai jawaban ibu.
biskuit, pendapat ibu tentang manfaat konsumsi, Pengetahuan gizi diperoleh dengan meni-
serta alasan kesediaan ibu memberikan SQ-LNS lai 10 pertanyaan tentang ASI dan MP-ASI. Skor
dan biskuit pada anak). pengetahuan gizi berada pada kategori rendah
Data penerimaan anak berdasarkan infor- jika nilai<4. Analisis validitas dengan uji product
masi dari ibu subjek tentang jumlah hari, jumlah moment terhadap 10 item pertanyaan semuanya
bungkus, dan porsi SQ-LNS atau biskuit yang berkorelasi nyata (p<0,01) dan terpercaya se-
dikonsumsi. Data pendapat ibu tentang manfaat bagai alat pengumpul data pengetahuan gizi de-
konsumsi dan alasan kesediaan ibu memberikan ngan alpha cronbach’s=0,222. Kategori rumah
SQ-LNS dan Biskuit, dan keluhan yang dira- tangga berdasarkan status ketahanan pangan di-
sakan oleh anak dengan konsumsi SQ-LNS dan peroleh dengan sembilan pertanyaan singkat ten-
Biskuit dikumpulkan menggunakan kuesioner tang akses pangan keluarga yang dikembangkan
terstruktur. oleh Fanta Project. Indeks kesejahteraan rumah
tangga (RT) merupakan nilai komposit dari empat
Pengolahan dan analisis data kepemilikan barang RT (televisi, kulkas, hand-
Pengolahan data dilakukan dengan tahapan phone, dan sepeda motor), jenis lantai rumah,
sebagai berikut (1) pengecekan data kuesioner sumber bahan bakar untuk memasak, dan jenis
dengan enumerator lainnya dan oleh koordinator tempat buang air besar. Nilai maksimum tujuh di-
lapang atau peneliti untuk memastikan keleng- alokasikan dengan tiga kategori berdasarkan ni-
kapan, keakuratan; dan konsistensi; (2) koding lai persentilnya (rendah skor≤ 4, sedang skor=5,
data; (3) entry data; dan (4) cleaning data. Ana- dan tinggi skor≥6). Data morbiditas dikumpulkan
lisis data dilakukan dengan menggunakan IBM® setiap bulan meliputi gejala demam, pilek/batuk,
SPSS®, versi 20.0 (IBM Corp. NY, USA). dan diare. Variabel yang berhubungan dengan
Perbedaan rata-rata jumlah SQ-LNS dan tingkat kepatuhan konsumsi dianalisis dengan
biskuit yang dikonsumsi subjek antar kelom- regresi logistik.
pok diuji dengan independent t-test dan analisis
perbedaan setiap kelompok berdasarkan waktu HASIL DAN PEMBAHASAN
pengukuran dilakukan dengan Anova. Perbedaan
proporsi berdasarkan kategori dilakukan dengan Karakteristik subjek, ibu, dan rumah tangga
uji chi-square. Latar belakang karakteristik subjek, ibu,
Kepatuhan diukur sebagai tingkat kepatuh- dan rumah tangga pada kedua kelompok per-
an tinggi dan kepatuhan sesuai rekomendasi. lakuan tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).
Tingkat kepatuhan dihitung berdasarkan proporsi Pada subjek di kelompok SQ-LNS dan Biskuit,
jumlah SQ-LNS dan biskuit yang dikonsumsi rata-rata umur adalah 6,4±0,3 bulan dan 6,3±0,3
dibandingkan dengan jumlah SQ-LNS dan biskuit bulan dengan proporsi jenis kelamin laki-laki
yang direkomendasikan untuk dikonsumsi sela- sebesar 56,9% (n=33) dan 47,5% (n=28). Rata-
ma penelitian berdasarkan laporan ibu. Kepatuh- rata lama ibu menempuh pendidikan sebesar
an dihitung selama 1, 3, dan 6 bulan intervensi. 7,1±3,3 tahun dan 7,2±3,4 tahun dengan proporsi
Proporsi kepatuhan dikategorikan sebagai tingkat ibu tidak bekerja atau ibu rumah tangga sebanyak
kepatuhan tinggi (≥70%) dan tingkat kepatuhan 89,7% (n=52) dan 86,4% (n=51) pada kelompok
rendah (<70%). Kepatuhan sesuai rekomendasi SQ-LNS dan kelompok Biskuit.
