You are on page 1of 6

VOL. 5 No.

1 Juni 2019
JOURNAL OF TECHNOLOGY INFORMATION P-ISSN : 2460-2108
DOI: https://doi.org/10.37365/it.v5i1.56 E-ISSN :2620-5181

KOMPARASI METODE INTERPOLASI UNTUK SISTEM PENGENALAN SEL


DARAH PUTIH

Lina1, Kelly Anthony2


1,2
Teknologi Informasi, Universitas Tarumanegara, Jakarta Indonesia
E-Mail : 1 lina@untar.ac.id, 2 keley_kel@live.com

Submission Date : 2020-02-27 Accept Submission : 2020-03-25

ABSTRACT

The over time role of technology becomes very important. That is because the function of technology is to facilitate
human work. Because human needs are increasingly complex, technological developments are created in such a
way as to meet human needs. The experts in the medical field are currently very dependent on technology to do
their jobs, in order to obtain effective and efficient results. Application system designed aims to help experts in
the medical field to diagnose diseases through introduction to white blood cell types. The recognition system was
developed using the Nearest Feature Line (NFL) method. In this NFL method, characteristic lines are formed
using the method of linear interpolation, linear spline, quadratic spline, and cubic spline. Aside from introducing
an introduction system, this paper also discusses comparisons between interpolation methods to form
characteristic lines. The test was carried out using FTI Untar Pattern Recognition laboratory blood cell data.
The test results show that the formation of characteristic lines using the linear interpolation method provides
better recognition results compared to the spline interpolation method.

Keywords: Nearest Feature Line, Linear Interpolation, Spline Interpolation.

ABSTRAK

Seiring berjalannya waktu peran teknologi menjadi sangat penting. Hal itu disebabkan karena fungsi dari
teknologi yaitu mempermudah perkerjaan manusia. Karena kebutuhan manusia semakin kompleks, maka
perkembangan teknologi diciptakan sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Para tenaga ahli dalam
bidang kedokteran pun saat ini sangat bergantung pada teknologi dalam melakukan pekerjaannya, guna
memperoleh hasil yang efektif dan efisien. Sistem aplikasi yang dirancang bertujuan untuk membantu ahli dalam
bidang medis untuk mendiagnosis penyakit melalui pengenalan terhadap jenis sel darah putih. Sistem pengenalan
yang dikembangkan menggunakan metode Nearest Feature Line (NFL). Dalam metode NFL ini, garis ciri
dibentuk menggunakan metode interpolasi linier, spline linier, spline kuadratik, dan spline kubik. Selain
melakukan sistem pengenalan, makalah ini juga membahas perbandingan antara metode interpolasi untuk
membentuk garis ciri. Pengujian dilakukan dengan menggunakan data sel darah laboratorium Pattern Recognition
FTI Untar. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pembentukan garis ciri menggunakan metode interpolasi linier
memberikan hasil pengenalan yang lebih baik dibandingkan dengan metode interpolasi spline.

Kata Kunci: Nearest Feature Line, Interpolasi Linier, Interpolasi Spline.


yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh
PENDAHULUAN tubuh (Hoffbrand , A.V Pettit, J.E and Moss, 2008)
(Kiernan, 1999). Dalam tubuh manusia darah juga
Seiring berjalannya waktu peran teknologi berfungsi menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi,
menjadi sangat penting. Hal itu disebabkan karena mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan
fungsi dari teknologi yaitu mempermudah mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun
perkerjaan manusia. Karena kebutuhan manusia yang bertujuan mempertahankan tubuh dari
semakin kompleks, maka perkembangan teknologi berbagai penyakit.
diciptakan sedemikian rupa untuk memenuhi Citra adalah representasi (gambaran),
kebutuhan manusia. Para tenaga ahli dalam bidang kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra
kedokteran pun saat ini sangat bergantung pada sendiri terbagi menjadi 2, yaitu citra digital dan
teknologi dalam melakukan pekerjaannya, guna citra analog. Citra analog adalah citra yang bersifat
memperoleh hasil yang efektif dan efisien. kontinu seperti foto sinar X, hasil CT Scan.
Darah adalah cairan yang terdapat pada Sedangan citra digital adalah citra yang dapat
semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat diolah oleh komputer. Teknologi dasar untuk
tinggi yang berfungsi untuk mengangkut oksigen menciptakan dan menampilkan warna pada citra
digital berdasarkan pada penelitian bahwa sebuah

