You are on page 1of 14

Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses

Hukum Pelaku Genosida di Rwanda

PERADILAN GACACA SEBAGAI SUATU SISTEM ALTERNATIF


PERADILAN UNTUK MEMBANTU MEMPROSES HUKUM
PELAKU GENOSIDA DI RWANDA

BELARDO PRASETYA MEGA JAYA


Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Raya Jakarta Km 4 Pakupatan, Serang -Banten
email: belardoprasetya@untirta.ac.id

ABSTRACT

In 1994, Rwanda suffers one of the worse genocides, cruel and insolent in history. The
suspect that detained reach 122.000 people. In order to processing all of them will need a
long time. As the solution, transitional justice process Rwanda move from classic justice
paradigm to new community-based approach, that is called “Gacaca” (Rwanda’s Gacaca
Courts). Therefore, This research aims to: (1) describe and explain international criminal law
enforcement practice in Gacaca Court for Rwanda as an alternative (Alternative Court
Systems: Rwanda’s Gacaca Courts) to process the genocide perpetrators in Rwanda. This
research used normative legal research. The result shows that Gacaca Court is form based on
a combination of community traditional practice for Rwanda and the modern criminal justice
system concerning genocide and crimes against humanity. Gacaca in Kinyarwanda (the local
language), means “the grassy lawn or grass and the lawn”, referring to the fact that the
justice process of the Gacaca did on the grass. In the justice process, they will come together
on the grass for discussing the problem and tell the tribal chief as a judge. The purpose of
Gacaca courts is not for the punishment but fair that is re-enforcement of social rules. The
process in Gacaca Courts is easy and no need for a long time like a process in International
Criminal Tribunal for Rwanda (ICTR). That matter shows that Gacaca Courts can be a good
and effective solution to be Alternative Court Systems to process many genocide perpetrators
in Rwanda 1994 in a short time and less money.

Keywords: Gacaca Courts, Alternative Court Systems, Genocide Crimes in Rwanda

ABSTRAK

Pada tahun 1994, Rwanda menderita salah satu genosida terburuk, kejam dan brutal
dalam sejarah. Jumlah tersangka yang ditahan mencapai angka 122.000. Untuk memproses
para tersangka tersebut dalam suatu peradilan, akan membutuhkan waktu yang sangat lama.
Sebagai solusinya, proses keadilan transisional Rwanda bergerak dari paradigma keadilan
klasik ke pendekatan baru berbasis masyarakat, yang disebut “Gacaca” (Rwanda’s Gacaca
Courts). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk: menjelaskan mengenai praktik
penegakan hukum pidana internasional melalui Peradilan Gacaca Rwanda sebagai sistem
alternatif peradilan di Rwanda dalam membantu memproses dan menghukum pelaku genosida
di Rwanda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yurisidis normatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengadilan Gacaca ini dibentuk berdasarkan suatu
campuran antara praktik tradisional Rwanda dengan sistem pidana modern, yang juga

Nurani Hukum. Vol. 1 No. 1 Desember 2018. ISSN. 2655-7169 │ 57


Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses
Hukum Pelaku Genosida di Rwanda

mencakup ketentuan soal genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Gacaca berasal dari
bahasa nasional Rwanda yang berarti “grass” atau “the lawn” yang berarti rumput atau
halaman rumput yang mengacu pada proses peradilan yang digelar diatas rumput. Saat proses
pengadilan, mereka akan berkumpul di atas sebuah petak rumput untuk membahas masalah
dengan para kepala keluarga sebagai hakim. Tujuan utama dari Peradilan Gacaca bukanlah
pada penghukuman tetapi pada keadilan yakni penegakan kembali tata aturan sosial. Proses
peradilan dalam Pengadilan Gacaca tidak terlalu rumit dan tidak membutuhkan jangka waktu
yang lama seperti halnya proses peradilan dalam International Criminal Tribunal for Rwanda
(ICTR). Hal tersebut menunjukkan bahwa Peradilan Gacaca dapat dijadikan suatu solusi yang
baik dan efektif untuk dijadikan alternatif untuk membantu memproses dan menghukum
pelaku genosida 1994 yang begitu banyaknya dengan waktu yang singkat dan biaya yang
terjangkau.

Kata Kunci: Peradilan Gacaca, Sistem Peradilan Alternatif, Kejahatan Genosida Rwanda

A. PENDAHULUAN Domestic criminal courts, and; 4)


Pada tahun 1994, Rwanda menderita Domestic military tribunal.3Pengadilan
salah satu genosida terburuk, kejam dan genosida di Rwanda dimulai pada akhir
brutal dalam sejarah. Selama 100 hari Desember 1999. Beribu-ribu orang telah
pembunuhan, 800.000 orang meninggal diadili dan dijatuhi hukuman karena
dunia.1 Empat belas tahun setelah genosida peranan mereka dalam aksi kekejaman
tersebut, Rwanda masih berjuang dengan yang berlangsung bulan April-Juli 1994.4
bagaimana membangun kembali negara Dalam laporannya kepada Persatuan
tersebut dan menangani kekejaman massa Bangsa-Bangsa yang disiapkan pada awal
yang terjadi. Selama empat tahun pertama tahun 2000, Perwakilan Khusus Michael
setelah genosida, empat jenis pengadilan Mousalii menyatakan bahwa 2406 orang
dikembangkan untuk mengadili pelaku- telah diadili di pengadilan-pengadilan
pelaku genosida (genocidaires) yaitu: 1) khusus genosida, dimana 348 orang
the International Criminal Tribunal of (14,4%) dijatuhi hukuman mati, 30,3%
Rwanda (ICTR);2 2) Foreign Courts dijatuhi hukuman seumur hidup 34%
Exercising Universal Jurisdiction, 3) dijatuhi hukuman penjara antara satu
sampai dua puluh tahun, serta 19%
dibebaskan.5Setelah itu, para pemimpin
1
Howard Ball. 1999. Prosecuting War Crimes
And Genocide: The Twentieth-Century Experience
University Press of Kansas, hlm. 156 sebagaimana
Rwanda mengakuibahwa tidak
dikutip oleh Maya Sosnov, The Adjudication Of
3
Genocide: Gacaca and The Road to Reconciliation In Ibid.
4
Rwanda, the University of Pennsylvania Law School, W.A. Schabas. 2002. The Rwanda Case:
2008, hlm. 125, dapat diakses di Sometimes it's Impossible dalam M . Cherif Bassioun,
http://www.law.du.edu/documents/djilp/36No2/The- Post-Conflict Justice. Ardsley. New York: Transnational.
Adjudication-Genocide-Gacaca-and-the-Road-to- hlm, 499-522. Juga: M.A. Drumbl. 2000. Punishment,
Reconciliation-in-Rwanda-Maya-Sosnov.pdf. Lihat juga Postgenocide: From Guilt to Shame to Civis in Rwanda.
Christopher J. Le Mon, “Rwanda’s Troubled Gacaca New York: University Law Review. hlm. 1221.
5
Courts”, Human Rights Brief, Volume, 14, No. 2, Laporan mengenai Keadaan Hak Asasi Manusia
Washington: American University Washington College di Rwanda yang Diajukan Oleh PerwakilanKhusus. Mr.
of Law, 2007. Michael Mousalli. Berdasarkan atas Resolusi Komisi
2
International Criminal Tribunal for the former 1999/20', Dok. PBB E/CN.4/2000/4I, paragraf 136
Yugoslavia (ICTY) dan International Criminal Tribunal sebagaimana dikutip oleh William A. Schabas. 2002.
for Rwanda (ICTR) dibentuk oleh Dewan Keamanan “Akhirnya Pengadilan Tingkat Nasional Mulai
(Security Council) PBB demi menjaga Perdamaian dan Menyidangkan Kejahatan Terbesar: Genosida”, Jurnal
Keamanan Internasional, dapat di akses di www.icty.org/ HAM, Volume 1 Nomor 2, ISSN 1993-6027, Jakarta:
dan di unictr.unmict.org/. Komnas HAM, November. Hlm. 23

