You are on page 1of 14

KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER PAYUDARA PASCA MASTEKTOMI

DAN KEMOTERAPI DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR


LAMPUNG TAHUN 2020

Andi Siswandi1, Zulhafis Mandala2 , Wirawan Anggorotomi3 , Moza Farijah


Qaulika4
1
Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
2
Departemen Ilmu Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
3
Departemen Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 4Program
Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

(Email koresponden : mozaocha15@gmail.com)

Abstract: Breast cancer is a type of cancer that is often diagnosed in women (24.2%),
which is 1 in 4 of all new cases of cancer diagnosed in women in the world. In
Lampung, the prevalence of breast cancer in 2016 was 45% (201) cases, then in 2017
there was an increase of 215 cases. Cancer has a relationship with a person's quality of
life. Changes in quality of life are a major impact on cancer treatment. This study aims
to determine the quality of life of breast cancer patients who have undergone
mastectomy and chemotherapy at Dr. H. Abdul Moelok in 2020. This study used a
descriptive observational method with a cross sectional study design. The study
population was all patients diagnosed with breast cancer who had undergone
mastectomy and chemotherapy surgery at RSUD Dr. H. Abdul Moelok Bandar
Lampung from January to December 2020. Total population sample. The research
instrument used EORTC-C30. The results of measuring the quality of life with the
EORTC QLQ-C30 questionnaire show that from 30 questions containing seven items of
quality of life, 20 respondents (52.6%) have less quality of life, 15 respondents (39.5%)
adequate quality of life (39.5%) and good quality of life. as many as 3 respondents
(7.9%). The results of measuring the seven domains of quality of life using the EORTC
QLQ-C30 questionnaire, overall breast cancer patients who have had mastectomy and
chemotherapy in Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung is found in the form of poor
quality of life.

Keywords: Quality of Life, Breast Cancer, Mastectomy, Chemotherapy

Abstrak: Kanker payudara merupakan jenis kanker yang sering terdiagnosis pada
wanita (24,2%) yaitu 1 dari 4 semua kasus baru pada kanker yang terdiagnosis pada
wanita di dunia. Di Lampung prevalensi kanker payudara pada tahun 2016 yaitu sebesar
45% (201) kasus, kemudian di tahun 2017 terjadi peningkatan yaitu sebesar 215 kasus.
Kanker memiliki hubungan dengan kualitas hidup seseorang. Perubahan kualitas hidup
merupakan dampak yang utama pada penanganan kanker. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kualitas hidup pasien kanker payudara yang telah melakukan mastektomi
dan kemoterapi di RSUD Dr. H. Abdul Moelok tahun 2020. Penelitian ini menggunakan
metode observasional deskriptif dengan desain cross sectional study. Populasi penelitian
adalah seluruh pasien yang diagnosis kanker payudara yang sudah menjalani operasi
mastektomi dan kemoterapi di RSUD Dr. H. Abdul Moelok Bandar Lampung periode
Januari sampai Desember 2020. Sampel total populasi. Instrumen penelitian
menggunakan EORTC-C30. Hasil pengukuran kualitas hidup dengan kuesioner EORTC
QLQ-C30 menunjukkan dari 30 pertanyaan yang memuat tujuh item kualitas hidup
didapatkan kualitas hidup kurang sebanyak 20 responden (52,6%), kualitas hidup cukup
sebanyak 15 responden (39,5%) dan kualitas hidup baik sebanyak 3 responden (7,9%).
Hasil pengukuran tujuh domain kualitas hidup dengan menggunakan kuesioner EORTC
QLQ-C30, secara keseluruhan pasien kanker payudara yang telah melakukan
mastektomi dan kemoterapi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
didapatkan berupa kualitas hidup kurang.