31
VOL. 5 No. 1 Juni 2019
JOURNAL OF TECHNOLOGY INFORMATION P-ISSN : 2460-2108
DOI: https://doi.org/10.37365/it.v5i1.56 E-ISSN :2620-5181

warna merupakan kombinasi dari tiga warna dasar, 1. Ambil suatu matriks zn dari M citra latih,
yaitu merah, hijau dan biru (Red, Green, Blue – dimana setiap matriks citra disusun dalam
RGB) (Chapra, 2005). bentuk vektor dengan dimensi d x 1.
Permasalahan umum dalam bidang
2. Hitung vektor rata-rata µz dengan persamaan:
kedokteran adalah dalam mendiagnosa suatu
penyakit, dimana membutuhkan suatu keakuratan.
𝟏
Banyak cara dalam mendiagnosa suatu penyakit, 𝝁𝒛 = ∑𝑴
𝒏=𝟏 𝒛𝒏 … … … … … … … … … (1)
𝑴
salah satunya adalah dengan melihat perubahan
yang terjadi dalam darah. Sebenarnya laboratorium
Keterangan:
telah memiliki metode untuk melakukan
µz = Nilai rata-rata dari vektor darah
perhitungan sel darah, yaitu metode manual dan
menggunakan mesin hitung (blood cell counter). M = Banyaknya citra latih
Pemeriksaan dengan metode manual sendiri zn = Nilai vektor dari citra wajah ke-n
membutuhkan waktu yang sangat lama dan tidak 3. Hitung matriks kovarian Cz dengan
menunjukkan ketelitian serta ketepatan yang baik. persamaan:
Sedangkan untuk mesin hitung sendiri sudah
terbilang sangat baik dalam melakukan perhitungan 𝟏
karena hasilnya yang sangat akurat dan efisien, 𝑪𝒛 = ∑𝑴 𝑻
𝒏=𝟏(𝒛𝒏 − 𝝁𝒛 )(𝒛𝒏 − 𝝁𝒛 ) …(2)
𝑴
namun mesin ini hanya terdapat pada laboratorium
besar saja karena harganya yang tergolong mahal. Keterangan:
Oleh karena itu, diperlukan sebuah Cz = Matriks kovarian
program yang dapat mengatasi masalah tersebut. T = Matriks Transpose
Program yang akan dibuat disini masih terbatas 4. Hitung nilai eigen dan vektor eigen dari
pada pengenalan sel darah putih. Dalam pembuatan matriks kovarian Cz.
program ini metode yang digunakan adalah
Principal Component Analysis, Nearest Feature 𝑫𝒆𝒕 (𝝀. 𝑰 − 𝑪𝒛 ) = 𝟎 … … … … … … . . (3)
Line dengan Interpolasi Linier dan Spline, dan
Euclidean Distance. Principal Component Analysis
(Karhunen-Loeve) merupakan metode untuk 𝑪𝒛 . 𝒆𝒛 = 𝝀𝒛 . 𝒆𝒛 ……………………...(4)
mereduksi sebuah citra digital sehingga dalam Keterangan:
waktu komputasi akan lebih cepat (Kusumoputro, Λz = Nilai eigen dari Cz
2003) I = Matriks Identitas
Setelah citra direduksi kemudian citra di ez = Vektor eigen dari Cz
representasikan pada ruang eigen sehingga di
Setelah nilai eigen dan vektor eigen
dapatkan titik cirinya. Kemudian dengan metode
Nearest Feature Line titik ciri yang telah didapat didapat, kemudian vektor-vektor eigen dalam
digeneralisasikan menjadi garis ciri atau feature matriks ezdisusun dari nilai terbesar sampai
line. Dilakukannya pembuatan garis pada ruang terkecil. Pengurutan ini bertujuan untuk
eigen bertujuan untuk menambah informasi variasi memudahkan proses reduksi dimensi matriks
ciri dari kelas objek tanpa harus menambahkan titik transformasi. Proses reduksi dimensi ini
ciri (Li, 1999). Selanjutnya untuk pengenalan dilakukan dengan cara mengabaikan vektor
digunakan metode Euclidean distance.
eigen yang bernilai kecil.
5. Hitung dan tentukan proporsi kumulatif nilai
METODE PENELITIAN eigen yang bertujuan untuk menentukan nilai
eigen yang akan digunakan untuk proses
Principal Component Analysis reduksi, berdasarkan persamaan:
Principal Component Analysis (PCA) (∑𝒌
𝒊=𝟏 𝝀𝒊 )
adalah suatu metode yang digunakan untuk 𝜶𝒌 = … … … … … … … … … . . (5)
(∑𝒛𝒋=𝟏 𝝀𝒋 )
mengindentifikasi pola pada sebuah data, dan
merepresentasikan data tersebut berdasarkan
kemiripan dan perbedaan ke dalam ruang tertentu. Keterangan:
Kelebihan dari PCA adalah dapat mereduksi 𝜶𝒌 = Proporsi kumulatif dari nilai eigen
dimensi citra, sehingga mempercepat dalam proses
komputasi dan juga citra yang direduksi tersebut 6. Reduksi dimensi citra yang kemudian
tetap menyimpan informasi penting walau banyak digunakan untuk memetakan sekumpulan
dimensinya telah hilang (Sani, 2018). vektor zn menjadi sekumpulan vektor Yn di
dalam ruang eigen, menggunakan persamaan:

