You are on page 1of 7

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.

) VIII (2): 266-272 ISSN: 0853-6384 266

Full Paper

PENGARUH PENGOLAHAN DENGAN MICROWAVE TERHADAP KANDUNGAN ASAM


LEMAK OMEGA-3 FILET IKAN KEMBUNG

THE EFFECTS OF COOKING BY MICROWAVE OVEN TO THE DESTRUCTION OF


OMEGA-3 FATTY ACID OF SCAD FILLETS

Laras Rianingsih*), Siti Ari Budhiyanti*)♠), dan Nurfitri Ekantari*)

Abstract

The effects of cooking by microwave oven on the moisture content, lipid content, iodine
value, and omega-3 fatty acid composition of scad fish (Rastrelliger sp.) fillets were
determined. The objective of the study was to find the effect of cooking by microwave oven
in the fillet. The scad fish fillets were cooked by different power level and times. The
moisture content, lipid content, iodine value, EPA and DHA of flesh were changed by
cooking. Cooking by microwave oven decreased EPA and DHA composition. The
decreasing of EPA are 6.53%, 15.97%, and 27,69%, respectively for 1/3 cooked, 2/3
cooked, and well cooked at high power level, and 31.21%; 46.37% and 75.91% at medium
high power level. Meanwhile, the decresing of DHA were not significantly different
compared to the control. Treatment of 1/3 cooked, 2/3 cooked, and well cooked at high
power level resulting to the DHA reduction of 1.32 %, 7.52 %, and 9.63 %, respectively,
whereas at medium high power level, DHA reduction were 8.09 %, 20.18 % and 23.32 %
respectively. The decreasing of EPA and DHA were enhanced by a longer time of cooking.
Cooking with high power lever was better than medium high power level.

Key words : EPA, DHA, microwave oven, Rastrelliger sp.

Pengantar (1982) cit. Sunarya & Mufidah (1994)


mengklasifikasikan adanya 3 jenis asam
Ikan merupakan hasil perikanan yang lemak penyusun lemak dalam ikan yaitu
lebih banyak dikenal masyarakat daripada asam lemak jenuh, asam lemak tidak
hasil perikanan lainnya. Pada daging ikan jenuh dengan satu ikatan rangkap dan
dapat dijumpai senyawa-senyawa yang asam lemak dengan lebih dari satu ikatan
sangat berguna bagi manusia yaitu rangkap. Asam lemak yang memberikan
protein, lemak, karbohidrat (sedikit), nilai gizi yang tinggi, antara lain asam
vitamin dan mineral (Hadiwiyoto 1993). lemak omega-3 Eicosa Pentaenoic Acid
Dibanding sumber lemak lain, ikan (EPA C20 : 5 ω3) dan Docosa Hexaenoic
mempunyai keunggulan antara lain Acid (DHA C22 : 6 ω 3). EPA penting
mengandung asam lemak tidak jenuh dalam menjaga kadar kolesterol darah
dalam porsi besar, memiliki sejumlah dan DHA sangat berhubungan dengan
besar asam lemak rantai panjang, penglihatan dan kecerdasan. Kandungan
mengandung asam lemak berikatan asam lemak omega-3 pada ikan kembung
rangkap jamak khususnya omega-3 dan sekitar 8,5 g/100g daging dengan
omega-6, dan memiliki variasi senyawa kandungan EPA 0,93 g/100g daging dan
lemak yang besar (Bligh et al.,1982 cit. DHA 5,7 g/100g daging (Sumardi et al.,
Heruwati & Murniyati, 1996). Ackman 1996).