Kata Kunci : Kualitas Hidup, Kanker Payudara, Mastektomi, Kemoterapi

PENDAHULUAN

Kanker adalah suatu pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel pada jaringan
tubuh yang mengalami perubahan menjadi ganas. Sel tersebut bisa tumbuh terus
menerus dan menyebar ke bagian tubuh lain yang bisa menyebabkan kematian. Jenis sel
kanker tidak akan mengalami kematian setelah usianya cukup, melainkan sel jenis ini
akan tumbuh terus menerus dan sifatnya invasif sehingga sel-sel yang normal akan
terdesak dan bisa mengalami kematian (Kemenkes RI, 2015).
Data dari GLOBOCAN (Global of Cancer), International Agency for Research
On Cancer (IARC) tahun 2018 kanker payudara merupakan jenis kanker yang sering
terdiagnosis pada wanita (24,2%) yaitu 1 dari 4 semua kasus baru pada kanker yang
terdiagnosis pada wanita di dunia merupakan kanker payudara. Jenis kanker payudara
merupakan kanker paling umum pada 154 dari 185 negara yang masuk dalam
GLOBOCAN (Global of Cancer) 2018.
Kasus kanker berada di peringkat kedua di dunia yang bisa menyebabkan
kematian pada perempuan. Berdasarkan data GLOBOCAN (Global of Cancer),
International Agency for Research on Cancer (IARC), tahun 2012 diketahui bisa terjadi
14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 angka kematian karena kanker di dunia.
Ini diperkirakan terjadi peningkatan menjadi 23,6 juta kasus kanker per tahunnya pada
tahun 2030 (Rakasiwi et al., 2020).
Di Indonesia jenis kanker yang paling banyak adalah kanker payudara. Menurut
Pathological Based Registration di Indonesia, kanker payudara berada di urutan pertama
dengan frekuensi relatif 18,6%. Di Indonesia diperkirakan angka kejadiannya sebesar
12/100.000 wanita. Kanker payudara juga bisa diderita oleh laki-laki, tetapi dengan
frekuensi sekitar 1%. Lebih dari 80% kasus yang terjadi di Indonesia ditemukan pada
saat stadium lanjut, maka dari itu pengobatan akan lebih sulit dilakukan (Kemenkes RI,
2015).
Di Lampung pada tahun 2013 prevalensi untuk kanker payudara sebesar 0,7 per
1.000 perempuan, tahun 2014 terjadi peningkatan yaitu 0,8 per 1.000 perempuan,
kemudian pada tahun 2015 menjadi 1,6 per 1.000 penduduk. Bandar lampung memiliki
jumlah penduduk yang cukup padat jika dibandingkan dengan kabupaten lain yang ada
di Provinsi Lampung. Berdasarkan data yang berhasil dihimpun oleh Yayasan
Penyuluhan Kanker Indonesia (YPKI) di Bandar Lampung didapatkan prevalensi
sebesar 80 per 100.000 penduduk. Setelah dilakukan penyuluhan tentang deteksi dini
kanker payudara di Bandar Lampung pada tahun 2014 ada 32% (190) kasus kanker
payudara, kemudian di tahun 2015 terjadi penurunan yaitu 29% (179) kasus, kemudian
terjadi peningkatan angka kejadian kanker payudara pada tahun 2016 yaitu sebesar 45%
(201) kasus, kemudian di tahun 2017 terjadi peningkatan kembali yaitu sebesar 215
kasus penderita kanker payudara (Nurhayati et al., 2019).
Pada pasien kanker payudara sering terjadi penurunan kualitas hidup. Biasanya
ini terjadi karena beberapa hal, seperti khawatir akan kelangsungan hidup, citra tubuh,
kelangsungan akan pekerjaan, seksualitas, pengobatan yang dijalani dan kekambuhan
penyakit. Pasien kanker payudara bisa saja mengalami penurunan psikologis yang
drastis, maka akibatnya penderita akan mengalami depresi, gangguan fungsi fisik dan
juga aktivitas sosial. Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan diartikan
sebagai respon emosi dari penderita pada aktivitas sosial, pekerjaan, hubungan dengan
keluarga, rasa senang, kesesuaian antara harapan hidup dengan kenyataan yang ada,
serta kemampaun untuk bersosialiasasi dengan orang lain. Pasien kanker payudara
untuk stadium lanjut tidak hanya terjadi permasalahan kualitas hidup secara fisik, tetapi
juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual.
Penelitian yang dilakukan oleh Gusti Agung dan Ni Luh Putu di RSUP Sanglah
Denpasar tahun 2014 terhadap 41 pasien kanker payudara yang telah dilakukan operasi
mastektomi menunjukkan hasil dari aspek fisik bahwa responden mempunyai kondisi
fisik baik yaitu 48,8% dan sekitar 53,7% tidak produktif. Untuk aspek psikologis 56,1%
responden ada di tingkat depresi minimal sedangkan 90,2% reponden mempunyai citra
tubuh yang positif. Pada responden dengan kondisi fisik yang kurang baik yaitu 91,7%
diantaranya tidak produktif. Pada responden yang depresi, diantaranya 50% tidak
produktif dan responden yang mempunyai citra tubuh negatif diantaranya 50% tidak
produktif (Sri Guntari dan Suariyani, 2016).
Hasil penelitian yang dilakukan Laurentina dan Sri di SMC RS Telogorejo pada
bulan Mei tahun 2018 didapatkan hasil analisis kualitas hidup berdasarkan setiap
domain kualitas hidup pada pasien kanker payudara pasca kemoterapi yaitu domain