𝒀𝒏 = 𝑬𝑻𝒌 (𝒛𝒏 − 𝝁𝒛 ) … … … … … … . . . (6
Cara kerja yang dilakukan oleh PCA yaitu.

32
VOL. 5 No. 1 Juni 2019
JOURNAL OF TECHNOLOGY INFORMATION P-ISSN : 2460-2108
DOI: https://doi.org/10.37365/it.v5i1.56 E-ISSN :2620-5181

Keterangan:
Yn = Nilai vektor citra ke-n
𝑬𝑻𝒌 = Matriks transformasi dengan k vektor
eigen
Masing-masing vektor yang terdapat pada
matriks Yn inilah yang satu per satu
ditransformasikan ke dalam ruang eigen dan akan
dipakai sebagai titik ciri.

Nearest Feature Line


Setelah nilai vektor citra dipetakan atau
ditransformasikan menjadi titik ciri ke dalam ruang
eigen, masing-masing titik ciri tersebut akan Sumber : (K. A. Lina, 2019)
digeneralisasi menjadi garis ciri atau feature line Gambar 2. Interpolasi Linier
dengan menghubungkan titik – titik ciri dalam
kelas objek yang sama (Kusumoputro, 2003). Interpolasi linier adalah bentuk interpolasi
Dilakukannya pembuatan garis pada ruang eigen yang paling sederhana dimana hanya menentukan
bertujuan untuk menambah informasi variasi ciri titik antara dua buah titik (x1 dan x2) dengan
dari kelas objek tanpa harus menambahkan titik ciri menggunakan garis lurus (Weisstein, 2017).
dengan citra baru. Selain itu pembuatan garis ciri Gambar 2 menunjukkan contoh interpolasi linier
pada ruang eigen juga lebih mudah dilakukan dalam ruang Eigen. Untuk menghitung jarak
daripada membuat normalisasi dan reduksi dimensi tersebut menggunakan persamaan (B. K. Lina,
untuk memperoleh variasi ciri. 2004):
Setelah tahap pelatihan selesai, data citra 𝒑 = 𝒙𝟏 + 𝝁 (𝒙𝟐 − 𝒙𝟏 ) … … … … … . . (7)
uji akan dimasukan dan dilakukan proses ektraksi
PCA untuk mendapatkan titik ujinya dengan hanya dengan µ adalah parameter posisi,yang karena
melakukan proses reduksi dengan menggunakan tegak lurus maka dapat dihitung sebagai dot
nilai eigen dan vektor eigen dari proses pelatihan product dengan persamaan[1]:
yang telah dilakukan sebelumnya, dan kemudian 𝒙 −𝒙
𝝁 = (𝒙 − 𝒙𝟏 ). 𝟐 𝟏 . (𝒙𝟐 − 𝒙𝟏 ) … . . . (8)
setelah itu titik uji ditransformasikan ke dalam 𝒙𝟐 −𝒙𝟏
ruang eigen. Titik uji ini merupakan titik baru
dalam ruang eigen yang akan diberi nama titik u. Umumnya, semakin kecil interval antara titik data,
Selanjutnya, setiap titik dalam kelas objek tafsiran akan semakin baik.
yang sama akan dihubungkan dengan Interpolasi
Linier dan Interpolasi Spline untuk membentuk Interpolasi Spline
garis cirinya. Titik u akan diproyeksikan tegak Interpolasi spline adalah fungsi
lurus terhadap semua garis ciri yang dibentuk polinomial dengan turunan memenuhi kendala
melalui vektor pelatihan. kekontinuan tertentu. Interpolasi spline sendiri
menggunakan polinomial berderajat rendah pada
tiap intervalnya sehingga didapatkan grafik yang
Interpolasi Linier halus. Tidak seperti polinomial yang lain,
Interpolasi dalam bidang matematika, interpolasi spline menghasilkan kesalahan yang
khususnya metode numerik, interpolasi merupakan rendah dan menghasilkan kurva yang lebih halus.
metode untuk menghasilkan titik data baru pada
rentang sebuah data yang telah diketahui. Dalam Spline Linier
bidang teknik atau ilmu pengetahuan, interpolasi Gambar 3 menunjukkan contoh
digunakan sebagai pembentuk fungsi pendekatan interpolasi spline linier dalam ruang Eigen. Orde
yang dapat memenuhi titik sebuah data. Interpolasi pertama dari interpolasi spline yang dapat
sendiri mempunyai beberapa jenis yaitu interpolasi didefinisikan dengan fungsi linier. Fungsi linier
linier, interpolasi polinomial, dan interpolasi si (x) dari garis yang melalui titik x1dan x2,yaitu:
spline. 𝒙 −𝒙
𝝁 = (𝒙 − 𝒙𝟏 ). 𝒙𝟐−𝒙𝟏 . (𝒙𝟐 − 𝒙𝟏 ) … … … . . (9)
𝟐 𝟏