58 │ Nurani Hukum. Vol. 1 No. 1 Desember 2018. ISSN. 2655-7169


Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses
Hukum Pelaku Genosida di Rwanda

memungkinkan untuk menyidangkan dan diundangkan oleh penguasa, di


semua orang yang diduga melakukan samping hukum yang tertulis tersebut
genosida, Sistem peradilan umum harus terdapat norma di dalam masyarakat yang
berhadapan dengan tersangka yang sangat tidak tertulis yang secara efektif mengatur
banyak. Bahkan pada suatu waktu, jumlah perilaku anggota masyarakat.8
tersangka yang ditahan mencapai angka
122.000. Untuk menyelesaikan semua C. HASIL DAN PEMBAHASAN
kasus ini, akan dibutuhkan waktu yang 1. Kejahatan Internasional di Rwanda
sangat lebih (bisa lebih dari 100 tahun). Situasi di Rwanda didominasi oleh
Sebagai reaksi, proses keadilan transisional konflik antaretnik yang berpangkal pada
Rwanda bergerak dari paradigma keadilan perebutan kekuasaan di Rwanda, yang
klasik ke pendekatan baru (Sistem sudah berlangsung sejak Rwanda masih
Alternatif Peradilan) berbasis masyarakat, berada di bawah perwalian Belgia pasca-
yakni membentuk pengadilan campuran perang dunia I. Pemberian fasilitas dan
(Hybrid Tribunal) yang dinamai dengan kemudahan lainnya yang berlebihan
“Gacaca Courts.”6 olehBelgia kepada etnis Tutsi sebagai
Penelitian ini akan menjelaskan pemegang “kerajaan-monarch” Rwanda
mengenai praktik penegakan hukum jaman pre-kolonial yang jumlahnya sekitar
pidana internasional melalui Peradilan 15% dibandingkan dengan etnis Hutu yang
Gacaca Rwanda (Alternative Court berjumlah 85% dari penduduk Rwanda,
Systems: Rwanda’s Gacaca Courts) telah menyebarkan kebencian dalam diri
sebagai sistem alternatif peradilan di etnis Hutu.9 Setelah ada tanda-tanda
Rwanda dalam membantu memproses dan mereda, konflik antar pihak pemerintah
menghukum pelaku genosida di Rwanda. Rwanda yang didominasi oleh etnis Hutu
dan pemberontak Front Patriotik Rwanda
B. METODE PENELITIAN yang didominasi etnik Tutsi kembali
Penelitian ini adalah penelitian memanas setelah Presiden Juvenal
hukum normatif (Normative Legal Habyarimana terbunuh dalam sebuah
Research), yaitu penelitian hukum serangan di Bandar udara Kigali pada
kepustakaan yang mengacu pada norma tanggal 6 April 1994. Komponen-
hukum yang terdapat dalam peraturan komponen garis keras Hutu seperti gerakan
internasional dan peraturan perundang- Interahamwe dengan dukungan pasukan
undangan.7 Fokus kajiannya adalah hukum pemerintah melancarkan pembantaian
positif, hukum positif yang dimaksud besar-besaran terhadap warga dari etnik
adalah hukum yang berlaku suatu waktu Tutsi.10
dan tempat tertentu, yaitu suatu aturan atau Para Hutu memblok setiap jalan dan
norma tertulis yang secara resmi dibentuk memeriksa orang–orang yang lewat dan
membunuh setiap Tutsi yang mereka
6
temukan. Jumlah korban diperkirakan
Ruth Rubio-Marin. 2008. Perempuan
Menggugat, Masalah Gender dan Reparasi dalam
8
Kejahatan Hak Asasi Manusia, Diterjemahkan dari: Ibid.
9
What Happened to the Women? Gender and Eddy Djunaedi Karnasudridja. 2003.
Reparations for Human Rights Violations, Jakarta: Pengadilan Militer Internasional Nuremberg ke
ELSAM – Lembaga Studi dan Advokasi Pengadilan HAM Indonesia. Jakarta: PT. Tatanusa.
Masyarakat. Hlm. 230. Hlm. 45.
7 10
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji. 2006. Arie Siswanto. 2015. Hukum Pidana
Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Internasional, Yogyakarta: CV Andi Offset. Hlm.
Singkat. Jakarta: Rajawali Press. Hlm. 23. 335.

Nurani Hukum. Vol. 1 No. 1 Desember 2018. ISSN. 2655-7169 │ 59


Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses
Hukum Pelaku Genosida di Rwanda