kesehatan fisik mendapatkan hasil kualitas hidup buruk sebanyak 24 responden (63,2%)
dan hasil baik sebanyak 14 responden (36,8%), untuk domain psikologis didapatkan
hasil kualitas hidup buruk sebanyak 10 responden (26,3%) hasil baik sebanyak 28
responden (73,3%), domain hubungan sosial dengan hasil kualitas hidup buruk
sebanyak 2 responden (5,3%) hasil yang baik sebanyak 36 responden (94,7%), serta
domain lingkungan dengan hasil kualitas hidup buruk sebanyak 3 responden (7,9%)
hasil baik dengan 35 responden (92,1%) (Eda dan Sri, 2019).
Tatalaksana kanker payudara dengan mastektomi memberikan efek jangka
panjang yang sangat berpengaruh pada kualitas hidup pasien. Efek yang diderita pasien
kanker payudara pada kualitas hidup pasca mastektomi adalah rasa sakit dan juga tidak
nyaman. Tindakan pengangkatan payudara sangat berpengaruh pada citra tubuh yang
secara potensial bisa menurunkan daya tarik seksual dan fungsi seksual (Lestari dan
Zulfikar, 2018).
Salah satu tatalaksana sistemik pada kanker payudara yaitu dengan kemoterapi.
Kemoterapi berbeda dengan radiasi maupun operasi yang bersifat lokal, tetapi
kemoterapi adalah jenis tatalaksana dimana obat yang diberikan menyebar ke seluruh
bagian tubuh dan bisa menjangkau sel-sel kanker yang telah bermetastasis jauh.
Pengobatan dengan kemoterapi juga bisa menimbulkan berbagai macam efek samping
pada pasien yang bisa mempengaruhi tingkat kualitas hidup pasien tersebut (Eda dan
Sri, 2018).
Tenaga kesehatan melakukan pengukuran pada kualitas hidup pasien untuk
mengetahui permasalahan yang dialami pasien selama terapi, sehingga tenaga kesehatan
bisa lebih memberi edukasi kepada pasien. Pengukuran kualitas hidup juga digunakan
untuk membuat keputusan terkait terapi pengobatan. Salah satu faktor yang bisa
mempengaruhi kualitas hidup dalam kesehatan adalah faktor karakteristik individu.
Karakteristik individu dalam kualitas hidup berhubungan dengan status gejala, status
fungsional, dan persepsi kesehatan secara umum. Karakteristik individu untuk pasien
kanker yang mempengaruhi persepsi kesehatan secara general dan juga kualitas hidup
secara keseluruhan yaitu faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan serta status
ekonomi (Juwita et al., 2018).
Kualitas hidup terkait dengan kesehatan/ Health Related Quality of Life
(HRQoL) merupakan suatu keadaan yang sejahtera terdiri dari dua komponen, antara
lain kemampuan melaksanakan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari yang
menggambarkan keadaan psikologis, fisik, sosial serta kepuasan pasien pada tingkat
fungsi dan juga pengendalian penyakit. Dalam penilaian hasil terapi pada penyakit
kronis, HRQoL menjadi suatu bagian yang penting. Penilaian kualitas hidup penting
dilaksanakan karena intervensi terapi seperti obat-obatan yang berpotensi meningkatkan
atau menurunkan kualitas hidup pada aspek kesehatan pasien (Juwita et al., 2018).
Kualitas hidup lebih berdasarkan pada suatu keinginan individu bisa tercapai.
Seorang individu akan memilih kualitas hidup mereka masing-masing tergantung dari
apa yang mereka inginkan. Kualitas hidup merupakan suatu pengalaman yang ada pada
individu itu sendiri. Jika seorang individu mempunyai pengalaman dalam hidup yang
sesuai dengan harapan yang ia inginkan maka bisa diasumsikan bahwa hidup mereka
akan mendapatkan hidup yang damai, senang serta puas (Appulembang dan Dewi, 2017
: 273).
Melakukan pengukuran kualitas hidup pada pasien kanker bisa mempengaruhi
pasien untuk mengambil keputusan terapi, memantau efek dari pengobatan yang
dijalani, membantu dokter untuk memilih regimen obat yang efektif, serta mengetahui
tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. Dari metode pengukuran
kualitas hidup juga bisa diketahui domain atau dimensi yang memberikan pengaruh
besar terhadap kualitas hidup pasien (Juwita et al., 2019).
Terdapat berbagai macam instrumen untuk mengukur kualitas hidup (Quality of
Life Questionnaire), European Organization for Research and Treatment of Cancer
(EORTC), the Functional Assessment of Cancer Therapy (FACT) kuesioner hasil dari
pusat penelitian dan pendidikan Amerika Serikat, indeks hidup fungsional kanker telah
dikembangkan dan telah banyak digunakan dalam penelitian klinis kanker. EORTC
QLQ-C30 adalah jenis kuesioner yang paling banyak digunakan saat ini untuk
mengukur tingkat kualitas hidup pasien kanker. Kuesioner jenis ini digunakan pada uji
klinik penyakit kanker oleh kelompok peneliti dan digunakan juga untuk studi non uji
klinik (Agustini et al., 2015).
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kualitas hidup pasien kanker
payudara pasca mastektomi dan kemoterapi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung Tahun 2020.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional deskriptif dengan