Sehingga persamaan dari spline linier adalah


sebagai berikut (B. K. Lina, 2004):

33
VOL. 5 No. 1 Juni 2019
JOURNAL OF TECHNOLOGY INFORMATION P-ISSN : 2460-2108
DOI: https://doi.org/10.37365/it.v5i1.56 E-ISSN :2620-5181

𝒔𝒊 (𝒙) = 𝒙𝒊 + 𝝁𝒊 ( 𝒙𝒊+𝟏 − 𝒙𝒊 ) … … … … . (10) 𝒗𝒊 𝒗𝒊+𝟏


𝒔𝒊 (𝒙) = (𝒙 − 𝒙𝒊+𝟏 )𝟑 +
𝟔(𝒙𝒊+𝟏 − 𝒙𝒊 ) 𝒊 𝟔(𝒙𝒊+𝟏 − 𝒙𝒊 )
Keterangan: 𝒙𝒊 𝒗𝒊 (𝒙𝒊+𝟏 −𝒙𝒊)
(𝒙𝒊+𝟏 − 𝒙𝒊 )𝟑 + [ − ] (𝒙𝒊 − 𝒙𝒊+𝟏 )
𝒙𝒊+𝟏 −𝒙𝒊 𝟔
si(x) = Persamaan interpolasi spline.
𝒙𝒊+𝟏 𝒗𝒊+𝟏 (𝒙𝒊+𝟏 −𝒙𝒊 )
+ [𝒙 − ] (𝒙𝒊+𝟏 −𝒙𝒊 ) … … . . . . (13)
𝒊+𝟏 −𝒙𝒊 𝟔

Dengan vi = si ”(x) dan ketetapan si ”(0) = 0

(𝒙−𝒙𝟏 ).(𝒙𝟐 −𝒙𝟏 )


𝑣𝑖+1 = 3 (𝒙𝟐 −𝒙𝟏 ).(𝒙𝟐 −𝒙𝟏 )
− 𝒗𝒊 ……..................(14)

Setelah didapatkan persamaan untuk


spline linier, spline kuadratik, dan spline
kubik.Makanya langkah selanjutnya adalah
memasukkan nilai x, yang dimana x adalah
Sumber : (K. A. Lina, 2019) interval.Disini karena menggunakan rotasi -15, -10,
Gambar 3. Spline Linier -5, 0, 5, 10, 15, dibagi menjadi 5 titik tiap
intervalnya.
Spline Kuadratik
Gambar 4 menunjukkan contoh
interpolasi spline kuadratik dalam ruang Eigen.
Orde kedua dari interpolasi spline, dimana tingkat
kesalahannya lebih kecil dari linier. Persamaan
spline kuadratik adalah sebagai berikut (Weisstein,
2017):