*)
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jl. Flora, Bulaksumur, Yogyakarta 55218.
Telp/fax : (0274) 551218
♠)
Penulis untuk korespondensi, E-mail: sitabudhiyanti@yahoo.com
267 Rianingsih et al., 2006

Pengolahan ikan kembung yang paling dibawahnya jika waktu pemasakannya


umum adalah pengolahan menggunakan singkat.
suhu tinggi dengan penambahan garam
sebagai bumbu, seperti penggorengan, Berdasarkan hal tersebut di atas,
pembakaran, pengukusan, dan diperkirakan pemasakan dengan
pemindangan atau perebusan. Suhu microwave dapat mengurangi kerusakan
pengolahan berkisar 100-140oC, dengan asam lemak omega-3 selama proses
suhu internal daging berkisar 80-110oC pemasakan, dan perlu dilakukan
(Sumardi et al., 1996). Dalam Budhiyanti penelitian untuk mengetahui seberapa
(2001) disebutkan bahwa kandungan total jauh terjadinya perubahan komposisi
EPA dan DHA secara umum asam lemak omega-3 selama pemasakan
menunjukkan bahwa proses pengolahan dengan microwave.
(penggorengan, pembakaran, perebusan
dan pengukusan ) dan penggaraman Bahan dan Metode
menyebabkan terjadinya penurunan
kandungan total EPA dan DHA dalam Bahan yang digunakan dalam penelitian
daging ikan. Penurunan itu sebesar ini adalah ikan kembung (Rastrelliger sp.)
42.90%, 44.60%, 49.30% dan 95.00% dry yang diperoleh dari pasar Bantul. Alat
basis (db) untuk proses pembakaran, yang digunakan antara lain pisau,
pengukusan, perebusan dan telenan, microwave (National, NN-S557
penggorengan dibandingkan dengan ikan WF), alat untuk analisa kadar air, kadar
segar. lemak, komposisi asam lemak dan angka
Iod.
Mai et al. (1980) menemukan bahwa
pemasakan dengan microwave tidak Metode yang digunakan dalam penelitian
mengubah komposisi asam lemak dalam ini adalah Rancangan Acak Lengkap
daging ayam, sapi dan babi, sedangkan dengan 7 perlakuan dan 3 kali ulangan.
pada filet trout ditemukan ada sedikit Data yang diperoleh dianalisa
perubahan pada asam lemaknya. menggunakan anova dengan α 5%, jika
Microwave menghasilkan makanan didapat beda nyata dilanjutkan dengan uji
dengan nilai organoleptik dan nutrisi yang LSD (least significant different).
tinggi. Institute of Food Technologists
(1987) melaporkan bahwa kadar vitamin Pertama ikan difilet, dicuci dan ditimbang
dalam makanan yang diolah dengan 120 gram. Berat yang digunakan adalah
microwave mengalami penurunan yang 120 gram karena diperkirakan dengan
lebih kecil dibandingkan dengan berat itu kebutuhan sampel untuk analisis
pemasakan secara konvensional karena kimia sudah tercukupi. Setelah itu sampel
waktu pemasakan menjadi lebih singkat. ikan dimasak dalam microwave, sesuai
Akan tetapi hal ini dipengaruhi oleh waktu waktu pemasakan filet hingga matang
pemasakan, suhu internal, tipe produk, pada hasil penelitian pendahuluan, yaitu
ukuran dan tipe oven. Selain itu 72 detik pada power level high (100 %
pemasakan dengan microwave tidak power) dan 102 detik pada power level
memerlukan medium. Menurut Sumardi et medium high (75 % power). Dari waktu
al. (1996) adanya suhu tinggi dan medium tersebut dibagi menjadi 3 titik yaitu 1/3
menyebabkan terjadinya dehidrasi yang matang, 2/3 matang dan matang. Untuk
cukup besar dari jaringan daging dan air power level high filet dimasak pada 24
yang keluar menguap selama proses detik (1/3 matang), 48 detik (2/3 matang)
pemasakan. Menurut Institute of Food dan 72 detik (matang), sedangkan untuk
Technologists (1987) semakin tinggi power level medium high filet dimasak
power level microwave akan pada 34 detik (1/3 matang), 68 detik (2/3
menghasilkan mutu produk yang lebih matang) dan 102 detik (matang).
baik dibandingkan power level

Copyright©2006, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (2): 266-272 ISSN: 0853-6384 268