desain cross sectional study. Penelitian ini dilakukan pada bulan november 2019 sampai
dengan selesai. Tempat penelitian ini adalah di RSUD Dr. H Abdul Moelok Bandar
Lampung Populasi penelitian adalah seluruh pasien dengan diagnosis kanker payudara
yang telah menjalani operasi mastektomi dan kemotrapi di
instalasi bedah onkologi dan ruang raflesia RSUD Dr.H Abdul Moelok Bandar
Lampung periode Januari sampai Desember 2020, sampel total populasi. Pengumpulan
data dengan menggunakan Kuesioner EORTC-C30 yang meliputi kualitas hidup pasien
Ca mammae yang telah dilakukan Operasi Mastektomi dan Kemotrapi. Analisis data
dengan menggunakan uji korelasi spearmen.

HASIL

Data Demografi
Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan data demografi
Data demografi Frekuensi Persentase (%)
Usia (Tahun)
>39 6 (15,8%)
39-55 24 (63,2%)
56-72 8 (21,1%)

Status Pernikahan
Menikah 32 (84,2%)
Janda 4 (10,5%)
Lain-lain 2 (5,3%)
Agama
Islam 35 (92,1%)
Protestan 3 (7,9%)
Suku Bangsa
Lampung 14 (36,8%)
Jawa 21 (55,3%)
Sunda 1 (2,6%)
Batak 2 (5,3%)
Pendidikan terakhir
SD 5 (13,2%)
SMP 11 (28,9%)
SMA 17 (44,7%)
Sarjana 4 (10,5%)
Lainnya 1 (2,6%)
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 20 (52,6%)
Pedagang/ Wiraswasta 5 (13,2%)
Pegawai Swasta 4 (10,5%)
Petani 2 (5,3%)
PNS 5 (13,2%)
Lainnya 2 (5,3%)
Penghasilan perbulan
<500.000 18 (47,4%)
500.000-1.000.000 15 (39,5%)
1.000.000-2.000.000 3 (7,9%)
>2.000.000 2 (5,3%)

Tabel 1. menunjukkan kelompok usia 39-55 tahun merupakan kelompok umur


terbanyak, yaitu berjumlah 24 orang (63,2%). Mayoritas status perkawinan responden
yaitu menikah sebanyak 32 orang (84,2%). Islam menjadi agama mayoritas responden
yaitu berjumlah 35 (92,1%). %). Suku terbanyak adalah Jawa yaitu 21 orang (55,3%).
Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas jika digabung menempati
tingkat pendidikan terbanyak pada responden sebanyak 28 orang (73,6%). Ibu rumah
tangga pada penelitian ini merupakan pekerjaan terbanyak dibandingkan pekerjaan
lainnya yaitu 20 orang (52,6%) dan mayoritas penghasilan perbulan responden yaitu
kurang dari Rp500.000,00 sebanyak 18 orang (47,4%). Seluruh responden telah
menjalani mastektomi dan kemoterapi.
Usia merupakan salah satu faktor resiko yang bisa meningkatkan terjadinya
kanker payudara, dimana wanita yang telah menopause dan berusia lebih dari 50 tahun
dapat meningkatkan resiko mengalami kanker payudara (Smeltzer dan Barre, 2001).
Data yang didapat dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien kanker
payudara yang telah dilakukan Mastektomi dan Kemoterapi di RSUD Dr.H Abdul
Moeloek Bandar Lampung berada pada kelompok usia 39-55 tahun sebanyak 24 orang
(63,2%).
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menikah
(84,2%) dengan jumlah responden sebanyak 32 orang, dan dengan jumlah pekerjaan
yaitu mayoritas sebagai ibu rumah tangga (52,6%) dengan jumlah responden sebanyak
20 orang. Pada wanita yang menikah di usia yang cukup tua, akan memiliki resiko
terkena kanker payudara lebih besar. Hormon progesteron dan esterogen pada ibu akan
meningkat setelah melahirkan, jika ibu tidak menyusui maka kadar hormon tersebut
menjadi tidak stabil dan beresiko besar terhadap kanker payudara (Laurentina dan Sri,
2019).
Berdasarkan agama responden penelitian ini, paling banyak menganut agama
Islam dengan persentase (92,1%), dan suku Jawa menjadi mayoritas pada responden ini
dengan persentase (55,3%) dengan jumlah 21 orang. Ini menjelaskan bahwa RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek sebagai rumah sakit rujukan memiliki tingkat keragaman yang tinggi
dari sisi sosial didasari karena keragaman agama dan suku karena pasien datang dari
berbagai daerah di Lampung dan sekitarnya.
Pendidikan SMP dan SMA menjadi kategori gabungan maka pasien kanker
payudara yang berpendidikan terakhir SMP dan SMA (73,6%) yang memiliki
persentase lebih besar dibandingkan SD (13,2%), Sarjana (10,5%) dan Lainnya (2,6%).
Hal tersebut mungkin menjadi salah satu potensi mayoritas responden adalah ibu rumah
tangga (52,6%) dengan penghasilan kurang dari Rp 500.000,00 (47,4%).
Faktor tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup
karena pendidikan rendah akan mempengaruhi kebiasaan fisik yang kurang baik.
Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi
(Yusra, 2011).
Didapatkan pekerjaan terbanyak mayoritas responden yaitu sebagai ibu rumah
tangga (52,6%), pedagang/ wiraswasta dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan
pekerjaan kedua terbanyak responden penelitian yakni masing masing sebesar (13,2%).
Untuk pegawai Swasta mendapatkan jumlah responden sebesar (10,5%), untuk petani
dan pekerjaan lainnya mendapatkan jumlah responden masing masing sebesar (5,3%).