Rumah tangga dengan kategori rawan dan 6 bulan intervensi. Hal ini lebih kecil dari
pangan lebih tinggi pada kelompok Biskuit hasil studi LNS di Ghana sebesar 88,2% (Adu-
dibandingkan kelompok SQ-LNS sebesar afarwuah et al. 2007), di Malawi sebesar 71,6%
67,9% (n=40) dan 53,4% (n=31). Kategori RT (Maleta et al. 2015), dan 97,0% di Haiti (Iannoti
dengan keragaman pangan sedang dan tinggi et al. 2014). LNS berbahan kacang tanah meru-
atau mengonsumsi minimal empat kelompok pakan jenis makanan selain ASI yang baru di
pangan sebesar 94,8% (n=55) dan 98,3% (n=58) Indonesia baik bagi ibu maupun anak dan mem-
pada kelompok SQ-LNS dan Biskuit. Indeks berikan respons atau reaksi pada awal pemberian.
kesejahteraan RT pada kelompok SQ-LNS Berbeda di Negara Ghana dan Malawi, makanan
(29,3%) dan kelompok biskuit (35,6%) tergolong berbasis kacang sudah biasa dikonsumsi dan
rendah (skor≤ 4). menjadi salah satu intervensi untuk anak kurang
gizi. Sementara biskuit menjadi makanan kuda-
Kepatuhan konsumsi SQ-LNS dan biskuit pan atau utama pada bayi setelah 6 bulan. Hal
Rata-rata total SQ-LNS yang dikon- ini menjadi salah satu alasan perbedaan tingkat
sumsi subjek penelitian selama 6 bulan sebesar kepatuhan LNS dan biskuit pada penelitian ini.
100,5±42,7 bungkus dari 180 bungkus yang di- Kepatuhan konsumsi biskuit selama 1
rekomendasikan (55,8%). Hal ini setara dengan bulan intervensi pertama adalah 96,6%±2,0%
0,56 bungkus per hari atau 11,2 g per hari. Sum- (95%CI:92,7-100%) dan 3 bulan adalah
bangan energi dan protein dari rata-rata konsumsi 92,8%±1,8% (95%CI:89,3-96,4%). Sementara
SQ-LNS sebesar 66 kkal per hari (9,11% AKG) selama 6 bulan intervensi, kepatuhan menca-
dan 1,5 g per hari (8,33% AKG). Pada kelompok pai 91,1%±1,9% (95%CI:87,3%-94,8%) na-
Biskuit, rata-rata total biskuit yang dikonsumsi mun tidak berbeda signifikan selama penelitian
subjek 495,7 bungkus dari 540 bungkus yang di- (p>0,05). Hasil ini lebih besar dari kepatuhan
rekomendasikan selama 6 bulan (91,8%). Hal ini konsumsi biskuit yang disubsitusi ikan gabus,
setara dengan 2,75 keping atau 27,54 g per hari. blondo, beras merah dengan waktu intervensi
Sumbangan energi dan protein dari rata-rata kon- yang sama sebesar 70,0% (Widodo 2015).
sumsi biskuit sebesar 124 kkal per hari (17,09% Proporsi subjek dengan kepatuhan kon-
AKG) dan 2,2 g per hari (12,22% AKG) dan le- sumsi SQ-LNS dengan kategori tinggi (≥70%)
bih tinggi pada kelompok Biskuit dibandingkan sebesar 69,0% (n=40); 53,4% (n=31); dan 39,7%
kelompok SQ-LNS. (n=22) selama 1, 3, dan 6 bulan bulan intervensi.