Pengamatan yang dilakukan meliputi Kadar air perlakuan high matang (filet
analisis kadar air dengan metode dimasak selama 72 detik), berbeda nyata
thermogravimetri (Sudarmadji et al.,1996), dengan kontrol. Hal ini terjadi karena filet
kadar lemak dengan metode soxhlet dimasak dengan waktu paling lama atau
(Sudarmadji et al.,1996), angka Iod sampai matang, sehingga suhunya pun
(Sudarmadji et al.,1996), dan komposisi tinggi dan penguapan air relatif paling
asam lemak omega-3 dengan besar. Kadar air menurun sebesar 2,21%
kromatografi gas (Adnan, 1997). Pada dibandingkan dengan kontrol. Kadar air
analisa asam lemak omega-3, mula-mula perlakuan medium high matang, tidak
lemak sampel diekstraksi dengan berbeda nyata dengan kontrol karena
kloroform-metanol (2:1), dengan mempunyai suhu yang lebih rendah
perbandingan sampel dan pelarut adalah dibanding perlakuan high matang,
1 : 20, selanjutnya dilakukan esterifikasi sehingga penguapan yang terjadi pun
dengan penambahan heksan dan 2 N lebih kecil.
larutan KOH-metanol. Supernatan yang
diperoleh kemudian dianalisa dengan Persentase penurunan kadar air pada
kromatografi gas Shimadzu GC 9 AM high 1/3 matang dan high 2/3 matang
dengan detektor FID, gas pembawa N2, lebih kecil daripada medium high 1/3
dan kolom DEGS. Suhu kolom diatur matang dan medium high 2/3 matang
o o
190 C, injektor 240 C, dan detektor (Tabel 1). Hal ini terjadi karena pada level
o
300 C. high kenaikan suhu terjadi dengan cepat,
sehingga filet lebih cepat mencapai
Hasil dan Pembahasan tingkat kematangan. Selain itu, karena
waktu terjadinya penguapan kadar air
Kadar air singkat maka persentase penurunan
Kadar air filet ikan kembung hasil kadar air lebih kecil daripada medium high
pemasakan dengan microwave secara yang memerlukan waktu lebih lama untuk
umum tidak berbeda nyata (α = 5%) mencapai tingkat kematangan yang
dibanding kontrol. Hal ini disebabkan sama. Sedangkan perlakuan matang
singkatnya waktu pemasakan dan juga pada power level high mempunyai
rendahnya suhu internal produk (± 70ºC). persentase penurunan kadar air yang
Kadar air pada filet yang dimasak dengan lebih besar daripada medium high. Hal ini
microwave pada power level high dan menunjukkan bahwa pemasakan dengan
medium high mengalami penurunan power level high mula-mula lebih dapat
seiring dengan bertambahnya waktu mempertahankan kandungan kadar air
pemasakan (Tabel 1). Apabila kadar air daripada medium high, akan tetapi
level high dan medium high dibandingkan semakin lama waktu pemasakan dengan
pada tingkat kematangan yang sama power level medium high lebih bisa
tidak didapati perbedaan yang nyata. mempertahankan kadar air.

Tabel 1. Kadar air (%) filet ikan kembung segar dan hasil olahan dengan microwave
Penurunan
No Perlakuan Kadar air (%)*
kadar air (%)
1. Kontrol 72,86 a
2. High 1/3 matang 72,72 a 0,19
3. High 2/3 matang 72,25 ab 0,84
4. High matang 71,25 b 2,21
5. Medium high 1/3 matang 72,56 a 0,41
6. Medium high 2/3 matang 71,91 ab 1,30
7. Medium high matang 71,72 ab 1,56
Keterangan : huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata
pada α = 5%, * : rata-rata dari 3 ulangan
269 Rianingsih et al., 2006

Kadar lemak lemak perlakuan medium high 1/3 tidak


Hasil penelitian secara umum berbeda nyata dengan kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar lemak filet terjadi karena suhu masih rendah,
ikan kembung hasil pengolahan sehingga kerusakan lemak akibat panas
mengalami penurunan jika dibandingkan (thermal degradation) masih kecil. Selain
filet ikan kembung segar (Tabel 2). Kadar itu perlakuan medium high 1/3 ini adalah
lemak filet hasil pengolahan berkisar 9,85- perlakuan dengan waktu tersingkat di
12,16 % (db). power level medium high.

Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat Persentase penurunan kadar lemak


penurunan kadar lemak secara nyata semakin bertambah dengan
(p<0,05) pada semua perlakuan, kecuali bertambahnya waktu pemasakan, hal ini
pada perlakuan medium high 1/3 yaitu sesuai dengan Ketaren (1986) yang
filet yang dimasak pada power level menyatakan bahwa lama waktu
medium high selama 34 detik yang pemanasan berpengaruh pada besarnya
mengalami penurunan kadar lemak oksidasi. Jika persentase penurunan
sebesar 19,30 %. Penurunan kadar lemak kadar lemak dibandingkan antara
yang rendah ini disebabkan karena perlakuan high dan medium high akan
rendahnya suhu pemasakan dan terlihat bahwa perlakuan high
singkatnya waktu proses pemasakan. menghasilkan penurunan kadar lemak
yang lebih besar. Hal ini terjadi karena
Penurunan kadar lemak pada semua suhu di perlakuan high lebih tinggi
perlakuan jika dibandingkan dengan daripada medium high sehingga
control, dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu kerusakan akibat panas (thermal
tinggi lemak dalam jaringan akan mencair degradation) juga lebih besar.
dan ikut keluar bersama air sehingga
akan menurunkan kandungan lemaknya. Angka iod
Menurut Ketaren (1986), kecepatan Angka iod hasil pemasakan dengan
oksidasi lemak akan bertambah dengan microwave berkisar 7,39-7,99 (cg iod/g
kenaikan suhu. Kadar lemak pada filet daging), sedangkan kontrol adalah 8,38
yang dimasak dengan microwave pada (cg iod/g daging) (Tabel 3). Persentase
power level high dan medium high penurunan kadar iod filet ikan kembung
mengalami penurunan seiring dengan hasil pemasakan dengan microwave
bertambahnya waktu pemasakan (Tabel adalah 4,67% (high 1/3); 8,15% (high
2) dan menghasilkan perbedaan yang 2/3); 11,82% (high matang); 10,09%
nyata dengan kontrol pada semua (medium high 1/3); 11,66% (medium high
perlakuan kecuali medium high 1/3. Kadar 2/3); dan 11,81% (medium high matang).

Tabel 2. Kadar lemak (% db) filet ikan kembung segar dan hasil olahan dengan microwave
Penurunan kadar
No. Perlakuan Kadar lemak (%)*
lemak (%)
1. Kontrol 15,07 a
2. High 1/3 matang 11,21 b 25,60
3. High 2/3 matang 10,08 b 33,09
4. High matang 9,85 b 34,64
5. Medium high 1/3 matang 12,16 ab 19,30
6. Medium high 2/3 matang 11,20 b 25,71
7. Medium high matang 11,08 b 26,46
Keterangan : huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada
α = 5%, * : rata-rata dari 3 ulangan.

Copyright©2006, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (2): 266-272 ISSN: 0853-6384 270

Tabel 3. Kadar iod (cg iod/g daging) filet ikan kembung segar dan hasil olahan dengan
microwave
Kadar iod* Penurunan
No Perlakuan
(cg iod/g daging) kadar iod (%)
1. Kontrol 8,38a
2. High 1/3 matang 7,99 ab 4,67
3. High 2/3 matang 7,70 ab 8,15
4. High matang 7,39 b 11,82
5. Medium high 1/3 matang 7,53 ab 10,09
6. Medium high 2/3 matang 7,41 b 11,66
7. Medium high matang 7,39 b 11,81
Keterangan : huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata
pada α = 5%, * : rata-rata dari 3 ulangan.