Kualitas hidup pasien kanker payudara di RSUD Dr.H Abdul Moeloek Bandar
Lampung
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara

Kualitas hidup Frekuensi Presentase

Kurang 20 52,6%
Cukup 15 39,5%
Baik 3 7,9%
Total 38 100%

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hidup
pasien kanker payudara yang telah melakukan operasi mastektomi dan kemoterapi di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung menjadi kategori kualitas hidup kurang
(52,6%) dengan jumlah responden 20 orang. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh (Erna, dkk 2017) mengatakan bahwa pasien kanker
yang menjalani kemoterapi maupun mastektomi memiliki kualitas hidup baik (90,9%),
kualitas hidup cukup (9,1%) dan kualitas hidup kurang (0%).
Kualitas hidup pasien kanker payudara berada pada kategori kurang karena hasil
yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa rendahnya jawaban yang
diberikan pasien pada subvariabel gejala atau simptom, dimana diperoleh bahwa pasien
kanker payudara mengalami kelelahan, mual muntah dan nyeri setelah menjalani
kemoterapi dengan kata lain bahwa efek kemoterapi masih dirasakan pasien setelah
pemberian kemoterapi sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien.

Gambaran Item Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara


Tabel 3. Distribusi frekuensi item kualitas hidup pasien kanker payudara
QOL
Item Kualitas
N P R
Hidup
Kurang Cukup Baik
Fungsi fisik 0,000 0,890
Baik 16(42,1%) 0(0,0%) 13(81,2%) 3(18,8%)
Buruk 22(57,9%) 20(90,9%) 2(9,1%) 0(0,0%)
Fungsi peran 0,540 0,102
Baik 8(21,1%) 3(37,5%) 5(62,5%) 0(0,0%)
Buruk 30(78,9%) 17(56,7%) 10(33,3%) 3(10,0%)
Fungsi emosi 0,000 0,781
Baik 13(34,2%) 0(0,0%) 10(76,9%) 3(23,1%)
Buruk 25(65,8%) 20(80,0%) 5(20,0%) 0(0,0%)
Fungsi kognitif 0,334 0,161
Baik 22(57,9%) 9(40,9%) 13(59,1%) 0(0,0%)
Buruk 16(42,1%) 11(68,8%) 2(12,5%) 3(18,8%)
Fungsi sosial 0,104 0,267
Baik 16(42,1%) 6(37,5%) 8(50,0%) 2(12,5%)
Buruk 22(57,9%) 14(63,6%) 7(31,85) 1(4,5%)
Kesehatan secara keseluruhan 0,116 0,259
Baik 23(60,5%) 9(39,1%) 13(56,5%) 1(4,3%)
Buruk 15(39,5%) 11(73,3%) 2(13,3%) 2(13,3%)
Lelah 0,000 0,582
Mayor 25(65,8%) 18(72,0%) 7(28,0%) 0(0,0%)
Minor 13(34,2%) 2(15,4%) 8(61,5%) 3(23,1%)
Mual dan muntah 0,012 0,404
Mayor 27(71,1%) 17(63,0%) 10(37,0%) 0(0,0%)
Minor 11(28,9%) 3(27,3%) 5(45,5%) 3(23,1%)
Nyeri 0,001 0,525
Mayor 35(92,1%) 20(57,1%) 15(42,9%) 0(0,0%)
Minor 3(7,9%) 0(0,0%) 0(0,0%) 3(100%)
Dispnea 0,463 0,123
Mayor 22(57,9%) 13(59,1%) 7(31,8%) 2(9,1%)
Minor 16(42,1%) 7(43,8%) 8(50,0%) 1(6,2%)
Insomnia 0,022 0,369
Mayor 23(60,5%) 15(65,2%) 8(34,8%) 0(0,0%)
Minor 15(39,5%) 5(33,3%) 7(46,7%) 3(20,0%)
Hilang nafsu makan 0,028 0,356
Mayor 20(52,6%) 14(70,0%) 5(25,0%) 1(5,0%)
Minor 18(47,4%) 6(33,3%) 10(55,6%) 2(11,1%)
Sembelit 0,017 0,383
Mayor 25(65,8%) 16(64,0%) 9(36,0%) 0(0,0%)
Minor 13(34,2%) 4(30,8%) 6(46,2%) 3(23,1%)
Diare 0,010 0,411
Mayor 14(36,8%) 11(78,6%) 3(21,4%) 0(0,0%)
Minor 24(63,2%) 9(37,5%) 12(50,0%) 3(12,5%)
Kesulitan keuangan 0,000 -0,930
Mayor 17(44,7%) 0(0,0%) 14(82,4%) 3(17,6%)
Minor 21(55,3%) 20(95,2%) 1(4,9%) 0(0,0%)