Tingkat kepatuhan konsumsi SQ-LNS dan Subjek yang menerima biskuit dengan kategori
Biskuit berdasarkan masa intervensi dapat dilihat kepatuhan tinggi sebesar 96,6% (n=57); 96,6%
pada Gambar 1. Proporsi kepatuhan LNS menu- (n=57); dan 89,8% (n=53) selama 1, 3, dan 6 bu-
run seiring lama intervensi yaitu 71,7%±3,1% lan bulan intervensi. Kepatuhan sesuai rekomen-
(95%CI:65,5-78,0%) selama 1 bulan intervensi dasi dengan mengonsumsi SQ-LNS sebanyak 7
menjadi 62,7%±3,0% (95%CI:56,7-68,7%) dan bungkus per minggu selama 1 bulan intervensi
59,3%±3,0% (95%CI:53,2-65,4%) selama 3 sebesar 65,5% (n=38). Sementara selama 3 bulan
120
96,6 92,8
100 91,1
80 71,7
Proporsi (%)
62,7 59,3
60
40
20
0
SQ-LNS Biskuit
dan 6 bulan intervensi, kepatuhan SQ-LNS sesuai faktor-faktor yang secara signifikan berhubung-
rekomendasi sebesar 39,7% (n=23) dan 20,7% an dengan kepatuhan SQ-LNS sesuai reko-
(n=12). Pada kelompok Biskuit, subjek dengan mendasi adalah pendidikan ibu yang rendah
kepatuhan rekomendasi 21 keping per minggu (OR=3,67; 95%CI:1,14-11,74), RT tahan pa-
sebesar 94,9% (n=56); 93,2% (n=55); dan 91,5% ngan (OR=3,87; 95%CI:1,26-11,88), keragaman
(n=54) selama 1, 3, dan 6 bulan intervensi. pangan RT tinggi (OR=3,78; 95%CI:1,20-11,89),
Tingkat kepatuhan konsumsi SQ-LNS dan indeks kesejahteraan RT rendah (OR=3,81,
dan proporsi kepatuhan tinggi selama 1 bulan 95%CI:1,16-12,56). Karakteristik rumah tangga
dan 3 bulan intervensi tidak berbeda signifikan sangat berpengaruh terhadap kepatuhan sesuai
(p=0,093) dan (p=0,072). Namun terdapat per- rekomendasi, kemudahan akses pangan di rumah
bedaan signifikan tingkat konsumsi SQ-LNS dan tangga yang dapat dilihat dari status RT yang
proporsi kepatuhan tinggi selama 1 bulan dan 6 tahan pangan dengan keragaman pangan yang
bulan (p=0,013) dan (p=0,003). Tingkat konsum- dikonsumsi tinggi memberikan peluang untuk
si biskuit dan proporsi kepatuhan tinggi selama 1, kepatuhan sesuai rekomendasi. Hal ini karena in-
3, dan 6 bulan intervensi tidak berbeda signifikan formasi dari ibu sebagian besar SQ-LNS dikon-
(p=0,105) dan (p=0,104). sumsi dengan makanan yang biasa dikonsumsi.
Pada kelompok SQ-LNS, proporsi subjek Namun, pada indikator indeks kesejahteraan RT
dengan kepatuhan sesuai rekomendasi berbeda rendah dan pendidikan ibu yang rendah mem-
signifikan selama 1 bulan dan 3 bulan intervensi berikan peluang terhadap kepatuhan yang lebih
(p=0,005) dan selama 3 bulan dan 6 bulan in- tinggi. Pada anak laki-laki cenderung 1,38 kali
tervensi (p=0,027). Sementara konsumsi biskuit mengonsumsi SQ-LNS sesuai rekomendasi,
tidak ada perbedaan signifikan kepatuhan sesuai anak yang tidak kurus sebesar 1,75 kali, anemia
rekomendasi selama 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bu- sebesar 2,81 kali, dan ibu tidak bekerja sebesar
lan intervensi (p=0,765). 2,31 kali namun tidak berbeda secara statistik
(p>0,05).
Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
konsumsi suplemen gizi Pengalaman konsumsi SQ-LNS dan Biskuit
Tingkat kepatuhan konsumsi biskuit se- Informasi dari ibu subjek tentang peneri-
lama 6 bulan sangat tinggi (>90%). Sementara maan dan pengalaman mengonsumsi SQ-LNS
tingkat kepatuhan konsumsi SQ-LNS cukup ber- dan biskuit disajikan pada Tabel 2. Tidak ada per-
variasi. Tabel 1 menunjukkan analisis bivariat bedaan rata-rata jumlah hari mengonsumsi SQ-
dari kepatuhan konsumsi SQ-LNS yang sesuai LNS dan biskuit per minggu, yaitu 3,3±1,8 hari
rekomendasi dan faktor-faktor yang berhubung- dan 3,5±1,8 hari pada kedua kelompok (p>0,05).
an. Sementara proporsi jumlah SQ-LNS dan biskuit
Variabel kovariat yang memungkinkan yang dikonsumsi berdasarkan rekomendasi (SQ-
berhubungan dengan kepatuhan konsumsi adalah LNS 1 sachet per hari dan biskuit 3 keping per
karakteristik demografi (jenis kelamin anak, hari) lebih besar dan berbeda signifikan pada ke-
pendidikan dan pekerjaan ibu), status gizi anak lompok SQ-LNS (98,8%) dibandingkan kelom-
(wasting dan anemia), status morbiditas anak pok biskuit (87,2%) (p=0,004).