𝒕 −𝒕
𝒔𝒊 = 𝟐(𝒙𝒊+𝟏 − 𝒙𝒊 ) (𝒙𝒊+𝟏 − 𝒙𝒊 )𝟐 + 𝒕𝒊 (𝒙𝒊+𝟏 − 𝒙𝒊 ) +
𝒊+𝟏 𝒊
𝒙𝒊 ……………………………………………...(11) Sumber : (K. A. Lina, 2019)
Gambar 5. Spline Kubik
Dengan ti = si’(x) dan ketetapan si’(0) = 0
Euclidean Distance
(𝒙−𝒙𝟏 ).(𝒙𝟐 −𝒙𝟏 )
𝒕𝒊+𝟏 = 𝟐 (𝒙 − 𝒕𝒊 … … … … … … . (12) Euclidean Distance merupakan metode
𝟐 −𝒙𝟏 ).(𝒙𝟐 −𝒙𝟏 )
pengukuran jarak antara dua buah vektor.
Persamaan Euclidean distance secara umum
adalah[1]:

𝒋
𝒅 = |𝒙 − 𝒑| = √∑𝒊=𝟏(𝒙𝒊 − 𝒑𝒊 ) ²………….(15)

Keterangan:
d = Euclidean distance
xi= Koordinat titik uji
pi = Koordinat titik latih
j = Banyaknya dimensi yang digunakan Setelah
Sumber : (K. A. Lina, 2019)
menghitung semua jarak titik uji, objek
Gambar 4. Spline Kuadratik dikenali dengan kelas yang memiliki
distance terpendek (nilai minimum) dalam
ruang eigen.
Spline Kubik
Gambar 5 menunjukkan contoh interpolasi
spline kubik dalam ruang Eigen. Suatu potongan HASIL DAN PEMBAHASAN
fungsi polinomial berderajat tiga (kubik) yg
menghubungkan titik-titik data. Interpolasi spline Pengujian dilakukan secara umum untuk
kubik dapat ditentukan dengan persamaan : melihat persentase keberhasilan hasil pengenalan
sel darah putih dari aplikasi yang dibuat.

34
VOL. 5 No. 1 Juni 2019
JOURNAL OF TECHNOLOGY INFORMATION P-ISSN : 2460-2108
DOI: https://doi.org/10.37365/it.v5i1.56 E-ISSN :2620-5181