Dalam melakukan pengukuran kualitas hidup dengan kuesioner EORTC QLQ-


C30 selain mendapatkan derajat kualitas hidup pasien kanker secara umum, kita juga
dapat melihat dan membandingkan beberapa aspek yang memengaruhi kualitas hidup di
antaranya fungsi fisik, peran, emosi, kognitif, sosial, domain gejala dan masalah
finansial.
Tabel 3. menunjukkan hasil item fungsi fisik pasien kanker payudara baik
dominan memiliki kualitas hidup cukup. Hal demikian juga terdapat pada item fungsi
peran, emosi, kognitif, sosial dan kesehatan secara keseluruhan. Domain gejala seperti
lelah, mual dan muntah, nyeri, dispnea, insomnia, hilang nafsu makan, sembelit dan
diare yang lebih dominan dialami pasien kanker payudara dengan kualitas hidup kurang.
Sedangkan kesulitan keuangan dominan menunjukkan menunjukkan kualitas hidup
cukup. Kualitas hidup pasien kanker payudara berada pada kategori kurang
kemungkinan dikarenakan pengaruh terhadap beberapa subitem gejala (lelah, mual dan
muntah, nyeri, dipsnea, insomnia, kehilangan nafsu makan, sembelit dan diare) yang
dominan pada responden terhadap item lainnya yang menunjukkan hasil dengan
kategori cukup seperti status kesehatan keseluruhan dan beberapa skala fungsional
seperti fungsi fisik. Dominasi beberapa subitem gejala pada pasien kanker payudara
yang telah menjalani mastektomi dan kemoterapi diakibatkan karena pengambilan data
dilakukan pada beberapa waktu setelah dilakukannya kemoterapi sehingga
mengakibatkan pasien tidak terlalu mengingat hal yang buruk terhadap kesehatannya
saat setelah menjalani terapi tersebut, sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas
hidup pasien.
Uji korelasi Spearman yang didapatkan adanya korelasi antara kualitas hidup
pasien kanker payudara dengan fungsi fisik (p = 0,000; r = 0,890), fungsi emosi (p =
0,000; r = 0,781), insomnia (p = 0,022; r = 0,369), hilang nafsu makan (p = 0,028; r =
0,356), sembelit (p = 0,017; r = 0,383), lelah (p = 0,000; r = 0,582), mual dan muntah (p
= 0,012; r = 0,404), nyeri (p = 0,001; r = 0,525), diare (p = 0,010; r = 0,411), kesulitan
keuangan (p = 0,000; r = -0,930). Kualitas hidup pasien kanker payudara tidak
berkorelasi dengan fungsi peran (p = 0,540; r = 0,102), fungsi kognitif (p = 0,334; r =
0,161), fungsi sosial (p = 0,140; r = 0,267) subitem dipsnea (p = 0,463; r = 0,123),
kesehatan secara keseluruhan (p = 0,116; r = 0,259). Studi yang telah dilakukan di
RSUP Sanglah Denpasar memperlihatkan penurunan kualitas hidup pasien kanker
disebabkan karena adanya keluhan rasa nyeri, sesak, insomnia, kehilangan nafsu makan
dan mengalami diare yang dominan (Sutrisno, Dharmayuda dan Rena., 2010). Hasil
penelitian ini memperlihatkan hasil yang sesuai dengan penelitian Sutrisno,
Dharmayuda dan Rena tentang kualitas hidup yang menurun ketika dilakukannya
kemoterapi pada pasien kanker.