Hasil penelitian angka iod filet ikan dengan kontrol karena suhu tinggi belum
kembung hasil pemasakan dengan tercapai, sehingga kerusakan ikatan
microwave tidak berbeda nyata, namun rangkap belum terlalu besar. Hal ini juga
berbeda nyata jika dibandingkan dengan ditunjukkan oleh kecilnya penurunan
kontrol. Hal ini berarti perubahan ikatan kadar lemak total pada perlakuan ini, yaitu
rangkap dalam produk sangat kecil. sebesar 25,60% dan 19,30%. Perlakuan
Angka Iod menunjukkan derajat high 2/3 juga menunjukkan tidak berbeda
ketidakjenuhan lemak yang ada dalam nyata dengan kontrol walaupun
suatu produk. Semakin kecil angka Iod penurunan kadar lemak totalnya relatif
menunjukkan kecilnya ikatan rangkap tinggi yaitu 33,09%. Hal ini mungkin
yang ada. Jadi semakin kecil angka Iod terjadi karena kerusakan yang terjadi
menunjukkan semakin berkurangnya tidak pada ikatan rangkap dan karena
ikatan rangkap dalam bahan atau singkatnya waktu pemanasan atau
semakin berkurangnya asam lemak tidak pemasakan. Perlakuan high matang,
jenuh dalam bahan yang diantaranya medium high 2/3 dan medium high
adalah EPA dan DHA. matang mempunyai angka iod yang
berbeda nyata dengan kontrol, yang
Menurut Heruwati & Murniyati (1996), berarti penurunan angka iod yang terjadi
lipolisis dipengaruhi oleh panas, cahaya, cukup signifikan. Hal ini terjadi karena
logam dan oksigen. Pemasakan dengan suhu yang semakin tinggi menyebabkan
microwave menghasilkan suhu internal kerusakan lemak total semakin tinggi,
produk yang relatif lebih rendah (70º C) yaitu sebesar 34,66%; 25,71% dan
daripada proses lain yaitu penggorengan 26,46%.
138-140ºC, perebusan 105-109ºC,
pengukusan 105-108ºC, dan pembakaran Perlakuan high matang dan medium high
180-190ºC (Budhiyanti 2001). Selain itu matang pada kondisi akhir pemasakan
waktu proses juga lebih singkat yaitu 72 menghasilkan produk yang mempunyai
detik pada power level high dan 102 detik angka iod tidak berbeda nyata,
pada power level medium high, sedangkan pada perlakuan 1/3 dan 2/3
sedangkan proses pemasakan lain (high dan medium high) penurunan kadar
memerlukan waktu sekitar 20 menit untuk iod lebih banyak terjadi pada medium
mematangkan produk. high. Hasil ini menunjukkan bahwa
penurunan kadar iod pada keadaan 1/3
Semakin lama waktu pemasakan maka dan 2/3 matang lebih dipengaruhi oleh
angka iod semakin rendah seperti dapat lamanya waktu pemasakan daripada
dilihat pada Tabel 3. Hal ini terjadi karena suhu. Pada power level high, suhu lebih
pengaruh suhu dan lamanya waktu tinggi akan tetapi waktu pemasakan lebih
pemasakan. Perlakuan high 1/3 dan pendek daripada medium high. Jadi, pada
medium high 1/3 tidak berbeda nyata perlakuan high walaupun suhu lebih tinggi
271 Rianingsih et al., 2006

tetapi karena waktu proses cepat, maka Kesimpulan dan Saran


mutu produk yang dihasilkan lebih baik.
Hal ini sesuai menurut Institute of Food Kesimpulan
Technologists (1987) yang menyatakan 1. Kandungan EPA filet high matang
bahwa pemasakan dengan power level adalah 0,66 % luas area, turun
yang lebih tinggi pada microwave pada 27,69% dibandingkan kontrol, dan
waktu yang tidak terlalu lama akan pada perlakuan medium high 0,22 %
menghasilkan produk yang lebih baik luas area, turun 75,91% dibandingkan
daripada power level dibawahnya. dengan kontrol.
2. Kandungan DHA filet high matang
Kadar omega-3 adalah 11,59 % luas area, turun
Kandungan EPA (eicosapentaenoic acid, 9,63% dibanding kontrol, dan pada
C20:5), dan DHA (decosahexaenoic acid, perlakuan medium high 9,83 % luas
C22:6) dapat dilihat pada Tabel 4. area turun 23,32% dibandingkan
Kandungan DHA semua perlakuan dengan kontrol.
menunjukkan tidak ada beda nyata (α = 3. Power level yang tinggi (high) akan
5%) dibanding kontrol, sedangkan menghasilkan produk dengan
kandungan EPA semua perlakuan kerusakan omega-3 lebih kecil
menunjukkan ada beda nyata dibanding dibandingkan dengan power level
kontrol. yang lebih rendah (medium high)
pada tingkat kematangan yang sama.
Kandungan EPA kontrol sebesar 0,92 % Semakin lama bahan dimasak dalam
luas area, sedangkan setelah di masak microwave akan menghasilkan
kandungan EPA berkisar antara 0,86 produk dengan kerusakan Omega-3
hingga 0,22 % luas area. Semua hasil yang lebih besar.
pemasakan berbeda nyata dengan
kontrol, hal ini menunjukkan bahwa Saran
pemasakan dengan microwave 1. Pemasakan daging ikan dengan
menyebabkan perubahan kadar EPA. microwave lebih baik dilakukan pada
Penurunan kadar EPA antara 6,52 hingga power level high dan waktunya tidak
75,91 % dibanding kontrol. Semakin lama terlalu lama.
waktu pemasakan kerusakan EPA yang 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
terjadi semakin besar. Bila dibandingkan mengenai pengaruh penambahan
antara power level high dan medium high bahan-bahan yang dapat
maka kerusakan EPA yang terjadi lebih meminimalisasi kerusakan EPA yang
besar pada medium high. Hal ini terjadi terjadi selama pengolahan dengan
karena waktu pemasakan yang lebih lama microwave.
daripada perlakuan high.