sekitar ratusan ribu sampai 1jutawarga hukum pidana secara langsung, dalam arti
sipil tewas, dibunuh dengan brutal dengan terdapat lembaga-lembaga peradilan
golok atau alat–alat pertanian lain oleh pidana internasional yang dibentuk oleh
para Hutu ekstrimis, bahkan pembunuhan lembaga internasional untuk
yang mereka lakukan tidak segan – segan menyelesaikan permasalahan tindak pidana
dilakukan di gereja. Keadaaan Rwanda internasional.
pada saat itu memang benar–benar Pengadilan atau mahkamah
memprihatinkan.11 Oleh karena itu internasional tersebut adalahInternational
dibutuhkan suatu penegakan hukum pidana Military Tribunal (IMT) Nuremberg,
internasional untuk menghukum para TheInternational Military Tribunal for the
pelaku kejahatan tersebut. Far East (IMTFE) Tokyo,13 International
Criminal Tribunal for the former
2. Penegakan Hukum Pidana Yugoslavia (ICTY) dan International
Internasional Criminal Tribunal for Rwanda (ICTR).14
Penegakan hukum pidana Secara tradisional, ada dua forum
internasional merupakan upaya untuk pengadilan yang bisa diharapkan untuk
memenuhi rasa keadilan masyarakat menangani peristiwa kejahatan
internasional atas kejahatan-kejahatan internasional, yaitu forum pengadilan
internasional yang serius. Prosedur pidana nasional dan forum pengadilan/
penegakan hukum pidana internasional mahkamah pidana yang bersifat
dapat dibedakan dalam dua cara yaitu internasional seperti yang telah disebutkan
direct enforcement system, dan indirect sebelumnya. Hukum pidana nasional
enforcement system. Direct enforcement maupun hukum pidana internasional yang
system (aspek prosedur penegakan hukum berfokus pada kejahatan internasional
langsung) adalah upaya untuk sesungguhnya memiliki kesamaan dalam
melaksanakan pembentukan suatu hal keduanya menjadikan individu sebagai
mahkamah internasional dan upaya subjek hukum yang dapat dimintai
mengajukan tuntutan dan peradilan pertanggungjawaban atas perbuatan pidana
terhadap pelaku kejahatan internasional, yang dilakukan.15
sedangkan penegakan hukum pidana Dalam praktik, terkadang tidak
internasional secara tidak langsung atau mudah untuk mengandalkan mekanisme
indirect enforcement system adalah dan lembaga hukum nasional untuk
penegakan hukum pidana internasional
melalui hukum pidana nasional masing- 13
International Military Tribunal(IMT)
masing negara dimana tindak pidana Nuremberg, International Military Tribunal for the
internasional tersebut terjadi.12 Pada Far East(IMTFE) Tokyo dibuat berdasarkan
awalnya direct enforcement system atau perjanjian atau deklarasi yang dibuat oleh negara
penegakan hukum secara langsung telah pemenang perang, dapat di akses di
ada dan dikenal dengan peradilan pidana www.un.org/.../Doc.2_Charter%20of%20IMT%20
1945.pdf dan di www.un.org/en/.../Doc.3
ad hocsebagai bagian dari penegakan _1946%20Tokyo%20Charter.pdf.
14
Tolib Effendi. 2014. Hukum Pidana
11
Berita Online, Kompasiana.com, tentang Internasional, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, hlm.
Konflik Rwanda, dapat diakses di 218
15
http://www.kompasiana.com/empire_earth/tentang- Arie Siswanto. 2016. “Pengadilan Hibrida
konflik-rwanda_551734d4813311a4669de3e7. (Hybrid Court) sebagai Alternatif Penanganan
12
Ilias Bantekas dan Susan Nash. 2003. Kejahatan Internasional”, Jurnal Refleksi Hukum,
International Criminal Law, Second Edition. Vol. 10, No. 1, FK Universitas Kristen Satya
London: Cavendish Publishing. Hlm. 397. Wacana. 2016. hlm. 34.

60 │ Nurani Hukum. Vol. 1 No. 1 Desember 2018. ISSN. 2655-7169


Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses
Hukum Pelaku Genosida di Rwanda

menangani situasi kejahatan internasional. keadaan ketika sistem pengadilan nasional


Karena kejahatan internasional dapat tidak dapat diandalkan untuk melakukan
dilakukan oleh individu yang secara politik penegakan hukum terhadap pelaku
memiliki kekuasaan di suatu negara, kejahatan internasional, salah satu
sehingga pengadilan nasional yang alternatif yang dapat ditempuh untuk
diharapkan menindak dan menangani mencegah untuk terjadinya impunitas
kejahatan internasional yang dilakukan adalah dengan membentuk pengadilan
bisa berada dalam situasi tidak mampu kriminal yang bersifat internasional seperti
melakukan fungsi yang diharapkan halnya Mahkamah Militer Internasional
(expected role) yang semestinya.16 Ketika Nuremberg, Mahkamah Militer
penegakan hukum di forum pengadilan Internasional Tokyo, ICTY dan ICTR.20
nasional menghadapi situasi seperti itu, ada Akan tetapi, pembentukan
berbagai pertimbangan (terutama mahkamah-mahkamah yang bersifat
pertimbangan politik) yang kemudian internasional tersebut juga membawa
bermuara pada ketidakmampuan (inability) konsekuensi-konsekuensi tertentu. Secara
atau ketidakmauan (unwillingness) praktis, pembentukan dan operasionalisasi
pengadilan nasional.17 Ada kalanya mahkamah yang bersifat internasional
pengadilan nasional mengalami merupakan sebuah pekerjaan besar yang
ketidakmampuan berfungsi ketika ia tidak selalu dapat dilakukan dengan
mengalami kerusakan struktur dan sistem. mudah. Tentang ini Cryer (et al)
Kerusakan struktur dan sistem pengadilan mengatakan:21
nasional dapat terjadi pasca suatu negara “There are various reasons for
dilanda konflik yang serius.18 Ketika hal avoiding resort to a new
tersebut terjadi, mekanisme internasional international tribunal. International
diperlukan guna memastikan agar pelaku institutions like the ICTY and the
kejahatan internasional tidak dibiarkan ICTR tend to be large and expensive,
bebas tanpa tersentuh hukum atau calls for similar tribunals have been
menikmati kebebasan dari jangkauan unsuccessful. Their capacity is
hukum, yang dalam diskursus tentang Hak limited to a few cases and they have
Asasi Manusia dikenal dengan istilah hitherto ben located away from the
impunitas (impunity).19 State in question for security orother
Konflik bersenjata yang mengikuti reasons.”
peristiwa pecahnya (dismemberment) Selain kesulitan yang bersifat praktis,
negara Yugoslavia pada paruh pertama pembentukan mahkamah yang bersifat
dekade 1990-an merupakan salah satu internasional juga dapat memunculkan
contoh yang menunjukkan bagaimana kesan bahwa pengadilan nasional tidak
struktur pengadilan nasional tidak dapat dianggap berkepentingan dengan proses
lagi diandalkan. Demikian juga halnya prosekusi pelaku kejahatan internasional.
dengan situasi perang saudara di Rwanda Penjatuhan pidana yang dilakukan oleh
yang mengakibatkan tidak dapat mahkamah pidana yang bersifat
berfungsinya pengadilan nasional. Dalam internasional bisa jadi justru akan dianggap
16 20
Ibid., hlm. 38. Arie Siswanto. Hukum Pidana
17
Ibid., hlm. 42. Internasional. Loc.Cit.
18 21
Arie Siswanto. Op.Cit. Hlm. 298. Robert Cryer. 2010. An Introduction to
19
Arie Siswanto. Pengadilan Hibrida International Criminal Law and Procedure.
(Hybrid Court) sebagai Alternatif Penanganan Cambridge: Cambridge University Press, et al.,
Kejahatan Internasional, Loc.Cit. Hlm. 181.