Data yang digunakan berasal dari 261 Spline Jumlah Hasil Pengenalan
buah foto sel darah yang berformat .bmp dengan Kuadratik Citra Citra Tidak Persentase
Dikenali
rincian 33 untuk basofil, 20 untuk eosinofil, 70 Latih Uji Dikenali
untuk limfosit, 23 untuk monosit, dan 115 untuk Netrofil 86 29 0 29 0
neutrofil. Foto ini diambil dengan menggunakan Eusinofil 15 5 0 5 0
kamera digital Olympus C5060 dengan F8, iso 400,
Basofil 25 8 0 8 0
mode Automatic dan berukuran 1600x1200 piksel
yang dipasangkan pada sebuah mikroskop Nikon. Limfosit 53 17 17 0 100
Perbesaran yang digunakan adalah 1000x pada Monosit 17 6 0 6 0
mikroskop dan perbesaran maksimal pada kamera.
Sumber : (K. A. Lina, 2019)
Pada tahap pelatihan, citra yang
digunakan adalah citra yang hanya terdapat sel Tabel 4. Percobaan dengan Proporsi Kumulatif 70%
darah putih (tidak terdapat gambar background).
Spline Jumlah Hasil Pengenalan
Pemisahan sel darah putih dari background Kubik Citra Citra Tidak Persentase
dilakukan dengan menggunakan Dikenali
Latih Uji Dikenali
“Adobe Photoshop CS6” dan “FastStone Image Netrofil 86 29 29 0 100
Viewer” dengan cara merotasi citra, meresizenya
Eusinofil 15 5 0 5 0
menjadi ukuran 500 x 375 dan kemudian mengcrop
nya pada bagian sel darah putih menjadi ukuran Basofil 25 8 0 8 0
50x50 pixel. Aplikasi ini dipilih karena Limfosit 53 17 0 17 0
penggunaannya yang mudah dan efisien.
Monosit 17 6 0 6 0
Pada tahap uji citra mengalami beberapa
proses sebelum diuji menggunakan metode Nearest Sumber : (K. A. Lina, 2019)
Feature Line. Pengujian dilakukan dengan cara Tabel 5. Percobaan dengan Proporsi Kumulatif 80%
melakukan proses pelatihan dengan memasukan Jumlah Hasil Pengenalan
citra latih setelah dilakukan cropping 50x50 pixel. Citra Citra Tidak
Persentase
Kemudian dilakukan proses pelatihan dengan Dikenali
Latih Uji Dikenali
ekstraksi menggunakan metode Principal Netrofil 86 29 29 0 100
Component Analysis (PCA) yang sebelumnya Eusinofil 15 5 5 0 100
ditentukan persentasi untuk proporsi kumulatifnya.
Basofil 25 8 8 0 100
Selanjutnya dilakukan pengenalan dengan metode
Nearest Feature Line dengan Interpolasi Linier Limfosit 53 17 17 0 100
atau Spline dan kemudian dihitung jaraknya dengan Monosit 17 6 6 0 100
metode Euclidean Distance. Tabel 1 hingga Tabel Sumber : (K. A. Lina, 2019)
12 menunjukkan hasil percobaan.
Tabel 6. Percobaan dengan Proporsi Kumulatif 80%
Tabel 1. Percobaan dengan Proporsi Kumulatif 70% Spline Jumlah Hasil Pengenalan
Interpolasi Jumlah Hasil Pengenalan Linier Citra Citra Tidak Persentase
Persentase Dikenali
Linier Citra Citra Tidak Latih Uji Dikenali
Dikenali
Latih Uji Dikenali Netrofil 86 29 29 0 100
Netrofil 86 29 29 0 100
Eusinofil 15 5 5 0 100
Eusinofil 15 5 5 0 100
Basofil 25 8 8 0 100
Basofil 25 8 8 0 100
Limfosit 53 17 16 1 94.1
Limfosit 53 17 16 1 94.1
Monosit 17 6 6 0 100
Monosit 17 6 4 2 66.7
Sumber : (K. A. Lina, 2019)
Sumber : (K. A. Lina, 2019)
Tabel 7. Percobaan dengan Proporsi Kumulatif 80%
Tabel 2. Percobaan dengan Proporsi Kumulatif 70% Spline Jumlah Hasil Pengenalan
Spline Jumlah Hasil Pengenalan Kuadratik Citra Citra Tidak Persentase
Dikenali
Linier Citra Citra Tidak Persentase Latih Uji Dikenali
Dikenali Netrofil 86 29 29 0 100
Latih Uji Dikenali
Netrofil 86 29 27 2 93.1 Eusinofil 15 5 0 5 0
Eusinofil 15 5 5 0 100 Basofil 25 8 0 8 0
Basofil 25 8 8 0 100 Limfosit 53 17 0 17 0
Limfosit 53 17 16 1 94.1 Monosit 17 6 0 6 0
Monosit 17 6 5 1 83.3 Sumber : (K. A. Lina, 2019)
Sumber : (K. A. Lina, 2019)
Tabel 3. Percobaan dengan Proporsi Kumulatif 70%

35
VOL. 5 No. 1 Juni 2019
JOURNAL OF TECHNOLOGY INFORMATION P-ISSN : 2460-2108
DOI: https://doi.org/10.37365/it.v5i1.56 E-ISSN :2620-5181