KESIMPULAN
1. Hasil pengukuran tujuh domain kualitas hidup dengan menggunakan kuisioner
EORTC QLQ-C30, secara keseluruhan pasien kanker payudara yang telah
melakukan operasi mastektomi dan kemoterapi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung tahun 2020 didapatkan karakteristik demografi responden, usia
mayoritas responden berada pada rentang usia 39-55 tahun, status perkawinan
mayoritas sudah menikah, mayoritas beragama islam dan suku jawa, kategori
gabungan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas menempati
urutan terbanyak, ibu rumah tangga sebagai pekerjaan terbanyak serta mayoritas
penghasilan yaitu Rp. 500. 000,00.
2. kualitas hidup kurang kemungkinan dikarenakan besarnya pengaruh beberapa
subitem gejala (lelah, mual dan muntah, nyeri, dipsnea, insomnia, kehilangan nafsu
makan, sembelit, dan diare) yang dominan pada responden. Uji korelasi Spearman
yang didapatkan adanya korelasi antara kualitas hidup pasien kanker payudara
dengan fungsi fisik, fungsi emosi, insomnia, hilang nafsu makan, sembelit, lelah,
mual dan, nyeri, diare, kesulitan keuangan. Kualitas hidup pasien kanker payudara
tidak berkorelasi dengan fungsi peran, fungsi kognitif, fungsi sosial, subitem
dipsnea, kesehatan secara keseluruhan.