Nurani Hukum. Vol. 1 No. 1 Desember 2018. ISSN. 2655-7169 │ 61


Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses
Hukum Pelaku Genosida di Rwanda

sebagai putusan yang arbitrer.22 untuk bukunya yang berjudul “Hukum Pidana
mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut, Internasional”.25Arie Siswanto menyatakan
dalam perkembangan berikutnya dalam bahwa Istilah pengadilan hibrida
rangka penegakan kejahatan internasional dipergunakan untuk menunjuk pada
muncul penegakan hukum pidana lembaga-lembaga pengadilan yang
internasional alternatif yaitu melalui melibatkan unsur-unsur nasional maupun
pengadilan campuran (hybrid tribunal), internasional di dalam penerapan
yang memadukan atau menggabungkan hukumnya.26
antara unsur-unsur lokal/ nasional dan Berdasarkan ketiga pendapat
internasional.23 tersebut, Penulis mengklasifikasikan
Gacaca Courts sebagai Hybrid Tribunal
3. Pengadilan Campuran (Hybrid karena Gacaca Courts juga merupakan
Tribunal) penegakan hukum pidana internasional
Pada akhir dasawarsa 1990-an, dunia melalui hukum pidana nasional dimana
menyaksikan munculnya lembaga-lembaga tindak pidana internasional tersebut terjadi,
pengadilan kriminal yang dikategorikan yaitu hukum pidana nasional. Rwanda.
sebagai pengadilan hibrida (hybrid Gacaca Courts memiliki unsur unsur-
tribunal), yang sebagai pengadilan unsur nasional maupun internasional.
internasional ketiga setelah Mahkamah Pengadilan Gacaca ini dibentuk
Militer Internasional Nuremberg dan berdasarkan suatu campuran antara praktik
Mahkamah Militer Internasional Tokyo tradisional masyarakat Rwanda dengan
(generasi pertama) serta ICTY dan sistem pidana modern, yang juga
ICTR(generasi kedua). Ciri khas utama mencakup ketentuan soal genosida dan
model ini adalah adanya komposisi kejahatan terhadap kemanusiaan
campuran antara elemen-elemen domestik sebagaimana diatur dalam ketentuan
dan internasional. Menurut Ilias Bantekas internasional dikarenakan jenis kejahatan
dan Susan Nash, Pengadilan campuranini yang dilakukan merupakan kejahatan yang
merupakanpenegakan hukum pidana dinyatakan sebagai kejahatan internasional.
internasional melalui hukum pidana Sarah Noumen menyatakan bahwa
nasional masing-masing negara dimana model hibrida ini menawarkan pendekatan
tindak pidana internasional tersebut terjadi. yang tertuju pada keadilan internasional
Dalam kata lain dapat disebut juga sebagai secara keseluruhan pada satu sisi dan
campuran, Hybrid Tribunal atau disebut keadilan dalam negeri disisi lain.27
dengan Internationalised Domestic Dikatakan keadilan internasional karena
Criminal Tribunals.24 Hal tersebut senada peristiwa atau kasus tersebut menjadi
dengan pendapat dari Tolib Effendi dalam peristiwa yang sangat keji sehingga
dirasakan oleh seluruh masyarakat
22
internasional, oleh karena itu para pelaku
Arie Siswanto. Hukum Pidana kejahatan tidak boleh dibiarkan dari
Internasional. Op.Cit. Hlm. 299.
23
Andrey Sujatmoko, “Pengadilan Campuran
tanggungjawab hukum atas perbuatannya
(“Hybrid Tribunal”) sebagai Forum Peneyelesaian
25
atas Kejahatan Internasional”, Jurnal Hukum Tolib Effendi, Loc.Cit.
26
Humaniter, Vol.3, No. 5, Oktober Jakarta: Pusat Arie Siswanto. Hukum Pidana
Studi Hukum Humaniter dan HAM, FH Universitas Internasional. Op.Cit.. Hlm. 297.
27
Trisakti, 2007, hlm. 977-978. Sarah Noumen, “Hybrid Court: The Hybrid
24
Ilias Bantekas dan Susan Nash. 2003. Category of New Type of International Criminal
International Criminal Law, Second Edition. Courts”, dapat diakses di
London: Cavendish Publishing Limited. Hlm. 397. http://www.utrechtlawreview.org.

62 │ Nurani Hukum. Vol. 1 No. 1 Desember 2018. ISSN. 2655-7169


Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses
Hukum Pelaku Genosida di Rwanda

tersebut, kemudian dikatakan keadilan sangat penting dalam memastikan


nasional karena kejahatan tersebut terjadi bahwa orang-orang yang bertanggung
di wilayah negara Rwanda dan para korban jawab atas kejahatan tersebut diperiksa,
yang dirasakan oleh masyarakat Rwanda dituntut dan dihukum
maka para pelaku kejahatan harus diadili c. Memberikan kontribusi untuk
dan dihukum guna menegakkan suatu mengakhiri budaya impunitas. Hybrid
keadilan di Rwanda. Court dibentuk untuk memberikan
Atas dasar itu, tujuan utama yang kontribusi untuk mengakhiri impunitas
hendak dicapai oleh pengadilan-pengadilan dengan melakukan penuntutan pada
hibrida pada hakikatnya adalah beberapa kejahatan tindak pidana
mewujudkan perdamaian dan keadilan serius.
berdasarkan standar hukum internasional Pengadilan hibrida jelas berbeda dari
dengan cara mengakhiri impunitas bagi pengadilan-pengadilan internasional
pelaku kejahatan internasional, melalui karena ia mengakomodasikan elemen-
keterlibatan komponen-komponen hukum elemen hukum atau struktur hukum
nasional. Tujuan tersebut antara lain nasional di dalamnya.30 Bentuk pengadilan
tercermin secara cukup jelas dalam yang demikian merupakan jawaban atas
konsideran Resolusi Dewan Keamanan pengalaman dari pengadilan-pengadilan
PBB No. 1315 (2000) yang memandatkan sebelumnya, yaitu “kesenjangan (gap)”
pembentukan pengadilan hibrida Sierra antara pengadilan nasional dan
Leone, yang pada satu bagian d berbunyi: internasional. Untuk pengadilan nasional,
Recognizing that, in the particular masalah utamanya adalah kurangnya
circumstances of Sierra Leone, a credible kredibilitas dan inkompetensi, sementara
system of justice and accountability for the pengadilan internasional memiliki
very serious crimes committed there would keterbatasan dalam hal kewenangan dan
end impunity and would contribute to the mandat.31
process of national reconciliation and to Hybrid tribunal atau pengadilan
the restoration and maintenance of campuran memiliki beberapa keunggulan
peace”.28 antara lain:32
Hal tersebut juga dikatakan oleh a. Mampu untuk memberi kontribusi
Tolib Effendi yang menyatakan bahwa ada yang lebih baik guna tercipta
beberapa tujuan dibentuknya Hybrid Court rekonsiliasi dalam masyarakat;
adalah sebagai berikut:29 b. Mampu untuk membantu
a. Hybrid Court dibentuk untuk mengembangkan kapasitas sistem
mengatasi masalah-masalah hambatan peradilan domestik dan menghormati
dari sistem hukum domestik, seperti norma hukum dari korban yang
amnesti atau imunitas dengan mengalami tindakan kekerasan; dan
mengaplikasikan hukum internasional c. Hybrid tribunal merupakan alternatif
secara langsung atau memastikan selain pengadilan ad hoc (seperti
bahwa standar-standar internasional
dari keadilan terlaksanakan. 30
Sarah Noumen, Loc.Cit.
b. Memberikan kontribusi terhadap hak, 31
Andrey Sujatmoko, Loc.Cit.
32
keadilan dan pengadilan yang efektif. Nicholas Koumjian “Accomplishments and
Hybrid Court memiliki peranan yang limitations of one hybrid tribunal: experience at
East Timor” 2004, PDF file, dapat diakses
dihttp://uk.search.yahoo.com/search?fr=fh=tab=we
28
Ibid. b=t=1&ei=ISO-8859-1&p-
29
Tolib Effendi. Op.Cit. Hlm. 219. hybrid+tribunal&meta=vc%3D.