(ISPA dan diare), status sosial ekonomi keluarga Pada subjek penelitian yang mengonsumsi
(RT rawan pangan, keragamanan pangan rumah biskuit 100% dari rekomendasi sajian lebih besar
tangga, indeks kesejahteraan RT). Analisis biva- (88,1%) dan signifikan dibandingkan subjek yang
riat dengan uji chi-square dilakukan untuk me- mengonsumsi SQ-LNS (48,3%), p=0,000. Cara
lihat hubungan antara variabel kovariat dengan subjek mengonsumsi SQ-LNS dengan dimakan
kepatuhan konsumsi sesuai rekomendasi. langsung (40,8%) atau dicampur ke makanan
Pada analisis bivariat menunjukkan per- (59,2%). Sementara anak yang mengonsumsi
bedaan signifikan secara statistik (p<0,05) an- biskuit dengan dimakan langsung sebesar 88,1%.
tara subjek yang mengonsumsi SQ-LNS se- Ibu melaporkan keluhan dalam mengon-
suai rekomendasi dan tidak sesuai rekomendasi sumsi SQ-LNS adalah bosan (60,3%), mual atau
pada variabel pendidikan ibu (p=0,029), status muntah (43,1%), tidak suka bau/rasa (17,2%),
ketahanan pangan RT (p=0,018), keragaman mengalami diare (15,5%), dan anak demam/
pangan RT (p=0,023), dan indeks kesejahtera- batuk/pilek (13,3%), sementara keluhan yang
an RT (p=0,028). Hasil analisis regresi logistik,
disampaikan ibu dari anak yang mengonsumsi Pendapat ibu tentang manfaat konsumsi SQ-
biskuit adalah mual atau muntah (18,6%), bosan LNS dan Biskuit pada bayi
(13,6%), anak tidak suka bau/rasa (6,8%), anak Pemberian suplemen gizi berbasis lipid
demam/batuk/pilek (6,8%), dan diare (1,7%). dengan bahan dasar kacang yang difortifikasi
Alasan pemberian SQ-LNS dan biskuit merupakan makanan baru untuk anak usia 6-12
yang tidak rutin karena anak mual atau muntah bulan di masyarakat. Hal ini berbeda dengan
pada awal mengonsumsi, rasa bosan, dan ti- biskuit yang sudah dikenal dan menjadi alternatif
dak suka rasa atau bau SQ-LNS atau biskuit. makanan pada bayi. Penerimaan ibu dilihat dari
J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2016 121
Muslihah dkk.
respons ibu terhadap pertanyaan terbuka tentang Kekuatan penelitian ini antara lain pendis-
alasan kesediaan ibu memberikan dan pendapat tribusian dan pemantauan konsumsi suplemen
manfaat dari konsumsi SQ-LNS dan biskuit pada gizi berbasis lipid dosis kecil dan biskuit dilaku-
bayi dari jawaban berulang pada pemantauan bu- kan oleh tim lapang setiap bulan untuk menjamin
lanan selama 3 bulan sampai 6 bulan intervensi. bahan intervensi langsung diterima subjek pene-
Alasan kesediaan ibu memberikan SQ- litian dan pengukuran antropometri, wawancara
LNS pada anak adalah mudah diberikan (80,0%) dengan kuesioner terstruktur dilakukan oleh enu-
dan kaya vitamin dan mineral (61,4%). Sementa- merator terlatih dan kompeten dengan latar pen-
ra pada kelompok Biskuit, ibu melaporkan alasan didikan gizi.
kesediaan memberikan pada subjek adalah mudah Kelemahan penelitian ini adalah pengalo-
diberikan (89,9%) dan kaya vitamin dan mineral kasian subjek penelitian ke kelompok intervensi
(72,2%). Ibu percaya manfaat konsumsi SQ-LNS tidak dilakukan secara acak dan pengukuran
pada anak adalah meningkatkan daya tahan tu- tingkat kepatuhan konsumsi tidak dapat divalida-
buh (44,3%), anak menjadi lebih aktif dan pintar si dengan metode pencatatan konsumsi di kalen-
(34,3%), meningkatkan berat badan (31,4%), dan der konsumsi yang disediakan. Menghitung data
meningkatkan nafsu makan (30,0%). Sementara yang hilang atau dikonsumsi dapat menghasilkan
pendapat ibu tentang manfaat konsumsi biskuit informasi kepatuhan tinggi dan menimbulkan ke-
pada anak adalah meningkatkan berat badan anak biasan data dengan kemungkinan berbagi pada
(75,9%), meningkatkan nafsu makan (44,3%) anggota keluarga atau orang lain (Appelgren et
dan daya tahan tubuh (42,3%), serta anak men- al. 2010).
jadi lebih aktif dan pintar (31,6%).