SARAN
1. Bagi Pasien Kanker Payudara
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman adanya pengaruh
lingkungan sosial seperti dukungan psikologis dan pembinaan spiritual selain
intervensi medis yang diberikan kepada pasien kanker payudara yang dapat
meningkatkan kualitas hidup.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tim pelayanan kesehatan
dalam memberikan intervensi yang tepat kepada pasien kanker payudara sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel
yang jumlahnya lebih banyak, metode yang lebih kuat (kohort) dan adanya interval
pengumpulan data dan jadwal kemoterapi terakhir untuk melihat hubungan atau
korelasi antara kualitas hidup pasien kanker payudara.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih ini disampaikan kepada Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati Lampung yang telah mendukung pelaksanaan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, V. A., & Sarwoko. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi. Jurnal Komunikasi
Kesehatan, XI(1), 106-119.
Agustini, D. D., Surahman, E., & Abdullah, R. (2015). Kualitas Hidup Pasien Kanker
Payudara dengan Terapi Kombinasi Fluorouracil, Doxorubicin, dan
Cyclofosfamide. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 4(3), 175-185.
American Cancer Society. (2020). Cancer Facts Statistics. Dipetik Oktober 22, 2020,
dari Cancer Facts and Figures: https://www.cancer.org/research/cancer-facts-
statistics/all-cancer-facts-figures/cancer-facts-figures-2020.html
Appulembang, Y. A., & Dewi, F. (2017). Pengembangan Alat Ukur Quality of Life
Urban Community. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 1(1), 272-
277.
Arafah, A. B., & Notobroto, H. B. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Ibu Rumah Tangga Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).
Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR Mulyorejo, 12(2), 143-153.
Ayuza, M., Harahap, W. A., Rustam, R., & Dana, R. (2020). Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Disease Free Survival dan Overall Survival pada Pasien Kanker
Payudara Usia Muda di Kota Padang Tahun 2008 - 2018. Jurnal Kesehatan
Andalas., 9(1), 65-73.
Bandung, D. O. (2013). Bandung Controversies and Consensus in Obstetrics and
Ginecology. Jakarta: Sagung Seto.
Eda, L. N., & S. P. (2019). Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara Pasca Kemoterapi
Di SMC RS Telogorejo. Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang, 1-
14.
Endiyono, & Herdiana, W. (2016). Hubungan Dukungan Spiritual Dan Dukungan
Sosial Dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker payudara Di RSUD Prof. Dr.
Marjono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan,, 14(2), 16-
23.
Harahap, W. A. (2015). Pembedahan Pada Tumor Ganas Payudara. Majalah Kedokteran
Andalas, 38(1), 54-62.
Harahap, W. A. (2020). Monograf Registrasi Klinis Kanker Payudara. Sidoarjo:
Indomedia Pustaka.
Irawan, E., Hayati, S., & Purwaningsih, D. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Kualitas Hidup Penderita Kanker Payudara. Jurnal Keperawatan BSI,
1(2), 121-129.
Juwita, D. A., Almahdy, & Afdhila, R. (2018). Pengaruh Karakteristik Pasien Terhadap
kualitas hidup terkait kesehatan pada pasien kanker payudara di RSUP Dr. M.
Djamil Padang Indonesia. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 5(2), 126-133.
Juwita, D. A., Almahdy, & Afdila, R. (2019). Penilaian Kualitas Hidup Terkait
Kesehatan Pasien Kanker Payudara di RSUP Dr. M. Djamil Padang, Indonesia.
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 17(1), 114-119.
Kholifah, P. A., Kristyawati, S. P., & Arief, S. (2017). Efektivitas Kombinasi Ginger
Aromatherapy Dengan Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Mual Muntah
Pasien Kemoterapi Di SMC RS Telogorejo. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan, 3(2), 56-116.
Kumar, Abbas, & Aster. (2013). Buku Ajar Patologi Robbins (9 ed.). Singapura:
Elsevier Saunders.
Lestari, & Zulfikar, N. (2018). Pengalaman Klien Kanker Payudara Paska Mastektomi
Pada Suku Batak Di Medan. Jurnal Online Keperawatan Indonesia, 1(2), 1-9.
Mardiana, E., Erfina, & Nurmaulid. (2018). The Quality Of Life Of Patients With
Cervical Cancer At Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Hospital. Indonesian
Contemporary Nursing Journal, 1(1), 18-23.
Naimah, A., Windiyaningsih, & Suratmi, T. (2017). Pengobatan Mastektomi
Berpengaruh Terhadap Ketahanan Hidup Penderita Kanker Payudara Di Rumah
Sakit Kediri Tahun 2016. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan, 10(2), 693-702.
Natasya, M. (2017). Gambaran Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara Dengan
Perawatan Paliatif Oleh Garwita Institute. Universitas Jember, 1-113.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Noviyani, R., Tunas, K., Indrayathi, A., & Budiana, N. (2016). Uji Validitas dan
Reliabilitas Kuesioner EORTC QLQ C-30 untuk Menilai Kualitas Hidup Pasien
Kanker Ginekologi di RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal Farmasi Klinik
Indonesia,, 5(2), 106-114.
Nurhayati, Zaenal, & Hardono. (2019). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Kanker Payudara. Holistik Jurnal Kesehatan,, 13(2), 175-185.
Prabandari, F., & Fajarsari, D. (2019). Pengaruh Usia Menarche Dan Lama Menyusui
Terhadap Kejadian Kanker Payudara Di RSU Dadi Keluarga Purwokerto. Prodi
DIII Kebidanan STIKES YLPP Purwokerto, 10(1), 43-52.
Prastiwi, T. F. (2012). Kualitas Hidup Penderita Kanker. Developmental and Clinical
Psychology, 21-27.
Rakasiwi, N. D., Setiawan, G. B., & Aryana, I. W. (2020). Karakteristik Kanker
Payudara Dengan Metastasis Tulang Tahun 2015-2017 Di RSUP Sanglah
Denpasar. Jurnal Medika Udayana, 9(1), 17-22.
Ramli, M. (2015). Update Breast Cancer Management Diagnostic And Treatment.
Majalah Kedokteran Andalas, 38(1), 28-53.
Resmiya, L., & Misbach, I. H. (2019). Pengembangan Alat Ukur Kualitas Hidup
Indonesia. Jurnal Psikologi Insight, 3(1), 20-31.
BPOM RI (2015). Keganasan dan imunosupresi. Dipetik Oktober 21, 2020, dari
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-8-keganasan-dan-imunosupresi/81-
keganasan/811-alkilator
Shinta, N., & Surarso, B. (2016). Terapi Mual Muntah Pasca Kemoterapi. Jurnal THT-
KL, 9(2), 74-83.
Udin, M. N., & Islam, F. A. (2019). Psychometric evaluation of an interview
administered version of the WHOQOL-BREF questionnaire for use in a cross-
sectional study of a rural district in Bangladesh: an application of Rasch
analysis. BMC Health Services, 19(216), 1-19.
World Health Organization (WHO). (1997). WHOQOL Measuring Quality of Life.
Dipetik Oktober 22, 2020, dari https://www.who.int/mental_health/media/68.pdf
World Health Organization (WHO). (2020). Dipetik Oktober 22, 2020, dari WHOQOL:
Measuring Quality of Life: https://www.who.int/healthinfo/survey/whoqol-
qualityoflife/en/
Yuliana. (2018). Risiko dan Deteksi Dini Kanker Payudara. CDK-261, 45(2), 144-149.
Yusniarita, Patroni, R., & Ningsih, R. (2016). Pengaruh Dukungan Spiritual Terhadap
Kualitas Hidup Penderita Kanker Payudara Pasca Kemoterapi. Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Bengkulu, 9(2), 144-151

You might also like