Nurani Hukum. Vol. 1 No. 1 Desember 2018. ISSN. 2655-7169 │ 63


Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses
Hukum Pelaku Genosida di Rwanda

ICTR) dengan asumsi pengeluaran pengadilan, mereka akan berkumpul di atas


biaya yang lebih sedikit. sebuah petak rumput untuk membahas
masalah dengan para kepala keluarga tutsi
4. Gacaca Courts sebagai Suatu dan Hutu sebagai hakim untuk
SistemAlternatif Peradilan menyelesaikan konflik antara dua keluarga
(Alternative Court Systems) untuk (Tutsi dan Hutu) terebut. Gacaca
Membantu Memproses dan memfokuskan pada pengakuan dan
Menghukum Pelaku Genosida di pemberian maaf. Di bawah Pengadilan
Rwanda Gacaca, mereka yang mengakui tuduhan
Pengadilan Gacaca adalah proses kejahatan hak asasi manusia akan
tradisional di tataran kar rumput yang mendapat pengurangan hukuman.36
dipakai untuk menyelesaikan konflik- Peradilan ini adalah cara atau mekanisme
konflik lokal sebagai respon atau tindak tradisional yang mencoba dalam
lanjut terhadap kejahatan berat genosida menangani kebutuhan rekonstruksi trauma
yang terjadi di Rwanda.33 Seperti yang dan pasca konflik di Rwanda Pasca
telah dipaparkan sebelumnya, Pengadilan genosida 1994.37
Gacaca ini dibentuk berdasarkan suatu Bisa dikatakan Tujuan utama dari
campuran antara praktik tradisional Gacaca Tradisional bukanlah pada
masyarakat Rwanda dengan sistem pidana penghukuman tetapi pada keadilan yakni
modern, yang juga mencakup ketentuan penegakan kembali tata aturan sosial.38
soal genosida dan kejahatan terhadap Pemerintah Rwanda menetapkan gacaca
kemanusiaan. Sistem ini dibentuk untuk untuk mencapai lima tujuan berikut: (1)
merespon jumlah tersangka pelaku Mengungkapkan kebenaran tentang apa
genosida atau kejahatan terhadap yang telah terjadi; (2) Mempercepat
kemanusiaan yang begitu besar (mencapai peradilan genosida;" (3) Membasmi
lebih 122.000 rang) dengan pengadilan budaya Impunitas;39 (4) Mendamaikan
yang singkat.34 Dengan adanya sistem
tersebut para pelaku kejahatan tidak Journal of International Criminal Justice, United
menikmati impunitas atau terbebas dari Kingdom: Oxford University Press. Hlm. 13.
36
Berita Onlie, Liputan6.com, “Pengadilan
tanggungjawab hukum atas perbuatannya. Adat Kasus Pembantaian Etnis Tutsi”, dapat
Gacaca berasal dari bahasa nasional diakses di http://global.liputan6.com/read/97852/
Rwanda yang berarti “grass” or “the lawn” pengadilan-adat-kasus-pembantaian-etnis-tutsi.
37
yang berarti rumput atau halaman rumput Tony Karbo and Martha Mutisi,
yang mengacu pada proses peradilan yang “Psychological Aspects of Post-Conflict
Reconstruction: Transforming Mindsets: The Case
digelar diatas rumput.35 Saat proses of the Gacaca in Rwanda”,United Nations Public
Administration Network, Ghana, Oktober 2008,
33
Elizabeth Powley. 2004. Strengthening hlm. 3, dapat diakses di
Governance: The Role of Womenin Rwanda's unpan1.un.org/intradoc/groups/public/.../UNPAN0
Transition A Summary, NewYork: GlenCove. 32152.pdf.
38
dapat diakses di www.un.org. Elizabet Lira, The Reparation Policy for
34
Gacaca Courts, dapat diakses di Human Rights Violations in Chile, dalam Pablo de
http://www.inkiko- Grieff, (ed.), The Handbook of Reparations, United
gacaca.gov.rw/En/EnIntroduction.htm. Kingdom: Oxford University, 2006.
35 39
J. Sarkin. 2005. “The Tension Between Impunitas merupakan sebuah fakta yang
Justice and Reconcilliation in Rwanda: Politics, secara sah memberikan pembebasan atau
Human Rights, Due Process and the Role of the pengecualian dari tuntutan atau hukuman atau
Gacaca Courts in Dealing with the Genocide”, kerugian kepada seseorang yang telah melakukan
Journal of African Law. 2001. dalam William A. pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Biasanya
Schabas, “Genocide Trials and Gacaca Courts”, ini terjadi dari penolakan atau kegagalan sebuah

64 │ Nurani Hukum. Vol. 1 No. 1 Desember 2018. ISSN. 2655-7169


Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses
Hukum Pelaku Genosida di Rwanda