Tabel 8. Percobaan dengan Proporsi Kumulatif 80% Feature Line memiliki persentasi keberhasilan
Spline Jumlah Hasil Pengenalan yang baik dalam pengenalan pada Interpolasi Linier
Kubik Citra Citra Tidak Persentase dan Interpolasi Spline Linier, akan tetapi masih
Dikenali
Latih Uji Dikenali
Netrofil 86 29 29 0 100
sangat buruk pada Interpolasi Spline Kuadratik dan
Kubik dikarenakan hasil dari persamaan Spline
Eusinofil 15 5 0 5 0 Kuadratik dan Kubik memiliki hasil yang sangat
Basofil 25 8 0 8 0 besar, sehingga ketika di bandingkan vektor
Limfosit 53 17 0 17 0 menggunakan Euclidean Distance mendapatkan
Monosit 17 6 0 6 0
hasil yang sangat jauh.
Sumber : (K. A. Lina, 2019) KESIMPULAN
Tabel 9. Percobaan dengan Proporsi Kumulatif 90%
Interpolasi Jumlah Hasil Pengenalan Kesimpulan yang dapat diberikan adalah
Linier Citra Citra
Dikenali
Tidak Persentase metode Nearest Feature Line memiliki tingkat
Latih Uji Dikenali keberhasilan yang baik dalam pengenalan pada
Netrofil 86 29 29 0 100
Interpolasi Linier dan Interpolasi Spline Linier,
Eusinofil 15 5 5 0 100 akan tetapi masih sangat buruk pada Interpolasi
Basofil 25 8 8 0 100 Spline Kuadratik dan Kubik dikarenakan hasil dari
Limfosit 53 17 16 1 94.1 persamaan Spline Kuadratik dan Kubik memiliki
hasil yang sangat besar, sehingga ketika di
Monosit 17 6 6 0 100
bandingkan vektor menggunakan Euclidean
Sumber : (K. A. Lina, 2019) Distance mendapatkan jarak titik yang relatif besar.
Tabel 10. Percobaan dengan Proporsi Kumulatif 90% Metode Spline Kuadratik dan Kubik tidak cocok
Spline Jumlah Hasil Pengenalan digunakan sebagai penentu garis ciri dikarenakan
Linier Persentase hasil dari perhitungan persamaan yang didapat
Citra Citra Tidak
Dikenali terlalu besar. Data pada penelitian ini
Latih Uji Dikenali
Netrofil 86 29 29 1 96.5 menggunakan citra RGB sehingga perbedaan
Eusinofil 15 5 5 0 100 warna pada data latih dan data uji sangat
berpengaruh pada hasil pengenalannya.
Basofil 25 8 8 0 100
Limfosit 53 17 16 1 94.1 DAFTAR PUSTAKA
Monosit 17 6 6 0 100 Chapra, S. C. (2005). Applied Numerical Methods
Sumber : (K. A. Lina, 2019) with MATLAB for Engineers and Scientists.
Tabel 11. Percobaan dengan Proporsi Kumulatif 90% The McGraw-Hill Companies, Inc.
Spline Jumlah Hasil Pengenalan
Hoffbrand , A.V Pettit, J.E and Moss, P. A. H.
Kuadratik Citra Citra Tidak Persentase (2008). HEMATOLOGI (Lyana Setiawan
Dikenali
Latih Uji Dikenali (ed.); Edisi 4). Kapita Selekta.
Netrofil 86 29 0 29 0 Kiernan, J. . (1999). Histological & Histochemical
Eusinofil 15 5 0 5 0 Methods (Oxford).
Basofil 25 8 0 8 0 Kusumoputro, B. (2003). Garis Ciri Pada Metode
Perhitungan Jarak Terpendek Dalam Ruang
Limfosit 53 17 0 17 0
Eigen. Universitas Stuttgart, 7(1), 1–10.
Monosit 17 6 6 0 100 Li, S. Z. (1999). S. Z. Li and Juwei Lu, “Face
Sumber : (K. A. Lina, 2019) recognition using the nearest feature line
method,” in IEEE Transactions on Neural
Tabel 12. Percobaan dengan Proporsi Kumulatif 90%
Networks, vol. 10, no. 2, pp. 439-443, March
Spline Jumlah Hasil Pengenalan
Kubik Citra Citra Tidak Persentase 1999.
Dikenali Lina, B. K. (2004). Sistem Pengenalan Wajah 3-D
Latih Uji Dikenali
Netrofil 86 29 0 29 0 Menggunakan Garis Ciri pada Metode
Eusinofil 15 5 0 5 0 Perhitungan Jarak Terpendek dalam Ruang
Basofil 25 8 0 8 0
Eigen, Jurnal Makara Seri Sains. Universitas
Indonesia, 7(1), 1–6.
Limfosit 53 17 0 17 0 Lina, K. A. (2019). KOMPARASI METODE
Monosit 17 6 6 0 100 INTERPOLASI UNTUK SISTEM
Sumber : (K. A. Lina, 2019) PENGENALAN SEL DARAH PUTIH.
Sani, A. (2018). Penerapan Metode K-Means
Hasil pengujian pengenalan sel darah Clustering Pada Perusahaan. Jurnal Ilmiah
putih menggunakan metode Nearest Feature Line Teknologi Informasi, 353, 1–7.
dengan berbagai teknik interpolasi dan variasi Weisstein, E. W. (2017). Distance. https://
parameter persentase proporsi kumulatif pada mathworld.wolfram.com/Distance.html
metode PCA menunjukkan bahwa metode Nearest

36

You might also like