Tabel 4. Kandungan asam lemak omega-3 ikan kembung segar dan hasil olahannya
dengan microwave
Kadar EPA Penurunan Kadar DHA Penurunan
Perlakuan
(% luas area) kadar EPA (%) (% luas area) kadar DHA (%)
Kontrol 0,92 a 12,83 a
b
High 1/3 0,86 6,52 12,66 a 1,32
c
High 2/3 0,77 15,97 11,86 a 7,52
High 3/3 0,66 d 27,69 11,59 a 9,63
Medium high 1/3 0,63 e 31,21 11,79 a 8,09
Medium high 2/3 0,49 f 46,37 10,24 a 20,18
Medium high 3/3 0,22 g 75,91 9,83 a 23,32
Keterangan : huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata
pada α = 5%

Copyright©2006, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (2): 266-272 ISSN: 0853-6384 272

Daftar Pustaka Ketaren, S. 1986. Pengantar teknologi


minyak dan lemak pangan. UI
Adnan, M. 1997. Teknik kromatografi Press. Jakarta. 315 p
untuk analisis bahan makanan.
Penerbit Andi. Yogyakarta. 190 p. Mai, J. H. Tsai, G. Armbuster, P. Chu, and
J.E. Kinsella. 1980. Effect of
Budhiyanti, S.A. 2001. Pengaruh berbagai microwave cooking on food fatty
cara pengolahan ikan kembung acids: no evidence of alteratiom
(Rastrelliger sp.) terhadap or isomeration. J. Food Sci. 45:
kandungan asam lemak Omega- 645-652.
3. Jurnal Perikanan UGM. III (1) :
hal 27-34. Sudarmadji, S., H. Bambang, dan
Suhardi. 1996. Prosedur untuk
Heruwati, E.S. dan Murniyati. 1996. analisa bahan makanan dan
Pengaruh pemindangan dan pertanian. Liberty. Yogyakarta.
pengemasan hampa udara 160 p
terhadap kadar asam lemak
Omega-3 ikan pindang. Jurnal Sumardi, J.A., Suparmo, dan B.S.
Penelitian Perikanan Indonesia. Bambang. 1996. Kandungan
II (4): 21-26 asam lemak omega-3 beberapa
jenis ikan laut dan ikan air tawar.
Institute of Food Technologists. 1987. Use Fakultas Perikanan. Universitas
of Vitamins as Additive in Brawijaya. Malang. 25 p.
Processed Food. A Scientific
Status Summary by the IFT Sunarya dan Mufidah F. 1994. Pengaruh
Expert Panel on Food Safety and musim terhadap kadar lemak dan
Nutrition. Food Technol. 41 (9): keragaman asam minyak
110-112 khususnya Omega-3 pada Ikan
Tuna “Yellowfin”. Jurnal Pasca
Panen Perikanan. IV (4) : 24-32.

You might also like