orang-orang Rwanda dan memperkuat tersebut, seluruh komunitas berpartisipasi,


kesatuan mereka, khususnya antara etnis dan dipimpin oleh “para tetua yang
Tutsi dan Hutu40; dan (5) Membuktikan memiliki integritas.” Berfungsinya proses
bahwa masyarakat Rwanda memiliki tersebut secara tepat bergantung pada
kapasitas untuk menyelesaikan masalahnya komunitas lokal itu sendiri. Pada tahun
sendiri melalui sebuah sistem Keadilan 2001, Undang-Undang Gacaca disahkan
berdasarkan kebiasaan Rwanda.41 untuk menangani kasus genosida dan
Pengadilan ini berfungsi untuk semua pihak yang terkait dengan kasus
menghukum orang-orang yang menjadi tersebut.44
pelaku kejahatan perang, genosida dan Undang-Undang ini memperkenalkan
pelaku kejahatan kemanusiaan. Pengadilan seperangkat aturan dan membentuk lebih
ini tersebar di seluruh provinsi Rwanda, dari 11.000 pengadilan Gacaca lokal. Di
dan mengadili orang-orang yang bersalah setiap pengadilan, hakim-hakim non-karier
tanpa terkecuali.42 Gacaca sangat dipuji (lay judges) ditempatkan dan dikenal
oleh pemerintah dan banyak pengamat dari sebagai “inyangamugayo”, atau orang-
luar sebagai solusi untuk genosida orang yang memiliki integritas. Hakim-
Rwanda.43 Selain itu model pengadilan di hakim non-karier tersebut dipilih oleh
tingkat akar rumput atau komunitas ini masyarakat Rwanda. Terlepas dari hakim-
diharapkan bisa mendorong proses hakim non-karier ini, keseluruhan populasi
rekonsiliasi di tingkat akar rumput antara lokal seharusnya berpartisipasi di dalam
etnis Tutsi dan Hutu. Dalam proses proses persidangan di tingkat ruang (yakni,
tingkat administratif terendah di Rwanda).
Dengan demikian, sistem Gacaca adalah
pemerintah untuk mengambil atau melaksanakan sistem keadilan komunitas.45 Undang-
tindakan hukum kepada pelaku (Lembaga Studi dan
Advokasi Masyarakat, Membela HAM untuk
Undang Gacaca tahun 2004 yang baru
Keadilan, Referensi HAM, dapat diakses di memiliki definisinya sendiri tentang
http://referensi.elsam.or.id/2014/09/impunitas/). korban, di mana ia memasukkan rescapes
40
Etnis Tutsi dan Hutu adalah etnis yang ada dan mereka yang telah kehilangan
di Rwanda. Asal usul orang Tutsi dan Hutu anggota-anggota keluarga atau bahkan
merupakan masalah penting dalam sejarah Burundi,
Rwanda, dan wilayah Danau Besar di Afrika.
menderita kerugian- kerugian material
Meski Hutu secara umum diakui sebagai etnis pada saat genosida sebagai korban.46
mayoritas di Rwanda, dalam ideologi rasialis, orang Undang-Undang Gacaca tahun 2004
Tutsi dianggap sebagai ras asing dan bukan tersebut mengganti prosedur yang ada.
minoritas asli. Akibatnya, hubungan antara Berdasarkan Undang-Undang ini,
keduanya seringkali tidak baik, terutama apabila
berkenaan dengan asal usul dan klaim
pengadilan-pengadilan Gacacadi tingkat
"kerwandaan." Konflik terbesar yang diakibatkan ruang hanya harus menetapkan daftar-
oleh masalah tersebut adalah genosida Rwanda daftar korban yang meninggal dunia dan
1994.
41
kerugian yang dialami; Undang-undang ini
National Service of Gacaca Jurisdictions, juga menentukan bahwa pengadilan-
The Objectives of the Gacaca Courts, dapat diakses
di http://www.inkiko-gacaca.gov.rw/En/
pengadilan ini hanya mempertimbangkan
EnObjectives.htm. kompensasi atau sebuah bentuk restitusi
42
Eky Nanda Nuzulul. 2011. Peranan untuk kerugian-kerugian material;
Perempuan Rwanda Dalam Proses Perdamaian sementara tindakan-tindakan lain yang
Pasca Genosida 1994, Yogyakarta: Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan
44
Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Ruth Rubio-Marin, Op.Cit., hlm. 231.
45
“Veteran”. Hlm. 46. Ibid.
43 46
Ibid., hlm. 125. Ibid., hlm. 269

Nurani Hukum. Vol. 1 No. 1 Desember 2018. ISSN. 2655-7169 │ 65


Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses
Hukum Pelaku Genosida di Rwanda

akan diambil untuk kepentingan para kekerasan seksual juga perlu ditangani di
korban (misalnya, kompensasi atau pengadilan Gacaca. 49
reparasi atas kehilangan anggota keluarga, Untuk mereka yang dianggap sebagai
luka fisik dan psikologis) akan diatur oleh pelaku penting dalam kejahatan berat yang
undang-undang yang terpisah.47 terjadi selama tahun 1994, diserahkan
Secara prinsip, pengadilan- kepada Tribunal Pidana Internasional
pengadilan Gacaca saat ini seharusnya (ICTR) yang berlokasi di Arusha,
menangani semua kasus yang terkait Tanzania. Dalam mekanisme Pengadilan
dengan genosida, kecuali kasus-kasus yang Gacaca, seorang terdakwa atau tersangka
masuk dalam kategori 1.48 Dengan dibawa ke muka suatu komunitas,
demikian, perempuan yang menjadi korban termasuk si korban atau keluarga korban.
kekerasan seksual akan menyaksikan Lalu si terdakwa atau tersangka
orang-orang yang melakukan kekerasan dipersilahkan untuk membela diri atau
seksual terhadap mereka diadili oleh mengaku bersalah di hadapan suatu
pengadilan-pengadilan umum dan bukan komunitas. Panel hakim pun ditunjuk oleh
oleh pengadilan-pengadilan Gacaca. komunitas yang berasal dari tokoh
masyarakat yang memiliki integritas
Perempuan dapat bertindak sebagai pihak
tinggi, namun si tersangka atau terdakwa
perdata dan menuntut kompensasi di
tidak didampingi oleh seorang pengacara
pengadilan-pengadilan nasional, namun,
pembela sehingga membuka peluang
pengadilan-pengadilan Gacaca akan tetap terjadinya tuduhan palsu atau persidangan
menangani kekerasan seksual sampai taraf yang manipulatif.50 Pengadilan Gacaca
tertentu, karena kewenangan untuk tidak perlu mengeluarkan biaya yang
mengkategorisasikan pelaku atas dasar mahal. Selain itu Pengadilan ini bersifat
kesaksian-kesaksian yang diberikan ada terbuka dan sebagian besar juri dan
pada pengadilan-pengadilan tersebut. pengurus Gacaca adalah perempuan.51
Undang-Undang Gacaca tahun 2004 telah Keterwakilan perempuan dalam
memperkenalkan prosedur-prosedur pengadilan ini mencapai 29% dari total
52
khusus untuk memberikan kesaksian pengadilan Gacaca pada tiap provinsi.
mengenai kekerasan seksual, di mana para Alasan kuat mengapa perempuan di
korban diperbolehkan untuk memberikan Rwanda harus disertakan dalam Peace
kesaksian secara tertutup kepada seorang Building di Rwanda, yaitu karena
hakim Peradilan Gacaca. Memasukkan peristiwa Genosida memberikan dampak
kekerasan seksual sebagai kejahatan yang sangat kuat bagi perempuan
kategori 1 kadangkala dipertanyakan, Rwanda. Selain itu, perempuan juga
karena dalam kenyataannya tampak bahwa
perempuan yang berasal dari pedesaan 49
Beth Goldblatt, “Regulating domestic
mengalami kesulitan dalam mengakses partnership-A necessary step in the development of
pengadilan-pengadilan nasional atau south African Family Law,” South African Law
internasional, sehingga seharusnya Journal, Number 120, 2003, hlm. 120.
50
Amnesty International, Rwanda; Gacaca:A
question of justice, AI Index: AFR 47/007/2002,
dapat diakses di
47
Ibid.,hlm. 232. http://amnesty.org/en/library/asset/31AFR47/007/2
48
Kategori 1 meliputi para tersangka kasus- 002/en/b65d04e4-d769-11dd-b024-21932cd217
kasus kekerasan seksual (Aturan tentang Reparasi 0d/afr470072002en.pdf.
51
bagi para Korban, No. R. 1660, 12 November 2003, Eky Nanda Nuzulul, Loc.Cit.
52
Lembar Negara No. 7821.) Elizabeth Powley, Loc.Cit.

66 │ Nurani Hukum. Vol. 1 No. 1 Desember 2018. ISSN. 2655-7169


Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses
Hukum Pelaku Genosida di Rwanda

memiliki peran yang berpengalaman di Proses pembangunan perdamaian di


bidang peacemaker, menjadi ibu rumah Rwanda memang tidak pernah lepas dari
tangga, istri dan kakak dimana mereka campur tangan perempuan, dan terbukti
mampu mendiskusikan suatu masalah mereka mampu membuktikan diri
secara jujur dan terbuka. Perempuan kepada dunia bahwa mereka mampu dan
mahir dalam hal win/win situation, pantas untuk dihargai atas kinerja
sehingga perempuan sering disertakan mereka.53 Dengan demikian, dengan
dalam penyeleaian konflik (sebuah adanya Peradilan Gacaca, dapat
model keluarga yang mencari keadilan dijadikan suatu alternatif untuk
dan rekonsiliasi daripada kemenangan memproses dan memberikan hukuman
dan retribusi) seperti yang dapat dilihat bagi para pelaku Genosida 1994 yang
dalam gambar berikut: mencapai lebih dari 1000 orang. Pada hari
pertama peradilan saja, Gacca telah
menghukum 34 tersangka dengan
hukuman penjara bervariasi antara satu
hingga 30 tahun sampai hanya kepada
hukuman untuk bekerja pada negara nya
(Public Service). Jumlah ini jauh lebih
banyak dari yang dihasilkan Pengadilan
Kriminal Internasional untuk Rwanda yang
berlangsung di Tanzania. Dalam tempo
sepuluh tahun, pengadilan internasional
baru mendakwa 81 orang, 20 di antaranya
dihukum dan tiga lainnya divonis bebas.54
Terkdakwa yang telah diadili di ICTR,
tidak dapat diadili kembali di Gacaca
Courts. Sejak dibuka pada tahun 1995,
Pengadilan tersebut baru mendakwa 93
orang yang dianggap bertanggung jawab
atas pelanggaran serius terhadap hukum
humaniter internasional yang dilakukan di
Rwanda pada tahun 1994.55 Hal tersebut
menunjukkan bahwa Peradilan Gacaca
dapat dijadikan suatu solusi yang
efektifuntuk membantu memproses dan
menghukum para pelaku genosida 1994
yang begitu banyaknya dengan waktu yang
singkat dan biaya yang terjangkau. Gacaca

Gambar yang atas menunjukkan prosesi 53


Ibid.
54
pengadilan Gacaca dan gambar yang Berita Online, Liputan 6.com, “Pengadilan
bawah adalah juri pengadilan Gacaca Adat Kasus Pembantaian Etnis Tutsi”, dapat
yang sebagian besar dijabat oleh kaum diakses di http://global.liputan6.com/read/97852/
pengadilan-adat-kasus-pembantaian-etnis-tutsi.
perempuan. 55
United Nations Mechanism for
(Sumber: www.inkoko-gacaca.gov.rw). International Criminal Tribunals, “The ICTR in
Brief”, dapat diakses di
http://unictr.unmict.org/en/tribunal.

Nurani Hukum. Vol. 1 No. 1 Desember 2018. ISSN. 2655-7169 │ 67


Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses
Hukum Pelaku Genosida di Rwanda

didasarkan pada prinsip penawaran lama seperti halnya proses peradilan dalam
pembelaan serta mengandung elemen International Criminal Tribunal for
hukuman dan rekonsiliasi; gacaca Rwanda (ICTR). Jumlah terdakwa yang
diperkirakan selesai pada tahun 2011 telah dihukum oleh Pengadilan Gacaca
setelah memproses lebih dari 1,5 juta jauh lebih banyak dari yang dihasilkan
kasus.56 ICTR. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Peradilan Gacaca dapat dijadikan suatu
D. PENUTUP solusi yang baik dan efektif untuk
Berdasarkan Uraian tersebut dapat dijadikan alternatif untuk membantu
disimpulkan bahwa Para pemimpin memproses dan menghukum pelaku
Rwanda mengakui bahwa tidak genosida 1994 yang begitu banyaknya
memungkinkan untuk menyidangkan dengan waktu yang singkat dan biaya yang
semua orang yang diduga melakukan terjangkau.
genosida, Sistem peradilan umum harus
berhadapan dengan tersangka yang sangat
banyak. Bahkan pada suatu waktu, jumlah DAFTAR PUSTAKA
tersangka yang ditahan mencapai angka
122.000. Untuk menyelesaikan semua Buku:
kasus ini, akan dibutuhkan waktu lebih
Arie Siswanto. 2015. Hukum Pidana
dari 100 tahun, sehingga dibutuhkan suatu
Internasional, Yogyakarta: Andi.
alternatif peradilan untuk menyelesaikan
masalah tersebut, maka dibentuklah Eddy Djunaedi Karnasudridja. 2003.
peradilan “Gacaca” (Rwanda’s Gacaca Pengadilan Militer Internasional
Courts). Pengadilan Gacaca ini dibentuk Nuremberg ke Pengadilan HAM
berdasarkan suatu campuran antara praktik Indonesia, Jakarta: PT. Tatanusa.
tradisional masyarakat Rwanda dengan
Howard Ball. 1999. Prosecuting War Crimes
sistem pidana modern, yang juga And Genocide: The Twentieth-Century
mencakup ketentuan soal genosida dan Experience, University Press of
kejahatan terhadap kemanusiaan. Kansas.
Gacaca berasal dari bahasa nasional
Rwanda yang berarti “grass” atau “the Ilias Bantekas dan Susan Nash. 2003.
lawn” yang berarti rumput atau halaman International Criminal Law, Second
rumput yang mengacu pada proses Edition, Cavendish Publsihing
peradilan yang digelar diatas rumput. Limited, London.
Tujuan utama dari Gacaca Tradisional M.A. Drumbl. 2000. Punishment,
bukanlah pada penghukuman tetapi pada Postgenocide: From Guilt to Shame to
keadilan yakni penegakan kembali tata Civis in Rwanda, New York:
aturan sosial. Proses peradilan dalam University Law Review.
Pengadilan Gacaca tidak terlalu rumit dan
tidak membutuhkan jangka waktu yang M . Cherif Bassioun, 2002. Post-Conflict
Justice, Ardsley, New York:
56 Transnational.
World Bank, Conflict, Security, and
Development, World Development Report, Pablo de Grieff, (ed.). 2006. The Handbook
Washington DC: the World Bank, 2011, hlm.187,
of Reparations, United Kingdom:
dapat diakses di https://openknowledge.
worldbank.org/bitstream/handle/10986/4389/58988 Oxford University.
0bahasa0p071930b09789790612099.pdf?sequence
=9.

68 │ Nurani Hukum. Vol. 1 No. 1 Desember 2018. ISSN. 2655-7169


Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses
Hukum Pelaku Genosida di Rwanda

Powley. 2004.Strengthening Governance: Penanganan Kejahatan Internasional”,


The Role of Women in Rwanda's Jurnal Refleksi Hukum, Vol. 10, No. 1,
Transition A Summary, New York: FK Universitas Kristen Satya Wacana.
Glen Cove.
Berita Online, Liputan6.com, “Pengadilan
Robert Cryer. 2010.An Introduction to Adat Kasus Pembantaian Etnis Tutsi”,
International Criminal Law and dapat diakses di
Procedure, Cambridge: Cambridge http://global.liputan6.com/read/97852/
University Press, et al. pengadilan-adat-kasuspembantaian-
etnis-tutsi.
Ruth Rubio-Marin, 2008. Perempuan
Menggugat, Masalah Gender dan Berita Online, Kompasiana.com, tentang
Reparasi dalam Kejahatan Hak Asasi Konflik Rwanda, dapat diakses di
Manusia, Diterjemahkan dari:What http://www.kompasiana.com/empire_e
Happened to the Women? Gender and arth/tentang-konflik-rwanda_
Reparations for Human Rights 551734d4813311a4669de3e7.
Violations, Jakarta: ELSAM –
Lembaga Studi dan Advokasi Beth Goldblatt. 2003. “Regulating domestic
Masyarakat. partnership-A necessary step in the
development of south African Family
Soerjono Soekanto &Sri Mamudji. 2006. Law,” South African Law Journal,
Penelitian Hukum Normatif: Suatu Number 120.
Tinjauan Singkat, cet. 9, Jakarta:
Rajawali Press. Birgitte Sorensen, Perempuan dan
Rekonstruksi Pasca Konflik: Isu dan
Tolib Effendi, 2014. Hukum Pidana Sumber, 2000, dapat diakses
Internasional, Yogyakarta: Pustaka www.genderandpeacekeeping.com.
Yustisia.
Charterof the International Military
Jurnal, Artikel, Tulisan ilmiah, Web, dan Tribunal(IMT) Nuremberg, dapat
lain-lain: diakses di
www.un.org/.../Doc.2_Charter%20of
Amnesty International, Rwanda; Gacaca:A %20IMT%201945.pdf.
question of justice, AI Index: AFR
47/007/2002, dapat diakses di Charter of the International Military
http://amnesty.org/en/library/asset/31 Tribunal for the Far East(IMTFE)
AFR47/007/2002/en/b65d04e4-d769- Tokyo dapat diakses di
11dd-b024-21932cd2170d/ www.un.org/en/.../Doc.3_1946%20To
afr470072002en.pdf. kyo%20Charter.pdf.

Andrey Sujatmoko. 2007. “Pengadilan Eky Nanda Nuzulul. 2011.Peranan


Campuran (“Hybrid Tribunal”) Perempuan Rwanda Dalam Proses
sebagai Forum Peneyelesaian atas Perdamaian Pasca Genosida 1994,
Kejahatan Internasional”, Jurnal Yogyakarta: Jurusan Ilmu Hubungan
Hukum Humaniter, Vol. 3, No. 5, Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan
Oktober Jakarta: Pusat Studi Hukum Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Humaniter dan HAM, FH Universitas Nasional “Veteran”.
Trisakti. Gacaca Courts, dapat diakses di
Arie Siswanto, 2016. “Pengadilan Hibrida http://www.inkikogacaca.gov.rw/En/E
(Hybrid Court) sebagai Alternatif nIntroduction.htm.

Nurani Hukum. Vol. 1 No. 1 Desember 2018. ISSN. 2655-7169 │ 69


Peradilan Gacaca Sebagai Suatu Sistem Alternatif Peradilan Untuk Membantu Memproses
Hukum Pelaku Genosida di Rwanda

Highonnet Ethel, "Restructuring Hybrid Dealing with the Genocide”, Journal


Courts: Local Empowerment and of African Law.
National Criminal Justice Reform",
2005, dapat diakses dihttp://digital Komnas HAM. November 2004. “Akhirnya
commons.law.yale.edu/student_papers Pengadilan Tingkat Nasional Mulai
/6. Menyidangkan Kejahatan Terbesar:
Genosida”, Jurnal HAM, Volume
International Criminal Tribunal for the Nomor 2, ISSN 1993-6027, Jakarta:
former Yugoslavia (ICTY) dapat di Komnas HAM.
akses di www.icty.org/.
Le Mon, Christopher J. 2007.“Rwanda’s
International Criminal Tribunal for Rwanda Troubled Gacaca Courts”, Human
(ICTR) dapat di akses di Rights Brief, Volume, 14, no. 2,
unictr.unmict.org/. Washington: American University
Washington College of Law.
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat,
Membela HAM untuk Keadilan, Sarah Noumen, “Hybrid Court: The Hybrid
Referensi HAM, dapat diakses di Category of New Type of International
http://referensi.elsam.or.id/2014/09/im Criminal Courts”, dapat diakses di
punitas/. http://www.utrechtlawreview.org.
Maya Sosnov. 2008.“The Adjudication Of Tony Karbo and Martha Mutisi, Oktober
Genocide: Gacaca and The Road to 2008. “Psychological Aspects of Post-
Reconciliation In Rwanda”, the Conflict Reconstruction: Transforming
University of Pennsylvania Law Mindsets: The Case of the Gacaca in
School, dapat diakses Rwanda”, United Nations Public
dihttp://www.law.du.edu/documents/dj Administration Network, Ghana,
ilp/36No2/The-Adjudication- diakses di
Genocide-Gacaca-and-the-Road-to- unpan1.un.org/intradoc/groups/public/.
Reconciliation-in-Rwanda-Maya- ../UNPAN032152.pdf.
Sosnov.pdf.
United Nations Mechanism for International
National Service of Gacaca Jurisdictions, Criminal Tribunals, “The ICTR in
The Objectives of the Gacaca Courts, Brief”, dapat diakses di
dapat diakses di http://www.inkiko- http://unictr.unmict.org/en/tribunal.
gacaca.gov.rw/En/EnObjectives.htm.
William A. Schabas. 2005. “Genocide Trials
Nicholas Koumjian “Accomplishments and and Gacaca Courts”, Journal of
Limitations of One Hybrid Tribunal: International Criminal Justice, United
Experience at East Timor” 2004, PDF Kingdom: Oxford University Press.
file.Dapat diakses di http://uk.search
.yahoo.com/search?fr=fh=tab=web=t= World Bank, Conflict, Security, and
1&ei=ISO-8859-1&p-xybrid+tribunal Development, World Development
&meta=vc%3D. Report, Washington DC: the World
Bank, 2011, dapat diakses di
J. Sarkin, 2001. “The Tension Between https://openknowledge.worldbank.org/
Justice and Reconcilliation in Rwanda: bitstream/handle/10986/4389/589880b
Politics, Human Rights, Due Process ahasa0p071930b09789790612099.pdf
and the Role of the Gacaca Courts in ?sequence=9.

70 │ Nurani Hukum. Vol. 1 No. 1 Desember 2018. ISSN. 2655-7169

You might also like